BAB I PENDAHULUAN. memenuhi semua tuntutan kebutuhan setiap makhluk hidup. pembangunan negara itu sendiri muncul, karena dalam dokumen World

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, isu mengenai kerusakan lingkungan menjadi topik pembicaraan yang paling sering dibahas di dalam masyarakat. Masyarakat seperti baru menyadari bahwa lingkungan tempat tinggal mereka saat ini telah mulai menunjukkan ketidakmampuannya dalam memenuhi semua tuntutan kebutuhan setiap makhluk hidup. Kerusakan lingkungan hidup sendiri lebih banyak disebabkan oleh eksploitasi yang berlebihan demi suksesnya pembangunan negara. Alasan dari munculnya eksploitasi alam secara berlebihan untuk pembangunan negara itu sendiri muncul, karena dalam dokumen World Development Report di tahun 1992 terdapat definisi yang berkaitan dengan peran penting lingkungan hidup dalam memenuhi tuntutan pembangunan.... pembangunan, yang bisa dideskripsikan sebagai proses aktivitas yang menciptakan pertumbuhan dan pencapaian kesejahteraan.... bahwa semakin sinergis pembangunan itu berjalan, semakin meningkat pula tuntutannya kepada faktorfaktor sumber daya alam dan kapital yang semuanya disuplai oleh lingkungan (SDA). 1 Para pakar ekonomi di negara berkembang terutama, lebih sering mengadopsi pembangunan industrialis seperti Eropa dan Amerika 1 World Development Report 1992: Development and the Environment (Inggris: Oxford University Press, 1992), dikutip dalam N.H.T. Siahaan: Hutan, Lingkungan dan Paradigma Pembangunan. (Jakarta: Pancuran Alam, 2007), p. 96 1

2 dalam blue print pembangunan di negaranya. Mansour Fakih (2004) berpendapat bahwa: 2 Seringkali pembangunan dipahami oleh pakar ekonom sebagai sarana memperkuat sebuah negara khususnya melalui proses industrialisasi, yang mana pembangunan tersebut selalu mengikuti pola yang seragam antara satu negara dengan negara lainnya. Dan dalam pandangan tersebut, pemerintah berperan menjadi subjek pembangunan dan memperlakukan rakyat sebagai objek resepien atau penerima, klien atau bahkan partisipan pembangunan. Dapat dilihat bahwa, dari pernyataan tersebut para pakar ekonomi selama ini telah mengabaikan dimensi penunjang pembangunan seperti lingkungan hidup, Sumber Daya Alam (SDA), serta makhluk hidup dan lebih memusatkan perhatian pada nilai keuntungan (profit value) dari pembangunan tersebut. Pandangan seperti inilah yang membuat banyak negara mengasumsikan bahwa: 3 Hutan, benda-benda tambang, ikan di laut, dan sumbersumber alam lainnya merupakan barang yang harus dieksploitasi demi mengejar kesejahteraan manusia. Industri dipandang sebagai agent of change dari tingkat kualitas, gaya hidup, dan modernisasi menjadi pokok penting ekonomi yang selalu diutamakan. Asumsi inilah yang akhirnya membuat kerusakan lingkungan hidup menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan suatu negara. Hutan-hutan sebagai lingkungan biologi manusia dieksploitasi secara besar-besaran untuk memenuhi tuntutan pembangunan tersebut 2 Dikutip dalam Mansour Fakih: Masyarakat Sipil Untuk Transformasi Sosial. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), p.72 3 N.H.T. Siahaan: Opcit, p. 5 2

3 tanpa memikirkan keberlanjutannya ke masa depan (perpetuating forests afterward). Jose I. Dos dan R. Futardo (2001:124) dikutip dalam Siahaan (2007:23) berpendapat bahwa: 4 Pemanfaatan hutan secara tidak lestari, merupakan (hal) yang dapat melenyapkan persediaan modal alam kemudian merembet dengan merusak berbagai fungsi ekologis dan jasa penting yang disediakan oleh hutan. Melihat kondisi lingkungan hidup yang mulai kehilangan kelestariannya tersebut telah mendorong sejumlah pihak untuk menyuarakan bahwa diperlukan konsepsi ulang mengenai apa makna hakiki dari pembangunan negara tersebut serta bagaimana posisi lingkungan hidup yang seharusnya di dalam pembangunan tersebut. Untuk itulah peningkatan nilai kesadaran lingkungan harus dikembangkan melalui pendidikan lingkungan di dalam generasi muda, agar nilai-nilai yang berkaitan dengan kesadaran lingkungan bisa tertanam kuat dalam pribadi mereka sehingga diharapkan bahwa di masa mendatang para generasi muda tersebut bisa memperbaiki serta menjaga kondisi lingkungan hidup tempat tinggal mereka agar tidak menjadi rusak. Pada tanggal 3 Juni 2005 telah ditandatangani Kesepakatan Bersama antara Menteri Negara Lingkungan Hidup dengan Menteri 4 Ibid, p. 23 3

4 Pendidikan Nasional mengenai program Sekolah Adiwiyata. 5 Inti dari program Adiwiyata tersebut yaitu menciptakan lingkungan sekolah yang peduli alam sekitar dan berbudaya lingkungan. Program Adiwiyata dibuat untuk mendorong dan membentuk sekolah-sekolah di Indonesia agar dapat turut melaksanakan upayaupaya pemerintah menuju pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan bagi kepentingan generasi sekarang maupun yang akan datang. Di Indonesia terdapat sekolah yang berstatus Adiwiyata, dan salah satunya adalah SMA Kristen Palangka Raya. Sekolah ini menjadi satu-satunya sekolah swasta di Kota Palangka Raya yang berhasil meraih predikat sebagai Sekolah Adiwiyata Nasional tahun 2015 dan penghargaan tersebut langsung diberikan oleh KEMENLHK. Dengan ciri khas keagamaan yang sangat kuat, SMA Kristen menjadi menarik karena setelah sekolah ini mendapatkan penghargaan Adiwiyata Nasional sekolah ini pun dituntut agar bisa menyeimbangkan antara pembelajaran yang berkaitan dengan spriritual dan penanaman karakter lingkungan hidup yang kuat pada siswa secara bersamaan. Berdasarkan uraian tersebut di atas, tulisan ini bertujuan untuk mengkaji peran Sekolah Adiwiyata tersebut dalam menkonstruksikan 5 Dikutip dalam Anonim: Panduan Sekolah Adiwiyata 2010: Wujudkan Sekolah Peduli Dan Berbudaya Lingkungan. (Jakarta: Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2010), p.29 4

5 pemikiran untuk memiliki kesadaran lingkungan pada diri masyarakat khususnya remaja. Hal tersebut lah yang melatarbelakangi penulis memilih judul: Peran Sekolah Berstatus Adiwiyata dalam Meningkatkan Nilai Kesadaran Lingkungan Pada Remaja (Penelitian di SMA Kristen, Palangka Raya) Rumusan Masalah Berdasarkan tema besar diatas, adapun rumusan masalah yang penulis ajukan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk kurikulum di Sekolah Adiwiyata SMA Kristen Palangka Raya dalam meningkatkan nilai kesadaran lingkungan pada remaja? 2. Bagaimana fungsi guru dalam proses pembelajaran Sekolah Adiwiyata SMA Kristen dalam meningkatkan kesadaran lingkungan? 1.3 Fokus / Batasan Penelitian Adapun yang menjadi fokus atau batasan dalam tulisan ini adalah mengenai kaitan fungsi peran guru dan kurikulum dalam ruang lingkup sekolah dengan label hijau tersebut dalam menkonstruksikan nilai kesadaran lingkungan yang melekat kuat dalam diri siswa di sekolah itu. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penulis dalam melakukan penelitian ini adalah: 5

6 1. Mendeskripsikan dan menganalisis peran guru dan kurikulum di Sekolah Adiwiyata SMA Kristen Palangka Raya dalam menciptakan pemikiran yang kuat di dalam diri para siswa sebagai remaja mengenai perlunya kesadaran lingkungan ketika berhadapan dengan kondisi alam yang sekarang ini mulai memperihatinkan. 2. Mendeskripsikan dan menganalisis faktor-faktor pendorong dan penghambat (kendala) peningkatan nilai kesadaran lingkungan dalam diri para siswa di SMA Kristen Palangka Raya. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun penulis berharap agar penelitian ini dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut: 1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah sumbangan pemikiran bagi pengembangan Ilmu Sosiologi khususnya yang berkaitan dengan kajian hubungan antara masyarakat dan lingkungan hidup. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan masyarakat bahwa melalui pendidikan di sekolah, nilai kesadaran lingkungan itu dapat dimunculkan di dalam diri masing-masing tanpa mengenal batasan usia. 6