Desa Klinting merupakan bagian dari kecamatan Somagede, kabupaten. Banyumas. Secara mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam, dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Desa Klinting merupakan bagian dari kecamatan Somagede, kabupaten. Banyumas. Secara mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam, dan"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa Klinting merupakan bagian dari kecamatan Somagede, kabupaten Banyumas. Secara mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam, dan selebihnya beragama Hindu. Meskipun Hindu di desa Klinting masuk tahun an, tetapi desa ini merupakan desa dengan kosentrasi umat Hindu terbesar dan memiliki salah satu Pura yang sudah di akui pemerintah kabupaten Banyumas, dan sebagian besar bertempat tinggal di dusun Wanasara yang menjadi tempat dibangunnya Pura Pedaleman Giri Kendeng (wawancara dengan Minoto Dharmo, 29 November 2014). Keunikan dari penganut agama Hindu di Klinting adalah para penganutnya yang merupakan masyarakat pribumi Klinting dan bukan berasal dari daerah lain. Kemajemukan dalam hal agama dan budaya antara masyarakat beragama Islam dan Hindu di desa Klinting tidak mempengaruhi kehidupan sosial mereka. Selalu menjaga keharmonisan dan toleransi antar umat beragama merupakan suatu kewajiban bagi masyarakat Klinting. Salah satu bentuk keharmonisannya diwujudkan dengan cara bergotong royong dalam melakukan atau mengerjakan kegiatan-kegiatan untuk kepentingan bersama, misalnya memperbaiki jalan atau membangun rumah, mereka saling bahu membahu bekerja sama tanpa memandang status agama. Sebagai bentuk toleransinya, masyarakat desa Klinting juga sangat menghargai agama lain, contohnya adalah pada perayaan hari-hari besar agama 1

2 2 Hindu maupun Islam mereka saling mengucapkan selamat dan saling bersilaturahmi. Contoh lainnya pada perayaan Idul Adha, pembagian hewan kurban tersebut bukan hanya untuk masyarakat yang beragama Islam tetapi dibagikan merata kepada semua masyarakat Klinting tanpa melihat latar belakang agama mereka. Sifat-sifat kekeluargaan merekalah yang menciptakan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga kecil kemungkinan terjadi konflik antar agama. Menurut Minoto Dharmo (wawancara, 29 November 2014), kegiatan religi yang dilakukan masyarakat beragama Hindu di desa Klinting masih memadukan budaya yang sudah dimiliki sebelumnya, yatu aliran wayah kaki, yaitu salah satu dari banyak aliran kejawen yang berkembang di Jawa dengan Eyang Semar sebagai Sang Pepunden. Mulai dari tempat ibadah keluarga dan Pura yang ada di desa Klinting masih menyisakan simbol-simbol aliran sebelumnya. Walaupun telah menganut Hindu, kebiasaan aliran wayah kaki memang tidak benar-benar ditinggalkan masyarakatnya karena sebagian mereka masih menyambangi gunung Srandil kecamatan Adipala, kabupaten Cilacap yang dipercaya terdapat makam dari Sang Pepunden Semar yang sangat di keramatkan. Masyarakat Jawa terutama yang menganut kejawen, memang mengenal banyak sekali orang atau benda yang dianggap keramat. Biasanya orang yang dianggap keramat adalah para tokoh yang banyak berjasa pada masyarakat. Sedang benda yang sering dikeramatkan adalah benda-benda pusaka peninggalan dan juga makam-makam dari para leluhur serta tokoh-tokoh yang di hormati.

3 3 Masyarakat Hindu desa Klinting memang memiliki cara sendiri dalam beribadah yang membedakan dengan masyarakat Hindu di daerah lain. Cara beribadah masyarakat Hindu di Klinting yang sudah tercampur dengan kepercayaan sebelumnya menjadikan akulturasi budaya Hindu-Jawa. Kehidupan sosial masyarakat beragama Hindu juga terjaga harmonis dengan selalu memupuk sikap gotong royong, toleransi, dan tolong menolong antara masyarakat beragama Hindu maupun dengan masyarakat yang beragama Islam di Klinting. Sikap seperti ini mencirikan sifat asli masyarakat desa, karena memang penganut agama Hindu di Klinting merupakan masyarakat pribumi. Adapun selang waktu tahun didasarkan pada masuknya agama Hindu yang ditandai dengan perpindahan kepercayaan mayarakat Klinting dari kepercayaan wayah kaki beralih menganut agama Hindu pada tahun 1987, dan pemilihan tahun 2013 adalah untuk membatasi kajian penelitian sehingga tidak terlalu luas cangkupan waktunya. Berangkat dari penjelasan di atas, penulis disini tertarik untuk melakukan penelitian dengan fokus Kehidupan Sosial dan Religi Komunitas Hindu Dharma di Desa Klinting, Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas Tahun

4 4 B. Pokok Masalah Dari uraian di atas, maka pokok permasalahan yang diambil adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana gambaran umum desa Klinting, kecamatan Somagede, kabupaten Banyumas? 2. Bagaimana kehidupan sosial komunitas Hindu Dharma di desa Klinting, kecamatan Somagede, kabupaten Banyumas tahun ? 3. Bagaimana kehidupan religi komunitas Hindu Dharma di desa Klinting, kecamatan Somagede, kabupaten Banyumas tahun ? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok masalah di atas, maka kajian ini bertujuan untuk mengetahui berikut ini. 1. Gambaran umum desa Klinting, kecamatan Somagede, kabupaten Banyumas. 2. Kehidupan sosial komunitas Hindu Dharma di desa Klinting, kecamatan Somagede, kabupaten Banyumas tahun Kehidupan religi komunitas Hindu Dharma di desa Klinting, kecamatan Somagede, kabupaten Banyumas tahun

5 5 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang sejarah serta menambah bahan referensi dalam melakukan penelitian lebih lanjut bagi peneliti lain. b. Sebagai sumber keilmuan di lingkup Mahasiswa Pendidikan Sejarah khususnya dan Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto umumnya atau dalam lingkup yang lebih luas. 2. Manfaat Praktis a. Bagi penulis, hasil penelitian ini diharapkan akan menambah dan memperluas wawasan dan pendalaman pengetahuan tentang kehidupan sosial dan religi komunitas Hindu Dharma di Banyumas. b. Bagi komunitas Hindu Dharma, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi untuk selalu menjaga keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat. E. Tinjauan Pustaka Berbagai penelitian sebelumnya juga telah banyak membahas tentang kehidupan sosial dan religi (agama) dalam sebuah komunitas di dalam masyarakat. Hal tersebut sudah melahirkan banyak hasil temuan dan teori yang dimanfaatkan dalam berbagai kajian. Pada skripsi ini tinjauan pustaka yang dilakukan dengan menempatkan penelitian pada beberapa tulisan skripsi yang

6 6 berkaitan dengan tema yang diangkat penulis. Adapun yang hendak dipaparkan di bawah ini. Slamet Sugijono (2001) dengan judul Perkembangan Komunitas Agama Hindu Dharma di Desa Klinting, Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas tahun Membahas tentang perpindahan kepercayaan masyarakat di desa Klinting dari aliran Wayah Kaki beralih memeluk agama Hindu. Perkembangan selanjutnya masyarakat desa Klinting membangun sebuah Pura yang diberi nama Pura Pedaleman Giri Kendeng sebagai pusat tempat Ibadah dan pusat pengembangan agama Hindu di Banyumas. Meskipun mengalami kemajuan agama Hindu yang ditandai dengan dibangunnya Pura Giri Kendeng dan makin bertambahnya jumlah penduduk yang beralih memeluk agama Hindu, tetapi masyarakat Hindu desa Klinting tidak meninggalkan rasa saling menghormati dengan pemeluk agama lainnya, sehingga pemeluk agama yang ada di sekitarnya menjadi lebih bersatu dan kondusif. Fokus penelitian Slamet Sugijono (2001) adalah mengenai perpindahan kepercayaan masyarakat Klinting dari kepercayaan Wayah Kaki beralih menganut agama Hindu Dharma, dan perkembangan agama Hindu di Klinting, mulai dari populasi masyarakat agama Hindu Dharma sampai pembangunan Pura sebagai pusat tempat ibadah. Sedangkan penulis disini lebih fokus membahas pada kehidupan sosial dilihat dari pola interaksi sosial antar komunitas ataupun di luar komunitas Hindu Dharma, penulis juga menekankan pada bagaimana kehidupan religi (upacara atau ritual-ritual keagamaan) komunitas Hindu Dharma desa Klinting.

7 7 Agni Priambodo (2013) dengan judul Kehidupan Sosial dan Religi Komunitas Aboge Desa Tumiyang, Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas tahun Secara garis besar skripsi ini membahas tentang komunitas Aboge pada desa Tumiyang dalam melaksanakan aktifitas kesehariannya masih berinteraksi secara kuat dalam masyarakat di dalam maupun di luar komunitas. Sikap toleransi dan saling gotong royong terjalin dengan baik, meskipun dalam keadaan berbeda kepercayaan di dalam masyarakat desa Tumiyang. Komunitas Aboge merupakan aliran sebuah kepercayaan masyarakat hasil dari sinkretisme Jawa dengan Islam. Komunitas Aboge merupakan masyarakat Jawa yang menjalankan tradisi mereka dalam kesehariannya sekaligus menjalankan ajaran Islam. Penelitian Agni Priambodo (2013), mengambil lokasi tempat penelitian di desa Tumiyang, kecamatan Pekuncen, kabupaten Banyumas dengan obyek penelitiannya adalah komunitas Aboge. Aboge merupakan sebuah aliran hasil dari sinkretisme jawa dan islam. Hal tersebut berbeda dengan apa yang di teliti oleh penulis. Perbedaannya yaitu, dari lokasi tempat penelitian penulis mengambil desa Klinting, dan obyek penelitiannya mengkaji tentang komunitas Hindu Dharma. Ani Juwita (2008) dengan judul Perilaku Sosial-Keagamaan pada Masyarakat Multi Agama (Studi Kerukunan Beragama pada Masyarakat Desa Sidomulyo, Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar). Secara garis besar membahas tentang proses munculnya beragama di desa Sidomulyo dimulai dari masuknya agama-agama yang tidak bersamaan. Sebelum terciptanya kerukunan di awali oleh pertentangan oleh tokoh-tokoh agama Islam terhadap masuknya agama

8 8 dan kepercayaan lain, tetapi dengan cara musyawarah mereka mampu menyelsaikan masalah maupun perselisihan antar Agama. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya kerukunan di desa Sidomulyo di antara lain :1) kesadaran akan kerukunan menjadi landasan hidup bermasyarakat. 2) sikap saling menghormati sebagai sebuah tradisi dan norma. 3) interaksi dan komunikasi diantara pemeluk agama yang berbeda. 4) pemerintah sebagai payung dan pelindung dari adanya tradisi dan budaya yang berkembang. Pemaparan yang dijelaskan oleh Ani Juwita (2008) tentang Perilaku Sosial-Keagamaan pada Masyarakat Multi Agama (Studi Kerukunan Beragama pada Masyarakat Desa Sidomulyo, Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar, menekankan pada bentuk kerukunan dan faktor yang mempengaruhi kerukunun masyarakat multi agama desa Sidomulyo. Berbeda dengan penulis yang lebih menekankan pada kehidupan sosial dan kehidupan religi komunitas Hindu Dharma yang terdapat pada masyarakat berbeda agama, kepercayaan, dan budaya di desa Klinting. Syaiful Aris (2014) dengan judul Dinamika Kehidupan Sosial Masyarakat Hindu di Desa Sumbertanggul, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto Tahun dan Kontribusinya dalam Pendidikan. Secara garis besar membahas tentang masyarakat Hindu di desa Sumbertanggul yang memiliki pura dan menjadi satu-satunya pura yang mendapat ijin dari pemerintah kabupaten Mojokerto. Pura yang diberi nama Pura Sasana Bina Yoga, selain menjadi pusat tempat persembahyangan masyarakat di desa Sumbertanggul, Pura ini juga menjadi tempat pembelajaran agama Hindu bagi generasi muda umat Hindu di

9 9 Sumbertanggul. Perkembangan umat Hindu yang ada di Sumbertanggul mengalami pasang surut dilihat dari jumlah pemeluknya. Mereka hidup di tengahtengah masyarakat muslim sehingga kehidupan sosialnya sangat dinamis. Kehidupan sosial umat Hindu mengalami pasang surut dalam artian pada periode tertentu mengalami masa tenang dan pada periode tertentu mengalami masa konflik. Syaiful Aris (2014) penelitiannya akan dinamika kehidupan sosial masyarakat Hindu desa Sumbertanggul dan kontribusinya dalam pendidikan. Fokus penelitiannya membahas tentang peran masyarakat Hindu terhadap pendidikan bagi generasi muda umat Hindu di Sumbertanggul. Berbeda dengan kajian penulis, yang tidak menekankan pada peran masyarakat Hindu terhadap pendidikan tetapi lebih menekankan pada kehidupan sosial dalam lingkungan masyarakat. Pemaparan yang telah dijelaskan di atas memiliki kesamaan dan perbedaan dengan kajian yang akan penulis lakukan. Kesamaannya terdapat pada obyek penelitiannya yang mengangkat komunitas Hindu sebagai bahan kajian. Hal ini ditunjukkan pada penelitian Slamet Sugijono, dan penelitian Syaiful Aris. Sementara itu perbedaannya terletak pada tempat penelitian, seperti Agni Priambodo yang mengambil tempat penelitian di desa Tumiyang, kemudian Ani Juwita di desa Sidomulyo dan Syaiful Aris di desa Sumbertanggul. Perbedaan lainnya juga terletak dari obyek dan fokus kajian dalam penelitian, Slamet Sugijono dengan mengambil kajiannya tentang perkembangan, Agni Priambodo

10 10 dengan obyek penelitiannya komunitas Aboge, dan penelitian Ani Juwita yang mengambil obyeknya adalah masyarakat multi agama. F. Landasan Teori dan Pendekatan Dalam penelitian ini digunakan beberapa teori-teori yang relevan sebagai landasan penelitian. Teori yang digunakan adalah teori tentang kehidupan sosial, dan religi. 1. Kehidupan Sosial Manusia sebagai individu ternyata tidak mampu hidup sendiri. Ia dalam menjalani kehidupannya akan senantiasa bersama dan bergantung pada manusia lainnya. Manusia saling membutuhkan dan harus bersosialisasi dengan manusia lain. Hal ini disebabkan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak dapat memenuhi sendiri, ia akan bergabung dengan manusia lain membentuk kelompok-kelompok dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan tujuan hidup. Dalam hal ini, manusia sebagai individu memasuki kehidupan bersama dengan individu lainnya (Herimanto dan Winarno, 2010: 43). Manusia sebagai makhluk sosial dimanapun tersusun dalam kelompokkelompok, fakta ini menunjukan manusia mempunyai sosial akan pembawaan kemasyarakatan (sejumlah sifat sifat dapat berkembang dalam pergaulan dengan semuanya) seperti hasrat menyampaikan pikiran atau perasaan, hasrat meniru, hasrat bergaul, dan sebagainya (M. Nata Saputra, 1982: 65). Manusia adalah Zoon Politicon artinya bahwa manusia itu sebagai mahluk, pada dasarnya selalu ingin bergaul dengan masyarakat, Aristoteles (Herimanto dan Winarno, 2010: 44).

11 11 Dalam kehidupan sosial, tentu saja keluarga tidak terlepas dari kondisikondisi yang ada dalam masyarakat tersebut, baik norma-norma maupun nilainilai yang berlaku. Karena pada dasarnya norma dan nilai yang ada dalam masyarakat akan berpengaruh terhadap tindakan-tindakan yang akan dijalankan oleh keluarga. Jelas nilai dan norma yang berlaku adalah bersifat kolektif dan mengikat sehingga keluarga dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang berlaku tersebut (Khairudin, 2008: 26). Mengenai norma-norma yang ada di dalam masyarakat (Herimanto dan Winarno, 2010: 49), mengungkapkan bahwa di dalam masyarakat terdapat normanorma sebagai patokan untuk bertingkah laku sebagai berikut. a. Norma agama, yaitu norma yang bersumber dari Tuhan. b. Norma kesusilaan atau moral, yaitu norma yang berasal dari hati nurani manusia itu sendiri. c. Norma kesopanan atau adat, yaitu norma yang bersumber dari masyarakat. d. Norma hukum, yaitu norma yang dibuat masyarakat secara resmi (negara). Kehidupan sosial manusia baik secara individual maupun secara kelompok, perkembangannya dipengaruhi dua faktor yaitu, faktor dirinya sendiri yang diwariskan sejak lahir, dan faktor di luar dirinya yang di peroleh setelah kelahirannya (Nursid Sumaatmadja, 1981: 61). Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dinamakan proses sosial), oleh karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Bentuk lain dari proses sosial hanya merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial (Soerjono Soekanto, 2002: 61).

12 12 Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga dikarenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain (Elly M. Setiadi, 2009: 67). Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa proses-proses kehidupan sosial adalah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila orang perorangan dan kelompok-kelompok manusia saling bertemu dan menentukan sistem-sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada (Soerjono Soekanto, 1986: 50). Penjelasan-penjelasan di atas menyimpulkan bahwa kehidupan sosial adalah kehidupan yang di dalamnya terdapat unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan. Sebuah kehidupan di sebut sebagai kehidupan sosial jika di sana ada interaksi antara individu satu dengan individu lainnya, dan terjadi komunikasi yang kemudian berkembang menjadi saling membutuhkan kepada sesama. Manusia pada hakekatnya merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup secara individual untuk memenuhi kebutuhannya. Dari beberapa teori-teori di atas bermanfat menjadi bahan landasan penulis untuk meneliti tentang bagaimana proses kehidupan sosial komunitas Hindu Dharma desa Klinting, mulai dari pola interaksi individu dengan individu lain, interaksi antar kelompok, interaksi antar lintas agama dalam hal ini komunitas Hindu Dharma dengan masyarakat beragama Islam desa Klinting, lebih lanjut lagi untuk meneliti norma-norma yang berlaku dalam masyarakat Klinting yang merupakan sebagai patokan dalam kehidupan bermasyarakat.

13 13 2. Kehidupan Religi atau Agama Sejarah perkembangan religi orang Jawa telah di mulai sejak zaman prasejarah, dimana pada waktu itu nenek moyang orang Jawa sudah beranggapan bahwa semua yang ada di sekelilingnya itu bernyawa, dan semua yang bergerak dianggap hidup dan mempunyai kekuatan gaib atau mempunyai roh yang berwatak baik maupun jahat (Koentjaraningrat, 1974: 103). Bentuk religi yang tertua adalah berdasarkan keyakinan manusia akan adanya kekuatan gaib dalam hal-hal yang luar biasa dan yang menjadi sebab timbulnya gejala-gejala yang tak dapat dilakukan manusia biasa, Marett (Koentjaraningrat, 1987: 60). Asal kata religi sendiri tidaklah jelas, tetapi ada yang mengatakan istilah itu berhubungan dengan kata religare, kata bahasa latin yang berarti Mengikat, sehingga religi atau religius berarti ikatan atau juga pengikat. Memang dalam religi manusia mengikatkan diri kepada Tuhan. Pada pokoknya religi adalah penyerahan diri kepada Tuhan, dalam keyakinan bahwa manusia itu tergantung dari Tuhan, bahwa Tuhanlah yang merupakan keselamatan yang sejati dari manusia, bahwa manusia dengan kekuatannya sendiri tidak mampu untuk memperoleh keselamatan itu dan karenanya ia menyerahkan dirinya, Driyarkara (Budiono Herusatoto, 2008: 42). Sejalan dengan pendapat Driyarkara (Yan Mujianto, dkk, 2010: 15) mengungkapkan, agama (bahasa Inggris: Religion, yang berasal dari bahasa latin religare, yang berarti menambatkan), adalah sebuah unsur kebudayaan yang penting dalam sejarah umat manusia, karena agama dan sistem kepercayaan lainnya sering terintegrasi dengan kebudayaan. Agama di definisikan sebagai

14 14 institusi dengan keanggotaan yang diakui dan biasa berkumpul bersama sama untuk beribadah, dan menerima sebuah paket doktrin yang menawarkan hal yang terkait dengan sikap yang harus diambil oleh individu untuk mendapatkan kebahagiaan sejati. Sistem keyakinan dalam suatu religi berwujud pikiran dan gagasan manusia, yang menyangkut keyakinan dan konsepsi manusia tentang sifat-sifat tuhan, tentang wujud dari alam gaib (kosmologi), tentang terjadinya alam dan dunia (kosmogoni), tentang zaman akhirat (esyatologi), tentang wujud dan ciri-ciri kekuatan sakti, roh nenek moyang, roh alam, dewa-dewa, roh jahat, hantu dan mahluk-mahluk halus lainnya. Kecuali itu sistem keyakinan juga menyangkut sistem nilai dan sistem norma keagamaan, ajaran kesusilaan, dan ajaran doktrin religi lainnya yang menyatu tingkah laku manusia (Koentjaraningrat, 1987: 81). Koentjaraningrat (Budiono Herusatoto, 2008: 43-44) menyatakan, religi terdiri empat komponen berikut ini. a. Emosi keagamaan yang menyebabkan manusia menjadi religius. Emosi keagamaan merupakan suatu getaran yang menggerakan jiwa manusia, b. Sistem kepercayaan yang mengandung keyakinan serta bayangan-bayangan manusoa tentang sifat sifat Tuhan, alam gaib, supernatural, dewa-dewa, dan mahluk-mahluk lain, c. Sistem upacara religius yang bertujuan mencari hubungan manusia dengan Tuhan, dewa-dewa atau mahluk halus yang mendiami alam gaib, d. Adanya kelompok-kelompok religius atau kesatuan-kesatuan sosial yang menganut sistem kepercayaan tersebut.

15 15 Dalam kehidupan sosial agama juga memiliki fungsi penting, seperti halnya yang dikatakan dalam bukunya (Munandar Soelaeman, 2009: 281) fungsi agama dibagi berikut. a. Fungsi agama dibidang sosial, adalah fungsi penentu, dimana agama menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka. b. Fungsi agama sebagai sosialisasi individu, ialah individu, pada saat ia tumbuh menjadi dewasa memerlukan suatu sistem nilai sebagai semacam tuntunan umum untuk mengarahkan aktivitasnya dalam masyarakat. Kesimpulan dari pemaparan di atas, religi adalah penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat tiga unsur, yaitu manusia, penghambaan atau pemujaan dan Tuhan. Agama atau religi menjadi sebuah pilihan utama manusia dalam membimbing keyakinan yang dimilikinya. Teoriteori religi yang telah dijelaskan bagi penulis bermanfaat sebagai gambaran atau landasan untuk meneliti tentang bentuk-bentuk religi komunitas Hindu Dharma, ajaran-ajaran Hindu Dharma, dan upacara atau ritual yang dilaksanakan oleh komunitas Hindu Dharma desa Klinting. Kemudian untuk membantu dan mempermudah penelitian, penulis juga menggunakan pendekatan. Sesuai dengan judul di atas maka pendekatan yang di pakai dalam penelitian atau penyusunan skripsi ini adalah pendekatan Antropologi. Antropologi adalah suatu ilmu yang mempelajari makhluk antropos atau manusia, yang merupakan suatu integrasi dari beberapa ilmu yang masing-

16 16 masing mempelajari suatu kompleks masalah-masalah khusus mengenai makhluk manusia (Koentjaraningrat, 1987: 1). Pada pendekatan antropologi ini penulis mengfokuskan untuk menggunakan dua cabang ilmu yaitu, antropologi-sosial dan antropologi-agama. Dimana antropologi-sosial merupakan studi yang mempelajari hubungan antara orang-orang atau kelompok dalam masyarakat (Koentjaraningrat, 1986: 26). Dengan studi ini, penulis di sini mengkaji tentang kehidupan sosial yang mencangkup proses hubungan sosial, serta faktor faktor yang mempempengaruhi hubungan sosial, dan dampak dari hubungan atau interaksi antara satu individu dengan individu lain maupun satu kelompok dengan kelompok lain, terutama dalam hubungan masyarakat beragama Hindu-Islam di desa Klinting. Antropologi-agama adalah studi yang berusaha mempelajari tentang manusia yang menyangkut agama dengan pendekatan budaya (Yusron Razak dan Ervan Nurtawab, 2007:1). Studi antropologi-agama pada penelitiaan ini berguna untuk mengkaji tentang sistem kepercayaan Hindu dharma yang telah tercampur dengan kepercayaan Wayah Kaki. Meneliti tentang kebiasaan atau adat istiadat yang dilakukan oleh komunitas Hindu Dharma. Serta mengkaji norma-norma yang berlaku dan ritual ritual atau upacara keagaman yang dilakukan oleh komunitas Hindu Dharma desa Klinting.

17 17 G. Metode Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui lebih jauh tentang Kehidupan Sosial dan Religi Komunitas Hindu Dharma di Desa Klinting, Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas. Untuk mendapatkan data yang berhubungan permasalahan yang di rumuskan, mempermudah pelaksanaan penelitian serta terlaksana secara terarah dan dapat mencapai hasil yang optimal, maka penulis menggunakan metode penelitian sejarah. Langkah-langkah metode sejarah adalah sebagai berikut: 1. Heuristik Heuristik adalah proses mencari dan menemukan data sejarah. Data sejarah tidak selalu tersedia dengan mudah sehingga untuk memperolehnya harus bekerja keras mencari data lapangan, (Sugeng Priyadi, 2013: 112). Pada tahapan ini penulis mengumpulkan beberapa sumber dan data yang relevan, baik sumber primer maupun sekunder yang dapat digunakan dalam menjawab permasalahan yang akan dibahas. Pada tahap ini penulis menentukan sumber yang cocok untuk menjawab persoalan-persoalan yang penulis dapat dan kemudian dikumpulksn. Sumber-sumber tersebut berasal dari sumber buku dan wawancara dengan pihak yang bersangkutan seperti, kepala desa Klinting, kepala dusun Wanasara, ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) kabupaten Banyumas, sesepuh desa Klnting, dan masyarakat desa Klinting. 2. Kritik atau Verifikasi Setelah sumber dikumpulkan, tahap selanjutnya adalah kritik sumber untuk menentukan keotentikan dan kredibilitas suber sejarah. Semua sumber yang

18 18 telah dikumpulkan terlebih dahulu verifikasi sebelum digunakan (ABD. Rahman Hamid dan Muhammad Saleh Madjid, 2011: 47). a. Kritik Ekstern Kritik ekstern adalah proses mencari keotentikan atau keaslian sumber. Dalam kritik ekstern penulis disini memilih tokoh yang menjadi sumber lisan dengan melihat umur (karena biasanya semakin tua informan tingkat daya ingatnya juga semakin menurun, sehingga susah untuk mendapatkan informasi yang lengkap). Penulis juga melihat dari segi fisik apakah informan buta atau tidak, tuli atau tidak, sehingga mendapatkan sumber yang otentik dan dapat dipertanggung jawabkan. b. Kritik Intern Kritik intern artinya peneliti atau sejarawan harus menentukan seberapa jauh dapat dipercaya kebenaran dari isi informasi yang disampaikan oleh suatu sumber (Daliman, 2012:72). Langkah penulis adalah dengan mencari informan lain untuk membanding-bandingkan hasil wawancara antara informan yang satu dengan yang lain sehingga menemukan kesamaan fakta untuk dijadikan sumber penelitian. 3. Interpretasi Interpretasi adalah penafsiran atas fakta-fakta sejarah dalam kerangka rekonstruksi realitas masa lampau (Daliman, 2012: 83). Setelah melewati tahapan di atas, peneliti melakukan proses penafsiran dan menyusun makna kata-kata. Fakta-fakta yang telah disusun tersebut kemudian ditafsirkan dengan cara menghubungkan satu fakta dengan yang lainnya sehingga didapatkan gambaran

19 19 yang jelas tentang fokus penelitian. Proses interpretasi yang penulis lakukan dalam penelitian kali ini berupaya untuk dilakukan secara obyektif sehingga hasil dari penelitian ini tidak memiliki kecenderungan untuk memihak pihak manapun yang terkait. Selain itu tahapan penafsiran ini dilakukan dengan cara mengolah beberapa fakta yang telah dikritisi, setelah melalui beberapa proses seleksi maka fakta-fakta tersebut dijadikan pokok pikiran dalam penyusunan penelitian. 4. Historiografi Tahap terakhir dalam metode sejarah adalah historiografi, pada tahap ini penulis berusaha untuk memproses terhadap informasi dan sumber sejarah yang didapat dari berbagai sumber kemudian hasil interpretasi terhadap fakta-fakta kemudian disusun dalam bentuk tulisan yang berjudul Kehidupan Sosial dan Religi Komunitas Hindu Dharma di Desa Klinting Kecamatan Somagede Kabupaten Banyumas Tahun \

20 20 H. Sistematika Penyajian Keseluruhan skripsi ini berjudul Kehidupan Sosial dan Religi Komunitas Hindu Dharma di Desa Klinting Kecamatan Somagede Kabupaten Banyumas Tahun , untuk memperoleh gambaran dan memudahkan pembahasan maka sistematika skripsi ini dikelompokan dalam V Bab. Bab pertama, pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori dan pendekatan, metode penelitian, sistematika penyajian. Bab dua, gambaran umum desa klinting, menguraikan tentang gambaran umum lokasi penelitian yang dimulai dengan sejarah pembangunan desa Klinting, letak geografis, keadaan demografi (jumlah penduduk, tingkat pendidikan, pekerjaan), jumlah penduduk menurut agama, sarana dan prasarana, dan kelembagaan desa. Bab tiga, kehidupan sosial komunitas Hindu Dharma Klinting tahun , berisi tentang kehidupan sosial komunitas Hindu Dharma (meliputi interaksi sosial masyarakat Hindu-Hindu dan Hindu-Islam di desa Klinting, sistem kekerabatan di desa Klinting, dan sistem perkawinan). Bab empat, kehidupan religi komunitas hindu dharma klinting tahun , berisi tentang kehidupan religi komunitas Hindu Dharma (meliputi kepercayaan wayah kaki, sejarah agama Hindu di Klinting, upacara atau ritual umat Hindu di Klinting). Bab lima, penutup berisi kesimpulan dan saran.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

RELIGI. Oleh : Firdaus

RELIGI. Oleh : Firdaus RELIGI Oleh : Firdaus Pertemuan ini akan Membahas : 1. Konsep Religi 2. Komponen sistem Religi 3. Teori Berorintasi Keyakinan Pertanyaan untuk Diskusi Awal: 1. Apa Konsep Religi 2. Apa Komponen Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat yang dapat berwujud sebagai komunitas desa, sebagai

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi

Lebih terperinci

BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT. Nusak Dengka, dan makna perayaan Limbe dalam masyarakat tersebut.

BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT. Nusak Dengka, dan makna perayaan Limbe dalam masyarakat tersebut. BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT Bab ini merupakan pembahasan atas kerangka teoritis yang dapat menjadi referensi berpikir dalam melihat masalah penelitian yang dilakukan sekaligus menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di segala aspek kehidupan. Keanekaragaman tersebut terlihat dari beragamnya kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan bangsanya. Sebagai bangsa yang heterogen, Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi manusia antara lain imitasi, sugesti, simpati, identifikasi, dan empati.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi manusia antara lain imitasi, sugesti, simpati, identifikasi, dan empati. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu yang tidak bisa hidup sendiri dan juga merupakan makhluk sosial yang selalu ingin hidup berkelompok dan bermasyarakat. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya yang berada di daerah-daerah di dalamnya. Kebudayaan itu sendiri mencakup pengertian yang sangat luas. Kebudayaan merupakan

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR)

CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR) CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR) Oleh: Dyah Susanti program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa shanti.kece@yahoo.com Abstrak:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. manusia senantiasa mengalami suatu perubahan-perubahan pada kehidupan. tak terbatas (Muhammad Basrowi dan Soenyono, 2004: 193).

TINJAUAN PUSTAKA. manusia senantiasa mengalami suatu perubahan-perubahan pada kehidupan. tak terbatas (Muhammad Basrowi dan Soenyono, 2004: 193). 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Perubahan Perubahan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti, hal (keadaan) berubah, peralihan, pertukaran. Dalam hal ini perubahan didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan semakin berkembangnya cara berfikir masyarakat pada masa sekarang ini. Ternyata tak jarang juga dapat menyebabkan berubahnya pola pikir masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang telah mendarah daging berurat dan berakar. Kebiasaan ini dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang telah mendarah daging berurat dan berakar. Kebiasaan ini dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tiap kelompok manusia memiliki corak, watak, kaidah, norma, etika, moral, serta tradisi dan adat istiadat yang dilakukan dengan turun temurun dari generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat dari kemajemukan tersebut adalah terdapat beraneka ragam ritual yang dilaksanakan dan dilestarikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano Menurut Hertz, kematian selalu dipandang sebagai suatu proses peralihan

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV. BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP 4.1. PENDAHULUAN Bertolak dari uraian tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan penelitian yang terdapat dalam Bab I, yang dilanjutkan dengan pembahasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku bangsa di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat - istiadat dan kepercayaan pada setiap suku bangsa. Tentunya dengan adanya adatistiadat tersebut,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak

BAB II KAJIAN TEORI. Kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Kebudayaan Kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budhi atau akal. Kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 34, disebutkan pada ayat 1 bahwa Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara

BAB I PENDAHULUAN. 34, disebutkan pada ayat 1 bahwa Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara bertahap, organisasi Muhammadiyah di Purwokerto tumbuh dan berkembang, terutama skala amal usahanya. Amal usaha Muhammadiyah di daerah Banyumas meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan,

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masuknya berbagai agama sebelum kedatangan Islam di pulau Jawa berpengaruh besar pada adat istiadat, tata cara hidup, maupun praktik keagamaan sehari-hari orang Jawa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan satu ekspresi mengenai apa yang sekelompok manusia pahami, hayati, dan yakini baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya, adat istiadat serta tradisi. Jika dilihat, setiap daerah memiliki kebudayaan dan tradisinya masing-masing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa, didalamnya memiliki keragaman budaya yang mencerminkan kekayaan bangsa yang luar biasa. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara biologis manusia diklasifikasikan sebagai homosapiens yaitu sejenis

BAB I PENDAHULUAN. Secara biologis manusia diklasifikasikan sebagai homosapiens yaitu sejenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk yang dapat diartikan berbeda-beda. Secara biologis manusia diklasifikasikan sebagai homosapiens yaitu sejenis primata dari golongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global, plural, multikultural seperti sekarang setiap saat dapat saja terjadi peristiwa-peristiwa yang tidak dapat terbayangkan dan tidak terduga sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disepakati oleh adat, tata nilai adat digunakan untuk mengatur kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. disepakati oleh adat, tata nilai adat digunakan untuk mengatur kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya pantun dalam Dendang lahir secara adat di suku Serawai. Isi dan makna nilai-nilai keetnisan suku Serawai berkembang berdasarkan pola pikir yang disepakati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sesuatu yang turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Dari pembahasan hasil penelitian pada BAB IV peneliti dapat merumuskan kesimpulan dan rekomendasi untuk berbagai pihak. A. Simpulan 1. Simpulan Umum Masyarakat Dusun Kalibago merupakan

Lebih terperinci

ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2013

ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2013 DINAMIKA MASYARAKAT DUSUN MANCINGAN DESA PARANGTRITIS KECAMATAN KRETEK KABUPATEN BANTUL DALAM PELAKSANAAN UPACARA BEKTI PERTIWI PISUNGSUNG JALADRI TAHUN 2002-2012 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1.

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1. Manusia itu sendiri merupakan objek pelaku dalam peristiwa sejarah. Demikian juga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. a. Kebudayaan sebagai proses pembangunan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. a. Kebudayaan sebagai proses pembangunan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Kebudayaan a. Kebudayaan sebagai proses pembangunan Koentjaraningrat dalam Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan berkembang sejak ribuan tahun yang lampau, ini yang dapat di lihat dari kayakarya para leluhur bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagamaan, cita-cita, perspektif, orientasi hidup. Tingginya pluralisme bangsa Indonesia membuat potensi konflik bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keberagamaan, cita-cita, perspektif, orientasi hidup. Tingginya pluralisme bangsa Indonesia membuat potensi konflik bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah bangsa yang kompetisi etnisnya sangat beragam. Begitu pula dengan agama, aliran kepercayaan, bahasa, adat istiadat, orientasi kultur kedaerahan serta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Teori 1. Definisi Kebudayaan Dalam buku Tri Widiarto (Koentjaraningrat) mendefinisikan etimologi istilah kebudayan atau budaya berasal dari kata

Lebih terperinci

Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT

Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT Saudara mahasiswa, kita berjumpa kembali dalam kegiatan Tutorial Online yang ketiga untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tadut merupakan salah satu nama kesenian etnik Besemah yang berupa sastra tutur/ sastra lisan yang isinya pengajaran agama Islam di daerah provinsi Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) JURNAL SKRIPSI MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI Oleh: DESI WIDYASTUTI K8409015 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Masjid Agung Demak mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan

BAB V PENUTUP. Masjid Agung Demak mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan BAB V PENUTUP Masjid Agung Demak mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan orang-orang Islam di Jawa. Kedudukan dan kelebihan Masjid Agung Demak tidak terlepas dari peran para ulama yang bertindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki struktur masyarakat majemuk dan multikultural terbesar di dunia. Keberagaman budaya tersebut memperlihatkan

Lebih terperinci

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) A. Latar Belakang Masalah Setiap agama bagi para pemeluknya merupakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA A. Relasi antarumat Islam dan Kristen di Kelurahan Pakis Kecamatan Sawahan Kota Surabaya. Kondisi relasi Islam-Kristen berbasis kerukunan di Kelurahan Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. animisme dan dinamisme. Masyarakat tersebut masih mempercayai adanya rohroh

BAB I PENDAHULUAN. animisme dan dinamisme. Masyarakat tersebut masih mempercayai adanya rohroh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebelum Islam masuk ke Indonesia khususnya di Kalimantan Selatan masyarakatnya sudah menganut agama dan kepercayaan tertentu, seperti memeluk agama Budha, Hindu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dan sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki kebutuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. individu dan sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki kebutuhan dan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG Manusia memiliki dua sisi dalam kehidupannya, yaitu sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia ditakdirkan menghuni kepulauan Nusantara ini serta terdiri dari berbagai suku dan keturunan, dengan bahasa dan adat istiadat yang beraneka ragam,

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 PANDUAN MATERI SMA DAN MA SEJARAH BUDAYA/ ANTROPOLOGI PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Masalah Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada karena ada masyarakat pendukungnya. Salah satu wujud kebudayaan adalah

Lebih terperinci

BAB IV. Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan. 4.1 Pemahaman jemaat GKJW Magetan melakukan slametan

BAB IV. Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan. 4.1 Pemahaman jemaat GKJW Magetan melakukan slametan BAB IV Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan 4.1 Pemahaman jemaat GKJW Magetan melakukan slametan Jika kita kembali melihat kehidupan jemaat GKJW Magetan tentang kebudayaan slametan mau tidak mau gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa pada umumnya masih melestarikan kepercayaan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa pada umumnya masih melestarikan kepercayaan terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Jawa pada umumnya masih melestarikan kepercayaan terhadap ajaran-ajaran terdahulu dari nenek-moyang mereka. Ajaran-ajaran ini akan terus diamalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kehidupan individu dan masyarakat, bahkan terhadap segala gejala alam.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kehidupan individu dan masyarakat, bahkan terhadap segala gejala alam. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan beragama pada dasarnya merupakan kepercayaan terhadap keyakinan adanya kekuatan ghaib, luar biasa atau supernatural yang berpengaruh terhadap kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, yang terdiri dari keberagaman suku, agama, ras dan antar golongan dimana kesemuanya itu merupakan anugrah dari Tuhan yang maha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang. bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial

BAB I PENDAHULUAN. Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang. bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial yang berlaku dan berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia semakin menurun dari sosialisasi

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia semakin menurun dari sosialisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan budaya Indonesia mengalami pasang surut, pada awalnya, Indonesia sangat banyak mempunyai peninggalan budaya dari nenek moyang kita terdahulu, hal

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Upacara adat Belian merupakan suatu bentuk kebudayaan asli Indonesia yang sampai saat ini masih ada dan terlaksana di masyarakat Dayak Paser, Kalimantan Timur. Sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan mengandung nilai-nilai luhur. Aktivitas yang terdapat dalam tradisi secara turuntemurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu animisme dan dinamisme. Setelah itu barulah masuk agama Hindu ke

BAB I PENDAHULUAN. yaitu animisme dan dinamisme. Setelah itu barulah masuk agama Hindu ke 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebelum datangnya Islam masyarakat Indonesia masih percaya akan kekuatan roh nenek moyang yang merupakan sebuah kepercayaan lokal yaitu animisme dan dinamisme.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning bangsa (kebudayaan itu menjadi cermin besar yang menggambarkan peradaban suatu bangsa). Hal ini

Lebih terperinci

B. Rumusan Masalah C. Kerangka Teori 1. Pengertian Pernikahan

B. Rumusan Masalah C. Kerangka Teori 1. Pengertian Pernikahan A. Latar Belakang Pernikahan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua makhluk-nya. Ikatan suci ini adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah SWT sebagai jalan bagi makhluk-nya untuk berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam ritual yang menjadi ciri khasnya. Masyarakat Karo pada masa dahulu percaya akan kekuatan mistis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan bagian yang melingkupi kehidupan manusia. Kebudayaan yang diiringi dengan kemampuan berpikir secara metaforik atau perubahan berpikir dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan unsur penentu pertama dan utama keberhasilan pembinaan anak sebagai generasi penerus. Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah,

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM SOSIAL 4.1 Pengantar 4.2 Sistem Sosial

BAB IV SISTEM SOSIAL 4.1 Pengantar  4.2 Sistem Sosial BAB IV SISTEM SOSIAL 4.1 Pengantar Kebudayaan merupakan proses dan hasil dari kehidupan masyarakat. Tidak ada mayarakat yang tidak menghasilkan kebudayaan, hanya saja kebudayaan yang dimiliki masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam suku bangsa termasuk agamapun banyak aliran yang berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. macam suku bangsa termasuk agamapun banyak aliran yang berkembang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu kenyataan bahwa masyarakat Indonesia memiliki berbagai macam adat dan kebudayaan yang berbeda, karena masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara digilib.uns.ac.id 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upacara tradisional merupakan salah satu wujud peninggalan kebudayaan dan pada dasarnya upacara tradisional disebarkan secara lisan. Upacara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lapangan (Fields Research) dengan menggunakan metode sejarah. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. lapangan (Fields Research) dengan menggunakan metode sejarah. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan nantinya adalah jenis penelitian lapangan (Fields Research) dengan menggunakan metode sejarah. Penelitian ini dilakukan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku. bahkan ribuan tahun yang lalu. Jaspan (dalam Soekanto 2001:21)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku. bahkan ribuan tahun yang lalu. Jaspan (dalam Soekanto 2001:21) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku bangsa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan telah ada sejak ratusan bahkan ribuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

BAB III DESAIN/PENDEKATAN PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang berusaha menelaah kembali

BAB III DESAIN/PENDEKATAN PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang berusaha menelaah kembali BAB III DESAIN/PENDEKATAN PENELITIAN 3.1 Desain/Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang berusaha menelaah kembali peristiwa yang terjadi di masa lalu, dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan budaya. Hal ini menyebabkan daerah yang satu dengan daerah yang lain memiliki kebudayaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan dalam masyarakat tidak begitu saja ada dengan sendirinya. Kebudayaan itu sendiri merupakan sebuah hasil dari cipta, rasa dan karsa manusia yang diperoleh melalui

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus BAB V Penutup 5.1 Kesimpulan dan Refleksi Upacara slametan sebagai salah satu tradisi yang dilaksanakan jemaat GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus sebagai juruslamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kejawen dalam opini umumnya berisikan seni, budaya, tradisi, ritual,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kejawen dalam opini umumnya berisikan seni, budaya, tradisi, ritual, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejawen dalam opini umumnya berisikan seni, budaya, tradisi, ritual, sikap serta filosofi, atau spiritualitas suku Jawa. Penganut ajaran kejawen biasanya tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai perbedaan latar belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam ciri-ciri fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang tergabung dalam suku-suku, baik suku yang besar maupun. kepercayaan yang melandasi tata aturan hidup keseharian.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang tergabung dalam suku-suku, baik suku yang besar maupun. kepercayaan yang melandasi tata aturan hidup keseharian. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia dengan bentangan wilayahnya yang luas mengandung banyak budaya dan adat istiadat yang beragam, hal ini terlihat dalam bentuk kehidupan masyarakat yang

Lebih terperinci

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA Nama : M. Akbar Aditya Kelas : X DGB SMK GRAFIKA DESA PUTERA Kerukunan Antar Umat Beragama. Indonesia adalah salah satu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT Y E S I M A R I N C E, S. I P

KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT Y E S I M A R I N C E, S. I P KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT Y E S I M A R I N C E, S. I P Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS Salah satu adat perkawinan di Paperu adalah adat meja gandong. Gandong menjadi penekanan utama. Artinya bahwa nilai kebersamaan atau persekutuan atau persaudaraan antar keluarga/gandong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa yang menyebar di seluruh wilayah tanah air Indonesia. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa yang menyebar di seluruh wilayah tanah air Indonesia. Setiap TRADISI PERINGATAN (SLAMETAN) SESUDAH KEMATIAN SESEORANG DITINJAU DARI HUKUM ISLAM (Studi di Desa Sroyo Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk melengkapi Tugas-tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kasunanan Surakarta merupakan sebuah kerajaan yang bercirikan keislaman. Ciri keislaman itu dapat dilihat dari adanya jabatan penghulu dan abdi dalem ngulama dalam

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN & MASYARAKAT

KEBUDAYAAN & MASYARAKAT KEBUDAYAAN & MASYARAKAT Pengantar Sosiologi FITRI DWI LESTARI MASYARAKAT Masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Tak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan dan sebaliknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat senantiasa berhubungan dengan nilai-nilai budaya baik melalui adat istiadat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada

BAB I PENDAHULUAN. Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada dalam kelompok, komunitas, atau masyarakatnya (Mutakin, 2002:1). Tentu saja manusia mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. heterogen, keberagaman suku, budaya dan agama menciptakan pluralisme

BAB I PENDAHULUAN. heterogen, keberagaman suku, budaya dan agama menciptakan pluralisme BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dengan ragam masyarakat yang sangat majemuk, beragam suku, ras, bahasa, kebudayaan, adat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. A. Penanaman Nilai-nilai Multikultural pada Masyarakat Dusun. masyarakatnya. Masyarakat dusun Mojokerep yang ikut berperan dalam

BAB IV ANALISIS. A. Penanaman Nilai-nilai Multikultural pada Masyarakat Dusun. masyarakatnya. Masyarakat dusun Mojokerep yang ikut berperan dalam BAB IV ANALISIS A. Penanaman Nilai-nilai Multikultural pada Masyarakat Dusun Mojokerep Dalam menanamkan nilai-nilai multikultural, tidak lepas dari peran masyarakatnya. Masyarakat dusun Mojokerep yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk, beribu-ribu suku bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Keanekaragaman

Lebih terperinci