EVALUASI PERANAN FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PENDAPATAN PETERNAK PADA USAHA PETERNAKAN BABI RAKYAT DI DESA PUHU-PAYANGAN KAB. GIANYAR

Transkripsi

1 EVALUASI PERANAN FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PENDAPATAN PETERNAK PADA USAHA PETERNAKAN BABI RAKYAT DI DESA PUHU-PAYANGAN KAB. GIANYAR I Gd. Suranjaya, Md. Dewantari, I Kt. Warsa P dan I Wy. Sukanata Fakultas Peternakan Universitas Udayana-Bali suranjaya_gede@yahoo.co.id. ABSTRAK Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengevaluasi peranan faktor-faktor produksi sebagai input yang digunakan dalam proses produksi terhadap pendapatan peternak sebagai output pada usaha peternakan babi rakyat di desa Puhu-Payangan. Metode survei digunakan dalam penelitian ini dan wawancara dilakukan terhadap 50 orang peternak babi sebagai responden yang dipilih secara purposive random sampling. Data dianalisis secara deskriptif, dan untuk mengevaluasi hubungan antara faktor-faktor produksi dan pendapatan petani, analisis dilakukan dengan metode regresi berganda dan dilanjutkan dengan step wise. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan peternak dipengaruhi secara bersama-sama (P <0,05) oleh jumlah pemeliharaan ternak (X 1 ), jumlah bibit (X 2 ), lama waktu produksi (X 3 ), jumlah pemberian pakan (X 4 ), tenaga kerja (X 5 ) dan jumlah perkawinan induk (X 6 ) dengan nilai koefisien determinasi (r 2 ) = 0,74. Dari faktor-faktor tersebut hanya jumlah pemeliharaan ternak memberikan pengaruh yang sangat signifikan serta kontribusi paling besar terhadap pendapatan peternak dengan nilai r 2 = 0,61. Kata kunci : faktor produksi, pendapatan peternak, usaha peternakan skala kecil EVALUATION OF THE ROLE OF PRODUCTION FACTORS TO FARMER INCOME OF SMALL SCALE PIG FARM ENTERPRISE AT PUHU VILLAGE GIANYAR REGENCY-BALI I Gd. Suranjaya, Md. Dewantari, I Kt. Warsa P and I Wy. Sukanata Faculty of Animal Husbandry, The University of Udayana, Bali suranjaya_gede@yahoo.co.id. ABSTRACT This research was conducted aimed to evaluate of the production factors as input which both are used in production process to a farmer income as an output of traditional pig enterprise at Puhu-Payangan Village, Gianyar Regency-Bali. Survey method was used in this research and interview has been conducted on 50 farmers as respondents which were elected by purposive random sampling. Data collected has been analysed by descriptive, and in order to evaluate the relationship between production factors and farmer income, futher analysed was continued by multiple regression method and then followed by step wise. The result indicated that the farmer income was influenced simultaneously (P<0.05) by the number of pig rearing (X 1 ), number of seeds (X 2 ), long production time (X 3 ), total feeding fed (X 4 ), labor (X 5 ) and the number of marriages parent (X 6 ) with value of determinant coefisient (r 2 ) = From those factors only the number of pig rearing gave a very significant impact and the biggest contribution to the income of farmers with value of r 2 = Keywords: production factors, farmer's income, a small scale pig farm.

2 PENDAHULUAN Desa Puhu-Payangan adalah desa agraris karena memiliki lahan pertanian yang cukup luas, sehingga sebagian besar mata pencaharian penduduknya sebagai petani dan pekerjaan sampingan sebagai peternak babi dengan memanfaatkan lahan pekarangan belakang rumah serta limbah pertanian sebagai sumber pakan ternaknya. Menurut Yusdja et al., 2001 usaha pemeliharaan ternak mampu menunjang pendapatan masyarakat petani serta dapat menampung tenaga kerja yang ada di perdesaan. Walaupun demikian agar usaha itu memiliki produktivitas yang baik maka peternak perlu memiliki ketrampilan serta kemampuan dalam pengelolaan faktor-faktor produksi usaha dengan efisien. Usaha peternakan adalah proses produksi yang melibatkan beberapa faktor produksi sebagai input untuk menghasilkan output sebagai produktivitas usaha. Penggunaan faktor produksi yang efisien dalam proses produksi dapat meningkatkan pendapatan peternak (Soekartawi, 2003). Pada usaha pemeliharaan ternak secara ekonomi proyeksi produksi lebih ditentukan oleh jumlah pemilikan ternak, faktor jumlah pakan dan tenaga kerja yang digunakan juga cukup berperanan (Brown, 1979). Kemampuan peternak dalam menggunakan faktor-faktor produksi secara efisien adalah sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan, pencapaian pendapatan optimal tentu akan meningkatkan dan memacu minat peternak untuk mengembangkan usaha secara maksimal. Tingkat produktivitas usaha yang tercermin pada tinggi rendahnya pendapatan peternak adalah sangat tergantung dari efektivitas penggunaan faktor-faktor produksi tersebut. Berdasarkan hal itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi faktor produksi apa saja yang dilibatkan pada usaha peternakan babi rakyat yang terdapat di desa Puhu-Payangan serta untuk mengetahui bagaimanakah peranannya terhadap pendapatan peternak. MATERI DAN METODE Materi Penelitian Penelitian dilakukan terhadap 50 orang peternak babi rakyat yang berlokasi di desa Puhu Payangan-Kabupaten Gianyar. Metode Pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi : 1. Survey lapangan yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner/daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. 2. Wawancara/interview yaitu teknik untuk menggali informasi dengan melakukan tanya- jawab antara peneliti dan responden. Penentuan responden dilakukan secara purposive random sampling. Data yang dikumpulkan meliputi : nilai ternak, hasil penjualan babi, biaya pemeliharaan, jumlah pemilikan ternak, cara memperoleh ternak, kapasitas kerja peternak, lama pemeliharaan, status kepemilikan ternak, harga jual ternak, total penjualan, pendapatan peternak. Analisis Data. Tabulasi dilakukan terhadap data primer maupun sekunder dan selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Untuk mengkaji keterkaitan faktor-faktor produksi usaha dengan pendapatan peternak, maka digunakan pendekatan model linear sebagai berikut : Y = β 0 + β 1 X 1 + β 2 X 2 +.β n X n dimana : Y = tingkat pendapatan peternak (Rp/periode) β 0 = intercept (konstanta) β 1 n = koefisien regresi ke-1 n = faktor produksi ke-1.n X 1..n

3 Data dianalisis menggunakan Regresi Linear Berganda serta dilanjutkan stepwise (Steel and Torrie, 1993). Pendapatan peternak dihitung bedasarkan pendapatan bersih selama 1 periode pemeliharaan (6 bulan) yang didapat dengan mengurangi hasil penjualan ternak dengan harga awal ternak dan biaya pemeliharaan selama 1 periode (Soekartawi, 2003), dengan rumus : NR = TR TC TR = Py.Y (Px.X + TFC) Keterangan : NR = pendapatan bersih, TR = pendapatan total, TC = biaya total, X = input, Px = harga input, Y = out put, Py = harga out put, TFC = total biaya tetap. Untuk nilai satuan ternak babi ditetapkan dengan : 1). anak babi umur < 6 bulan setara dengan 0,1 ST, 2). babi muda umur 0,5 1 tahun setara dengan 0,2 ST, dan 3). babi dewasa umur > 1 tahun setara dengan 0,4 ST. Sementara kapasitas kerja peternak dikonversikan berdasarkan criteria dari De Vries and Van Gogh kutip oleh Tohir (1983) yaitu laki-laki dewasa = 1, perempuan dewasa = 0,75 dan anak-anak = 0,33. HASIL DAN PEMBAHASAN Usaha peternakan babi rakyat di desa Puhu diklasifikasikan sebagai usaha kombinasi perbibitan dan penggemukan yaitu menghasilkan bibit atau anakan dan babi dewasa (finisher) sebagai hewan potong. Status kepemilikan ternak responden adalah 100% milik sendiri, dengan jenis ternak babi yang dipelihara sebagian besar adalah babi Landrace. Tingkat pendapatan peternak secara bersama-sama dipengaruhi secara nyata (P<0,05) oleh skala pemilikan ternak (X 1 ), jumlah bibit (X 2 ), jumlah pemberian pakan (X 3 ), lama periode pemeliharaan (X 4 ), tenaga kerja (X 5 ), jumlah perkawinan induk (X 6 ). Pengaruh dari masing-masing faktor itu dapat dilihat berdasarkan nilai koefisien regresi (b 1 sampai b 6 ) seperti tercantum pada Tabel 1. Selanjutnya melalui analisis stepwise yaitu dengan mengeliminasi faktor-faktor yang tidak signifikan, maka diperoleh persamaan regresi Y = 2673, ,82 X 1 dimana Y = tingkat pendapatan peternak dan X 1 = jumlah pemilikan ternak. Persamaan ini memiliki koefisien determinasi (r 2 ) sebesar 0,61 artinya bahwa sebesar 61% pendapatan peternak berkaitan atau ditentukan oleh jumlah pemeliharaan ternak dan sebesar 39% lagi ditentukan oleh faktor yang lain. Tabel 1. Nilai determinasi dan koefisien regresi (b i ) dari masing-masing faktor produksi Variabel Koefisien Regresi T hit Sig Konstanta (a) 3123,97 0,75 0,46 Jumlah pemeliharaan ternak (X 1 ) Jumlah Bibit (X 2 ) Jumlah pemberian pakan (X 3 ) Lama waktu produksi (X 4 ) Tenaga kerja (X 5 ) Jumlah perkawinan induk (X 6 ) 231,98-164,98 100,94 278,23-102,41 290,38 1,87-0,25 0,971 0,289-0,280 0,394 0,00 0,38 0,14 0,47 0,28 0,69 Determinasi (r 2 ) F hitung 0,74 12,06* Pendapatan peternak berkaitan sangat nyata (P<0,01) dengan faktor jumlah pemeliharaan ternak. Pendapatan peternak tergantung dari jumlah penjualan ternak yang ditentukan oleh jumlah ternak yang dipelihara (X 1 ). Pemeliharaan ternak induk dengan jumlah lebih banyak cenderung mampu menghasilkan anakan yang lebih banyak

4 sehingga dapat meningkatkan nilai penjualan ternak, demikian pula pada usaha penggemukan jumlah pemilikan babi dewasa (finisher) lebih banyak juga dapat meningkatkan nilai penjualan ternak (Simon Pardede, 2015). Sementara jumlah pemeliharaan ternak bibit (X 2 ) tidak berperanan nyata (P>0,05) terhadap tingkat pendapatan. Pemeliharaan ternak bibit merupakan biaya pada masa periode produksi sedang berjalan dan kemungkinan baru menghasilkan pada periode produksi berikutnya. Jumlah pemilikan ternak responden pada penelitian ini berkisar antara 2 33 ekor, ratarata = 14,04 ekor/ peternak atau setara 3,38 ST (satuan ternak babi). Faktor jumlah pemberian pakan (X 3 ), lama waktu produksi (X 4 ), penggunaan tenaga kerja (X 5 ) dan jumlah perkawinan induk (X 6 ) tidak berperanan nyata (P>0,05) dengan tingkat pendapatan. Sebagian besar responden memberikan pakan berupa limbah dapur dan limbah hasil pertanian pada ternak babinya dengan harga murah dan malah tidak membelinya. Hanya sebagian kecil dari responden yang memberikan pakan konsentrat dan ini dilakukan terutama pada ternak penggemukan beberapa saat menjelang panen. Penggunaan pakan limbah dapur atau sisa hasil pertanian yang berharga murah secara ekonomis dapat menekan faktor biaya pakan sehingga tidak membebani biaya produksi (Hardyastuti, 2011). Semakin banyak tenaga kerja yang terlibat pada usaha ini maka beban biaya produksi akan menjadi lebih besar. Hal ini disebabkan kerena usaha peternakan babi di desa Puhu termasuk usaha peternakan rakyat berskala kecil (rumah tangga). Untuk usaha pemeliharaan babi skala kecil seperti usaha dengan jumlah pemeliharaan ternak 2-30 ekor atau rata-rata 3,38 ST (satuan ternak) tidak membutuhkan tenaga kerja yang banyak (Aritonang., 2010). Sementara rataan lama waktu produksi ternak adalah ,5 hari, dan ini telah disesuaikan oleh peternak dengan waktu saat terjadinya peningkatan permintaan terhadap ternak dan daging babi seperti saat hari raya keagamaan di Bali. Pendapatan bersih peternak dihitung berdasarkan selisih dari total penerimaan penjualan ternak dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan. Jumlah penerimaan dengan skala usaha 3,38 ST selama rata-rata 6 bulan adalah sebesar Rp ,00. Sementara total biaya produksi selama rata-rata 6 bulan sebesar Rp ,00, sehingga diperoleh pendapatan usaha secara rata-rata sebesar Rp ,00/1 kali periode produksi. Formasi rata-rata penerimaan responden per 1 periode produksi terdiri dari 44,17% hasil penjualan babi dewasa (finisher), 31,03% penjualan anakan, 16,38% induk afkir dan 8,42% babi muda. Babi dewasa (finisher) dibutuhkan sebagai hewan potong untuk memenuhi kebutuhan daging bagi masyarakat dan beberapa usaha lainnya. Sedangkan anakan (anak babi) dibutuhkan sebagai ternak bibit untuk dikembangkan lebih lanjut (Zadrak et al., 2014) dan untuk di Bali digunakan pula sebagai babi guling yaitu sarana pelengkap upacara agama atau kuliner khas yang sangat digemari oleh masyarakat maupun wisatawan. Prospek pasar daging babi cukup besar di Bali dan kebutuhannya semakin meningkat pada musim berlangsungnya kegiatan adat-sosial masyarakat dan musim-musim puncak kedatangan wisatawan (Disnak. Prop. Bali. 2012). SIMPULAN Tingkat pendapatan peternak pada usaha pemeliharaan babi skala kecil di desa Puhu secara bersama-sama dipengaruhi secara nyata oleh faktor jumlah pemeliharaan ternak, bibit, jumlah pemberian pakan, lama waktu produksi, tenaga kerja dan biaya sewa pejantan. Dari kesemua faktor tersebut, maka faktor jumlah pemeliharaan ternak paling besar peranannya dalam menentukan tingkat pendapatan peternak.

5 DAFTAR PUSTAKA Aritonang., Beternak Babi Perencanaan dan Pengelolaan Usaha. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. Brown, M.L Farm budget from farm income analysis to agricultural project analysis. Published for World Bank. The John Hopkins Univ. Press, Baltimore- London. Disnak. Prop. Bali Informasi Data Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Bali. Hardyastuti, Kajian Biaya Produksi Pada Usaha Peternakan Babi. Jurnal Sosek Peternakan Unibraw Malang. Volume 12 No. 1. Malang. Simon Pardede, Analisis Biaya dan Keuntungan Usaha Peternakan Babi Rakyat di Desa Cigugur, Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran-Bandung. Soekartawi, Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas. Cetakan ke-3. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Steel, R.G.B and. J.H. Torrie Prinsip dan Prosedure Statistika. Suatu pendekatan biometric (terjemahan). Edisi 2. PT. Gramedia Jakarta. Tohir, K.A. Seuntai Tentang Usaha Tani Indonesia. Bina Aksara. Jakarta. Yusdja, Y., H. Malian., B. Winarso, Sayuti dan A.S. Bagyo Analisis Kebijakan Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan Peternakan. Badan Litbang Pertanian-Bogor. Zadrak M. Warouw, V. V. J. Panelewen dan Arie Dp. Mirah Analisis Usaha Peternakan Babi pada Perusahaan Kaswean Kakaskasen II Kota Tomohon. Jurnal Zootek ( Zootrek Journal ) Vol 34 No. 1:

6