BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP YAKUZA DAN POLITIK JEPANG SETELAH PERANG DUNIA KEDUA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP YAKUZA DAN POLITIK JEPANG SETELAH PERANG DUNIA KEDUA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP YAKUZA DAN POLITIK JEPANG SETELAH PERANG DUNIA KEDUA 2.1 Yakuza Awal Munculnya Yakuza Yakuza pertama sekali muncul pada zaman Edo atau zaman Tokugawa ( ). Zaman Edo ditandai dengan terjadinya perang besar di Jepang yang melibatkan keluarga Toyotomi dengan keluarga Tokugawa, yaitu perang Sekigahara. Perang tersebut berawal dari perselisihan daimyo (penguasa wilayah pada zaman feodal) dari kedua keluarga tersebut untuk memperebutkan kekuasaan dan kedudukan shogun sebagai pengganti Toyotomi Hideyoshi yang meninggal pada tahun Menurut tradisi, yang berhak mewarisi kedudukan shogun adalah putra dari Toyotomi Hideyoshi, yaitu Toyotomi Hideyori. Namun kekuatan Tokugawa Ieyasu semakin hari semakin kuat dan hal tersebut membuat khawatir keluarga daimyo Ishida Mitsunari ( ) yang merupakan pendukung Hideyori Ieyasu. Karena kekhawatiran tersebut, Ishid a Mitsunari kemudian mengumpulkan pengikutnya untuk menjatuhkan Tokugawa Ieyasu. Tetapi Tokugawa Ieyasu tidak membiarkan begitu saja, sehingga perselisihan diantara daimyo-daimyo pendukung keluarga tersebut semakin memanas dan akhirnya terjadilah perang Sekigahara. Perang Sekigahara berhasil dimenangkan oleh Tokugawa Ieyasu. Ia kemudian diangkat menjadi shogun dan mendirikan pemerintahan bakufu di Edo

2 (Tokyo) pada tahun Meskipun perang sudah berakhir, namun Jepang belum stabil. Perdamaian mengakibatkan sekitar samurai kehilangan tuan dan menganggur, padahal keahlian utama mereka adalah dibidang ketentaraan dan bela diri. Samurai yang tidak memiliki tuan ini disebut ronin. Kemudian sebagian besar samurai tersebut bergabung dengan kelas pedagang yang sedang berkembang. Sebagian lagi menemukan pekerjaan dalam birokrasi sipil atau sebagai cendikiawan dan filsuf. Namun tidak semuanya bisa berhasil. Para ronin yang pengangguran ini terpaksa memilih jalan lain untuk meneruskan hidupnya yaitu sebagai perampok, pengganggu, suka membuat perkelahian di jalan, dan menebar teror. Para ronin pengangguran tersebut membentuk beberapa kelompok dalam melakukan aksinya dan menamakan dirinya kabuki-mono. Masyarakat menganggap kelompok ini sebagai orang-orang aneh karena perilaku mereka yang menyimpang dan penampilan yang eksentrik. Kemanapun mereka pergi, kabukimono selalu berpakaian aneh dan potongan rambut yang tidak lazim pada zaman itu, serta selalu membawa pedang panjang untuk menakuti lawan mereka. Kabuki-mono juga dikenal masyarakat sebagai hatamoto-yakko, yaitu ronin pembantu shogun yang menerapkan loyalitas yang tinggi pada tuannya dan bersumpah untuk saling melindungi sesama kelompoknya dalam situasi apapun, bahkan bila harus melawan orangtua sendiri. Meskipun pada masa itu kabuki-mono atau hatamoto-yakko merupakan samurai pengganggu, namun yakuza tidak mengidentifikasikan mereka sebagai kelompok tersebut. Yakuza lebih mengidentifikasikan mereka sebagai machiyakko atau pelayan kota. Machi-yakko merupakan suatu kelompok masyarakat yang terdiri dari orang-orang dengan profesi berbeda seperti juru tulis, pemilik

3 toko, pemilik penginapan, seniman, buruh, serta samurai pengembara. Kelompok ini dibentuk dengan tujuan untuk melindungi kota dari gangguan para kabukimono yang semakin lama semakin meresahkan masyarakat. Karena tujuannya adalah untuk melindungi kota, masyarakat menerima dan menganggap kelompok ini sebagai pahlawan. Seiring waktu berlalu, kabuki-mono berhasil dikalahkan. Namun hal ini kemudian menyebabkan machi-yakko tidak lagi memiliki pekerjaan sebagai pahlawan kota. Justru para machi-yakko ini yang kemudian membuat resah masyarakat dengan kegiatan sehari-hari mereka yaitu berjudi. Sebagian lagi memilih untuk menjadi pedagang keliling. Namun bukan seperti pedagang pada umumnya, pedagang ini sering menipu masyarakat bahkan sesama kelompok pedagang. Kedua kelompok ini yaitu bakuto (penjudi) dan tekiya (pedang keliling) kemudian dikenal sebagai kelompok yakuza tradisional. Istilah yakuza berasal dari sebuah permainan kartu hanafuda (kartu bunga) yang dimainkan oleh kelompok bakuto (penjudi). Dalam permainan kartu ini, para pemain dibagi tiga buah kartu. Jumlah angka yang mereka pegang berasal dari angka terakhir dari jumlah angka keseluruhan dalam kartu yang mereka miliki. Apabila dalam permainan seorang pemain mendapatkan total angka dari kombinasi kartu yang dimiliki berjumlah 20, maka pemain tersebut dianggap kalah. Angka terakhir merupakan angka penentu, dan angka 0 merupakan angka yang paling buruk. Kombinasi tiga angka terburuk yang menghasilkan nilai 20 adalah angka 8, 9, dan 3. Ketiga angka tersebut dalam bahasa jepang dibaca ya-ku-sa. Dari situlah asal mula nama yakuza. Pada awalnya istilah ini digunakan oleh kelompok bakuto untuk menjuluki orang yang kalah

4 bermain kartu dan tidak berguna dalam kelompoknya. Semakin lama istilah ini semakin meluas dan kemudian digunakan juga oleh kelompok tekiya Kelompok-Kelompok Yakuza Kelompok-kelompok yakuza terdiri dari kelompok bakuto atau penjudi dan tekiya atau pedagang keliling. Kedua kelompok ini telah ada sejak zaman Edo, yaitu sisa-sisa para ronin dan kelompok machi-yakko yang dulunya dianggap pahlawan oleh masyarakat, dan sebagian lagi berasal dari masyarakat golongan bawah yang merasa terbuang dan tidak dianggap oleh masyarakat pada umumnya. Tetapi tidak semua anggota yakuza berasal dari masyarakat golongan bawah yang terbuang. Ada juga berasal dari keluarga mampu dan terpandang. Umumnya mereka memilih bergabung dengan kelompok yakuza karena merasa tertekan dengan tuntutan dalam keluarga, atau para pelajar yang putus sekolah dan yang dibuang oleh orangtuanya karena faktor ekonomi dan lain-lain Bakuto Kelompok ini terdiri dari orang-orang yang hobi dan sangat mahir dalam berjudi. Pada masa pemerintahan Tokugawa, bakuto sering direkrut oleh pemerintah dan bos-bos konstruksi lokal. Para bos ini bertanggungjawab terhadap berbagai pekerjaan irigasi dan konstruksi. Mereka mengeluarkan upah dalam jumlah yang cukup besar kepada pekerjanya. Namun, dengan taktik yang licik para bos ini berusaha mendapatkan kembali uang tersebut. Caranya adalah dengan menyewa kelompok-kelompok bakuto untuk berjudi bersama para pekerja. Berkat

5 keahlian yang dimiliki oleh bakuto, pekerja-pekerja tersebut kalah dan uang gaji mereka kembali ke tangan para bos lokal. Para penjudi sewaan tersebut akhirnya menarik perhatian pedagang, seniman, maupun orang-orang yang memiliki status tinggi seperti samurai dan pemain sumo. Ketika tumbuh menjadi kelompok terorganisasi, penjudi-penjudi awal tersebut mendirikan tempat-tempat perjudian di sepanjang jalan utama. Jalan raya pada masa Jepang feodal merupakan lingkungan yang ramah bagi penjudi. Guna mencegah terjadinya pemberontakan di provinsi, pemerintah Tokugawa memerintahkan semua tuan tanah untuk mengunjungi Tokyo setahun sekali, sementara keluarga mereka harus menetap di Tokyo secara permanen. Dengan demikian, jalan-jalan utama menjadi jalur perpolitikan negara karena terusmenerus dilalui oleh bangsawan beserta abdinya dan para kurir. Tempat-tempat pemberhentian dibangun disepanjang jalan, sehingga para pengguna jalan bisa beristirahat dimalam hari dan mendapat hiburan, termasuk berjudi. Rute terkenal pada masa itu adalah Tokaido yang dibangun pada tahun Rute tersebut menghubungkan Kyoto dan Tokyo. Secara keseluruhan ada 53 tempat peristirahatan disepanjang rute Tokaido. Pada pertengahan abad ke-19, sebagian besar tempat peristirahatan tersebut menjadi pusat kegiatan geng bakuto. Kelompok bakuto merupakan kelompok yang pertama kali menggunakan istilah yakuza, karena kata yakuza sendiri berasal dari permainan kartu hanafuda. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pemain dianggap kalah apabila mendapat jumlah angka 20 dan merupakan salah satu kombinasi angka terburuk dan dibaca ya-ku-sa.

6 Kombinasi ya-ku-sa kemudian digunakan secara luas di kalangan geng penjudi awal untuk menunjukkan seseorang yang tidak berguna. Semakin lama, istilah tersebut ditujukan kepada kaum penjudi sendiri karena mereka dianggap tidak berguna bagi masyarakat. Selama bertahun-tahun, penggunaan istilah yakuza terbatas hanya pada geng bakuto. Namun, memasuki abad ke-20, sedikit demi sedikit istilah yakuza mulai digunakan secara luas oleh masyarakat untuk menyebut kelompok bakuto, tekiya, dan kelompok kejahatan lainnya di Jepang. Kelompok bakuto awal mengembangkan serangkaian aturan mencakup ketaatan mutlak pada kerahasiaan organisasi, kepatuhan pada sistem oyabunkobun (atasan-bawahan) dan urutan kedudukan yang menentukan status dan peranan dalam kelompok dan aturan serta tradisi ini berlaku dalam organisasi yakuza sampai sekarang. Bakuto awal adalah organisasi feodal dengan kendali hampir sepenuhnya dipegang oleh oyabun. Promosi jabatan biasanya didasarkan pada performa anggota selama terjadi tawuran antar geng. Selain itu, keahlian berjudi dan loyalitas kepada oyabun juga sangat dipertimbangkan. Bagi kobun rendahan, promosi ke atas bisa menjadi pekerjaan berat. Biasanya, ia diberi tugas untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan remeh seperti menyemir dadu, membersihkan rumah oyabun, menjadi pesuruh dan menjaga bayi. Para penjudi akan menghukum keras siapa saja yang melanggar aturan geng. Sifat pengecut, ketidaktaatan, dan membuka rahasia geng tidak hanya dianggap sebagai pengkhianatan tetapi juga penghinaan terhadap reputasi dan kehormatan geng. Ada beberapa bentuk pelanggaran yang dianggap sangat tabu, diantaranya adalah pemerkosaan dan pencurian kecil-kecilan. Selain hukuman

7 mati, hukuman terberat adalah diusir dari geng. Setelah mengusir si pelanggar, oyabun akan memberitahu geng bakuto lain bahwa orang tersebut tidak lagi diterima dalam kelompoknya. Berdasarkan kesepakatan umum antargeng, si pelanggar tidak akan bisa bergabung dengan kelompok lawan. Tradisi sejak dulu ini masih berlaku sampai sekarang. Apabila terjadi pengusiran, geng yang bersangkutan akan mengirim serangkaian kartu pos kepada keluarga dunia hitam. Kartu pos tersebut berisi pemberitahuan resmi perihal pengusiran serta permintaan kepada geng lain supaya tidak berhubungan dengan si mantan anggota. Selain pengusiran dari kelompok, ada juga tradisi hukuman yang dikenalkan oleh bakuto, yaitu yubitsume. Tradisi ini dilakukan dengan cara memotong ruas jari kelingking tangan apabila anggota melakukan kesalahan. Tradisi ini dikenalkan oleh kelompok bakuto dan kemudian menyebar pada kelompok-kelompok kejahatan lainnya. Selain yubitsume, tradisi irezumi atau tato juga dikenalkan oleh bakuto pada masa feodal. Awalnya tato merupakan bentuk hukuman yang digunakan pemerintah untuk mengasingkan penjahat dari masyarakat. Namun seiring perkembangan zaman, tato digunakan oleh kelompok bakuto sebagai ajang unjuk kekuatan, keberanian, ketangguhan, dan kemaskulinan mereka. Layaknya ritual potong jari, tradisi pembuatan tato juga menyebar dari bakuto ke tekiya dan geng-geng lainnya dalam yakuza. Kontribusi bakuto terhadap sejarah awal yakuza lebih luas daripada tradisi potong jari dan pembuatan tato. Beberapa kelompok yakuza awal, baik bakuto maupun tekiya mendapat izin resmi untuk beroperasi. Sejumlah oyabun bahkan ditunjuk sebagai wakil polisi. Kesepakatan dengan polisi seperti ini

8 memungkinkan para geng berkonsolidasi dan memperluas kekuasaan. Akan tetapi, geng-geng lain memandang bahwa kerjasama dengan polisi bertentangan dengan kode perilaku para penjudi, sehingga mereka sering menyerang bakuto yang bertentangan. Walaupun ada beberapa geng yang bekerjasama dengan pemerintah, sementara geng yang lain mengadakan pertumpahan darah demi memperebutkan wilayah kekuasaan, umumnya geng-geng bakuto awal bersedia saling membantu. Salah satu bentuk paling jelas dari kebiasaan itu adalah sistem pengelana yang diterapkan oleh bakuto. Penjudi yang sedang berkelana akan mengunjungi setiap bos besar di wilayah yang mereka lalui, tinggal selama beberapa hari di rumah bos tersebut, dan menerima sedikit uang saku. Mereka akan diperlakukan secara sopan, setara dengan perlakuan yang diterima tamu undangan. Menurut etika bakuto, meskipun tuan rumah dan tamunya adalah orang asing, mereka tetap memiliki profesi yang sama, yaitu berjudi. Ketika Jepang mengalami modernisasi, yakuza turut memperluas aktivitas mereka sesuai dengan pertumbuhan ekonomi. Perjudian masih menjadi pusat kehidupan geng-geng bakuto, meskipun sistem pengelolaan polisi yang semakin baik memaksa mereka untuk membuka perjudian semakin ke bawah, yaitu tempat-tempat persembunyian di perkotaan atau rumah-rumah pribadi. Banyak bos besar bakuto mulai menjalankan bisnis legal sebagai kedok bagi bisnis ilegal mereka dan menyogok polisi. Kebiasaan lama tersebut bertahan lama hingga sekarang.

9 Tekiya Kelompok kedua dalam yakuza adalah tekiya atau pedagang keliling. Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan asal-usul tekiya. Ada yang percaya bahwa tekiya berasal dari para nomad yang berkeliling menjual barang dagangan di kota-kota kastil dan pusat perdagangan. Ada juga teori lain yang menyebutkan bahwa tekiya berasal dari kata yashi, yaitu istilah yang dulu digunakan untuk menyebut pedagang keliling. Karena yashi berkonotasi dengan bandit atau penjahat, kemungkinan tekiya berasal dari para ronin pelanggar hukum yang berkelana di desa-desa. Ada juga teori yang mengkaitkan tekiya dengan dewa Shinno, yaitu dewa pelindung yashi. Dewa Shinno adalah dewa pertanian dalam mitologi Cina yang dipercaya menemukan obat-obatan untuk menolong orang miskin dan orang sakit. Teori tersebut menyebutkan bahwa yashi adalah sekelompok pedagang obat keliling. Kata shi berarti obat dan ya berarti pedagang atau pedagang keliling. Seiring waktu, istilah yashi menjadi sebutan umum bagi pedagang keliling yang menjual barang apa saja. Pada pertengahan tahun 1700-an, tekiya membentuk kelompok-kelompok atas dasar kepentingan bersama sekaligus untuk melindungi diri dari ancaman pemerintahan Tokugawa. Geng-geng tekiya mampu mengendalikan kios-kios pekan raya yang diadakan di kuil Shinto maupun kuil Buddha. Mereka mempunyai reputasi menjual barang-barang bermutu rendah dan suka menipu ketika menjual dagangannya. Hal ini masih bertahan sampai sekarang di kalangan anggota tekiya.

10 Para tekiya awal mengembangkan banyak teknik yang terbukti mampu mengelabui pembeli. Misalnya berbohong tentang kualitas dan asal-usul produk, pura-pura mabuk dan bertingkah seolah-olah menjual barang dengan harga murah sehingga pembeli percaya kalau si pedagang tidak sadar dengan apa yang ia lakukan, atau menipu pembeli dengan trik-trik kreatif seperti menjal bonsai tanpa akar. Tekiya dikelola sesuai dengan status feodal. Anggota tekiya terbagi dalam lima tingkatan, yaitu bos besar atau oyabun, bos kecil, perwira, prajurit, dan pemagang. Dalam beberapa hal, tekiya beroperasi secara canggih. Rumah oyabun berfungsi sebagai markas besar sekaligus pusat pelatihan anggota baru. Para anggota baru mengawali karier dengan cara tinggal di rumah bos besar dan mempelajari bisnis. Nantinya, mereka akan bergabung dengan para prajurit dan harus berkeliling manjajakan barang dagangan si bos ke desa-desa. Jika kembali dengan membawa hasil yang baik, mereka akan diterima sebagai anggota penuh. Tekiya memiliki tiga perintah atau aturan organisasi yaitu tidak boleh menyentuh istri anggota lain, tidak boleh membuka rahasia organisasi kepada polisi, dan wajib menjaga kesetiaan dalam hubungan oyabun-kobun. Bos besar tidak hanya bertugas mengendalikan kobun, tetapi juga mengalokasi kios dan stok barang tertentu. Ia akan mengumpulkan uang sewa dan iuran perlindungan bagi para pemilik kios yang menyewa. Uang sewa dan iuran perlindungan merupakan bentuk pemerasan yang masih berlangsung sampai sekarang. Bos tekiya menuntut pembayaran dari pedagang di pinggir jalan karena mereka sudah diizinkan membuka kios di wilayah kekuasaan tekiya. Mereka yang tidak mau membayar akan kehilangan barang dagangannya, konsumennya diusir, dan beresiko diserang

11 secara fisik oleh para anggota geng yang ingin mempertahankan monopoli mereka di wilayah tersebut. Perbedaan pendapat antarbos tekiya mengenai daerah kekuasaan sering mengarah pada perkelahian. Walaupun demikian, kerjasama yang cukup baik dapat tercipta di antara geng tekiya. Tidak seperti bakuto, umumnya tekiya melakukan pekerjaan yang sah secara hukum. Bahkan penguasa feodal memperbesar rentang kekuasaan bos tekiya dengan memberikan pengakuan resmi atas status mereka pada tahun Demi mengurangi kecurangan diantara para tekiya dan mencegah terjadinya tawuran memperebutkan wilayah kekuasaan, pemerintah Tokugawa menunjuk sejumlah oyabun sebagai rekanan dan memberikan kehormatan berupa nama keluarga dan dua bilah pedang. Hal itu menyimbolkan bahwa status mereka mendekati samurai. Dengan legitimasi yang diberikan pemerintahan Tokugawa dan diiringi pertumbuhan kota yang sangat pesat hingga satu abad kemudian, geng-geng tekiya turut meluas. Beberapa geng mulai mengorganisasi sendiri pekan raya tambahan. Mereka menyelenggarakan festival menyerupai sirkus, diiringi berbagai pertunjukan menarik serta kios-kios yang menjual makanan, cinderamata, perlengkapan rumah tangga, dan apapun yang bisa menarik perhatian pembeli. Meskipun sudah mendapatkan legitimasi, geng-geng tekiya tetap mengembangkan beberapa karakteristik geng kriminal. Contohnya, memasukkan penjahat dan buronan kedalam jaringan mereka yang luas atau perlindungan terhadap bisnis ilegal yang semakin berkembang seiring dengan bertambahnya daerah kekuasaan. Tawuran antargeng bahkan kerap mengubah tempat pertemuan tekiya menjadi kamp bersenjata.

12 Walaupun pada umumnya tekiya memiliki anggota dari golongan yang sama dengan bakuto, kelompok tekiya awal juga mencari anggota dari orangorang kelas buangan pada masa Jepang tradisional. Mereka adalah para burakumin atau orang dusun yang membentuk kasta terpisah. Defenisi mengenai kelas burakumin tergantung pada situasi. Umumnya kelas burakumin diisi oleh orang-orang yang bekerja dengan bangkai binatang seperti penyamak kulit atau pekerjaan sejenis seperti perawat jenazah. Diskriminasi terhadap kaum burakumin sangat kejam dan berlangsung terus-menerus. Biasanya mereka disebut sebagai eta (sangat kotor) atau hinin (bukan manusia) sehingga baik samurai bahkan rakyat jelata pun diizinkan menyiksa burakumin. Dalam bukunya yang berjudul Peasants, Rebels and Outcasts, sejarawan Mikiso Hane menggambarkan kondisi kehidupan burakumin: Mereka dibatasi mulai dari tempat tinggal, kualitas rumah, mobilitas keluar-masuk desa, pakaian, gaya rambut, bahkan alas kaki. Di beberapa daerah mereka harus mengenakan tanda pengenal khusus, seperti kerah kuning. Mereka dilarang memasuki kuil Shinto maupun Buddha yang diperuntukkan bagi komunitas non-eta. Pernikahan dengan kelas lain juga sangat dilarang (Hane dalam Kaplan & Alec Dubro, 2011:12) Di bawah pemerintaha Tokugawa, siapapun yang melanggar hukum atau adat akan diturunkan statusnya menjadi eta atau hinin. Dengan demikian, beberapa anggota tekiya sudah lebih dulu dicap bukan manusia. Pada waktu yang bersamaan, banyak orang yang lahir dari keluarga burakumin bergabung dengan geng tekiya yang menyediakan jalan keluar dari kemiskinan. Berjualan keliling desa setidaknya memberikan kesempatan bagi kaum burakumin untuk meninggalkan tempat kelahirannya, dimana mereka akan selalu dikenal sebagai orang buangan. Burakumin merupakan kelas yang sangat

13 berpotensi memunculkan pelaku kriminalitas. Pada masa akhir pemerintahan Tokugawa yaitu sekitar tahun 1867, jumlah burakumin mencapai jiwa dari populasi Jepang pada saat itu yang berjumlah jiwa. Bentuk diskriminasi yang sah secara hukum terhadap burakumin akhirnya resmi dihapuskan pada tahun 1871 melalui keputusan pemerintah. Tetapi, sikap sewenang-wenang terhadap mereka masih saja terjadi sehingga hal itu terus mendorong sejumlah besar burakumin mesuk ke dalam cengkeraman yakuza Pola Identitas Yakuza Pada umumnya, setiap organisasi kejahatan pasti menjalankan aktivitasnya secara diam-diam untuk menyembunyikan identitas. Tetapi yakuza tidak merahasiakan identitas dan keberadaan mereka seperti organisasi kejahatan yang lain. Yakuza justru terbuka dan menunjukkan kepada masyarakat siapa diri mereka. Beberapa karakteristik yakuza yang terlihat jelas di masyarakat dapat dilihat dari simbolisme pada tubuh yakuza. Simbolisme tubuh yakuza pertama kali dikenalkan oleh kelompok bakuto pada zaman dulu dan tradisi tersebut berlangsung sampai sekarang. Yubitsume atau pemotongan jari dan irezumi atau pembuatan tato adalah simbolisme tubuh yang menunjukkan identitas yakuza di masyarakat Yubitsume Yakuza terkenal dengan ketaatan dan loyalitas yang sangat tinggi terhadap organisasi. Setiap anggota yakuza wajib mematuhi perintah bos mereka dan apabila melakukan kesalahan atau melanggar aturan geng, mereka akan dihukum.

14 Sifat pengecut, ketidaktaatan, dan membuka rahasia geng tidak hanya dianggap sebagai pengkhianatan tetapi juga penghinaan terhadap reputasi dan kehormatan geng. Apabila melakukan kesalahan, anggota yakuza dapat dihukum mati atau diusir dari geng, tergantung seberapa besar kesalahan yang dilakukannya. Selain hukuman mati dan diusir dari geng, yakuza juga memiliki bentuk hukuman lain yang juga menunjukkan identitas mereka kepada masyarakat yaitu yubitsume. Yubitsume adalah bentuk hukuman bagi pelanggar peraturan dalam organisasi yakuza. Yubitsume merupakan tradisi potong jari yang dikenalkan sejak dulu oleh kelompok bakuto atau penjudi dan berlaku sampai sekarang. Dalam ritual potong jari, ruas teratas jari kelingking dipotong dalam suatu upacara. Pada awalnya yakuza memberlakukan hukuman potong jari dengan tujuan melemahkan genggaman, artinya pedang yang memiliki peran signifikan bagi yakuza awal tidak dapat lagi digenggam erat. Ritual tersebut, baik dipaksakan atau dilakukan secara sukarela, berhasil membuat kobun atau anggota yakuza yang suka melanggar aturan menjadi patuh dan tergantung kepada atasannya Irezumi Pada zaman feodal, tato digunakan oleh pemerintah sebagai bentuk hukuman yang digunakan untuk mengasingkan para penjahat dari masyarakat. Para penjahat diberi tato berbentuk lingkaran hitam di sekeliling lengan untuk setiap pelanggaran yang dilakukan, sehingga masyarakat dapat mengenali penjahat dan menjauhinya. Akan tetapi, tato kemudian mengalami perkembangan dan perubahan makna. Tato tidak lagi dianggap hanya sebagai penanda bagi para

15 penjahat, tetapi juga sebagai hasil seni dan menjadi tradisi mulia di Jepang. Tato Jepang merupakan salah satu yang terbaik di dunia dan telah berusia ratusan tahun. Seiring waktu, pola desain tato berkembang dan semakin kompleks, berupa gabungan antara gambar dewa-dewa terkenal, pahlawan rakyat kecil, binatang, dan bunga yang sangat indah. Pada akhir abad ke-17, desain tato yang rumit dan membentang di seluruh tubuh menjadi popular di kalangan penjud i dan pekerja kasar seperti kuli angkut, pembantu di kandang kuda, tukang batu, bahkan para geisha. Asal mula tradisi irezumi dalam yakuza dilakukan oleh kelompok bakuto. Mereka membuat tato di seluruh tubuh untuk menunjukkan identitas mereka dalam masyarakat. Selain sebagai identitas, tato bagi yakuza juga menunjukkan hubungan oyabun-kobun atau hubungan saudara. Anggota yakuza yang memiliki pola dan gambar tato yang sama membuktikan komitmennya dalam kelompok yakuza. Pembuatan tato bagi anggota yakuza juga dianggap sebagai uji kekuatan. Hal itu dikarenakan pembuatan tato dengan cara tradisional adalah proses yang sangat menyakitkan. Seniman tato menggunakan alat yang diukuir dari tulang atau kayu dengan ujung berupa sekelompok jarum kecil. Alat tersebut kemudian ditusukkan ke kulit dengan rangkaian tusukan yang menyakitkan. Tusukan sang seniman tato akan terasa menyengat dan menyakitkan bagi anggota yakuza. Proses pembuatan tato tradisional memakan waktu sangat lama. Untuk membuat tato seluruh badan dapat memakan waktu selama seratus jam. Lamanya proses pembuatan tato dan rasa sakit yang dirasakan selama pembuatan tato merupakan bentuk uji kemampuan anggota dalam menunjukkan keberanian dan ketangguhan seorang yakuza.

16 Meskipun zaman sekarang pembuatan tato dapat dilakukan dengan jarum listrik yang dapat membuat tato lebih cepat dan tidak menyakitkan, masih banyak anggota yakuza yang lebih memilih menggunakan cara tradisional karena ketangguhan menahan rasa sakit selama proses pembuatan tato sangat dihargai. Seperti tujuan awal dibuatnya tato oleh pemerintah untuk mengasingkan penjahat yang tidak berguna, tato yakuza juga merupakan bentuk identitas sebagai kelompok yang diasingkan dari masyarakat Giri dan Ninjo Dalam Yakuza Yakuza pada awalnya berasal dari para ronin, sehingga banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai dari kaum samurai atau pada zaman Tokugawa disebut bushi. Pada masa itu samurai menyusun suatu kode etik yang disebut bushido atau jalan hidup bushi (samurai). Kode etik ini sangat kental dengan unsur kesetiaan dan pengabdian diri yang mutlak kepada tuan. Yakuza menganggap mereka mewarisi nilai-nilai bushido. Kesetiaan kobun kepada oyabun merupakan cerminan bushido yang diakui oleh yakuza. Seperti samurai, yakuza membuktikan kekuatan dan kemampuan mereka dengan ketabahan mereka dalam menahan rasa sakit, lapar maupun hukuman penjara. Bagi yakuza, kematian adalah takdir yang puitis, tragis, dan terhormat seperti samurai pada zaman dahulu. Sistem nilai dalam yakuza bukan hanya sebatas cerminan kode etik samurai atau bushido. Inti sistem nilai yakuza terletak pada konsep giri dan ninjō. Giri dan ninjō merupakan istilah yang tidak mudah diterjemahkan ke dalam bahasa lain. Secara sederhana, giri diartikan sebagai kewajiban atau tanggungjawab besar yang sangat berkaitan dengan nilai-nilai tradisional Jepang

17 yang kompleks. Nilai-nilai tersebut adalah nilai kesetiaan, terima kasih, dan utang budi. Sehingga dapat diartikan giri adalah kain sosial yang mengikat Jepang dengan penerapan yang terpusat pada hal-hal tertentu seperti sistem oyabun-kobun. Konsep giri yang terdapat dalam nilai bushido menjadi dasar nilai yakuza dalam mengikat hubungan atasan dan bawahan melalui tugas dan kewajiban. Makna ninjō sejajar dengan perasaan dan emosi. Di dalam ninjō terkandung unsur kemurahan hati, simpati terhadap kaum lemah dan tidak berdaya, dan empati terhadap orang lain. Ninjō digunakan sebagai ungkapan penghubung dengan giri dan keduanya tidak bisa dipisahkan. Giri merupakan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat, dan ninjō merupakan nilai sosial yang bersifat pribadi. Yakuza mengadopsi nilai giri dan ninjō untuk menaikkan kedudukan mereka dalam masyarakat. Seorang oyabun dari kelompok Inagawakai, salah satu sindikat atau klan yakuza terbesar mengatakan: yakuza berupaya menjalani patriotisme dan jalan hidup ksatria. Giri dan ninjō, itulah perbedaan terbesar kami dengan mafia Amerika. Jika memungkinkan, yakuza mencoba mengurus seluruh masyarakat, bahkan jika dibutuhkan satu juta yen untuk menolong satu orang (Kaplan & Alec Dubro, 2011:18) Senada dengan pendapat tersebut, seorang bos besar kelompok Sumiyoshikai mengatakan: pada musim dingin, kami memberikan sisi jalan yang terkena sinar matahari kepada masyarakat karena kami bisa bertahan hidup oleh kerja keras mereka. Pada musim panas, kami berjalan di sisi jalan yang terkena sinar matahari demi memberikan sisi yang sejuk dan teduh kepada mereka. Jika memperhatikan perilaku kami, anda bisa melihat komitmen kami yang kuat terhadap giri dan ninjō (Kaplan & Alec Dubro, 2011:18) Aplikasi konsep giri dan ninjō dalam kehidupan yakuza modern tampak pada masa setelah perang dunia kedua, ketika muncul kelas masyarakat baru

18 sebagai akibat perang yaitu sangokujin. Sangokujin terdiri dari orang-orang Korea, Cina, dan Taiwan yang dibawa ke Jepang untuk mengganti para pekerja Jepang yang direkrut menjadi tentara. Para sangokujin dipaksa bekerja layaknya budak. Setelah Jepang kalah dalam perang, kemarahan kaum sangokujin kepada orang Jepang memuncak akibat diskriminasi dan eksploitasi selama bertahun-tahun. Ada sebuah kejadian ketika gerombolan sangokujin berjumlah 300 orang menyerang kantor polisi di Kobe sebagai ajang untuk unjuk gigi. Karena kesulitan melawan sangokujin, walikota Kobe meminta bantuan kepada Taoka Kazuo, bos besar Yamaguchi-gumi. Taoka bersama anak buah dan sekutunya berhasil menyergap sangokujin di kantor polisi tersebut, menyerang mereka dengan pedang, senjata api dan granat. Sangokujin berhasil dikalahkan dan polisi memiliki utang giri kepada yakuza. Pertempuran melawan sangokujin tersebut sangat patriotik dan sangat dikenang. Yakuza diposisikan sebagai pahlawan yang terjepit musuh tetapi berhasil menyelamatkan Jepang dari orang asing yang jahat. Layak nya para samurai yang suka menolong, yakuza juga memposisikan dirinya sebagai samurai Struktur Organisasi Yakuza Yakuza dikenal sebagai organisasi kejahatan yang memiliki ciri khas tersendiri dengan struktur organisasi yang rapi, sehingga hal inilah yang membedakan yakuza dengan organisasi-organisasi kejahatan lainnya di dunia. Yakuza bukan hanya sekedar kumpulan penjahat dan orang-orang yang memiliki latar belakang berbeda, tetapi mereka semua tergabung dalam suatu ikatan keluarga.

19 Dalam organisasi yakuza terdapat istilah ikka, yaitu suatu bentuk keluarga yang anggotanya tidak memiliki hubungan darah satu sama lain. Dalam yakuza, kata ikka diganti dengan istilah gumi yang berarti kelompok atau kai yang berarti asosiasi. Kata tersebut diletakkan setelah nama suatu kelompok, misalnya Yamaguchi-gumi atau Inagawa-kai. Struktur organisasi yakuza berbeda dengan strukur organisasi kejahatan di negara lain. Dalam struktur organisasi yakuza terdapat tiga struktur yang mendasar, yaitu hirarki formal dalam tugas dan tingkatan, hirarki berdasarkan sistem Ie tradisional Jepang, dan hirarki dalam internal kelompok. Struktur organisasi yakuza memiliki bentuk yang sama dengan sistem keluarga inti Ie di Jepang. Ie adalah sebuah bentuk keluarga yang mempunyai sistem tersendiri yang berurat berakar pada masyarakat Jepang. Oleh karena itu, Ie mempunyai hubungan yang dalam dengan sistem nilai dan struktur masyarakat Jepang. Dan juga merupakan suatu sistem masyarakat dalam kesejarahan Jepang tersendiri (Ito dalam Situmorang, 2009:26). Sistem Ie berbentuk patrilineal, yaitu suatu keluarga yang berlangsung terus menerus melalui garis keturunan ayah. Keluarga Ie dipimpin oleh kacho (ayah) sebagai keluarga dan chonan (anak laki-laki pertama) yang akan menjadi kacho generasi berikutnya. Objek dari kesinambungan sistem Ie adalah hubungan darah (hubungan orang tua dengan anak, hubungan abang dengan adik), hubungan tempat tinggal ( rumah dan pekarangan), dan hubungan ekonomi ( produksi, konsumsi, usaha dan harta). Karena keluarga Ie merupakan kelompok untuk menjalankan kehidupan, maka orang yang bukan hubungan darah pun dimungkinkan menjadi anggota keluarga.

20 Yakuza mengadopsi sistem Ie ke dalam hubungan orang tua-anak yang disebut hubungan oyabun-kobun. Oyabun berarti orang yang memiliki status oya, yaitu sebagai orang tua dalam kelompoknya atau sebagai pemimpin dari suatu organisasi. Dan kobun adalah orang yang memiliki status ko, yaitu sebagai anak dalam kehidupan keluarga atau sebagai bawahan dalam suatu organisasi. Oyabun mengatur, membawahi dan memberikan perlindungan terhadap kobun. Sedangkan kobun selalu tunduk dan setia menjalankan perintah yang diberikan oyabun. Pada masa yakuza awal, hubungan oyabun-kobun membentuk kekuatan dan hubungan yang erat yang luar biasa, bahkan sampai menciptakan pengabdian fanatik kepada bos. Sampai sekarang, sistem oyabun-kobun masih terus menyuburkan kesetiaan, ketaatan, dan kepercayaan diantara para yakuza. Kobun harus bisa bertindak sebagai teppōdama (peluru) dalam sebuah perkelahian dengan geng lain. Mereka harus berdiri paling depan, menghadang senjata dan pedang musuh, serta mempertaruhkan nyawanya demi melindungi oyabun. Dan adakalanya kobun mengambilalih tanggungjawab dan masuk penjara atas kejahatan yang dilakukan oleh oyabunnya. Tingkatan dalam organisasi yakuza tradisional dan modern bersifat feodal, yaitu satu pemimpin (oyabun) membawahi semua bawahan (kobun). Tingkatan hirarki dalam organisasi yakuza sangat jelas perbedaan stratanya. Masing-masing tingkatan memiliki kewajiban, status dan hak istimewa yang berbeda-beda. Urutan tingkat dari yang teratas adalah kumi-chō atau yang disebut dengan oyabun, yaitu pemimpin dari suatu organisasi, wakagashira atau pemimpin muda, saikō kanbu atau eksekutif senior, kanbu atau eksekutif, kumi-in atau prajurit, dan jun-kōsei-in atau anggota magang. Kemudian terdapat juga kigyōshatei yaitu

21 hubungan bisnis antarsaudara yang tidak berhubungan langsung dengan ikka, tetapi tetap mendapatkan keuntungan dari kelompok ikka tersebut. Kumi-chō bertugas sebagai pemimpin dari suatu organisasi dan bertugas memberi arahan dan tugas terhadap bawahan dan sebagai pengambil keputusan dalam suatu tindakan. Wakagashira bertugas sebagai penasehat oyabun, dan kedudukan wakagashira layaknya orang kepercayaan oyabun. Diantara oyabun dan wakagashira terdapat kōmon yang bertugas sebagai penasehat oyabun juga, sehingga oyabun selalu mendapat nasehat dan masukan dari dua pihak bila menyangkut urusan kelompok. Saikō kanbun dan kanbun masing-masing memiliki anak buah tersendiri untuk bekerjasama dalam melakukan tugas dan kewajibannya. Kumi-in bertugas sebagai bawahan yang mengurusi segala urusan kelompok seperti mengangkat telepon kantor, supir, bertanggungjawab dalam penjagaan atau keamanan, dan melayani tamu. Masing-masing dari mereka kurang lebih sepuluh orang harus berjaga dua puluh empat jam untuk menjaga kantor pusat organisasi, karena mereka tidak akan tahu apa yang akan terjadi, apakah adanya serangan dari kelompok lain atau menerima telepon yang penting. Di luar pekerjaan itu semua, kadang-kadang kumi-in juga diminta untuk bekerja dalam bisnis milik oyabun, dan apabila terjadi perkelahian dengan kelompok yakuza lain, kumi-in harus bisa melawan di barisan paling depan. Bentuk hirarki yang lain dalam struktur organisasi yakuza adalah hirarki dalam kelompok terkecil. Dalam tiap tingkatan atau strata memiliki kobun tersendiri, yaitu tingkatan yang terdapat hubungan oyabun-kobun. Sehingga dalam satu kelompok memiliki dua posisi, yaitu posisi kobun dalam keseluruhan ikka dan posisi kobun dalam kelompok terkecil (kelompok internal). Anggota yang

22 terdapat dalam kelompok terkecil ini tidak lebih dari sepuluh anggota. Organisasi yakuza yang memiliki kekuatan yang besar umumnya menguasai kelompok yakuza yang lebih lemah untuk berganung dan menguasai kelompok tersebut ke dalam payung kekuasaan. Kelompok kecil yang tergabung tersebut akan menjadi kobun di dalam organisasi yang menguasainya. Kumi-chō dari kelompok yang lemah akan menjadi kobun dari kumi-chō dari kelompok penguasa atau menjadi kobun dalam badan eksekutif kelompok penguasa. Dalam kehidupan organisasi yakuza, peranan wanita sama sekali tidak dilibatkan dalam urusan kelompok. Wanita di dunia yakuza hanya sebatas sebagai pelacur, penghibur di bar, dan sebagai nyonya di anggota kelompok (istri oyabun). Istri oyabun sering disebut ane-san (saudara kakak perempuan). Mereka sebagai wanita sangat dipandang rendah dalam pekerjaan yakuza. Namun, bukan berarti wanita sama sekali tidak terlibat di dalamnya. Salah satu contoh peran wanita dalam yakuza adalah ketika Taoka Fumiko, istri dari pemimpin kelompok Yamaguchi-gumi generasi ketiga memimpin kelompoknya untuk sementara karena pemimpin yang terpilih pada saat itu masuk penjara. Dalam penerimaan anggota baru, kelompok yakuza melakukan suatu ritual sebagai tanda terjalinnya suatu hubungan darah antara individu dengan kelompok yang disebut sakazuki. Sakazuki adalah ritual pertukaran mangkuk sake sebagai tanda terjalinnya hubungan darah. Sakazuki adalah ritual penting di dunia yakuza yang mengekspresikan semangat yakuza dalam penentuan anggota, memperkuat ikatan organisasi, dan kompleksitas hubungan antarposisi dan fungsi dalam organisasi. Ritual ini tidak hanya sebagai tanda masuknya anggota baru dalam kelompok, namun juga sebagai tanda terjalinnya hubungan oyabun-kobun. Ritual

23 ini dilakukan dengan cara formal. Ritual ini dilakukan di ruangan yang beralaskan tatami (tikar Jepang) dengan para partisipasi ritual yang menggunakan pakaian haori hakama (pakaian luar untuk mempermewah kimono) dan terdapat nakōdo (perantara) untuk membantu pelaksanaan dan sebagai saksi upacara. Ritual dilaksanakan di depan altar dan suatu persembahan dilakukan pertama kali untuk ditujukan kepada dewa Shinto yang diletakkan di atas altar sebelum ritual sakazuki dilakukan. Individu yang akan bergabung dan membentuk suatu jalinan dengan kelompok duduk di tatami dengan nakōdo di dekatnya. Pada saat pertukaran mangkuk sake, jumlah sake yang dituangkan ke dalam mangkuk berbeda-beda sesuai dengan status dan hubungan yang akan dibuat. Jika yang dihubungkan merupakan antarsaudara maka volume sake yang dituangkan sama banyaknya. Mangkuk sake diisi penuh oleh nakodo dan memberikannya ke masing-masing pihak yang akan dihubungkan. Apabila yang akan dihubungkan adalah saudara tua dan saudara muda, maka mangkuk sake untuk saudara tua diisi sebanyak enam persepuluh dan mangkuk sake untuk saudara muda diisi sebanyak empat persepuluh. Sedangkan apabila yang dihubungkan merupakan hubungan oyabun-kobun, maka mangkuk sake yang dibutuhkan hanya satu. Manguk sake tersebut diisi penuh oleh nakōdo, lalu diminum setengahnya oleh oyabun, dan sisanya diberikan kepada kobun yang akan dihubungkan Obyek Bisnis Yakuza Kelompok yakuza tradisional yaitu bakuto dan tekiya pada dasarnya memiliki bidang yang berbeda dalam pekerjaannya. Bakuto sebagai kelompok penjudi pastilah bergerak di bidang perjudian, sedangkan tekiya bergerak di

24 bidang usaha perdagangan. Bakuto melakukan pekerjaan dengan cara yang tertutup, sedangkan tekiya secara terbuka membuka dan menguasai kios-kios dagangan di sekitar tempat diadakannya matsuri (pesta rakyat). Berawal dari kedua pekerjaan tersebut, bisnis yakuza kemudian meluas dan mencakup segala aspek bisnis ilegal. Bisnis ilegal yang umumnya dijalankan dan dikuasai oleh yakuza yaitu penyelundupan narkoba, perjudian, penjualan senjata api, penjualan wanita atau prostitusi, bisnis klub-klub malam, real estate, dunia hiburan, dunia olahraga dan lain-lain. Yamaguchi-gumi, salah satu kelompok yakuza terbesar menguasai bisnis ilegal yakuza di bagian barat Jepang. Berbagai geng yang berafiliasi dengannya mengendalikan buruh harian di pelabuhan dan perusahaan konstruksi; memonopoli ratusan pengelola kios kaki lima; memeras uang dari bar lokal dan perusahaan nasional; serta mengelola berbagai bentuk perjudian, mulai dari judi tebak angka di pojok jalan hingga permainan kartu tingkat tinggi dengan taruhan mencapai jutaan dolar dalam semalam. Mereka mengontrol partai-partai politik dan bekerja sebagai asisten kampanye bagi para kandidat golongan sayap kanan. Pada awal tahun 1970, Yamaguchi-gumi telah mengembangkan bisnisnya ke bidang tinju professional, sumo, dan gulat gaya barat yang kemudian diikuti oleh kelompok-kelompok yakuza lainnya. Dalam bisnis hiburan, yakuza menguasai sekitar 100 perusahaan produksi. Selain itu, puluhan agensi pencari bakat dan penyalur tenaga kerja berada di bawah pengaruh yakuza. Banyak artis yang tidak bisa tampil di panggung kalau tidak disponsori yakuza. Rumah-rumah produksi yang sangat haus akan film-film gangster juga berada di bawah pengaruh yakuza. Keberadaan rumah-rumah

25 produksi yang dimiliki oleh yakuza pada dasarnya hanyalah sebuah kedok untuk menguasai bisnis hiburang di Jepang. Meskipun perjudian dilarang oleh pemerintah, namun rumah judi dan kioskios tekiya tetap menjadi bisnis standar yakuza. Judi dengan taruhan tinggi memberikan pemasukan besar bagi yakuza. Untuk melancarkan bisnis perjudian, yakuza membuat taktik yaitu dengan melakukan perjudian dibalik perjudian yang dilegalkan pemerintah, seperti pacuan kuda, lotre, dan lain-lain. Karena perjudian legal semacam ini dimonopoli oleh pemerintah, maka pihak luar atau yakuza yang ingin berjudi dalam bentuk ini harus membayar pajak kepada pemerintah. Akan tetapi yakuza termasuk kelompok yang menyelenggarakan perjudian jenis ini tanpa membayar pajak. Sehingga perjudian itu kemudian dianggap ilegal dan dilarang oleh pemerintah. Pelarangan tersebut tidak membuat yakuza mengurungkan niat mereka dalam menginvestasikan perjudian atau menurut untuk membayar pajak kepada pemerintah. Sebaliknya, mereka justru mencari cara agar tetap dapat berjudi tanpa harus membayar pajak. Bisnis narkotika juga dianggap sebagai lumbung penghasil uang bagi yakuza. Amfetamin adalah salah satu jenis narkotika yang paling dicari pasca perang dunia kedua. Amfetamin digunakan sebagai bahan dasar pembuatan obat, dan bagi tentara berguna untuk meningkatkan stamina tubuh agar tetap kuat. Karena penggunaan dan kebutuhan masyarakat terhadap amfetamin pada masa pasca perang dunia kedua semakin meningkat, pemerintah kemudian menetapkan amfetamin sebagai obat terlarang untuk dijual secara umum. Akibatnya, masyarakat yang telah terlanjur menjadi pecandu terpaksa beralih ke narkotika jenis lain seperti heroin dan metafetamin. Celah ini kemudian dimanfaatkan oleh

26 yakuza untuk memperoleh keuntungan dalam jumlah besar. Namun tidak semua kelompok yakuza yang melakukan bisnis narkotika. Pemimpin kelompok Yamaguchi-gumi yang sangat sadar akan bahaya penggunaan narkotika mengeluarkan aturan pelarangan menjual dan memakai amfetamin dan obatobatan jenis lain bagi anggotanya, meskipun aturan tersebut tidak sepenuhnya dipatuhi. 2.2 Politik Jepang Setelah Perang Dunia Kedua Politik Jepang Pada Masa Pendudukan Sekutu Dalam waktu dua minggu setelah Jepang menyerah kalah, pasukanpasukan sekutu yang dipimpin Amerika Serikat mulai mendarat di Jepang. Pada tanggal 2 Oktober 1945 dibentuk SCAP (Supreme Commander for the Allied Powers) atau markas besar negara-negara sekutu di bawah pimpinan Jenderal Douglas Mac Arthur. Tugas utama SCAP adalah mengatur dan melaksanakan reformasi dan kebijakan pemerintahan di seluruh wilayah Jepang yang meliputi penghapusan unsur-unsur feodal dan militer dari masyarakat Jepang, serta peningkatan kebebasan modern dan perdamaian. Angkatan bersenjata Jepang dilucuti dan dibubarkan, penjahat-penjahat perang ditangkap, diadili dan dihukum oleh mahkamah militer sekutu. Tokoh-tokoh politik yang pernah berkuasa, kaum militeris dan ultranasionalis, dan panglima perang untuk sementara waktu disingkirkan dari pemerintahan. Tokoh-tokoh yang dipenjara karena kejahatan politik selama perang dibebaskan dan undang-undang yang membatasi kebebasan pendapat, berkumpul, dan berserikat juga dicabut. Hak bagi kaum wanita untuk bersuara dan menduduki

27 jabatan umum diakui, dan sistem kepolisian juga diubah pada masa pendudukan sekutu. Pasukan sekutu juga membuat reformasi di bidang sosial dan ekonomi yang mencakup penghapusan unsur feodal dari masyarakat, penghapusan zaibatsu, dan kebijakan land reform untuk kemajuan ekonomi. Sekutu juga berusaha sebisa mungkin membatasi agar Jepang tidak lagi memiliki kemampuan politik dan ambisi militer yang dapat memberikan ancaman bagi bangsa dan negara lain khususnya bangsa barat. Pembatasan itu tampak jelas dalam Undang-Undang Dasar Jepang yang baru dan memang sengaja dipersiapkan oleh Amerika. Namun, kebijakan politik Amerika di Jepang berubah karena kekhawatiran Amerika terhadap komunisme yang semakin berkembang di Asia, sehingga Amerika memberikan tekanan untuk melaksanakan kebijakan yang antikomunis. Semula sikap politik Amerika di Jepang lebih mengutamakan pelaksanaan hukuman terhadap mereka yang dituduh sebagai penjahat perang. Tetapi kemudian Amerika menyadari pentingnya menghalangi komunisme masuk ke Jepang. Caranya adalah dengan menjadikan Jepang sebagai sekutu dan benteng melawan komunisme. Hal tersebut semakin mudah dilakukan karena Jepang pada dasarnya sudah antikomunis sejak dulu. Sekutu juga menyusun suatu konstitusi baru bagi Jepang. Konstitusi baru menetapkan kaisar hanya sebagai simbol negara dan simbol pemersatu bangsa. Dengan demikian, kaisar tidak lagi memiliki kekuasaan politik apapun Politik Jepang Setelah Tahun 1952 Pada tanggal 8 September 1951 Amerika Serikat dan Jepang menandatangani perjanjian perdamaian dan kemudian dilanjutkan dengan

28 pelaksanaan penyerahan kekuasaan dan kedaulatan penuh kepada pihak Jepang pada tanggal 28 April Sejak saat itu Jepang mendapatkan kembali kedaulatannya sebagai negara merdeka dan memperoleh identitas politiknya sebagai negara berdaulat. Walaupun demikian, Amerika Serikat tetap melakukan pengawasan dan pembatasan terhadap Jepang, khususnya dibidang militer dan masalah keamanan dan pertahanan. Sejak berakhirnya perang dunia kedua sampai tahun 1950, di Jepang terdapat dua golongan politik konservatif yaitu kelompok liberal yang merupakan penerus partai lama yang disebut Seiyūkai, dan kelompok demokrat yang berasal dari kelompok Minseitō. Kedua kelompok konservatif ini pada tahun 1950 bergabung membentuk Partai Liberal tetapi pada tahun 1953 pecah kembali. Tahun 1955 mereka kembali bergabung dengan membentuk partai baru bernama Jiyuminshūtō (Partai Liberal Demokrat). Partai inilah yang kelak di kemudian hari berhasil menguasai kehidupan politik Jepang sampai tahun 1990-an. Partai Liberal Demokrat merupakan partai konservatif yang terdiri atas generasi tua yang dalam pandangan politiknya cenderung lebih mementingkan stabilitas politik dan ekonomi dalam negeri. Pimpinan partai dari kelompok konservatif ini ditentukan oleh hirarki berjenjang yang berlaku di lingkungan partai seperti yang berlaku di dalam birokrasi. Di tubuh partai ini sejak semula telah terbagi dalam pengelompokan faksi-faksi yang lebih dilandasi oleh kepemimpinan tokoh perorangan dan bukan oleh penggolongan berdasarkan kepentingan ideologis. Pada dasarnya faksi-faksi tersebut memiliki program dan tujuan yang hampir sama, tetapi memiliki fanatisme dalam mendukung tokoh kepemimpinan mereka. Adanya faksi-faksi tersebut menunjukkan Partai Liberal

29 Demokrat memberi toleransi terhadap perbedaan pendapat sehingga membuat partai tidak mudah terpecah-belah walaupun terjadi perbedaan pandangan dalam pelaksanaan politik diantara pemimpin faksi. Yang terpenting bagi partai adalah bagaimana cara agar bisa menang dalam pemilihan umum. Ketua partai secara otomatis akan dicalonkan sebagai perdana menteri namun terlebih dahulu harus memperoleh dukungan dari semua faksi atau mayoritas jumlah faksi. Kebijakan politik Partai Liberal Demokrat lebih sering dikaitkan dengan upaya mendapatkan dukungan politik, ekonomi, dan keamanan dari Amerika Serikat. Kebijakan yang reaksioner itu nampak paling jelas pada tahun 1960 ketika kabinet Kishi Nobusuke memaksakan ratifikasi perjanjian keamanan yang diperbaharui. Hal ini membangkitkan protes rakyat secara besar-besaran terhadap taktik yang sangat licik itu, sehingga perdana menteri Kishi Nobusuke terpaksa meletakkan jabatan. Hal itu yang menyebabkan partai harus menghadapi pendapat umum yang cenderung menghendaki Jepang lebih bersikap netral dan mandiri dalam menjalankan politiknya. Setelah tahun 1955, pertumbuhan politik nasional di Jepang ditandai oleh adanya persaingan antara dua sikap politik yaitu antara kelompok yang tetap ingin mempertahankan pola-pola lama yang konservatif, dengan kelompok yang menghendaki pola-pola baru yang progresif. Kelompok yang berpandangan konservatif diwakili oleh para anggota Partai Liberal Demokrat, sedangkan yang berpandangan progresif diwakili oleh Nihonshakaitō (Partai Sosialis Jepang). Pemikiran progresif pada saat itu lebih banyak dianut oleh para politisi muda. Di masa ini juga sering terjadi perbedaan sikap antara kelompok konservatif dengan sosialis dalam menanggapi berbagai isu domestik

30 terutama masalah Pakta Keamanan Amerika Serikat-Jepang yang mengatur keberadaan pangkalan militer Amerika di Jepang. Pada tahun 1950 sampai 1958, Partai Liberal Demokrat menguasai 58% suara di parlemen dan Partai Sosialis menguasai 33%, sisanya dikuasai partaipartai kecil lainnya. Antara tahun 1970 sampai 1980 terdapat lima partai lain yang menonjol yaitu Kōmeitō (Partai Pemerintahan Bersih), Shakaiminshutō (Partai Sosialis Demokrat), Nihonkyōsantō (Partai Komunis Jepang), New Liberal Club, dan United Social Democratic League. Sejak saat itu terjadi pergeseran dari sistem dua partai menjadi sistem multi partai. Partai konservatif Jepang sangat erat kaitannya dengan kepentingan perdagangan besar. Sebelum perang, Seiyūkai dan Minseitō berhubungan erat dengan kelompok zaibatsu Mitsui dan Mitsubishi. Tetapi setelah perang, kekuasaan perdana menteri menjadi sangat besar. Apabila seseorang dapat bergabung dengan kekuasaan ini dan dapat memanfaatkan posisinya itu, ia akan mendapatkan keuntungan. Itulah yang menyebabkan kalangan pengusaha besar mulai melibatkan diri secara aktif dan menjalin hubungan erat dengan kehidupan politik. Dengan ditandatanganinya perjanjian perdamaian, berakhirnya pendudukan, dan dibangunnya kembali ekonomi Jepang, maka berbagai organisasi di bidang ekonomi seperti Federasi Organisasi Ekonomi (Keidanren), Federasi Asosiasi Pengusaha Jepang (Nikkeiren), Kamar Dagang dan Industri Jepang (Nisshō), dan Komisi Pengembangan Ekonomi Jepang (Keizai Dōyūkai) menjadi kelompok penekan kuat di bidang politik. Kekuasaan empat organisasi ini bekerja dan menghasilkan penggabungan dua partai konservatif menjadi Partai Liberal Demokrat. Kelompok-kelompok tersebut memberi sumbangan besar

31 dalam dunia politik melalui dana-dana perusahaan bagi partai, dan sumbangan sekaligus menerima sejumlah uang yang besar dalam bentuk pinjaman investasi keuangan, dan pelayanan perpajakan yang menguntungkan dari pemerintah. Partai Liberal Demokrat merupakan partai yang berkuasa sejak tahun Namun pada tahun 1993 untuk pertama kalinya Partai Liberal Demokrat mengalami kekalahan dalam pemilihan umum. Kekalahan tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan psikologis dalam kehidupan berpolitik di Jepang. Kekalahan itu bukan dikarenakan adanya perubahan sikap politik para pemilihnya, melainkan merupakan refleksi spontan dari masyarakat yang merasa dirugikan atau dikecewakan akibat keadaan ekonomi yang semakin memburuk. Kaum birokrat juga memiliki pengaruh penting dalam kehidupan politik Jepang. Tokoh-tokoh birokrat memiliki fungsi penting dalam menentukan kebijakan negara. Pada awalnya birokrat memang terdiri dari orang-orang yang memiliki kemampuan dan dedikasi untuk memutuskan serta tidak menggunakan kesempatan hanya untuk mencari keuntungan materi. Namun perkembangan ekonomi Jepang yang semakin maju telah mengubah persepsi, reputasi, dan moral para birokrat. Birokrat dijadikan sasaran oleh pihak penguasa untuk melakukan beberapa kesepakatan dan kontak-kontak informal melalui makan malam, bermain golf, dan lain-lain. Penyalahgunaan berbagai hubungan informal untuk kepentingan pribadi semakin meningkat di kalangan birokrat sehingga timbul celaan dari masyarakat. Korupsi di lingkungan pemerintahan yang melibatkan para birokrat dan politisi merupakan persekongkolan yang mewarnai kehancuran Partai Liberal Demokrat dalam perpolitikan Jepang.

BAB II GAMBARAN UMUM YAKUZA. melakukan berbagai aksi atau kegiatan dengan cara dan hukum mereka sendiri,

BAB II GAMBARAN UMUM YAKUZA. melakukan berbagai aksi atau kegiatan dengan cara dan hukum mereka sendiri, BAB II GAMBARAN UMUM YAKUZA 2.1 Yakuza Yakuza merupakan kelompok sindikat kejahatan tradisional Jepang yang melakukan berbagai aksi atau kegiatan dengan cara dan hukum mereka sendiri, tanpa memperdulikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mafia merupakan sebutan dari orang Sicilia¹ untuk segala organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Mafia merupakan sebutan dari orang Sicilia¹ untuk segala organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mafia merupakan sebutan dari orang Sicilia¹ untuk segala organisasi rahasia. Organisasi-organisasi ini, yang disebut Mafia, menjadi suatu organisasi yang sejajar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dari posisinya sebagai kanpaku untuk melancarkan jalan bagi Hideyori menjadi

BAB V KESIMPULAN. dari posisinya sebagai kanpaku untuk melancarkan jalan bagi Hideyori menjadi BAB V KESIMPULAN Perang Sekigahara yang terjadi pada tahun 1600 dipicu adanya pertentangan diantara dua istri Hideyoshi yaitu Yodogimi dan Kodaiin. Karena kecemburuan yang besar terhadap Yodogimi, kelahiran

Lebih terperinci

BAB 5 RINGKASAN. jatuh. Padahal ia telah menetapkan segala peraturan untuk dalam dan luar negeri. menyebabkan jatuhnya kekuasaan politik Tokugawa.

BAB 5 RINGKASAN. jatuh. Padahal ia telah menetapkan segala peraturan untuk dalam dan luar negeri. menyebabkan jatuhnya kekuasaan politik Tokugawa. BAB 5 RINGKASAN Bakufu Tokugawa yang berhasil menguasai negeri selama 267 tahun akhirnya jatuh. Padahal ia telah menetapkan segala peraturan untuk dalam dan luar negeri untuk mempertahankan pemerintahannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena kekalahannya dalam Perang Dunia II. Jendral Douglas MacArthur yang

BAB I PENDAHULUAN. karena kekalahannya dalam Perang Dunia II. Jendral Douglas MacArthur yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun 1952 Jepang mulai menata kembali kehidupan politiknya setelah tentara Amerika Serikat mulai menduduki Jepang pada tanggal 2 September 1945 karena

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip dan Hak-hak Mendasar di Tempat kerja. Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017

Prinsip-prinsip dan Hak-hak Mendasar di Tempat kerja. Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017 Prinsip-prinsip dan Hak-hak Mendasar di Tempat kerja Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017 Tujuan Pembelajaran Mengenal ILO dan ILS Memahami prinsip-prinsip dan hak-hak mendasar di tempat

Lebih terperinci

Jepang (Bagian III) Feodalisme Jepang

Jepang (Bagian III) Feodalisme Jepang Jepang (Bagian III) Feodalisme Jepang Sistem kepemilikan hak atas tanah di Jepang berbeda dengan Eropa (sistem shoen) Biaya untuk Samurai Jepang lebih murah, tanah imbalan untuk samurai lebih kecil daripada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga Tokugawa ( ). Demikian pula sistem politik yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga Tokugawa ( ). Demikian pula sistem politik yang telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bulan November 1867, Tokugawa Yoshinobu mengembalikan pemerintahan kepada kaisar ( tenno ). Ini berarti jatuhnya bakufu yang sampai saat itu dikuasai oleh keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga Tokugawa. Disebut zaman Edo karena pemerintahan keshogunan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga Tokugawa. Disebut zaman Edo karena pemerintahan keshogunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zaman Edo (1603-1867) adalah zaman dimana Jepang diperintah oleh keluarga Tokugawa. Disebut zaman Edo karena pemerintahan keshogunan Tokugawa pada waktu itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang disebut Nihon dalam bahasa Jepang. Kata Nihon berarti. "negara/negeri matahari terbit". Nama ini disebut dalam korespondensi

BAB I PENDAHULUAN. Jepang disebut Nihon dalam bahasa Jepang. Kata Nihon berarti. negara/negeri matahari terbit. Nama ini disebut dalam korespondensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang disebut Nihon dalam bahasa Jepang. Kata Nihon berarti "negara/negeri matahari terbit". Nama ini disebut dalam korespondensi Kekaisaran Jepang dengan Dinasti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1853, dengan kapal perangnya yang besar, Komodor Perry datang ke Jepang. Pada saat itu, Jepang adalah negara feodal yang terisolasi dari negara-negara lainnya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MENGENAI KELUARGA IE. belakangi oleh nilai-nilai yang memperhitungkan untung dan rugi, melainkan

BAB II GAMBARAN UMUM MENGENAI KELUARGA IE. belakangi oleh nilai-nilai yang memperhitungkan untung dan rugi, melainkan BAB II GAMBARAN UMUM MENGENAI KELUARGA IE 2.1 Konsep Ie Dalam tradisi masyarakat Jepang hubungan sosial tidak hanya di latar belakangi oleh nilai-nilai yang memperhitungkan untung dan rugi, melainkan diikat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Jepang Pasca Perang Dunia II Pada saat Perang Dunia II, Jepang sebagai negara penyerang menduduki negara Asia, terutama Cina dan Korea. Berakhirnya Perang Dunia II merupakan kesempatan

Lebih terperinci

Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara

Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara Pasal 104 Makar dengan maksud untuk membunuh, atau merampas kemerdekaan, atau meniadakan kemampuan Presiden atau Wakil Presiden memerintah, diancam dengan pidana

Lebih terperinci

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168)

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 - Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) 2 K168 Konvensi

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a. bahwa pertahanan negara

Lebih terperinci

tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan muatan yang melanggar kesusilaan

tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan muatan yang melanggar kesusilaan Selain masalah HAM, hal janggal yang saya amati adalah ancaman hukumannya. Anggara sudah menulis mengenai kekhawatiran dia yang lain di dalam UU ini. Di bawah adalah perbandingan ancaman hukuman pada pasal

Lebih terperinci

LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA

LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA

Lebih terperinci

K29 KERJA PAKSA ATAU WAJIB KERJA

K29 KERJA PAKSA ATAU WAJIB KERJA K29 KERJA PAKSA ATAU WAJIB KERJA 1 K 29 - Kerja Paksa atau Wajib Kerja 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan bagi laki-laki

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : PER-06/M.

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : PER-06/M. SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : PER-06/M.EKON/12/2008 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA 31 CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA SURAT PERJANJIAN KERJA Nomer: ---------------------------------- Yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama : Jabatan : Alamat : Dalam hal ini bertindak atas nama direksi

Lebih terperinci

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH Bahwa pengakuan atas martabat yang melekat pada dan hak-hak yang sama dan tidak dapat dicabut dari semua anggota keluarga manusia adalah landasan bagi

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : bahwa perlu diadakan Peraturan Disiplin Tentara untuk seluruh Angkatan Perang Republik Indonesia;

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : bahwa perlu diadakan Peraturan Disiplin Tentara untuk seluruh Angkatan Perang Republik Indonesia; PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1949 TENTANG DISIPLIN TENTARA UNTUK SELURUHNYA ANGKATAN PERANG. PRESIDEN, Menimbang Mengingat : bahwa perlu diadakan Peraturan Disiplin Tentara untuk seluruh Angkatan

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa perlu diadakan Peraturan Disiplin Tentara untuk seluruh Angkatan Perang Republik Indonesia;

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa perlu diadakan Peraturan Disiplin Tentara untuk seluruh Angkatan Perang Republik Indonesia; PERATURAN PEMERINTAH (PP) 1949 NO. 24 (24/1949) TENTARA. DISIPLIN. Peraturan tentang Disiplin Tentara untuk seluruhnya Angkatan Perang Republik Indonesia. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pertahanan keamanan negara untuk

Lebih terperinci

HAK ANAK DALAM KETENAGAKERJAAN

HAK ANAK DALAM KETENAGAKERJAAN 1 HAK ANAK DALAM KETENAGAKERJAAN Saya akan mengawali bab pertama buku ini dengan mengetengahkan hak pekerja yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap anak-anak dalam dunia ketenagakerjaan. Sebagaimana

Lebih terperinci

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 1 K-143 Konvensi Pekerja Migran (Ketentuan Tambahan), 1975 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. surut. Dua periode penting tersebut adalah masa Kaisar Meiji ( ) dan. yang kemudian dikenal dengan Restorasi Meiji.

BAB I PENDAHULUAN. surut. Dua periode penting tersebut adalah masa Kaisar Meiji ( ) dan. yang kemudian dikenal dengan Restorasi Meiji. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sepanjang sejarah, kekaisaran Jepang beberapa kali mengalami masa pasang surut. Dua periode penting tersebut adalah masa Kaisar Meiji (1868-1912) dan Kaisar

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pertahanan keamanan negara untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa

Lebih terperinci

Bab XXV : Perbuatan Curang

Bab XXV : Perbuatan Curang Bab XXV : Perbuatan Curang Pasal 378 Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat,

Lebih terperinci

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Suami Rosa biasa memukulinya. Ia memiliki dua anak dan mereka tidak berani berdiri di hadapan ayahnya karena mereka takut akan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Masyarakat Jepang pada masa Tokugawa merupakan masyarakat yang

BAB V KESIMPULAN. Masyarakat Jepang pada masa Tokugawa merupakan masyarakat yang BAB V KESIMPULAN Masyarakat Jepang pada masa Tokugawa merupakan masyarakat yang bersifat feodalisme Hal itu dapat dilihat dengan adanya pembagian status sosial menurut mata pencahariannya yakni golongan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak kedatangan orang Portugis pada awal abad ke-16, agama Kristen mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak kedatangan orang Portugis pada awal abad ke-16, agama Kristen mulai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kedatangan Para Misionaris Portugis 1.1.1.1Zaman Momoyama Sejak kedatangan orang Portugis pada awal abad ke-16, agama Kristen mulai mencoba menanamkan pengaruh

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI III DPR-RI DENGAN KEPALA BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL (BPHN) DALAM RANGKA PEMBAHASAN DIM RUU TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA ---------------------------------------------------

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1 KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA Mukadimah Negara-negara Pihak Kovenan ini, Menimbang, bahwa sesuai dengan prinsip-prinsip yang diumumkan dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa,

Lebih terperinci

DISIPLIN DAN TATA TERTIB MAHASISWA UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

DISIPLIN DAN TATA TERTIB MAHASISWA UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA 1 DISIPLIN DAN TATA TERTIB MAHASISWA UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA Pasal 1 Ketentuan Umum Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Peraturan Disiplin dan Tata Tertib Mahasiswa UMBY adalah peraturan

Lebih terperinci

BUKU KEDUA TINDAK PIDANA BAB I TINDAK PIDANA TERHADAP KEAMANAN NEGARA Bagian Kesatu Tindak Pidana terhadap Ideologi Negara Paragraf 1 Penyebaran Ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme Pasal 212 (1) Setiap

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN I. UMUM 1. Dasar Pemikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM AWAL KESHOGUNAN TOKUGAWA. Taira pada perang Heijin tahun Setelah kekalahan tersebut keluarga

BAB II GAMBARAN UMUM AWAL KESHOGUNAN TOKUGAWA. Taira pada perang Heijin tahun Setelah kekalahan tersebut keluarga BAB II GAMBARAN UMUM AWAL KESHOGUNAN TOKUGAWA 2.1 Awal Munculnya Kekuasaan Shogun Awal munculnya kekuasaan shogun bermula dari konflik antara keluarga Minamoto dan keluarga Taira. Keluarga Minamoto dikalahkan

Lebih terperinci

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Romania, selanjutmya disebut Para Pihak :

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Romania, selanjutmya disebut Para Pihak : PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH ROMANIA TENTANG KERJASAMA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KEJAHATAN TERORGANISIR TRANSNASIONAL, TERORISME DAN JENIS KEJAHATAN LAINNYA Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jepang adalah negara kepulauan yang terdiri dari 3000 pulau bahkan lebih. Tetapi hanya ada empat pulau besar yang merupakan pulau utama di negara Jepang,

Lebih terperinci

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Awal penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh Xavier di Jepang tidak

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Awal penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh Xavier di Jepang tidak BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Awal penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh Xavier di Jepang tidak membawa sukses yang besar dibandingkan dengan penyebaran yang dilakukannya di negara Asia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Film Ip Man III Dikisahkan kehidupan seorang guru besar bela diri aliran Wing Chun yang sangat dihormati oleh masyarakat di wilayah itu bernama

Lebih terperinci

membuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun.

membuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan negara di Asia yang pernah menjadi Negara imperialis. Dengan usaha melakukan politik ekspansi ke kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia, Jepang

Lebih terperinci

Kalender Doa Proyek Hanna Januari 2013

Kalender Doa Proyek Hanna Januari 2013 Kalender Doa Proyek Hanna Januari 2013 Kekerasan dalam rumah tangga terus meningkat secara drastis, baik dalam angka, frekuensi maupun tingkat kekejamannya. Beberapa berita mengejutkan antara lain: Seorang

Lebih terperinci

LAMPIRAN. masuk ke Jepang sebagai imigran gelap. Di sana dia bertemu dengan Jie yang

LAMPIRAN. masuk ke Jepang sebagai imigran gelap. Di sana dia bertemu dengan Jie yang LAMPIRAN 1. Sinopsis Film Shinjuku Incident Di film ini menceritakan tentang, Steelhead seorang mekanik traktor yang masuk ke Jepang sebagai imigran gelap. Di sana dia bertemu dengan Jie yang membantu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Jepang terdapat bermacam-macam budaya, salah satunya adalah olahraga. Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap suatu olahraga.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

dengan pilihan mereka sendiri dan hak perundingan bersama. 2.2 Pihak perusahaan menerapkan sikap terbuka terhadap aktivitas-aktivitas serikat

dengan pilihan mereka sendiri dan hak perundingan bersama. 2.2 Pihak perusahaan menerapkan sikap terbuka terhadap aktivitas-aktivitas serikat Kode Etik Pemasok Kode Etik Pemasok 1. KEBEBASAN MEMILIH PEKERJAAN 1.1 Tidak ada tenaga kerja paksa atau wajib dalam bentuk apa pun, termasuk pekerjaan terikat, perdagangan manusia, atau tahanan dari penjara.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa keamanan dalam negeri

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Pengertian Kode Etik

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Pengertian Kode Etik BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Pengertian Kode Etik 1. Kode Etik adalah sebuah pola aturan yang didasarkan pada nilai-nilai moral yang diharapkan selalu menuntun pelaksanaan tugas, kewajiban, dan pekerjaan.

Lebih terperinci

Jepang Abad NIHON/NIPPON I

Jepang Abad NIHON/NIPPON I Jepang Abad 18-19 NIHON/NIPPON I Sejarah Asia Timur Pendidikan Sejarah Pertemuan 12,13 Rhoma Dwi Aria Yuliantri, M. Pd Email: ariayuliantri@uny.ac.id Abad 18 Shogun ke delapan Eyoshimune, keadaan ekonomi

Lebih terperinci

Uni Soviet dihancurkan oleh pengkhianatan

Uni Soviet dihancurkan oleh pengkhianatan Mikhail Gorbachev: Uni Soviet dihancurkan oleh pengkhianatan 15 Desember 2016 http://www.bbc.com/indonesia/dunia-38311912 Image captionmikhail Gorbachev, 85 tahun, kini jarang tampil untuk wawancara. Mantan

Lebih terperinci

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Polandia, selanjutnya disebut Para Pihak :

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Polandia, selanjutnya disebut Para Pihak : PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK POLANDIA TENTANG KERJASAMA PEMBERANTASAN KEJAHATAN TERORGANISIR TRANSNASIONAL DAN KEJAHATAN LAINNYA Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNTAET REGULASI NO. 2002/2 TENTANG PELANGGARAN KETENTUAN BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PRESIDEN PERTAMA

UNTAET REGULASI NO. 2002/2 TENTANG PELANGGARAN KETENTUAN BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PRESIDEN PERTAMA UNITED NATIONS United Nations Transitional Administration in East Timor NATIONS UNIES Administrasion Transitoire des Nations Unies in au Timor Oriental UNTAET UNTAET/REG/2002/2 5 March 2002 REGULASI NO.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

I. OLAH RAGA. Pada saat yang sama, menonton orang lain berolahraga dapat juga jadi menyenangkan.

I. OLAH RAGA. Pada saat yang sama, menonton orang lain berolahraga dapat juga jadi menyenangkan. I. OLAH RAGA Olahraga adalah sesuatu yang setiap individu dapat menikmatinya secara perseorangan. Pada saat yang sama, menonton orang lain berolahraga dapat juga jadi menyenangkan. Untuk mencari tahu sejauh

Lebih terperinci

Bab XII : Pemalsuan Surat

Bab XII : Pemalsuan Surat Bab XII : Pemalsuan Surat Pasal 263 (1) Barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat menimbulkan sesuatu hak, perikatan atau pembebasan hutang, atau yang diperuntukkan sebagai bukti

Lebih terperinci

Pada tanggal 1 September 1945, Komite Sentral dari Komite-komite Kemerdekaan Indonesia mengeluarkan sebuah manifesto:

Pada tanggal 1 September 1945, Komite Sentral dari Komite-komite Kemerdekaan Indonesia mengeluarkan sebuah manifesto: Yusuf Budianto 0906636075 BAB 7-BAB 12 Adanya rencana pembuangan para tahanan Indonesia ke Tanah Merah membuat reputasi Belanda memburuk. Hal ini juga menimbulkan protes keras dari orang Indonesia, apalagi

Lebih terperinci

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Mukadimah Menimbang bahwa pengakuan atas martabat alamiah dan hak-hak yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia adalah dasar kemerdekaan, keadilan

Lebih terperinci

Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat

Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat "Terima kasih, ini uang kembalinya." "Tetapi Pak, uang kembalinya terlalu banyak. Ini kelebihannya." "Betul. Anda seorang yang jujur. Tidak banyak yang akan berbuat

Lebih terperinci

Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan. Surastini Fitriasih

Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan. Surastini Fitriasih Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan Surastini Fitriasih Dalam Buku II KUHP: Bab XXII : Pencurian Bab XXIII: Pemerasan & Pengancaman Bab XXIV: Penggelapan Barang Bab XXV : Perbuatan Curang Bab XXVI: Merugikan

Lebih terperinci

BAB II TINDAK PIDANA DESERSI YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA TNI. mengenai fungsi, tugas dan tanggungjawab mereka sebagai anggota TNI yang

BAB II TINDAK PIDANA DESERSI YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA TNI. mengenai fungsi, tugas dan tanggungjawab mereka sebagai anggota TNI yang BAB II TINDAK PIDANA DESERSI YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA TNI Tindak pidana desersi merupakan tindak pidana militer yang paling banyak dilakukan oleh anggota TNI, padahal anggota TNI sudah mengetahui mengenai

Lebih terperinci

Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat. Negara dan bangsa akan maju jika ada prinsip kejujuran. Salah satu bangsa yang

Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat. Negara dan bangsa akan maju jika ada prinsip kejujuran. Salah satu bangsa yang BAB II GAMBARAN UMUM PRODUKTIFITAS ORANG JEPANG 2.1 Pengertian Karakter Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari

Lebih terperinci

2 2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1607); MEMUTU

2 2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1607); MEMUTU No.547, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DPR-RI. Kode Etik. PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, melahirkan berbagai macam bentuk kebudayaan. manusia (ningen no seikatsu no itonami kata). Ienaga menjelaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, melahirkan berbagai macam bentuk kebudayaan. manusia (ningen no seikatsu no itonami kata). Ienaga menjelaskan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang dalam kesehariannya berinteraksi dengan sesamanya dengan menghasilkan apa yang disebut dengan peradaban. Semenjak terciptanya peradaban

Lebih terperinci

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH Daftar Isi BAB I KETENTUAN UMUM I-7 BAB II ASAS, SIFAT, DAN TUJUAN I-8 BAB III PEMBENTUKAN I-10 BAB

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini memaparkan mengenai hasil kajian pustaka untuk mengkaji judul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini memaparkan mengenai hasil kajian pustaka untuk mengkaji judul BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini memaparkan mengenai hasil kajian pustaka untuk mengkaji judul Gerakan Sosial Petani Jepang (Pemberontakan Shimabara 1637-1638). Dalam bab ini pengkajian dan penelahan terhadap

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan

Lebih terperinci

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS Kode Etik Global Performance Optics adalah rangkuman harapan kami terkait dengan perilaku di tempat kerja. Kode Etik Global ini mencakup beragam jenis praktik bisnis;

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang

Lebih terperinci

PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA

PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA MUKADIMAH Menimbang bahwa pengakuan atas martabat alamiah dan hak-hak yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia adalah dasar kemerdekaan, keadilan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG RESTORASI MEIJI

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG RESTORASI MEIJI BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG RESTORASI MEIJI 2.1. Faktor-Faktor Yang Mendorong Timbulnya Restorasi Meiji A. Keadaan Pemerintah Sebelum Restorasi Meiji Pada zaman Meiji, kekuasaan pemerintah sepenuhnya

Lebih terperinci

BAB III EKSISTENSI SAMURAI PADA MASA PEMERINTAHAN MEIJI

BAB III EKSISTENSI SAMURAI PADA MASA PEMERINTAHAN MEIJI BAB III EKSISTENSI SAMURAI PADA MASA PEMERINTAHAN MEIJI 3.1 Hak Politik dan Kekuasaan Samurai Pemerintah feodal Tokugawa yang mulai berkuasa sejak tahun 1600 sebagian besar terdiri dari kelas samurai,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bagian ini merupakan pemaparan tentang hasil analisis yang dilakukan pada bab

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bagian ini merupakan pemaparan tentang hasil analisis yang dilakukan pada bab BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Bagian ini merupakan pemaparan tentang hasil analisis yang dilakukan pada bab sebelumnya. Untuk mengarahkan deskripsi kepada kesimpulan penelitian terhadap respon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dewasa ini dalam pembaharuan hukum, indonesia telah melahirkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dewasa ini dalam pembaharuan hukum, indonesia telah melahirkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini dalam pembaharuan hukum, indonesia telah melahirkan beberapa peraturan, khususnya tentang hukum hak asasi manusia dan meratifikasi beberapa konvensi internasional

Lebih terperinci

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN 1 K 111 - Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan

BAB V KESIMPULAN. mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan masalah pada bab I, terdapat empat hal

Lebih terperinci

Berdasarkan 10 Perintah Allah

Berdasarkan 10 Perintah Allah LEMBAR BANTUAN PENGAKUAN DOSA ~ Pemeriksaan Batin ~ Berdasarkan 10 Perintah Allah dan Persepsi Gereja Katolik Berdasarkan 10 Perintah Allah Perintah Pertama Aku adalah Tuhan Allahmu: Jangan ada padamu

Lebih terperinci

SURAT PERJANJIAN KERJA

SURAT PERJANJIAN KERJA SURAT PERJANJIAN KERJA No. 168/SPK-01/AMARYAI/I/2017 Pada hari... tanggal... bulan... tahun... telah dibuat dan disepakati perjanjian kerja antara : Nama : PT.... Alamat : Jln.... Kemudian dalam hal ini

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG KETERTIBAN UMUM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

REGULASI NO. 2001/11

REGULASI NO. 2001/11 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA Administrasi Transisi Perserikatan Bangsabangsa di Timor Lorosae NATIONS UNIES Administrasion Transitoire des Nations Unies in au Timor Oriental UNTAET UNTAET/REG/2001/11 13

Lebih terperinci

Komunisme dan Pan-Islamisme

Komunisme dan Pan-Islamisme Komunisme dan Pan-Islamisme Tan Malaka (1922) Penerjemah: Ted Sprague, Agustus 2009 Ini adalah sebuah pidato yang disampaikan oleh tokoh Marxis Indonesia Tan Malaka pada Kongres Komunis Internasional ke-empat

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG ETIKA DAN TATA TERTIB PERGAULAN MAHASISWA DI KAMPUS

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG ETIKA DAN TATA TERTIB PERGAULAN MAHASISWA DI KAMPUS PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG ETIKA DAN TATA TERTIB PERGAULAN MAHASISWA DI KAMPUS REKTOR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa untuk lancarnya

Lebih terperinci

K 95 KONVENSI PERLINDUNGAN UPAH, 1949

K 95 KONVENSI PERLINDUNGAN UPAH, 1949 K 95 KONVENSI PERLINDUNGAN UPAH, 1949 2 K-95 Konvensi Perlindungan Upah, 1949 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan bagi laki-laki

Lebih terperinci

PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK RAKYAT CHINA MENGENAI BANTUAN HUKUM TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA

PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK RAKYAT CHINA MENGENAI BANTUAN HUKUM TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK RAKYAT CHINA MENGENAI BANTUAN HUKUM TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA Republik Indonesia dan Republik Rakyat China (dalam hal ini disebut sebagai "Para

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan

Lebih terperinci

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

538 KOMPILASI KETENTUAN PIDANA DI LUAR KUHP

538 KOMPILASI KETENTUAN PIDANA DI LUAR KUHP UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 2001/134, TLN 4150] Pasal 5 (1) Dipidana dengan pidana penjara

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI III DPR-RI DENGAN KEPALA BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL (BPHN) DALAM RANGKA PEMBAHASAN DIM RUU TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA ---------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB VI PELAPISAN SOSIAL DAN KESAMAAN DERAJAT

BAB VI PELAPISAN SOSIAL DAN KESAMAAN DERAJAT BAB VI PELAPISAN SOSIAL DAN KESAMAAN DERAJAT 1. PELAPISAN SOSIAL a. Pengertian : stratifikasi atau stratification berasal dari kata strata atau stratum yang berarti lapisan. Definisi stratifikasi/ pelapisan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Draft 3 Juli 2013 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kimono merupakan pakaian tradisional sekaligus pakaian nasional Jepang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kimono merupakan pakaian tradisional sekaligus pakaian nasional Jepang. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kimono merupakan pakaian tradisional sekaligus pakaian nasional Jepang. Perkembangan Jepang yang begitu pesat dalam berbagai bidang, salah satunya bidang fashion,

Lebih terperinci

Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135); 5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.1

Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135); 5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.1 MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN TENAGA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 131, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3989) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci