BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sely Nurlaely Purnama Sari, 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sely Nurlaely Purnama Sari, 2013"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) hari ini telah menjadi standar baku bagi seorang perempuan dan laki-laki untuk menyetarakan diri dalam pembangunan tanpa adanya pengecualian. Melalui ilmu pengetahuan dan teknologi perempuan dan laki-laki dapat merepresentasikan wawasannya ke dalam berbagai bidang kehidupan, misalnya: merepresentasikan wawasan mengenai alam semesta; merepresentasikan wawasan mengenai norma, adat, dan budaya antar manusia; merepresentasikan wawasan mengenai cara merawat dan menjaga kesehatan tubuh,; merepresentasikan wawasan lainnya yang dirasa bermanfaat untuk pribadinya, maupun untuk orang lain tanpa harus memunculkan perbedaan antara perempuan dan laki-laki itu sendiri. Kondisi faktual tersebut berkait erat dengan hasil kesepakatan negara Indonesia sebagai salah satu anggota UNESCO yang telah menandatangani Kesepakatan Dakar mengenai Kebijakan Pendidikan Untuk Semua atau PUS (Education For All), yang juga telah merumuskan beberapa hal penting mengenai kesetaraan gender untuk pendidikan dasar dan menengah menjelang tahun 2005 dan mencapai persamaan pendidikan menjelang tahun 2015 dengan suatu fokus jaminan bagi perempuan atas akses penuh dan prestasi yang sama dalam pendidikan dasar yang berkualitas baik (Profil Gender Bidang Pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, 2012: 1). Pendidikan adil gender merupakan konsep pencerdasan yang bersifat abstrak, sehingga tidak banyak orang yang menyadari bahwa pencerdasan yang bersifat abstrak itulah yang akan berperan penting dalam pembentukan karakter peserta didik, yang notabenenya adalah bakal generasi bangsa di masa yang akan datang. Oleh karena itu, pendidikan adil gender sangat memungkinkan untuk disosialisasikan melalui buku teks. Melalui buku teks bahasa Indonesia SD para peserta didik akan 1

2 2 terbiasa bertatap muka dengan wacana. Hal tersebut sangat bermanfaat bagi peserta didik untuk menumbuhkan sikap membaca kritis dalam memahami suatu permasalahan, sehingga keberadaan buku teks bahasa Indonesia dapat dipandang sebagai bahan ajar yang dapat mendukung pemahaman terhadap mata pelajaran lainnya. Melalui buku teks bahasa Indonesia, peserta didik diajarkan mengenai caracara yang baik dalam menyiasati kehidupan, misalnya: cara menyimpulkan solusi untuk suatu kondisi; cara melatih emosi agar tidak melakukan hal yang tidak terpuji; cara menghargai diri sendiri dan orang lain; cara bekerja sama yang baik; cara berpola pikir yang positif untuk mencapai cita-cita yang hendak dicapai, dll. Buku teks bahasa Indonesia SD adalah bahan ajar yang memberikan berbagai informasi. Informasi tersebut mengenai kehidupan dari segi pendidikan, kesehatan, berkomunikasi, berkreativitas, bermasyarakat, hingga berekspresi dalam sastra dikonstruksikan dengan norma-norma dan budaya yang disepakati dalam masyarakat. Buku teks bahasa Indonesia SD juga menyosialisasikan informasi intelektual dan keterampilan untuk menghadapi peluang maupun tantangan. Namun, informasi intelektual tersebut dinilai masih memunculkan nilai bias gender mengenai peran dan atau sifat antara perempuan dan laki-laki dalam berbagai ranah kehidupan, misalnya: deskripsi pengutamaan gender perempuan untuk melakukan pekerjaan rumah tangga, deskripsi pengutamaan gender laki-laki untuk melakukan pekerjaan yang dianggap sulit dan beresiko, deskripsi pelabelan negatif terhadap sifat perempuan yang dianggap rajin, atau deskripsi pelabelan negatif terhadap sifat laki-laki yang dianggap malas. Secara tidak disadari, hal tersebut sesungguhnya dapat memicu nilai rasa yang kurang apresiatif dari peserta didik. Jadi, berlandaskan paradigma tersebut keberadaan buku teks, khusunya buku teks bahasa Indonesia, kini menjadi hal yang menakutkan dalam penanaman karakter yang adil dan sehat gender kepada peserta didik, karena selalu ada yang diperdebatkan mengenai mengapa perempuan dan atau mengapa laki-laki.

3 3 Pengalaman pribadi peneliti ketika menggunakan buku teks bahasa Indonesia SD di masa lalu pun, secara tidak disadari turut membentuk pemahaman mengenai konsep adil gender yang tidak sejalan dan dinamis dengan situasi kehidupan yang sesungguhnya. Permasalahan yang dinilai tidak sejalan dan dinamis tersebut adalah adanya pengucilan gender (seclusion) dan pengutamaan gender (exclusion) terhadap wacana-wacana berperspektif gender dalam buku teks bahasa Indonesia SD. Salah satu contoh permasalahan yang dinilai tidak sejalan dan dinamis tersebut adalah pendikotomian peran dan fungsi antara perempuan dan laki-laki dalam berbagai bidang. Fakta literer yang pernah ditemukan peneliti antara lain: deskripsi ibu yang bekerja di rumah, deskripsi ayah yang bekerja di kantor. Selain itu, muncul juga wacana yang memberikan pelabelan negatif (stereotipe) terhadap sifat antara perempuan dan laki-laki, yang sesungguhnya tidak ada hubungannya dengan fungsi gender antara perempuan dan laki-laki itu sendiri. Di dalam buku teks, seringnya, perempuan dideskripsikan pengarang sebagai sosok yang tidak mandiri dan selalu bergantung kepada makhluk sosial lainnya yaitu laki-laki, sehingga terdeskrispikan bahwa pekerjaan yang pantas dan wajar untuk perempuan adalah pekerjaan yang lembut. Sedangkan, laki-laki dideskripsikan pengarang sebagai sosok yang kuat atau mandiri, sehingga terdeskrispikan bahwa pekerjaan yang cocok dan pantas untuk lakilaki adalah pekerjaan yang beresiko. Pada akhirnya, setelah mengalami pengalaman menarik tersebut peneliti merasakan adanya dampak negatif terhadap pola pikirnya, karena selalu berpandangan bahwa peran perempuan dan laki-laki adalah berbeda dan laki-laki lebih penting peranannya dalam berbagai bidang. Merujuk kepada hal tersebut, nampaknya penggunaan buku teks bahasa Indonesia seolah dianggap sudah berada pada zona aman atau dianggap sudah tidak ada hal yang harus dinilai lagi oleh kita sebagai penggunanya. Padahal, buku teks bahasa Indonesia merupakan sarana pembelajaran yang dapat membincangkan, menyosialisasikan, serta merepresentasikan pendidikan yang adil gender.

4 4 Selama ini, permasalahan mengenai peran dan fungsi perempuan yang seolaholah dikesampingkan dan peran laki-laki yang selalu diutamakan menjadi sandungan besar bagi pemerintah, pihak yang memiliki wewenang, dan atau orangorang yang memiliki kesadaran untuk menyosialisasikan konsep pendidikan yang adil dan sehat gender terkendala. Sesungguhnya, hal tersebut telah bertentangan dengan salah satu landasan penyusunan buku teks bahasa Indonesia, yaitu landasan keilmuan bahasa dan sastra yang melahirkan prinsip kebertautan (kontekstual), karena tidak memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik ihwal fakta berbahasa (rekaman peristiwa berbahasa) atau peristiwa aktual untuk memenuhi kebutuhan berbahasanya, baik di dalam maupun di luar kelas, serta di kehidupan bermasyarakat nantinya. Kini, masyarakat telah bersepakat untuk tidak berpikir konservatif lagi terhadap pembagian peran antara perempuan dan laki-laki. Oleh karena itu, buku teks bahasa Indonesia sebagai salah satu sarana pencerdasan bagi peserta didik, seyogianya harus dapat merekam situasi aktual yang dapat bersinergi dengan kehidupan peserta didik di masa yang akan datang, termasuk menyosilaisasikan konsep adil gender. Jadi, buku teks bahasa Indonesia SD khususnya, haruslah disusun secara seksama untuk mendapatkan apresiasi yang positif dari peserta didik. Fakta literer dan hasil pengamatan awal mengenai permasalahan bias gender di atas menjadi alasan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap permasalahan gender dalam bentuk yang lain, yaitu melakukan pengamatan terhadap penanaman pola pikir mengenai konsep adil gender kepada peserta didik, yang diterjemahkan pengarang melalui wacana-wacana berperspektif gender dalam buku tematik terpadu 2013 SD. Penelitian ini dapat dikatakan berbeda dengan penelitian terdahulu, karena penelitian ini lebih berfokus terhadap permasalahan informasi, yaitu menerjemahkan gagasan-gagasan yang bersifat abstrak. Nantinya, peneliti akan menganalisis bagaimana profil bahan ajar dan bagaimana profil wacana berperspektif gender dalam buku tematik terpadu kurikulum 2013 SD. Kemudian, hasil analisisnya akan

5 5 dijadikan bahan pertimbangan peneliti untuk mengembangkan Model Penulisan Teks Berperspektif Adil Gender. 1.2 Identifikasi Masalah Identifikasi masalah dalam penelitian ini meliputi hal-hal berikut. (1) Profil bahan ajar yang akan dianalisis antara lain: representasi (a) aspek materi (b) aspek penyajian materi; (c) aspek keterbacaan, dan (d) aspek nilai/karakter tehadap wacana-wacana berperspektif gender dalam buku tematik terpadu 2013 SD. (2) Profil wacana yang akan dianalisis adalah wacana-wacana yang merepresentasikan konsep perspektif gender yang dapat berupa: perspektif familialisme, perspektif patriarki, perspektif ibuisme, perspektif bapak-ibuisme, dan perspektif umum dalam buku tematik terpadu 2013 SD. (3) Model Penulisan Teks Berperspektif Adil Gender akan direpresentasikan peneliti ke dalam beberapa bentuk satuan bahasa yang berbeda (secara verbal/ language exist) berupa: wacana, kalimat, klausa, frasa, atau kata dengan memperhatikan kelengkapan struktural bahasa, yang diintegrasikan dengan Subtema Pembelajaran, Kompetensi Dasar (KD), dan Indikator Pembelajaran dalam buku tematik terpadu 2013 SD. 1.3 Rumusan Masalah Rumusan masalah yang akan diteliti lebih mendalam adalah sebagai berikut. (1) Bagaimana profil bahan ajar dalam buku tematik terpadu 2013 SD? (2) Bagaimana profil wacana berperspektif gender dalam buku tematik terpadu 2013 SD? (3) Bagaimana rancangan model penulisan teks berperspektif adil gender tingkat SD berdasarkan hasil analisis profil bahan ajar dan profil wacana berperspektif gender dalam buku tematik terpadu 2013 SD?

6 6 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini antara lain: (1) mengetahui profil bahan ajar dalam buku tematik terpadu 2013 SD, (2) mengetahui profil wacana berperspektif gender dalam buku tematik terpadu 2013 SD, (3) membuat rancangan model penulisan teks berperspektif adil gender untuk tingkat SD berdasarkan hasil analisis profil bahan ajar dan profil wacana berperspektif gender dalam buku tematik terpadu 2013 SD. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang diharapkan peneliti dapat dijelaskan sebagai berikut. (1) Bagi perancang buku teks, khususnya tingkat SD, Model Penulisan Teks Berperspektif Adil Gender dapat dijadikan panduan untuk merancang buku teks yang memperhatikan, mempertimbangkan, dan merepresentasikan konsep adil gender yang terdiri dari: (a) aspek pengetahuan, yaitu peristiwa, konsep aturan, prinsip, informasi, dan hal-hal lainnya yang dapat dipelajari dan berhubungan dengan masalah gender, (b) aspek pemahaman, yaitu pandangan yang dapat menumbuhkan pemahaman pembaca terhadap masalah gender, (c) aspek kepekaan/kesadaran, yaitu kritikan atau gugatan terhadap ideologi gender yang tumbuh dan berkembang di masyarakat, dan juga menjadi sarana untuk turut menyosialisasikan kebijakan pemerintah mengenai Pendidikan Untuk Semua atau PUS (Education For All) mengenai usaha menghapuskan disparitas gender pada pendidikan dasar dan menengah menjelang tahun 2005 dan untuk mencapai persamaan pendidikan menjelang tahun 2015 dengan suatu fokus jaminan bagi perempuan atas akses penuh dan prestasi yang sama dalam pendidikan dasar yang berkualitas baik kepada masyarakat. (2) Bagi para pendidik, Model Penulisan Teks Berperspektif Adil Gender dapat dijadikan sarana pendidikan atau pencerdasan untuk menanamkan pola pikir yang positif kepada peserta didik, yaitu pola pikir yang menjunjung tinggi nilai

7 7 adil gender dalam memandang peran antara perempuan dan laki-laki. Hal tersebut berfungsi agar peserta didik dapat sama-sama berperan aktif dalam pembangunan. (3) Bagi para peserta didik, Model Penulisan Teks Berperspektif Adil Gender dapat dijadikan sarana untuk menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan berbahasa dan bersastranya, atau kemampuan di bidang lainnya, yang memperhatikan, mempertimbangkan, dan merepresentasikan konsep perspektif adil gender. 1.6 Anggapan Dasar Penelitian Merujuk kepada penelitian Darma yang berjudul Cerpen Mbok Nah 60 Tahun Karya Lea Pamungkas yang Berperspektif Ideologi Gender, yang menganggap bahwa cerpen yang merupakan narasi yang fiktif (tidak benar-benar terjadi), tetapi dapat terjadi di mana saja dan kapan saja dapat dianalisis dengan menggunakan analisis wacana kritis untuk menghasilkan temuan mengenai adanya jenis ideologi yang sedang terjadi di masyarakat (2010: 57-91). Contohnya, praktik perspektif gender patriarki, familialisme, ayah-ibuisme, ibuisme, dan umum, yang dapat memunculkan nilai ketidakadilan gender yang dapat berupa subordinasi, marjinalisasi, diskriminasi, dan represi. Representasi perspektif gender dalam cerpen harus sejalan dengan karakteristik masyarakat. Membuktikan hal tersebut, Darma menghasilkan asumsi bahwa kriteria cerpen yang berperspektif gender adalah cerpen yang merepresentasikan aspek pengetahuan; aspek pemahaman; aspek kepekaan dan aspek kesadaran. Aspek pengetahuan, yaitu peristiwa, konsep aturan, prinsip, informasi, dan hal-hal lainnya, yang dapat dipelajari dan berhubungan dengan masalah gender. Aspek pemahamaan, yaitu pandangan yang dapat menumbuhkan pemahaman pembaca terhadap masalah gender. Aspek kepekaan atau kesadaran, yaitu kritikan atau gugatan terhadap ideologi gender yang tumbuh dan berkembang di masyarakat.

8 8 Dalam cerpen Mbok Nah 60 Tahun ini, tokoh Mbok Nah direpresentasikan sebagai objek penceritaan. Tokoh Mbok Nah sebagai perempuan posisinya dijadikan bahan penceritaan dan tidak berpeluang untuk menampilkan identitas dirinya sendiri. Hal tersebut terlihat dari cara Lea Pamungkas sebagai pengarang mengungkapkan jenis-jenis ideologi gender dan konsep ketidakadilan gender yang dapat dijelaskan sebagai berikut. Mengungkap perspektif patriarki di dalam cerpen, tokoh Mbok Nah dideskripsikan pengarang sebagai sosok perempuan yang berwatak tulus, lembut, sabar, telaten, tidak pernah berprasangka buruk terhadap orang lain. Merujuk kepada perspektif gender, penggambaran sifat di atas adalah sifat-sifat sosok perempuan yang keberadaannya dibentuk dan disepakati oleh masyarakat patriarki. Mengungkap perspektif familialisme di dalam cerpen, tokoh Mbok Nah yang dideskripsikan berumur lebih tua 20 tahun dari suaminya dideskripsikan pengarang sebagai sosok perempuan yang selalu melayani dan berusaha membahagiakan suaminya. Tokoh Mbok Nah selalu menyiapkan sarapan pagi untuk suaminya, kemudian ia harus menjajakan jamu dagangannya. Sedangkan, suaminya berleha-leha dalam bekerja. Dari deskripsi tersebut, dapat disimpulkan bahwa tokoh Mbok Nah merupakan sososk perempuan ideal dalam masyarakat familialisme yang memiliki peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah. Mengungkap perspektif ibuisme di dalam cerpen, tokoh Mbok Nah dideskripsikan pengarang mengetahui suaminya main serong dengan penghuni kosan baru di sebelah kamarnya. Walaupun, ia menyadari suaminya berselingkuh, ia tidak menyalahkan suaminya dan tetap melayani suaminya, karena ia sadar paras dirinya sekarang sudah terlihat semakin tua. Mengungkap perspektif umum di dalam cerpen, tokoh Mbok Nah dideskripsikan pengarang untuk berusaha menyembunyikan rasa sakitnya ketika para tetangga, khususnya para pelanggan jamunya bertanya ihwal perselingkuhan Marno (suami Mbok Nah) dengan Meri yang merupakan trans sosial. Tokoh Mbok Nah bertindak demikian, karena ia tidak ingin menimbulkan konflik di masyarakat. Sikap ini mencerminkan sosok perempuan ideal yang tumbuh dan berkembang di kultur masyarakat berperspektif umum, yaitu kultur yang meyakini bahwa perempuan

9 9 adalah sosok yang pasif, introvert, serta dapat menjalankan tugas sebagai perempuan ideal dengan cara bekerja di raah domestik dan di ranah publik. Merujuk kepada penjabaran di atas, anggapan dasar dari penelitian yang berjudul Pengembangan Model Penulisan Teks Berperspektif Adil Gender Berdasarkan Analisis Wacana Kritis dalam Buku Tematik Terapdu 2013 Sekolah Dasar adalah sepaham dengan kajian Darma, yang menganggap bahwa representasi perspektif gender dalam sebuah cerita (dapat berupa teks) harus sejalan dengan karakteristik masyarakatnya. Peneliti juga sepaham dengan asumsi Darma yang mengatakan bahwa sebuah wacana tidak hanya dilihat dari struktur teks semata, melainkan harus dihubungkan dengan konteks yang berada di luar teks, sehingga dapat dimengerti makna yang ingin disampaikan penulis kepada pembacanya, dengan cara memperhatikan, mempertimbangkan, serta merepresentasikan aspek pengetahuan; aspek pemahaman; aspek kepekaan; aspek kesadaran. 1.7 Metode dan Teknik Penelitian Gambaran awal mengenai metode dan teknik penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, dapat dijabarkan sebagai berikut. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D). Penelitian yang menggabungkan dua metode ini, yaitu penelitian dasar (Qualitative Research) dan penelitian terapan (Quantitative Research) digunakan untuk menerjemahkan permasalahan-permasalahan yang bersifat kompleks dengan cara merancang sebuah produk. Alasan peneliti menggunakan metode penelitian ini adalah untuk menerjemahkan hal-hal yang bersifat abstrak, yaitu mengenai pemberian informasi atau gagasan dalam wacana-wacana berperspektif gender yang masih dirasakan nilai bias gendernya oleh peserta didik. Oleh karena itu, dengan menerapkan langkahlangkah metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D), peneliti akan merancang sebuah produk sebagai pemecahan masalahnya. Produk tersebut adalah Model Penulisan Teks Berperspektif Adil Gender. Produk

10 10 tersebut diharapkan dapat menjadi sarana atau panduan untuk meyosialisasikan nilai adil gender kepada kepada peserta didik dalam memandang fungsi perempuan dan laki-laki. Selaras dengan tujuan penelitian yag telah dirumuskan, penggunaan metode penelitian ini bertujuan untuk: (a) mengetahui profil bahan ajar dalam buku tematik terpadu 2013 SD, (b) mengetahui profil wacana berperspektif gender dalam buku tematik terpadu 2013 SD, (c) membuat model penulisan teks berperspektif adil gender untuk tingkat SD berdasarkan hasil analisis terhadap profil wacana dan profil bahan ajar dalam buku tematik terapdu 2013 SD. Untuk merepresentasikan tujuan tersebut, peneliti harus melaksanakan langkah-langkah yang ada dalam penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Langkah-langkah dalam penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D) akan membantu peneliti untuk mendesain produk, memvalidasi produk, dan atau mengujicobakan produk yang dihasilkan. Carry & Lou (1978) menjelaskan langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam penelitian dan pengembangan antara lain: (a) Analisis kebutuhan/ analisis pemecahan masalah (Analysis), (b) Membuat model awal/ membuat produk awal (Design), (c) Mengembangkan produk (Development or Production), (d) Implementasi pengembangan produk (Implementation or Delivery), (e) Membuat penilaian (Evaluation). Langkah-langkah tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut. (a) Analisis Kebutuhan (Analysis) Peneliti melakukan analisis kebutuhan masalah dalam beberapa tahap. Tahap pertama, peneliti mendatangi SDN ASMI Bandung, sebagai salah satu SD yang ditunjuk pemerintah sebagai SD yang telah menerapkan sistem kurikulum 2013 (piloting). SDN ASMI ditentukan sebagai lokasi penelitian agar peneliti dapat bertanya kepada guru sebagai narasumber mengenai hal-hal yang berkaitan dengan fokus penelitian antara lain: bertanya mengenai buku teks yang digunakan peserta didik; bertanya mengenai pandangan guru terhadap wacana berperspektif gender dalam buku teks bahasa Indonesia SD; bertanya mengenai

11 11 pandangan guru jika konsep perspektif adil gender disosialisasikan dalam buku teks SD. Tahap kedua, setelah peneliti mengetahui buku teks yang digunakan peserta didik, peneliti melakukan analisis terhadap profil bahan ajar mengenai aspek materi; aspek penyajian materi; aspek keterbacaan; aspek nilai/karkter dalam buku tematik terpadu 2013 SD. Tahap ketiga, peneliti menguraikan jenis perspektif gender yang ada di dalam buku teks yang dapat berupa: perspektif patriarki, perspektif familialisme, perspektif ibuisme, perspektif ayah-ibuisme, dan perspektif umum, sebagai data profil wacana berperspektif gender dalam buku tematik terpadu 2013 SD. (b) Membuat Model Awal Produk (Design) Pada langkah kedua, peneliti melakukan analisis pemecahan masalah dengan membuat model awal produk yang dikembangkan dari hasil analisis kebutuhan masalah terhadap profil bahan ajar dan profil wacana berperspektif gender dalam buku tematik terpadu 2013 SD. Catatan-catatan mengenai analisis kebutuhan masalah dan analisis pemecahan masalah tersebut akan direpresentasikan peneliti ke dalam bentuk Kisi-Kisi Intrumen Model Penulisan Teks Berperspektif Adil Gender. (c) Pengembangan Produk (Development Product) Produk yang akan dikembangkan adalah Model Penulisan Teks Berperspektif Adil Gender. Oleh karena itu, pada tahap ini tugas peneliti adalah membuat fiksasi komponen-komponen model yang sesuai dengan penilaian perspektif adil gender dan penilaian buku teks. Komponen produk tersebut antara lain: (a) representasi konsep perspektif adil gender pada KD mata pelajaran, (b) rancangan penulisan teks berperspektif adil gender dalam bentuk teks tulis berupa wacana, kalimat, klausa, frasa, atau kata yang memperhatikan kelengkapan struktural bahasa. (d) Ujicoba produk/implementasi Produk (Implementation or Delivery) Pada tahap ini, peneliti tidak mengujicobakan produk secara praktis kepada calon pengguna produk, tetapi hanya meminta pandangan ahli (judgment expert)

12 12 terhadap Kisi-kisi Instrumen Penilaian Penulisan Teks Berperspektif Adil Gender mengenai kesesuaian teorinya untuk kelak diujicobakan. Penilaian terhadap Kisi-kisi Instrumen Penilaian Penulisan Teks Berperspektif Adil Gender dilakukan oleh beberapa ahli untuk mengeneralisasikan apakah rancangan Kisikisi Instrumen Penilaian Penulisan Teks Berperspektif Adil Gender sesuai dengan kebutuhan penelitian. Beberapa ahli yang ditunjuk untuk melakukan penilaian (judgment expert) antara lain: ahli gender, praktisi SD, yaitu guru kelas 1 dan kelas 4. (e) Pengamatan (Evaluation) Hal yang dilakukan peneliti adalah mengamati instrumen penilaian atau evaluasi. Evaluasi dapat berupa masukan-masukan mengenai kelayakan teori terhadap kebutuhan penelitian oleh ahli. Pada saat melaksanakan prosedur penelitian R&D ini, peneliti tidak harus melaksanakan seluruh prosedur penelitian dalam waktu yang bersamaan. Dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan uji coba produk kepada pengguna produk, karena permasalahan mengenai pembuaatan model akhir dan tahap mengujicobakakan produk kepada peserta didik untuk dinilai keefektifannya akan ditindaklanjuti peneliti pada jenjang penelitian berikutnya. Teknik penelitian yang dilakukan peneliti antara lain: teknik wawancara dan teknik dokumentasi. Teknik wawancara dilaksanakan pada saat peneliti melaksanakan prosedur analsis kebutuhan di lapangan (Analysis). Peneliti melakukan wawancara tidak berstruktur menggunakan Instrumen Kisi-kisi Pedoman Wawancara Tidak Berstruktur dan Pedoman Wawancara Tidak Berstruktur. Kisi-kisi Wawancara Tidak Bersruktur berisi langkah-langkah peneliti dalam mengembangkan pertanyaan dan atau pernyataan mengenai fokus penelitian. Sedangkan, Pedoman Wawancara Tidak berstruktur berisi rincian mengenai pertanyaan dan atau pernyataan yang akan ditanyakan peneliti kepada narasumber. Rincian pertanyaan dan atau pernyataan yang ada dalam Pedoman Wawancara Tidak Berstruktur masih dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan penelitian di lapangan. Setelah melakukan wawancara, peneliti mengkonfirmasi informasi dari narasumber dengan melakukan teknik dokumentasi

13 13 menggunakan instrumen pedoman analisis dan kartu data analisis untuk menganalisis buku tematik terpadu 2013 SD Kelas 1 dan Kelas 4. Pedoman analisis berisi langkahlangkah peneliti dalam menggambarkan alur kerja analisis profil bahan ajar dan profil wacana berdasarkan perspektif gender dalam buku tematik terpadu 2013 SD. Sedangkan, Kartu Data Analisis berisi rekaman analisis peneliti terhadap profil bahan ajar dan profil wacana berperspektif gender dalam buku tematik terpadu 2013 SD. 1.8 Definisi Operasional Definisi operasional atau pendeskripsian istilah yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah sebagi berikut. (1) Analisis wacana yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis wacana yang menggunakan pendekatan kritis, yaitu analfisis yang mempertimbangkan representasi berbagai posisi dari berbagai faktor sosial. Fokus analisis peneliti adalah menganalisis wacana-wacana berperspektif gender dalam buku tematik 2013 SD. Wacana-wacana berperspektif gender adalah wacana-wacana yang merepresentasikan perspektif gender yang tumbuh dan berkembang di masyarakat yang dapat beupa: (a) perspektif patriarki, (b) perspektif familialisme, (c) perspektif ibuisme, (d) perspektif ayah-ibuisme, dan (e) perspektif umum. Perspektif patriarki adalah perspektif yang menganggap bahwa laki-laki dapat melakukan segala pekerjaan, terutama di ranah publik, serta menganggap bahwa pekerjaan yang dapat dilakukannya itu dukungan dari kondisi fisik atau kondisi psikologisnya yang kuat. Perspektif familialisme adalah perspektif yang menganggap bahwa perempuan adalah sosok yang pantas dan wajar untuk mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan rumah tangga. Perspektif ibuisme adalah perspektif yang menganggap bahwa perempuan dapat berperan aktif di ranah publik sebagai bentuk pengorbanan terhadap keluarga, tetapi tidak melupakan perannya di ranah domestik. Perspektif ibuisme meyakini bahwa memberikan apresiasi terhadap tokoh ibuisme bukanlah hal yang harus dilakukan. Perspektif ayah-ibuisme merupakan pandangan yang menganggap

14 14 bahwa ibu dan atau ayah dapat sama-sama berperan untuk mencapai kekuasaan. Perspektif umum adalah perspektif yang menganggap bahwa perempuan dan atau laki-laki dapat berperan di ranah domestik (di rumah dengan segala peraturannya) dan atau di ranah publik (di luar rumah dengan segala peraturannya), baik sebagai ayah, ibu, anak perempuan, atau anak laki-laki, yang ketika melakukan aktivitas antar individunya tidak saling menuntut pembagian peran untuk melakukan hal yang sama. Hal yang dianalisis dari wacana-wacana berperspektif gender itu antara lain: (a) medan wacana, (b) pelibat wacana yang terdiri dari subjek pencerita dan objek pencerita, dan (c) sarana wacana. Medan wacana menunjuk pada hal yang sedang terjadi atau tindakan sosial yang sedang terjadi dalam masyarakat. Pelibat wacana menunjuk pada tokoh-tokoh pencerita yang dideskripsikan penulis. Dalam prosedur ini, peneliti menganalisis bagaimana kedudukan pelibat wacana ketika direpresentasikan dalam wacana sebagai subjek pencerita atau objek pencerita. Subjek pencerita adalah tokoh pencerita, baik tokoh perempuan dan atau laki-laki/sifat tokoh pencerita yang mengembangkan bahan penceritaan. Objek pencerita adalah tokoh pencerita, baik tokoh perempuan dan atau laki-laki/sifat tokoh pencerita yang dijadikan bahan penceritaan. Sarana wacana menunjuk pada media yang digunakan oleh pengarang untuk menyampaikan makna wacana kepada pembaca. Sarana wacana dapat berupa: representasi perspektif tertentu, norma tertentu, tradisi tertentu, nasihat tertentu, doktrin tertentu, sosialisasi tertentu, atau pelabelan tertentu terhadap peran dan sifat antara perempuan dan laki-laki, dll. (2) Model Penulisan Teks Berperspektif Adil Gender adalah adalah model penulisan teks yang memperhatikan dan merepresentasikan nilai kesetaraan atau keharmonisan antara perempuan dan atau laki-laki dalam berbagai ranah kehidupan, dengan cara menempatkan peran dan fungsi antara perempuan dan laki-laki sebagaimana mestinya, tanpa harus menimbulkan kerugian satu sama lain. Model Penulisan Teks Berperspektif Adil Gender adalah model penulisan teks yang dirancang berdasarkan hasil analisis peneliti terhadap profil bahan ajar

15 15 dan profil wacana berperspektif gender dalam buku tematik terpadu 2013 SD. Model Penulisan Teks Berperspektif Adil Gender direpresentasikan peneliti ke dalam beberapa bentuk satuan bahasa yang berbeda (secara verbal/ language exist) berupa: wacana, kalimat, klausa, frasa, atau kata dengan cara memperhatikan kelengkapan struktural bahasa dengan mengintegrasikan Subtema Pembelajaran, Kompetensi Dasar (KD), dan Indikator Pembelajaran yang memperhatikan aspek materi, aspek penyajian materi, aspek keterbacaan, dan aspek nilai/karakter, berdasarkan teori perspektif adil gender dan teori penyusunan buku teks. Pada aspek materi, peneliti merepresentasikan prinsip kebermaknaan. Kriterianya antara lain: (a) materi disusun berdasarkan konsep adil gender mengenai peran dan sifat antara perempuan dan laki-laki dalam berbagai bidang kehidupan yang dapat diterapkan dalam kegiatan berbahasa dan atau bersastra peserta didik, (b) materi disusun berdasarkan konsep perspektif adil gender berdasarkan kritikan/kesadaran masyarakat terhadap permasalahan gender. Pada aspek penyajian materi, peneliti memperhatikan prinsip keterpaduan. Kriterianya adalah materi disajikan sesuai dengan pemetaan Subtema Pembelajaran, Kompetensi Dasar, dan Indikator Pembelajaran. Pada aspek keterbacaan, peneliti memilih makna kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana yang berkait dengan masalah gender yang maknanya tidak menyulitkan peserta didik. Pada aspek nilai atau karakter peneliti merepresentasikan nilai karakter adil gender yang berkait erat dengan materi pelajaran.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Hal-hal yang akan peneliti jabarkan dalam bab ini adalah mengenai tahap-tahap dalam melakukan penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut, antara lain: Metode Penelitian, Teknik

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PENULISAN TEKS BERPERSPEKTIF ADIL GENDER BERDASARKAN ANALISIS WACANA KRITIS DALAM BUKU TEMATIK TERPADU 2013 SEKOLAH DASAR

PENGEMBANGAN MODEL PENULISAN TEKS BERPERSPEKTIF ADIL GENDER BERDASARKAN ANALISIS WACANA KRITIS DALAM BUKU TEMATIK TERPADU 2013 SEKOLAH DASAR PENGEMBANGAN MODEL PENULISAN TEKS BERPERSPEKTIF ADIL GENDER BERDASARKAN ANALISIS WACANA KRITIS DALAM BUKU TEMATIK TERPADU 2013 SEKOLAH DASAR Sely Nurlaely Purnama Sari Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN & SARAN

BAB 5 SIMPULAN & SARAN BAB 5 SIMPULAN & SARAN 5.1 Simpulan Simpulan penelitian terhadap profil bahan ajar dan profil wacana berperspektif gender adalah sebagai berikut. a. Terdapat 90 teks berperspektif gender yang ditemukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum kurikulum Konstruksi tersebut melakukan the making process dalam

BAB V KESIMPULAN Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum kurikulum Konstruksi tersebut melakukan the making process dalam BAB V KESIMPULAN 5.1. Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum 2013 Konstruksi Identitas Nasional Indonesia tidaklah berlangsung secara alamiah. Ia berlangsung dengan konstruksi besar, dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra menggambarkan jiwa masyarakat. Karya sastra sebagai interpretasi kehidupan, melukiskan perilaku kehidupan manusia yang terjadi dalam masyarakat. Segala

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik 68 BAB IV KESIMPULAN Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik (ekonomi) merupakan konsep kesetaraan gender. Perempuan tidak selalu berada dalam urusan-urusan domestik yang menyudutkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Timbulnya anggapan bahwa perempuan merupakan kaum lemah masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan perempuan yang telah di konstruksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi fisik yang lebih lemah dan dikenal lembut sering menjadi alasan untuk menempatkan kaum perempuan dalam posisi yang lebih rendah dari lakilaki. Secara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode merupakan cara kerja dalam memahami objek yang menjadi sasaran penelitian. Peneliti dapat memilih salah satu dari berbagai metode yang ada dan

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan Ke- : 1, 2, 3, 4 Alokasi Waktu : 4 40 menit Standar Kompetensi : Memahami pembacaan puisi Kompetensi Dasar : Menanggapi cara pembacaan puisi 1. mengungkapkan isi puisi 2. menangkap isi puisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 2008:8).Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bisa diartikan sebagai sebuah proses kegiatan pelaksanaan kurikulum suatu lembaga pendidikan yang telah ditetapkan (Sudjana, 2001: 1). Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, setiap manusia diciptakan sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, setiap manusia diciptakan sebagai makhluk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, setiap manusia diciptakan sebagai makhluk sosial. Dimana manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Sejak manusia lahir hingga

Lebih terperinci

PENERAPAN DIMENSI GSI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (120 )

PENERAPAN DIMENSI GSI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (120 ) PAKET 7 PENERAPAN DIMENSI GSI DALAM RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (120 ) KOMPETENSI DASAR Peserta didik (laki-laki dan perempuan) dapat menyusun komponen RPP ber-gsi. Peserta didik (laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat umumnya memahami wacana sebagai perbincangan terkait topik tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kurikulum merupakan salah satu instrumen dalam upaya mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sejarah perkembangan pendidikan di Indonesia diwarnai

Lebih terperinci

BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif dilakukan untuk menganalisis cerpen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Novel Surga Yang Tak Dirindukan adalah karya Asma Nadia. Penelitian ini memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak Dirindukan Karya Asma Nadia Kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu sama lain, yakni sebagai media informasi, media pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. Fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreatif penulis yang berisi potret kehidupan manusia yang dituangkan dalam bentuk tulisan, sehingga dapat dinikmati,

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan BAB VI SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data, hasil analisis, dan pembahasan dapat disimpulkan dari cerpen Indonesia pengarang perempuan dekade 1970-2000-an beberapa hal berikut. Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desi Sukmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desi Sukmawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan. Bahasa dijadikan sebagai alat komunikasi untuk melakukan sosialisasi satu sama lain. Melalui bahasalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma menurut Nyoman Kutha Ratna (2011:21) adalah seperangkat keyakinan mendasar, pandangan dunia yang berfungsi untuk menuntun tindakantindakan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari bahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarsesama manusia. Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Pembelajaran bahasa juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Pembelajaran bahasa juga dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat untuk melakukan komunikasi dan bekerja sama dengan orang lain serta alat untuk mengidentifikasi diri. Bahasa memiliki peranan didalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 51 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini karena data yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesetaraan antara kaum pria dan wanita dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. kesetaraan antara kaum pria dan wanita dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Feminisme merupakan suatu konsep yang menggambarkan tentang kesetaraan antara kaum pria dan wanita dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi. Menurut

Lebih terperinci

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar 90 menit Managed by IDP Education Australia IAPBE-2006 TUJUAN Peserta mampu: 1. Memahami konsep gender sebagai konstruksi sosial 2. Memahami pengaruh gender terhadap pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. atau isu-isu yang sering terjadi dalam kehidupan perempuan. Melalui

BAB IV KESIMPULAN. atau isu-isu yang sering terjadi dalam kehidupan perempuan. Melalui BAB IV KESIMPULAN 4.1 Simpulan Hasil Analisis Novel Kinanti karya Margareth Widhy Pratiwi merekam fenomenafenomena atau isu-isu yang sering terjadi dalam kehidupan perempuan. Melalui novelnya yang berjudul

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Studi mengenai wacana sangat menarik untuk dilakukan terutama mengenai analisis wacana. Analisis wacana dapat berupa kajian untuk membahas dan menginterpretasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan pembangunan. Tidaklah mudah untuk mengadakan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan pembangunan. Tidaklah mudah untuk mengadakan perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk menyampaikan maksud dan tujuan pembangunan. Tidaklah mudah untuk mengadakan perubahan pembangunan di setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra diciptakan untuk dinikmati, dihayati, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Luxemburg (1989:6) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat masih terkungkung oleh tradisi gender, bahkan sejak masih kecil. Gender hadir di dalam pergaulan, percakapan, dan sering juga menjadi akar perselisihan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memerlukan bahasa untuk dapat berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memerlukan bahasa untuk dapat berkomunikasi dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memerlukan bahasa untuk dapat berkomunikasi dengan sesama dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai alat komunikasi, bahasa memiliki empat keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan sistem informasinya memberikan banyak dampak positif bagi kalangan yang jeli membaca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari perubahan sosial yang melatarbelakanginya (Ratna, 2007: 81). Hal

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari perubahan sosial yang melatarbelakanginya (Ratna, 2007: 81). Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah sistem semiotik terbuka, karya dengan demikian tidak memiliki kualitas estetis intrinsik secara tetap, melainkan selalu berubah tergantung dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah upaya multi dimensional untuk mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus disertai peningkatan harkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Mendengar kata kekerasan, saat ini telah menjadi sesuatu hal yang diresahkan oleh siapapun. Menurut Black (1951) kekerasan adalah pemakaian kekuatan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Peran Pekerjaan dan Keluarga Fenomena wanita bekerja di luar rumah oleh banyak pihak dianggap sebagai sesuatu yang relatif baru bagi masyarakat Indonesia. Kendati semakin lumrah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir melalui pengarang-pengarang yang cerdas di kalangan masyarakat.sastra muncul karena pengaruh dari zaman ke zaman, mulai dari sastra lama kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dilihat dari perspektif filsafat ilmu, paradigma Pendidikan Bahasa Indonesia berakar pada pendidikan nasional yang mengedepankan nilai-nilai persatuan bangsa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kreativitas siswa. Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kreativitas siswa. Pendidikan memegang peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan faktor penting dalam membentuk karakter dan kreativitas siswa. Pendidikan memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu aset bangsa, karena pendidikan mencirikan pembangunan karakter bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu aset bangsa, karena pendidikan mencirikan pembangunan karakter bangsa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu aset bangsa, karena pendidikan mencirikan pembangunan karakter bangsa. Selain itu pendidikan juga mempunyai peran penting dalam membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus 1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan salah satu bentuk implementasi pendidikan. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus memperlihatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (1994:10) Sastra juga sebagai pengungkapan baku dari apa yang telah disaksikan

BAB I PENDAHULUAN. (1994:10) Sastra juga sebagai pengungkapan baku dari apa yang telah disaksikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sastra adalah ungkapan pribadi manusia, yang berupa pengalaman, perasaan, pemikiran, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa setelah menyimak,

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa setelah menyimak, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa setelah menyimak, membaca, dan berbicara. Artinya, kemampuan menulis juga merupakan keterampilan yang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 318 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan capaian hasil penelitian dan pembahasan seperti yang tertuang pada bab IV, bahwa penelitian ini telah menghasilkan dua analisis, pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus informasi dan teknologi yang canggih yang menuntut masyarakat untuk lebih berperan aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki pada posisi dan kekuasaan yang lebih dominan dibandingkan perempuan. Secara

Lebih terperinci

INSTRUMEN 1 PENILAIAN BUKU TEKS PELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN BIDANG KETERAMPILAN (KERAJINAN) SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH

INSTRUMEN 1 PENILAIAN BUKU TEKS PELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN BIDANG KETERAMPILAN (KERAJINAN) SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH INSTRUMEN 1 PENILAIAN BUKU TEKS PELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN BIDANG KETERAMPILAN (KERAJINAN) SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH KODE BUKU I. KELAYAKAN ISI SUBKOMPONEN BUTIR SKOR 1 2 3 4 ALASAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian terhadap perempuan dalam roman Au Bonheur des Dames karya Émile Zola yang diambil sebagai objek penelitian ini memiliki beberapa implikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segi kepribadian, pengetahuan, kemampuan maupun tanggung jawabnya. dalam yaitu dari diri manusia itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. segi kepribadian, pengetahuan, kemampuan maupun tanggung jawabnya. dalam yaitu dari diri manusia itu sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk mengembangkan dan menggali potensi yang dimiliki oleh manusia untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkompeten.

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah melalui bab analisis, sampailah kita pada tahap simpulan yang akan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah melalui bab analisis, sampailah kita pada tahap simpulan yang akan BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 SIMPULAN Setelah melalui bab analisis, sampailah kita pada tahap simpulan yang akan menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah. Meskipun analisis ini dapat dikatakan kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini.

BAB V PENUTUP. Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini. BAB V PENUTUP Pada bagian ini akan dikemukakan tentang dua hal yang merupakan Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini. A. Simpulan 1. Denda adat di Moa merupakan tindakan adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya pengalaman anak dan menjadikannya lebih tanggap terhadap peristiwa-peristiwa di sekelilingnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan kesempatan tersebut terjadi baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut saling menunjang dan saling berkaitan. Kemahiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengetahui pandangan budaya dalam suatu masyarakat, tidak hanya didapatkan dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang bersangkutan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan Bahasa Nasional Republik Indonesia dan Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar. Dalam kurikulum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurikulum 2013 terdapat pada Kompetensi Inti (KI) 4 yaitu Mencoba,

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurikulum 2013 terdapat pada Kompetensi Inti (KI) 4 yaitu Mencoba, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelajaran menulis cerita fantasi di SMP/MTs Negeri kelas VII Semester 1 dalam kurikulum 2013 terdapat pada Kompetensi Inti (KI) 4 yaitu Mencoba, mengolah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pengubahan perilaku seseorang yang bertujuan untuk mendewasakan anak didik agar dapat hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mediator utama dalam mengekspresikan pikiran, mengonseptualisasi, menafsirkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mediator utama dalam mengekspresikan pikiran, mengonseptualisasi, menafsirkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah aspek penting interaksi manusia. Dengan bahasa, baik itu bahasa lisan, tulisan maupun isyarat, orang akan melakukan suatu komunikasi dan kontak sosial.

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk berkomunikasi. Kita dapat menyatakan pendapat, perasaan, gagasan yang ada di dalam pikiran terhadap orang lain melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan menulis merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dengan baik oleh peserta didik. Dengan menulis, seseorang dapat mengungkapkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Standard Kualifikasi Akademik dan Kompetensi, guru sebagai pendidik

BAB I PENDAHULUAN. Standard Kualifikasi Akademik dan Kompetensi, guru sebagai pendidik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan ajar merupakan komponen penting dalam pembelajaran. Bahan ajar diperlukan sebagai pedoman beraktivitas dalam proses pembelajaran sekaligus merupakan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan diuraikan secara berturut-turut: simpulan, implikasi, dan saran A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR Norma dan nilai gender dalam masyarakat merujuk pada gagasan-gagasan tentang bagaimana seharusnya

Lebih terperinci

BAB 3 MOTODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB 3 MOTODE DAN TEKNIK PENELITIAN BAB 3 MOTODE DAN TEKNIK PENELITIAN 3.1 Paradigma, Disain dan Metode Penelitian Dengan mendasarkan pada teori yang membahas tentang karakter bahasa nonverbal, kedudukannya dalam kajian bahasa dan ilmu komunikasi,

Lebih terperinci

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mahasiswa identik dengan kaum terdidik yang sedang menjalani proses pematangan intelektual. Peran ganda yang dijalani oleh mahasiswa mendorong mereka untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. gagasan anti poligami (Lucia Juningsih, 2012: 2-3). keterbelakangan dan tuntutan budaya.

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. gagasan anti poligami (Lucia Juningsih, 2012: 2-3). keterbelakangan dan tuntutan budaya. BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Teori 1. Gagasan Emansipasi Kartini Tiga gagasan yang diperjuangkan Kartini yaitu emansipasi dalam bidang pendidikan, gagasan kesamaan hak atau

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

BAB V PENUTUP. A. Simpulan BAB V PENUTUP A. Simpulan Dari keseluruhan kajian mengenai pemikiran Kiai Ṣāliḥ tentang etika belajar pada bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan penting, terutama mengenai konstruksi pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam masyarakat. Kehidupan sosial, kehidupan individu, hingga keadaan psikologi tokoh tergambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana yang strategis untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia, sebab pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

KEHIDUPAN PEREMPUAN PEDAGANG PADA MALAM HARI DI PASAR TRADISIONAL DALAM PERSPEKTIF GENDER (STUDI KASUS DI PASAR LEGI KOTA SURAKARTA) NASKAH PUBLIKASI

KEHIDUPAN PEREMPUAN PEDAGANG PADA MALAM HARI DI PASAR TRADISIONAL DALAM PERSPEKTIF GENDER (STUDI KASUS DI PASAR LEGI KOTA SURAKARTA) NASKAH PUBLIKASI KEHIDUPAN PEREMPUAN PEDAGANG PADA MALAM HARI DI PASAR TRADISIONAL DALAM PERSPEKTIF GENDER (STUDI KASUS DI PASAR LEGI KOTA SURAKARTA) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

Pemahaman Analisis Gender. Oleh: Dr. Alimin

Pemahaman Analisis Gender. Oleh: Dr. Alimin Pemahaman Analisis Gender Oleh: Dr. Alimin 1 2 ALASAN MENGAPA MENGIKUTI KELAS GENDER Isu partisipasi perempuan dalam politik (banyak caleg perempuan) Mengetahui konsep gender Bisa menulis isu terkait gender

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Warna lokal adalah kelokalitasan yang menggambarkan ciri khas dari suatu

I. PENDAHULUAN. Warna lokal adalah kelokalitasan yang menggambarkan ciri khas dari suatu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Warna lokal adalah kelokalitasan yang menggambarkan ciri khas dari suatu daerah dalam karya sastra. Warna lokal yang dibangun dengan istilah atau ungkapan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Usulan Penelitian B. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Usulan Penelitian B. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Judul Usulan Penelitian Penggunaan Gambar Ilustrasi sebagai Media untuk Melatih Sosialisasi Siswa pada Pembelajaran IPS Kelas 1 Sekolah Dasar (Penelitian Dilakukan di SD 1 Purwosari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini film dan kebudayaan telah menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Film pada dasarnya dapat mewakili kehidupan sosial dan budaya masyarakat tempat

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tidak dapat dipungkiri, bahwa dalam kehidupan modern saat ini, penguasaan bahasa bagi seseorang mutlak diperlukan. Keterampilan berbahasa seseorang harus mengacu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode yang tidak memberikan perlakuan, manipulasi, atau pengubahan pada variabel-variabel

Lebih terperinci

Basuki Priatno, 2013

Basuki Priatno, 2013 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dikemukakan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan paradigma penelitian. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kegiatan interkasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih baik lisan maupun tulisan. Sebelum mengenal tulisan komunikasi yang sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, di mana pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, di mana pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, di mana pendidikan merupakan usaha dan penuh tanggung jawab dari orang dewasa dalam membimbing, memimpin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Nasional telah memberikan kesempatan yang seluasluasnya kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu dalam penerimaan siswa,

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis adalah kegiatan pembelajaran yang mengedepankan proses dan hasil. Menulis merupakan suatu keterampilan yang kompleks dan unik yang menuntut sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak sering diidentikkan dengan dunia bermain, sebuah dunia

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak sering diidentikkan dengan dunia bermain, sebuah dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia anak sering diidentikkan dengan dunia bermain, sebuah dunia yang membahagiakan bagi anak (Christiyati Ariani, 2006: 40). Anak-anak akan memainkan permainannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran kaum perempuan Indonesia dalam menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam menegakkan NKRI dipelopori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa. Suatu bangsa dapat dikatakan maju apabila pendidikan di negara tersebut dapat mengelola sumber

Lebih terperinci