II. LANDASAN TEORI A.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. LANDASAN TEORI A."

Transkripsi

1 II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Hasil analisis dari penelitian Prediyanto (2015) tentang Penggunaan Varietas Max pada Usahatani Cabai Merah (Capsicum annum L) Ditinjau dari Peningkatan Pendapatan Usahatani Petani di Kabupten Sragen, hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan usahatani cabai varietas Max (Rp ,27/Ha/MT) lebih tinggi daripada rata rata pendapatan pendapatan usahatani varietas Biola (Rp ,16/Ha/MT). Nilai R/C ratio untuk usahatani cabai varietas Max sebesar 1,33 sedangkan usahatani cabai varietas Biola sebesar 1,22. Apabila dihitung pendapatan per usahatani, diperoleh pendapatan Rp ,47/UT untuk usahatani cabai varietas Max sedangkan usahatani cabai varietas Biola diperoleh pendapatan sebesar Rp ,24/UT. Hasil analisis penelitian budidaya cabai merah dari Huq dan Arsyad (2010) di Distrik Jamalpur, Bangladeshyang berjudul Technical Efficiency of Chili Production menunjukkan bahwa pendapatan bersih dari budidaya cabai adalah Tk ha -1 sedangkan Benefit Cost Ratio (BCR) adalah 1,93. Namun, semua petani belum menghasilkan output yang maksimum (tingkat efisiensi antara 11-96% dan efisiensi rata-rata mereka adalah 77%). Rata-rata, inefisiensi teknis 23% muncul yang menunjukkan bahwa output per pertanian dapat ditingkatkan pada rata-rata sebesar 23% melalui produksi cabai dengan menggunakan teknologi yang ada tanpa menimbulkan biaya produksi tambahan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menggunakan teknologi yang berupa varietas unggul, pengendalian hama dan penyakit serta manajemen yang dapat meningkatkan produksi cabai merah. Berdasarkan penelitian dari Jagtap dkk. (2012), cabai merah (Capsicum annuum L.) rempah rempah yang sering digunakan di India. Penelitian yang dilakukan di Achalpur Tahsil kabupaten Amravati dari Maharashtra di India ini mengambil sampel di empat desa dan dua puluh petani dari setiap desa, total 80 petani dipilih secara acak sebagai sampel. 6

2 7 Data yang digunakan adalah yang berkaitanuntuk periode Data analisis ekonomi menunjukkan bahwa dengan biaya pada budidaya tanaman cabai sebesar Rs ,72, Rs ,07dan Rs ,29 per acre untuk masing petani kecil, petani menengah dan petani besar. Pendapatan bersih yang didapat adalah Rs ,52, Rs ,79 dan Rs ,51 per acre dan rasio input-output sebesar 1: 1,48, 1: 1,56 dan1: 1,40 untuk masing masing petani kecil, petani menengah dan petani besar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wilastinova (2012) yang berjudul Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Produksi Usahatani Semangka (Citrullus vulgaris) pada Lahan Pasir di Pantai Kabupaten Kulon Progo menunjukkan bahwa besarnya penerimaan usahatani semangka pada lahan pasir di kawasan pesisir adalah sebesar Rp ,00/Ha/MT, sedangkan biaya total yang dikeluarkan petani semangka pada lahan pasir di kawasan pesisir adalah sebesar Rp ,00/Ha/MT atau sebesar 60,99% terhadap penerimaan. Pendapatan usahatani semangka sebesar Rp ,00/Ha/MT atau sebesar 39% terhadap penerimaan. Hasil penelitian dari Triwidiyaningsih (2011) tentang Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-faktor Produksi Pada Usahatani Cabai Merah di Kabupaten Bantul menunjukkan bahwa dengan rata-rata luas lahan 0,11 Ha. Biaya usahatani cabai merah sebesar Rp ,51/Ha/MT, dengan produksi ,67 kg/ha/mt menghasilkan penerimaan usahatani sebesar Rp ,00/Ha/MT dan pendapatan usahatani cabai merah sebesar Rp ,49/Ha/MT. B. Tinjauan Pustaka 1. Tanaman Cabai Menurut Nawangsih dkk. (2000) berdasarkan klasifikasi botaninya tanaman cabai merah termasuk ke dalam : Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub-divisio : Angiospermae Class : Metachlamydae

3 8 Famili : Solaneceae Genus :Capasicum Spesies : Capsicum annum L Pada dasarnya keluarga C. Annum batangnya tegak dengan ketinggian antara cm. Tangkai daunnya horizontal atau miring, panjangnya 1,5 4,5 cm. Sedangkan daunnya memiliki panjang antara 4 10 cm, lebar antara 1,5 4 cm. Posisi bunganya menggantung, mahkotanya putih. Mahkota ini memiliki cuping sebanyak 5 6 helai, panjangnya 1 1,5 cm, lebar kira kira sekitar 0,5 cm. Sedangkan tangkai bunganya sepanjang 1 2 cm. Bentuk buahya sendiri memanjang atau kebulatan dan biji buahnya berwarna kuning-kecoklatan (Setiadi, 1987) Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan komoditas sayuran yang memiliki banyak manfaat, bernilai ekonomi tinggi dan mempunyai prospek pasar yang menarik. Tanaman ini cocok dibudidayakan di dataran rendah maupun dataran tinggi dengan kondisi tanah yang berstruktur remah atau gembur, subur, kaya akan bahan organik dan ph tanah antara 6 7. Proses budidaya cabai merah meliputi penyemaian benih pada media berupa campuran tanah dan pupuk kandang/kompos (1:1), kemudian setelah berumur 7-8 hari, bibit dipindahkan ke dalam bumbunan daun pisang/pot plastik dengan media yang sama, lalu bibit siap ditanam di lapangan setelah berumur 4-5 minggu. Panen dapat dilakukan pertama kali pada umur hari setelah tanam di dataran rendah dan pada umur 4 5 bulan di dataran tinggi, dengan interval panen 3 7 hari (Puslitbang Hortikultura, 2013). Tanaman cabai tumbuh dengan baik di dataran rendah hingga dataran tinggi, dan pada berbagai jenis tanah. Tanah yang banyak mengandung bahan organik baik bagi pertumbuhan tanaman cabai. Oleh karena itu penambahan bahan organik, seperti pupuk kandang atau kompos, sangat diperlukan utntuk budidaya cabai. Cabai memiliki arti penting yaitu sebagai bumbu masak. Disamping itu cabai juga dimanfaatkan sebagai bahan baku industri makanan dan minuman serta

4 9 sebagian kecil digunakan sebagai penghasil minyak astiri (Pranomo, 1994). Secara umum buah cabai mempunyai banyak kandungan gizi dan kandungan masing masing cabai berlainan. Tabel 3. bisa menunjukkan kandungan yang dimaksud sekaligus kelainan kandungan dari masing - masing jenis. Tabel 3. Kandungan Zat Gizi Cabai Segar dan Kering Per 100 Gram Bahan Segar Kering Kandungan Cabai Cabai Cabai Cabai Cabai Cabai hijau merah rawit hijau merah rawit besar besar besar besar Kalori (kal) Protein (g) 0,7 1,0 4,7-15,9 15 Lemak (g) 0,3 0,3 2,4-6,2 11 Karbohidrat (g) 5,2 7,3 19,9-61,8 33 Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) 0,4 0,5 2,5-2,3 9 Vit. A (SI) , Vit. B1 (mg) 0,05 0,24-0,40 ± 0,5 Vit. C (mg) Air (g) 93,4 90,9 71,2-10 8(ml) b.d.d (%) Sumber : Setiadi, Lahan Sawah Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah,baik terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Istilah tanah sawah bukan merupakan istilah taksonomi, tetapi merupakan istilahumum seperti halnya tanah hutan, tanah perkebunan, tanah pertanian dan sebagainya. Segala macam jenis tanah dapat disawahkan asalkan air cukup tersedia. Tanah sawah dapat berasal dari tanah kering yang diairi kemudian disawahkan, atau dari tanah rawa-rawa yang dikeringkan dengan membuat saluran-saluran drainase. Sawah yang airnya berasal dari air irigasi disebut sawah irigasi, sedang yang menerima langsung dari air hujan disebut sawah tadah hujan.

5 10 Di daerah pasang surut ditemukan sawah pasang surut, sedangkan yang dikembangkan di daerah rawa-rawa lebak disebut sawah lebak yang memanfaatkan naik turunnya permukaan air rawa secara alami (Agus et al., 2004). Tekstur tanah berarti komposisi antara bermacam macam fraksi tanah yaitu fraksi pasir, debu dan lempung. Pada tanah sawah dituntut adanya lumpur. Lumpur adalah butir - butir tanah halus yang seluruhnya diselubungi oleh air, sehingga pada tanah sawah diperlukan air dalam jumlah yang cukup dan butir tanah dapat mengikatnya (AKK, 1990). Areal persawahan menurut pengairannya dapat dibagi dalam beberapa golongan, yaitu : a. Sawah Irigasi, yaitu sawah yang memperoleh kebutuhan akan airnya dari saluran irigasi yang diselenggarakan oleh Dinas Irigasi dan Departemen Pekerjaan Umum b. Sawah Irigasi Desa, yaitu sawah yang memperoleh kebutuhan akan airnya dari saluran-saluran/ bandar-bandar/ parit-parit yang diselenggarakan dan dipelihara oleh masyarakat desa/ petani di suatu daerah tertentu c. Sawah Irigasi Hilir, atau di luar Jawa dan Madura disebut sawah berbandar langit, yaitu sawah yang memperoleh kebutuhan airnya semata-mata dari curah hujan (Siregar, 1981) 3. Lahan Pasir di Kawasan Pesisir Lahan pasir adalah lahan yang memiliki tekstur pasiran (regosol pantai), sangat sulit menahan air, kandungan bahan organiknya rendah dan tingkat kesuburannya rendah. Dengan demikian lahan ini kurang dapat menyediakan lingkungan tumbuh dengan baik bagi pertumbuhan tanaman. Untuk itu perlu diupayakan agar kesuburan dapat di tingkatkan sehingga produktivitas lahan tersebut menjadi lebih baik (Satyarini, 2009) Tanah pasir yang halus kurang baik untuk tanaman padi karena mempunyai porositas yang tinggi dan tidak bisa diolah menjadi lumpur. Tanah seperti ini jelas tidak bisa menahan air lama dan tergenang sehingga

6 11 kurang baik untuk tanaman padi di sawah. Tetapi untuk tanaman palawija seperti cabai, semangka, jenis tanah ini sangat ideal dan dapat diharapkan memberikan produksi yang lebih baik (Daniel, 2002). Dalam penelitian Saptuti dan Setyawati (2013) untuk usahatani bawang merah pada lahan pasir memerlukan perlakuan khusus antara lain : 1. Lahan berpasir air mudah meresap, sehingga petani melakukan pemulsaan tanah dengan menggunakan jerami diatas pasir serta pupuk kompos sehingga air tidak mudah meresap. 2. Lahan pasir miskin unsur hara dan bahan organik, Petani memberikan pupuk kandang karena bahan organik dapat meningkatkan ketersediaan hara didalam tanah dan merupakan zat perekat yang dapat memperbaiki struktur tanah. 3. Pada lahan pasir kekuatan angin lebih besar, sehingga petani membuat pemecah angin seperti menanam tanaman cemara laut serta membuat pemecah angin buatan dari anyaman daun kelapa. 4. Pada lahan berpasir suhu permukaan tanah tinggi, untuk mengatasinya petani melakukan penyiraman secara rutin, dalam sehari dua kali yaitu pagi dan sore. Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki kawasan lahan pasir di kawasan pesisir seluas ± ha yang membentang sepanjang ± 110 km. Kawasan tersebut tadinya kurang produktif, namun berkat kerja keras berbagai pihak, kini pemerintah DIY telah dapat mengembangkannya menjadi lahan pertanian produktif yang mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan memberi sumbangan bagi perekonomian daerah. Lahan yang didominasi oleh partikel pasir dengan kandungan bahan organik rendah mengakibatkan tanah berstruktur remah dan porus air. Rendahnya kemampuan tanah untuk memegang air dan menyimpan hara menyebabkan tanah kurang mampu mendukung pertumbuhan tanaman. Dibanding lahan normal, usahatani di lahan pasir memang membutuhkan input yang cukup tinggi. Setiap hektar tanaman membutuhkan sekitar 50 m 2 air/hari, sehingga untuk mengatasi

7 12 keterbatasan air pemerintah DIY membangun sumur dan bak-bak penampungan air (sumur renteng). Untuk mengatasi keterbatasan air pemerintah DIY membangun sumur dan bak-bak penampuingan air (sumur renteng) (Setyono dan Sri, 2007). 4. Usahatani Usahatani adalah kegiatan untuk mengusahakan dan mengkoordinir faktor faktor produksi berupa alam dan sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik baiknya. Usahatani mencakup cara cara petani untuk mengkoordinasi dan menentukan faktor-faktor produksi di masa yang akan datang secara efisien sehingga dapat diperoleh pendapatan yang maksimal (Suratiyah, 2011). Usahatani adalah bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Sumberdaya yang dimaksud ini berupa faktor-faktor produksi dalam kegiatan usaha tani. Faktor-faktor produksi dapat diorganisasi dan dikoordinasi dalam mencapai tujuan keuntungan. Usahatani dapat dikatakan efektif apabila petani dapat mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki dengan sebaik-baiknya. Efisien apabila pemanfaatan sumberdaya menghasilkan keluaran (output) yang melebihi pemasukan (input) (Soekartawi 2001). 5. Produksi dan Produktivitas Produksi adalah suatu proses dimana beberapa barang dan jasa yangdisebut input diubah menjadi barang dan jasa lain yang disebut output.hubungan antara input dan output ini dapat diberi ciri dengan menggunakan suatu fungsi produksi (Bishop dan Taussaint, 1979). Dipandang dari sudut efisiensi, semakin luas lahan yang diusahakan maka semakin tinggi produksi dan pendapatan per satuan luasnya. Pengukuran luas usaha tani dapat diukur dengan berdasarkan hal hal berikut :

8 13 a. Luas total lahan adalah jumlah seluruh tanah yang ada dalam usahatani termasuk sawah, tegal, pekarangan, jalan saluran, dan sebagainya. b. Luas lahan pertanaman adalah jumlah seluruh tanah yang dapat ditanami/diusahakan. c. Luas tanaman adalah jumlah luas tanaman yang ada pada suatu saat. (Suratiyah, 2011). Menurut Daniel (2002), produktivitas adalah jumlah hasil total yang diperoleh dari pengusahaan sebidang tanah dalam setahun. Produktivitas tanah ini akan memberikan gambaran dari penggunaan tanah pada suatu wilayah.pengertian produktivitas ini secara matematis dapat dituliskan : Produktivitas Lahan =????????????????????????????????????? Æ?????????????????????????????? Æ?? 6. Biaya, Peneriman dan Pendapatan Usahatani a. Biaya Usahatani Menurut Daniel (2002) dalam usahatani dikenal dua macam biaya, yaitu biaya tunai atau biaya yang dibayarkan dan biaya tidak tunai atau biaya yang tidak dibayarkan. Biaya yang dibayarkan adalah biaya untuk membayar upah tenaga kerja luar keluarga, biaya untuk pembelian input produksi seperti pupuk, bibit, obat obatan, dan bawon panen. Kadang kadang juga termasuk biaya untuk iuran pemakaian air dan irigasi, pembayaran zakat, dan lain sebagainya. Menurut Hadisapoetro dalam Suratiyah (2011) biaya dapat dibedakan menjadi : 1) Biaya alat alat luar Biaya alat alat luar merupakan semua korbanan yang dipergunakan untuk menghasilkan pendapatan kotor kecuali upah tenaga keluarga, bunga seluruh aktiva yang digunakan dan biaya untuk pengusaha sendiri (Rp).

9 14 Biaya = biaya saprodi + biaya tenaga kerja luar + biaya lain lain yang berupa pajak (PBB), iuran air, penyusutan alat alat. 2) Biaya mengusahaakan Biaya mengusahakan merupakan biaya alat alat luar ditambah upah tenaga keluarga sendiri diperhitungkan berdasarkan upah pada umumnya (Rp) 3) Biaya menghasilkan Merupakan biaya mengusahakan ditambah bunga dari aktiva yang dipergunakan dalam usahatani. Biaya Usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fix cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap ini biasanya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperolah banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Sedangkan biaya tidak tetap biayasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh (Soekartawi, 2006). b. Penerimaan Usahatani Menurut Bishop dan Toussaint (1979), sekali suatu fungsi produksi fisik diperoleh, jumlah penerimaan yang akan diterima dari suatu proses produksi tertentu dapat ditentukan dengan mengalikan jumlah hasil produksi yang dihasilkan dengan harga produksi tersebut. Menurut Soekartawi (2006), penerimaan usahatani merupakan perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan tersebut dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut : TR = Y x Py Keterangan : TR : total penerimaan (total revenue) Y : produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py : harga produksi

10 15 c. Pendapatan Usahatani Pendapatan kotor usaha tani didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun tidak dijual. Jangka waktu pembukuan umumnya setahun dan mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan dalam usahatani atau makanan ternak, digunakan untuk pembayaran dan simpanan atau ada digudang pada akhir tahun. Dalam menaksir pendapatan kotor, semua produk yang tidak dijual harus dinilai berdasarkan harga pasar (Soekartawi et all, 1986). Menurut Soekartawi (2001) pendapatan diperoleh dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya dalam suatu proses produksi. Pendapatan usahatani dapat dirumuskan sebagai berikut : Pd : TR TC Keterangan: Pd : pendapatan usahatani TR : total penerimaan (total revenue) TC : biaya mengusahakan 7. Efisiensi Usahatani Efisiensi pada umumnya menunjukkan perbandingan antara nilainilai output terhadap nilai-nilai input. Suatu metode produksi dikatakan lebih efisien daripada yang lain apabila metode itu menghasilkan output yang lebih tinggi nilainya untuk per kesatuan input yang digunakan. Dari sudut pandang ekonomi efisiensi itu dikehendaki (Bishop dan Toussaint, 1979). R/C adalah singkatan dari Return Cost Ratio, atau dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Secara matematik, hal ini dapat dituliskan sebagai berikut : R/C Ratio =??

11 16 Keterangan : R : Besarnya penerimaan usahatani C : Besarnya biaya usahatani yang dikeluarkan Secara teoritis dengan rasio R/C = 1 artinya tidak untung dan tidak rugi. Namun dengan adanya biaya usahatani yang kadang kadang tidak dihitung, maka kriterianya dapat diubah menurut keyakinan peneliti; misalnya R/C yang lebih dari satu, bila usaha tani itu menguntungkan (Soekartawi, 2006) C. Kerangka Teori Usaha tani merupakan kegiatan untuk mengusahakan dan mengkoordinir faktor faktor produksi berupa alam dan sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik baiknya. Usahatani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usahatani cabai merah pada lahan sawah dan lahan pasir di kawasan pesisir. Kedua usahatani tersebut sama sama bertujuan untuk memperoleh pendapatan bagi keluarga petani untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. Besarnya pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani dapat digunakan untuk menilai keberhasilan petani dalam mengelola usahataninya. Besarnya pendapatan yang diterima petani dari kegiatan usahatani dipengaruhi oleh besarnya biaya yang ditanggung atau dikeluarkan dan penerimaan petani dalam waktu tertentu. Biaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah biaya mengusahakan. Biaya mengusahakan adalah biaya alat-alat luar seperti biaya untuk pembelian benih, pupuk, obat-obat kimia, upah tenaga kerja luar, pajak, iuran irigasi, operasi pompa air, penyusutan dan selamatan ditambah dengan upah tenaga keluarga sendiri, yang diperhitungkan berdasarkan upah yang dibayarkan kepada tenaga luar. Input dalam usaha tani akan menghasilkan output atau jumlah produksi. Jumlah produksi yang dihasilkan akan mempengaruhi produktivitas lahan. Produktivitas lahan adalah jumlah hasil total yang diperoleh dari pengusahaan sebidang tanah atau produksi dalam satu kali musim tanam.

12 17 Produksi dari hasil usahatani selanjutnya dijual oleh petani, sehingga petani akan memperoleh penerimaan. Penerimaan yang dimaksud adalah keseluruhan nilai produk dari usahatani cabai merah yang diterima oleh petani. Besarnya penerimaan yang diperoleh dari usahatani cabai merah pada lahan sawah serta lahan pasir dapat dihitung dengan mengalikan jumlah produksi cabai merah dengan harga jual produk per kilogram yang berlaku pada saat penelitian berlangsung. Setalah diketahui biaya usahatani cabai merah serta penerimaan yang diperoleh petani selanjutnya dapat diketahui pendapatan yang deiperoleh petani serta efisiensi dari usahatani tersebut. Pendapatan adalah total penerimaan dikurangi dengan total biaya dalam suatu proses produksi selama satu musim tanam. Selanjutnya penerimaan juga digunakan untuk mengetahui efisiensi dari usahatani. Efisiensi usahatani cabai merah pada lahan sawah dan cabai merah pada lahan pasir dapat dihitung menggunakan R/C rasio. R/C rasio R/C adalah singkatan dari Return Cost Ratio, atau dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Apabila nilai dari R/C rasio lebih dari satu, maka usahatani tersebut sudah efisien.

13 18 Usahatani Cabai Merah di Kabupaten Kulon Progo Usahatani Cabai Merah Pada Lahan sawah Usahatani Cabai Merah Pada Lahan pasir di kawasan Produksi Cabai Merah Produksi Cabai Merah Luas Lahan Luas Lahan Produksitivitas Lahan Produktivitas Lahan Harga Perbedaan Produktivitas Harga Penerimaan Usahatani Biaya Mengusahakan Biaya Mengusahakan Penerimaan Usahatani 1. Pendapatan 2. Efisiensi 1. Pendapatan 2. Efisiensi D. Hipotesis 1. Perbedaan pendapatan 2. Perbedaan efisiensi Gambar 1. Bagan Kerangka Teori Pendekatan masalah 1. Diduga terdapat perbedaan produktivitas lahan usahatani cabai merah lahan sawah dengan lahan pasir di kawasan pesisir. 2. Diduga terdapat perbedaan pendapatan usahatani cabai merah lahan sawah dengan lahan pasir di kawasan pesisir.

14 19 3. Diduga terdapat perbedaan efisiensi usahatani cabai merah lahan sawah dengan lahan pasir di kawasan pesisir. E. Asumsi asumsi 1. Petani pada usahatani cabai merah pada lahan sawah dan usahatani cabai merah pada lahan pasir di kawasan pesisir bersifat rasional, artinya petani selalu berusaha untuk memperoleh pendapatan yang maksimal dengan keterbatasan sumberdaya yang dimilikinya. 2. Hasil produksi usahatani cabai merah lahan sawah maupun lahan pasir di kawasan pesisir terjual semua. F. Pembatasan Masalah 1. Data penelitian yang digunakan yaitu selama musim bulan Maret sampai bulan Juni tahun Penelitian dilakukan pada usahatani cabai merah lahan sawah dan pasir pantai di Kabupaten Kulon Progo. 3. Harga sarana produksi serta hasil produksi sesuai dengan harga yang berlaku di lokasi penelitian pada saat penelitian berlangsung. G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Usahatani cabai merah adalah budidaya cabai merah pada lahan sawah atau pasir pantai secara monokultur dalam satu musim tanam. 2. Lahan sawah adalah lahan yang berasal dari tanah kering yang diairi kemudian disawahkan, atau dari tanah rawa-rawa yang dikeringkan dengan membuat saluran-saluran drainase. 3. Lahan pasir di kawasan pesisir adalah lahan yang memiliki tekstur pasiran (regosol pantai), sangat sulit menahan air, kandungan bahan organiknya rendah dan tingkat kesuburannya rendah. 4. Luas lahan adalah luas garapan pada lahan sawah atau lahan pasir di kawasan pesisir untuk usahatani cabai merah selama satu musim tanam yang dinyatakan dengan hektar (Ha) 5. Petani sampel adalah petani pemilik penggarap yang mengusahakan dan membudidayakan tanaman cabai merah secara monokultur di lahan sawah atau di lahan pasir di kawasan pesisir.

15 20 6. Tenaga kerja adalah keseluruhan tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani cabai merah lahan sawah atau lahan pasir di kawasan pesisir, baik tenaga kerja keluarga maupun tenaga kerja luar dalam satu musim tanam. Semua tenaga kerja dikonversikan ke dalam tenaga kerja pria dan diukur dalam satuan HKP, sedangkan nilai tenaga kerja berdasarkan upah dan dinyatakan dalam rupiah per HKP (Rp/HKP). Konversi tenaga kerja wanita ke tenaga kerja pria sebagai berikut : HKP =?????????????????????????????????????? 7. Benih adalah benih yang digunakan untuk mengusahakan usahatani cabai merah pada lahan sawah maupun pada lahan pasir di kawasan pesisir. Jumlah benih yang digunakan dalam usahatani cabai merah pada lahan sawah dan lahan pasir di kawasan pesisir dinyatakan dalam satuan bungkus (10 gram) dan dinilai dalam satuan rupiah (Rp). 8. Pupuk adalah jumlah maupun jenis pupuk yang digunakan dalam usahatani cabai merah pada lahan sawah dan usahatani cabai merah pada lahan pasir di kawasan pesisir yang dinyatakan dalam satuan kilogram (Kg) dan dinilai dalam satuan rupiah (Rp). 9. Pestisida adalah jumlah maupun jenis pestisida yang digunakan dalam usahatani cabai merah pada lahan sawah dan usahatani cabai merah pada lahan pasir di kawasan pesisir, yang dinyatakan dalam satuan (l) ataupun dalam satuan kilogram (Kg). 10. Produktivitas lahan adalah hasil produksi usahatani cabai merah pada lahan sawah atau lahan pasir di kawasan pesisir yang dihasilkan dalam satu musim tanam dibagi luas lahan garapan dan dinyatakan dalam satuan kwintal per hektar per musim tanam (Kw/Ha/MT). 11. Biaya mengusahakan adalah nilai dari semua masukan atau input untuk mengusahakan usahatani yang merupakan biaya alat alat luar (pembelian benih, pupuk, obat-obatan, upah tenaga kerja luar, dan biaya lain-lain berupa pajak (PBB), iuran air, penyusutan alat alat.) ditambah dengan upah tenaga keluarga sendiri, yang diperhitungkan berdasarkan upah yang

16 21 dibayarkan kepada tenaga luar. Biaya mengusahakan dalam satu musim tanam dinyatakan dalam satuan rupiah per hektar per musim tanam (Rp/Ha/MT). Menurut Prawirokusumo (1990), biaya penyusutan dihitung menggunakan cara straight decline dengan rumus sebagai berikut : D = (HAw-HAk) / WP Keterangan : D : depresiasi Haw : nilai barang awal Hak : nilai barang akhir WP : umur ekonomis 12. Produksi adalah hasil panen yang diperoleh dari kegiatan usahatani cabai merah lahan sawah atau lahan pasir di kawasan pesisir dalam satu kali musim tanam (Kw/MT) 13. Penerimaan usahatani adalah nilai uang yang diterima oleh petani cabai merah lahan sawah atau lahan pasir di kawasan pesisir selama satu musim tanam. Penerimaan dihitung dengan mengalikan jumlah produksi (Kw) dengan harga jual produk per kilogram (Rp/Kw) yang dinyatakan dalam rupiah per hektar per musim tanam (Rp/Ha/MT). 14. Pendapatan usahatani adalah pendapatan bersih yang diterima oleh petani dari hasil usahatani cabai merah pada lahan sawah dan usahatani cabai merah pada lahan pasir di kawasan pesisir selama satu musim tanam. Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya mengusahakan selama satu musim tanam yang dinyatakan dalam rupiah per hektar per musim tanam (Rp/Ha/MT) 15. Efisiensi usahatani adalah perbandingan antara penerimaan usahatani dengan biaya usahatani cabai merah pada lahan sawah maupun usahatani cabai merah pada lahan pasir di kawasan pesisir. Terdapat tiga kriteria R/C ratio yaitu: a. R/C ratio = 1 maka usahatani tersebut dalam keadaan impas b. R/C ratio >1 maka usahatani dikatakan efisien c. R/C ratio < 1 maka usahatani dapat dikatakan tidak efisien

17 Analisis komparatif adalah analisis perbandingan antara usahatani cabai merah pada lahan sawah dengan usahatani cabai merah pada lahan pasir di kawasan pesisir guna mengetahui usahatani mana yang dapat memberikan produktivitas, pendapatan dan efisiensi lebih tinggi dengan menggunakan uji t.

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Lahan Pasir Pantai Lahan pasir pantai merupakan tanah yang mengandung lempung, debu, dan zat hara yang sangat minim. Akibatnya, tanah pasir mudah mengalirkan

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. sepanjang tahun dan memiliki potensi komersial yang cenderung semakin

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. sepanjang tahun dan memiliki potensi komersial yang cenderung semakin II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Bawang Merah Tanaman bawang merah (Allium Sp) merupakan sayuran rempah dan dipanen bagian umbinya yang merupakan umbi lapis dan digunakan untuk konsumsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4.1 Tinjauan Pustaka Ubi kayu atau Manihot esculenta termasuk familia Euphorbiaceae, genus Manihot yang terdiri dari 100 spesies. Ada dua tipe tanaman ubi kayu yaitu tegak (bercabang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Sistem Tumpang Sari Tumpang sari digunakan untuk meningkatkan produktivitas lahan, mengurangi risiko usahatani, serta menjamin kelangsungan pendapatan.

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI A.

II. LANDASAN TEORI A. 8 II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Menurut Ningtyas (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Komparatif Usaha Pembuatan Gula Merah dan Gula Semut di Kabupaten Kulon Progo diperoleh rata-rata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak ada petualang dunia, tanaman cabai (Capsicum sp) tidak akan dikenal oleh. sebagai salah satu daerah dari benua Asia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak ada petualang dunia, tanaman cabai (Capsicum sp) tidak akan dikenal oleh. sebagai salah satu daerah dari benua Asia. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sejarah Tanaman Merah. Tanaman cabai merah untuk pertama kali diketemukan oleh petualang duniabernama Christophorus Columbus pada tahun 1490. Kemungkinan kalau tidak ada petualang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor terpenting dalam pembangunan Indonesia, terutama dalam pembangunan ekonomi. Keberhasilan pembangunan sektor pertanian dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. merambat yang dalam bahasa Inggris disebut Water Mellon. Berasal dari

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. merambat yang dalam bahasa Inggris disebut Water Mellon. Berasal dari II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Semangka merupakan tanaman buah berupa herba yang tumbuh merambat yang dalam bahasa Inggris disebut Water Mellon. Berasal dari daerah kering tropis dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dibutuhkan secara berkesinambungan, karena merupakan bahan pangan yang

I. PENDAHULUAN. dibutuhkan secara berkesinambungan, karena merupakan bahan pangan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu produk pertanian hortikultura yang banyak diusahakan oleh petani. Hal ini dikarenakan cabai merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomi dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 18 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman herbal atau tanaman obat sekarang ini sudah diterima masyarakat sebagai obat alternatif dan pemelihara kesehatan yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian Gaol (2011) yang berjudul Analisis Luas Lahan Minimum untuk Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah di Desa Cinta Damai, Kecamatan Percut Sei Tuan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) termasuk dalam keluarga Leguminoceae dan genus Arachis. Batangnya berbentuk

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Tanaman melon (Cucumismelo L.) adalah salah satu anggota familia

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Tanaman melon (Cucumismelo L.) adalah salah satu anggota familia II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Melon a. Agronomi tanaman melon Tanaman melon (Cucumismelo L.) adalah salah satu anggota familia curcubitaceae atau suku timun-timunan dan termasuk

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Definisi usahatani ialah setiap organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Sistem pertanian polikultur didefinisikan sebagai sebuah metode pertanian yang memadukan lebih dari 4 jenis tanaman lokal bernilai

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan III. METODELOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Jambu biji disebut juga Jambu Klutuk (Bahasa Jawa), Jambu Siki, atau Jambu Batu yang dalam bahasa Latin disebut Psidium Guajava. Tanaman jambu biji merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Agronomis Bawang prei termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk rumput. Sistem perakarannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Petani dan Usahatani Menurut Hernanto (1995), petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya di bidang pertanian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efisiensi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Soeharjo dan Patong (1973:135-137) kemungkinan ada pendapatan yang besar itu diperoleh dari investasi yang berlebihan, karena itu analisa pendapatan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Menurut Warisno (2010) tanaman jagung termasuk dalam famili graminae, dengan sistematika (taksonomi) sebagai berikut: Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Ekonomi 3.1.1. Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Bawang merah telah dikenal dan digunakan orang sejak beberapa ribu tahun yang lalu. Dalam peninggalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pertanian Organik Ada dua pemahaman umum tentang pertanian organik menurut Las,dkk (2006)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. metode survey. Metode survey digunakan untuk memperoleh fakta-fakta dari

III. METODE PENELITIAN. metode survey. Metode survey digunakan untuk memperoleh fakta-fakta dari III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan metode survey. Metode survey digunakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kualitas

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) VARIETAS PARADE (Studi Kasus di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar)

ANALISIS USAHATANI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) VARIETAS PARADE (Studi Kasus di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar) ANALISIS USAHATANI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) VARIETAS PARADE (Studi Kasus di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar) Oleh: Alek Hermawan 1, Dini Rochdiani 2, Tito Hardiyanto 3 1)

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis) ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Ciamis) Oleh : Didin Saadudin 1, Yus Rusman 2, Cecep Pardani 3 13 Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2 Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pupuk Kompos Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya) ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya) Oleh: Ade Epa Apriani 1, Soetoro 2, Muhamad Nurdin Yusuf 3 1) Mahasiswa Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : Usaha tani Padi dan Jagung Manis pada Lahan Tadah Hujan untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kalimantan Selatan ( Kasus di Kec. Landasan Ulin Kotamadya Banjarbaru ) Rismarini Zuraida Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. usahatani. Dalam upaya peningkatan pendapatan petani, pemerintah Indonesia

I. PENDAHULUAN. usahatani. Dalam upaya peningkatan pendapatan petani, pemerintah Indonesia I. PENDAHULUAN A. LatarBelakang Pembangunan pertanian terutama pembangunan subsektor tanaman pangan dan hortikultura, bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan petani yang dapat dicapai melalui upaya peningkatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kajian Empirik Komoditas Tomat

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kajian Empirik Komoditas Tomat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik Komoditas Tomat Tanaman tomat merupakan salah satu komoditas yang potensial untuk di kembangkan. Tomat merupakan tanaman yang bisa dijumpai diseluruh dunia. Daerah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman bawang merah diduga berasal dari daerah Asia Tengah, yaitu sekitar India, Pakistan sampai

Lebih terperinci

PROFITABILITAS USAHATANI CABAI MERAH (Capsicum annum L.) DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

PROFITABILITAS USAHATANI CABAI MERAH (Capsicum annum L.) DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS PROFITABILITAS USAHATANI CABAI MERAH (Capsicum annum L.) DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS Oleh MOCHAMAD RAMDAN Fakultas Pertanian Universitas Galuh Ciamis Email: ramdanmoch@gmail.com Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN A.

III. METODE PENELITIAN A. III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Di Indonesia, tanaman jagung sudah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI (Glycine max L.) VARIETAS ORBA (Suatu Kasus pada Kelompoktani Cikalong di Desa Langkapsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Oleh: Apang Haris 1, Dini Rochdiani

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Karangsewu terletak di Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun batas wilayah Desa Karangsewu adalah

Lebih terperinci

sebagai sumber pendapatan masyarakat. Indonesia mempunyai potensi sumber memberikan kontribusi yang besar bagi rakyatnya.

sebagai sumber pendapatan masyarakat. Indonesia mempunyai potensi sumber memberikan kontribusi yang besar bagi rakyatnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu Negara agraris, disini sektor pertanian dapat menjadi penghasil pangan, penyerap tenaga kerja, sumber bahan baku industri dan sebagai sumber

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Cabai Merah Keriting Cabai merah keriting atau lombok merah (Capsicum annum, L) merupakan tanaman hortikultura sayur sayuran semusim untuk rempah-rempah yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengolah sumber daya alam pertanian dengan intensif. maka itu pilihan terakhir karena usaha di bidang lainnya gagal.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengolah sumber daya alam pertanian dengan intensif. maka itu pilihan terakhir karena usaha di bidang lainnya gagal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi sektor pertanian di Indonesia sebagai negara agraris memiliki sumber daya alam yang melimpah.dalam pandangan orang awam, dengan potensi yang demikian tentu memberi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi wilayah penelitian a. Letak dan batas wilayah Kabupaten Klaten adalah kabupaten yang berada di antara kota jogja dan kota solo. Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. banyak membahas mengenai biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses

III. METODE PENELITIAN. banyak membahas mengenai biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, karena dalam pembahasannya lebih banyak membahas mengenai biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, input yang digunakan, penerimaan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kombinasi Produk Optimum Penentuan kombinasi produksi dilakukan untuk memperoleh lebih dari satu output dengan menggunakan satu input. Hal ini

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produk total (TP) adalah jumlah total yang diproduksi selama periode waktu tertentu. Jika jumlah semua input kecuali satu faktor

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani (wholefarm) adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap pembangunan di Indonesia,

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

II. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif II. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Metode deskriptif analitik yaitu metode penelitian yang menuturkan dan menafsirkan data yang tidak hanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman kopi rakyat sebagian besar merupakan tanaman tua, tanaman semaian dari bibit tanaman lokal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini diduga memiliki sekitar 90 genus dan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat dengan responden para petani yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tingkat Produksi Kedelai Peluang peningkatan produksi kedelai di dalam negeri masih terbuka

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena memiliki luas laut dan jumlah pulau yang besar. Panjang pantai Indonesia

I. PENDAHULUAN. karena memiliki luas laut dan jumlah pulau yang besar. Panjang pantai Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, Nomor Per.06/MEN/2010 bahwa Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman cabai Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tanaman obat potensial, selain sebagai bahan baku obat juga

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BLEWAH

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BLEWAH ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BLEWAH (Cucurbita melo) Studi Kasus di Desa Kendal Agung Kecamatan Kragan Kabupaten Rembang Propinsi Jawa Tengah Tahun 2016 DEVIANA DIAH PROBOWATI Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka

II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 5 II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tanaman Semangka Berdasarkan klasifikasinya, tanaman semangka termasuk : Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Klas : Dicotyledonae Ordo : Cucurbitales

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uji perbandingan. Komparasi juga merupakan salah satu metode penelitian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uji perbandingan. Komparasi juga merupakan salah satu metode penelitian yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komparasi Komparasi adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, yang kemudian dilakukan analisis dengan

Lebih terperinci

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. HASIL DAN PEMBAHASAN II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Faktor umur adalah salah satu hal yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Semakin produktif umur seseorang maka curahan tenaga yang dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian survey. Dalam penelitian ini data yang diperlukan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dijelaskan dan dianalisis. Penelitian ini bersifat kuantitatif, karena dalam

METODE PENELITIAN. dijelaskan dan dianalisis. Penelitian ini bersifat kuantitatif, karena dalam III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif analisis merupakan suatu metode penelitian yang memusatkan pada pemecahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis 30 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH 8.1. Penerimaan Usahatani Bawang Merah Penerimaan usahatani bawang merah terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Ilmu usaha tani merupakan proses menentukan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi pertanian untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan yang

Lebih terperinci

EFISIENSI USAHATANI PADI BERAS HITAM DI KABUPATEN KARANGANYAR

EFISIENSI USAHATANI PADI BERAS HITAM DI KABUPATEN KARANGANYAR SEPA : Vol. 13 No.1 September 2016 : 48 52 ISSN : 1829-9946 EFISIENSI USAHATANI PADI BERAS HITAM DI KABUPATEN KARANGANYAR Arya Senna Putra, Nuning Setyowati, Susi Wuri Ani Program Studi Agribisnis, Fakultas

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Ada banyak definisi mengenai ilmu usahatani yang telah banyak di kemukakan oleh mereka yang melakukan analisis usahatani,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Kopi (Copea spp.) dikenal sebagai bahan minuman yang memiliki aroma harum, rasa nikmat yang khas, serta dipercaya memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Belimbing manis (Averrhoa carambola L.) termasuk keluarga Oxalidaceae,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Belimbing manis (Averrhoa carambola L.) termasuk keluarga Oxalidaceae, BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Belimbing manis (Averrhoa carambola L.) termasuk keluarga Oxalidaceae, yang semasa muda buahnya berwarna hijau muda,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kranggan, Desa Banaran, Desa Nomporejo, Desa Karangsewu, Desa Pandowan

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kranggan, Desa Banaran, Desa Nomporejo, Desa Karangsewu, Desa Pandowan IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Kecamatan Galur adalah salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Kulon Progo. Kecamatan Galur terdiri dari 7 Desa yaitu Desa Brosot, Desa Kranggan,

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L) Merill) adalah salah satu komoditi tanaman pangan yang penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup

I. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang bernilai ekonomis tinggi dan cocok untuk dikembangkan di daerah tropika seperti di Indonesia.

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan pembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan pembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji) 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kopi Robusta Kedudukan tanaman kopi dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. curcubitaceae dantermasuk dalam kelas biji berkeping dua. Tanaman melon

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. curcubitaceae dantermasuk dalam kelas biji berkeping dua. Tanaman melon II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Melon a. Budidaya Melon Tanaman melon (Cucumismelo L.) adalah salah satu anggota familia curcubitaceae dantermasuk dalam kelas biji berkeping dua. Tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Cara pandang masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Cara pandang masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Cara pandang masyarakat terhadap pertanian berubah menjadi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di 40 III. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di lapangan dan menggunakan kuisioner, dengan populasi petani kopi di Kabupaten Lampung Barat. Secara rinci

Lebih terperinci