EFEKTIFITAS SPEECH THERAPY TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA PADA ANAK TUNA RUNGU DI TK LUAR BIASA KARYA MULIA SURABAYA
|
|
- Suharto Hermawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 EFEKTIFITAS SPEECH THERAPY TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA PADA ANAK TUNA RUNGU DI TK LUAR BIASA KARYA MULIA SURABAYA Oleh: MEUTIA CAHAYA AYUDANI, Setiadi, M. Kep.,Ns ABSTRACT Speech Therapy is a systematic efforts in teaching and learning so it gave the children have knowledge, skills, and attitudes to express thoughts, ideas, and feelings by talking (Wasita, 2012). Language is the ability to communicate with others. For children who have hearing loss, improved language skills becomes impaired. The objective of this study to analyze the effective speech therapy with improved skills for deaf children in special kindergaten Karya Mulia Surabaya. The study design used comparative design. Population of this study is 19 childrens who have hearing loss in special kindergaten Karya Mulia Surabaya. Samples of this study used Purposive Sampling. Variable of this study are speech therapy and Language skills. Data of this study to compare the result of development language before and after therapy by documentation studies. The result of development language examined statistically using SPSS 16 with Wilcoxon Test. The results showed that before used speech therapy, the language skills is not able and able to help with the proportion 26.3% and then the language skills become increase able on the ability with the proportion 68.4% after used speech therapy. The result of wilcoxon test obtained ρ = with significance ρ < 0,05. It means H 1 is accepted, there is an effective speech therapy with improved lamguage skills for deaf children in Special kindergarten Karya Mulia Surabaya. The implication of this study to raise the frequency of speech therapy to improving the language skills for deaf. Keywords: Speech Therapy, Improved Language Skills, Deaf Children Program Studi S1-Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya 1
2 PENDAHULUAN Penderita tuna rungu adalah mereka yang memiliki hambatan perkembangan indera pendengar. Tuna rungu tidak dapat mendengar suara atau bunyi. Kemampuan berbicara pun kadang terganggu. Sebagaimana kita ketahui, keterampilan berbicara sering kali ditentukan oleh seberapa sering seseorang mendengar orang lain berbicara. Akibatnya anak-anak tuna rungu memiliki hambatan bicara dan menjadi bisu. Untuk berkomunikasi dengan orang lain, mereka menggunakan bahasa bibir atau bahasa isyarat (Geniofam, 2010 : 20). Tuna rungu adalah istilah lain dari tuli yaitu tidak dapat mendengar karena rusak pendengaran. Secara etimologi, tuna rungu berasal dari kata tuna dan rungu. Tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran. Jadi, orang dikatakan tuna rungu apabila tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara. Pendengaran merupakan salah satu sarana penting pada manusia untuk menerima ilmu. Walaupun manusia masih dapat belajar melalui indera penglihatan, bau, sentuhan, rasa, dan sebagainya, indera pendengaran akan lebih memudahkan dan menyempurnakan proses pembelajaran. Kehilangan pendengaran menyebabkan miskinnya kebahasaan yang dimiliki dan menghambat komunikasi anak tuna rungu secara nyata. Mereka akan kesulitan dalam berkomunikasi dengan lingkungannya, terutama dalam hal menyesuaikan diri, kekurangan akan pemahaman bahasa lisan menyebabkan anak tuna rungu menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah sehingga timbul kecemasan, kebingungan dan ketakutan dalam menghadapi lingkungan yang beraneka ragam komunikasinya. Namun telah banyak contoh, mereka yang memiliki kekurangan dari segi penginderaanya juga memiliki kesempatan untuk tumbuh dan berkembang seperti anak normal lainnya yang berprestasi dan membanggakan orang tua. WHO menyebutkan bahwa penyandang cacat atau difabel di suatu Negara sekitar 10% dari total jumlah penduduk di seluruhnya. Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa Jumlah Penyandang Cacat sesuai hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2004 adalah jiwa, yang terdiri dari tuna netra jiwa (29%), tuna daksa jiwa (27%), eks penderita penyakit kronis jiwa (21%), tuna grahita jiwa (12,8%), tuna rungu wicara jiwa (9,9%) (Wasita, 2012: 11). Berdasarkan data pendahuluan di TK Luar Biasa Karya Mulia Surabaya bahwa 5 dari 10 anak mengalami gangguan berbahasa dan tuna rungu yang dialami sejak lahir (kongenital). Strategi pembelajaran bagi anak tuna rungu harus dilandasi pada pendekatan berbahasa dan komunikasi yang selanjutnya dapat diimplementasikan dalam bentuk pengajaran bahasa yang menggunakan pendekatan percakapan. Dalam buku Wasita (2012: 12) menyebutkan bahwa pendidikan bagi anak tuna rungu telah dirintis di Indonesia sejak didirikannya lembaga untuk anak tuna rungu oleh seorang istri dokter THT, C.M. Roelfsma Wesselink, di Bandung pada tahun 1933 dengan metode pengajaran Metode Oral. Setelah Program Studi S1-Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya 2
3 kemerdekaan bermunculan lembagalembaga yang menyelenggarakan pendidikan bagi anak tuna rungu. Sehingga, kompetensi pendekatan percakapan Metode Oral dapat dikembangkan melalui terapi wicara atau speech therapy. Bicara adalah mekanisme pengucapan bunyi bahasa untuk mengkomunikasikan atau menyampaikan perasaan, pikiran dengan memanfaatkan nafas, otot-otot dan alat ucap secara terintegrasi. Berdasarkan data pendahuluan di TK Luar Biasa Karya Mulia Surabaya dengan guru bina wicara, pelaksanaan dari bina wicara atau speech therapy dengan cara latihan pernafasan, latihan meraban, dan latihan per kata. Dari latihan-latihan tersebut akan muncul penilaian dari suara/nada, bentuk bibir dan pelafalan fonem. Terapi ini bertujuan agar anak tuna rungu 1) Memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk mengucapkan bunyi bahasa Indonesia, 2) Memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk mengemudikan alat ucap demi perbaikan mutu bicaranya, 3) Senang menggunakan cara bicara dalam komunikasi dengan orang lain 4) Memiliki keterampilan wicara yang jelas, 5) Senang melakukan evaluasi dan memperbaiki kesalahan serta berusaha meningkatkan kemampuan bicaranya (Wasita, 2012: 45). Terapi ini mempermudah anak tuna rungu untuk berkomunikasi dengan orang lain bahkan tidak hanya sesama anak tuna rungu melainkan juga masyarakat umum. Terapi ini menggunakan prinsip oral bukan dengan bahasa isyarat. Jika menggunakan bahasa isyarat, anak tuna rungu tidak akan banyak mengekspresikan kemampuan bicaranya bahkan hanya orang dan anak-anak tertentu saja. Dengan adanya terapi ini anak tuna rungu lebih terampil untuk melatih cara bicaranya dengan mengucapkan kata-kata atau kelompok kata. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian komparatif dimana sebagai suatu penelitian yang memfokuskan untuk mengkaji perbandingan terhadap pengaruh (efek) pada kelompok subjek tanpa adanya suatu perlakuan dari peneliti. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 17 Juni 2014 di TK Luar Biasa Karya Mulia Surabaya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi dari TK Luar Biasa Karya Mulia Surabaya yang berjumlah 19 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian siswa-siswi dari kelompok A, B, dan C di TK Luar Biasa Karya Mulia Surabaya yang berjumlah 19 orang dengan kriteria sebagai berikut: 1. Kriteria inklusi a. Siswa-siswi yang mengalami tuna rungu sejak lahir (congenital). b. Siswa-siswi yang mengalami gangguan dalam berbahasa. c. Siswa-siswi yang mengikuti terapi 1 minggu sekali dalam1 bulan terakhir. 2. Kriteria eksklusi a. Orang tua/ wali murid yang tidak meyetujui anaknya menjadi responden. Program Studi S1-Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya 3
4 Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling dengan metode purposive sampling. Pada teknik ini setiap responden yang memenuhi kriteria inklusi dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan atau masalah dalam penelitian) (Nursalam, 2011 : 94). Pengambilan sampel dalam penelitian ini berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan studi dokumentasi. Lembar observasi speech therapy diisi oleh guru bina wicara berisi komponen suara, pelafalan fonem berupa kata-kata, dan kesimpulan dari hasil speech therapy. Metode penyampaian speech therapy ini dilakukan dengan cara tes lisan pada siswa-siswi kelompok A, B, dan C TK Luar Biasa Karya Mulia Surabaya. Pengumpulan data yang dilakukan adalah melakukan observasi dari data hasil pelaksanaan terapi yang diberikan kepada siswa-siswi di kelas. Data yang terakhir adalah pengumpulan data dalam hal perkembangan bahasa yang dilakukan selama 1 bulan terakhir. HASIL PENELITIAN Data Umum Keluarga 1. Status Orangtua Status Orangtua Keluarga utuh (ayah, ibu anak) Orangtua tunggal Total menunjukkan bahwa status orangtua dari responden dalam penelitian ini adalah 19 orang dengan rincian status orangtua dengan keluarga utuh sebanyak 94.7% (18 orang) dan orangtua tunggal sebanyak 5.3% (1 orang). 2. Usia ibu Usia ibu < Tahun Tahun > 35 Tahun Total menunjukkan bahwa usia ibu dari responden dalam penelitian ini adalah 19 orang dengan rincian usia responden tahun sebanyak 57.9% (11 orang) dan >35 tahun sebanyak 42.1% (8 orang). 3. Pendidikan ibu Pendidikan Presentas e SD SLTP SLTA Perguruan tinggi menunjukkan bahwa bahwa pendidikan ibu dari responden dalam penelitian ini adalah 19 orang dengan rincian pendidikan SD/sederajat dan SLTP/sederajat sebanyak 5.3% (1 Program Studi S1-Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya 4
5 orang), SLTA/sederajat sebanyak 52.6% (10 orang), serta Perguruan tinggi 36.8% (7 orang). 4. Pekerjaan Ibu Pekerjaan Ibu rumah tangga PNS atau TNI - - Swasta Wiraswasta menunjukkan bahwa pekerjaan ibu dari responden dalam penelitian ini adalah 19 orang dengan rincian pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sebanyak 73.7% (14 orang), Swasta sebanyak 21.1% (4 orang), wiraswasta sebanyak 5.3% (1 orang). 5. Penghasilan Keluarga Tiap Bulan Penghasilan keluarga tiap bulan < Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp > Rp menunjukkan bahwa penghasilan keluarga tiap bulan dalam penelitian ini adalah 19 orang dengan rincian penghasilan keluarga tiap bulan Rp Rp sebanyak 21.1% (4 orang), Rp Rp sebanyak 26.3% (5 orang), Rp Rp sebanyak 42.1% (8 orang), > Rp sebanyak 10.5% (2 orang). Data Umum Anak 1. Usia Anak Usia Anak 4 tahun tahun tahun tahun tahun menunjukkan responden dalam penelitian ini adalah 19 responden dengan rincian anak usia 4 tahun dan 7 tahun sebanyak 5.3% (1 responden), usia 5 tahun sebanyak 2.1% (4 responden), usia 6 tahun sebanyak 26.3% (5 responden), dan usia 8 tahun sebanyak 42.1% (8 responden). 2. Jenis kelamin Jenis kelamin Laki laki Perempuan responden dengan rincian laki-laki sebanyak 47.4% (9 responden) dan perempuan sebanyak 52.6% (10 responden). Program Studi S1-Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya 5
6 3. Posisi anak Posisi anak Anak pertama Anak tengah Anak bungsu responden dengan rincian anak pertama sebanyak 57.9% (11 responden), anak tengah sebanyak 5.3% (1 responden), dan anak bungsu sebanyak 36.8% (7 responden). 4. Jumlah saudara Jumlah saudara < > responden dengan rincian jumlah saudara dalam keluarga < 2 sebanyak 89.5% (17 responden) dan jumlah saudara 3-4 sebanyak 10.5% (2 responden). 5. Pengasuh anak Pengasuh anak orangtua (ayah/ibu) responden dengan rincian sebagian besar pengasuh anak dalam keluarga adalah orangtua (ayah/ibu) sebanyak 100%. 6. Bahasa yang digunakan Bahasa yang digunakan bahasa indonesia bahasa jawa Total responden dengan rincian bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia sebanyak 89.5% (17 responden) dan bahasa jawa sebanyak 10.5% (2 responden). 7. Terapi di luar sekolah Terapi di Luar sekolah Iya Tidak responden dengan rincian tidak mengikuti terapi di luar sekolah sebanyak 78.9% (15 responden) dan mengikuti terapi di luar sekolah sebanyak 21.1% (4 responden). Program Studi S1-Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya 6
7 Data Khusus 1. Perkembangan Bahasa Sebelum Terapi Sebelum Terapi Tidak mampu Mampu dengan bantuan Mampu tanpa bantuan Mampu diatas kemampuan - - menunjukkan menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini adalah 19 responden dengan rincian tidak mampu sebanyak 26.3% (5 responden), mampu dengan bantuan 47.4 (9 responden), mampu tanpa bantuan 26.3 (5 responden). 2. Perkembangan Bahasa Sesudah Terapi Sesudah Terapi Tidak mampu - - Mampu - - dengan bantuan Mampu tanpa bantuan Mampu diatas kemampuan responden dengan rincian mampu tanpa bantuan 31.6% (6 responden) dan mampu diatas kemampuan 68.4% (13 responden). 3. Efektifitas Speech Therapy Terhadap Peningkatan Kemampuan Berbahasa Variabel Mean Std. ρ N Deviasi value Perkembangan Bahasa Sebelum Sesudah menunjukkan bahwa dari uji statistik dengan menggunakan uji wilcoxon dalam program SPSS 16 terlihat nilai mean pengukuran sebelum dan sesudah terapi ada perbedaan sebesar 1.68 dan didapatkan ρ = dengan taraf signifikan ρ < 0,05, ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah terapi. Perbedaan ini dapat disimpulkan bahwa H 1 diterima yang artinya ada efektifitas speech therapy terhadap peningkatan kemampuan berbahasa anak tuna rungu. PEMBAHASAN 1. Kemampuan Berbahasa Anak Tuna rungu Sebelum Dilakukan Speech Therapy Hasil penelitian perkembangan bahasa sebelum dilakukan speech therapy menunjukkan bahwa dari 19 responden sebagian besar masuk dalam kategori mampu dengan bantuan sebanyak 9 anak (47.4%), serta kategori mampu tanpa bantuan dan tidak mampu masing-masing sebanyak 5 anak (26.3%). Pengamatan peneliti tentang perkembangan bahasa sebelum terapi didapatkan 9 anak (47.4%) yang masuk dalam kategori mampu Program Studi S1-Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya 7
8 berbicara dengan bantuan dapat dipengaruhi oleh pendidikan ibu. Data yang didapatkan dari tingkat pendidikan orangtua sebagian besar orangtua berpendidikan SMA sebanyak 10 orang (10.6%), Perguruan tinggi sebanyak 7 orang (36.8%), dan tingkat pendidikan SD dan SMP masing-masing sebanyak 1 orang (5.3%). Hal ini mengakibatkan pada kemampuan berbahasa anak. Orangtua dengan pendidikan yang rendah tidak mampu menguasai bahasa terutama bagi anak yang memiliki masalah pendengaran jadi orangtua lebih memilih melatih kemampuan berbahasa anak dengan pendidikan khusus yang mengasah kemampuan berbicara anak. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar ibu sebagai ibu rumah tangga sebanyak 14 orang (73.7%) yang seharusnya memiliki lebih banyak waktu untuk berinteraksi dengan anaknya. Ibu memilih tetap untuk menyerahkan pendidikan bahasa anak mereka pada pendidikan khusus. Smith (2013: 347) mengatakan bahwa orangtua ingin anaknya menjadi bagian komunitas pendidikan yang penuh perhatian. Fakta ini merupakan tujuan utama pembentukan sekolah khusus yang sungguh-sungguh memperhatikan anak didiknya. Pengamatan peneliti tentang perkembangan bahasa sebelum terapi didapatkan 5 anak (26.3%) yang masuk dalam kategori mampu tanpa bantuan dapat dipengaruhi oleh penghasilan keluarga tiap bulan. Penghasilan keluarga tiap bulan menunjukkan sebanyak 4 orang (21.1%) Rp Rp Data juga menunjukkan bahwa jumlah saudara dalam keluarga < 2 dan dapat disimpulkan bahwa dengan adanya jumlah saudara yang sedikit, pengeluaran keluarga untuk kebutuhan keluarga juga sedikit sehingga orangtua dapat menyisihkan pengahasilan keluarga untuk menyediakan fasilitas pendidikan yang mampu menunjang kemampuan berbahasa anak. Popenoe (1993) dalam Smith berpendapat bahwa semakin sedikit orang meluangkan waktu, uang, dan tenaganya untuk kehidupan maka hilanglah nilai-nilai kekeluargaannya. Pengamatan peneliti tentang perkembangan bahasa sebelum terapi didapatkan 5 anak (26.3%) yang masuk dalam kategori tidak mampu dapat dipengaruhi oleh pekerjaan ibu yang didapatkan 4 orang (21.1%) bekerja sebagai swasta. Ibu yang bekerja swasta terkadang memiliki sedikit waktu untuk berinteraksi dengan anaknya. Apabila ibu bekerja di luar rumah, tuntutan waktu dan tenaga akan bertambah (Smith, 2013:337). Terrel dalam buku David Smith (2013), mengatakan masalahmasalah bahasa seringkali menyangkut kesulitan dalam memahami orang lain, berbicara dengan jelas, menemukan kata yang benar untuk mengungkapkan ide dan kebutuhannya, serta kurang kemampuan dalam mengatur bahasa untuk mendapatkan komunikasi yang efektif. Kerusakan pendengaran mengakibatkan artikulasi yang buruk sebab si anak tidak dapat mendengar dengan baik serta meniru artikulasi yang benar. Peneliti berasumsi bahwa kelainan bahasa yang dialami anak Program Studi S1-Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya 8
9 tuna rungu merupakan suatu kesulitan dalam menggunakan kata-kata atau pengetahuan tata bahasa termasuk kesulitan dalam memahami pembicaraan orang lain. Beberapa literatur menyebutkan bahwa terdapat metode komunikasi sederhana dan efektif untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak tuna rungu yaitu dengan pemberian speech therapy. Speech therapy ini telah lama dijalankan di TK Luar Biasa Karya Mulia Surabaya dan hasilnya menunjukkan bahwa metode ini mampu mengajarkan anak untuk mengemudikan alat ucapnya sehingga pembentukan suara yang dikeluarkan atau dihasilkan dapat terdengar jelas serta anak tuna rungu menunjukkan kategori mampu tanpa bantuan dan mampu diatas kemampuan. 2. Kemampuan Berbahasa Anak Tuna rungu Sesudah Dilakukan Hasil penelitian perkembangan bahasa sesudah dilakukan speech therapy menunjukkan bahwa dari 19 responden di TK Luar Biasa Karya Mulia Surabaya kemampuan berbahasa sesudah dilakukan speech therapy terjadi perubahan yaitu masuk dalam kategori mampu diatas kemampuan 13 anak (68.4%) dan mampu tanpa bantuan 6 anak (31.6%), Speech therapy ini mengajarkan anak tuna rungu untuk menguasai bahasa yang meliputi 3 indikator yaitu latihan pernapasan, latihan meraban, dan latihan per kata. Anak masuk dalam kategori mampu diatas kemampuan jika mampu memenuhi semua indikator tersebut, kategori mampu dengan bantuan jika mampu satu indikator, kategori mampu tanpa bantuan jika mampu minimal 2 indikator, dan kategori tidak mampu jika tidak mampu memenuhi semua indikator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 5 anak dengan kategori tidak mampu setelah dilakukan terapi semua anak menguasai 2 indikator yang artinya masuk dalam kategori mampu tanpa batuan. Anak dengan kategori mampu dengan bantuan sebanyak 9 anak dan setelah dilakukan terapi 8 anak menguasai 3 indikator dengan kategori mampu diatas kemampuan dan 1 anak menguasai 2 indikator dengan kategori mampu tanpa bantuan. Anak dengan kategori mampu tanpa bantuan sebanyak 5 anak dan setelah dilakukan terapi 5 anak menguasai 3 indikator dengan kategori mampu diatas kemampuan. Pengamatan peneliti tentang perkembangan bahasa sesudah terapi, anak berbicara mampu diatas kemampuan hal ini disebabkan karena semakin sering anak dilatih untuk mengeluarkan ucapan dengan jelas maka akan terbentuk kebiasaan kemampuan berbicara yang akan diterapkan di lingkungannya. Smith (2013: 203) mengemukakan bahwa berbicara diartikan sebagai kesanggupan mengungkapkan pikiran seseorang melalui pengucapan suara (secara lisan). Faktor lain yang ikut mempengaruhi adalah pengasuh anak dalam keluarga dan posisi anak dalam keluarga. Data menunjukkan 19 anak (100%) pengasuh dalam keluarga adalah orangtua. Orangtua menjadi perndamping penting dalam pendidikan anak karena secara tidak Program Studi S1-Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya 9
10 sadar orangtua memiliki kesempatan yang lebih besar untuk berkomunikasi dengan anak dibandingkan anak yang diasuh oleh kakek/nenek. Hal ini diperkuat dengan teori yang menyatakan bahwa keluarga dengan seorang anak berkebutuhan khusus harus menjadi keluarga khusus karena kerjasama orangtua dalam mendidik anak akan memperoleh manfaat dari kerjasama orangtua dalam membentuk kekuatan dan kebutuhan anak (Smith, 2013: 352). Data menunjukkan bahwa posisi anak dalam keluarga yang diperoleh dari 19 anak, didapatkan 13 anak yang memiliki perkembangan bahasa mampu diatas kemampuan sebagian besar 8 anak sulung (61.5%), anak tengah berjumlah 1 orang (7.7%), dan 4 anak bungsu (30.8%). Sedangkan perkembangan bahasa yang memiliki kemampuan mampu tanpa bantuan anak sulung dan anak bungsu berjumlah 3 orang (50%). Posisi anak dalam keluarga sangat mempengaruhi hubungan dalam meningkatkan kemampuan berbahasa terutama bagi orangtua yang memiliki anak bermasalah pendengaran. Anak pertama merupakan anak yang dinantikan oleh semua keluarga besar, baik orang tua, nenek, kakek, dsb, sehingga perhatian dan komunikasi yang banyak dan sering dilakukan pada anak mempengaruhi perkembangan bahasa. Hal ini diperkuat dengan teori yang menyatakan bahwa keluarga sebagai pendamping pribadi (self advocacy) yang artinya keluarga dapat mengajarkan anak-anak berkebutuhan khusus untuk berbicara dan mengeluarkan semua ekspresi mereka untuk meningkatkan kualitas hidup mereka di sekolah dan di masyarakat (Smith, 2013: 349). Data menunjukkan bahwa dari 19 anak, didapatkan 13 anak yang memiliki perkembangan bahasa mampu diatas kemampuan yang tidak mengikuti terapi di luar sekolah berjumlah 10 anak (76.9%) dan mengikuti terapi di luar sekolah berjumlah 3 anak (23.1%). Sedangkan 6 anak yang memiliki perkembangan bahasa mampu tanpa bantuan yang tidak mengikuti terapi di luar sekolah berjumlah 5 anak (83.3%) dan mengikuti terapi di luar sekolah 1 anak (16.7%). Hal ini menunjukkan bahwa keikutsertaan anak dalam terapi di luar sekolah lebih sedikit dibandingkan keikutsertaan anak dalam terapi di sekolah. Keikutsertaan anak dalam terapi di sekolah memberikan dampak positif yaitu anak mampu diatas kemampuan lebih banyak dibandingkan anak mampu tanpa bantuan. Sekolah merupakan sarana yang penting dalam perkembangan bahasa anak karena guru di kelas mempunyai strategi pengajaran yang mampu mempersiapkan anak untuk menerima terapi secara intensif. Hasil wawancara orangtua juga menyatakan bahwa keikutsertaan anak dalam mengikuti terapi di sekolah lebih efektif dibandingkan mengikuti terapi di luar sekolah karena pada dasarnya tingkat kemampuan anak pada saat terapi mempengaruhi penerimaan pembelajaran di sekolah, sehingga keikutsertaan terapi di luar sekolah hanya sebagai tambahan perkembangan bahasa. Program Studi S1-Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya 10
11 3. Efektifitas Speech Therapy Terhadap Peningkatan Kemampuan Berbahasa Anak Tuna rungu di TK Karya Mulia Surabaya Hasil analisa data dengan uji statistik wilcoxon didapatkan ρ = hal ini menunjukkan bahwa ρ < 0,05 yang artinya H 1 diterima sehingga ada efektifitas speech therapy terhadap peningkatan kemampuan berbahasa anak tuna rungu di TK Karya Mulia Surabaya. Dengan ini membuktikan bahwa kemampuan berbahasa sesudah dilakukan speech therapy mempunyai perbandingan yang signifikan dengan kemampuan berbahasa sebelum dilakukan speech therapy. Speech therapy sangat berpengaruh terutama pada anak tuna rungu yang mengalami gangguan dalam berbahasa. Dampak dari gangguan bicara atau tidak berkembangnya kemampuan bicara yaitu terjadinya kemiskinan bahasa secara keseluruhan. Pelayanan pendidikan khusus diperlukan agar mereka mengenal bahasa atau nama benda, kegiatan, peristiwa, dan perasaan sehingga mereka dapat menggunakan bahasa di lingkungannya. Beberapa literatur berpendapat bahwa speech therapy adalah media utama dan cara termudah untuk mempelajari dan menguasai bahasa. Wasita (2012: 45) mengungkapkan bahwa dengan adanya speech therapy membantu anak tuna rungu untuk memiliki keterampilan wicara yang jelas dalam mengucapkan bunyi bahasa dengan memanfaatkan nafas, alat-alat ucap, dan sistem saraf yang terintegrasi. Data hasil sebelum dilakukan speech therapy perkembangan bahasa anak tuna rungu sebagian besar masih menunjukkan mampu dengan bantuan artinya hanya mampu satu indikator. Hasil dari wawancara guru di kelas, kemiskinan bahasa yang dialami anak tuna rungu pada saat awal terapi yaitu anak tuna rungu belum mendapatkan lebih banyak pengetahuan tentang penggunaan kata-kata atau pengetahuan tentang tata bahasa sehingga untuk berbicara dengan orang lain akan mengalami kesulitan dan suara yang dihasilkan tidak jelas. Pembimbingan ucapan yang tidak terkontrol mengakibatkan anak tuna rungu sering mengalami kesalahan dalam pengucapan. Data hasil sesudah speech therapy menunjukkan peningkatan kemampuan berbahasa yang signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 5 anak dengan kategori tidak mampu setelah dilakukan terapi semua anak menguasai 2 indikator yang artinya masuk dalam kategori mampu tanpa batuan. Anak dengan kategori mampu dengan bantuan sebanyak 9 anak dan setelah dilakukan terapi 8 anak menguasai 3 indikator dengan kategori mampu diatas kemampuan dan 1 anak menguasai 2 indikator dengan kategori mampu tanpa bantuan. Anak dengan kategori mampu tanpa bantuan sebanyak 5 anak dan setelah dilakukan terapi 5 anak menguasai 3 indikator dengan kategori mampu diatas kemampuan. Metode speech Therapy memfokuskan pembimbingan ucapan dan membaca ucapan sehingga anak tuna rungu dilatih untuk mengontrol ucapan yang baik. Speech therapy ini Program Studi S1-Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya 11
12 dilakukan dengan cara tes lisan oleh guru bina wicara yang duduk berhadapan dengan anak. Indikator yang harus dicapai ada 3 yaitu latihan pernapasan, latihan meraban, dan latihan per kata. Anak dituntun untuk membuka mulut dan mengucapkan sebagaimana kata itu diucapkan. Guru bina wicara mengatakan bahwa anak tuna rungu yang sudah melakukan terapi dengan minimal terapi yang dilakukan sebanyak 20 kali akan mampu memenuhi 3 indikator yang diajarkan. Namun, guru bina wicara juga menjelaskan bahwa faktor pendampingan orangtua sepenuhnya akan mempengaruhi penambahan bahasa anak tuna rungu. Faktor posisi keluarga dalam mengevaluasi kegiatan yang sudah diajarkan di sekolah juga diperlukan. Semakin sering anak mendapat kosa kata baru, semakin bertambah pula tingkat pengetahuan tata bahasa mereka. Hal ini dikarenakan metode speech therapy ini mengajarkan anak tuna rungu yang memiliki hambatan dalam hal berbahasa untuk memusatkan perhatian pada bagaimana cara sesuatu itu diucapkan. Jadi, apabila kemampuan berbahasa diasah terus-menerus akan menghasilkan pengucapan yang baik sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pengucapan seperti roti akan diucapkan woti atau loti. Dapat diasumsikan bahwa dari hasil penelitian ini latihan pernapasan, latihan meraban, dan latihan per kata yang mendorong anak untuk mengekspresikan bicara nya dengan memahami apa yang diucapkan sehingga dapat berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan berbahasa anak tuna rungu. Faktor lain yang mendukung yaitu dengan bertambahnya ilmu, anak sering bertanya dan berbicara untuk mencari tahu apa yang mereka lihat dan dengar, maka perkembangan bahasa akan bertambah seriing dengan bertambahnya ilmu yang mereka dapat dan lihat. SIMPULAN Hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut : 1. Perkembangan berbahasa anak tuna rungu di TK Karya Mulia Surabaya sebelum dilakukan speech therapy sebagian besar masih mampu dengan bantuan. 2. Perkembangan berbahasa anak tuna rungu di TK Karya Mulia Surabaya sesudah dilakukan speech therapy sebagian besar mampu diatas kemampuan. 3. Speech therapy efektif untuk meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak tuna rungu di TK Karya Mulia Surabaya. DAFTAR PUSTAKA Hidayat, A. A. (2011). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika Kartono, K. (2007). Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung: Mandar maju Ling, Jonathan &Jonathan Catling Psikologi Kognitif. Jakarta: Erlangga Muhammad, Jamila Special Education for Special Program Studi S1-Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya 12
13 Children. Jakarta: Hikmah (PT. Mizan Publika) Pendalaman. Jelajah Nusa Tangerang: Ngalimun, dkk Perkembangan dan Pengembangan Kreativitas. Yogyakarta: Aswaja Pressindo Nursalam, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan edisi 2. Jakarta: Salemba Medika Perry, Potter Fundamental of Nursing Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika Santoso, Hargio Cara Memahami Dan Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Gosyen Publishing Upton, Penney Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga Wahyudi Penilaian perkembangan anak usia dini. Bandung: Refika Aditama Wasita, Ahmad Seluk-Beluk Tunarungu dan Tunawicara serta Strategi Pembelajaran. Jogjakarta: Java Litera Yusuf, Syamsu Psikologi Anak & Remaja. Badung: PT. Remaja rosdakarya Santrock, J. W Perkembangan Anak. Jakarta: Penerbit Erlangga Smith, David Konsep dan Penerapan Pembelajaran Sekolah Inklusif. Bandung: Nuansa Cendekia Somantri, Sutjihati Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama Sunarto dan Hartono, B. A.. (2008). Perkembangan Pesesrta Didik. Jakarta: Rineka Cipta Suwarna, Dadan Cerdas Berbahasa Indonesia; Berbahasa dengan Pemahaman dan Program Studi S1-Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya 13
BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak yang Spesial ini disebut juga sebagai Anak Berkebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya tumbuh sempurna, sehat, tanpa kekurangan apapun. Akan tetapi, terkadang ada hal yang mengakibatkan anak tidak berkembang
Lebih terperinciANALISIS PENGETAHUAN DENGAN POLA ASUH PADA IBU BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI TK DHARMA WANITA DESA SAMBIROBYONG KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI
ANALISIS PENGETAHUAN DENGAN POLA ASUH PADA IBU BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI TK DHARMA WANITA DESA SAMBIROBYONG KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI Retno Palupi Yonni STIKes Surya Mitra Husada Kediri e-mail
Lebih terperinciHubungan Pendidikan di Playgroup dengan Perkembangan Emosional Anak di TK Hidayah Desa Kembangbilo Tuban
Hubungan Pendidikan di Playgroup dengan Perkembangan Emosional Anak di TK Hidayah Desa Kembangbilo Tuban Correlated between Education in Playgroup with Childern Emotional Growth in Hidayah Kindergarten
Lebih terperinciHUBUNGAN PERAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT PERMAINAN DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4-6 TAHUN DI YAYASAN AR-RAHMAH KABUPATEN LUMAJANG
HUBUNGAN PERAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT PERMAINAN DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4-6 TAHUN DI YAYASAN AR-RAHMAH KABUPATEN LUMAJANG NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: Andria Yuliawati 201110104178
Lebih terperinciPENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK DI TK KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG
PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK DI TK KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG Manuscript OLEH : Sri Utami G2A009102 PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya selaku warga negara, mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan
Lebih terperinciE-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)
Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :27-38 PERSEPSI GURU DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) PENYELENGGARA PENDIDIKAN
Lebih terperinciHUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN AKTUALISASI DIRI ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK ABA 31 NGALIYAN SEMARANG
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN AKTUALISASI DIRI ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK ABA 31 NGALIYAN SEMARANG 5 ABSTRAK Anak merupakan generasi unggul penerus suatu bangsa yang pada dasarnya tidak akan tumbuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan Masyarakat seakan acuh pada keadaan orang yang memiliki kekurangan didalam dirinya. Banyak orang yang merasa dikucilkan dan merasa dirinya tidak di anggap
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP RESPON KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH DALAM MENJALANI HOSPITALISASI DI RUANG SERUNI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JOMBANG
PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP RESPON KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH DALAM MENJALANI HOSPITALISASI DI RUANG SERUNI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JOMBANG (THE INFLUENCE OF PLAYING THERAPY AGAINST PRA SCHOOL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian. terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak. Kehilangan pendengaran yang ringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pikiran dan perasaan kepada orang lain. 1. lama semakin jelas hingga ia mampu menirukan bunyi-bunyi bahasa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang senantiasa berkomunikasi dengan orang-orang disekitarnya. Sejak bayi, manusia telah berkomunikasi dengan orang lain, yaitu ibu dan ayahnya. Menangis di
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI TRI NURIKA Disusun Oleh:
PENGARUH PENYULUHAN TENTANG MANFAAT POSYANDU TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG POSYANDU PADA IBU BALITA DI DESA AMBARKETAWANG GAMPING TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: TRI NURIKA 201110104288
Lebih terperinciGAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GURU TAMAN KANAK-KANAK TENTANG ALAT PERMAINAN EDUKATIF
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GURU TAMAN KANAK-KANAK TENTANG ALAT PERMAINAN EDUKATIF DESCRIPTION OF KNOWLEDGE LEVEL KINDERGARTEN TEACHER OF THE EQUIPMENT GAME EDUCATIVE STIKES RS. Baptis Kediri Jl. Mayjend.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugrah yang Tuhan berikan untuk dijaga dan dirawat. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam masa tumbuh kembang. Memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adanya perbedaan kondisi dengan kebanyakan anak lainnya. Mereka adalah yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang membutuhkan pendidikan dan layanan khusus untuk mengoptimalkan potensi kemanusiaannya secara utuh akibat adanya perbedaan
Lebih terperinci1. Pendahuluan 1.1. Latar belakang
1. Pendahuluan 1.1. Latar belakang Manusia adalah makhluk yang dilahirkan paling sempurna. Manusia memiliki kemampuan kognitif untuk memproses informasi yang diperoleh dari lingkungan di sekelilingnya
Lebih terperinci(Submited : 16 April 2017, Accepted : 28 April 2017) Dewi Nurhanifah
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS VII (The Effect Of Health Education To The Student Knowledge Level Of First Aid
Lebih terperinciFitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...
Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat... Hubungan antara Peranan Perawat dengan Sikap Perawat pada Pemberian Informed Consent Sebagai Upaya Perlindungan Hukum Bagi Pasien di RS PKU
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI ORANG TUA DALAM MEMANFAATKAN ALAT-ALAT PERMAINAN EDUKATIF DI RUANG ANAK RS. BAPTIS KEDIRI ABSTRACT
Volume 3, Edisi 1, Juli 2010 ISSN 2085-0921 ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI ORANG TUA DALAM MEMANFAATKAN ALAT-ALAT PERMAINAN EDUKATIF DI RUANG ANAK RS. BAPTIS KEDIRI Tri Sulistyarini, A.Per
Lebih terperinciPERBEDAAN PERKEMBANGAN SOSIAL PADA ANAK USIA PRASEKOLAH SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN TINDAKAN COOPERATIVE PLAY DI TAMAN KANAK- KANAK SRIWEDARI MALANG
PERBEDAAN PERKEMBANGAN SOSIAL PADA ANAK USIA PRASEKOLAH SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN TINDAKAN COOPERATIVE PLAY DI TAMAN KANAK- KANAK SRIWEDARI MALANG Maria Melania Ate 1), Joko Wiyono 2), Ragil Catur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sisi lain. Orang mempunyai kecacatan fisik belum tentu lemah dalam hal
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan dengan kesempurnaan yang berbeda-beda, kesempurnaan tidak dapat hanya dilihat dari keadaan fisiknya saja. Melainkan kita harus melihat dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap keluarga pasti menginginkan seluruh anggota keluarganya dapat hidup dan terlahir secara sempurna. Anak-anak merupakan suatu kebanggaan orang tua, harapan
Lebih terperinciGAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT
GAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT Fiktina Vifri Ismiriyam 1), Anggun Trisnasari 2), Desti Endang Kartikasari 3) Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai perubahan besar, diantaranya perubahan fisik, kognitif, dan psikososial.
Lebih terperinciHUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA
HUBUNGAN LINGKUNGAN DENGAN PRESTASI MAHASISWA Menik Sri Daryanti Universitas Aisyiyah Yogyakarta E-mail:meniksridaryanti@gmail.com Abstract: This study aimed to analyze the relationship between the learning
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH
HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH Maria Novianti Nino a, Yohanes Dion S.Kep.,Ns.,M.Kes b, dan Maryati
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kasihan Bantul Yogyakarta. SLB N 1 Bantul Yogyakarta merupakan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Gambaran umum lokasi penelitian Sekolah Luar Biasa Negeri (SLB) 1 Bantul ini berdiri sejak tahun 1971 dan beberapa kali melakukan perubahan nama serta
Lebih terperinciPatria Asda, A., Perbedaan Persepsi Pasien...
9 PERBEDAAN PERSEPSI PASIEN TERHADAP PEMBERIAN TERAPI ORAL DAN INJEKSI DENGAN TERAPI INJEKSI SAJA Differences in Perception Of Patients on Giving Oral Treatment And Injection With Injection Therapy Only
Lebih terperinciDiajukan Oleh: INDAH SUROSOWATI A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
ANALISIS HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DIKAJI DARI TUGAS BERSTRUKTUR DAN TUGAS MANDIRI DI KELAS X SMA N 1 PULOKULON TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sensitif dan akan menentukan perkembangan otak untuk kehidupan dimasa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan anak normal, usia 6 tahun merupakan masa yang paling sensitif dan akan menentukan perkembangan otak untuk kehidupan dimasa mendatang. Bayi
Lebih terperinciMeningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Model Pembelajaran Talking Stick
Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Model Pembelajaran Talking Stick pada Anak Kelompok A3 TK Tarbiyatul Banin II Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2013/ 2014 Hertiana Yuni Kharismawati 1 Samidi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyandang tuna rungu adalah bagian dari kesatuan masyarakat Karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyandang tuna rungu adalah bagian dari kesatuan masyarakat Karena adanya keterbatasan atau kekurangan pada fisiknya, membuat individu umumnya kurang mampu
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMUNIKASI SISTEM ISYARAT BAHASA
92 BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMUNIKASI SISTEM ISYARAT BAHASA INDONESIA (SIBI) BAGI PENYANDANG TUNARUNGU DI SMALB-B KARYA MULIA SURABAYA A. Bagaimana proses
Lebih terperinciMerayakan Ulangtahun Sebagai Strategi Pembelajaran Kosakata Abstrak (Tanggal, Bulan, Tahun) Lisza Megasari, S.Pd
Merayakan Ulangtahun Sebagai Strategi Pembelajaran Kosakata Abstrak (Tanggal, Bulan, Tahun) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Tunarungu kelas 3 SLB Negeri Binjai Oleh: Pendahuluan Anak berkebutuhan
Lebih terperinciGAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT ARTIKEL SKRIPSI
GAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT ARTIKEL SKRIPSI Oleh DESTI ENDANG KARTIKASARI NIM. 030215A019 e-mail : destisoediro@gmail.com
Lebih terperinciHUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG
HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA 60-74 TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG Catharina Galuh Suryondari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendedes, Jalan
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Venny Risca Ardiyantini
PENGARUH PENDIDIKAN SEKS DALAM PERSPEKTIF ISLAM TERHADAP PENGETAHUAN ORANGTUA DENGAN ANAK USIA 3-5 TAHUN DI KELOMPOK BERMAIN AISYIYAH REJODANI SARIHARJO NGAGLIK SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan
Lebih terperinciPOLA ASUH OTORITATIF ORANG TUA DALAM PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA SEKOLAH
POLA ASUH OTORITATIF ORANG TUA DALAM PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA SEKOLAH PARENTING AUTHORITATIVE PARENTS IN SCHOOL AGE CHILDREN COGNITIVE DEVELOPMENT STIKES RS. Baptis Kediri Jl. Mayjend. Panjaitan
Lebih terperinciFaktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi Siti Hardianti, Sri Janatri janatrisri@yahoo.co.id Abstrak Periode penting dalam tumbuh
Lebih terperinciTINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN YANG HOSPITALISASI. Nugrahaeni Firdausi
TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN YANG HOSPITALISASI Nugrahaeni Firdausi Abstrak Permasalahan yang sering dijumpai saat ini banyak pasien mengalami kecemasan saat baru pertama kali mengalami rawat inap. Cemas
Lebih terperinciNovika Rochmah, Wiwiek Liestyaningrum, M. Kep ABSTRAK
Hubungan Persepsi Mahasiswa tentang Penerimaan Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) dengan Konsep Diri pada Mahasiswa Tingkat 2 Prodi S-1 Keperawatan di Stikes Hang Tuah Surabaya Novika Rochmah, Wiwiek Liestyaningrum,
Lebih terperinciAbstrak. Universitas Kristen Maranatha
Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran resiliensi pada ibu yang memiliki anak tunarungu usia prasekolah di SLB-B X Cimahi. Alat ukur yang digunakan merupakan kuesioner dengan bentuk
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DI LINGKUNGAN VII KELURAHAN SEI SIKAMBING B MEDAN SUNGGAL
Jurnal maternal Dan Neonatal, 12/12 (2016), Hal 1-7 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DI LINGKUNGAN VII KELURAHAN SEI SIKAMBING B MEDAN SUNGGAL Heni Triana,
Lebih terperinciGAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG OPERASI SECTIO CAESAR
PENELITAN GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG OPERASI SECTIO CAESAR DI BKIA RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA Ilham*, Eny**, Herliana*** Akademi Keperawatan William Booth Surabaya Abstrak Sebagian
Lebih terperinciJl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang Abstrak
PENGARUH METODE MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL KATA PADA ANAK TUNARUNGU TAMAN KANAK-KANAK: Studi Eksperimental di TK SLB Negeri Semarang Try Kemala Mutia 1, Dinie Ratri Desiningrum
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kecerdasan yang rendah di bawah rata-rata orang pada umumnya (Amrin,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat menurut WHO 2013 dalam kutipan (Siswanto, 2007) adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan melakukan aktivitas secara mandiri. pembentukan pengertian dan belajar moral (Simanjuntak, 2007).
BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Masalah ketergantungan melakukan perawatan diri sering terjadi pada kelompok anak (orang yang sangat muda), tua, orang yang sakit atau orang yang cacat (Kittay, 2005).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan berbagi tugas seperti mencari nafkah, mengerjakan urusan rumah tangga,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan anugerah dan amanah yang Allah berikan kepada sepasang suami istri dalam membangun sebuah keluarga. Orang tua memiliki kewajiban untuk memenuhi
Lebih terperinciPENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 1 BLUNYAHAN BANTUL
852 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 9 Tahun ke-6 2017 PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 1 BLUNYAHAN BANTUL IMPROVING THE SPEAKING SKILL
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. dapat belajar dan mengembangkan kemampuannya secara optimal. 1 Berdasarkan. tanggung jawab yang diembannya, pengertian guru
BAB II LANDASAN TEORI A. Peran Guru Guru adalah seseorang yang memiliki tugas sebagai fasilitator agar siswa dapat belajar dan mengembangkan kemampuannya secara optimal. 1 Berdasarkan tanggung jawab yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisik yang berbeda-beda, sifat yang berbeda-beda dan tingkah laku yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia yang diciptakan ke dunia ini mempunyai keadaan fisik yang berbeda-beda, sifat yang berbeda-beda dan tingkah laku yang berbeda-beda pula. Kesempurnaan
Lebih terperinciMaria Victa Agusta R.*, Ade Ismail AK**, Muhammad Dian Firdausy*** ABSTRAK
HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DENGAN KONDISI ORAL HYGIENE (Studi pada Anak Tunarungu Usia 7-12 tahun di SLB Kota Semarang) Maria Victa Agusta R.*, Ade Ismail AK**, Muhammad Dian Firdausy*** ABSTRAK
Lebih terperinciPELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA PESERTA DIDIK TUNARUNGU KELAS VII SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI KABUPATEN GORONTALO
1 PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA PESERTA DIDIK TUNARUNGU KELAS VII SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI KABUPATEN GORONTALO Ummurul Hasanah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Lebih terperinciHUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KESIAPAN REMAJA MENGHADAPI PUBERTAS DI SMP N 2 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KESIAPAN REMAJA MENGHADAPI PUBERTAS DI SMP N 2 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: DWI NURAINI NIM: 201410104222 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK
Lebih terperinciSandu Siyoto* *Progam Studi Pendidikan Ners STIKES Surya Mitra Husada Kediri Jl. Manila Sumberece No. 37 Kediri
VISUAL SCHEDULE TERHADAP PENURUNAN BEHAVIOR PROBLEM SAAT AKTIVITAS MAKAN DAN BUANG AIR PADA ANAK AUTIS (Visual Schedule towards the Decline of Behavioral Problems in Feeding Activities and Defecation in
Lebih terperinciBab 7 Memilih dan Belajar Bahasa
Bab 7 Memilih dan Belajar Bahasa Bila seorang anak merasa nyaman menggunakan ketrampilan berkomunikasi dasar yang diuraikan di Bab 4, dia siap untuk belajar suatu bahasa. Seorang anak yang tunarungu atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menciptakan Hawa sebagai pendamping bagi Adam. Artinya, manusia saling
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak awal adanya kehidupan manusia, kodrati manusia sebagai makhluk sosial telah ada secara bersamaan. Hal ini tersirat secara tidak langsung ketika Tuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pendengaran merupakan sensori terpenting untuk perkembangan bicara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendengaran merupakan sensori terpenting untuk perkembangan bicara dan bahasa, berkomunikasi dan belajar. 1 Kehilangan pendengaran terjadi sejak lahir, dampaknya
Lebih terperinciKEHIDUPAN PENYANDANG TUNA RUNGU (Studi Kasus Keluarga KM di Banjar Celuk, Kelurahan Panjer, Kecamatan Denpasar Selatan)
KEHIDUPAN PENYANDANG TUNA RUNGU (Studi Kasus Keluarga KM di Banjar Celuk, Kelurahan Panjer, Kecamatan Denpasar Selatan) Aldu Henny Sirait 1*, Purwadi Suriadireja 2, I Gusti Putu Sudiarna 3 Program Studi
Lebih terperinci: Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa
Judul : Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa Nama Penulis : Widad Nabilah Yusuf (209000274) Pendahuluan Soemantri (2006) mengatakan tunagrahita memiliki
Lebih terperinciAmbar Winarti, Ema Kurniawati ABSTRAK
HUBUNGAN SIKAP ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN USIA 7-18 TAHUN DI SLB C/C1 SHANTI YOGA KLATEN Ambar Winarti, Ema Kurniawati ABSTRAK Latar Belakang : Retardasi mental
Lebih terperinciNurul Arifah*, Iis Rahmawati*, Erti I. Dewi* Abstract
HUBUNGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR BALITA (ASUH, ASAH, DAN ASIH) DENGAN PERKEMBANGAN BALITA YANG BERSTATUS BGM (BAWAH GARIS MERAH) DI DESA SUKOJEMBER KECAMATAN JELBUK KABUPATEN JEMBER (The Correlation
Lebih terperinciGAMBARAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA KARENA KENAKALAN REMAJA DI RT RW VI KELURAHAN DARMO SURABAYA
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA KARENA KENAKALAN REMAJA DI RT 07-08 RW VI KELURAHAN DARMO SURABAYA Aristina Halawa Akademi Keperawatan William Booth Surabaya. ABSTRAK Kenakalan remaja yang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan, baik fisik maupun mental.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia berharap dilahirkan dalam keadaan yang normal dan sempurna, akan tetapi tidak semua manusia mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan,
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords: Group Counseling Services, Learning Mathematics Motivation
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013 INCREASE MOTIVATION TO LEARN
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT)
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 GUNUNG TALANG KABUPATEN SOLOK Riska Emelda 1, Rahayu Fitri
Lebih terperinciDUKUNGAN KELUARGA DAN HARGA DIRI PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
DUKUNGAN KELUARGA DAN HARGA DIRI PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN Christine Handayani Siburian*, Sri Eka Wahyuni** * Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU **Dosen Departemen Keperawatan
Lebih terperinciPENGARUH AKTIVITAS BERMAIN BOLA TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA TODDLER DI PAUD TUNAS CENDIKIA KEJAPANAN GEMPOL PASURUAN.
PENGARUH AKTIVITAS BERMAIN BOLA TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA TODDLER DI PAUD TUNAS CENDIKIA KEJAPANAN GEMPOL PASURUAN Ika Indrawati *) Abstrak Penelitian ini menggunakan desain penelitian pra-eksperimen
Lebih terperinciPENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE Abdul Gafar, Hendri Budi (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)
Lebih terperinciHUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KESEMBUHAN PADA PENDERITA TB PARU DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU UNIT MINGGIRAN YOGYAKARTA
HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KESEMBUHAN PADA PENDERITA TB PARU DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU UNIT MINGGIRAN NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: TATIK KURNIANINGSIH 201110201133 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN SOMATISASI. Skripsi
HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN SOMATISASI Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Dyah Puspita Rini F 100 050 028 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. yang lain untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan secara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sebagai mahkluk sosial selalu berhubungan dengan orang lain karena pada dasarnya manusia tercipta sebagai mahluk sosial,
Lebih terperinciPENGGUNAAN METODE BERCERITA DALAM MENINGKATKAN KOSAKATA YANG DIMILIKI ANAK USIA 5-6 TAHUN JURNAL. Oleh. Rani Setia Prasanti
PENGGUNAAN METODE BERCERITA DALAM MENINGKATKAN KOSAKATA YANG DIMILIKI ANAK USIA 5-6 TAHUN JURNAL Oleh Rani Setia Prasanti 1113054043 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara. Anak tuna rungu
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Tunarungu diambil dari kata Tuna dan Rungu. Tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran. Orang atau anak dikatakan tuna rungu apabila ia tidak mampu mendengar
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PROSES EDUKASI TERPUSAT TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENTINGNYA IDENTIFIKASI PASIEN DI RUANGAN RAWAT INAP RUMKITAL DR
EFEKTIVITAS PROSES EDUKASI TERPUSAT TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENTINGNYA IDENTIFIKASI PASIEN DI RUANGAN RAWAT INAP RUMKITAL DR. RAMELAN SURABAYA Oleh : INJILIA NUSA PRATAMA dan SETIADI
Lebih terperinciPERBEDAAN ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH ANTARA SISWA BARU DAN SISWA LAMA DI SATUAN PAUD SEJENIS (SPS) CUT NYAK DIEN KRETEK, BANTUL
PERBEDAAN ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH ANTARA SISWA BARU DAN SISWA LAMA DI SATUAN PAUD SEJENIS (SPS) CUT NYAK DIEN KRETEK, BANTUL NASKAH PUBLIKASI DISUSUN OLEH : FAJAR RAHAYUNINGTYAS 201310104159
Lebih terperinciHUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEBERHASILAN TOILET LEARNING PADA ANAK USIA TODDLER DI RW 02 DAN RW 06 KELURAHAN TLOGOMAS MALANG
1 HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEBERHASILAN TOILET LEARNING PADA ANAK USIA TODDLER DI RW 02 DAN RW 06 KELURAHAN TLOGOMAS MALANG Ela 1) Roni Yuliwar 2) Novita Dewi 3) 1,3) Program Studi Ilmu Keperawatan.
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI DALAM KELUARGA DENGAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK TUNAS RIMBA MRANGGEN DEMAK
HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI DALAM KELUARGA DENGAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK TUNAS RIMBA MRANGGEN DEMAK Deasy Pamungkas Sari*) Vivi Yosafianti Pohan**) Shobirun***) *) Alumni Program
Lebih terperinciPENERAPAN METODE BERCERITA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI TERHADAP CAPAIAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK
PENERAPAN METODE BERCERITA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI TERHADAP CAPAIAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK Putri Rachmawati Nurhenti Dorlina Simatupang PG-PAUD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebahagiaan adalah hal yang selalu ingin dicapai oleh semua orang. Baik yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka ingin dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini tidak ada sesuatu yang sempurna. Ada sebuah. ungkapan yang mengatakan bahwa manusia tidak ada yang sempurna dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini tidak ada sesuatu yang sempurna. Ada sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa manusia tidak ada yang sempurna dan kesempurnaan hanya dimiliki
Lebih terperinciHUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI
HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI Rhea Auliya Anggareni 1, Fitri Hartanto 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas
Lebih terperinciHubungan Penyuluhan Bahaya Merokok dengan Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta
The Relationship Between the Counseling of Smoking Dangers and the Adolescent Knowledge and Attitude Towards the Smoking Dangers in SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta Hubungan Penyuluhan Bahaya Merokok dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang beralamat di Jl. Rajekwesi 59-A Perak Bojonegoro. Di SLB-B Putra
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang SLB-B Putra Harapan Bojonegoro merupakan salah satu sekolah luar biasa khusus penyandang cacat tunarungu yang ada di Bojonegoro yang berada di bawah naungan yayasan
Lebih terperinciABSTRAK
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI RETARDASI MENTAL DALAM PERSONAL HYGIENE SAAT MENSTRUASI DI SLB N KENDAL Priharyanti Wulandari 1), Menik Kustriyani
Lebih terperinciHUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN PERKEMBANGAN EMOSI ANAK USIA PRA SEKOLAH DI TK ROHMATUL MAGFIROH DESA PAKISAJI KECAMATAN PAKISAJI KABUPATEN MALANG
HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN PERKEMBANGAN EMOSI ANAK USIA PRA SEKOLAH DI TK ROHMATUL MAGFIROH DESA PAKISAJI KECAMATAN PAKISAJI KABUPATEN MALANG Heni Dwi Windarwati*, Asti Melani A*, Rika Yustita*
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan yang besar dalam kehidupan sehari-hari. Menurut kajian,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak usia sekolah yang mengalami gangguan pendengaran sulit menerima pelajaran, produktivitas menurun dan biaya hidup tinggi. Hal ini disebabkan, telinga memiliki
Lebih terperinciHUBUNGAN TOILET LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN ANAK USIA BULAN DALAM MENGONTROL ELIMINASI DI POSYANDU MELATI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK
HUBUNGAN TOILET LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN ANAK USIA 18 24 BULAN DALAM MENGONTROL ELIMINASI DI POSYANDU MELATI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG Dede Kendi 1), Atti Yudiernawati 2), Neni Maemunah 3) 1) Mahasiswa
Lebih terperinciLilis Maghfuroh Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK
HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN PEMILIHAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI DUSUN KAKAT DESA KAKAT PENJALIN KECAMATAN NGIMBANG KABUPATEN LAMONGAN Lilis Maghfuroh Program Studi Ilmu Keperawatan
Lebih terperinciPENGARUH PENYULUHAN TENTANG MENOPAUSE TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA IBU PREMENOPAUSE DI DUSUN PANDES, BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN 2011
PENGARUH PENYULUHAN TENTANG MENOPAUSE TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA IBU PREMENOPAUSE DI DUSUN PANDES, BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN 2011 Atik Ismiyati INTISARI Latar Belakang : Wanita menjelang
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci : Tingkat pengetahuan, Dukungan keluarga Personal hygiene
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERSONAL HYGIENE PADA SISWA DI SDN PANJANG WETAN IV KECAMATAN PEKALONGAN UTARA KOTA PEKALONGAN 6 Asep Dwi Prasetyo ABSTRAK Faktor faktor tersebut
Lebih terperinciPENGARUH PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWI KELAS X TENTANG PERTOLOGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN
PENGARUH PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWI KELAS X TENTANG PERTOLOGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN Ns.M.Mursid,S.Kep Ns.Maslichah,S.Kep Dosen Program Studi
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MENGGUNAKAN METODE KARYAWISATA UNTUK ANAK TUNARUNGU KELAS X DI SLB NEGERI PURBALINGGA
Peningkatan Kemampuan Menulis (Rahayu Dwi Putriani) 806 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MENGGUNAKAN METODE KARYAWISATA UNTUK ANAK TUNARUNGU KELAS X DI SLB NEGERI PURBALINGGA THE IMPROVEMENT OF
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terencana melalui pendidikan. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan merupakan domain yang penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan dapat diperoleh secara alami maupun secara terencana melalui pendidikan.
Lebih terperinci2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab 1 diuraikan bagian pendahuluan penelitian. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan masalah, (4) rumusan masalah, (5) tujuan penelitian,
Lebih terperinciPENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK
PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG 6 Eni Mulyatiningsih ABSTRAK Hospitalisasi pada anak merupakan suatu keadaan krisis
Lebih terperinciHUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK
HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK Lexy Oktora Wilda STIKes Satria Bhakti Nganjuk lexyow@gmail.com ABSTRAK Background. Prevalensi
Lebih terperinciNur Gutanto 1, Sri Hendarsih 2, Christin Wiyani 3 INTISARI
PENGARUH PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS) TERHADAP KEMAMPUAN SOSIALISASI PADA KLIEN DENGAN KERUSAKAN INTERAKSI SOSIAL DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. RM SOEDJARWADI KLATEN JAWA TENGAH
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Andri Irawan
Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia Volume 11, Nomor 1, April 2015 Andri Irawan Diterbitkan Oleh: Jurusan Pendidikan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta KETERAMPILAN GURU
Lebih terperinci