BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tunadaksa 1. Pengertian Tunadaksa Menurut Hikmawati (2011), penyandang tunadaksa adalah seseorang yang mempunyai kelainan tubuh pada alat gerak yang meliputi tulang, otot, dan persendian baik dalam struktur atau fungsinya yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara layak. Menurut Karyana dan Widiati (2013), tunadaksa dapat didefinisikan sebagai penyandang bentuk kelainan atau kecacatan pada sistem otot, tulang, dan persendian yang dapat mengakibatkan gangguan koordinasi, komunikasi, adaptasi, mobilisasi, dan gangguan perkembangan keutuhan pribadi. Mangunsong (2011) menyatakan bahwa tunadaksa mempunyai pengertian yang luas dimana secara umum dikatakan ketidakmampuan tubuh secara fisik untuk menjalankan fungsi tubuh seperti dalam keadaan normal. Dalam hal ini yang termasuk gangguan fisik adalah lahir dengan tunadaksa bawaan seperti anggota tubuh yang tidak lengkap, kehilangan anggota badan karena amputasi, terkena gangguan neuro muscular seperti cerebral palsy, 8

2 9 terkena gangguan sensomotorik (alat penginderaan) dan atau menderita penyakit kronis. Secara umum gambaran seseorang yang diidentifikasi mengalami tunadaksa adalah mereka yang mengalami kelainan atau kecacatan pada sistem otot, tulang, dan persendian karena kecelakaan atau kerusakan otak yang dapat mengakibatkan gangguan gerak, kecerdasan, komunikasi, persepsi, koordinasi, perilaku, dan adaptasi sehingga mereka memerlukan layanan informasi secara khusus (Aziz, 2015). Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa tunadaksa adalah suatu kelainan fisik atau tubuh yang diperoleh sejak lahir maupun karena trauma, penyakit, atau kecelakaan. 2. Jenis-jenis Tunadaksa Dalam kajian kedokteran, secara umum karakteristik kelainan yang dikategorikan sebagai penyandang tunadaksa dapat dikelompokkan menjadi (dalam Aziz, 2015): a. Tunadaksa Ortopedi Yaitu mereka yang mengalami kelainan, kecacatan, ketunaan tertentu pada bagian tulang, otot tubuh, ataupun daerah persendian baik yang dibawa sejak lahir maupun yang diperoleh kemudian (karena penyakit atau kecelakaan) sehingga mengakibatkan terganggunya fungsi tubuh secara normal. Adapun penggolongan penyandang tunadaksa dalam kelompok kelainan sistem otot dan rangka, adalah:

3 10 1. Poliomyelitis merupakan suatu infeksi pada sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh virus polio yang mengakibatkan kelumpuhan dan bersifat menetap. Sedangkan dilihat dari sel-sel motorik yang rusak, kelumpuhan karena polio dibedakan menjadi empat, yaitu tipe spinal merupakan kelumpuhan pada otot leher, sekat dada, tangan dan kaki. Tipe bulbair merupakan kelumpuhan fungsi motorik pada satu atau lebih syaraf tepi dengan ditandai adanya gangguan pernafasan. Tipe bulbispinalis yaitu gabungan antara tipe spinal dan bulbair. Serta tipe encephalitis yang biasa disertai dengan demam, kesadaran menurun, tremor dan terkadang kejang. 2. Muscle dystrophy merupakan jenis penyakit yang mengakibatkan otot tidak berkembang karena mengalami kelumpuhan yang bersifat progresif dan simetris. Penyakit ini ada hubungannya dengan keturunan. 3. Spina bifida merupakan jenis kelainan pada tulang belakang yang ditandai dengan terbukanya satu tiga ruas tulang belakang dan tidak tertutupnya kembali selama proses perkembangan. Akibatnya fungsi jaringan saraf terganggu dan dapat mengakibatkan kelumpuhan. b. Tunadaksa saraf Mereka yang mengalami kelainan akibat gangguan pada susunan saraf di otak. Jika otak mengalami kelainan, sesuatu akan terjadi pada organisme fisik, emosi, dan mental.

4 11 Sedangkan menurut Mangunsong (2011), klasifikasi tunadaksa dikategorikan menjadi: a. Tunadaksa yang tergolong bagian D adalah seseorang yang menderita gangguan karena polio atau lainnya, sehingga mengalami ketidaknormalan dalam fungsi tulang, otot-otot atau kerjasama fungsi otot-otot namun seseorang tersebut berkemampuan normal. b. Tunadaksa yang tergolong bagian D1 adalah seseorang yang mengalami gangguan semenjak lahir atau cerebral palsy, sehingga mengalami hambatan jasmani karena tidak berfungsinya tulang, otot sendi, dan syarafsyaraf. Kemampuan inteligensi seseorang tersebut berada di bawah normal atau terbelakang. Menurut Koening (Somantri, 2007), tunadaksa dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Kerusakan yang dibawa sejak lahir atau kerusakan yang merupakan keturunan, meliputi: 1) Club-foot (kaki seperti tongkat) 2) Club-hand (tangan seperti tongkat) 3) Polydctylism (jari lebih dari lima pada masing-masing tangan dan atau kaki) 4) Tort icolis (gangguan pada leher sehingga kepala terkulai ke muka) 5) Syndactylism (jari-jari berselaput atau menempel satu dengan yang lainnya) 6) Cretinism (kerdil)

5 12 7) Mycrocepalus (kepala mengecil) 8) Hydrocepalus (kepala membesar karena adanya cairan berlebih) 9) Herelip (gangguan pada bibir dan mulut) 10) Congenital amputation (bayi yang dilahirkan tanpa anggota tubuh tertentu) b. Kerusakan pada waktu kelahiran 1) Erb s palys (kerusakan pada syaraf lengan akibat tertekan atau tertarik waktu kelahiran) 2) Fra gilitas osium (tulang rapuh dan mudah patah) c. Infeksi 1) Tuberkolosis tulang (menyerang sendi paha sehingga menjadi kaku) 2) Osteomyelitis (radang didalam dan disekeliling sumsum tulang karena bakteri) 3) Poliomyelitis (infeksi virus yang menyebabkan kelumpuhan) 4) Tuberkolosis pada lutut atau sendi lain d. Kondisi traumatik 1) Amputasi (anggota tubuh dibuang akibat kecelakaan) 2) Kecelakaan akibat luka bakar 3) Patah tulang Dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan jenis ketunadaksaan terbagi menjadi dua, yaitu tunadaksa ortopedi dan tunadaksa saraf. Tunadaksa ortopedi berkaitan dengan tulang, otot maupun rangka yang disebabkan karena

6 13 faktor penyakit ataupun karena gen bawaan. Sedangkan tunadaksa saraf yaitu ketunadaksaan dengan kelainan pada saraf otak. 3. Karakteristik Tunadaksa Karakteristik ketunadaksaan dapat dibagi menjadi lima karakteristik (Aziz, 2015), yaitu: a. Karakteristik Kognitif Implikasi dalam konteks perkembangan kognitif ada empat aspek yang turut mewarnai yaitu: pertama, kematangan yang merupakan perkembangan susunan saraf misalnya mendengar yang diakibatkan kematangan susunan saraf tersebut. Kedua, pengalaman yaitu hubungan timbal balik antara organisme dengan lingkungan dan dunianya. Ketiga, transmisi sosial yaitu pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan sosial. Keempat, ekuilibrasi yaitu adanya kemampuan yang mengatur dalam diri anak. Wujud konkrit dapat dilihat dari angka indeks kecerdasan (IQ). Kondisi ketunadaksaan sebagian besar menimbulkan kesulitan belajar dan perkembangan kognitif. b. Karakteristik Inteligensi Dijelaskan dalam Aziz (2015), untuk mengetahui tingkat inteligensi anak tunadaksa dapat digunakan tes yang telah dimodifikasi agar sesuai dengan anak tunadaksa. Tes tersebut antara lain hausserman Test (untuk tunadaksa ringan), illinois test, dan peabody picture vocabulary test.

7 14 c. Karakteristik Kepribadian Ada beberapa hal yang tidak menguntungkan bagi perkembangan kepribadian anak tunadaksa atau cacat fisik, diantaranya: pertama, terhambatnya aktivitas normal sehingga menimbulkan perasaan frustasi. Kedua, timbulnya kekhawatiran orangtua biasanya cenderung over protective. Ketiga, perlakuan orang sekitar yang membedakan terhadap penyandang tunadaksa menyebabkan mereka merasa bahwa dirinya berbeda dengan orang lain. Efek tidak langsung akibat ketunadaksaan yang dialaminya menimbulkan sifat harga diri rendah, kurang percaya diri, kurang memiliki inisiatif atau mematikan kreativitasnya. Selain itu yang menjadi problem penyesuaian penyandang tunadaksa adalah perasaan bahwa orang lain terlalu membesar-besarkan ketidakmampuannya. d. Karakteristik Fisik Selain potensi yang harus berkembang, aspek fisik juga merupakan potensi yang harus dikembangkan oleh setiap individu. Akan tetapi bagi penyandang tunadaksa, potensi itu tidak utuh karena ada bagian tubuh yang tidak sempurna. Secara umum perkembangan fisik tunadaksa dapat dinyatakan hampir sama dengan orang normal pada umumnya kecuali pada bagian-bagian tubuh yang mengalami kerusakan atau terpengaruh oleh kerusakan tersebut.

8 15 e. Karakteristik Bahasa / Bicara Setiap manusia memiliki potensi untuk berbahasa, potensi tersebut akan berkembang menjadi kecakapan berbahasa melalui proses yang berlangsung sejalan dengan kesiapan dan kematangan sensori motoriknya. Pada penyandang tunadaksa jenis polio, perkembangan bahasa atau bicaranya tidak begitu normal, lain halnya dengan penyandang cerebral palsy. Gangguan bicara pada penyandang cerebral palsy biasanya berupa kesulitan artikulasi, phonasi, dan sistem respirasi. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik tunadaksa terdiri dari karakteristik kognitif, karakteristik inteligensi, karakteristik kepribadian, karakteristik fisik serta karakteristik bahasa atau bicara. 4. Faktor yang dihadapi Penyandang Tunadaksa Pandangan hidup dalam diri, keluarga, masyarakat, dan pemerintah ini sangat terkait dengan permasalahan yang dihadapi penyandang tunadaksa. Permasalahan terkait kecacatan yang dihadapi penyandang tunadaksa (dalam Hikmawati, 2011) adalah: a. Faktor Internal 1) Menyangkut keadaan jasmani, yang dapat mengakibatkan gangguan kemampuan fisik untuk melakukan sesuatu perbuatan atau gerakan tertentu yang berhubungan dengan kegiatan hidup sehari-hari (activity of daily living).

9 16 2) Menyangkut kejiwaan atau mental seseorang, akibat kecacatannya seorang menjadi rendah diri atau sebaliknya, menghargai dirinya terlalu berlebihan, mudah tersinggung, kadang-kadang agresif, pesimis, labil, dan sulit untuk mengambil keputusan. Kesemuanya dapat merugikan, khususnya berkenaan dengan hubungan antara manusia dan canggung dalam melaksanakan fungsi sosialnya. 3) Masalah pendidikan, kecacatan fisik sering menimbulkan kesulitan khususnya pada anak usia sekolah. Mereka memerlukan perhatian khusus baik dari orangtua maupun guru di sekolah. Sebagian besar kesulitan ini juga menyangkut transportasi antara rumah kediaman ke sekolah, kesulitan mempergunakan alat-alat sekolah maupun fasilitas umum lainnya. 4) Masalah ekonomi, tergambar dengan adanya kehidupan penyandang tunadaksa yang umumnya berada di bawah garis kemiskinan. Hal ini disebabkan oleh karena rendahnya pendapatan. Tingkat produktifitas yang rendah karena kelemahan jasmani dan rohani hingga tidak memiliki keterampilan kerja (produksi) serta adanya hambatan di dalam struktur kejiwaan, berakibatkan pada ketidakmampuan di dalam melaksanakan fungsi sosialnya. 5) Masalah penampilan peranan sosial berupa ketidakmampuan hubungan antar perorangan, berinteraksi sosial, bermasyarakat dan berpartisipasi di lingkungannya.

10 17 b. Faktor Eksternal 1) Masalah keluarga yaitu timbul rasa malu akibat salah satu anggota keluarganya adalah penyandang tunadaksa atau cacat fisik. Akibatnya anak menjadi jarang diperhatikan, tidak boleh bergaul dan bermain dengan teman sebayanya, kurang mendapatkan kasih sayang sehingga anak tidak dapat berkembang kemampuan dan kepribadiannya. 2) Masalah masyarakat, masyarakat yang memiliki warga penyandang tunadaksa akan turut terganggu kehidupannya, selama penyandang tunadaksa ini belum mampu berdiri sendiri dan selalu bergantung pada orang lain. 3) Pelayanan umum, ketersediaan sarana umum seperti sekolah, rumah sakit, perkantoran, tempat rekreasi, dan lainnya masih sedikit bahkan jarang sekali yang memiliki aksesibilitas bagi penyandang cacat. Di dalam kehidupan penyandang tunadaksa tentunya ada faktor-faktor yang mempengaruhi, diantaranya faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari keadaan jasmani dan rohani, status pendidikan dan status ekonomi serta tentang keberadaan dirinya di lingkungan masyarakat. Faktor eksternal terdiri dari keadaan keluarga yang cenderung over protective, penerimaan sosial di lingkungan tempat tinggalnya, serta pelayanan umum bagi penyandang tunadaksa.

11 18 B. Perkembangan Psikoseksual 1. Pengertian Menurut Bancroft (Kelly, 2008 (dalam Widyasti,2009)), perkembangan psikoseksual memicu berbagai perubahan fisik dan emosional dalam individu dan biasanya mengarah ke yang lebih besar dan mendorong kesadaran terhadap sexual aurosal. Di setiap tahapan perkembangan psikoseksual akan selalu terjadi perubahan fisik maupun psikis. Terjadinya perubahan pada tubuh, perubahan hormon dan perubahan mood adalah hal yang selalu ada pada tiap tahapan perubahan. Psikoseksual menurut Freud (2002) adalah segala sesuatu yang diarahkan pada penyatuan organ-organ genital dan aktivitas seksual. Pada perkembangan kehidupan manusia, yaitu sejak dilahirkan hingga menjadi manusia dewasa, manusia memiliki dorongan-dorongan yang dinamakan libido. Libido adalah dorongan seksual yang sudah ada pada sejak anak lahir. Kepuasan seksual pada anak pencapaiannya tidak melalui alat kelamin, melainkan daerah-daerah lain yaitu mulut dan anus. Cara pemuasannya khas sesuai dengan tahapan-tahapan perkembangan yang dilaluinya. Pada perkembangannya, seorang anak akan melalui tahap-tahap tertentu sesuai dengan perkembangan usianya (Irianto, 2014). Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa psikoseksual terjadi di kehidupan manusia. Setiap manusia akan tumbuh kembang setiap harinya. Salah satu perkembangannya adalah perkembangan seksual. Manusia akan mengalami tahap-tahap perkembangan seksual sesuai usianya.

12 19 2. Tahapan Perkembangan Psikoseksual Menurut Freud (2006), ditinjau dari sisi psikologis tahapan perkembangan psikoseksual terdiri atas lima fase, yaitu: a. Fase Oral (0-2 tahun) Pada fase ini seorang anak mendapatkan perasaan nikmat melalui mulutnya, yaitu ketika sedang menyusu dan mengisap air susu melalui puting susu ibunya. Fase ini dimulai sejak bayi hingga usia antara 0-2 tahun. Pada usia ini seorang anak terlihat sangat antusias memasukkan apa saja ke dalam mulutnya. Ini merupakan tahap awal pemenuhan dari perkembangan psikoseksual dalam dirinya. Dorongan oral terdiri dari dua komponen yaitu dorongan libido dan dorongan agresif. Dorongan libido yaitu dorongan seksual pada anak yang berbeda dengan libido orang dewasa. Dorongan libido merupakan dorongan primer dalam kehidupan yang merupakan sumber energi dari ego dalam mengadakan hubungan dengan lingkungan, sehingga memungkinkan pertumbuhan ego. Ketegangan oral akan membawa pada pencarian kepuasan oral yang ditandai dengan diamnya bayi pada akhir menyusui. Sedangkan dorongan agresif dapat terlihat dalam perilaku menggigit, mengunyah, meludah dan menangis. b. Fase Anal (2-3 tahun) Pada fase ini kepuasan dan kenikmatan yang dirasakan anak akan berubah dari mulut ke daerah anus dan sekitarnya seperti saluran kencing. Adapun kenikmatan dan rasa puas yang dirasakan terjadi ketika anak

13 20 sedang menahan kencing dan buang air besar. Namun apabila kenikmatan pada anal fase anal ini mendapat gangguan dari lingkungannya, maka anak akan menyatakan bahwa hasil produksinya kotor, jijik dan sebagainya. Maka dari itu, lingkungan dari orangtua hendaknya mampu memberikan pemahaman kepada anak bahwa kelamin, kotoran yang dikeluarkannya adalah sesuatu yang wajar dan bukan sesuatu yang menjijikan. Hal ini penting karena berpengaruh terhadap pandangan anak terhadap seks nantinya. Dengan kata lain, apabila terjadi hambatan pada fase anal, anak dapat mengembangkan sifat-sifat tidak konsisten, kerapihan, keras kepala, dan sebagainya yang merupakan karakter anal yang berasal dari sisa-sisa fungsi anal. Perkembangan psikoseksual pada fase anal jika dilakukan dengan efektif akan membekali anak untuk mampu bersikap mandiri, kebebasan, mampu menentukan perilaku sendiri tanpa rasa malu dan ragu-ragu, mampu bekerja sama dengan orang lain tanpa ada rasa rendah diri. c. Fase Phallus (3-7 tahun) Dalam fase ini anak mulai mengerti bahwa alat kelamin yang dimilikinya memiliki perbedaan dengan kakak, adik, atau teman-temannya. Fase ini berlangsung pada saat anak memasuki sekitar usia 3-7 tahun. Rasa nikmat yang dirasakan berlangsung ketika alat kelaminnya mengalami sentuhan atau rabaan. Bahkan ada beberapa anak yang pada fase ini yang dengan sengaja menyentuh alat kelaminnya untuk mencapai orgasme (tidak disertai ejakulasi).

14 21 Pada fase ini muncul rasa erotik anak terhadap orangtua dari jenis kelamin yang berbeda. Rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang berhubungan seks tampak dalam tingkah laku anak, misal membuka rok ibunya, meraba buah dada atau memegang kelamin orang tuanya. Adanya rasa cemburu dan ingin menggantikan peran salah satu orang tuanya. d. Fase Laten (7-11 tahun) Fase ini terjadi sekitar usia 7-11 tahun. Pada kisaran usia tersebut tingkah laku seksual seorang anak seolah-olah terpendam karena lebih banyak bermain, mulai masuk sekolah dan adanya pekerjaan rumah dan sekolah. e. Fase Genital (12-18 tahun) Fase ini terjadi sekitar usia tahun. Pada fase ini, proses perkembangan psikoseksual mencapai titik akhir. Organ-organ seksual mulai aktif sejalan dengan mulai berfungsinya hormon-hormon seksual, sehingga pada fase ini terjadi perubahan psikis dan fisik. Secara fisik perubahan yang paling nyata adalah pertumbuhan tulang dan perkembangan organ seksual serta tanda-tanda seks sekunder. Tanda-tanda seksual sekunder pada gadis diantaranya pertumbuhan payudara, tumbuhnya rambut pubes dan menstruasi, pantat mulai membesar, pinggang ramping dan suara feminim. Sedangkan pada anak laki-laki terlihat buah pelir dan penis mulai membesar, terjadinya mimpi basah yaitu keluar air mani ketika tidur. Bersamaan dengan itu, munculah gelombang nafsu birahi baik pada laki-laki maupun wanita. Secara psikis,

15 22 remaja mulai mengalami rasa cinta dan tertarik pada lawan jenisnya. Mulai mencari identitas diri dan jika gagal maka mengakibatkan kekacauan identitas. Sedangkan Irianto (2014) mengungkapkan fase-fase psikoseksual dilihat dari tahap perkembangannya, yaitu: a. Fase Oral (0-18 bulan) Sejak lahir hingga usia sekitar 1,5 tahun, anak berada pada tahap oral. Dalam tahap ini kepuasan seksual anak dipenuhi melalui daerah mulut. Seperti kita ketahui anak-anak pada usia tersebut masih menyusu, baik dari ASI maupun susu botol. Disini, mengisap susu selain untuk memenuhi rasa lapar juga untuk mendapatkan kepuasan tersendiri akibat adanya gesekangesekan sekitar daerah mulut. Kepuasan ini selain diperoleh melalui menyusu juga dapat dicapai dengan memasukkan benda yang ada di sekitarnya atau jarinya sendiri ke dalam mulutnya. Ikatan emosional paling awal pada bayi yang dibentuk bersama orangtua yaitu melalui kontak fisik untuk mengungkapkan cinta dan kasih sayang mereka. Melalui sentuhan, ciuman, pelukan, kehangatan dan kenyamanan, serta sentuhan fisik positif lainnya yang melambangkan cinta. Keunikan bentuk keintiman fisik dan emosi antara orangtua dan bayi dapat menjadi pijakan awal bagi kematangan bentuk keintiman fisik dan kasih sayang yang kelak berkembang menjadi bagian seksualitas dewasa.

16 23 b. Fase Anal (1,5-3 tahun) Diusia 1,5 3 tahun, anak mulai tertarik akan kelamin. Kepedulian ini dikenal sebagai identitas kelamin. Dia mulai memahami perbedaan antara pria dan wanita, serta dapat mengidentifikasikan dirinya dan orang lain. Hal ini sebagai kombinasi pembelajaran yang didapat secara biologis dan lingkungan. Di usia ini pula, anak mulai menghubungkan perilaku tertentu dengan jenis kelamin yang disebut aturan kelamin seperti sifat maskulin dan feminim. Fase ini ditandai dengan matangnya saraf-saraf otot sfingter anus sehingga anak mulai dapat mengendalikan buang air besarnya. Pada fase ini kepuasan dan kenikmatan anak terletak pada anus. Kenikmatan didapatkan pada waktu menahan buang air besar dan akan lenyap setelah selesai buang air besar. Hal ini penting karena akan mempengaruhi pandangannya terhadap seks nantinya. Jika terjadi hambatan pada fase anal, anak dapat mengembangkan sifat-sifat tidak konsisten, keras kepala dan sebagainya. Jika pertahanan terhadap sifat-sifat anak kurang efektif, karakter anal menjadi ambivalensi (ragu-ragu) berlebihan, kurang rapi, suka menentang, kasar dan cenderung sadomsokistik (dorongan untuk menyakiti dan disakiti). Penyelesaian fase anal yang berhasil, menyiapkan dasar untuk perkembangan kemandirian, kebebasan, kemampuan untuk menentukan perilaku sendiri tanpa rasa malu dan ragu-ragu, kemampuan unuk menginginkan kerja sama yang baik tanpa perasaan rendah diri.

17 24 c. Fase Uretral (Peralihan fase Anal ke Fase Phallus) Pada fase ini, erotik uretral mengacu pada kenikmatan dalam pengeluaran dan penahanan air seni seperti fase anal. Jika fase uretral tidak dapat diselesaikan dengan baik, anak akan mengembangkan sifat uretral yang menonjol, yaitu persaingan dan ambisi sebagai akibat timbulnya rasa malu karena kehilangan kontrol terhadap uretra. Jika fase ini dapat diselesaikan dengan baik, maka anak akan mengembangkan persaingan sehat, yang menimbulkan rasa bangga akan kemampuan diri. Penyelesaian konflik uretra merupakan awal dari identitas gender dan identifisaksi selanjutnya. d. Fase Phallus (3-5 tahun) Memasuki usia 3 tahun, keingintahuan anak sangat besar. Anak di usia ini sudah mampu menunjukkan emosi yang bermacam-macam. Kemampuan kognitifnya pun mengalami perkembangan pesat. Anak di usia ini masuk pada masa praoperasional, anak bisa diajak memahami sesuatu lewat stimulus, imajinasi, serta mampu mengelompokkan warna, benda, maupun ukuran. e. Fase Laten (7-11 tahun) Usia 7-11 tahun merupakan masa dimana anak mulai meninggalkan sikap egosentrisnya. Mereka tak lagi bersikap pelit terhadap apa yang dimilikinya. Anak mulai bermain secara berkelompok dan mudah untuk menjalin kerjasama.

18 25 Pada usia ini rasa keingintahuan tentang aspek seksual mulai muncul. Sering ada pertanyaan berkaitan dengan organ reproduksi dan membandingkan dengan orang lain. Anak mulai belajar bersosialisasi sehingga memerlukan bimbingan untuk mengendalikan emosinya terutama eksplorasi terhadap anggota tubuhnya. Fase ini merupakan saat yang tepat untuk memberikan pendidikan seks dan reproduksi dalam istilah yang lebih rumit. f. Fase Pueral (Pra Pubertas/ peralihan Fase Laten Ke Fase Genital) Pubertas prekoks adalah perkembangan dari perubahan-perubahan pubertas yang normal pada usia dini. Keadaan ini dapat terdiri atas manifestasi pubertas yang tersendiri seperti premature thelarche (perkembangan payudara), premature pubarche (tumbuh rambut pubis dan ketiak), atau premature menarche (pendarahan haid). Pengenalan akan adanya keadaan-keadaan ini merupakan hal yang penting untuk menentramkan hati orangtua bahwa semua keadaan itu tidaklah berbahaya. Fase pra pubertas disebut juga sebagai masa pueral. Masa dimana terjadi peralihan dari kanak-kanak ke remaja. Pada anak wanita, masa ini lebih singkat dibandingkan dengan anak pria. Anak wanita lebih cepat terlihat dewasa dalam menanggapi perubahannya. Bahkan tak jarang, anak wanita menganggap anak pria seusianya masih bersikap seperti anak-anak.

19 26 g. Fase Genital (12-19 tahun) 1) Remaja awal (12-13 tahun) Pada fase ini, terjadi perubahan yang besar pada remaja, yaitu meningkatnya hormon seksualitas dan mulai berkembangnya organorgan seksual serta organ-organ reproduksi remaja. Secara fisik, anak wanita berkembang lebih cepat. Mereka mengalami menstruasi, pembesaran payudara, tumbuhnya jerawat serta pelebaran pinggang dalam waktu singkat. Sementara pria tumbuh secara bertahap. Dimulai dari mimpi basah, tumbuh jakun, pecahnya suara, dan pertambahan tinggi badan secara pesat. Semua terjadi dalam waktu bertahun-tahun. Biasanya pada usia ini mereka mulai memiliki idola baru, seperti kakak kelas yang ganteng, teman satu sekolah yang populer, artis di televisi atau guru yang bijaksana. Kekaguman inipun biasanya disalurkan lewat perilaku meniru tingkah laku dan kebiasaan idola baru tersebut. Ekspresi ini menunjukkan pula terjadinya proses erosi percaya diri namun bisa pula terjadi perkembangan positif seperti meningkatnya rasa percaya diri. Di masa ini, mereka lebih senang bergaul dengan teman-temannya dibandingkan bersama keluarganya. Rasa ingin tahu para remaja biasanya kurang disertai pertimbangan rasional akan efek lanjut perbuatannya. Hal itu dipicu oleh ketiadaan kontrol orangtua serta kurangnya informasi di sekitarnya. Masa peralihan atau transisi anak menjadi remaja seringkali memicu permasalahan di dalam keluarga. Di

20 27 titik inilah orangtua mendapatkan ujian. Pendidikan budi pekerti yang diterapkan sejak dini bisa saja berlalu begitu saja jika anak berada pada lingkungan pergaulan yang salah. Pada kondisi ini, mereka butuh pertolongan dan bantuan yang selalu siap sedia dari orangtuanya. Jika orangtua tidak mampu memenuhi kebutuhan psikis anak untuk mengatasi konflik yang terjadi saat itu, remaja akan mencarinya dari orang lain. 2) Remaja tengah (14-15 tahun) Masa puber memang menjadi masa yang membingungkan. Tak hanya bagi anak yang mengalaminya. Orangtuapun sering merasa kesulitan untuk menghadapi anaknya yang tengah puber. Pada masa ini perkembangan fisik mereka begitu menonjol sehingga menimbulkan beberapa perasaan seperti menjadi cemas akan perkembangan fisiknya maupun bangga bahwa hal tersebut menunjukkan bahwa dia memang bukan lagi anak-anak. Pada masa ini pula, emosi remaja sangat labil karena perkembangan hormon-hormon seksualnya yang begitu pesat. Keinginan seksual juga mulai kuat muncul pada masa ini. Pada remaja wanita ditandai dengan datangnya menstruasi yang pertama, sedangkan pada remaja pria ditandai dengan datangnya mimpi basah yang pertama. Remaja mulai mengerti tentang gengsi, penampilan dan daya tarik seksual. Karena kebingungan mereka ditambah labilnya emosi akibat pengaruh perkembangan seksualitasnya, remaja sukar diselami

21 28 perasaannya. Perasaan sosial remaja di masa ini semakin kuat dan mereka bergabung dengan kelompok yang disukainya dan membuat peraturan dengan pemikirannya sendiri. 3) Remaja akhir (16-19 tahun) Masa remaja atau masa adolesens adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial. Pada usia tahun merupakan periode dimana dia berjuang untuk mencari identitas dirinya. Pada masa ini, remaja yang mampu melewati masa sebelumnya dengan baik, akan dapat menerima kodratnya, baik sebagai pria maupun wanita. Dapat disimpulkan bahwa manusia akan melewati fase-fase perkembangan seksual dalam kehidupannya. Fase-fase tersebut terdiri dari fase oral, fase anal, fase phalus, fase laten dan fase genital. C. Remaja 1. Pengertian Remaja Chaplin (Farisa,2013) menjelaskan bahwa remaja adalah periode antara pubertas dan kedewasaan. Usia yang diperkirakan adalah tahun untuk anak gadis, dan antara tahun bagi anak laki-laki. Remaja menurut Monks (Farisa, 2013) dibagi menjadi tiga tahapan yaitu remaja aeal usia 12-15

22 29 tahun, remaja pertengahan usia tahun, dan remaja akhir usia tahun. Pandangan masyarakat Indonesia menurut Sarwono (Farisa, 2013) yaitu batasan usia remaja yaitu tahun dan belum menikah. Masa remaja dimulai dari saat sebelum baligh dan berakhir pada usia baligh. Oleh sebagian ahli psikologi, masa remaja berada dalam kisaran tahun tahun. Adapula yang mengatakan antara usia tahun (Irianto, 2014). Masa remaja merupakan masa transisi (masa peralihan) dari masa anak-anak menuju masa dewasa yaitu saat manusia tidak mau lagi diperlakukan oleh lingkungan keluarga dan masyarakat sebagai anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisik, perkembangan psikis dan mentalnya belum menunjukkan tenda-tanda dewasa. Pada masa ini (masa remaja), manusia banyak mengalami perubahan yang sangat fundamental dalam kehidupannya baik perubahan fisik maupun psikis (Irianto, 2014). Dalam Irianto (2014), masih terdapat berbagai pendapat tentang usia kronologis berapa seorang anak dikatakan remaja. Menurut WHO, remaja adalah bila anak telah mencapai tahun. Menurut UU No 4 Tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah. Menurut Undang-Undang Perburuhan, anak dianggap remaja bila telah mencapai usia tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal sendiri. Sementara Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 menyatakan bahwa anak dianggap remaja bila sudah cukup matang untuk menikah yaitu 16 tahun untuk anak wanita dan 19 tahun

23 30 untuk anak pria. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menganggap remaja bila sudah berusia 18 tahun yang sesuai dengan saat lulus dari sekolah menengah. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa masa remaja bisa disebut dengan masa transisi atau penghubung antara masa kanakkanak menuju masa dewasa. Pada periode ini, terjadi perubahan-perubahan besar dan esensial mengenai kematangan fungsi-fungsi jiwa dan raga, terutama fungsi seksual. 2. Tahapan Remaja Masa remaja atau masa pubertas bisa dibagi dalam empat tahap (Kartono, 2007), yaitu: a) Masa awal pubertas, disebut pula sebagai masa pueral atau pra-pubertas. b) Masa negatif dimana remaja mengalami emosi yang labil dan susah sedang mengalami krisis jasmani dan rohani. c) Masa pubertas, biasanya remaja wanita lebih awal mengalami pubertas. d) Masa adolensi (remaja akhir), remaja sudah mampu diarahkan. Dapat disimpulkan bahwa tahapan masa remaja terdiri dari masa prapubertas, masa negatif, masa pubertas, dan masa adolensi. Tahapan-tahapan ini pasti akan dialami oleh manusia terutama pada anak-anak yang akan beranjak dewasa.

24 31 3. Tugas-tugas Remaja Menurut Havighurst (Santrock, 2007), tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu. Apabila berhasil mencapainya, mereka akan memiliki kebanggaan tersendiri dan melanjutkan perjalanan pada fase berikutnya. Namun apabila mereka mengalami hambatan maka akan menimbulkan sifat tidak percaya diri dan terhambat pula proses perkembangan pada fase berikutnya. Adapun yang menjadi sumber tugas-tugas perkembangan tersebut menurut Havighurst adalah kematangan fisik, tuntutan masyarakat atau budaya, dan nilai-nilai serta aspirasi dari individu. Tugas-tugas remaja, diantaranya adalah: a) Menerima keadaan jasmani (fisik) dan menggunakannya secara efektif. b) Menerima peranan sosial jenis kelamin sebagai pria / wanita. c) Menginginkan dan mencapai perilaku sosial. d) Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya. e) Belajar bergaul dengan kelompok remaja perempuan maupun laki-laki. f) Secara sadar mengembangkan gambaran dunia yang lebih adekuat. g) Persiapan mandiri secara ekonomi. h) Pemilihan dan latihan jabatan. i) Rasa ingin tahu meningkat j) Memiliki idola baik orang tua, guru, kakak kelas maupun guru.

25 32 Dapat disimpulkan bahwa jika tugas-tugas remaja pada perkembangannya dapat dilalui dengan baik maka akan muncul kebanggaan dalam dirinya. Namun jika tugas-tugas perkembangan terdapat hambatan, maka akan timbul sikap tidak percaya diri dan terhambat pula tahapan perkembangan berikutnya. D. Perkembangan Psikoseksual Remaja Tunadaksa Perkembangan psikoseksual setiap individu ditandai dengan adanya berbagai perubahan yakni munculnya ciri seksual primer dan sekunder. Perkembangan ciri seksual tersebut merupakan awal mula perkembangan individu dari anak-anak menjadi remaja (Widyawati, 2009). Panuju dkk (Widyawati, 2009) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang berkaitan dengan perkembangan psikoseksual remaja, diantaranya yaitu mempelajari hubungan seksual dan interaksinya dengan lawan jenis berupa keterikatan hubungan percintaan atau komitmen. Pada usia remaja inilah seseorang mulai mengembangkan minat heterosexual. Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas bertanggung jawab atas munculnya dorongan seks. Fuhrmann (dalam Widyawati, 2009) mengungkapkan bahwa pada masa remaja, dorongan seksual yang dihasilkan oleh hormon meningkatkan sensitivitas daerah erogen. Pemuasan dorongan seks masih dipersulit dengan banyaknya tabu sosial, sekaligus juga kekurangan pengetahuan yang benar tentang seksualitas. Remaja umumnya kurang mengenali organ tubuhnya. Tidak sedikit diantara mereka bertanya pada teman sebaya tentang perubahan fisik yang dialami. Menurut Laurike (Yusuf, 2006), langkah awal yang

26 33 harus dipahami oleh remaja adalah mengenali proses pematangan organ reproduksi mereka. Memasuki remaja, ciri perkembangan psikoseksual pada remaja mulai muncul. Remaja putri mulai mengalami masa menstruasi, tumbuhnya payudara, tumbuhnya rambut di bagian-bagian tertentu, sampai kemunculan jerawat yang menimbulkan rasa rendah diri. Sedangkan remaja laki-laki mulai merasakan tumbuhnya jakun yang berakibat pada perubahan suara yang cenderung berat dan besar. Remaja yang normal (tidak memiliki hambatan fisik dan psikis) akan mengalami dan melewati fase perubahan fisik seiring berkembangnya hormonhormon seksual. Munculnya kebanggaan dan rasa percaya diri pada remaja yang mampu melewati fase ini tanpa hambatan. Mereka mulai menunjukkan identitas dirinya pada lingkungan sekitarnya. Berbeda dengan remaja yang mengalami hambatan fisik, seperti tunadaksa. Tahapan perkembangan psikoseksual pasti akan dialami pada setiap individu, hanya saja bagi penyandang tunadaksa mungkin saja pada perkembangan seksualnya terjadi hambatan. Caroline menyatakan bahwa penyandang tunadaksa secara psikologis cenderung memiliki sikap rendah diri, bersikap apatis dan merasa malu. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh perkembangan seksualnya (Freud, 2006), dimana jika remaja tidak mampu melewati masa perkembangan seksualnya secara baik, maka sifat dasar dari tahapan-tahapan psikoseksual tersebut akan muncul ke permukaan. Begitu pula dengan remaja penyandang tunadaksa.

27 34 Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan psikoseksual pada remaja tunadaksa dapat mempengaruhi individu tunadaksa. Hambatan-hambatan pada fase perkembangannya akan muncul menjadi sifat dasar yang dimiliki individu tunadaksa. E. Kerangka Pemikiran Masa remaja merupakan satu masa dalam perkembangan hidup manusia. Salah satu bentuk perkembangan yang menonjol pada masa remaja, yaitu terjadinya perubahan-perubahan fisik yang dipengaruhi perkembangan psikoseksualnya. Ini ditandai kematangan organ seksual, baik primer maupun sekunder (Soejoeti, 2001). Timbulnya dorongan seks (libido seksual) dan tandatanda seks sekunder merupakan salah satu ciri hakiki keremajaan. Anak dikatakan memasuki remaja bila pada wanita sudah terjadi menstruasi dan pada pria sudah mengalami mimpi basah. Bagi setiap remaja yang baru mengalami kebangkitan seksual pertama kalinya, biasanya perasaan-perasaan yang menggejolak itu membingungkan dan membuatnya frustasi. Umumnya remaja normal yang berhasil melewati fase perkembangan psikoseksualnya akan timbul rasa percaya diri dan mengenal identitas dirinya baik sebagai pria atau wanita. Tidak hanya perubahan fisik namun juga terjadi perubahan secara psikologis, dimana remaja mulai tertarik dengan lawan jenisnya. Setiap manusia mengalami perkembangan psikoseksual, termasuk pada penyandang disabilitas seperti tunadaksa. Pada remaja penyandang tunadaksa diduga terjadinya hambatan pada proses perkembangan psikoseksual sejak pertama kalinya perkembangan psikoseksual terjadi sampai pada usianya

28 35 menginjak 12 tahun (fase oral fase genital). Berdasarkan penjelasan di atas, dapat digambarkan dalam skema di bawah ini: Usia 12 tahun Tunadaksa Cerebral Palsy Dinamika Perkembangan Psikoseksual 1. Fase Oral 2. Fase Anal 3. Fase Phallus 4. Fase Laten 5. Fase Genital Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa.

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya manusia terlahir di dunia dengan keadaan normal dan sempurna. Namun pada kenyataannya hal tersebut tidak dialami oleh semua orang. Beberapa orang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 15 BAB II LANDASAN TEORI A. Family Matters 1. Defenisi Konsep mattering didefenisikan sebagai sebuah persepsi mengenai kebermaknaan individu didalam lingkungan sekitarnya (Elliot,2009). Seseorang dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Definisi Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan masa dewasa. Dalam masa ini, remaja itu berkembang kearah kematangan seksual, memantapkan identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Remaja adalah mereka yang berusia diantara 10-24 tahun dan merupakan salah satu kelompok populasi terbesar yang apabila dihitung jumlahnya berkisar 30% dari jumlah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual Pranikah 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah Menurut Sarwono (2005) perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Kesehatan Reproduksi Menurut WHO (1992), sehat adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, terdapat beberapa hasil penelitian yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini. Adapun

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka Dalam bab ini, akan dibahas mengenai tinjauan pustaka yang digunakan peneliti terkait dengan penelitian yang dilakukan, dan dapat menjadi landasan teoritis untuk mendukung penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khusus (ABK) adalah anak yang dalam proses pertumbuhan atau. sosial dan emosional dibanding dengan anak-anak lain seusianya.

BAB I PENDAHULUAN. khusus (ABK) adalah anak yang dalam proses pertumbuhan atau. sosial dan emosional dibanding dengan anak-anak lain seusianya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi anak yang terlahir normal, para orang tua relatif mudah dalam mengasuh dan mendidik mereka. Akan tetapi, pada anak yang lahir dengan berkelainan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa transisi antara masa anak-anak dan dewasa, di mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas, dan terjadi

Lebih terperinci

Standar Kompetensi 1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. Kompetensi Dasar 1.2. Mendeskripsikan tahapan perkembangan manusia

Standar Kompetensi 1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. Kompetensi Dasar 1.2. Mendeskripsikan tahapan perkembangan manusia RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Jenjang Sekolah : SMP 3 Pajangan Mata Pelajaran : IPA Terpadu Kelas / Semester : VIII / I Alokasi waktu : 1 X 40 (1 x Pertemuan) Standar Kompetensi 1. Memahami

Lebih terperinci

TAHAPAN PERKEMBANGAN MANUSIA

TAHAPAN PERKEMBANGAN MANUSIA TAHAPAN PERKEMBANGAN MANUSIA 1 Tahapan Perkembangan Manusia (Hurlock) Periode prenatal Periode Infancy : 0 akhir pekan 2 Periode Bayi : akhir pekan kedua 2 tahun Periode Awal Masa Kanak-kanak : 2-6 tahun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian diri 1. Pengertian penyesuaian diri Menurut Satmoko (dalam Ghufron, 2011) penyesuaian diri dipahami sebagai interaksi seseorang yang kontinu dengan dirinya sendiri,

Lebih terperinci

2015 IMPLEMENTASI PENDIDIKAN SEKSUAL UNTUK ANAK USIA DINI

2015 IMPLEMENTASI PENDIDIKAN SEKSUAL UNTUK ANAK USIA DINI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa usia dini sering dikatakan sebagai masa keemasan atau golden age. Masa keemasan adalah masa dimana anak memiliki kemampuan penyerapan informasi yang

Lebih terperinci

Atas partisipasi dan kesediaan saudara/i sekalian untuk menjadi responden, peneliti mengucapkan terimakasih.

Atas partisipasi dan kesediaan saudara/i sekalian untuk menjadi responden, peneliti mengucapkan terimakasih. UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT Kepada Yth. Responden Di Tempat Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Niswaniyah NIM : 2013-31-076

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 13 BAB II LANDASAN TEORI II.1Penerimaan Diri II.1.A Definisi Germer (2009) menyatakan bahwa orang yang menerima dirinya adalah orang yang sadar bahwa dirinya mengalami sebuah sensasi, perasaan, maupun

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ANAK USIA SD Oleh : Sugiyanto

KARAKTERISTIK ANAK USIA SD Oleh : Sugiyanto KARAKTERISTIK ANAK USIA SD Oleh : Sugiyanto Ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi suatu hal yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas (Hartaji, 2012: 5).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas (Hartaji, 2012: 5). BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Mahasiswa 1. Pengertian Mahasiswa Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd Pertumbuhan : Perubahan fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berjalan normal pada anak yang sehat dalam perjalanan

Lebih terperinci

Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia

Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia Rentang Perkembangan Manusia UMBY 1. Neonatus (lahir 28 hari) Pada tahap ini, perkembangan neonatus sangat memungkinkan untuk dikembangkan sesuai keinginan. 2. Bayi (1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pendidikan luar biasa atau pendidikan khusus anak berkelainan, istilah penyimpangan secara eksplisit ditunjukan kepada anak yang dianggap memiliki kelainan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN SEKS ANAK* (Pendekatan Praktis Bentuk dan Antisipasi Penyimpangan seks anak)

PENDIDIKAN SEKS ANAK* (Pendekatan Praktis Bentuk dan Antisipasi Penyimpangan seks anak) PENDIDIKAN SEKS ANAK* (Pendekatan Praktis Bentuk dan Antisipasi Penyimpangan seks anak) Oleh : AGUNG HASTOMO, S.Pd** NIP : 132319836 JURUSAN PENDIDIKAN PRA-SEKOLAH dan SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu sejak lahir yang meliputi pertumbuhan dan perkembangan. Perubahan yang cukup mencolok terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara manusia yang satu dengan yang lainnya. perkembangan yang terjadi pada remaja laki-laki meliputi tumbuhnya rambut,kulit

BAB I PENDAHULUAN. antara manusia yang satu dengan yang lainnya. perkembangan yang terjadi pada remaja laki-laki meliputi tumbuhnya rambut,kulit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam siklus kehidupan manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari segi fisik maupun psikologinya. Ini dapat dilihat dari semasa bayi sampai dewasa,

Lebih terperinci

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN SEKSUALITAS endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN - 2012 KOMPETENSI DASAR Setelah mempelajari materi ini peserta diharapkan dapat memahami seksualitas sebagai bagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja yang

Lebih terperinci

PSIKOLOGI SEPANJANG HAYAT

PSIKOLOGI SEPANJANG HAYAT Modul ke: PSIKOLOGI SEPANJANG HAYAT Review Teori Perkembangan Fakultas Psikologi Tenny Septiani Rachman, M. Psi, Psi Program Studi Psikologi http://www.mercubuana.ac.id Perkembangan Psikoseksual Freud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas, yaitu masa terjadinya perubahan-perubahan fisik meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan proporsi

Lebih terperinci

Perkembangan Individu

Perkembangan Individu Perkembangan Individu oleh : Akhmad Sudrajat sumber : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/perkembangan-individu/ 1. Apa perkembangan individu itu? Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan

Lebih terperinci

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes KESEHATAN REPRODUKSI Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes Introduction Kespro keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit dan kecacatan, dalam semua hal yang berkaitan

Lebih terperinci

Dinamika kepribadian / Prinsip Motivasional. Ego cemas karena tuntutan id dan superego. 1. Dorongan-dorongan a. Seks b. Agresi 2.

Dinamika kepribadian / Prinsip Motivasional. Ego cemas karena tuntutan id dan superego. 1. Dorongan-dorongan a. Seks b. Agresi 2. Pembentuk Kepribadian Bagaimana Kepribadian Bertindak Dijaga yang bertugas Menseleksi gambaran yang boleh masuk ke alam bawah sadar dan sadar. Hanya gambaran yang tidak memberikan rasa cemas yg lolos.

Lebih terperinci

Organ Reproduksi Perempuan. Organ Reproduksi Bagian Dalam. Organ Reproduksi Bagian Luar. 2. Saluran telur (tuba falopi) 3.

Organ Reproduksi Perempuan. Organ Reproduksi Bagian Dalam. Organ Reproduksi Bagian Luar. 2. Saluran telur (tuba falopi) 3. Organ Reproduksi Perempuan Organ Reproduksi Bagian Dalam 2. Saluran telur (tuba falopi) 1. Indung telur (ovarium) 3. Rahim (uterus) 4. Leher Rahim (cervix) 5. Liang Kemaluan (vagina) Organ Reproduksi Bagian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Putri Nurul Falah F 100

Lebih terperinci

4.3 Relasi Sosial yg Primitif

4.3 Relasi Sosial yg Primitif 4.3 Relasi Sosial yg Primitif Maksudnya adalah anak pada masa ini hanya bersosialisasi dalam ruang lingkup sosial yg kecil, ia hanya dekat dengan keluarga inti atau orang yang serumah dengannya, kebanyakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini di Indonesia 62 juta remaja sedang tumbuh di tanah air. Artinya satu dari lima orang Indonesia berada dalam rentang usia remaja. Mereka adalah calon generasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Seks Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran orang tua yang sangat dituntut lebih dominan untuk memperkenalkan sesuai dengan usia dan

Lebih terperinci

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN LATAR BELAKANG Lerner dan Hultsch (1983) menyatakan bahwa istilah perkembangan sering diperdebatkan dalam sains. Walaupun demikian, terdapat konsensus bahwa yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS REMAJA. Nanang E.G. 15 Juli 2008

PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS REMAJA. Nanang E.G. 15 Juli 2008 PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS REMAJA Nanang E.G. 15 Juli 2008 Siapakah remaja? Masa puber, Adolesensi atau akil baliq Secara biologis 12-21 tahun Banyak mengalami perubahan psikis dan fisik Anak-anak bukan,

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. remaja dan yang terakhir adalah masa dewasa. Di dalam masa dewasa, setiap

Bab 1. Pendahuluan. remaja dan yang terakhir adalah masa dewasa. Di dalam masa dewasa, setiap Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Setiap individu tentunya akan mengalami pertambahan usia. Pertambahan usia setiap individu itu akan terbagi menjadi masa kanak kanak kemudian masa remaja dan yang terakhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan tubuhnya secara efektif. Lebih lanjut Havighurst menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan tubuhnya secara efektif. Lebih lanjut Havighurst menjelaskan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja sering kali disebut masa transisi atau masa peralihan dari anak-anak sebelum akhirnya masuk ke masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Orang Tua 1. Pengertian Orang tua adalah orang yang lebih tua atau orang yang dituakan, terdiri dari ayah dan ibu yang merupakan guru dan contoh utama untuk anakanaknya karena

Lebih terperinci

BAB 1. All About Remaja

BAB 1. All About Remaja BAB 1. All About Remaja Siapakah Remaja? Pengertian remaja, Klasifikasi remaja (umur) Setiap dari kita pasti pernah mengalami masa remaja, atau mungkin kita sekarang sedang dalam masa remaja? tapi pengertian

Lebih terperinci

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM SEX EDUCATION Editor : Nurul Misbah, SKM ISU-ISU SEKSUALITAS : Pembicaraan mengenai seksualitas seringkali dianggap sebagai hal yang tabu tidak pantas dibicarakan dalam komunitas umum bersifat pribadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Pengertian remaja Remaja atau adoloscense (Inggris) berasal dari bahasa Latin adoloscere yang berarti tumbuh ke arah kematangan, yakni kematangan mental, emosional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

Periodisasi Perkembangan Peserta Didik

Periodisasi Perkembangan Peserta Didik Periodisasi Perkembangan Peserta Didik Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu menjelaskan tentang periodisasi perkembangan peserta didik Indikator Mahasiswa mampu menjelaskan periodisasi perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Diet 2.1.1 Pengertian Perilaku Diet Perilaku adalah suatu respon atau reaksi organisme terhadap stimulus dari lingkungan sekitar. Lewin (dalam Azwar, 1995) menyatakan

Lebih terperinci

PENYESUAIAN DIRI SISWA TUNADAKSA DI SEKOLAH UMUM (STUDI KASUS PADA SISWA PENYANDANG CEREBRAL PALCY, POLIOMYELITIS, DAN CONGENITAL AMPUTATION DI SMA/MA REGULER) Asrorul Mais Lailil Aflahkul Yaum Prodi.

Lebih terperinci

SETYO WAHYU WIBOWO, dr. Mkes Seminar Tuna Daksa, tinjauan fisiologis dan pendekatan therapiaccupressure, KlinikUPI,Nov 2009

SETYO WAHYU WIBOWO, dr. Mkes Seminar Tuna Daksa, tinjauan fisiologis dan pendekatan therapiaccupressure, KlinikUPI,Nov 2009 SETYO WAHYU WIBOWO, dr. Mkes Seminar Tuna Daksa, tinjauan fisiologis dan pendekatan therapiaccupressure, KlinikUPI,Nov 2009 TUNA DAKSA Tuna Daksa(cacat tubuh) adalah kelainan pada tulang, otot atau sendi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja berasal dari kata adolescence yang memiliki arti tumbuh untuk mencapai kematangan, baik mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa remaja ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri pada dasarnya adalah kemampuan dasar untuk dapat menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992) menyatakan bahwa kepercayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Masa remaja dimulai sekitar usia 10 hingga 13 tahun sampai 18 hingga 22 tahun (Santrock, 2007, hlm. 20). Pada masa remaja, individu banyak mengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jawab dengan kelanjutan kehidupan pendidikan anak-anaknya karena pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. jawab dengan kelanjutan kehidupan pendidikan anak-anaknya karena pengaruh yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan secara umum diawali dalam suatu keluarga, orangtua yang bertanggung jawab dengan kelanjutan kehidupan pendidikan anak-anaknya karena pengaruh yang diterima

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Lampiran 2 Surat Pemohonan Izin Survei Pendahuluan I Lampiran 3 Surat Pemohonan Izin Survei Pendahuluan II Lampiran 4 Surat Pengambilan Data Penelitian Lampiran 5 Surat Selesai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi ada beberapa permasalahan seperti perkembangan seksual,

BAB I PENDAHULUAN. tetapi ada beberapa permasalahan seperti perkembangan seksual, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah seksual telah menjadi problematika sosial di kalangan masyarakat. Masalah tersebut tidak sekedar berwujud dalam satu bentuk, tetapi ada beberapa permasalahan

Lebih terperinci

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap individu menginginkan kehidupan yang bahagia dan tubuh yang ideal. Harapan ini adalah harapan semua wanita di dunia, tetapi kenyataannya tidak semua wanita memiliki

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 2. PERKEMBANGAN PADA MANUSiAlatihan soal 2.4

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 2. PERKEMBANGAN PADA MANUSiAlatihan soal 2.4 SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 2. PERKEMBANGAN PADA MANUSiAlatihan soal 2.4 1. Apabila seorang telah berpikir kritis dan menetapkan pendirian dalam mengambil keputusan, dia berada dalam tahap perkembangan...

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh : NITALIA CIPUK SULISTIARI F 100 040

Lebih terperinci

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Pendahuluan Setiap anak memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda-beda. Proses utama perkembangan anak merupakan hal

Lebih terperinci

KETIKA ANAK BERTANYA TENTANG SEKS

KETIKA ANAK BERTANYA TENTANG SEKS KETIKA ANAK BERTANYA TENTANG SEKS Oleh ; Sri Maslihah Bunda, darimana asalnya aku? Bagaimana adik bayi keluar dari perut Bunda? Mengapa orang di tv tadi berciuman?. Apa yang harus kita katakan ketika si

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut Papalia et, al (2008) adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI A. KESIAPAN MERAWAT DIRI 1. Pengertian Kesiapan Menurut Yusnawati (2007), kesiapan merupakan suatu kondisi dimana seseorang telah mencapai pada tahapan tertentu atau dikonotasikan

Lebih terperinci

Teori Sigmund Freud. Sejarah hidup, Struktur Kepribadian dan Perkembangan Psikoseksual. Fitriani, S. Psi., MA. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI

Teori Sigmund Freud. Sejarah hidup, Struktur Kepribadian dan Perkembangan Psikoseksual. Fitriani, S. Psi., MA. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Modul ke: 08 Wahidah Fakultas PSIKOLOGI Teori Sigmund Freud Sejarah hidup, Struktur Kepribadian dan Perkembangan Psikoseksual Fitriani, S. Psi., MA. Program Studi PSIKOLOGI Bagian Isi Apa itu Kepribadian?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

Lebih terperinci

Proses Keperawatan pada Remaja dan Dewasa. mira asmirajanti

Proses Keperawatan pada Remaja dan Dewasa. mira asmirajanti Proses Keperawatan pada Remaja dan Dewasa Faktor-faktor yang mempengaruhi Tumbuh Kembang 1. Faktor Genetik. 2. Faktor Eksternal a. Keluarga b. Kelompok teman sebaya c. Pengalaman hidup d. Kesehatan e.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

- SELAMAT MENGERJAKAN -

- SELAMAT MENGERJAKAN - Identitas subyek Usia : Angkatan : Jenis kelamin : PEDOMAN PENGISIAN 1. Isilah identitas di sudut kiri atas dengan jelas. 2. Bacalah dahulu Petunjuk Pengisian pada masing-masing bagian dengan cermat. 3.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Menurut WHO (World

BAB I PENDAHULUAN. antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Menurut WHO (World BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan manusia terbagi menjadi beberapa fase selama rentang kehidupan. Beberapa fase tersebut diantaranya fase bayi, anak-anak, remaja hingga dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. distribusi lemak pada daerah pinggul. Selama ini sebagian masyarakat merasa

BAB I PENDAHULUAN. distribusi lemak pada daerah pinggul. Selama ini sebagian masyarakat merasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa pubertas sebelum memasuki masa reproduksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebahagiaan adalah hal yang selalu ingin dicapai oleh semua orang. Baik yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka ingin dirinya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh berkurangnya ketegangan,

BAB II LANDASAN TEORI. anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh berkurangnya ketegangan, BAB II LANDASAN TEORI II.A. Keharmonisan Keluarga II.A.1. Definisi Keharmonisan Keluarga Menurut Gunarsa (2000) keluarga harmonis adalah bilamana seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh

Lebih terperinci

Ciri-ciri Seks Sekunder pada Masa Remaja

Ciri-ciri Seks Sekunder pada Masa Remaja Ciri-ciri Seks Sekunder pada Masa Remaja Wanita 1. Tumbuh rambut pubik atau bulu kapok di sekitar kemaluan dan ketiak. 2. Bertambah besar buah dada. 3. Bertambah besarnya pinggul. Pria 1. Tumbuh rambut

Lebih terperinci

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : Yustina Permanawati F 100 050 056 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aisha Nadya, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aisha Nadya, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dikenal sebagai salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia yang memiliki beberapa keunikan tersendiri. Keunikan tersebut bersumber dari kedudukan

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Fisik dan Kognitif Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik dan psikologi. Masa remaja yakni antara usia 10-19 tahun, masa ini juga disebut suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan merupakan proses yang terjadi secara terus menerus dan berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan yang dialami

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya

BAB I PENDAHULUAN. mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, di mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas, dan terjadi

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAB II PERTUMBUHAN & PERKEMBANGAN Pertumbuhan Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yaitu, peningkatan ukuran dan struktur. Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang sangat penting dan krisis sehingga memerlukan dukungan serta pengarahan yang positif dari keluarganya yang tampak pada pola asuh yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Remaja a. Pengertian Remaja Remaja adalah masa di mana individu mengalami perkembangan semua aspek dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Peralihan dari masa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada hakekatnya manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat lepas berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk berkomunikasi atau bergaul dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai aktifitas salah satunya adalah belajar. Seseorang yang dikatakan remaja berada dalam usia 10 tahun sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertama dalam berpacaran. Dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis remaja

BAB I PENDAHULUAN. pertama dalam berpacaran. Dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu periode perubahan dalam hubungan sosial, yang ditandai dengan perkembangan minat terhadap lawan jenis atau pengalaman pertama dalam

Lebih terperinci

Rentang Perkembangan Manusia UMBY

Rentang Perkembangan Manusia UMBY Rentang Perkembangan Manusia UMBY 1. Infancy & Early Childhood (masa bayi dan kanak-kanak awal) Belajar berjalan, mengambil makanan padat Belajar bicara Belajar mengontrol eliminasi (urin & fekal) Belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini terjadi perubahan dan perkembangan yang cepat baik fisik, mental, dan psikososial

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Diet 1. Pengertian Perilaku Diet Perilaku diet adalah pengurangan kalori untuk mengurangai berat badan (Kim & Lennon, 2006). Demikian pula Hawks (2008) mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman membawa masalah seks tidak lagi tabu untuk dibahas dan diperbincangkan oleh masyarakat khusunya di kalangan remaja. Hal tersebut terjadi akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang . BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata pacaran sudah sangat biasa ditelinga masyarakat luas saat ini. Bahkan dari dulu pun pacaran sudah bisa dikatakan sebagai budaya mulai remaja sampai orang dewasa.

Lebih terperinci