MADURANCH JURNAL ILMU-ILMU PETERNAKAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MADURANCH JURNAL ILMU-ILMU PETERNAKAN"

Transkripsi

1

2 Vol. 2 No. 2, Agustus 2017 ISSN : MADURANCH JURNAL ILMU-ILMU PETERNAKAN Terbit 2 kali setahun (Agustus dan Februari) Ketua Redaksi Nurul Hidayati Sekretaris Redaksi Bambang Kurnadi Redaksi Pelaksana Riszqina Malikah Umar Joko Purdiyanto Suparno Desi Kurniati Agustina Mitra Bestari Syarif Imam Hidayat (UPN. Veteran Jatim) Sudiyarto (UPN. Veteran Jatim) Edhy Sudjarwo (Universitas Brawijaya Malang) Puguh Surjowardojo (Universitas Brawijaya Malang) Wehandaka Pancapalaga (Universitas Muhamadiyah Malang) Irma Susanti (Universitas Sulawesi Barat) Sekretariat Selvia Nurlaila Diterbitkan oleh Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Madura Alamat Redaksi Program Studi Peternakan Kampus Universitas Madura Jl. Raya Panglegur KM. 3,5 Pamekasan Madura Telp. (0324) , Fax. (0324) maduranch@gmail.com

3 MADURANCH JURNAL ILMU-ILMU PETERNAKAN Vol. 2 No. 2, Agustus 2017 ISSN : KUALITAS SILASE RUMPUT GAJAH DENGAN BAHAN PENGAWET DEDAK PADI DAN TEPUNG GAPLEK Syafi i dan Riszqina. PENGARUH PENAMBAHAN KALIUM IODAT (KIO 3 ) TERHADAP KADAR IODIUM, KADAR AIR, ph, DAN WARNA KUNING TELUR PADA TELUR ASIN Suryo Pratomo Unggul Yudho, Imam Thohari dan Agus Susilo UJI ORGANOLEPTIK TERHADAP BERBAGAI BAHAN DASAR NUGGET Selvia Nurlaila, Desi Maharani Agustini, dan Joko Purdiyanto.. RESPON PERTUMBUHAN PEMBENIHAN PADI (ORYZA SATIVA L.) VARIETAS CIHERANG DENGAN MEDIA SLURRY BIOGAS PADAT Moh. Zali. MARJIN PEMASARAN PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR YANG MENGGUNAKAN PAKAN PRODUKSI PABRIK SKALA KECIL DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG Susanti I.S, N. Ali, dan St. Rohani HUBUNGAN NEGARA-PASAR DAN MASYARAKAT DALAM PERPEKTIF EKONOMI POLITIK: PENGALAMAN PEMBERDAYAAN PETERNAK SAPI MADURA DAN KEMUNGKINAN PENERAPAN UNTUK PEMBERDAYAAN PETANI Sumartono, Syaifuddin Zuhri, Suparno, Desy Kurniati Agustina, dan Rudy

4 49 KUALITAS SILASE RUMPUT GAJAH DENGAN BAHAN PENGAWET DEDAK PADI DAN TEPUNG GAPLEK Syafi i, 1) dan Riszqina 2) 1) Konsultan Peternakan, Kecamatan Batu Marmar, Kabupaten Pamekasan 2) Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Madura qqhsoeyanto@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) perbedaan kualitas silase dengan bahan pengawet yang berbeda (dedak padi halus da n tepung gaplek) dan (2) seberapa banyak bahan pengawet yang terbaik untuk pembuatan silase rumput gajah serta (3) bahan pengawet manakah yang terbaik. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret hingga April 2016 di Desa Pangereman Kecamatan Batumarmar Kabupaten Pamekasan. Penelitian ini menggunakan metode percobaan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial, jika ada perbedaan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (LSD). Perlakuan yang diberikan yaitu: D0 = rumput gajah 100%, D5 = rumput gajah + dedak padi 5%, D10 = rumput gajah + dedak padi 10%, D15 = rumput gajah + dedak padi 15%, G0 = rumput gajah 100% G5 = rumput gajah + tepung gaplek 5%, G10 = rumput gajah + tepung gaplek 10%, G15 = rumput gajah + tepung gaplek 15%. Masing-masing perlakuan dilakukan 4 kali ulangan. Pengamatan dilakukan pada hari ke 21. Variabel yang diukur adalah kualitas fisik silase rumput gajah meliputi parameter: wangi, rasa, warna, dan tekstur serta kualitas keasaman (ph silase). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh penambahan bahan pengawet dedak padi halus dan tepung gaplek terhadap kualitas fisik wangi, rasa, warna, tekstur serta kualitas ph silase rumput gajah memiliki pengaruh yang tidak nyata (P> 0.05), akan tetapi taraf perlakuan bahan pengawet 0%, 5%, 10%, dan 15% berpengaruh sangat nyata (P< 0,01) terhadap kualitas fisik wangi, rasa, warna, dan tekstur serta kualitas ph silase rumput gajah. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah: (1) Penggunaan bahan pengawet dedak padi tidak berbeda nyata dengan tepung gaplek terhadap kualitas silase rumput gajah (P> 0,05). (2) Taraf perlakuan 0%, 5%, 10%, dan 15% berpengaruh sangat nyata terhadap kualitas silase rumput gajah (P< 0,01). (3) Penggunaan bahan pengawet dedak padi halus dan tepung gaplek pada taraf perlakuan 15% memberikan hasil silase rumput gajah yang terbaik dengan lama pemeraman 21 hari. Kata kunci: Dedak Padi, Silase Rumput Gajah, Tepung Gaplek. PENDAHULUAN Pakan merupakan kebutuhan utama dalam usaha ternak ruminansia. Pemberian pakan bertujuan agar ternak ruminansia dapat memenuhi kebutuhan hidup pokok pertumbuhan, produksi dan reproduksi. Tiga faktor penting dalam kaitan penyedian hijauan bagi ternak ruminansia adalah ketersedian pakan harus dalam jumlah yang cukup, kandungan nutrien pakan baik, dan ketersediaan berkesinambungan sepanjang tahun. Ketersedian hijauan umumnya berfluktuasi mengikuti pola musim, dimana produksi hijauan melimpah di musim hujan dan sebaliknya terbatas dimusim kemarau (Lado, 2007). Agar ketersediaan pakan selalu tersedia sepanjang waktu, maka peternak harus lebih inovatif dalam penyediaan pakan hijauan ternak. Peternak memerlukan inovasi cara penyimpanan bahan pakan segar atau bahan pakan simpan dalam kurun waktu tertentu. Inovasi dapat dilakukan dengan pengawetan hijauan segar (silase) maupun pengawetan hijauan kering (hay), sehingga kesulitan mencari bahan pakan saat musim kemarau sudah tidak lagi menjadi kendala bagi peternak (Yulianto, 2010). Penggunaan bahan pengawet dalam pembuatan silase akan meningkatkan kualitas silase yang baik, untuk itu perlu diupayakan peningkatan kandungan karbohidrat mudah larut pada rumput gajah yang akan dibuat silase. Dedak padi halus dan tepung gaplek memiliki kandungan BETN 48,7% dan 76,3% Hartadi et al., (2005). Kandungan karbohidrat yang mudah dicerna dalam dedak padi halus dan gaplek dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengawet dan diharapkan dapat mengoptimalkan kerja bakteri asam laktat ( Lactobacillus plantarum, Lactob j,.vacilluscasei) untuk memproduksi asam laktat sehingga dapat meningkatkan kualitas silase. Penggunaan tepung gaplek dalam penelitian ini hanya ingin mengetahui kualitas silase rumput gajah jika menggunakan tepung gaplek karena tepung gaplek mempunyai kompetitor sedangkan dedak padi tidak mempunyai kompetitor. MATERI DAN METODE Materi Penelitian

5 50 MADURANCH Vol.2 No. 2 Agustus 2017 Materi penelitian sebagai bahan utama silase adalah rumput gajah. Bahan pengawet dalam penelitian silase terdiri dari dedak padi halus dan tepung gaplek. Alat yang digunakan untuk membuat silase antara lain: 1. Chopper sederhana 2. Silo (kantong plastik ganda), ukuran 60x80 cm 3. Timbangan, merk Xinde dengan ketelitian 0,1 kg 4. Vacuum cleaner portable 5. Tali rapia, untuk mengikat kantong plastik 6. Ph meter Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Pangereman Kecamatan Batumarmar Kabupaten Pamekasan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial. Perlakuan yang digunakan sebanyak 8 perlakuan yaitu sebagai berikut: D0 = rumput gajah 100%. D5 = rumput gajah + dedak padi halus 5%. D10 = rumput gajah + dedak padi halus 10%. D15 = rumput gajah + dedak padi halus 15%. G0 = rumput gajah 100%. G5 = rumput gajah + tepung gaplek 5%. G10 = rumput gajah + tepung gaplek 10%. G15 = rumput gajah + tepung gaplek 15%. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 ulangan, sehingga digunakan sebanyak 32 sampel silo silase. Kontrol (0%) digunakan sebagai pembanding bagi taraf perlakuan untuk dedak padi halus maupun tepung gaplek. Hijauan rumput gajah dicacah kurang lebih 3-5 cm menggunakan mesin chopper sederhana lalu dilayukan selama 12 jam pada ruang terbuka. Masing-masing ulangan terdiri dari rumput gajah seberat 5 kg dan dicampur sampai rata dengan bahan pengawet dedak padi dan tepung gaplek pada level yang berbeda disetiap perlakuan yakni 0%, 5%, 10% dan 15% berdasarkan bahan segar. Bahan silase yang sudah dicampur secara homogen dengan bahan pengawet kemudian dimasukkan kedalam silo (kantong plastik ganda) dan ditekan serta divakum untuk mengeluarkan udara yang masih tersisa dalam kantong silo. Selanjutnya kantong silo diikat rapat menggunakan tali rapia kemudian disimpan (diperam) diruangan dengan suhu ruangan + 32 C pada tempat yang aman selama 21 hari (sesuai dengan pendapat Mannetje (2010) bahwa, proses silase sebenarnya berakhir pada hari ke 21). Pengambilan sampel pada hari ke 21 untuk dianalisis. Variabel yang diamati yaitu wangi, rasa, warna dan tekstur serta keasaman silase. Kesaman silase diukur dengan ph meter. Sampel dianalisis karakteristik wangi, rasa, warna dan tekstur silase dengan menggunakan skor pembobotan mengacu pada Direktorat Pakan Ternak (2012) (Tabel 1). Keasaman silase diukur hasil pengukuran (skala) pada ph meter. Tabulasi data berdasarkan parameter kualitas fisik (wangi, rasa, warna, dan tekstur) serta kualitas keasaman (ph) pada pengamatan hari ke 21. Tabel 1. Nilai Ukur Kualitas Silase Rumput Gajah INDIKATOR BOBOT PENJELASAN NILAI WANGI 25 Wangi seperti buah-buahan dan sedikit asam 25 Bau asam wangi 20 Tidak ada bau 10 Seperti jamur dan kompos bau tidak sedap 0 RASA 25 Manis, sedikit asam seperti yaguort 25 Sedikit asam 20 Tidak ada rasa 10 Tidak sedap 0 WARNA 25 Hijau kekuning-kuningan 25 Coklat agak kehitaman 10 Hitam mendekati warna kompos 0 SENTUHAN 25 Kering tetapi kalau dipegang terasa lembut dan lunak Kandungan airnya terasa sedikit banyak tapi 0 tidak bersih Terasa basah sedikit becek JUMLAH 100 Jumlah wangi + warna + rasa + sentuhan Sumber: Direktorat Pakan Ternak (2012)

6 Syafi i dan Riszqina, Kualitas Silase Rumput Gajah 51 HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Fisik (Wangi) Silase Rumput Gajah Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kualitas fisik wangi silase rumput gajah diperoleh rata-rata skor dari perlakuan D 0%, D 5%, D 10%, D 15%, G 0%, G 5%, G 10%, dan G 15% secara berturut-turut sebesar 10, 22.5, 23.75, 25, 10, 23.75, 23.75, 25. Dalam penelitian ini kualitas fisik wangi silase rumput gajah terbaik diperoleh pada perlakuan D15% dan G15% dengan rata-rata skor tertinggi 25 (Tabel 2 dan Ilustrasi 1). Sandi et al. (2010) menyatakan bahwa silase yang baik memiliki aroma asam dan wangi fermentasi. Hal ini disebabkan karena adanya produksi asam laktat selama proses fermentasi. Wangi asam yang dihasikan oleh silase disebabkan dalam proses pembuatan silase bakteri anaerob aktif bekerja menghasilkan asam organik. Hasil analisis sidik ragam pengaruh penggunaan bahan pengawet dedak padi halus dan tepung gaplek terhadap kualitas wangi silase rumput gajah menunjukkan bahwa antara bahan pengawet dedak padi halus dan tepung gaplek tidak berbeda nyata (P>0.05) dengan probabilitas 0,635, tetapi taraf penambahan bahan pengawet sebanyak 0%, 5%, 10%, dan 15% menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) dengan probabilitas 0,000. Tabel 2. Kualitas Fisik (Wangi) Silase Rumput Gajah. Perlakuan Dedak Gaplek 0% 5% 10% 15% 0% 5% 10% 15% Total Rata-rata 10 a 22,5 b 23,75 b 25 b 10 a 23,75 b 23,75 b 25 b Keterangan: Nilai pada baris yang sama dengan superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P< 0,01) Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 4 Kualitas Wangi Ilustrasi 1. Grafik Kualitas Wangi Guna mengetahui perbedaan yang terjadi pada taraf penambahan bahan pengawet terhadap kualitas wangi silase rumput gajah dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji beda nyata terkecil (LSD). Hasil uji lanjut diperoleh bahwa nilai probabilitas dari masing-masing taraf perlakuan disajikan dalam Tabel 2. Hasil uji beda menunjukkan bahwa: (1) kualitas fisik wangi silase rumput gajah dengan taraf perlakuan 0% berbeda sangat nyata dengan semua taraf perlakuan (P< 0,01) (2) taraf perlakuan 5%, 10%, dan 15% semuanya tidak berpengaruh nyata antara satu dengan yang lain (P> 0,05). Kualitas Fisik (Rasa) Silase Rumput Gajah Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kualitas fisik rasa silase rumput gajah ditunjukkan dengan rata-rata skor parameter rasa, diperoleh rata-rata skor dan disajikan dalam tabel 3 dan ilustrasi 2. Dalam penelitian ini kualitas fisik rasa silase rumput gajah terbaik diperoleh pada perlakuan G15% dengan rata-rata skor tertinggi 25 (Tabel 3 dan Ilustrasi 2). Kurnianingtyas et al., (2012) menyatakan, bahwa karbohidrat mudah larut dalam setiap bahan pengawet mempengaruhi kualitas silase yang dihasilkan.

7 52 MADURANCH, Vol. 2 No. 2 Agustus 2017 Tabel 3. Kualitas Fisik (Rasa) Silase Rumput Gajah. Perlakuan Dedak Gaplek 0% 5% 10% 15% 0% 5% 10% 15% Total Rata-rata 10 a 20 b 20 b 22,5 c 10 a 20 b 21,25 b 25 c Keterangan: Nilai pada baris yang sama dengan superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P< 0,01). Taraf perlakuan G15% merupakan salah satu hasil terbaik pada pengamatan kualitas fisik rasa hal ini dikarenakan gaplek mengandung pati. Safarina (2009) menyatakan, bahwa selama proses ensilase pati yang terkandung di dalam tepung gaplek diubah menjadi gula melalui proses sakarisasi sebelum proses fermentasi sehingga mempengaruhi kualitas silase Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 4 Kualitas Rasa Ilustrasi 2. Grafik Kualitas Rasa Hasil analisis sidik ragam pengaruh penggunaan bahan pengawet dedak padi halus dan tepung gaplek terhadap kualitas rasa silase rumput gajah menunjukkan bahwa antara bahan pengawet dedak padi halus dan tepung gaplek tidak berbeda nyata (P>0.05) dengan probabilitas 0,061, tetapi taraf penambahan bahan pengawet sebanyak 0%, 5%, 10%, dan 15% menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) dengan probabilitas 0,000. Guna mengetahui perbedaan yang terjadi pada taraf penambahan bahan pengawet terhadap kualitas rasa silase rumput gajah dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji beda nyata terkecil (LSD). Hasil uji beda menunjukkan bahwa: (1) taraf perlakuan 5% tidak berpengaruh nyata dengan taraf perlakuan 10% (P> 0,05), teta pi dengan taraf perlakuan 15% berpengaruh sangat nyata (P< 0,01) (2) taraf perlakuan 15% berpengaruh sangat nyata dengan semua taraf perlakuan yang lain (P< 0,01). Kualitas Fisik (Warna) Silase Rumput Gajah Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kualitas fisik warna silase rumput ditunjukkan dengan rata-rata skor parameter warna, diperoleh rata-rata skor dan disajikan dalam tabel 4 dan ilustrasi 3. Dalam penelitian ini kualitas fisik warna silase rumput gajah terbaik diperoleh pada perlakuan D15% dan G15% dengan rata-rata skor tertinggi 25 (Tabel 4 dan Ilustrasi 3). Kartadisastra (1997) juga berpendapat bahwa silase berkualitas baik yaitu mempunyai tekstur segar, berwarna kehijau-hijauan, tidak berbau busuk, disukai ternak, tidak berjamur, dan tidak menggumpal. Tabel 4. Kualitas Fisik (Warna) Silase Rumput Gajah. Perlakuan Dedak Gaplek 0% 5% 10% 15% 0% 5% 10% 15% Total Rata-rata 10 a 17,5 b 21,25 bc 25 c 10 a 21,25 b 25 bc 25 c Keterangan: Nilai pada baris yang sama dengan superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P< 0,01).

8 Syafi i dan Riszqina, Kualitas Silase Rumput Gajah Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 4 Kualitas Warna Ilustrasi 3. Garfik Kualitas Warna Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa antara bahan pengawet dedak padi halus dan tepung gaplek tidak berbeda nyata (P>0.05) dengan probabilitas 0,284, tetapi taraf penambahan bahan pengawet sebanyak 0%, 5%, 10%, dan 15% menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) dengan probabilitas 0,000. Hasil uji lanjut dengan LSD diperoleh bahwa (1) Kualitas fisik warna silase rumput gajah dengan taraf perlakuan 0% berbeda sangat nyata dengan semua taraf perlakuan (P< 0,01). (2) taraf perlakuan 5% tidak berpengaruh nyata dengan taraf perlakuan 10% (P> 0,05), tetapi dengan taraf perlakuan 15% berpengaruh nyata (P< 0,05). (3) taraf perlakuan 10% tidak berpengaruh sangat nyata dengan taraf perlakuan 5% dan 15% (P> 0,05). Kualitas Fisik (Tekstur) Silase Rumput Gajah Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kualitas fisik tekstur silase rumput gajah ditunjukkan dengan rata-rata skor parameter tekstur, diperoleh rata-rata skor dan disajikan dalam tabel 5 dan ilustrasi 4. Dalam penelitian ini kualitas fisik tekstur silase rumput gajah terbaik diperoleh pada perlakuan D15% dan G15% dengan rata-rata skor tertinggi 25 (Tabel 5 dan Ilustrasi 4). Despal et al. (2011) menambahkan bahwa silase yang diberi bahan pengawet (dedak padi dan tepung gaplek) mempunyai tekstur utuh, halus dan tidak berlendir. Tabel 5. Kualitas Fisik (Tekstur) Silase Rumput Gajah. Perlakuan Dedak Gaplek 0% 5% 10% 15% 0% 5% 10% 15% Total Rata-rata 20 a 22,5 b 23,75 b 25 b 20 a 23,75 b 23,75 b 25 b Keterangan: Nilai pada baris yang sama dengan superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P< 0,01) Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 4 Kualitas Tekstur Ilustrasi 4. Grafik Kualitas Tekstur

9 54 MADURANCH Vol. 2 No. 2 Agustus 2017 Hasil analisis penggunaan bahan pengawet dedak padi halus dan tepung gaplek terhadap kualitas tekstur silase rumput gajah tidak berbeda nyata (P>0.05) dengan probabilitas 0,635, tetapi taraf penambahan bahan pengawet sebanyak 5%, 10%, dan 15% menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) terhadap kualitas fisik tekstur rumput gajah dengan probabilitas 0,000. uji beda menunjukkan bahwa: (1) Kualitas fisik tekstur silase rumput gajah dengan taraf perlakuan 0% berbeda sangat nyata dengan semua taraf perlakuan (P< 0,01) (2) taraf perlakuan 5%, 10%, dan 15% semuanya tidak berpengaruh nyata dengan P=0,503, P=0,053 dan P=0,187). Kualitas ph Silase Rumput Gajah Hasil pengamatan terhadap ph silase rumput gajah diperoleh rata-rata nilai ph dan disajikan dalam tabel 6 dan ilustrasi 5. Nilai ph silase rumput gajah memiliki kisaran nilai rata-rata ph antara 5 5,875. Semakin rendah nilai ph akan memberikan kualitas silase rumput gajah semakin baik. Kualitas ph silase terbaik diperoleh pada perlakuan D15% dan G15% dengan rata-rata nilai ph terendah 5, sehingga tergolong dalam silase yang cukup baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Haustein et al., (2003) menyatakan bahwa silase yang ber-ph kurang dari 4,2 maka silase tersebut berkualitas baik sedangkan silase yang ber-ph antara 4,5-5,2 maka silase tersebut berkualitas cukup baik. Penambahan dedak padi dan tepung gaplek pada proses ensilase rumput gajah mampu memberikan kondisi yang layak bagi perkembangan bakteri pembentuk asam laktat sehingga ph menjadi cepat turun. Pada pengamatan hari ke 21 menunjukkan bahwa penambahan dedak padi 15% dan tepung gaplek 15% menunjukkan nilai ph yang lebih rendah dengan taraf perlakuan penambahan dedak padi dan tepung gaplek sebesar 5% dan 10%. Perry et al. (2003) men yatakan bahwa, penambahan bahan kaya akan karbohidrat dapat mempercepat penurunan ph silase karena karbohidrat merupakan energi bagi bakteri pembentuk asam laktat. Tabel 6. Kualitas ph Silase Rumput Gajah. Perlakuan Dedak Gaplek 0% 5% 10% 15% 0% 5% 10% 15% Total 23, , ,5 20,5 20,5 20 Rata-rata 5,875 a 5,25 b 5,125 b 5 b 5,875 a 5,125 b 5,125 b 5 b Keterangan: Nilai pada baris yang sama dengan superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P< 0,01) Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 4 Kualtas ph Ilustrasi 5. Grafik Kualitas ph Hasil analisis penggunaan bahan pengawet dedak padi halus dan tepung gaplek terhadap kualitas ph silase rumput gajah tidak berbeda nyata (P>0.05) dengan probabilitas 0,695, tetapi taraf penambahan bahan pengawet sebanyak 0%, 5%, 10%, dan 15% menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) terhadap kualitas ph rumput gajah dengan probabilitas 0,000.

10 Syafi i dan Riszqina, Kualitas Silase Rumput Gajah.55 Hasil uji beda menunjukkan bahwa: (1) kualitas fisik tekstur silase rumput gajah dengan taraf perlakuan 0% berbeda sangat nyata dengan semua taraf perlakuan (P< 0,01). (2) taraf perlakuan 5%, 10%, dan 15% semuanya tidak berpengaruh nyata (P> 0,05), yaitu dengan nilai probabilitas P=0,579; P=0,105 dan P=0,272. Pengaruh Bahan Pengawet Dedak Padi Halus Dan Tepung Gaplek Terhadap Kualitas Silase Rumput Gajah Bahan pengawet dedak padi halus dan tepung gaplek terhadap kualitas silase rumput gajah tidak berpengaruh nyata (P> 0,05) dengan nilai probabilitas ditunjukkan dalam Tabel 7. Menurut Hermanto (2011) produksi asam laktat telah berhenti pada hari ke 21 dengan adanya penurunan ph silase, sehingga menghambat bakteri pembusuk berkembang. Penggunaan bahan pengawet dedak padi halus dan tepung gaplek jika ditinjau dari segi ekonomi, maka bahan pengawet dedak padi halus lebih ekonomis dari pada penggunaan bahan pengawet tepung gaplek karena dedak padi halus harganya lebih murah dan lebih melimpah ketersediaanya sedangkan tepung gaplek selain harganya yang mahal juga mempunyai kompetitor. Tabel 7. Probabilitas Bahan Pengawet Dedak Padi Halus Dan Tepung Gaplek Kualitas Probabilitas Bahan Pengawet Wangi 0,635 Rasa 0,061 Warna 0,284 Tekstur 0,635 ph 0,695 Pengaruh Taraf Penggunaan Dedak Padi Halus Dan Tepung Gaplek Terhadap Kualitas Silase Rumput Gajah Kualitas silase rumput gajah berbahan pengawet dedak padi halus dan tepung gaplek dengan taraf perlakuan 0%, 5%, 10%, dan 15%, diperolah total rata-rata skor dari parameter wangi, rasa, warna, tekstur dan ph (Tabel. 8). Tabel 8. Total Rata-Rata Keseluruhan Kualitas Silase Rumput Gajah Perlakuan Dedak Gaplek 0% 5% 10% 15% 0% 5% 10% 15% Wangi 10 22,5 23, ,75 23,75 25 Rasa , ,25 25 Warna 10 17,5 21, , Tekstur 20 22,5 23, ,75 23,75 25 Total 50 82,5 88,75 97, ,75 93, ph 5,875 5,25 5, ,875 5,125 5,125 5 Taraf perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap kualitas silase rumput gajah (P<0,01) dengan nilai probabilitas 0,000. Berdasarkan total skor rata-rata diperoleh bahwa, taraf perlakuan 15% merupakan taraf perlakuan dengan skor tertinggi atau skor terbaik dari total keseluruhan kualitas fisik wangi, rasa, warna, dan tekstur., sedangkan taraf perlakuan 15% terhadap kualitas ph silase rumput gajah terbaik ditentukan dari total nilai ph terendah yaitu 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil pengamatan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh penambahan bahan pengawet dedak padi halus dan tepung gaplek terhadap kualitas silase rumput gajah memiliki pengaruh yang tidak nyata (P>0.05). akan tetapi taraf perlakuan bahan pengawet 0%, 5%, 10%, dan 15% berpengaruh sangat nyata terhadap kualitas silase rumput gajah. 2. Penggunaan bahan pengawet dedak padi halus dan tepung gaplek pada taraf perlakuan 15% memberikan hasil silase rumput gajah yang terbaik dengan lama pemeraman 21 hari.

11 56 MADURANCH Vol. 2 No. 2 Agustus Dedak padi halus merupakan bahan pengawet silase rumput gajah yang lebih ekonomis dibandingkan dengan tepung gaplek. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disarankan bahwa untuk mendapatkan kualitas silase rumput gajah terbaik maka bahan pengawet yang digunakan sebaiknya menggunakan dedak padi halus dengan taraf perlakuan 15% dan lama pemeraman selama 21 hari. DAFTAR PUSTAKA Ali, A Degradasi Zat Makanan Dalam Rumen Dari Bahan Makanan Berkadar Serat Kasar Tinggi Yang Diamoniasi Urea. Jurnal Peternakan Vol. 2 nomor 1. Fakultas Peternakan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Kampus II Raja Ali Haji. Pekanbaru. Ardiansyah, M Kajian Masa Simpan dan Kualitas Dedak Sebagai Bagian dalam Prosedur Penanganan Bahan Baku Pakan. Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna. LIPI Subang. Bureenok, S., T. Namihira, S. Mizumachi, Y. Kawamoto, dan T. Nakada The Effect of Epiphytic Lactic Acid Bacteria With or Without Different by Product From Defatted Rice Bran and Green Tea Waste on Napiergrass (Pennisetum purpureum Shumach) Silage Fermentation. J. Sci. Food Agric. 86: Despal, I. G., Permana, S. N. Safarina dan A. J. Tatra Penggunaan berbagai sumber karbohidrat terlarut air untuk meningkatkan kualitas silase daun Rami. Direktorat Pakan Ternak Pedoman Umum Pengembangan Lumbung Pakan Ruminansia. Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Direktorat Pakan Ternak Silase. Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Elferink, S.J.W.H.O., Driehuis, F., Gottschal, J.C., dan Spoelstra, S.F Silage Fermentation Processes and Their Manipulation. Netherlands : Food Agriculture Organization Press. Gonggo, B. M., Hermawan, B., and Anggraeni, D Pengaruh jenis tanaman penutup dan pengolakan tanah terhadap sifat fisika tanah pada lahan alang-alang. Jurnal ilmu-ilmu pertanian Indonesia. Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo, dan A.D.Tillman Tabel KomposisiPakanuntuk Indonesia. Cetakan ke IV Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Haustein, Stefan and Morik, Katharina and Pleumann, Jörg The InfoLayer - ASimple Knowledge Management System Put to Use in Academica. In I- Know-03, Springer. Hermanto, Ensilase. peternakan.blogspot.com/ 2011/03/ensilase.html. 20 Mei Kartadisastra, H. R Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia (Sapi, Kerbau, Domba, Kambing). Kanisius, Yogyakarta. Kurnianingtyas, I. B., Pandansari, P. R., Astuti, I., Widyawati, S. D., dan Suprayogi, W. P. S Pengaruh Macam Akselerator Terhadap Kualitas Fisik, Kimiawi, dan Biologis Silase Rumput Kolonjono. Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami 36 A, Surakarta Lado, L Evaluasi Kualitas Silase Rumput Sudan (Sorghum Sudanense) Pada Penambahan Berbagai Macam Aditif Karbohidrat Mudah Larut. Tesis. Pascasarjana Program Studi Ilmu Peternakan. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mannetje, L Silage For Animal Feed. Encyclopedia Of Life Support System (EOLSS), Biotecnology VIII: Mugiawati, R.E Kadar Air dan ph Silase Rumput Gajah pada Hari ke-21 dengan Penambahan Jenis Additive dan Bakteri Asam Laktat. Jurnal Ternak Ilmiah. 1 (1): Murni, R., Suparjo, Akmal, dan B. L. Ginting Buku Ajar Teknologi Pemanfaatan Limbah Untuk Pakan. Laboratorium Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Jambi. Jambi. Okaraonye, C. C., and Ikewuchi, J.C Nutritional and antinutritional components of Pennisetum purpureum Schumach. Pakistan journal of nutritional. Oramahi HA Penyaksit Simpanan pada Gaplek yang Disebebkan oleh Aspergillus flavus. Disertasi. Universitas Gadjah Mada. Ratnakomala, S., Ridwan, R., Kartina, G., dan Widyastuti, Y Pengaruh Inokulum Lactobacillus plantarim 1A-2 dan 1B-L terhadap kualitas Silase Rumput Gajah

12 (Pennisetum purpureum). Biodiversitas. 7 (2): Ridwan, R, S. Ratnakomala, Kartina, G dan Widyastuti, Y., Pengaruh Penambahan Dedak Padi dan Lactobacillus planlarum lbl-2 dalam Pembuatan Silase Rumput Gajah ( Pennisetum purpureum). Media Peternakan. 28 (3): Sanderson, M. A. and R. A., Paul Perennial forages as second generation bioenergy crops. International Journal of Molecular Sciences. Sandi, S., E. B. Laconi, A. Sudarman, K. G. Wiryawan dan D. Mangundjaja Kualitas nutrisi silase berbahan baku singkong yang diberi enzim cairan rumen sapi dan Leuconostoc mesenteroides. Media Peternakan. 33: Santoso, Budi. Hariadi, B, Tj. H. Manik. H. Abubakar Pengaruh Penambahan Bakteri Asam Laktat Yang Dipreparasi Dari Ekstrak Rumput Terfermentasi Terhadap Kualitas Silase Rumput Raja Dan Benggala. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Sirait, J.,N.D. Purwantari dan K. Simanihuruk Produksi dan Serapan Nitrogen Rumput pada Naungan dan Pemupukan yang Berbeda. JITV 10: Stefani, J. W. H., F. Driehuis, J. C. Gottschal, and S. F. Spoelstra Silage fermentation processes and their manipulation: Electronic conference on tropical silage. Food agriculture organization. Sudarmono, A.S. dan Sugeng, Y.B Sapi Potong Edisi Revisi. Semarang: Penebar Swadaya. Winarno, F. G Teknologi Pangan.: Mbrio Press.Bogor. Yulianto, P. dan Saparinto, C Pembesaran Sapi Potong Secara Intensif. Penebar Swadaya. Depok. Syafi i dan Riszqina, Kualitas Silase Rumput Gajah 57

13 58 MADURANCH Vol. 2 No. 2 Agustus 2017

14 PENGARUH PENAMBAHAN KALIUM IODAT (KIO 3 ) TERHADAP KADAR IODIUM, KADAR AIR, ph, DAN WARNA KUNING TELUR PADA TELUR ASIN Suryo Pratomo Unggul Yudho 1), Imam Thohari 2) and Agus Susilo 2) 1) Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya 2) Dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya suryopratomounggul@gmail.com Abstract The purpose of this research was to find the cocentration of potassium iodate (KIO 3 ) on salted yolk eggs characteristics iodium content, moisture content, ph, and colour. The material that used in this research were duck eggs, salt, potassium iodate (KIO 3 ), bricks powder, and water. The method used experiment research using Completely Randomized Design (CRD) with 5 treatments and 3 replications. The concentration of potassium iodate (KIO 3 ) addition that used as treatments were P0 (0ppm), P1 (500ppm), P2 (1000ppm), P3 (1500ppm), and P4 (2000ppm). Data were acquired and processed using Microsoft Excel, then were analyzed with analysis of variance (ANOVA), there were signifcant ly influence continued by Duncan s Multiple Range Test (DMRT). Result of this research showed that there was no iodium that was detected in salted yolk eggs ini any treatments, concentration of potassium iodate (KIO 3 ) give a significant effect (P<0.01) on colour intensity b* (yellowness), significant (P<0.05) on colour intensity a* (redness), but didn t give different effect (P>0.05) on moisture content, ph, and colour intensity L* (lightness) of salted yolk eggs. The conclusion is adding of potassium iodate (KIO 3 ) on salted yolk eggs showed didn t give a efficient result because there was no iodium that was detected in salted yolk eggs. Based on the research results, there should be more research on the quality of salted egg that gets the addition of potassium iodate (KIO3) with the different test methods and different media of dough salted eggs dressing. Keywords: Potassium iodate (KIO 3 ), salted yolk eggs, iodium content, water content. 59 PENDAHULUAN Peningkatan nilai gizi telur itik dapat dilakukan dengan salah satu caranya yaitu fortifikasi iodium ke dalam telur asin. Iodium yang digunakan dalam bentuk KIO 3 karena lebih stabil dibanding dengan KI. Telur asin merupakan makanan yang dapat difortifikasi iodium juga karena dalam proses pembuatannya terdapat proses pengasinan dengan ditambahkannya garam dan komponen lainnya seperti abu gosok, bata merah, dan sebagainya. Masuknya iodium ke dalam kuning telur asin melalui proses difusi yang menyebabkan keluarnya air dari kuning telur ke luar kerabang telur melelui pori-pori. Hilangnya air (H 2 0) akan menyebabkan perubahan ph, selain itu perubahan kadar air juga akan mengakibatkan perubahan intensitas warna kuning telur. Penelitian tentang fortifikasi telur asin dengan penambahan kalium iodat (KIO 3 ) pada proses pembuatannya perlu dilakukan berdasarkan uraian di atas. Parameter yang diamati adalah kadar iodium, kadar air, ph, dan intensitas warna pada kuning telur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan iodium terhadap kadar iodium, kadar air, ph, dan intensitas warna pada kuning telur asin dan mengetahui konsentrasi penambahan iodium yang menunjukkan perlakuan terbaik dalam parameter kadar iodium, kadar air, ph, dan intensitas warna pada kuning telur asin. MATERI DAN METODE Materi dalam penelitian ini adalah telur itik yang diolah menjadi telur asin dengan pengasinan secara kering. Telur yang digunakan didapatkan dari peternakan itik petelur yang berada di Desa Jedong, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang. Jumlah telur yang digunakan sebanyak 105 butir dengan berat rata-rata gram. Pengasinan dilakukan dengan pemeraman menggunakan serbuk batu bata, garam, dan penambahan iodium. Garam diperoleh di Pasar Blimbing, Kota Malang, sedangkan untuk iodium diperoleh di toko bahan kimia di Kota Malang. Peralatan yang digunakan dalam pembuatan telur asin antara lain baskom, amplas, gelas ukur, kertas label, timbangan, kompor dan panci. Peralatan untuk analisis adalah labu erlenmeyer, labu ukur, buret, klem dan statif, pengaduk, timbangan analitik, pipet ukur, kertas

15 60 MADURANCH Vol. 2 No. 2 Agustus 2017 saring, separatory funnel, cawan porselen, oven, desikator, penjepit, ph meter digital, beaker glass dan pipet tetes. Metode penelitian yang digunakan adalah percobaan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan diulang 3 kali. Perlakuan penambahan KIO 3 pada adonan pembuatan telur asin mengacu pada penelitian sebelumnya yakni sebesar 1500 ppm (Novitriani dan Sucianawati, 2014). P 0 = Telur asin tanpa penambahan KIO 3 P 1 = Telur asin dengan penambahan KIO ppm P 2 = Telur asin dengan penambahan KIO ppm P 3 = Telur asin dengan penambahan KIO ppm P 4 = Telur asin dengan penambahan KIO ppm Variabel Penelitian Variabel penelitian meliputi: uji konsentrasi iodium menggunakan metode titrasi iodometri (Akhirudin, 2011), uji kadar air menggunakan metode thermogravimetri (Sudarmaji, 2010), uji ph menggunakan alat uji ph meter (Septiani, dkk., 2013) dan uji intensitas warna kuning telur menggunakan alat uji Colour reader C10 merk Kinoca Minolta Sensing Inc. (Siregar, dkk., 2006). Analisis Data Data hasil penelitian dianalisis statistik menggunakan sidik ragam (ANOVA) dan selanjutnya jika perlakuan menunjukkan pengaruh yang nyata, maka akan dilanjutkan Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD). HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Penambahan Kalium Iodat (KIO 3 ) terhadap Kadar Iodium, Kadar Air, ph, dan Intensitas Warna Kuning Telur Asin. Pengaruh penambahan kalium iodat (KIO 3 ) terhadap kualitas kuning telur asin ditinjau dari kadar iodium, kadar air, ph, dan intensitas warna kuning telur asin. Data pada Tabel 1. Menunjukkan pengaruh penambahan kalium iodat (KIO 3 ) dengan kadar yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap kadar air, ph dan intensitas warna L (lightness) kuning telur asin, menunujukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) pada intensitas warna a* ( redness) kuning telur asin, dan menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) pada intensitas warna b* ( yellowness) kuning telur asin. Tabel 1. Rata-rata kadar iodium, kadar air, ph, dan intensitas warna (L, a*(*), dan b*(**)) kuning telur asin. Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 Rata-rata kadar iodium (ppm) kuning telur asin + SD Tidak Terdeteksi Tidak Terdeteksi Tidak Terdeteksi Tidak Terdeteksi Tidak Terdeteksi Rata-rata kadar air (%) kuning telur asin + SD Rata-rata ph kuning telur asin + SD Rata-rata intensitas warna L kuning telur asin + SD Rata-rata intensitas warna a* kuning telur asin + SD Rata-rata intensitas warna b* kuning telur asin + SD 30,41 + 1, ,09 50,00 + 2,52 27,47 + 1,08 a 32,33 + 1,42 a 26,60 + 2,62 ab 25,17 + 1,35 ab 28,37 + 2,40 6,14 + 0,10 45,53 + 1,43 24,93 + 2,49 ab 27,14 + 2,44 6,26 + 0,14 44,97 + 3,65 23,50 + 1,13 ab 26,81 + 2,52 6,15 + 0,11 45,87 + 1,86 25,87 + 2,53 b 29,47 + 1,97 b 29,11 + 1,65 6,17 + 0,10 46,10 + 3,59 27,63 + 2,72 b 30,80 + 1,08 b Pengaruh Penambahan Kalium Iodat (KIO 3 ) terhadap Kadar Iodium pada Kuning Telur Asin Hasil analisis kadar iodium pada kuning telur asin dengan penambahan kalium iodat (KIO 3 ) dengan konsentrasi yang berbeda menunjukkan tidak adanya iodium yang terkandung dalam kuning telur asin dengan perlakuan manapun. Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

16 Suryo Pratomo, Pengaruh Penambahan Kalium Iodat 61 Novitriani dan Sucianawati (2014). Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan iodium tidak dapat masuk ke dalam kuning telur. Salah satu penyebab tidak adanya iodium dalam telur asin ini adalah pengaruh dari pemanasan pada saat pengukusan telur asin. Cahyadi (2006) menjelaskan dalam penelitiannya yang meneliti hilangnya iodat dan spesiasi iodium yang dipengaruhi oleh penambahan garam penambahan iodium dengan waktu yang berbeda yaitu saat sebelum dilakukan proses pemasakan makanan, pada saat proses pemasakan makanan dan pada saat masakan siap disajikan. Hasil yang diperoleh yaitu angka hilangnya iodat yang tertinggi adalah pada saat penambahan sebelum pemasakan yaitu sebesar 61,90% sampai dengan 68,20% maka dari itu pada penelitian tersebut dijelaskan bahwa terjadinya penguraian tersebut memeperlihatkan adanya pengaruh yang nyata antara suhu dan lama pemasakan dengan kestabilan iodat. Dahro (1996) juga menjelaskan bahwa pengukusan, perebusan dan penumisan menyebabkan kerusakan kadar iodat dengan tingkat yang berbeda, pengolahan makanan yang cenderung lama juga menyebabkan penurunan kadar iodium. Penyebab lain yang dimungkinkan adalah lama penyimpanan, karena proses pemeraman telur asin ini belangsung selama 14 hari dalam suhu ruang memungkinkan iodium hilang pada saat proses pemeraman. Cahyadi (2008) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa kestabilan iodat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu suhu, kelembaban, lama penyimpanan, cahaya, jenis pengemasan, kandungan air, dan adanya zat antitiroid dalam pangan. Kemungkinan lainnya berasal dari metode yang digunakan dalam analisis kadar iodium dalam kuning telur asin yaitu menggunakan titrasi iodometri. Cahyadi (2006) menjelaskan bahwa penelitian analisis kadar iodium yang mengunakan metode iodometri menghasilkan pegurangan kadar iodium mencapai 100% sedangkan penelitian yang menggunakan metode analisis X-ray Flourescene (XRF) dan kolorimeter menghasilkan kadar iodat tidak mengalami kerusakan. Perbedaan ini disebabkan karena pada teknik analisi iodometri adalah menganalisis iodium dalam bentuk iodat saja sedangkan dengan menggunakan teknik XRF dapat menganalisi iodium total dalam semua bentuk senyawa iodium. Kemungkinan yang terakhir faktor yang menyebabkan tidak adanya iodium dalam kuning telur asin ini adalah media yang digunakan sebagai adonan pembalut telur yatu batu bata merah. Puspitasari (2014) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa ada perbedaan kadar iodium dalam telur asin yang menggunakan media batu merah dengan telur asin yang menggunakan media abu gosok. Hal ini disebabkan karena partikel abu gosok memiliki ukuran yang kecil sehingga dapat mengikat banyak ion ion iodium dalam garam dan memungkinkan kontak dengan kulit telur. Dengan adaya kontak antara partikel abu gosok yang mengikat ion-ion iodium ini memungkinkan iodium terdifusi ke dalam telur melalui pori-pori kerabang telur. Sedangkan telur asin yang menggunakan batu bata merah memiliki kadar iodium yang lebih rendah, hal ini disebabkan karena batu bata merah memiliki daya ikat air yang rendah sehingga iodium yang terlarut dalam air akan menguap dan terbuang keluar bersam air yang tidak terikat oleh partikel batu bata merah. Pengaruh Penambahan Kalium Iodat (KIO 3 ) terhadap Kadar Air pada Kuning Telur Asin P0 P1 P2 P3 P Gambar 1. Grafik nilai rata-rata kadar air pada kuning telur asin Hasil analisa kadar air kuning telur asin yang diberi penambahan kalium iodat (KIO 3 ) dengan konsentrasi yang berbeda menghasilkan kadar air dengan urutan yang terkecil dimulai dari P3 (1500 ppm) sebesar 26,81 + 2,52% P2 (1000 ppm) sebesar 27,14 + 2,44% P1 (500 ppm) sebesar 28,37 + 2,40% P4 (2000 ppm) sebesar 29,11 + 1,65% dan yang terbesar pada P0 (0 ppm) sebesar 30,41+ 1,09%. Hasil analisis ragam menunjukan bahwa penambahan iodium (KIO 3 ) dengan konsentrasi yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap kadar air kuning telur asin. Berdasaran

17 62 MADURANCH Vol. 2 No. 2 Agustus 2017 penelitian dari Wulandari (2004) kadar air kuning telur hasil penggaraman lebih rendah dibandingkan telur segar dimana kuning telur segar memiliki kadar air sebesar 47,5% sedangkan kadar air kuning tekur hasil penggaraman berkisar antara 31,23% sampai dengan 38,14% dan penurunan kadar air kuning telur ini tidak nyata dipengaruhi oleh lama perendaman, lama penyimpanan dan interaksi keduanya. Stadelman dan Cotteril (1973) menjelaskan penyebab dari penurunan kadar air kuning telur asin ini adalah karena interaksi antara molekul-molekul air dengan kelompok hidrofilik dari protein dicegah oleh garam, sehingga dihasilkan air bebas masuk ke putih telur. Ganasen dan Benjakul (2010) menjelaskan tentang proses hilangnya air dari kuning telur selama pengasinan terjadi karena air berpindah dari kuning telur ke putih telur lalu menuju ke lingkaran luar melalui pori-pori. Proses pemanasan juga mempengaruhi kadar air telur asin, pemanasan menyebabkan terjadinya proses perubahan komponen telur dari cair (sol) menjadi semi padat (gel) yang disebut porses koagulasi. Koagulasi terjadi karena adanya pengurangan kadar air pada telur asin (Oktaviani, Kariadi dan Utami, 2012). Kaewmanee (2010) menjelaskan bahwa perbedaan tekanan osmosis antara putih telur, kuning telur dan media pengasinan menyebabkan penurunan kadar air selama pengasinan. Perpindahan air dari kuning telur ke putih telur, kemudian menuju lingkungan luar telur melalui kerabang telur. Pengaruh Penambahan Kalium Iodat (KIO 3 ) terhadap ph pada Kuning Telur Asin P0 P1 P2 P3 P4 Gambar 2. Grafik nilai rata-rata ph pada kuning telur asin Hasil analisa telur asin yang diberi penambahan kalium iodat (KIO 3 ) dengan konsentrasi yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap ph kuning telur asin yang diuji dengan analisis ragam. Rata rata nilai ph dari P0 sampai dengan P4 berkisar antara 6,14 6,26. Penambahan iodium (KIO 3 ) dengan konsetrasi yang berbeda menghasilkan nilai ph kuning telur yang cenderung stabil. Nilai ph yang terendah terdapat pada P1 dengan penambahan iodium (KIO 3 ) dengan konsentrasi sebesar 500 ppm yaitu 6,14 + 0,10, sedangkan untuk nilai ph yang tertinggi terdapat pada P2 dengan penambahan iodium (KIO 3 ) sebesar 1000 ppm dengan nilai ph sebesar 6,26 + 0,14. Fajarika (2014) menjelaskan bahwa penyebab terjadinya perubahan ph ini adalah karena hilangnya CO2 selam proses pemeraman dan aktifitas enzim proteolitik yang merusak membran vitelin sehingga menjadi lemah dan menyebabkan perubahan tekstur putih telur menjadi cair dan tipis. Konsentrasi garam juga mempengaruhi laju difusi larutan, semakin tinggi konsentrasi garam dalam larutan maka semakin banyak garam yang masuk dan semakin banyak pula air dalam putih telur. Winarti dan Triyantini (2005) menjelaskan bahwa ph kuning telur berkisar 6,0 dan akan mengalami kenaikan sampai menjadi 9 disebabkan karena karbondioksida menguap keluar. Penyebab kenaikan ph ini dijelaskan oleh Lukman (2008) bahwa hilanganya CO 2 dan H 2 0 karena proses penguapan yang cepat sedangkan perubahan bagian internal telur masih berjalan lambat selama proses pengasinan yang menyebabkan ph telur asin lebih tinggi dibandingkan dengan telur segar. Damayanti, Ma,aruf dan Wijayanti (2014) meambahkan bahwa ph kuning telur akan meningkat 6,0 menjadi 6,8 secara perlahan seiring dengan meningkatnya ph putih telur. Penyebab lain dari perubahan ph selama proses pengasinan adalah denaturasi dari lipoprotein. Selain menyebabkan perubahan ph, denaturasi lipoprotrin juga menyebabkan telur menjadi keras (Surainiwati, Suada dan Rudyanto, 2013). Pengaruh Penambahan Kalium Iodat (KIO 3 ) terhadap Intensitas Warna L (Lightness) pada Kuning Telur Asin

18 Suryo Pratomo, Pengaruh Penambahan Kalium Iodat P0 P1 P2 P3 P ,47 a 27,63 b 25,87 b 24,93 ab 23,5 ab P0 P1 P2 P3 P4 Gambar 3. Grafik nilai rata-rata warna L pada kuning telur asin Hasil analisis ragam menunjukan bahwa penambahan kalium iodat (KIO 3 ) tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap warna L ( lightness) pada kuning telur asin. Analisa pengaruh penambahan kalium iodat (KIO 3 ) dengan konsentrasi yang berbeda terhadap warna kuning telur menghasilkan urutan warna L (lightness) yang terkecil dimulai dari P2 (1000 ppm) sebesar 44,97 + 3,65 ; P1 (500 ppm) sebesar 45,53 + 1,43 ; P3 (1500 ppm) sebesar 45,87 + 1,86 ; P4 (2000 ppm) sebesar 46,10 + 3,59 ; dan yang terbesar adalah P0 (0 ppm) sebesar 50,00 + 2,52. Pengukuran warna kuning telur ini menggunakan Colour Reader Model: Conica Minolta CR-10 dengan metode sistem Hunter (Siregar, Harjadi, dan Marseno, 2006) Menurut Yazzaka dan Susanto (2015) warna merupakan salah satu parameter penting yang dapat mempengaruhi kenampakan dari suatu produk. Pengukuran warna produk menggunakan Colour Reader. Parameter L yang dibaca oleh Colour Reader menunjukkan tingkat kecerahan dengan skala 0 100, dimana nilai 0 menunjukkan sangat gelap atau hitam sedangkan 100 sangat terang atau putih. Amrullah (2003) menambahkan bahwa warna kuning telur yang pucat kurang diminati oleh konsumen karena menyebabkan kenampakannya kurang menarik. Indriyati, Utami dan Nurhatadi (2013) menjelaskan bahwa jenis telur, lama pengukusan dan adanya penambahan bahan lain merupakan faktor yang dapat mempengaruhi intensitas warna L* (lightness) pada kuning telur asin. Pengaruh Penambahan Kalium Iodat (KIO 3 ) terhadap Intensitas Warna a* ( Redness) pada Kuning Telur Asin Gambar 4. Grafik nilai rata-rata warna a* pada kuning telur asin Analisa pengaruh penambahan kalium iodat (KIO 3 ) dengan konsentrasi yang berbeda terhadap warna kuning telur menghasilkan warna a* ( redness) dengan urutan yang terkecil dimulai dari P2 (1000 ppm) sebesar 23,50 + 1,13 ; P1 (500 ppm) sebesar 24,93 + 2,49 ; P3 (1500 ppm) sebesar 25,87 + 2,53 ; P0 (0 ppm) sebesar 27,47 + 1,08 ; dan yang terbesar pada P4 (2000 ppm) sebesar 27,63 + 2,72. Analisa ragam menunjukkan bahwa penambahan kalium iodat (KIO 3 ) dengan konsentrasi yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap warna a* ( redness) kuning telur asin. Parameter a* ( redness) menunjukkan warna merah sampai kehijauan dengan skala -100 sampai + 100, dimana nilai positif menunjukkan kecenderungan warna kemerahan sedangkan negatif menunjukkan kecenderungan warna kehijauan (Yazzaka dan Susanto, 2015). Warna dapat dijadikan indikisai adanya perlakuan kimia dalam suatu bahan pangan, perubahan warna terlihat nyata pada bahan pangan yang mengalami pemanasan (Suryatno, dkk. 2012). Menurut Astriana, Widyaningrum, dan Susanti (2013) warna kuning, oranye atau merah kuning telur dipengaruhi oleh pigmen karotenoid. Nugraha, Mufti dan Hari S (2013) menambahkan bahwa penyebab perubahan intensitas warna kuning telur asin dipengaruhi oleh interaksi dari atom-atom dan ikatan yang kaya elektron milik pigmen karotenoid denga ion Na+ dan ion Cl-. Pengaruh Penambahan Kalium Iodat (KIO 3 ) terhadap Intensitas Warna b* ( Yellowness) pada Kuning Telur Asin

19 64 MADURANCH Vol. 2 No. 2 Agustus Gambar 5. Grafik nilai rata-rata warna b* pada kuning telur asin Rataan hasil analisa pengaruh penambahan kalium iodat (KIO 3 ) dengan konsentrasi yang berbeda terhadap warna b* ( yellowness) kuning telur dari yang terkecil pada P2 (1000 ppm) sebesar 25,17 + 1,35; P1 (500 ppm) sebesar 26,60 + 2,62 ; P3 (1500 ppm) sebesar 29,47 + 1,97 ; P4 (2000 ppm) sebesar 30,80 + 1,08 ; dan yang terbesar pada P0 (0 pppm) sebesar 32,33 + 1,42. Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa penambahan iodium (KIO 3 ) dengan konsentrasi yang berbeda berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap warna b* (yellowness) kuning telur asin. Menurut Yazzaka dan Susanto (2015) intensitas warna b* merepresentasikan warna biru sampai kuning dengan skala -100 sampai +100, dimana nilai negatif menunjukkan kwcenderungan warna biru, sedangkan nilai positif menunjukkan kecenderungan warna kuning. Prihantari (2010) menjelaskan bahwa perubahan warna kuning telur ini dipengaruhi oleh zat warna yang semakin pekat karena semakin lama perendaman maka semakin banyak air yang ditarik oleh ionhidrat, sehingga bahan menjadi semakin pekat termasuk zat warna.perubahan warna kuning telur ini juga dipengaruhi oleh hilangnya air dan sejumlah lemak yang menjadi bebas dari kuning telur. Konsentrasi pigmen dipengaruhi oleh kadar air, sedangkan lemak bebas mempengaruhi keluarnya pigmen (Oktaviani, Kariada dan Utami, 2012). KESIMPULAN 32,33 a 26,6 ab 25,17 ab 29,47 b 30,8 b P0 P1 P2 P3 P4 Kesimpulan dari penelitian ini adalah penambahan kalium iodat (KIO 3 ) pada adonan telur asin tidak dapat meningkatkan kadar iodium yang terkandung dalam kuning telur, tetapi dapat menurunkan kadar air serta ph kuning telur, namun juga menurunkan nilai intensitas warna L (lightness), a* ( redness) dan b* ( yellowness) kuning telur sehingga telur memiliki warna yang agak pucat. Penambahan kalium iodat (KIO 3 ) pada pembuatan telur asin tidak efektif karena hasil analisis menunjukkan tidak terdeteksinya iodium yang terkandung dalam kuning telur asin. SARAN Berdasarkan hasil penelitian, perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang kualitas telur asin yang mendapat penambahan kalium iodat (KIO 3 ) dengan metode uji yang berbda serta media adonan pembalutan telur asin yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Akhiruddin, M Analisis Kadar Kalium Iodat (KIO 3 ) Pada Garam Dapur DenganMenggunakan Metode Iodometri Yang Beredar di Pasar Ujung Batu Kabupaten Rokan Hulu. Skripsi. Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Amrullah, I.K Nutrisi Ayam Petelur. Bogor. Lembaga Satu Gunung Budi Kompleks IPB Baranang Siang. Astriana, Y., P. Widiyaningrum dan R. Susanti Intensitas Warna Kuning dan Kadar Omega-3 Telur Burung Puyuh Akibat Pemberian Undur-Undur Laut. Unnes Journal of Life Science. 2(2): Badan Standarisasi Nasional SNI : Telur Asin. Cahyadi, W Penentuan Kadar Spesi Iodium dalam Garam Beriodium yang Beredar di Pasar dan Sediaan Makanan. Media Gizi dan Keluarga. 30(1): Pengaruh Lama Penyimpanan, Kelembapan Relatif (RH), dan Suhu terhadap Kestabilan Garam Beriodium. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 19(1): Dahro AM Kestabilan Yodium pada Berbagai Tipe dan Resep Makanan. Bogor: Puslitbang Gizi Dep Kes RI. Damayanti, E., W. F. Ma aruf, dan I. Wijayanti Efektivitas Kunyit (Curcuma longa Linn.) Sebagai Pereduksi Formalin Pada Udang Putih (Penaeus merguiensis) Penyimpanan Suhu Dingin. Jurnal Pengoahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan. 3 (1): Fajarika, R.B Penambahan Garam Kalium Klorida (KCl) dan Lama Waktu

KUALITAS SILASE RUMPUT GAJAH DENGAN BAHAN PENGAWET DEDAK PADI DAN TEPUNG GAPLEK

KUALITAS SILASE RUMPUT GAJAH DENGAN BAHAN PENGAWET DEDAK PADI DAN TEPUNG GAPLEK 49 KUALITAS SILASE RUMPUT GAJAH DENGAN BAHAN PENGAWET DEDAK PADI DAN TEPUNG GAPLEK Syafi i, 1) dan Riszqina 2) 1) Konsultan Peternakan, Kecamatan Batu Marmar, Kabupaten Pamekasan e-mail: syafii@gmail.com

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN KALIUM IODAT (KIO 3 ) TERHADAP KADAR IODIUM, KADAR AIR, ph, DAN WARNA KUNING TELUR PADA TELUR ASIN

PENGARUH PENAMBAHAN KALIUM IODAT (KIO 3 ) TERHADAP KADAR IODIUM, KADAR AIR, ph, DAN WARNA KUNING TELUR PADA TELUR ASIN PENGARUH PENAMBAHAN KALIUM IODAT (KIO 3 ) TERHADAP KADAR IODIUM, KADAR AIR, ph, DAN WARNA KUNING TELUR PADA TELUR ASIN Suryo Pratomo Unggul Yudho 1), Imam Thohari 2) and Agus Susilo 2) 1) Mahasiswa Fakultas

Lebih terperinci

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG (Study on Molasses as Additive at Organoleptic and Nutrition Quality of Banana Shell Silage) S. Sumarsih,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Sayuran Menurut Peraturan Pemerintah No. 18/1999 Jo PP 85/1999, limbah didefinisikan sebagai buangan dari suatu usaha atau kegiatan manusia. Salah satu limbah yang banyak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus September

III. METODE PENELITIAN. Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus September 14 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan Peternakan, analisis silase dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung tersedianya sampah khususnya sampah organik. Sampah organik yang berpeluang digunakan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Lama Fermentasi dan Penambahan Inokulum terhadap Kualitas Fisik Silase Rumput Kalanjana

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Lama Fermentasi dan Penambahan Inokulum terhadap Kualitas Fisik Silase Rumput Kalanjana BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Lama Fermentasi dan Penambahan Inokulum terhadap Kualitas Fisik Silase Rumput Kalanjana Kualitas silase dapat dilihat dari karakteristik fisiknya setelah silase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kasar yang tinggi. Ternak ruminansia dalam masa pertumbuhannya, menyusui,

BAB I PENDAHULUAN. kasar yang tinggi. Ternak ruminansia dalam masa pertumbuhannya, menyusui, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan komponen utama dalam usaha peternakan hewan ruminansia. Pemberian pakan dimaksudkan agar ternak ruminansia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya untuk pertumbuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Sayuran Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai konsekuensi logis dari aktivitas serta pemenuhan kebutuhan penduduk kota. Berdasarkan sumber

Lebih terperinci

PENGARUH CARA PEMASAKAN TELUR ASIN AYAM NIAGA PETELUR YANG BERBEDA TERHADAP KADAR GARAM DAN KESUKAAN

PENGARUH CARA PEMASAKAN TELUR ASIN AYAM NIAGA PETELUR YANG BERBEDA TERHADAP KADAR GARAM DAN KESUKAAN PENGARUH CARA PEMASAKAN TELUR ASIN AYAM NIAGA PETELUR YANG BERBEDA TERHADAP KADAR GARAM DAN KESUKAAN (THE EFFECT OF DIFFERENT WAYS OF COOKING SALTED CHICKEN EGG ON SALINITY AND PREFERENCE) Sylvia Indriani

Lebih terperinci

ANALISA KADAR IODIUM PADA TELUR ASIN

ANALISA KADAR IODIUM PADA TELUR ASIN ANALISA KADAR IODIUM PADA TELUR ASIN Korry Novitriani dan Dina Sucianawati Program Studi D-III Analis Kesehatan STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmlaya Juli 2014 ABSTRAK Iodium merupakan zat gizi essensial

Lebih terperinci

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan PROSES PEMBUATAN TELUR ASIN SEBAGAI PELUANG USAHA Oleh : Andi Mulia, Staff Pengajar di UIN Alauddin Makassar Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan peningkatan permintaan daging kambing, peternak harus

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan peningkatan permintaan daging kambing, peternak harus I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan peningkatan permintaan daging kambing, peternak harus memikirkan ketersediaan pakan. Pakan merupakan komponen biaya terbesar dalam pemeliharaan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan dan Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peternak Indonesia pada umumnya sering mengalami permasalahan kekurangan atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai pakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Musim kemarau di Indonesia menjadi permasalahan yang cukup

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Musim kemarau di Indonesia menjadi permasalahan yang cukup PENDAHULUAN Latar Belakang Musim kemarau di Indonesia menjadi permasalahan yang cukup berat bagi peternak. Hal tersebut dikarenakan sulitnya memenuhi kebutuhan pakan hijauan yang berkualitas untuk ternak,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Tanaman Singkong Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang cukup potensial di Indonesia selain padi dan jagung. Tanaman singkong termasuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil Pengamatan Karakteristik Fisik Silase Ransum komplit

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil Pengamatan Karakteristik Fisik Silase Ransum komplit HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Silase Ransum Komplit Karakteristik fisik silase diamati setelah silase dibuka. Parameter yang dilihat pada pengamatan ini, antara lain: warna, aroma silase, tekstur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan selama Proses Pengeringan Kondisi lingkungan merupakan aspek penting saat terjadinya proses pengeringan. Proses pengeringan dapat memberikan pengaruh terhadap sifat

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PEMERAMAN TELUR ASIN TERHADAP TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN

PENGARUH LAMA PEMERAMAN TELUR ASIN TERHADAP TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN PENGARUH LAMA PEMERAMAN TELUR ASIN TERHADAP TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN Susi Lesmayati dan Eni Siti Rohaeni Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl. Panglima Batur Barat No 4 Banjarbaru,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pakan merupakan faktor utama penentu keberhasilan usaha peternakan, karena sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan biaya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Bahan dan Alat

METODE PENELITIAN. Bahan dan Alat 36 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan yaitu mulai 8 Maret sampai 21 Agustus 2007 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi. Setiap ternak ruminansia membutuhkan makanan berupa hijauan karena

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi. Setiap ternak ruminansia membutuhkan makanan berupa hijauan karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan kebutuhan utama dalam segala bidang usaha ternak, termasuk dalam hal ternak ruminansia. Pemberian pakan dimaksudkan agar ternak ruminansia dapat memenuhi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah mempunyai banyak dampak pada manusia dan lingkungan antara lain

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah mempunyai banyak dampak pada manusia dan lingkungan antara lain II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Limbah Sayuran Limbah mempunyai banyak dampak pada manusia dan lingkungan antara lain kesehatan, lingkungan, dan sosial ekonomi. Salah satu limbah yang banyak terdapat

Lebih terperinci

Diharapkan dengan diketahuinya media yang sesuai, pembuatan dan pemanfaatan silase bisa disebarluaskan sehingga dapat menunjang persediaan hijauan yan

Diharapkan dengan diketahuinya media yang sesuai, pembuatan dan pemanfaatan silase bisa disebarluaskan sehingga dapat menunjang persediaan hijauan yan SILASE TANAMAN JAGUNG SEBAGAI PENGEMBANGAN SUMBER PAKAN TERNAK BAMBANG KUSHARTONO DAN NANI IRIANI Balai Penelitian Ternak Po Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Pengembangan silase tanaman jagung sebagai alternatif

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik

Lebih terperinci

Pengaruh penambahan sari kunyit putih (Curcuma zedoaria) terhadap kualitas telur asin

Pengaruh penambahan sari kunyit putih (Curcuma zedoaria) terhadap kualitas telur asin Pengaruh penambahan sari kunyit putih (Curcuma zedoaria) terhadap kualitas telur asin Mila Ika Aprilia 1, Imam Thohari 2, dan Djalal Rosyidi 2 1 Student of Animal Husbandry Faculty, Brawijaya University,

Lebih terperinci

PEMBUATAN TELUR ASIN RASA BAWANG SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN NILAI JUAL TELUR BEBEK Oleh : Dr. Das Salirawati, M.Si

PEMBUATAN TELUR ASIN RASA BAWANG SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN NILAI JUAL TELUR BEBEK Oleh : Dr. Das Salirawati, M.Si PEMBUATAN TELUR ASIN RASA BAWANG SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN NILAI JUAL TELUR BEBEK Oleh : Dr. Das Salirawati, M.Si Pendahuluan Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) khususnya IPA yang makin

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai akhir bulan Desember 2011-Mei 2012. Penanaman hijauan bertempat di kebun MT. Farm, Desa Tegal Waru. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Feed Wafer dan Feed Burger. Ditulis oleh Mukarom Salasa Selasa, 18 Oktober :04 - Update Terakhir Selasa, 18 Oktober :46

Feed Wafer dan Feed Burger. Ditulis oleh Mukarom Salasa Selasa, 18 Oktober :04 - Update Terakhir Selasa, 18 Oktober :46 Pakan mempunyai peranan yang sangat penting didalam kehidupan ternak. Kita ketahui bahwa biaya pakan merupakan biaya terbesar dari total biaya produksi yaitu mencapai 70-80 %. Kelemahan sistem produksi

Lebih terperinci

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA AgroinovasI SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA Ternak ruminansia seperti kambing, domba, sapi, kerbau dan rusa dan lain-lain mempunyai keistimewaan dibanding ternak non ruminansia yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung dikategorikan sebagai kota yang sedang berkembang,

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung dikategorikan sebagai kota yang sedang berkembang, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bandar Lampung dikategorikan sebagai kota yang sedang berkembang, menghasilkan sampah dengan karakteristik yang bervariasi. Timbunan sampah yang tidak terurus

Lebih terperinci

Coleman and Lawrence (2000) menambahkan bahwa kelemahan dari pakan olahan dalam hal ini wafer antara lain adalah:

Coleman and Lawrence (2000) menambahkan bahwa kelemahan dari pakan olahan dalam hal ini wafer antara lain adalah: Wafer Pakan (Feed Wafer) Roti/Wafer pakan merupakan salah satu teknologi pengolahan pakan yang efektif dan diharapkan dapat menjaga kontinuitas ketersediaan pakan ternak, terutama pada musim kemarau. Stevent

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. penampilan barang dagangan berbentuk sayur mayur yang akan dipasarkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. penampilan barang dagangan berbentuk sayur mayur yang akan dipasarkan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Limbah Sayuran Limbah sayuran pasar merupakan bahan yang dibuang dari usaha memperbaiki penampilan barang dagangan berbentuk sayur mayur yang akan dipasarkan (Muwakhid,

Lebih terperinci

STUDI PEMANFAATAN KULIT CEMPEDAK DALAM PEMBUATAN MANDAI STUDY ON MAKING USE OF SKIN CEMPEDAK MANDAI

STUDI PEMANFAATAN KULIT CEMPEDAK DALAM PEMBUATAN MANDAI STUDY ON MAKING USE OF SKIN CEMPEDAK MANDAI STUDI PEMANFAATAN KULIT CEMPEDAK DALAM PEMBUATAN MANDAI STUDY ON MAKING USE OF SKIN CEMPEDAK MANDAI Dewi Arianti (0806121082) Yusmarini and Usman Pato arianti07.dewi@gmail.com ABSTRACT This study aims

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi tepung biji alpukat dilaksanakan pada bulan November 2016 di

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi tepung biji alpukat dilaksanakan pada bulan November 2016 di 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian analisis sifat fisik cookies berbahan baku tepung terigu dengan substitusi tepung biji alpukat dilaksanakan pada bulan November 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan 19 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada November

Lebih terperinci

KANDUNGAN NUTRISI SILASE JERAMI JAGUNG MELALUI FERMENTASI POLLARD DAN MOLASES

KANDUNGAN NUTRISI SILASE JERAMI JAGUNG MELALUI FERMENTASI POLLARD DAN MOLASES KANDUNGAN NUTRISI SILASE JERAMI JAGUNG MELALUI FERMENTASI POLLARD DAN MOLASES TRISNADEWI, A. A. A. S., I G. L. O. CAKRA., DAN I W SUARNA Fakultas Peternakan Universitas Udayana e-mail: aaas_trisnadewi@unud.ac.id

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. complete feed eceng gondok (Eichhornia crassipes) dengan kemasan silo berbeda

BAB III MATERI DAN METODE. complete feed eceng gondok (Eichhornia crassipes) dengan kemasan silo berbeda 23 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang kandungan gula pereduksi dan total asam pada silase complete feed eceng gondok (Eichhornia crassipes) dengan kemasan silo berbeda dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

Pendahuluan, Telur Cair, Telur Asin

Pendahuluan, Telur Cair, Telur Asin PENGOLAHAN TELUR Pendahuluan, Telur Cair, Telur Asin Materi 8 TATAP MUKA KE-8 Semester Genap 2015-2016 BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. Buah nenas merupakan produk terpenting kedua setelah pisang. Produksi nenas mencapai 20%

Lebih terperinci

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah. Telur dapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - Kompor gas - Sendok - Cetakan plastik A.2Bahan

Lebih terperinci

EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch

EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch Arfendi (0706112356) Usman Pato and Evy Rossi Arfendi_thp07@yahoo.com

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan 22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Kemudian, analisis kandungan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013.

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013. 26 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013. Sampel daun nenas diperoleh dari PT. Great Giant Pineapple,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Fermentasi Silase Beberapa Jenis Rumput

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Fermentasi Silase Beberapa Jenis Rumput HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Silase Kualitas Fermentasi Silase Beberapa Karakter fisik merupakan karakter yang dapat diamati secara langsung, karakter fisik yang diamati pada penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu dengan cara mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. Rancangan

Lebih terperinci

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at : Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p 295 300 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj KADAR PROTEIN DAN KEEMPUKAN NUGGET AYAM DENGAN BERBAGAI LEVEL SUBSTITUSI HATI AYAM BROILER

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Warna Silase Rumput Gajah purpureum) pengaruh penambahan S. cerevisiae pada berbagai tingkat

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Warna Silase Rumput Gajah purpureum) pengaruh penambahan S. cerevisiae pada berbagai tingkat 28 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Perlakuan terhadap Warna Silase Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) Hasil penelitian pengaruh penambahan S. cerevisiae pada berbagai tingkat dosis S. cerevisiae

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proses dan Pengolahan Pangan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Gunung Kidul, Yogyakarta; Laboratorium

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 2. Pengertian

1. Pendahuluan. 2. Pengertian PENINGKATAN KUALITAS JERAMI PADI MELALUI PERLAKUAN UREA AMONIASI Oleh : Marjuki Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang Telp. : 0341-463508, 08123352241 e-mail : marjuki4663@yahoo.com 1. Pendahuluan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Protein Kasar. Tabel 4. Rataan Kandungan Protein Kasar pada tiap Perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Protein Kasar. Tabel 4. Rataan Kandungan Protein Kasar pada tiap Perlakuan 29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Protein Kasar Rataan kandungan protein kasar asal daun singkong pada suhu pelarutan yang berbeda disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Proses Pengolahan dan Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, CV. An-

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI GARAM TERHADAP KADAR PROTEIN DAN KUALITAS ORGANOLEPTIK TELUR PUYUH ASIN. Oleh: Gusti Marni, Erismar Amri, Meliya Wati

PENGARUH KONSENTRASI GARAM TERHADAP KADAR PROTEIN DAN KUALITAS ORGANOLEPTIK TELUR PUYUH ASIN. Oleh: Gusti Marni, Erismar Amri, Meliya Wati PENGARUH KONSENTRASI GARAM TERHADAP KADAR PROTEIN DAN KUALITAS ORGANOLEPTIK TELUR PUYUH ASIN Oleh: Gusti Marni, Erismar Amri, Meliya Wati Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan menjadi salah satu faktor penentu dalam usaha peternakan, baik terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan tercapai bila mendapat

Lebih terperinci

EFEK SUPLEMENTASI BERBAGAI AKSELERATOR TERHADAP KUALITAS NUTRISI SILASE LIMBAH TANAMAN SINGKONG

EFEK SUPLEMENTASI BERBAGAI AKSELERATOR TERHADAP KUALITAS NUTRISI SILASE LIMBAH TANAMAN SINGKONG EFEK SUPLEMENTASI BERBAGAI AKSELERATOR TERHADAP KUALITAS NUTRISI SILASE LIMBAH TANAMAN SINGKONG The Effect of Supplementation Accelerators on Silage Nutritional Quality of Waste Cassava Plant Siti Unayah

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 sampai dengan bulan Januari 2012 di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang untuk proses pembuatan silase daun singkong,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan kekayaannya termasuk kekayaan tentang makanan tradisional, banyak makanan tradisional yang tidak dijumpai di negara lain

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN DEDAK PADI DAN TEPUNG JAGUNG TERHADAP KUALITAS FISIK SILASE RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureumcv.hawaii)

PENGARUH PENAMBAHAN DEDAK PADI DAN TEPUNG JAGUNG TERHADAP KUALITAS FISIK SILASE RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureumcv.hawaii) PENGARUH PENAMBAHAN DEDAK PADI DAN TEPUNG JAGUNG TERHADAP KUALITAS FISIK SILASE RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureumcv.hawaii) Raldi M. Kojo*, Rustandi**, Y. R. L. Tulung**, S. S. Malalantang** Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Percobaan Penelitian tentang peran pemberian metionin dan linoleat pada tepung kaki ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pangan dan Gizi, Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pengujian kualitas fisik telur dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pengujian kualitas kimia telur dilakukan

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI METODE PENGASINAN TERHADAP KADAR NaCl, KEKENYALAN DAN TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN PADA TELUR PUYUH ASIN

PENGARUH BERBAGAI METODE PENGASINAN TERHADAP KADAR NaCl, KEKENYALAN DAN TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN PADA TELUR PUYUH ASIN Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p 829 838 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj PENGARUH BERBAGAI METODE PENGASINAN TERHADAP KADAR NaCl, KEKENYALAN DAN TINGKAT KESUKAAN

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Pelaksanaan pembuatan silase dilakukan di Desa Tuah Karya Ujung Kecamatan

III. MATERI DAN METODE. Pelaksanaan pembuatan silase dilakukan di Desa Tuah Karya Ujung Kecamatan III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari 2015. Pelaksanaan pembuatan silase dilakukan di Desa Tuah Karya Ujung Kecamatan

Lebih terperinci

PAKAN TERNAK HAYLASE JERAMI PADI DARI STARTER ISI RUMEN Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si Widyaiswara Muda I. PENDAHULUAN

PAKAN TERNAK HAYLASE JERAMI PADI DARI STARTER ISI RUMEN Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si Widyaiswara Muda I. PENDAHULUAN PAKAN TERNAK HAYLASE JERAMI PADI DARI STARTER ISI RUMEN Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si Widyaiswara Muda I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang mempunyai potensi

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIOPLUS DARI ISI RUMEN Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si

PEMBUATAN BIOPLUS DARI ISI RUMEN Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si PEMBUATAN BIOPLUS DARI ISI RUMEN Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isi rumen merupakan limbah rumah potong hewan ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba) yang masih belum optimal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemenuhan kebutuhan pakan hijauan untuk ternak ruminansia, selama ini telah

I. PENDAHULUAN. Pemenuhan kebutuhan pakan hijauan untuk ternak ruminansia, selama ini telah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pemenuhan kebutuhan pakan hijauan untuk ternak ruminansia, selama ini telah mengalami keterbatasan. Lahan yang tidak subur yang semestinya sebagai lahan tanaman

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 3 No.1 ; Juni 2016 ISSN 2407-4624 PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW *RIZKI AMALIA 1, HAMDAN AULI

Lebih terperinci

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt Sampah merupakan limbah yang mempunyai banyak dampak pada manusia dan lingkungan antara lain kesehatan, lingkungan, dan sosial ekonomi.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium kimia Analis Kesehatan,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium kimia Analis Kesehatan, 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam karya tulis ini adalah jenis penelitian eksperimen yang didukung dengan studi pustaka. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Tempat

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai pembuatan pupuk cair dan karakteristik pupuk cair ini dilaksanakan dari bulan November sampai Desember 200 yang dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE. 1. Waktu Penelitian : 3 bulan ( Januari-Maret) 2. Tempat Penelitian : Padukuhan Mutihan, Desa Gunungpring,

BAB III METODE. 1. Waktu Penelitian : 3 bulan ( Januari-Maret) 2. Tempat Penelitian : Padukuhan Mutihan, Desa Gunungpring, BAB III METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian : 3 bulan ( Januari-Maret) 2. Tempat Penelitian : Padukuhan Mutihan, Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan, Magelang dan Laboratorium FMIPA

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan EM4 dan Gula Merah terhadap Kualitas Gizi Silase Rumput Gajah (Pennesetum purpereum)

Pengaruh Penambahan EM4 dan Gula Merah terhadap Kualitas Gizi Silase Rumput Gajah (Pennesetum purpereum) Pengaruh Penambahan EM4 dan Gula Merah terhadap Kualitas Gizi Silase Rumput Gajah (Pennesetum purpereum) The Effect of Adding EM4 and Palm Sugar on The Nutrition Quality of Elephant Grass (Pennisetum purpereum)

Lebih terperinci

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Bagian Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat

METODE. Waktu dan Tempat 14 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini berlangsung pada bulan Juni sampai September 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Analisis Pangan, Laboratorium Percobaan Makanan, dan Laboratorium

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG GAPLEK DENGAN LEVEL YANG BERBEDA TERHADAP KADAR BAHAN KERING DAN KADAR BAHAN ORGANIK SILASE LIMBAH SAYURAN

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG GAPLEK DENGAN LEVEL YANG BERBEDA TERHADAP KADAR BAHAN KERING DAN KADAR BAHAN ORGANIK SILASE LIMBAH SAYURAN PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG GAPLEK DENGAN LEVEL YANG BERBEDA TERHADAP KADAR BAHAN KERING DAN KADAR BAHAN ORGANIK SILASE LIMBAH SAYURAN Devi Desnita a, Yusuf Widodo b, dan Syahrio Tantalo YS b a The Student

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 24 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Biomassa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 03 Pebruari :23 - Update Terakhir Selasa, 17 Pebruari :58

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 03 Pebruari :23 - Update Terakhir Selasa, 17 Pebruari :58 Pembuatan silase komplit dapat dijadikan salah satu cara untuk mengatasi kekurangan pakan di musim kemarau sekaligus memperbaiki kualitas gizi pakan ternak. Pada kondisi bulan basah (musim hijauan) pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain daging, ikan dan susu. Umumnya telur yang dikonsumsi berasal dari jenis-jenis unggas, seperti ayam,

Lebih terperinci

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39 Ketersediaan sumber pakan hijauan masih menjadi permasalahan utama di tingkat peternak ruminansia. Pada musim kemarau tiba mereka terpaksa harus menjual dengan harga murah untuk mengatasi terbatasnya hijauan

Lebih terperinci

SILASE DAN GROWTH PROMOTOR

SILASE DAN GROWTH PROMOTOR MODUL SILASE DAN GROWTH PROMOTOR Penyusun: Edy Susanto, S.Pt, M.P FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN 2014 ii KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah S.W.T atas rakhmat dan hidayahnya, sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu mulai dari bulan Maret hingga Mei 2011, bertempat di Laboratorium Pilot Plant PAU dan Laboratorium Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, laboratorium BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, laboratorium Kimia Analitik Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dan Laboratorium

Lebih terperinci

Lokakarya Fungsional Non Peneliti 997 Selain itu, nilai tambah produk olahan dan sisa produk olahan pada akhirnya akan bisa menaikkan pendapatan petan

Lokakarya Fungsional Non Peneliti 997 Selain itu, nilai tambah produk olahan dan sisa produk olahan pada akhirnya akan bisa menaikkan pendapatan petan Lokakarya Fungsional Non Peneliti 997 TEKNIK PEMBUATAN SILASE IKAN Suharto Balai Penelitian Temak Ciawi, P.O. Box 22, Bogor 6002 PENDAHULUAN Sebagai negara yang belakangan ini dijuluki Benua Maritim, Indonesia

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

PERUBAHAN MASSA PROTEN, LEMAK, SERAT DAN BETN SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI

PERUBAHAN MASSA PROTEN, LEMAK, SERAT DAN BETN SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI PERUBAHAN MASSA PROTEN, LEMAK, SERAT DAN BETN SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI Syahriani Syahrir, Sjamsuddin Rasjid, Muhammad Zain Mide dan Harfiah Jurusan Nutrisi dan

Lebih terperinci

Evaluasi Kualitas Produk Dadih Dalam Bentuk Bubuk Yang Dikeringkan Dengan Sinar Matahari Dan Oven

Evaluasi Kualitas Produk Dadih Dalam Bentuk Bubuk Yang Dikeringkan Dengan Sinar Matahari Dan Oven 129 Evaluasi Kualitas Produk Dadih Dalam Bentuk Bubuk Yang Dikeringkan Dengan Sinar Matahari Dan Oven L. Ibrahim Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Limau Manis, Padang Abstract The research was conducted

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015. 21 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015. Tempat yang digunakan yaitu di tempat peneliti di desa Pacing, Kecamatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK) HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Hasil analisis kandungan nutrien silase dan hay daun rami yang dilakukan di Laboratorium PAU IPB dapat dilihat pada Tabel 4 dan kandungan nutrien ransum disajikan

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C.

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiayah Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan salama dua bulan April

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran terbesar di Provinsi Lampung. Terdapat 4 kecamatan yang merupakan penghasil sayuran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kue bolu merupakan kue berbahan dasar tepung terigu dengan penambahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kue bolu merupakan kue berbahan dasar tepung terigu dengan penambahan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bolu Kukus Kue bolu merupakan kue berbahan dasar tepung terigu dengan penambahan telur dan gula. Terdapat banyak macam kue bolu, misalnya kue tart yang biasa dihidangkan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Pakan dan Ilmu Tanah sebagai tempat pembuatan silase dan analisis fraksi serat di

MATERI DAN METODE. Pakan dan Ilmu Tanah sebagai tempat pembuatan silase dan analisis fraksi serat di III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Agrostologi, Industri Pakan dan Ilmu Tanah sebagai tempat pembuatan silase dan analisis fraksi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Ubi Kayu Ubi kayu yang sering pula disebut singkong atau ketela pohon merupakan salah satu tanaman penghasil bahan makanan pokok di Indonesia. Tanaman ini tersebar

Lebih terperinci

JURNAL. STUDI PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP NORI RUMPUT LAUT (Gracilaria sp.) DENGAN PENAMBAHAN CABAI RAWIT OLEH FINA RAHMADHANI NIM:

JURNAL. STUDI PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP NORI RUMPUT LAUT (Gracilaria sp.) DENGAN PENAMBAHAN CABAI RAWIT OLEH FINA RAHMADHANI NIM: JURNAL STUDI PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP NORI RUMPUT LAUT (Gracilaria sp.) DENGAN PENAMBAHAN CABAI RAWIT OLEH FINA RAHMADHANI NIM: 1304115568 FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan Laboratorium Peternakan Universitas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan Laboratorium Peternakan Universitas BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan Laboratorium Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang, Laboratorium Keamanan dan Mutu Pangan Universitas Brawijaya Malang. Penelitian

Lebih terperinci