ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN USAHA TANAMAN HIAS (Kasus Pedagang di Kota Bogor, Jawa Barat)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN USAHA TANAMAN HIAS (Kasus Pedagang di Kota Bogor, Jawa Barat)"

Transkripsi

1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN USAHA TANAMAN HIAS (Kasus Pedagang di Kota Bogor, Jawa Barat) Oleh: BINARIA ARITONANG A PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 RINGKASAN BINARIA ARITONANG. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Usaha Tanaman Hias di Kota Bogor, Jawa Barat. (Dibawah bimbingan RAHMAT YANUAR). Bisnis hortikultura telah memberikan sumbangan dalam menghasilkan devisa Negara. Salah satu indikator ekonomi makro yang cukup penting untuk mengetahui peranan dan kontribusi yang diberikan oleh subsektor hortikultura terhadap pendapatan nasional adalah dengan melihat nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Tanaman hias itu sendiri berada pada urutan keempat dari seluruh tanaman hortikultura sebagai penghasil Produk Domestik Bruto, selama beberapa tahun terakhir menunjukkan rata-rata peningkatan yang signifikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik usaha tanaman hias di daerah penelitian, menganalisis tingkat pendapatan pedagang tanaman hias di daerah penelitian, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang tanaman hias di daerah penelitian. Penelitian ini dilakukan di Jalan Pajajaran dan Jalan Dadali, Kota Bogor, Jawa Barat pada bulan Agustus sampai dengan Desember Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara melakukan wawancara dan pengamatan langsung dengan pedagang tanaman hias. Data primer diperoleh dari literatur instansi-instansi terkait, seperti Dinas Tata Kota dan Pertamanan Kota Bogor, Dinas Agribisnis Kota Bogor, Badan Pusat Statistik, dan sebagainya. Responden dalam penelitian ini terdiri dari 23 orang pedagang di Jalan Pajajaran dan 7 orang pedagang di Jalan Dadali. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif meliputi analisis keadaan umum usaha tanaman hias sedangkan analisis kuantitatif berupa analisis pendapatan usaha tanaman hias, dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan usaha tanaman hias. Usaha penjualan tanaman hias di sepanjang jalur hijau di Kota Bogor merupakan usaha yang turun temurun dari orangtua atau saudara-saudara pedagang yang telah merintis usaha ini puluhan tahun yang lalu dan menjual tanaman hias berbunga maupun tanaman hias daun. Daerah pembelian tanaman hias dari daerah Bogor sendiri, yaitu: Puncak, Ciapus dan Parung. Sedangkan daerah di luar Bogor, yaitu: Ciledug, Bandung, Madura, bahkan Malang. Pedagang tanaman hias di Kota Bogor, mayoritas berusia tahun, tingkat pendidikan terakhir rata-rata SD SLTP, pengalaman menjual tanaman hias lebih dari 10 tahun, jumlah anggota keluarga 1 5 orang, dan mempunyai luas lahan m 2. Berdasarkan hasil analisis pendapatan, pedagang tanaman hias di Kota Bogor mengalami keuntungan walaupun pesaing sudah semakin banyak. Secara ekonomis keuntungan ini dapat diidentifikasi dari nilai imbangan penerimaan atas biaya (R/C) tunai sebesar 1,40 dan R/C atas biaya total sebesar 1,19 untuk lokasi di Jalan Pajajaran sedangkan R/C atas biaya tunai di Jalan Dadali adalah sebesar 1,46 dan R/C atas biaya total sebesar 1,19.

3 Hasil analisis faktor menunjukkan bahwa, secara bersama-sama variabel bebas dapat mempengaruhi variabel tidak bebas pendapatan pada tingkat kepercayaan 95 persen. Pengujian variabel bebas secara parsial dilakukan dengan uji-t, hasil pengujian ini menunjukkan bahwa variabel pakis (X 7 ), Obat (X 8 ), dan TKLK (X 9 ), berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 99 persen. Variabel pupuk NPK (X 5 ), dan sekam (X 6 ), berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen. Variabel luas lahan (X 2 ), dan transportasi (X 11 ), berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 80 persen. Koefisien determinan (R 2 ) sebesar 87,9 persen, artinya 87,9 persen keragaman dapat diterangkan oleh variabel bebas dalam model dan masih perlu diterangkan oleh variabel lain di luar model yang digunakan sebesar 12,1 persen. Jumlah koefisien yang signifikan sebanyak delapan variabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa model yang digunakan tidak terdapat masalah multikolinearitas. Analisis sisaan menunjukkan bahwa sisaan telah menyebar normal, kenormalan sisaan ditunjukkan oleh tebaran titik-titik sisaan yang menyebar membentuk garis lurus. Plot antara sisaan dengan nilai dugaan juga telah menunjukkan bahwa titik-titik telah menyebar secara acak dan tidak membentuk pola. ). Berdasarkan analisis faktor, (uji parsial) variabel yang dapat meningkatkan pendapatan adalah variabel yang bertanda positif yaitu: harga jual Krisan, pupuk NPK, sekam dan pakis. Sedangkan variabel yang dapat menurunkan pendapatan adalah: TKLK, harga beli Aglaonema, harga beli Krisan, dan pot. Artinya pedagang tanaman hias di Kota Bogor dapat meningkatkan penggunaan input yang bertanda positif serta mengurangi penggunaan input yang bertanda negatif hingga batas tertentu. Saran yang diberikan dalam penelitian ini adalah: Agar variabel pendapatan yang mempunyai nilai elastisitas positif ditingkatkan, terutama harga jual tanaman hias Krisan (X 10 ) dengan meningkatkan kualitas tanaman tersebut. Dan mengurangi penggunaan variabel pendapatan yang bernilai negatif hingga batas tertentu. Agar pedagang tanaman hias mencari sumber komoditi tanaman hias dengan harga yang lebih murah dengan mempertimbangkan biaya transportasi. Biaya yang paling besar dikeluarkan oleh pedagang tanaman hias adalah biaya pembelian tanaman hias itu sendiri, jika memungkinkan pedagang melakukan produksi sendiri

4 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN USAHA TANAMAN HIAS (Kasus Pedagang di Kota Bogor, Jawa Barat) Oleh: BINARIA ARITONANG A Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

5 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 Judul Skripsi : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN USAHA TANAMAN HIAS (Kasus Pedagang di Kota Bogor, Jawa Barat) Nama : Binaria Aritonang NRP : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Rahmat Yanuar SP, MSi NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof.Dr.Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP

6 Tanggal Kelulusan: 28 Januari 2009 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI BERJUDUL ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN USAHA TANAMAN HIAS (KASUS PEDAGANG DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT) BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN Bogor, Januari 2009 Binaria Aritonang A

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Siborongborong, Sumatera Utara, pada tanggal 29 Mei penulis merupakan anak kelima dari tujuh bersaudara dari pasangan Sahat Manganar Aritonang dan Nurbaya Sihombing. Penulis mengikuti pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Siborongborong, Sumatera Utara dan lulus pada tahun Kemudian penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 2 Siborongborong dan lulus pada tahun Pendidikan tingkat atas diikuti penulis di SMK Negeri 1 Bogor, dan lulus pada tahun Pada tahun 2002, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, pada Program Studi Diploma III Manajemen Bisnis dan Koperasi, Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Penulis lulus program diploma pada tanggal 16 September Pada bulan Mei tahun 2006, penulis diterima pada Program Studi Ektensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

8 KATA PENGANTAR Segala Puji dan Syukur yang sebesar-besarnya kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua berkat, rahmat, kasih dan perlindungan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dalam waktu yang telah ditentukan. Skripsi yang ditulis mengambil topik mengenai Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Usaha Tanaman Hias (Kasus Pedagang di Kota Bogor, Jawa Barat). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pendapatan pedagang tanaman hias di Kota Bogor serta faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang tanaman hias di Kota Bogor. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan sehingga skripsi ini selesai. Bogor, Januari 2009 Binaria Aritonang A

9 UCAPAN TERIMA KASIH Puji Tuhan, atas berkat dan penyertaannya akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada bagian ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada: 1. Kedua Orangtuaku yang tercinta dan semua saudara-saudaraku tersayang yang telah memberikan kasih sayang, doa, dukungan moril maupun moral serta semangat selama penulis menyelesaikan studi. 2. Rahmat Yanuar SP, MSi, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan solusi sehingga penulis diberikan kemudahan dalam melakukan dan menyelesaikan penelitian serta dalam penulisan skripsi. 3. Muhammad Firdaus, PhD, sebagai dosen evaluator pada kolokium yang telah memberikan masukan dan arahan dalam proposal penelitian. 4. Dr. Ir. Heny K. Daryanto MEc, sebagai dosen penguji utama. Terima kasih atas ilmu, kritik serta masukan berharga bagi kesempurnaan skripsi ini. 5. Ir. Narni Farmayanti, MSc, selaku dosen Komisi Pendidikan. Terima kasih atas waktu yang diluangkan bagi berjalannya proses sidang dengan lancar.

10 6. Bapak Sukamto, Bapak Faisal serta pedagang tanaman hias di sepanjang Jalan Pajajaran dan Jalan Dadali yang telah bersedia meluangkan waktu untuk diwawancarai oleh penulis. 7. Putri atas kesediaannya sebagai pembahas pada seminar penulis. 8. Simon Audry Halomoan Siagian S.H, M.H atas kasih sayang, kesetian, kesabaran dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis. 9. Sahabat sejatiku Jean dan Donny, atas bantuan dan dukungannya selama penelitian hingga penulisan skripsi. 10. Teman-teman di ekstensi, Septina, Sandra, Lisma, Indra, Arfan, Imel, Junita, Nova, Dowe, Siti yang telah memberikan bantuan dan dukungan bagi penulis. 11. Teman-temanku, Lita, Elsa, Betni, K Krista, yang senantiasa menjadi tempat berbagi suka dan duka. 12. Pihak Sekretariat Ektensi MAB yang telah membantu penulis. 13. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Akhirnya, terima kasih atas segala bantuan serta dukungannya dan Tuhan Memberkati. Amin. Bogor, Januari 2009 Penulis

11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik dan Penggolongan Tanaman Hias Penelitian Terdahulu BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pendapatan Usahatani Fungsi Pendapatan Kerangka Pemikiran Operasional Hipotesis Penelitian BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Penentuan Responden Metode Analisis Data Analisis Pendapatan Analisis Regresi Pengujian Asumsi Regresi Definisi Operasional BAB V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Kondisi Umum Daerah Penelitian Karakteristik Responden Umur Pedagang Tanaman Hias Tingkat Pendidikan Pedagang Tanaman Hias Pengalaman Pedagang Tanaman Hias Jumlah Anggota Keluarga Luas Lahan Gambaran Umum Usaha Tanaman Hias Pemasaran Tanaman Hias... 59

12 Halaman BAB VI. ANALISIS PENDAPATAN PEDAGANG TANAMAN HIAS 6.1. Aspek Permodalan Analisis Pendapatan Usaha Tanaman Hias Penerimaan Usaha Biaya Usaha Biaya Tunai Biaya Diperhitungkan Analisis Keuntungan Usaha BAB VII. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHA TANAMAN HIAS 7.1. Analisis Faktor-faktor Penjelasan Masing-masing Faktor BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 96

13 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Volume Ekspor dan Impor Tanaman Hias di Indonesia Tahun Jumlah Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun Jumlah Produksi Tanaman Hias di Kota Bogor Tahun Jumlah Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor, Tahun 2002 dan Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu Tabel Penentuan Responden Tabel Perhitungan Penerimaan, Pengeluaran dan Pendapatan Umur Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor Tahun Tingkat Pendidikan Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor Tahun Pengalaman Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor Tahun Jumlah Anggota Keluarga Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor Tahun Luas Lahan Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor Tahun Rata-rata Penerimaan Usaha Sampingan Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor, Periode Agustus Rata-rata Penggunaan TKLK Usaha Tanaman Hias di Jalan Pajajaran, Periode Agustus Rata-rata Penggunaan TKLK Usaha Tanaman Hias di Jalan Dadali, Periode Agustus Rata-rata Biaya Tunai Usaha Tanaman Hias di Kota Bogor, Periode Agustus Rata-rata Penggunaan TKDK Usaha Tanaman Hias di Jalan Pajajaran, Periode Agustus Rata-rata Penggunaan TKDK Usaha Tanaman Hias di Jalan Dadali, Periode Agustus Penerimaan, Pengeluaran, Pendapatan serta R/C ratio Usaha Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor, Periode Agustus

14 Halaman 22. Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Usaha Tanaman Hias di Kota Bogor, Periode Agustus Tahun

15 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Total Revenue, Total Cost dan Laba Maksimum Alur Kerangka Pemikiran Operasional Saluran Pemasaran Tanaman Hias di Kota Bogor... 60

16 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Sentra Produksi Tanaman Hias di Jawa Barat Jumlah Produksi Tanaman Hias Anthurium di Jawa Barat Jumlah Produksi Tanaman Hias di Kota Bogor Penerimaan Penjualan Tanaman Hias Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor, Periode Agustus Modal Awal, Luas Lahan, Jumlah Jenis Tanaman Hias, Pembelian, Jam Kerja, Penerimaan, Jumlah TKLK, Jumlah TKDK Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor, Periode Agustus Tahun Penerimaan Total Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor, Periode Agustus Penerimaan, Biaya-biaya Perawatan Tanaman Hias, dan Pendapatan Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor, Periode Agustus Penerimaan, Biaya-biaya, dan Pendapatan Bersih Usaha Sampingan Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor, Periode Agustus Persentase Perbandingan Pendapatan Usaha Tanaman Hias dengan Pendapatan Usaha Sampingan Hasil Output Minitab Gambar Lokasi Penjualan Tanaman Hias

17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hortikultura berasal dari bahasa Latin, yaitu Hortus dan Colere. Hortus bermakna kebun, sedangkan Colere berarti membudidayakan (to Cultivate). Dengan demikian hortikultura mengandung arti membudidayakan tanaman di kebun atau di sekitar tempat tinggal. Hortikultura dalam terjemahan bebas dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang budidaya tanaman yang intensif dan produknya digunakan manusia sebagai bahan pangan, bahanbahan obat (empon-empon), bahan bumbu (tanaman rempah), bahan penyegar atau penyedap dan sebagai pelindung serta memberikan kenyamanan pada lingkungan (tanaman hias). Menurut Rahim dan Hastuti (2007), subsektor tanaman hortikultura (horticulture) merupakan cabang ilmu pertanian yang membicarakan masalah budidaya tanaman yang menghasilkan buah, sayuran, tanaman hias serta rempah-rempah dan bahan baku obat tradisional. Bisnis hortikultura telah memberikan sumbangan dalam menghasilkan devisa negara. Salah satu indikator ekonomi makro yang cukup penting untuk mengetahui peranan dan kontribusi yang diberikan oleh subsektor hortikultura terhadap pendapatan nasional adalah dengan melihat nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Tanaman hias itu sendiri berada pada urutan keempat dari seluruh tanaman hortikultura sebagai penghasil Produk Domestik Bruto, selama beberapa tahun terakhir menunjukkan rata-rata peningkatan yang signifikan. Data perkembangan PDB Hortikultura berdasarkan kelompok komoditi dapat dilihat pada Tabel 1.

18 Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Berdasarkan Kelompok Komoditi Tahun Nilai PDB (Milyar Rp) Persentase Kelompok Komoditi Peningkatan (%) Buah-buahan Sayuran Tanaman Biofarmaka Tanaman Hias ,23 5,83 40,48 1,67 Hortikultura Sumber: Dirjen Hortikultura, ( ) Berdasarkan Tabel 1, nilai PDB tanaman hias pada tahun 2006 paling tinggi dari periode tiga tahun sebelumnya, dengan nilai Rp miliar pada tahun tersebut atau meningkat dari tahun 2005, 2004, dan 2003 yakni masingmasing Rp miliar, Rp miliar, dan Rp miliar. Rata-rata peningkatan PDB tersebut sekitar 1,67 persen, untuk buah-buahan meningkat 7.23 persen, sayuran 5.83 persen dan komoditi tanaman biofarmaka meningkat sebesar 40,48 persen. Tanaman hias adalah jenis tanaman tertentu baik yang berasal dari tanaman daun atau tanaman bunga yang dapat ditata untuk memperindah lingkungan sehingga suasana menjadi lebih artistik dan menarik (Sudarmono, 1997). Jadi tanaman dapat dikelompokkan sebagai tanaman hias apabila tanaman itu memiliki keindahan. Secara umum keindahan suatu tanaman terletak pada organ tanaman itu sendiri, terutama pada daun dan bunganya. Sehingga muncul istilah tanaman hias daun dan tanaman hias bunga. Tanaman hias mempunyai manfaat sebagai sumber pendapatan petani tanaman hias maupun pedagang tanaman hias, serta memperluas lapangan kerja. Manfaat lain dari tanaman hias, yaitu menciptakan kesegaran (kenyamanan), kesejukan dan keindahan maupun kesehatan lingkungan. Tanaman hias mempunyai nilai keindahan tajuk juga bentuk, warna bunga dan kerangka

19 tanaman. Selanjutnya, tanaman sebagai sumber oksigen yang diperlukan untuk kehidupan. Selain itu penataan tanaman dan jenis pada tanaman yang tepat akan menghantarkan estetikanya. Jadi, tanaman hias itu sendiri mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun , jumlah ekspor tanaman hias (tanaman Anggrek, Krisan, dan tanaman hias lainnya) di Indonesia mengalami fluktuasi. Data tahun 2003 menunjukkan jumlah volume ekspor sebesar kg, tahun 2004 sebesar kg dan sampai dengan tahun 2005 jumlah ekspor menjadi sebesar kg, atau meningkat ratarata 59,06 persen per tahun. Pada tahun 2006 jumlah ekspor mengalami penurunan sebesar kg, atau 17,5 persen dari tahun sebelumnya. Pada periode yang sama jumlah impor juga meningkat, tahun 2003 sebesar kg, tahun 2004 sebesar kg dan tahun 2005 sebesar kg, serta tahun 2006 jumlah impor sebesar , atau meningkat rata-rata 37,1 persen per tahun. Namun demikian jumlah ekspor tetap lebih besar dari impor, artinya Indonesia sampai dengan tahun 2006 masih termasuk negara pengekspor tanaman hias. Adapun perkembangan volume ekspor impor tanaman hias dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Volume Ekspor dan Impor Tanaman Hias di Indonesia Tahun Tahun Ekspor Impor Volume (kg) Nilai (US$) Volume (kg) Nilai (US$) Sumber : Badan Pusat Statistik ( )

20 Berdasarkan Tabel 2, volume ekspor tanaman hias dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 mengalami peningkatan dan tahun 2006 volumenya menurun, namun nilainya tetap meningkat. Hal ini karena nilai tukar mata uang rupiah meningkat dari Rp 9.640,- per dolar pada tahun 2005, meningkat menjadi Rp ,- per dolar pada tahun Tanaman hias merupakan komoditi yang unik. Semakin unik jenis tanaman hias tersebut, maka harganya akan cenderung semakin mahal. Jumlah permintaan akan tanaman hias setiap saat berubah, tergantung dengan trend dan selera konsumen sejalan dengan tingkat pendapatan masyarakat. Perubahan jumlah permintaan juga dipengaruhi oleh adanya perayaan-perayaan hari besar keagamaan seperti Idul Fitri, Natal, Tahun Baru dan Imlek atau harihari besar lainnya. Potensi pasar yang cukup bagus, baik itu pasar domestik maupun internasional membuat petani berusaha meningkatkan produksinya. Data jumlah total produksi tanaman hias di Indonesia tahun , dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun Produksi NO KOMODITAS ( Tangkai ) Anggrek Anthurium Anyelir Gerbera ( Herbras ) Gladiol Heliconia Krisan Mawar Sedap Malam JUMLAH Dracaena 1 ) Melati 2 ) Palem 3 ) Sumber : Badan Pusat Statistik, Ket: 1 ) Satuan Produksi dalam Batang 2 ) Satuan Produksi dalam Kg 3 ) Satuan Produksi dalam Pohon

21 Pada Tabel 3, tercatat bahwa jumlah produksi dari setiap jenis tanaman hias cenderung fluktuatif. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan konsumen terhadap jenis-jenis tanaman hias berubah-ubah, artinya bunga yang ramai diminati oleh konsumen bersifat musiman. Jumlah produksi tanaman hias yang cenderung meningkat adalah jenis Krisan. Sedangkan untuk jenis Gerbera (Herbras) cenderung stabil, artinya permintaan konsumen terhadap Gerbera (Herbras) relatif stabil. Jawa Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang merupakan sentra produksi tanaman hias. Hal ini disebabkan Jawa Barat mempunyai keadaan alam yang mendukung dan topografi yang cocok untuk budidaya tanaman hias. Pusat atau sentra produksi tanaman hias di Jawa Barat antara lain: Bogor, Garut, Bandung dan Sukabumi. Jenis tanaman hias yang banyak diproduksi di Kota Bogor antara lain: Anggrek, Mawar, Melati, Krisan, Heliconia, dan daerah Garut biasanya banyak memproduksi tanaman hias, seperti: Anggrek, Palem, Melati, Kaktus, Krisan, Gladiol, Anthurium, Dracaena, Cordeline. Bandung memproduksi tanaman hias seperti: Mawar, Anggrek, Kaktus, Krisan, Gladiol, Anthurium, Palem, Bougenville, Heliconia, Gerbera, dan daerah Sukabumi banyak memproduksi tanaman hias seperti: Mawar, Melati, Sedap Malam, Kaktus, Krisan, Gladiol, Gerbera, Dracaena, Heliconia, Cycas, Pakis. Untuk lebih jelasnya mengenai jenis-jenis tanaman hias yang diproduksi masing-masing daerah di Jawa Barat dapat dilihat pada Lampiran 1. Anthurium merupakan salah satu jenis tanaman hias yang banyak diproduksi di Jawa Barat, karena banyak diminati konsumen. Jumlah produksi tanaman hias Anthurium dari masing-masing daerah di Jawa Barat dapat dilihat pada Lampiran 2.

22 Kota Bogor mempunyai banyak tempat wisata, sehingga Kota Bogor disebut juga sebagai Kota Wisata. Hal ini merupakan peluang bagi pedagang tanaman hias untuk menjual tanaman hias kepada para wisatawan domestik maupun wisatawan internasional. Kota Bogor, selain sebagai Kota Wisata juga merupakan sentra produksi tanaman hias, karena didukung dengan iklim dan topografi yang cocok untuk membudidayakan tanaman hias. Hal ini juga salah satu faktor pendukung dalam usaha penjualan tanaman hias yang dilakukan para pedagang tanaman hias yang memanfaatkan jalan di sepanjang jalur hijau di Kota Bogor. Data jumlah produksi tanaman hias di Kota Bogor tahun 2005 sampai dengan 2007 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah Produksi Tanaman Hias di Kota Bogor Tahun Jumlah Produksi NO. KOMODITI Ket: Anggrek Anthurium Anyelir Gerbera Gladiol Heliconia Krisan Mawar Sedap Malam Dracaena 1) Melati 2) Palem 3) Jumlah Sumber: Dinas Agribisnis Kota Bogor, (data diolah) 1 ) Satuan Produksi dalam Batang 2 ) Satuan Produksi dalam Kg 3 ) Satuan Produksi dalam Pohon Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa jumlah produksi tanaman hias di Kota Bogor tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 mengalami penurunan. Jenis tanaman yang jumlah produksinya meningkat, adalah jenis Dracaena. Hal ini merupakan peluang bagi petani tanaman hias di Kota Bogor agar meningkatkan kembali jumlah produksi seperti tahun-tahun sebelumnya.

23 1.2 Perumusan Masalah Para pelaku usaha yang bergerak dalam bidang usaha perdagangan tanaman hias di Kota Bogor semakin meningkat. Hal ini terbukti dengan adanya pedagang tanaman hias di sepanjang jalan yang ada di Jalan Raya Bogor. Jumlah pedagang tanaman hias yang berada di Kota Bogor pada tahun 2002 adalah 188 orang meningkat menjadi 215 orang pada tahun Data jumlah pedagang tanaman hias di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor, Tahun 2002 dan 2006 No. Lokasi Jumlah (2002) Jumlah (2006) 1. Jalan Dadali Jalan Pajajaran Jalan Semeru Jalan Baru Cifor Jalan Ahmad Yani 3 10 Total Sumber : Dinas Tata Kota dan Pertamanan Kota Bogor, 2002 dan 2006 Pertambahan jumlah pedagang tanaman hias di Kota Bogor, tentu akan mempengaruhi tingkat pendapatan masing-masing pedagang. Selain itu, pedagang tanaman hias juga dihadapkan pada tingginya biaya produksi yaitu biaya pembelian tanaman hias, biaya transportasi akibat kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM), biaya pemeliharaan tanaman hias, dan biaya tenaga kerja yang berdampak pada meningkatnya harga jual. Harga jual yang tinggi menyebabkan daya beli konsumen semakin berkurang. Selain masalah di atas, pedagang tanaman hias juga mempunyai pesaing dari luar, yaitu masyarakat di perumahan-perumahan yang pada awalnya berniat untuk mengoleksi tanaman hias hanya sebagai hobbi. Semakin lama jumlah tanaman hias mereka tersebut bertambah, akhirnya mereka ada yang mengubah

24 hobbinya menjadi lahan bisnis baru. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap pendapatan pedagang tanaman hias di sepanjang jalur hijau di Kota Bogor. Pesaing-pesaing lain pedagang tanaman hias adalah adanya pedagangpedagang yang menjajakan dagangannya langsung ke pasar-pasar atau ke rumahrumah dengan harga yang sama atau bahkan lebih murah. Menurut pedagang tanaman hias di daerah penelitian, hal ini karena pedagang tersebut membeli langsung dari petani atau tanaman tersebut mempunyai kualitas yang kurang baik. Pelaku bisnis lain juga ada yang melakukan promosi dengan mengadakan pameran-pameran di mall. Masalah-masalah di atas tentu akan mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang tanaman hias di Kota Bogor. Selain itu, keadaan ekonomi Indonesia yang tidak stabil, harga-harga kebutuhan pokok semakin meningkat sedangkan pendapatan (gaji bagi karyawan) tetap. Keadaan tersebut memicu masyarakat untuk mencari pendapatan lain, salah satunya dengan terjun ke dunia bisnis tanaman hias. Hal ini juga mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang tanaman hias di Kota Bogor. Upaya mengatasi pendapatan yang tidak sesuai dengan kebutuhan rumah tangga pedagang tanaman hias, mereka melakukan kegiatan penjualan produk diluar tanaman hias, yaitu: penjualan pupuk kandang, pupuk kompos, pupuk organik, sekam, pakis, penyewaan tanaman, dan pembuatan taman. Usaha yang dilakukan pedagang tanaman hias ini merupakan komplementer dari tanaman hias, sehingga usaha penjualan tanaman hias maupun penjualan produk selain tanaman hias ini saling mendukung. Rata-rata pendapatan penjualan produk diluar tanaman hias, dapat membantu kebutuhan rumah tangga pedagang tanaman hias,

25 bahkan bisa mencapai jumlah yang lebih besar dari penjualan tanaman hias itu sendiri. Dengan kondisi-kondisi tersebut, maka pertanyaan yang pertama muncul adalah seberapa besar tingkat pendapatan pedagang tanaman hias di Kota Bogor, kemudian apakah sebenarnya faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha tanaman hias sehingga jumlah pendapatan pedagang mengalami peningkatan atau penurunan? Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut, penulis merasa perlu melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan usaha atau pedagang tanaman hias di Kota Bogor, sehingga pedagang tanaman hias dapat meningkatkan pendapatannya. Berdasarkan uraian di atas, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik usaha tanaman hias di Kota Bogor? 2. Bagaimana tingkat pendapatan usaha pedagang tanaman hias di Kota Bogor? 3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha pedagang tanaman hias di Kota Bogor? 1.3 Tujuan Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai adalah : 1. Menganalisis karakteristik usaha tanaman hias di Kota Bogor. 2. Menganalisis tingkat pendapatan usaha pedagang tanaman hias di Kota Bogor.

26 3. Menganalisis faktor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat pendapatan usaha pedagang tanaman hias di Kota Bogor. 1.4 Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memecahkan masalahmasalah dan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi pedagang, dapat membantu pedagang untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang sehingga dapat meningkatkan kembali pendapatannya. 2. Bagi pembaca, menjadi sumber informasi dan bahan studi literatur serta perbandingan untuk penelitian selanjutnya. 3. Bagi penulis, menambah keterampilan, kemampuan pengetahuan dalam membuat karya ilmiah yang baik dan benar Ruang lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi pada masalah tingkat pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang tanaman hias di Kota Bogor. Tingkat biaya yang dianalisis adalah biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Termasuk biaya tunai yaitu: biaya pembelian tanaman hias, biaya pupuk kandang, biaya pupuk kompos, biaya pupuk NPK, biaya sekam, biaya pakis, biaya obatobatan, biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK), biaya transportasi, biaya pot, dan biaya lain-lain (sampah dan listrik). Biaya yang termasuk dalam biaya diperhitungkan, yaitu: biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK), dan biaya bunga modal.

27 Analisis pendapatan pada penelitian ini adalah analisis terhadap pendapatan usaha penjualan tanaman hias dan produk selain tanaman hias. Pendapatan yang dihitung adalah pendapatan bulanan dengan periode usaha bulan Agustus Analisis ini dilakukan dengan menghitung penerimaan usaha dan mengurangkannya dengan total biaya yang dikeluarkan. Sedangkan analisis faktor pada penelitian ini adalah analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan penjualan tanaman hias.

28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik dan Penggolongan Tanaman Hias Tanaman hias adalah jenis tanaman tertentu baik yang berasal dari tanaman daun atau tanaman bunga yang dapat ditata untuk memperindah lingkungan sehingga suasana menjadi lebih artistik dan menarik (Sudarmono, 1997). Tanaman hias dapat memberikan suasana indah mempesona, dan melembutkan pandangan. Memberikan kecemerlangan sepanjang waktu. Memberikan kesejukan dan rasa nyaman serta mampu menurunkan suhu pada saat udara panas sekaligus dapat mencuci udara karena tanaman merupakan sumber O2. Lakitan (1995) dalam Saepuloh (2005), mendefinisikan bahwa tanaman hias adalah komoditi yang dibudidayakan dalam kehidupan sehari-hari untuk dinikmati keindahannya. Menikmati keindahan tanaman hias dapat dilakukan dengan cara menghadirkan tanaman tersebut secara utuh di lingkungan pemukiman manusia. Salah satu cara misalnya dengan menanam tanaman hias di halaman rumah atau taman-taman umum. Tanaman hias selain ditanam langsung di tanah juga dapat ditanam dalam pot. Panen tanaman hias dapat dilakukan secara fisik dan dapat hanya dengan menikmati keindahannya dengan tidak secara fisik memanen tanaman atau bagian dari tanaman tersebut. Ashari (1995), menyatakan bahwa industri tanaman hias meliputi budidaya tanaman dalam pot, bunga potong dan bunga hias lainnya yang kebanyakan dilakukan di areal tertentu seperti rumah kaca atau green house.

29 Keindahan tanaman tersebut dapat dipancarkan dari keseluruhan tajuk tanaman juga bentuk, warna bunga dan kerangka tanaman. Menurut Sudarmono (1997), tanaman hias dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu : 1. Tanaman hias daun Tanaman hias daun dipilih karena penampilan aneka ragam daunnya yang berwarna-warni. Mulai dari yang berwarna tunggal merah, hijau, kuning, orange, perak, warna kombinasi, warna strip-strip, warna zebra, warna bintikbintik, totol-totol merah-ungu, dan warna mengkilap. Daya tarik lainnya adalah penampilan bentuk tajuknya, bentuk batangnya, bentuk daunnya, dan teksturnya. Selain daya tarik karena keindahannya, tanaman hias daun disukai orang karena persyaratan tumbuhnya ringan, perawatannya mudah, dan tahan lama dibandingkan dengan tanaman hias bunga. Di dalam ruangan, tanaman hias daun misalnya, Suplir keriting dapat bertahan sampai 10 tahun. Contoh lain tanaman hias daun adalah: Palem kol, Perilepta dyerianus, Palem merah, Palem kuning, Palem botol, Asoka, Aglaonema, Lantana camara, dan Sikas. 2. Tanaman hias bunga Tanaman hias bunga dipilih karena penampilan bunganya berwarna-warni, bentuk dan ukurannya beraneka ragam, ada yang kecil mungil, ada yang raksasa, dan ada yang baunya harum. Tanaman hias bunga menuntut persyaratan yang lebih berat daripada tanaman hias daun. Pembentukan bunga memerlukan penyinaran dan suhu malam yang sejuk. Tanaman hias bunga, sifatnya hanya sementara, mungkin hanya bertahan 1-2 minggu. Bahkan pada

30 musim hujan bunga akan mampu bertahan dalam tiga hari saja. Contoh tanaman hias bunga adalah: Mawar, Melati, Krisan, Euphorbia, Bougenville, Anggrek, dan Adenium. Menurut Ratnasari (2007), berdasarkan struktur dan bentuknya tanaman hias dapat digolongkan menjadi tanaman pohon, liana dan herba, perdu, semak, dan sukulen. Struktur tanaman ini akan mempengaruhi fungsi tanaman pada saat digunakan. Berikut penggolongan tanaman hias: 1. Tanaman Pohon Tanaman pohon adalah jenis tanaman berkayu yang biasanya mempunyai batang tunggal dan dicirikan dengan pertumbuhan yang sangat tinggi. Tanaman berkayu adalah tanaman yang membentuk batang sekunder dan jaringan xylem yang banyak. Biasanya, tanaman pohon digunakan sebagai pelindung dan centre point. Selain itu, ada juga tanaman pohon yang bisa digunakan sebagai tanaman hias pot, tetapi jenisnya sangat terbatas. Flamboyan dan Dadap merah termasuk jenis tanaman pohon. 2. Tanaman Liana dan Herba Tanaman golongan liana lebih banyak digunakan untuk tanaman rambat atau tanaman gantung. Liana dicirikan dengan batang yang tidak berkayu dan tidak cukup kuat untuk menopang bagian tanaman lainnya. Termasuk dalam golongan liana adalah bunga Alamanda. Sedangkan golongan herba (herbacaous) atau terna merupakan jenis tanaman dengan sedikit jaringan sekunder atau tidak sama sekali. Termasuk dalam jenis ini adalah bunga Kana dan bunga Tapak darah.

31 3. Tanaman Perdu Tanaman golongan perdu merupakan tanaman berkayu yang pendek dengan batang yang cukup kaku dan kuat untuk menopang bagian-bagian tanaman. Golongan perdu biasanya dibagi menjadi tiga, yaitu perdu rendah, perdu sedang, dan perdu tinggi. Termasuk jenis tanaman ini adalah bunga Sikat botol, Krossandra, dan Euphorbia. 4. Tanaman Semak Tanaman golongan semak dicirikan dengan batang yang berukuran sama dan sederajat. Termasuk dalam jenis ini adalah Bambu hias. 5. Tanaman Sukulen Tanaman sukulen adalah jenis tanaman lunak yang tidak berkayu dengan batang dan daun yang mampu menyimpan cadangan air dan tahan terhadap kondisi yang kering. Termasuk dalam jenis ini adalah Kaktus. Menurut Ratnasari (2007), tanaman hias memiliki habitat yang berbeda satu sama lain. Secara umum, habitat tanaman hias dicirikan dengan perbedaannya akan lingkungan hidup yang mencakup ketinggian tempat dari permukaan air laut, kebutuhan air, dan kebutuhan cahaya. Ketinggian Tempat Biasanya, faktor ketinggian tempat lebih dikenal dengan faktor suhu. Sebagai negara yang berada di daerah khatulistiwa, keragaman iklim di masingmasing daerah relatif sedikit. Perbedaan suhu di sini lebih banyak dipengaruhi oleh ketinggian tempat, yaitu dataran tinggi dan dataran rendah. Suhu udara di dataran tinggi relatif dingin sehingga beberapa jenis tanaman subtropis dapat dibudidayakan dengan baik. Sementara suhu udara di

32 dataran rendah relatif panas sehingga tidak banyak tanaman hias yang berasal dari daerah subtropis bisa dibudidayakan dengan baik. Berdasarkan ketinggian tempat, tanaman hias dikelompokkan menjadi tiga, yaitu tanaman hias dataran tinggi, dataran rendah, dan dataran sedang. Sebagai acuan, suatu daerah dikatakan sebagai dataran tinggi jika berada pada ketinggian 700 m di atas permukaan laut (dpl). Dataran rendah berada pada ketinggian < 200 m dpl. Daerah yang berada pada kisaran ketinggian m dpl merupakan dataran sedang. Kebutuhan Air Air merupakan salah satu kebutuhan utama tanaman. Tanpa air, tanaman tidak akan dapat mengolah bahan makanannya sehingga akan layu, kemudian mati. Tanaman yang mengalami kelayuan harus segera diberi air agar dapat segar kembali. Jika tidak, kondisi tersebut dapat menyebabkan kelayuan permanen yang akhirnya akan membuat tanaman mati. Kebutuhan air untuk setiap tanaman sangat beragam, tergantung pada jenis tanaman, fase pertumbuhan, ukuran tanaman, ukuran pot (jika tanaman ditanam dalam pot), kondisi media tanam, kondisi akar, pencahayaan, serta suhu dan kelembapan lingkungan. Jenis tanaman sukulen atau kaktus-kaktusan membutuhkan air yang sedikit untuk dapat tumbuh dengan baik, sedangkan jenis tanaman air justru membutuhkan keadaan jenuh air untuk dapat tumbuh dengan baik. Pada umumnya, kebutuhan air pada tanaman hias bunga berada di antara kedua jenis tanaman tersebut. Selain jenis, umur dan ukuran tanaman juga sangat berpengaruh terhadap kebutuhan air. Tanaman yang lebih tua dan berukuran lebih besar membutuhkan

33 air lebih banyak daripada tanaman yang masih muda dan kecil. Faktor lingkungan juga mempengaruhi kebutuhan tanaman tanaman akan air, diantaranya tempat tumbuh tanaman. Kebutuhan air pada tanaman yang tumbuh di dalam pot jauh lebih tinggi dibandingkan tanaman yang ditanam langsung di tanah. Peletakan tanaman juga mempengaruhi kebutuhan air. Tanaman yang diletakkan di dalam ruangan ber-ac membutuhkan air lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang diletakkan di ruangan tanpa AC. Kebutuhan Cahaya Berdasarkan kebutuhan cahaya, tanaman dapat dikelompokkan menjadi jenis tanaman yang toleran terhadap sinar matahari langsung atau tanaman yang membutuhkan naungan. Namun, adapula tanaman yang dapat tumbuh baik di tempat yang terkena cahaya langsung maupun ternaungi. Tanaman yang toleran terhadap sinar matahari sebaiknya ditempatkan di tempat-tempat yang terkena sinar matahari secara penuh sehingga dapat tumbuh secara optimal. Sementara tanaman yang toleran terhadap naungan sebaiknya diletakkan di tempat yang teduh atau tidak terkena sinar matahari, contohnya di bawah pohon, diberi naungan paranet, atau bisa juga di teras rumah. Jika tidak terdapat naungan, tanaman jenis ini juga bisa diletakkan di tempat-tempat yang hanya terkena sinar matahari pagi atau sore saja. Tanaman hias di lingkungan sekitar sangat beragam. Untuk mempermudah dalam pengenalan, perlu dilakukan penggolongan pada tanaman hias. Masingmasing golongan tanaman hias tersebut memiliki habitat yang berbeda-beda. Mengenal penggolongan dan habitatnya akan mempermudah dalam perawatan tanaman hias tersebut.

34 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pendapatan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut diduga mempunyai pengaruh terhadap pendapatan pedagang tanaman dengan menggunakan uji-uji tertentu. Faktor atau Variabel yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan pedagang tanaman hias bisa dijadikan acuan untuk mengembangkan pertanian melalui peningkatan pendapatan yang diperoleh pedagang tanaman hias. Faktor-faktor yang berpengaruh berbeda-beda tergantung jenis dan lokasi usaha tanaman hiasnya. Saepuloh (2005) melakukan penelitian tentang analisis pendapatan usaha dan pemasaran tanaman hias di Kota Bogor. Usaha yang dilakukan oleh pedagang pengecer tanaman hias di Kota Bogor mengalami keuntungan walaupun relatif kecil. Secara ekonomis keuntungan ini dapat diidentifikasi dari nilai imbangan penerimaan atas biaya (R/C) tunai sebesar 1.34 dan R/C atas biaya total ebesar Nilai elastisitas transmisi untuk masing-masing tanaman yang diteliti adalah 0.94 untuk Euphorbia, 0.66 untuk tanaman Bougenville, 0.75 untuk tanaman Aglaonema, dan 0.60 untuk jenis tanaman Palem. Berdasarkan nilai nilai tersebut dapat diidentifikasikan bahwa perubahan harga sebesar 1 persen di tingkat pedagang pengecer mengakibatkan perubahan harga di tingkat petani sebesar kurang dari 1 persen. Perbedaan dengan penelitian ini adalah: Lokasi penelitian Saepuloh (2005) hanya di Jalan Pajajaran dengan jumlah responden 10 orang. Sedangkan lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah Jalan Pajajaran dan Jalan Dadali dengan jumlah responden sebanyak 30 orang. Selain itu dalam analisis data, Saepuloh (2005) menggunakan analisis elastisitas transmisi karena lebih mengarah pada aspek pemasaran tanaman hias. Sedangkan analisis data

35 yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Regresi (regression analysis), karena lebih mengarah pada aspek faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang tanaman hias. Penelitian Anggrayni (2006), tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan usaha tanaman hias di Kecamatan Sawangan, Depok memasukkan beberapa faktor yang diduga mempengaruhi terhadap tingkat pendapatan usaha tanaman hias di daerah penelitian. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor yang berpengaruh positif terhadap pendapatan dan faktor yang berpengaruh negatif terhadap pendapatan. Faktor yang berpengaruh positif terhadap pendapatan adalah: harga jual tanaman hias Euphorbia, harga jual tanaman hias Walisongo, pupuk kandang, pupuk kompos dan pupuk Urea. Variabel yang bertanda negatif adalah tenaga kerja, harga beli tanaman hias Euphorbia, harga beli tanaman hias Walisongo, dan harga beli tanaman hias Kamboja Jepang. Dari hasil analisis pendapatan, rata-rata tingkat pendapatan pedagang tanaman hias adalah sebesar Rp ,- per bulan dan pendapatan di luar usaha sebesar Rp ,- artinya pedagang tanaman hias mempunyai pendapatan yang cukup besar. Perbedaan dengan penelitian Anggrayni (2006) adalah: variabel yang digunakan dalam penelitian Anggrayni (2006), beberapa variabel diantaranya berbeda dengan variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Selain itu, lokasi daerah penelitian juga berbeda dengan penelitian. Penelitian Sumiyati (2006), tentang analisis pendapatan dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi usahatani bawang daun di Desa Sindangjaya, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Berdasarkan hasil analisis pendapatan, petani bawang daun memperoleh keuntungan yang cukup besar. Hal ini dapat

36 terlihat dari Nilai R/C atas biaya tunai sebesar 5,62, dan nilai R/C atas biaya total sebesar 2,17. Berdasarkan analisis fungsi produksi, setelah melakukan pendugaan dan pengujian serta pemeriksaan asumsi OLS dengan melihat masalah multikolinear, MSE dan autokorelasi maka model fungsi produksi yang dipilih adalah model fungsi produksi Cobb-Douglas. Hasil analisis fungsi produksi Cobb- Douglas menunjukkan bahwa nilai VIF lebih kecil dari 1, MSE terkecil, yaitu sebesar 0,0297, dan nilai DW sebesar 2,28. Hal ini berarti tidak ada masalah multikolinear, MSE maupun masalah autokorelasi. Perbedaan dengan penelitian Sumiyati (2006), selain komoditi yang berbeda, lokasi penelitian juga berbeda. Penelitian Nadhwatunnaja (2008), tentang analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi paprika hidroponik di Desa Pasir Langgu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung. Berdasarkan analisis pendapatan usahatani diperoleh bahwa pendapatan petani anggota Koptan Mitra Sukamaju lebih tinggi dibandingkan petani non anggota. Nilai R/C atas biaya tunai petani anggota Koptan Mitra Sukamaju adalah 1.74 dan nilai R/C atas biaya total adalah Sedangkan nilai R/C petani non anggota adalah 1.62 untuk biaya tunai dan 1.11 untuk biaya total. Lebih besarnya pendapatan dan nilai R/C petani anggota Koptan adalah karena pada saat penelitian harga paprika di pasar sedang turun, sehingga petani anggota Koptan lebih diuntungkan karena harga paprika pada koptan stabil. Berdasarkan analisis fungsi produksi, faktor produksi luas lahan (X 1 ), nutrisi (X 3 ), pestisida (X 4 ), dan tenaga kerja (X 5 ) secara bersama-sama berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99 persen terhadap produksi paprika hidroponik. Dengan melakukan uji-t, hasil uji ini menunjukkan faktor produksi nutrisi (X 3 ) dan pestisida (X 4 ) berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99

37 persen, dan faktor produksi luas lahan(x 1 ) berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 persen. Sedangkan faktor produksi tenaga kerja (X 5 ) tidak berpengaruh nyata. Perbedaan dengan penelitian Nadhwatunnaja (2008) adalah: jenis komoditi yang akan diteliti. Nadhwatunnaja (2008), meneliti tentang paprika hidroponik sedangkan komoditi yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah tanaman hias. Penelitian Nugroho (2008), tentang analisis pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil produksi pembenihan ikan gurami bersertifikasi SNI di Desa Beji, Kecamatan Kedung Banteng, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani, pendapatan yang diterima oleh petani bersertifikat SNI lebih besar dibandingkan dengan yang diterima oleh petani non sertifikat. Hal tersebut tergambarkan oleh nilai R/C, R/C yang diperoleh petani bersertifikat lebih tinggi dibandingkan petani non sertifikat. Dari hasil analisis faktor-faktor menggunakan fungsi Cobb-Douglas semua variabel independen secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap hasil produksi ikan gurami dimana hasil tersebut didapatkan dari uji F dengan tingkat kepercayaan 95%. Pengaruh faktor produksi secara parsial dengan menggunakan uji t menunjukkan bahwa faktor luas kolam (X 1 ), kepadatan (X 2 ), dosis pupuk (X 3 ) berpengaruh nyata terhadap hasil produksi benih ikan gurami pada tingkat kepercayaan 95%. Sedangkan faktor pakan benih (X 4 ), tenaga kerja (X 5 ) dan variabel dummy sertifikat tidak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi benih ikan gurami pada tingkat kepercayaan 95%. Usaha pembenihan ikan ikan gurami di Desa Beji berada pada kondisi increasing return to scale atau kenaikan hasil yang meningkat. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penjumlahan koefisien dari

38 masing-masing faktor produksi. Perbedaan dengan penelitian Nugroho (2008), selain perbedaan komoditi juga lokasi penelitian yang berbeda. Untuk lebih jelasnya ringkasan hasil penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu Peneliti/ Metode/ No Topik Tahun Variabel 1. Saepuloh (2005) Anggrayn i (2006) Sumiyati (2006) Analisis Pendapatan dan Pemasaran Tanaman Hias di Kota Bogor Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Usaha Tanaman Hias di Kecamatan Sawangan Depok Analisis Pendapatan dan Efisiensi 1. Analisis ratio keuntungan 2. Analisis elastisitas transmisi 1. Analisis pendapatan 2. Analisis regresi 1. Analisis pendapatan 2. Analisis Hasil Penelitian 1. Dari hasil analisis ratio, usaha yang dilakukan oleh pedagang tanaman hias di Jalan Pajajaran masih mengalami keuntungan walaupun relatif kecil. Secara ekonomis keuntungan ini dapat diidentifikasi dari nilai imbangan penerimaan atas biaya (R/C) tunai sebesar 1.34 dan R/C atas biaya total sebesar Dari hasil analisis elastisitas transmisi diperoleh bahwa, perubahan harga sebesar 1 persen di tingkat pedagang pengecer mengakibatkan perubahan harga di tingkat petani sebesar kurang dari 1 persen. Nilai elastisitas transmisi untuk masing-masing tanaman yang diteliti adalah 0.94 untuk Euphorbia, 0.66 untuk tanaman Bougenville, 0.75 untuk tanaman Aglaonema, dan 0.60 untuk jenis tanaman palem. 1. Dari hasil analisis pendapatan, ratarata tingkat pendapatan pedagang tanaman hias adalah sebesar Rp ,- per bulan dan pendapatan di luar usaha sebesar Rp ,- artinya pedagang tanaman hias mempunyai pendapatan yang cukup besar. 2. Dari hasil analisis faktor bahwa, model yang terbaik untuk menunjukkan bahwa sudah tidak adanya multikolonieritas, koefisien determinan (R 2 ) sebesar 84.3 persen sedangkan nilai F-hitung sebesar Faktor yang berpengaruh positif terhadap pendapatan adalah: harga jual tanaman hias Euphorbia, harga jual tanaman hias walisongo, pupuk kandang, pupuk kompos dan pupuk Urea. Variabel yang bertanda negatif adalah tenaga kerja, harga beli tanaman hias Euphorbia, harga beli tanaman hias walisongo, dan harga beli tanaman hias kamboja jepang. 1.Berdasarkan analisis pendapatan, petani bawang daun memperoleh keuntungan yang cukup besar. Hal ini

39 No Peneliti/ Tahun Nadhwatu nnaja (2008) Nugroho (2008) Topik Penggunaan Faktor-faktor Produksi Usahatani Bawang Daun di Desa Sindangjaya, Kecamatan Pacet, kabupaten Cianjur, Jawa Barat Analisis Pendapatan Usahatani dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Paprika Hidroponik di Desa Pasir Langgu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Analisis Pendapatan dan Faktorfaktor yang Mempengaruhi Hasil Produksi Pembenihan Ikan Gurami Metode/ Variabel fungsi produksi 1. Analisis pendapatan 2. Analisis fungsi produksi 1. Analisis pendapatan 2.Analisis fungsi produksi Hasil Penelitian dapat diketahui dari Nilai R/C atas biaya tunai sebesar 5,62, dan nilai R/C atas biaya total sebesar 2, Berdasarkan analisis fungsi produksi, setelah melakukan pendugaan dan pengujian serta pemeriksaan asumsi OLS dengan melihat masalah multikolinear, MSE dan autokorelasi maka model fungsi produksi yang dipilih adalah model fungsi produksi Cobb-Douglas. Hasil analisis fungsi produksi Cobb-Douglas menunjukkan bahwa nilai VIF lebih kecil dari 1, MSE terkecil, yaitu sebesar 0,0297, dan nilai DW sebesar 2,28. Hal ini berarti tidak ada masalah multikolinear, MSE maupun masalah autokorelasi. 1. Dari hasil analisis ratio keuntungan, nilai R/C atas biaya tunai petani anggota Koptan Mitra Sukamaju adalah sebesar 1.74 dan nilai R/C atas biaya total adalah sebesar 1.21, sedangkan nilai R/C petani non anggota adalah sebesar 1.62 untuk biaya non tunai dan 1.11 untuk biaya total. 2. Berdasarkan analisis fungsi produksi, faktor produksi luas lahan (X 1 ), nutrisi (X 3 ), pestisida (X 4 ), dan tenaga kerja (X 5 ) secara bersama-sama berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99 persen terhadap produksi paprika hidroponik. Dengan melakukan uji-t, hasil uji ini menunjukkan faktor produksi nutrisi (X 3 ) dan pestisida (X 4 ) berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99 persen, dan faktor produksi luas lahan(x 1 ) berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 persen. Sedangkan faktor produksi tenaga kerja (X 5 ) tidak berpengaruh nyata. 1.Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani, pendapatan yang diterima oleh petani bersertifikat SNI lebih besar dibandingkan dengan yang diterima oleh petani non sertifikat. Hal tersebut tergambarkan oleh nilai R/C, R/C yang diperoleh petani bersertifikat lebih tinggi dibandingkan petani non sertifikat. 2.Dari hasil analisis faktor-faktor menggunakan fungsi Cobb-Douglas

40 No Peneliti/ Tahun Topik Petani Bersertifikasi SNI di Desa Beji, Kecamatan Kedung Banteng, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah Metode/ Variabel Hasil Penelitian semua variabel independen secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap hasil produksi ikan gurami dimana hasil tersebut didapatkan dari uji F dengan tingkat kepercayaan 95%. Pengaruh faktor produksi secara parsial dengan menggunakan uji t menunjukkan bahwa faktor luas kolam (X 1 ), kepadatan (X 2 ), dosis pupuk (X 3 ) berpengaruh nyata terhadap hasil produksi benih ikan gurami pada tingkat kepercayaan 95%. Sedangkan faktor pakan benih (X 4 ), tenaga kerja (X 5 ) dan variabel dummy sertifikat tidak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi benih ikan gurami pada tingkat kepercayaan 95%.

41 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pendapatan Usahatani Menurut Soekartawi (1986), ilmu usahatani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, kerja, modal, waktu, dan pengelolaan) yang terbatas untuk mencapai tujuannya. Ilmu usahatani juga diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) (Soekartawi, 2002). Tingkat keuntungan dapat diukur dengan pendapatan usahatani yang umumnya digunakan untuk mengevaluasi kegiatan suatu usahatani dengan tujuan untuk membantu perbaikan pengelolaan usahatani. Analisis pendapatan usahatani bertujuan untuk menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha dan dapat menggabarkan keadaan yang akan datang. Dalam usahatani tentunya para petani memperhitungkan biaya-biaya yang dikeluarkan serta memperhitungkan penerimaan yang diperoleh. Menurut Soekartawi et, al (1986), biaya atau pengeluaran total usahatani adalah semua nilai masukan yang habis dipakai atau dikeluarkan dalam kegiatan produksi

42 usahatani. Biaya usahatani dapat dibedakan menjadi biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. 1. Biaya tunai Biaya tunai usahatani didefinisikan sebagai jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani. 2. Biaya yang diperhitungkan Biaya yang diperhitungkan merupakan pengeluaran secara tidak tunai yang dikeluarkan oleh petani, biaya ini dapat berupa faktor produksi yang digunakan petani tanpa mengeluarkan uang tunai seperti sewa lahan yang diperhitungkan atas lahan milik sendiri, penggunaan tenaga kerja dalam keluarga, dan penyusutan peralatan. Berdasarkan sifatnya biaya produksi usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: (a) Biaya tetap (fixed cost); dan (b) Biaya tidak tetap (variabel cost). (a) Biaya tetap Biaya tetap ini umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh sedikit atau banyak. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Contoh biaya tetap: sewa tanah, pajak dan alat-alat pertanian. (b) Biaya variabel Di sisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Contohnya biaya untuk sarana produksi: tenaga kerja, pupuk, pestisida. Jika

43 ingin menambah jumlah produksi, maka jumlah sarana produksi juga harus ditambah. Menurut Tjakrawiralaksana (1983), biaya adalah semua pengeluaran, dinyatakan dengan uang, yang diperlukan untuk menghasilkan sesuatu produk dalam satu periode produksi. Biaya disebut pula ongkos-ongkos yang merupakan nilai dari seluruh pengorbanan (unsur produksi) yang disebut pula input. Termasuk biaya-biaya tersebut adalah: sarana produksi yang habis terpakai, lahan, biaya alat-alat produksi tahan lama, tenaga kerja, dan biaya lainlain. Soekartawi, et al (1986), menyatakan bahwa penerimaan usahatani adalah nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu yaitu jumlah komoditi dikalikan dengan harga satuan komoditi. Sedangkan pengeluaran usahatani adalah nilai semua input yang habis dipakai dalam proses produksi. Berkaitan dengan ukuran pendapatan dan keuntungan, Soekartawi, et al (1986) mengemukakan beberapa definisi yaitu : a. Penerimaan tunai usahatani (farm receipt): nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. b. Pengeluaran tunai usahatani (farm payment): jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani. c. Pendapatan tunai usahatani (farm net cash flow): selisih antara penerimaan tunai usahatani dan pengeluaran tunai usahatani. d. Penerimaan kotor usahatani (gross return): produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual.

44 e. Pengeluaran total usahatani (total farm expenses): nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan dalam produksi termasuk biaya-biaya yang diperhitungkan. f. Pendapatan bersih usahatani (net farm income): selisih antara penerimaan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani. Secara harafiah pendapatan usahatani dapat didefinisikan sebagai sisa dari pengurangan nilai penerimaan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan yang diharapkan tentu saja memiliki nilai positif dan semakin besar nilainya semakin baik. Menurut Tjakrawiralaksana (1983), pendapatan usahatani adalah jumlah yang tersisa setelah biaya, yaitu semua nilai input untuk produksi, baik yang benar-benar dibayar maupun yang hanya diperhitungkan, telah dikurangkan dari penerimaan. Pendapatan pengelola itu sendiri terdiri dari 2 unsur, yaitu: 1. Imbalan jasa manajemen, upah atau honorarium petani sebagai pengelola. 2. Sisanya atau laba, yaitu net profit, merupakan imbalan bagi resiko usaha. Inilah yang sebenarnya merupakan keuntungan atau laba, dalam pengertian ekonomi perusahaan Laba/Pendapatan Maksimum Nicholson (2001), menyatakan bahwa dalam melakukan aktivitasnya, perusahaan akan menjual barang pada berbagai tingkat output (Q). Dari penjualan pengusaha akan menerima pendapatan (revenue) sebanyak P (Q).Q = R (Q). Terlihat bahwa besar penerimaan tergantung pada jumlah barang yang terjual. Dalam produksinya, dibutuhkan biaya besar C (Q), yang jumlahnya juga

45 tergantung dari jumlah barang yang diproduksi. Perbedaan antara penerimaan total dengan biaya inilah yang disebut laba. Lebih jelas lagi, laba yang diterima adalah: π (Q) = P (Q). Q C (Q) = R (Q) C (Q). (3.1) Kondisi syarat pertama untuk memilih nilai Q yang memberikan laba yang paling maksimum adalah apabila derivative, atau turunan pertama dari equasi terhadap Q sama dengan nol, yaitu: dπ dr dc = π (Q) = - = 0 (3.2) dq dq dq sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi syarat pertama untuk laba maksimum adalah: dr dq dc = (3.3) dq Secara sederhana ini berarti bahwa untuk memperoleh laba yang paling maksimum, maka peneriman ekstra, atau marjinal revenue atau (MR) yang diterima dari penjualan 1 unit barang terakhir harus sama dengan biaya ekstra (marginal cost = MC) untuk memperoduksi 1 unit barang terakhir tersebut. Artinya untuk memperoleh laba yang paling maksimum perusahaan akan memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC), MR = dr/dq = dc/dq = MC (3.4) Bila perusahaan memutuskan untuk menghasilkan output pada saat MR > MC, maka laba yang diterima tidaklah maksimum, sebab dengan menghasilkan 1 unit output tambahan akan menghasilkan MR yang lebih besar dari ongkos yang harus dikeluarkan. Begitu juga jika MR < MC, ongkos yang harus dikeluarkan

46 untuk memproduksi 1 unit barang terakhir lebih besar dari penerimaan yang akan diperoleh seandainya barang tersebut dijual. Hubungan di atas bisa dilihat ilustrasinya pada Gambar 1. C.R C (Q) = TC R (Q) = TR 0 Q (Output) Gambar 1. Total Revenue, Total Cost, Laba Maksimal (Nicholson, 2001) Gambar 1, memperlihatkan fungsi-fungsi biaya dan penerimaan (C dan R). Jika kita hanya memproduksi sedikit output, biaya yang mesti dikeluarkan yaitu C (Q), lebih besar dari penerimaan R (Q). Makin banyak barang diproduksi, jarak antara biaya dengan penerimaan makin kecil dan kalau terus ditambah, kita akan memperoleh laba yang positif, sebab R (Q) > C (Q). Laba yang maksimum dicapai ketika garis singgung TR dan MR sejajar. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Langkah pada penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi pendapatan kemudian dianalisis dengan menggunakan alat

47 analisis regresi (regression analysis). Analisis fungsi pendapatan adalah analisis yang menjelaskan hubungan antara pendapatan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan. Fungsi pendapatan ini digunakan untuk menduga parameter tidak bebas (Y) dan parameter bebas (X). Usaha tanaman hias merupakan usaha yang telah lama digeluti pedagang tanaman hias di Kota Bogor. Pedagang tanaman hias ini telah menekuninya sekitar sepuluh tahun bahkan ada yang lebih. Berdasarkan data dari Dinas Tata Kota dan Pertamanan Kota Bogor, jumlah pedagang tanaman hias di Kota Bogor bertambah. Selain masalah tersebut, pedagang tanaman hias juga mempunyai pesaing baru, yaitu: pedagang di perumahan-perumahan dan pedagang yang menjajakan langsung tanaman hias ke rumah penduduk atau ke pasar tradisional. Sebelum melakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang tanaman hias, terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap tingkat pendapatan pedagang tanaman hias di Kota Bogor. Analisis pendapatan ini dilakukan dengan mengurangkan biaya yang dikeluarkan dari penerimaan. Biaya pembelian tanaman hias merupakan biaya yang paling besar diperlukan untuk usaha tanaman hias. Peningkatan harga beli tanaman hias itu sendiri menyebabkan pedagang untuk memikirkan kembali usahanya. Kemudian, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang tanaman hias. Analisis faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang tanaman hias dilakukan dengan analisis regresi. Keberhasilan usaha tanaman hias di Kota Bogor dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: luas lahan, tenaga kerja, harga beli tanaman hias, harga jual tanaman hias, pupuk kandang, pupuk kompos, pupuk

48 NPK, pakis, sekam, obat-obatan, transportasi, dan pot. Dengan melakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan akan diketahui faktor-faktor yang berpengaruh dan faktor-faktor yang tidak berpengaruh. Dari hasil analisis tersebut, pedagang tanaman hias dapat mencapai tujuan akhir usahanya yaitu untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. Dari hasil uraian tersebut kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2.

49 Usaha Tanaman Hias di Kota Bogor Masalah: 1. Jumlah Pedagang Bertambah 2. Adanya Persaingan Biaya-biaya: 1. Biaya tunai 2. Biaya diperhitungkan Penerimaan: 1. Penjualan tanaman hias 2. Produk diluar tanaman hias Analisis Pendapatan R/C Model Fungsi Pendapatan Y = f (X 1,X 2,.X m ) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Tanaman Hias: 1. Luas lahan 2. TKLK 3. Harga beli Puring 4. Harga beli Aglaonema 5. Harga beli Anggrek 6. Harga beli Krisan 7. Harga jual Puring 8. Harga jual Aglaonema 9. Harga jual Anggrek 10. Harga jual Krisan 11. Pupuk kandang 12. Pupuk kompos 13. Pupuk NPK 14. Sekam 15. Pakis 16. Obat-obatan 17. Transportasi 18. Pot Analisis Regresi Berganda Faktor-faktor yang Berpengaruh nyata Faktor-faktor yang Tidak berpengaruh nyata Gambar 2. Alur Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian.

50 3.3 Hipotesis Penelitian Dalam penelitian ini digunakan beberapa hipotesis. Hipotesis penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha tanaman hias adalah : 1. Luas lahan Luas lahan mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan. Karena semakin luas lahan yang digunakan untuk usaha tanaman hias, maka semakin besar pendapatan yang diperoleh. Asumsi kenaikan luas lahan harus diikuti oleh bertambahnya jumlah tanaman hias yang dijual. 2. Tenaga kerja Tenaga kerja mempunyai pengaruh negatif terhadap pendapatan. Karena semakin bertambah jumlah tenaga kerja yang dipakai, maka biaya yang digunakan untuk mengupah tenaga kerja akan semakin besar dan ini juga akan berpengaruh terhadap pendapatan usaha tanaman hias. 3. Harga beli tanaman hias Harga beli tanaman hias mempunyai pengaruh negatif terhadap pendapatan. Karena semakin besar biaya yang dikeluarkan untuk pembelian tanaman hias, maka akan berdampak pada penurunan pendapatan. 4. Harga jual tanaman hias Harga jual tanaman hias mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan. Karena semakin tinggi harga jual dari tanaman hias, maka pendapatan yang diterima akan semakin besar.

51 5. Biaya pupuk (pupuk kandang, pupuk kompos dan pupuk NPK) Biaya pupuk merupakan salah satu komponen dari biaya total. Semakin besar biaya pupuk yang digunakan, maka pendapatan yang diperoleh akan semakin menurun. Artinya biaya pupuk berpengaruh negatif terhadap pendapatan. 6. Biaya media tanam (pakis dan sekam) Biaya pakis dan sekam diduga berpengaruh negatif terhadap pendapatan. Karena semakin besar biaya yang dikeluarkan untuk pakis dan sekam, maka akan berdampak pada penurunan pendapatan. 7. Biaya obat-obatan Biaya obat-obatan diduga berpengaruh negatif terhadap pendapatan. Karena semakin besar biaya yang dikeluarkan untuk obat-obatan, maka akan berdampak pada penurunan pendapatan. 8. Biaya transportasi Biaya transportasi diduga berpengaruh negatif terhadap pendapatan. Karena semakin besar biaya yang dikeluarkan untuk transportasi, maka akan berdampak pada penurunan pendapatan. 9. Biaya pot Biaya pot diduga berpengaruh negatif terhadap pendapatan, karena semakin besar biaya pembelian pot, pendapatan akan mengalami penurunan.

52 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), karena banyak pedagang yang menggunakan lokasi sepanjang jalur hijau di Kota Bogor sebagai tempat mereka untuk menjual tanaman hias. Selain itu, Kota Bogor adalah salah satu sentra produksi tanaman hias di Jawa Barat yang didukung dengan iklim dan topografi yang cocok untuk membudidayakan tanaman hias. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Desember Jenis dan Sumber Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua macam: 1. Data Primer Untuk memperoleh data primer ini dilakukan dengan metode : a. Metode wawancara, yaitu melakukan wawancara dengan menggunakan pedoman daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terhadap responden (pedagang tanaman hias). b. Metode observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung di lokasi penelitian. 2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Dinas Tata Kota dan Pertamanan Kota Bogor, Dinas Agribisnis Kota Bogor serta lembagalembaga lain yang terkait. Data-data yang diperlukan seperti data jumlah

53 pedagang tanaman hias, data-data jumlah produksi tanaman hias, data jumlah ekspor impor tanaman hias dan lain-lain. 4.3 Metode Penentuan Responden Metode penarikan sampel terhadap pedagang tanaman hias dilakukan dengan metode random sampling (Saoekartawi, 2002), yaitu dengan memilih secara acak pedagang yang ada di sepanjang Jalan Pajajaran dan Jalan Dadali, Kota Bogor. Sampai sekarang teknik ini dipandang sebagai teknik yang paling baik dalam penelitian bahkan mungkin dianggap satu-satunya teknik yang terbaik. Tentu saja persyaratan untuk teknik ini harus dipatuhi yaitu diketahuinya populasi dan sifat homogenitas sifat populasi. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam random sampling adalah semua individu dalam populasi (anggota populasi) diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Karena itu tidak ada alasan bahwa sampel yang terpilih secara random sampling adalah sampel yang kurang baik. Prosedur yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah dengan cara undian, yaitu dengan cara mendaftar semua anggota populasi kemudian dipilih sampel yang diinginkan. Pendaftaran anggota populasi ini dapat di lembaran kertas; kemudian diundi (ditunjuk pada daftar nama) atau anggota populasi satu persatu ditulis di satu lembar kertas kemudian diundi dan diambil sejumlah yang diinginkan. Adapun jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 orang pedagang. Sehingga dari total 118 pedagang tanaman hias yang ada di Jalan Pajajaran, diambil sampel (responden) sebanyak 23 responden, dan dari total 34

54 pedagang yang ada di Jalan Dadali, diambil sebanyak 7 responden. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Tabel Penentuan Jumlah Responden Lokasi Populasi Sampel Jalan Pajajaran Jalan Dadali Jumlah Pemilihan kedua lokasi ini (Jalan Pajajaran dan Jalan Dadali), karena merupakan lokasi pedagang tanaman hias yang paling banyak dibandingkan tempat-tempat lainnya. Data yang diambil adalah data cross section atau causal model, yaitu menemukan bentuk pola hubungan yang saling mempengaruhi antara variabel yang dicari dan variabel-variabel yang mempengaruhinya, serta menggunakannya untuk meramalkan nilai-nilai dari variabel untuk masa yang akan datang. Setelah mendapatkan (pedagang tanaman hias) kemudian dilakukan wawancara dengan dipandu oleh seperangkat kuisioner Metode Analisis Data Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui gambaran umum tentang usaha tanaman hias di Kota Bogor. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui tingkat pendapatan pedagang tanaman hias di Kota Bogor, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha tanaman hias dengan metode analisis regresi (regression analysis) dan menggunakan program Microsoft Office Excel 2003, program MINITAB release for windows serta alat hitung kalkulator, kemudian dilanjutkan dengan tahap interpretasi data.

55 4.4.1 Analisis Pendapatan Untuk mengukur keberhasilan usahatani biasanya dilakukan dengan melakukan analisis pendapatan usahatani. Dengan melakukan analisis pendapatan usahatani dapat diketahui gambaran keadaan aktual usahatani sehingga dapat melakukan evaluasi dengan perencanaan kegiatan usahatani pada masa yang akan datang. Untuk menganalisis pendapatan usahatani diperlukan informasi mengenai keadaan penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Penerimaan usahatani adalah nilai produksi yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu dan merupakan hasil perkalian antara jumlah komoditi total dengan harga satuan dari komoditi tersebut. Sedangkan biaya atau pengeluaran usahatani adalah nilai penggunaan faktor-faktor produksi dalam melakukan proses produksi usahatani. Analisis pendapatan berguna untuk mengetahui dan mengatur apakah kegiatan usaha yang dilakukan berhasil atau tidak. Tujuan dilakukan analisis pendapatan ini adalah untuk menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Tingkat pendapatan selain dipengaruhi oleh keadaan harga faktor komoditi dan harga hasil komoditi, juga dipengaruhi oleh manajemen pemeliharaaan. Untuk mengetahui tingkat pendapatan usaha tanaman hias di Kota Bogor akan dilakukan dengan menggunakan analisis pendapatan dengan rumus (Soekartawi, 2002): Pd = TR TC Keterangan: Pd = Pendapatan dari usaha tanaman hias (Rp) TR = Penerimaan Total yaitu berapa banyak output yang terjual

56 TC dikalikan dengan harga output tersebut (Rp) = Biaya Total (Rp) Pendapatan usahatani juga dapat dibedakan menjadi pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai merupakan pendapatan yang diperoleh atas biaya-biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani. Sedangkan pendapatan atas biaya total merupakan pendapatan setelah dikurangi biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. R/C menunjukkan berapa besarnya penerimaan yang diperoleh sebagai manfaat dari setiap rupiah yang dikeluarkan. Analisa R/C dibedakan atas jenis biaya yang dikeluarkan, yaitu R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total. R/C atas biaya tunai diperoleh dari rasio penerimaan usahatani dengan pengeluaran tunai usahatani. Sedangkan R/C atas biaya total diperoleh dari rasio penerimaan usahatani dengan pengeluaran total usahatani. Secara matematis R/C dirumuskan sebagai berikut: R/C = TR TC dimana: TR = Total Revenue (Total Penerimaan) TC = Total Cost (Total Biaya)

57 Tabel 8. Perhitungan Penerimaan, Biaya, dan Pendapatan No. Indikator Jl. Pajajaran Jumlah (Rp) Jl. Dadali Jumlah (Rp) I. ARUS PENERIMAAN 1. Penerimaan penjualan tanaman hias 2. Penerimaan usaha penjualan di luar produk tanaman hias: TOTAL PENERIMAAN (1) (1) II. ARUS PENGELUARAN A. Biaya Tunai: Biaya tunai usaha penjualan tanaman hias: 1. Biaya pembelian tanaman hias 2. Biaya perawatan tanaman hias 3. Biaya pot 4. Biaya transportasi 5. Biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK) 6. Biaya lain-lain Jumlah biaya tunai usaha penjualan tanaman hias Biaya tunai produk diluar tanaman hias: 1. Biaya pembelian pupuk kandang 2. Biaya pembelian pupuk kompos 3. Biaya pembelian pupuk organik 4. Biaya pembelian sekam 5. Biaya pembelian pakis 6. Biaya akomodasi pembuatan taman 7. Biaya akomodasi penyewaan Jumlah biaya produk diluar tanaman hias Total biaya tunai (2) (2) B. Biaya Diperhitungkan: 1. Biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) 2. Biaya penyusutan 3. Biaya bunga modal 4. Biaya sewa Total biaya diperhitungkan (3) (3) TOTAL SELURUH PENGELUARAN (2+3) = 4 (2+3) = 4 III. PENDAPATAN 1. Pendapatan atas biaya tunai (1-2) = 5 (1-2) = 5 2. Pendapatan atas biaya total (1-4) = 6 (1-4) = 6 IV. PERHITUNGAN EFISIENSI (R/C) A. R/C Atas Biaya Tunai (1) / (2) (1) / (2) B. R/C Atas Biaya Total (1) / (4) (1) / (4) Analisis Regresi Menurut Rahim dan Hastuti (2007), untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha tanaman hias, digunakan analisis fungsi berpangkat yang secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

58 Y = b 0 X 1 b1 X 2 b2 X 3 b3 X 4 b4 X 5 b5 X 6 b6 X 7 b7 X 8 b8 X 9 b9 X 10 b10 X 11 b11 X 12 X 13 b13 X 14 b14 X 15 b15 X 16 b16 X 17 b17 X 18 b18 e Dalam bentuk Ln menghasilkan persamaan regresi linear berganda (multiple linear regression) sebagai berikut: Ln Y = Ln b 0 + b 1 LnX 1 + b 2 LnX 2 + b 3 LnX 3 + b 4 LnX 4 + b 5 LnX 5 + b 6 LnX 6 + b 7 LnX 7 + b 8 LnX 8 + b 9 LnX 9 + b 10 LnX 10 + b 11 LnX 11 + b 12 LnX 12 + b 13 LnX 13 + b 14 LnX 14 + b 15 LnX 15 + b 16 LnX 16 + b 17 LnX 17 + b 18 LnX 18 + e Keterangan: Y = Pendapatan (Rp/bulan) b 0 = Intersep bi = Koefisien regresi penduga variabel ke-i X 1 = Luas Lahan (m 2 ) X 2 = TKLK (HOK) X 3 = Harga beli tanaman hias Puring (Rp) X 4 = Harga beli tanaman hias Aglaonema (Rp) X 5 = Harga beli tanaman hias Anggrek (Rp) X 6 = Harga beli tanaman hias Krisan (Rp) X 7 = Harga jual tanaman hias Puring (Rp) X 8 = Harga jual tanamana hias Aglaonema (Rp) X 9 = Harga jual tanaman hias Anggrek (Rp) X 10 = Harga jual tanaman hias Krisan (Rp) X 11 = Pupuk Kandang (Kg) X 12 = Pupuk Kompos (Kg) X 13 = NPK (Kg) X 14 = Sekam (Kg) X 15 = Pakis (Kg) X 16 = Obat-obatan (ml) X 17 = Transportasi (Rp) X 18 = Pot (Buah) e = Gangguan stokhastik atau kesalahan 4.5 Pengujian Asumsi-asumsi Regresi a. Pengujian Asumsi OLS Metode pendugaan model yang digunakan adalah metode kuadrat terkecil (ordinary least square, OLS), sehingga agar model yang digunakan sesuai dengan asumsi OLS maka dilakukan pengujian-pengujian (Sulaiman, 2004):

59 1. Normalitas Salah satu cara mengecek normalitas adalah dengan plot Probabilitas Normal. Melalui plot ini, masing-masing nilai pengamatan dipasangkan dengan nilai harapan pada distribusi normal. Normalitas terpenuhi apabila titik-titik (data) terkumpul di sekitar garis lurus. 2. Homoskedastisitas Suatu model memenuhi asumsi homoskedastisitas jika memiliki varians eror yang sama, yaitu nilai-nilai Y bervariasi dalam satuan yang sama baik untuk nilai X yang tinggi maupun nilai X yang rendah, hal ini dapat dilihat dari plot antara sisaan dengan nilai dugaan telah menunjukkan bahwa titiktitik telah menyebar secara acak dan tidak membentuk pola. 3. Multikolinearitas Multikolinieritas berarti ada hubungan linier yang sempurna (pasti) di antara beberapa atau semua variabel independen dari model regresi. Adapun cara pendeteksiannya adalah jika multikolinearitas tinggi, jika nilai R 2 tinggi tetapi tidak satu pun atau sangat sedikit koefisien yang ditaksir yang signifikan/penting secara statistik. 4. Autokorelasi Autokorelasi merupakan kondisi linier antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu dan ruang. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi maka dilakukan pengujian Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut: 1. 1,65 < DW < 2,35 tidak ada autokorelasi 2. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 tidak dapat disimpulkan

60 3. DW < 1,21 atau DW > 2,79 terjadi autokorelasi Masalah autokorelasi ini pada umumnya terjadi pada data time series, sehingga pada penelitian ini tidak dilakukan. Karena data yang digunakan adalah data cross section. b. Koefisien Determinasi (R 2 ) Koefisien determinasi adalah besaran yang dipakai untuk menunjukkan sampai sejauh mana keragaman pendapatan (Y) dapat diterangkan oleh model dugaan. Nilai koefisien determinasi berkisar antara nol dan satu, jika nilai koefisien determinasi semakin mendekati satu berarti semakin besar keragaman hasil pendapatan dapat dijelaskan oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya. c. Pengujian Paramater Secara Keseluruhan (Uji-F) Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas yang digunakan dalam model mempunyai pengaruh secara nyata terhadap variabel yang ingin dijelaskan atau tidak. Dalam hal ini, pengujian hipotesa secara statistik menggunakan uji F, yaitu : F hit = JKT/(k-1) JKG/(n-1) Keterangan : JKT = Jumlah kuadrat tengah regresi JKG = Jumlah kuadrat galah/sisa regresi n = Jumlah pengamatan k = Jumlah variabel bebas Sedangkan kaidah pengujiannya adalah sebagai berikut : F hit >F tabel (k-1 :n-k) tolak H 0 F hit <F tabel (k-1 :n-k) terima H 0

61 Jika H 0 ditolak, maka model dugaan dapat digunakan untuk diramalkan hubungan antara variabel dependen dengan variabel penjelas (explanatory variabel) pada tingkat signifikan atau tingkat kepercayaan tertentu ( α persen). d. Pengujian Parameter Secara Individu (Uji-t) Pengujian koefisien regresi secara individual dilakukan dengan mengetahui apakah variabel-variabel yang digunakan satu per satu berpengaruh nyata terhadap besarnya variabel-variabel tak bebas. Dalam hal ini, pengujian yang digunakan adalah uji T, yaitu : T hit = bi-0 Sbi Keterangan : bi = Nilai koefisien regresi dugaan Sb i = Simpangan baku koefisien dugaan Adapun kriteria pengujian hipotesis tersebut di atas adalah : T hit > T tabel (α/2 : n-k).. tolak H 0 T hit < T tabel (α/2 : n-k) terima H 0 Apabila H 0 ditolak, artinya adalah variabel yang digunakan berpengaruh secara nyata terhadap variabel tak bebas. Sebaliknya, apabila H 0 diterima, maka variabel yang digunakan tidak berpengaruh secara nyata. 4.6 Definisi Operasional Untuk menghindari ketidaksamaan pandangan dalam pengertian, maka terdapat beberapa hal yang perlu diberi batasan sesuai dengan tujuan yang diinginkan dari penelitian. Batasan-batasan tersebut meliputi : 1. Pedagang tanaman hias adalah pedagang yang menjual tanaman hias, tetapi juga melakukan tindakan perawatan tanaman hias serta melakukan budidaya tanaman hias sendiri, dengan satuan orang.

62 2. Luas lahan adalah area atau tempat yang digunakan untuk menjual tanaman hias, dalam hal ini adalah untuk meletakkan tanaman hias yang akan dijual, dengan satuan m Modal adalah barang ekonomi berupa peralatan, tanaman hias, sarana produksi dan uang tunai yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan, dengan satuan rupiah. 4. Tenaga kerja adalah tenaga kerja yang digunakan dalam usaha tanaman hias baik untuk pemeliharaan atau penjualan tanaman hias. Tenaga kerja ini dibedakan menjadi tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Seluruh tenaga kerja disetarakan dengan Hari Kerja Pria (HKP) dengan lama kerja 8 jam per hari. 5. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan pengeluaran usaha, yang merupakan ukuran imbalan yang diperoleh keluarga pengelola usaha. Jadi besarnya pendapatan tergantung pada besarnya penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan dengan satuan rupiah per bulan. 6. Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kandang ternak, baik berupa kotoran padat (faeces) yang bercampur sisa makanan maupun air kencing (urine), sehingga kualitas pupuk kandang beragam tergantung pada jenis, umur serta kesehatan ternak, jenis dan kadar serta jumlah pakan yang dikonsumsi, jenis pekerjaan dan lamanya ternak bekerja, lama dan kondisi penyimpanan, jumlah serta kandungan haranya 2. Pupuk kandang dipakai untuk kesuburan tanaman hias. Besarnya pupuk yang digunakan pedagang 2

63 tanaman hias selama satu bulan perawatan tanaman hias, dengan satuan kg per bulan. 7. Pupuk kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik 3. Besarnya pupuk yang digunakan pedagang tanaman hias selama satu bulan perawatan tanaman hias, dengan satuan kg per bulan. 8. Pupuk NPK adalah pupuk yang terdiri dari 3 unsur, yaitu: Unsur Nitrogen (N), Unsur Phospor (P), dan Unsur Kalium (K) yang berfungsi untuk menjadikan daun tanaman lebih hijau dan segar, sehingga mempermudah proses fotosintesis. Besarnya pupuk yang digunakan pedagang tanaman hias selama satu bulan perawatan tanaman hias, dengan satuan kg per bulan. 9. Sekam merupakan limbah dari penggilingan padi. Sekam padi merupakan lapisan keras yang membungkus kariopsis butir gabah, terdiri atas dua belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan 4. Sekam ini dapat digunakan sebagai media tanaman hias seperti, Lili paris dan Puring. Besarnya sekam yang digunakan pedagang tanaman hias selama satu bulan perawatan tanaman hias, dengan satuan kg per bulan. 10. Pakis haji atau populer juga dengan nama Sikas adalah sekelompok tumbutumbuhan berbiji terbuka yang tergabung dalam marga pakis haji atau balitpasca2001@hotmail.com

64 cycas dan juga merupakan satu-satunya genus dalam pakis haji-pakis hajian (cycadaceae), dan pakis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah batang tanaman pakis yang diolah untuk dijadikan sebagai media tanaman hias seperti Aglaonema. Besarnya pakis yang digunakan pedagang tanaman hias selama satu bulan perawatan tanaman hias, dengan satuan kg per bulan. 11. Obat-obatan adalah obat pembasmi hama tanaman. Banyaknya obat-obatan yang digunakan pedagang tanaman hias selama satu bulan perawatan tanaman hias, dengan satuan botol (100 ml). 12. Transportasi adalah sarana pengangkutan tanaman dari daerah petani ke lokasi penelitian, dengan satuan rupiah per bulan. 13. Pot adalah yang digunakan sebagai wadah tanaman hias, biasanya terbuat dari plastik atau keramik, dengan ukuran kecil, sedang, dan besar. Banyaknya pot yang digunakan pedagang tanaman hias selama satu bulan, dengan satuan biji (buah) per bulan.

65 BAB V GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian Kota Bogor, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini terletak 54 km sebelah Selatan Jakarta, dan wilayahnya berada di tengahtengah wilayah Kabupaten Bogor, dengan luas 21,56 km². Bogor dikenal dengan julukan kota hujan, karena memiliki curah hujan yang sangat tinggi. Kota Bogor terdiri atas 6 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 68 kelurahan. Pada masa kolonial Belanda Bogor dikenal dengan nama Buitenzorg (berarti "tanpa kecemasan" atau "aman tenteram"). Hari jadi Kabupaten Bogor dan Kota Bogor diperingati setiap tanggal 3 Juni, karena tanggal 3 Juni 1482 merupakan hari penobatan Prabu Siliwangi sebagai raja dari Kerajaan Pajajaran. Bogor (berarti "enau") telah lama dikenal dijadikan pusat pendidikan dan penelitian pertanian nasional. Di sinilah berbagai lembaga dan balai-balai penelitian pertanian dan biologi berdiri sejak abad ke-19 dan Institut Pertanian Bogor, berdiri sejak awal abad ke-20. Kota Bogor terletak di antara BT BT dan LS LS serta mempunyai ketinggian rata-rata minimal 190 meter, maksimal 350 meter dengan jarak dari ibu kota kurang lebih 60 km. Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118,5 km² dan mengalir beberapa sungai yang permukaan airnya jauh di bawah permukaan dataran, yaitu: Ci (Sungai) Liwung, Ci Sadane, Ci Pakancilan, Ci Depit, Ci Parigi, dan Ci Balok. Topografi yang demikian menjadikan Kota Bogor relatif aman dari bahaya banjir alami. Kota

66 Bogor berbatasan dengan kecamatan-kecamatan dari Kabupaten Bogor sebagai berikut: a. Utara: Kecamatan Sukaraja, Bojonggede, dan Kemang b. Timur: Kecamatan Sukaraja dan Ciawi c. Selatan: Kecamatan Cijeruk dan Caringin d. Barat: Kecamatan Kemang dan Dramaga Kota Bogor terletak pada ketinggian 190 sampai 330 m dari permukaan laut. Udaranya relatif sejuk dengan suhu udara rata-rata setiap bulannya adalah 26 C dan kelembaban udaranya kurang lebih 70%. Suhu rata-rata terendah di Bogor adalah 21,8 C, paling sering terjadi pada Bulan Desember dan Januari. Arah mata angin dipengaruhi oleh angin muson. Bulan Mei sampai Maret dipengaruhi angin muson barat. Kemiringan Kota Bogor berkisar antara 0 15% dan sebagian kecil daerahnya mempunyai kemiringan antara 15 30%. Jenis tanah hampir di seluruh wilayah adalah latosol coklat kemerahan dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm dan tekstur tanah yang halus serta bersifat agak peka terhadap erosi. Bogor terletak pada kaki Gunung Salak dan Gunung Gede sehingga sangat kaya akan hujan orografi. Angin laut dari Laut Jawa yang membawa banyak uap air masuk ke pedalaman dan naik secara mendadak di wilayah Bogor sehingga uap air langsung terkondensasi dan menjadi hujan. Hampir setiap hari turun hujan di kota ini dalam setahun (70%) sehingga dijuluki "Kota Hujan". Keunikan iklim lokal ini dimanfaatkan oleh para perencana kolonial Belanda dengan menjadikan Bogor sebagai pusat penelitian botani dan pertanian, yang diteruskan hingga sekarang.

67 Kedudukan geografi Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya yang dekat dengan ibukota negara, Jakarta, membuatnya strategis dalam perkembangan dan pertumbuhan kegiatan ekonomi. Kebun Raya dan Istana Bogor merupakan tujuan wisata yang menarik. Kedudukan Bogor di antara jalur tujuan Puncak/Cianjur juga merupakan potensi strategis bagi pertumbuhan ekonomi di Kota Bogor 5. Kondisi Kota Bogor sebagai salah satu kota penyangga Ibu Kota Jakarta, dan sebagai kota wisata membuat tingkat dinamika masyarakat yang berkunjung ke kota ini begitu tinggi. Banyaknya masyarakat yang berkunjung ke kota ini membuat tumbuhnya sektor perekonomian masyarakat, terutama dalam bidang perdagangan. Potensi inilah yang dimanfaatkan oleh sebagian warga Kota Bogor untuk menjual tanaman hias di beberapa jalur hijau yang ada di kota ini. Data terakhir yang ada di Dinas Tata Kota dan Pertamanan Kota Bogor menunjukkan bahwa sekitar 215 pedagang tanaman hias yang memanfaatkan beberapa ruas jalan kota, seperti Jalan Pajajaran, Jalan Ahmad Yani, Jalan Dadali dan beberapa ruas jalan lainnya. Pemerintah Kota Bogor sendiri merasa diuntungkan dengan keberadaan pedagang-pedagang tersebut, selain disatu sisi memperindah kota juga memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Dukungan yang baik dari pemerintah Kota Bogor membuat kondisi yang kondusif bagi keberadaan pedagang tanaman hias di sepanjang jalur hijau di Kota Bogor. 5 (

68 5.2 Karakteristik Pedagang Tanaman Hias Umur Pedagang Tanaman Hias Umur rata-rata pedagang tanaman hias dari hasil penelitian dikelompokkan dalam lima kelompok, yaitu pedagang tanaman hias usia tahun, tahun, tahun, tahun, dan lebih dari 60 tahun. Pembagian masing-masing kelompok umur dapat dilihat dalam Tabel 9. Berdasarkan Tabel 9, pada umumnya pedagang tanaman hias kebanyakan berusia 31 tahun ke atas, dan kelompok umur tahun menempati jumlah terkecil hanya 2 orang atau sekitar 7 persen saja. Tabel 9. Umur Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor Tahun 2008 Umur Pedagang Jumlah Pedagang (Orang) Persentase (%) > ,67 36,66 26, Jumlah , Tingkat Pendidikan Pedagang Tanaman Hias Pedagang tanaman hias (responden) yang ada di lokasi penelitian ini mempunyai tingkat pendidikan formal yang tidak terlalu tinggi, pendidikan pedagang tanaman hias yang paling tinggi adalah SLTA, dan bahkan ada beberapa pedagang tanaman hias yang tidak sekolah sama sekali. Berdasarkan data di lapangan, pedagang tanaman hias yang tidak sekolah sebanyak 10 persen, tamat SD 36,67 persen, tamat SLTP 36,67 persen dan tamat SLTA hanya 16,66 persen. Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat pendidikan pedagang tanaman hias, dapat dilihat pada Tabel 10.

69 Tabel 10. Tingkat Pendidikan Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor Tahun 2008 Tingkat Pendidikan Pedagang Jumlah Pedagang (Orang) Persentase (%) Tidak Sekolah Tamat SD/Sederajat Tamat SLTP/Sederajat Tamat SLTA/Sederajat ,67 36,67 16,66 Jumlah ,00 Tabel 10 menggambarkan bahwa, tingkat pendidikan pedagang tanaman hias akan menunjang dalam pengelolaan usaha yang mereka geluti. Pedagang tanaman hias dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung mempunyai manajemen atau pengelolaan lebih baik dalam menjalankan usahanya dibandingkan pedagang tanaman hias dengan tingkat pendidikan rendah. Biasanya, pedagang tanaman hias dengan pendidikan lebih tinggi akan melakukan pencatatan dalam setiap transaksi yang mereka lakukan, sedangkan pedagang tanaman hias dengan tingkat pendidikan lebih rendah akan lebih mengandalkan ingatan saja Pengalaman Pedagang Tanaman Hias Pengalaman atau lamanya usaha tanaman hias terbanyak antara tahun yaitu sebanyak 50 persen, sedangkan yang terendah adalah antara tahun, yaitu sebesar 16,67 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pedagang tanaman hias yang berjualan di sepanjang jalur hijau di Kota Bogor sudah cukup lama, yaitu minimal sepuluh tahun. Artinya, pedagang tanaman hias rata-rata sudah mempunyai pengalaman yang cukup dalam usaha penjualan tanaman hias. Pengetahuan tentang tanaman hias didapat secara turun temurun dari orangtua mereka dan ada juga dari penyuluhan-penyuluhan tentang tanaman hias. Untuk

70 lebih jelasnya mengenai lamanya pedagang tanaman hias menggeluti usaha penjualan tanaman hias ini dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Pengalaman Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor Tahun 2008 Pengalaman Pedagang Jumlah Pedagang (Orang) Persentase (%) ,33 16,67 Jumlah , Jumlah Anggota Keluarga Pedagang Tanaman Hias Jumlah tanggungan keluarga menjadi salah satu aspek yang perlu diperhitungkan. Hal ini menunjukkan besar kecilnya beban yang harus ditanggung oleh pedagang tanaman hias. Besar kecilnya tanggungan keluarga akan sangat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan keluarga. Semakin banyak jumlah anggota keluarga yang dimiliki maka akan semakin besar pula tanggungan kepala keluarga. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah tanggungan keluarga pedagang tanaman hias dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Jumlah Anggota Keluarga Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor Tahun 2008 Jumlah Anggota Keluarga Pedagang Jumlah Pedagang (Orang) Persentase (%) Belum Berkeluarga > ,67 3,33 Jumlah ,00 Berdasarkan Tabel 12, jumlah anggota keluarga pedagang tanaman hias yang terbanyak adalah 1-5 orang yaitu sebanyak 60 persen. Sedangkan yang terkecil adalah yang mempunyai jumlah anggota keluarga yang lebih dari 10 orang, yaitu sebanyak 3,33 persen. Tenaga kerja yang terlibat dalam usaha yang dilakukan oleh pedagang tanaman hias juga menggunakan tenaga kerja dari dalam keluarga. Hal ini dilakukan dalam upaya menghemat biaya tenaga kerja.

71 Partisipasi keluarga dalam usaha disesuaikan dengan bobot kerja dan keterampilan kerja yang dimiliki oleh anggota keluarga. Tenaga kerja pria biasanya bekerja dalam hal pembelian tanaman, pengangkutan tanaman, dan pemangkasan. Sedangkan tenaga wanita biasanya diperlukan dalam penyiraman, bersih-bersih maupun kegiatan penjualan Luas Lahan Pedagang pedagang tanaman hias menggunakan lahan milik pemerintah. Dalam hal ini pedagang tanaman hias tidak dikenakan biaya ataupun sewa lahan. Pedagang tanaman hias hanya diwajibkan untuk menjaga kebersihan lokasi mereka menjual tanaman hias. Untuk lebih jelasnya mengenai luas lahan yang digunakan pedagang tanaman hias dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Luas Lahan Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor Tahun 2008 Luas Lahan Pedagang Jumlah Pedagang (Orang) Persentase (%) > ,33 13,34 3,33 Jumlah ,00 Berdasarkan Tabel 13, pedagang tanaman hias yang menggunakan luas lahan rata-rata m 2 sebanyak 40 persen. Jumlah pedagang tanaman hias yang menggunakan luas lahan m 2 sebanyak 43,33 persen, yang merupakan jumlah terbesar. Sedangkan jumlah pedagang tanaman hias yang menggunakan luas lahan terkecil atau menggunakan lahan yang lebih besar dari 200 m 2 sebanyak 3,33 persen. Di lokasi penelitian, lahan digunakan hanya untuk meletakkan tanaman hias. Pengaturan tata letak tanaman hias yang baik tidak akan memerlukan lahan yang luas. Kebanyakan pedagang tanaman hias menggunakan

72 kerangka untuk meletakkan tanaman. Kerangka ini biasanya terbuat dari bambu atau besi. Dengan kerangka ini, dapat membuat tata letak tanaman lebih indah dan menghemat penggunaan lahan. 5.3 Gambaran Umum Usaha Tanaman Hias Usaha penjualan tanaman hias di sepanjang jalur hijau di Kota Bogor merupakan usaha yang telah dilakukan oleh para pedagang selama bertahuntahun. Usaha ini merupakan usaha yang turun temurun dari orangtua atau saudarasaudara mereka yang telah merintis usaha ini puluhan tahun yang lalu. Memanfaatkan perkembangan Kota Bogor dan banyaknya arus perputaran masyarakat di Kota Bogor, bisnis penjulan tanaman hias di sepanjang jalur hijau menjadi bisnis alternatif yang menjanjikan bagi para pedagang tanaman hias. Kebutuhan konsumen, terutama kalangan menengah ke atas yang tertarik akan jenis tanaman hias ini memberikan jaminan tersendiri bagi pedagang tanaman hias dalam melakukan usahanya. Jenis tanaman yang dijual para pedagang tanaman hias, secara umum dapat dikelompokkan ke dalam tanaman hias berbunga dan tanaman hias daun. Jenis tanaman hias yang dijual oleh masing-masing pedagang relatif sama, walaupun ada beberapa pedagang yang menjual jenis tanaman hias lain, seperti tanaman hias air. Termasuk dalam tanaman hias bunga yang dijual adalah: Mawar, Anggrek, Bougenville dan Petonia. Sedangkan jenis tanaman hias daun yang dijual adalah: Aglaonema, Puring, Asoka, Keladi, Lantana camara, Lili paris, dan sebagainya.

73 Beragamnya jenis tanaman yang dijual oleh pedagang tanaman hias didasarkan karena konsumen mereka adalah konsumen akhir, yaitu konsumen yang membeli tanaman hias untuk dimiliki sendiri atau tidak untuk dijual lagi. Sehingga biasanya konsumen seperti ini akan cenderung membeli jenis tanaman yang bervariasi tetapi dalam jumlah yang lebih sedikit. Perbedaan selera konsumen juga menjadi pertimbangan tersendiri bagi pedagang tanaman hias untuk menentukan jenis dan jumlah tanaman yang akan dijual. Tanaman hias yang dijual oleh pedagang tanaman hias kebanyakan berasal dari petani tanaman hias, tetapi sebagian pedagang tanaman hias juga membudidayakan tanaman hias dengan pembibitan atau melakukan stek dan pemotongan tunas-tunas dari tanaman sebelumnya sehingga mereka mempunyai untung yang lebih besar. Tanaman hias yang langsung dibeli dari petani seperti Aglaonema, Lili paris, Puring, Anthurium, Petonia, Mawar dan lain-lainnya. Kegiatan usaha penjualan tanaman hias di daerah penelitian meliputi beberapa proses, diantaranya adalah: pembelian tanaman hias, penyiraman, pemupukan, bersih-bersih, pemberian obat, pemangkasan dan melayani konsumen. Input tambahan yang digunakan pedagang tanaman hias adalah: pupuk kandang, pupuk kompos, pupuk NPK, sekam, pakis, obat-obatan, sarana pengangkutan (transportasi), dan pot untuk tanaman tertentu. Artinya tidak semua tanaman hias menggunakan pot yang baru. Kegiatan pembelian tanaman hias dari petani merupakan awal dari kegiatan proses penjualan ke konsumen. Kegiatan pembelian ini biasanya dilakukan minimal satu kali dalam satu bulan. Tetapi jika penjualan meningkat atau ada pesanan dari konsumen dalam jumlah yang cukup banyak, maka

74 pembelian bisa dilakukan lebih dari satu kali per bulan. Dalam kegiatan pembelian tanaman hias, biasanya petani tanaman hias datang untuk menawarkan tanaman hias ke pedagang tanaman hias. Pada saat-saat tertentu, pedagang tanaman hias datang sendiri ke lokasi petani. Hal ini dilakukan karena pedagang tanaman hias ingin lebih puas untuk memilih jenis tanaman yang ingin dibeli. Tetapi dengan mendatangi petani tanaman hias tentu akan menambah biaya transportasi pedagang tanaman hias itu sendiri. Daerah pembelian tanaman hias daun diperoleh pedagang tanaman hias dari Parung seperti: Aglaonema, Palem kuning, Sikas, Lantana camara, Lili paris, Puring dan jenis tanaman lainnya. Sedangkan untuk jenis tanaman hias bunga, biasanya pedagang tanaman hias memperoleh dari Ciapus, seperti: Mawar, Anggrek, Euphorbia, Petonia, Bougenville dan tanaman jenis lainnya. Selain kedua wilayah tersebut para pedagang tanaman hias sesekali mencari pasokan ke luar Bogor, seperti: Ciledug, Bandung, Madura, bahkan Malang. Jenis tanaman yang dibeli disesuaikan dengan stok tanaman yang dimiliki pedagang tanaman hias. Kondisi ini sangat tergantung dari besarnya permintaan konsumen terhadap suatu jenis tanaman, sehingga jenis dan jumlah tanaman yang sering dibeli pedagang tanaman hias merupakan permintaan turunan dari konsumen. Sistem pembayaran yang dilakukan oleh pedagang tanaman hias terhadap petani adalah dengan sistem pembayaran tunai. Kegiatan perawatan tanaman hias merupakan tahap lanjutan setelah pembelian dalam usaha penjualan tanaman hias. kegiatan ini dilakukan agar kondisi tanaman hias tetap sehat dan prima mulai dari pembelian hingga tanaman tersebut dibeli oleh konsumen akhir. Termasuk dalam kegiatan perawatan, yaitu:

75 penyiraman, penataan dan bersih-bersih, pemupukan, pemberian obat, dan pemangkasan. Penyiraman dilakukan dua kali sehari apabila tidak turun hujan, yaitu pada pagi dan sore hari, agar tanaman terlihat segar dan tercukupi kebutuhan air. Penataan dan bersih-bersih dilakukan terutama pada saat terjadi transaksi dalam jumlah yang besar dengan konsumen. Pemupukan dilakukan hanya untuk menjaga kondisi tanaman saja, sehingga dosis yang diberikan per tanaman sangat kecil. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang, pupuk kompos dan pupuk NPK dengan pemberian seminggu sekali. Kegiatan pemberian obat juga dilakukan satu kali dalam seminggu. Kegiatan pemangkasan atau prunning dimaksudkan untuk menjaga kondisi tanaman agar tumbuh proporsional. Pemangkasan juga dilakukan untuk merangsang agar tanaman dapat tumbuh tidak terlalu tinggi, tetapi tanaman mempunyai percabangan yang harmonis dan menarik. Pemangkasan juga dilakukan untuk membuang bagian tanaman yang terserang hama dan penyakit. 5.4 Pemasaran Tanaman Hias Kegiatan pemasaran dalam usaha penjualan tanaman hias adalah bagaimana menjual tanaman hias hingga sampai ke tangan konsumen akhir. Transaksi penjualan bisanya terjadi di lokasi pedagang. Artinya konsumen datang langsung ke lokasi penjualan tanaman hias. Sehingga untuk menarik minat konsumen adalah dengan pelayanan dan kemampuan atau keterampilan pedagang tanaman hias dalam menjelaskan tentang tanaman hias yang dijual ke konsumen.

76 Pembeli atau konsumen yang datang ke lokasi penjualan adalah orang-orang dengan golongan ekonomi menengah ke atas. Salah satu hal yang berpengaruh terhadap keberhasilan pemasaran suatu produk pertanian adalah keberadaan saluran pemasaran, yang didefinisikan sebagai serangkaian organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam proses pemasaran untuk menjadikan produk atau jasa siap digunakan atau dikonsumsi (Kotler, 2000). Adanya saluran pemasaran inilah kegiatan bisnis dapat berlangsung mulai di tingkat petani sebagai produsen tanaman sampai ke konsumen akhir. Sehingga saluran pemasaran dapat dilihat pada Gambar 3. Petani Pedagang Perantara Pedagang di Kota Bogor Konsumen Akhir Gambar 3. Saluran Pemasaran Tanaman Hias di Kota Bogor. Pada gambar saluran pemasaran tanaman hias di Kota Bogor, pedagang tanaman hias membeli tanaman hias melalui pedagang perantara atau langsung dari petani tanaman hias. Proses pembayaran dilakukan secara tunai. Penentuan harga merupakan hasil tawar menawar antara pedagang tanaman hias dengan pedagang perantara, tetapi biasanya harga terjadi adalah harga yang menjadi kesepakatan tidak tertulis atau harga yang telah biasa mereka sepakati sejak beberapa waktu yang lalu, karena harga tanaman hias biasanya relatif stabil, kecuali jenis tanaman yang tiba-tiba lagi trend atau booming. Pada umumnya pedagang tanaman hias tidak hanya mempunyai satu pedagang perantara atau petani tanaman hias yang menjadi langganan tetap, tetapi mereka bebas membeli tanaman yang mereka inginkan dari semua pedagang

77 perantara ataupun petani tanaman hias. Hubungan yang terjalin dengan baik antara pedagang tanaman hias dengan semua pedagang perantara dan petani tanaman hias tidak mengakibatkan dampak yang kurang baik bagi ke dua belah pihak dengan sistem pembelian seperti ini. Biasanya, pedagang tanaman hias membeli tanaman hias dengan jumlah yang relatif berfluktuasi, tergantung stok tanaman yang masih ada. Dalam setiap kali pembelian, pedagang tanaman hias membeli bermacam-macam jenis tanaman. Waktu yang diperlukan pedagang tanaman hias untuk melakukan kegiatan pembelian tanaman hias tergantung lokasi pembelian. Jika lokasi pembelian tanaman hias tidak terlalu jauh, maka pembelian tanaman hias dapat dilakukan dalam sehari. Tetapi jika lokasi pembelian tanaman hias cukup jauh, maka pembelian tanaman hias bisa dua hari atau lebih. Pembayaran tanaman hias oleh pedagang tanaman hias dilakukan dengan tunai. Harga yang terjadi didasarkan pada harga tawar-menawar. Untuk setiap pembelian tanaman hias biasanya pedagang tanaman hias ditemani oleh salah satu tenaga kerja yang membantu dalam proses pembelian tanaman hias dan bongkar muat tanaman, serta seorang sopir yang disediakan oleh pemilik kendaraan yang mereka sewa.

78 BAB VI ANALISIS PENDAPATAN PEDAGANG TANAMAN HIAS 6.1 Aspek Permodalan Modal adalah merupakan hal yang pokok dalam melakukan kegiatan bisnis. Tanpa adanya modal, bisnis yang akan dilakukan tidak akan bisa berjalan dengan lancar. Pedagang tanaman hias mengeluarkan modal untuk usahanya ini memang tidak terlalu besar, melainkan dimulai dengan usaha kecil-kecilan. Tetapi ada juga beberapa pedagang tersebut yang meneruskan usaha orangtuanya, sehingga modal yang dikeluarkan bukan modal sendiri melainkan modal orangtua. Modal awal untuk melakukan usaha tanaman hias bervariasi mulai dari Rp ,- sampai dengan Rp ,-. Modal yang digunakan untuk melakukan usaha perdagangan tanaman hias adalah modal yang berasal dari pedagang sendiri. Komponen modal tersebut berupa uang tunai atau asset lainnya seperti pompa air. Modal berupa uang tunai dibutuhkan sebagai biaya membeli tanaman, biaya perawatan seperti: pupuk kandang, pupuk kompos, sekam, pakis, dan obat-obatan. Modal berupa uang tunai tersebut dikeluarkan secara bertahap dan dalam jangka waktu yang relatif lama. Modal lainnya yang tidak dikeluarkan secara tunai adalah tanah yang digunakan untuk berdagang tanaman hias. Pada saat penelitian dilakukan, para pedagang tanaman hias tidak dikenakan biaya sewa tetapi diperoleh dari hasil kesepakatan antara pedagang dengan pihak Pemerintah Kota Bogor. Menurut informasi dari pedagang tanaman hias, terhitung mulai bulan Desember 2008 kemungkinan besar mereka akan dikenakan biaya sewa sebesar Rp 400,- per meter oleh Pemerintah Kota Bogor, dalam hal ini Dinas Perdagangan dan Perindustrian.

79 6.2 Analisis Pendapatan Usaha Tanaman Hias Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya pembelian tanaman hias atau biaya-biaya yang dikeluarkan dalam menjalankan usaha, sehingga besarnya pendapatan sangat ditentukan oleh nilai penerimaan, dan berapa besar biaya yang dikeluarkan. Semakin kecil biaya yang dikeluarkan maka semakin besar pendapatan yang diterima. Analisis mengenai pendapatan usaha tanaman hias diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pedagang khususnya, yaitu menggambarkan kondisi sekarang atas kegiatan usaha perdagangan tanaman hias dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan suatu usaha penjualan tanaman hias. Analisis pendapatan usaha ini juga bermanfaat untuk mengukur berhasil atau tidaknya usaha yang dilakukan. Pedagang tanaman hias selain memiliki pendapatan dari penjualan tanaman hias yang merupakan pendapatan utama, rata-rata pedagang tanaman hias juga mendapatkan penghasilan tambahan dari usaha penjualan produk diluar tanaman hias yang mereka geluti. Usaha penjualan produk diluar tanaman hias pedagang tanaman hias banyak digeluti mengingat banyak dari konsumen yang tidak hanya mencari tanaman hias saja, tetapi mereka juga banyak yang mencari barang-barang komplemen dari tanaman hias itu sendiri, seperti pupuk, sekam, pakis dan sebagainya. Pendapatan pedagang tanaman hias dari usaha penjualan produk diluar tanaman hias ini cukup besar, bahkan hampir sama dengan dari usaha pokok mereka sendiri, yaitu menjual tanaman hias. Untuk lebih jelasnya mengenai pendapatan usaha penjualan produk diluar tanaman hias pedagang tanaman hias dapat dilihat pada Lampiran 8.

80 Perhitungan pendapatan utama yang diperoleh dari penjualan tanaman hias dilakukan dengan menghitung semua pendapatan kerja keluarga. Pendapatan ini berasal dari penjualan tanaman dikurangi dengan semua biaya yang dikeluarkan, baik biaya tunai, ataupun biaya yang diperhitungkan, termasuk biaya bunga modal. Bunga modal disertakan karena dianggap bahwa modal itu diperoleh pedagang dengan cara meminjam atau karena modal itu tersedia untuk beberapa alternatif penggunaan Penerimaan Usaha Faktor penentu keberhasilan suatu usaha dapat dilihat dari berapa besar pendapatan yang diperoleh. Pendapatan adalah nilai sisa penerimaan setelah dikurangi seluruh total biaya. Penerimaan usaha pedagang tanaman hias diperoleh dari banyaknya tanaman yang terjual, dikalikan dengan harga jual masing-masing tanaman. Harga jual dari masing-masing tanaman hias harus disesuaikan dengan berapa harga beli dari masing-masing tanaman hias dan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk merawat tanaman hias tersebut. Ada beberapa tanaman hias yang memerlukan biaya perawatan yang cukup besar seperti Aglaonema dan Anthurium. Harga masing-masing tanaman berbeda, untuk tanaman hias Puring rata-rata dijual Rp ,- per batang, tanaman hias Lili Paris dijual dengan harga Rp 500,- per batang, tanaman hias Mawar dengan harga Rp 5.000,- per batang. dan tanaman hias Aglaonema Rp ,- per batang. Harga masingmasing tanaman di Jalan Pajajaran dan jalan Dadali relatif sama.

81 Pada analisis pendapatan ini, diambil pedagang tanaman hias sebanyak 30 orang, masing-masing dari Jalan Pajajaran sebanyak 23 pedagang tanaman hias dan dari Jalan Dadali sebanyak 7 pedagang tanaman hias. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penerimaan pedagang tanaman hias di Kota Bogor dapat dilihat pada Lampiran 7. Rata-rata penerimaan pedagang tanaman hias di Jalan Pajajaran sebesar Rp ,78,- per bulan dan di Jalan Dadali sebesar Rp ,29,- per bulan. Hal ini menunjukkan bahwa penerimaan usaha penjualan tanaman hias pedagang tanaman hias di Jalan Pajajaran lebih besar dibandingkan dengan penerimaan usaha penjualan tanaman hias pedagang di Jalan Dadali. Adanya perbedaan penerimaan ini karena lokasi Jalan Pajajaran lebih strategis daripada Jalan Dadali. Besarnya penerimaan yang diperoleh akan sangat menentukan berapa pendapatan yang diterima. Selain penerimaan penjualan tanaman hias, pedagang juga mempunyai penerimaan lain dari usaha penjualan produk diluar tanaman hias. Untuk lebih jelasnya rata-rata jumlah penerimaan usaha penjualan produk diluar tanaman hias pedagang tanaman hias di Kota Bogor, dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Rata-rata Penerimaan Usaha Penjualan Produk diluar Tanaman Hias Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor, Periode Agustus 2008 Jenis Penerimaan Jl. Pajajaran Jl. Dadali Jumlah (Rp) Jumlah (Rp) Penjualan Pupuk Kandang Penjualan Pupuk Kompos Penjualan Pupuk Organik Penjualan Sekam Penjualan Pakis Pembuatan Taman Dekorasi/Penyewaan , , , , , , , , , , , , , ,14 Total Penerimaan , ,71 Berdasarkan Tabel 14, jumlah penerimaan usaha penjualan produk diluar tanaman hias pedagang tanaman hias di Jalan Dadali lebih besar dibandingkan

82 penerimaan penjualan produk diluar tanaman hias pedagang tanaman hias di Jalan Pajajaran. Jumlah penerimaan pedagang tanaman hias di Jalan Dadali sebesar Rp ,71,- per bulan, sedangkan jumlah penerimaan penjualan produk diluar tanaman hias pedagang tanaman hias di Jalan Pajajaran sebesar Rp ,09,- per bulan Biaya Usaha Pengeluaran usaha pedagang tanaman hias terbagi ke dalam dua variabel biaya, yaitu biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Uraian selengkapnya dari masing-masing biaya adalah sebagai berikut: Biaya Tunai Biaya tunai yang dikeluarkan pedagang tanaman hias terdiri dari biaya untuk pembelian tanaman hias, biaya perawatan tanaman hias, biaya pembelian pot, biaya sewa angkutan, biaya tenaga kerja luar keluarga, dan biaya lain-lain. Hal ini biaya lain-lain adalah: biaya pembayaran rekening listrik dan biaya sampah. Termasuk dalam biaya perawatan tanaman hias; biaya pupuk kandang, biaya pupuk kompos, biaya pupuk NPK, biaya sekam, biaya pakis, dan biaya obat-obatan. 1. Biaya Pembelian Tanaman Hias Biaya pembelian tanaman hias merupakan biaya terbesar yang dikeluarkan oleh pedagang. Biasanya tanaman hias yang didapat berasal dari petani yang khusus membudidayakan tanaman hias atau dari pedagang perantara. Harga

83 tanaman hias yang berasal dari petani itu relatif murah, sehingga pedagang tanaman hias dapat menjual tanaman tersebut dengan keuntungan yang cukup besar. Keuntungan yang diambil dari setiap tanaman berbeda-beda. Untuk tanaman Puring biasanya dibeli dengan harga Rp 7.500,- per batang, Lili Paris Rp 350,- per batang, Mawar Rp 2.000,- per batang, Aglaonema ada yang Rp ,- per batang dan untuk Aglaonema jenis Pride Sumatera Rp ,- per batang. Rata-rata pengeluaran pembelian tanaman hias untuk lokasi di Jalan Pajajaran mencapai Rp ,09,- per bulan dan rata-rata pengeluaran pembelian tanaman hias untuk lokasi di Jalan Dadali mencapai Rp ,57 per bulan. Pembayaran pembelian tanaman hias ini biasanya dilakukan secara tunai atau cash. 2. Biaya Perawatan Tanaman Hias Pupuk kandang merupakan pupuk yang dinilai keharusan bagi pedagang tanaman hias ataupun petani tanaman hias dalam menjalankan usahanya. Hal ini disebabkan pupuk kandang menjadi pupuk dasar dalam memberikan kesuburan bagi tanaman. Pupuk kandang ini merupakan pupuk yang digunakan sebagai media tanam dari tanaman hias, terutama tanaman hias yang besar atau dalam bentuk pohon. Pengadaan pupuk kandang di lokasi penelitian relatif tersedia dengan lancar karena banyak supplier yang mengirimkan pupuk kandang ke lokasi penelitian. Rata-rata pedagang tanaman hias di Jalan Pajajaran menghabiskan pupuk kandang ini sebanyak 4,8 karung per bulan (48 kg), dengan harga beli Rp per karung, sedangkan di Jalan Dadali sebanyak 3,4 karung per bulan (34 kg) dengan harga yang sama Rp 8.000,- per karung atau Rp 800,- per kg. Jika

84 dikonversikan dalam nilai rupiah adalah Rp ,70,- per bulan untuk lokasi di Jalan Pajajaran dan Rp ,37 per bulan di lokasi Jalan Dadali. Penggunaan pupuk kandang tergantung jumlah varietas tanaman dan ukuran polybag tanaman. Pupuk kompos digunakan pedagang sebagai campuran dengan pupuk kandang untuk menanam tanaman yang baru dipindahkan. Pedagang tanaman hias memperoleh pupuk kompos ini dengan cara berlangganan. Harga dari pupuk kompos ini sama dengan pupuk kandang yaitu Rp 8.000,- per karung, dengan isi 10 kg. Pedagang tanaman hias di Jalan Pajajaran menghabiskan pupuk kompos ini sebanyak 3,9 karung (39 kg) per bulan, sedangkan pedagang tanaman hias di Jalan Dadali menghabiskan pupuk kompos ini sebanyak 3 karung (30 kg) per bulan. Jika dikonversikan dalam nilai rupiah adalah Rp ,52,- per bulan untuk lokasi di Jalan Pajajaran dan Rp ,- per bulan di lokasi Jalan Dadali. NPK digunakan untuk merangsang pertumbuhan tanaman; pertumbuhan batang akar; terutama untuk pertumbuhan daun. Pupuk ini digunakan satu kali dalam seminggu terutama pada tanaman yang membutuhkan banyak pupuk seperti bunga Mawar. Rata-rata pedagang tanaman hias di Jalan Pajajaran menghabiskan NPK sebanyak 1,08 kg per bulan, sedangkan pedagang tanaman hias di Jalan Dadali menghabiskan NPK ini sebanyak 1 kg per bulan. Jika dikonversikan dalam nilai rupiah adalah Rp ,87,- per bulan untuk lokasi di Jalan Pajajaran dan Rp 9.500,- per bulan di lokasi Jalan Dadali. Sekam adalah sampah dari penggilingan padi. Pedagang tanaman hias mendapatkan dengan cara dikirim. Harga sekam juga hampir sama dengan harga pupuk kandang dan kompos yaitu Rp 7.500,- per karung dengan isi 10 kg. Sekam juga tersedia dalam ukuran yang berbeda, yaitu dengan ukuran 3 kg. Penggunaan

85 sekam masing-masing pedagang berbeda-beda sesuai dengan jenis tanaman yang mereka jual, karena tidak semua tanaman hias menggunakan sekam sebagai media tanam. Rata-rata pedagang tanaman hias di Jalan Pajajaran menghabiskan sekam sebanyak 4,6 karung (46 kg) per bulan, sedangkan pedagang tanaman hias di Jalan Dadali menghabiskan sekam sebanyak 2,7 karung (27 kg) per bulan. Jika dikonversikan dalam nilai rupiah adalah Rp ,30,- per bulan untuk lokasi di Jalan Pajajaran dan Rp ,14,- per bulan di lokasi Jalan Dadali. Pakis diolah dari batang pakis (cycas) yang direbus kemudian dijemur selama beberapa menit. Pakis juga digunakan sebagai media tanam untuk tanaman hias. Penggunaan pakis setiap bulannya tidak terlalu banyak, karena pakis ini digunakan pada tanaman tertentu seperti Aglaonema dan Anthurium. Harga pakis adalah Rp 850,- per kilogram. Rata-rata pedagang tanaman hias di Jalan Pajajaran menghabiskan pakis sebanyak 3,3 karung (33 kg) per bulan, sedangkan pedagang tanaman hias di Jalan Dadali menghabiskan pakis sebanyak 3 karung (30 kg) per bulan. Jika dikonversikan dalam nilai rupiah adalah Rp ,39,- per bulan untuk lokasi di Jalan Pajajaran dan Rp ,- per bulan di lokasi Jalan Dadali. Penggunaan obat-obatan juga dilakukan sebagai langkah preventif untuk mencegah datangnya serangan hama seperti penyakit kutu daun, penyakit layu daun, penyakit jamur, dan penyakit-penyakit lainnya. Bagi pedagang tanaman hias, kegiatan penyemprotan merupakan suatu keharusan dengan tujuan untuk mencegah serangan hama. Penyemprotan biasanya dilakukan pada pagi atau sore hari, karena pada waktu itu hama menyerang tanaman. Penyemprotan dilakukan satu kali dalam seminggu. Pedagang tanaman hias biasanya menggunakan obat Kurakron dengan harga Rp ,- per botol atau Decis dengan harga Rp

86 38.000,- per botol, tetapi karena harga Kurakron lebih mahal pedagang tanaman hias kebanyakan lebih memilih menggunakan Decis. Penggunaan obat ini harus sesuai dengan dosis yang telah ditentukan, dengan cara dicampur dengan air kemudian disemprotkan pada tanaman hias. Rata-rata pedagang tanaman hias di Jalan Pajajaran menghabiskan obat-obatan ini sebanyak 0,28 botol per bulan, sedangkan pedagang tanaman hias di Jalan Dadali menghabiskan obat-obatan sebanyak 0,27 botol per bulan. Jika dikonversikan dalam nilai rupiah adalah Rp ,30,- per bulan untuk lokasi di Jalan Pajajaran dan Rp ,71,- per bulan di lokasi Jalan Dadali. 3. Biaya Pembelian Pot Biaya pembelian pot tanaman hias adalah biaya yang dikeluarkan terkait dengan fisik tanaman, yaitu biaya untuk pemakaian media sebagai tempat tumbuh tanaman hias. Biaya untuk pembelian pot bervariasi tergantung dari jenis pot yang digunakan. Untuk pot plastik berukuran sedang pedagang mengeluarkan biaya Rp 2.000,-/buah. Penggunaan pot tergantung jenis tanaman. Artinya tidak semua tanaman menggunakan pot yang baru, hanya tanaman tertentu saja. Tanaman yang menggunakan pot yang baru adalah tanaman yang harganya relatif mahal dan berukuran sedang, seperti Aglaonema, Anthurium dan Petonia. Sedangkan untuk tanaman kecil seperti Lili paris dan Sutra bombay biasanya hanya menggunakan polybag yang sudah digunakan sejak pembelian tanaman hias dari petani. Ratarata penggunaan pot di Jalan Pajajaran sebesar Rp ,30,- per bulan, sedangkan di Jalan Dadali sebesar Rp ,71,- per bulan.

87 4. Biaya Transportasi Dalam menjalankan usaha tanaman hias ini tentu memerlukan biaya untuk transportasi atau pengangkutan. Biasanya pedagang tanaman hias ada yang dibebani biaya transportasi karena mereka membeli langsung tanaman hias dari petani dengan cara mendatangi ke lokasi petani. Biaya transportasi dikeluarkan untuk penyewaan alat angkut dan sopir kendaraan. Besarnya biaya sewa kendaraan disesuaikan dengan lokasi tempat pembelian tanaman hias. Sewa kendaraan untuk ke Cipanas sebesar Rp ,- dan ke Parung atau Ciapus sebesar Rp ,- biaya tersebut belum termasuk biaya akomodasi selama perjalanan yang bisa mencapai Rp ,- setiap satu kali pembelian. Biasanya pedagang tanaman hias melakukan pembelian tanaman hias satu kali dalam satu bulan, tetapi jika ada pesanan yang mendadak tidak menutup kemungkinan pedagang melakukan pembelian tanaman hias lebih dari satu kali. Rata-rata pedagang tanaman hias di Jalan Pajajaran dibebani biaya transportasi sebesar Rp ,30,- per bulan. Sedangkan rata-rata pedagang tanaman hias di Jalan Dadali dibebani biaya transportasi sebesar Rp ,43,- per bulan. Pedagang tanaman hias yang hanya menunggu tanaman hias diantar langsung oleh petani tidak dibebani biaya transportasi. 5. Biaya TKLK Biaya tenaga kerja adalah biaya tenaga kerja yang sifatnya tetap dan harus dibayar tunai. Dalam hal ini tenaga kerja adalah tenaga kerja dari luar keluarga (TKLK), yang dibayar berupa gaji. Rata-rata gaji tenaga kerja luar Rp ,- per hari atau jika dikonversikan dalam sebulan adalah Rp ,-. Cara pembayaran gaji, tidak dilakukan secara tunai Rp ,- per bulan tetapi setiap

88 hari dibayar Rp ,- dan sisanya dibayar pada saat hari Lebaran. Untuk lebih jelasnya rata-rata penggunaan tenaga kerja luar keluarga dalam usaha tanaman hias di Kota Bogor, periode bulan Agustus 2008 dapat dilihat pada Tabel 15 dan 16. Tabel 15. Rata-rata Penggunaan TKLK Usaha Tanaman Hias di Jl. Pajajaran, Periode Agustus 2008 Jenis Pekerjaan Upah Nilai Upah Jumlah TKDK (HKP, HKW) TKLK (HKP, HKW) (Rp) (Rp) Pembelian Pemupukan Penataan dan bersih-bersih Penyiraman Pemangkasan Bongkar Muat 3,00 (HKP) 1,00 x 4 (HKW) 2,50 x 4 (HKW) 0,80 x 30 (HKW) 2,50 x 4 (HKP) 3,00 (HKP) Jumlah TKDK 57,5 HOK Tabel 16. Rata-rata Penggunaan TKLK Usaha Tanaman Hias di Jl. Dadali, Periode Agustus 2008 Jenis Pekerjaan Upah Nilai Upah Jumlah TKDK (HKP, HKW) TKLK (HKP, HKW) (Rp) (Rp) Pembelian Pemupukan Penataan dan bersih-bersih Penyiraman Pemangkasan Bongkar Muat 1,00 (HKP) 0,50 x 4 (HKW) 0,50 x 4 (HKW) 0,50 x 30 (HKW) 0,50 x 4 (HKP) 2,00 (HKP) Jumlah TKDK 28,75 HOK Berdasarkan Tabel 15, rata-rata jumlah biaya penggunaan tenaga kerja luar keluarga (TKLK) pedagang tanaman hias di Jalan Pajajaran sebesar Rp ,- per bulan. Sedangkan rata-rata penggunaan TKLK oleh pedagang tanaman hias di Jalan Dadali adalah sebesar Rp ,- per bulan. Total penggunaan TKLK sebanyak 57,5 HOK di Jalan Pajajaran, yang terdiri dari tenaga kerja laki-laki 15 Hari Kerja Pria (HKP) dan 41,5 hari Kerja Wanita (HKW). Sedangkan penggunaan TKLK di Jalan Dadali sebanyak 28,75 HOK, yang terdiri dari 5 HKP dan 23,75 HKW. Hal ini menunjukkan angka yang cukup berbeda, pedagang

89 tanaman hias di Jalan Pajajaran lebih banyak menggunakan TKLK dibadingkan pedagang tanaman hias di Jalan Dadali. 6. Biaya Lain-lain Setiap bulan pedagang tanaman hias juga dipungut biaya sampah, sekitar Rp 5.000,- sampai dengan Rp ,-. Biaya ini dipungut untuk menjaga kebersihan lokasi penjualan tanaman hias. Sedangkan biaya listrik terutama adalah untuk penyiraman tanaman hias pada pagi atau sore hari. Biaya listrik sekitar Rp ,- sampai dengan Rp ,- per bulan. Besarnya biaya listrik tergantung penggunaan masing-masing pedagang tanaman hias. Rata-rata biaya lain-lain di Jalan Pajajaran sebesar Rp ,30,- per bulan, sedangkan di Jalan Dadali sebesar Rp ,57,- per bulan. Rincian selengkapnya untuk total biaya tunai rata-rata yang dikeluarkan pedagang tanaman hias dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Rata-rata Biaya Tunai Usaha Tanaman Hias di Kota Bogor, Periode Agustus 2008 Jl. Pajajaran Jl. Dadali Keterangan Jumlah (Rp) Persent ase (%) Jumlah (Rp) Persent ase (%) 1. Biaya Pembelian Tanaman Hias 2. Biaya Perawatan: Biaya Pupuk Kandang Biaya Pupuk Kompos Biaya Pupuk NPK Biaya Sekam Biaya Pakis Biaya Obat-obatan 3. Biaya Pot 4. Biaya Transportasi 5. Biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga 6. Biaya Lain-lain (Listrik, Sampah) , , , , , , , , , , ,39 68,35 0,86 0,69 0,23 0,77 0,61 0,24 19,70 3,70 3,20 1, , , , , , , , , , , ,57 76,30 0,76 0,68 0,27 0,58 0,72 0,29 10,90 3,63 3,37 2,40 Jumlah Biaya Tunai , , Berdasarkan Tabel 17, biaya yang paling besar dikeluarkan dalam usaha tanaman hias ini baik pedagang tanaman hias di Jalan Pajajaran, maupun

90 pedagang tanaman hias di Jalan Dadali adalah biaya pembelian tanaman hias itu sendiri yaitu: masing-masing sebesar 68 persen dan 76 persen dari jumlah biaya tunai. Besarnya biaya pembelian tanaman hias dapat menyebabkan rendahnya tingkat pendapatan yang diterima oleh pedagang tanaman hias. Kondisi seperti ini akan dijadikan acuan bagi pedagang tanaman hias menentukan berapa harga jual yang sesuai dengan tanaman hias tersebut. Harga masing-masing jenis tanaman berbeda satu sama lain. Selain biaya tunai yang digunakan untuk usaha tanaman hias, pedagang juga mengeluarkan biaya tunai untuk penjualan produk diluar tanaman hias, yaitu penjualan pupuk kandang, pupuk kompos, pupuk organik, sekam, pakis, pembuatan taman dan dekorasi. Biaya tersebut mencapai 20 persen dari total biaya tunai usaha tanaman hias. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel Biaya yang Diperhitungkan Pengeluaran usaha yang berupa biaya diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa besarnya pendapatan kerja pedagang kalau bunga modal dan nilai tenaga kerja dalam keluarga diperhitungkan. Nilai biaya yang diperhitungkan terdiri dari tenaga kerja dalam keluaraga (TKDK), bunga modal yang diperhitungkan sebagai pinjaman dengan asumsi tingkat suku bunga bank pemerintah yang berlaku pada saat tertentu. Berikut ini merupakan komponenkomponen biaya yang harus diperhitungkan untuk menghitung pendapatan pedagang tanaman hias:

91 1. Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) Biaya tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga merupakan salah satu komponen dari jenis biaya biaya yang diperhitungkan dalam satu usaha. Penilaian TKDK didasarkan atas upah tenaga kerja yang berlaku pada waktu anggota keluarga menyumbangkan kerja dan pada tempat mereka bekerja, yaitu sebesar Rp ,-/HKW dan Rp ,-/HKP. Rata-rata biaya TKDK di Jalan Pajajaran diperhitungkan sebesar Rp ,30,- per bulan dan untuk lokasi di Jalan Dadali, rata-rata penggunaan TKDK diperhitungkan sebesar Rp ,14. Untuk lebih jelasnya rata-rata penggunaan tenaga kerja dalam keluarga di Jalan Pajajaran dan Jalan Dadali dapat dilihat pada Tabel 19 dan 20. Tabel 18. Rata-rata Penggunaan TKDK Usaha Tanaman Hias di Jalan Pajajaran, Periode Agustus 2008 Jenis Pekerjaan Upah Jumlah TKDK Nilai Upah TKDK (HKP, HKW) (HKP, HKW) (Rp) (Rp) Pembelian Pemupukan Penataan dan bersih-bersih Penyiraman Pemangkasan Bongkar Muat 3,00 (HKP) 0,70 x 4 (HKW) 2,50 x 4 (HKW) 1,00 x 30 (HKW) 2,60 x 4 (HKP) 2,00 (HKP) Jumlah TKDK 68,9 HOK Tabel 19. Rata-rata Penggunaan TKDK Usaha Tanaman Hias di Jalan Dadali, Periode Agustus 2008 Jenis Pekerjaan Upah Jumlah TKDK Nilai Upah TKDK (HKP, HKW) (HKP, HKW) (Rp) (Rp) Pembelian Pemupukan Penataan dan bersih-bersih Penyiraman Pemangkasan Bongkar Muat 3,00 (HKP) 0,70 x 4 (HKW) 2,50 x 4 (HKW) 1,40 x 30 (HKW) 4,00 x 4 (HKP) 2,00 (HKP) Jumlah TKDK 89,5 HOK Berdasarkan Tabel 18, rata-rata jumlah biaya penggunaan tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) pedagang tanaman hias di Jalan Pajajaran sebesar Rp ,- per bulan. Sedangkan rata-rata penggunaan TKLK oleh pedagang

92 tanaman hias di Jalan Dadali adalah sebesar Rp ,- per bulan. Total penggunaan TKLK sebanyak 68,9 HOK di Jalan Pajajaran, yang terdiri dari tenaga kerja laki-laki 15,4 Hari Kerja Pria (HKP) dan 53,5 Hari Kerja Wanita (HKW). Sedangkan penggunaan TKDK di Jalan Dadali sebanyak 89,5 HOK, yang terdiri dari 21 HKP dan 68,5 HKW. Hal ini menunjukkan bahwa pedagang tanaman hias di Jalan Dadali lebih banyak memanfaatkan TKDK sendiri, daripada harus membayar tenaga dari luar. 2. Biaya Penyusutan Biaya penyusutan dilakukan pada peralatan yang dimiliki dan digunakan pedagang tanaman hias dalam usahanya. Adapun peralatan yang sering digunakan dalam usaha ini, yaitu gunting pangkas dan golok. Kedua alat tersebut menurut pengakuan pedagang tanaman hias relatif awet dan tahan lama, sehingga biaya penyusutan tidak diperhitungkan dalam penelitian ini. Hal yang menjadi pertimbangan tidak dimasukkannya komponen biaya penyusutan adalah nilai alat yang digunakan relatif kecil, umur ekonomis dari alat yang awet, bisa mencapai 5 tahun lebih. 3. Biaya Bunga Modal Biaya bunga modal merupakan salah satu komponen biaya yang diperhitungkan. Biaya bunga modal ini dihitung dengan asumsi biaya bunga bank pada tahun tertentu dikalikan dengan biaya tunai. Asumsi bunga modal untuk menganalisa pendapatan pedagang tanaman hias ini adalah sebesar 1,5 persen/bulan (Bank Mandiri), sehingga besarnya biaya bunga modal atas biaya tunai diperoleh rata-rata sebesar Rp ,73,- per bulan di Jalan Pajajaran, sedangkan bunga modal atas biaya tunai di Jalan Dadali sebesar Rp ,75,-

93 per bulan. Manfaat menghitung biaya bunga modal ini adalah sebagai pembanding atau biaya korbanan atas sejumlah uang yang dialokasikan pada cabang usaha pedagang tanaman hias. Sehingga dapat dilihat apakah dengan menanamkan uang pada usaha tanaman hias di Kota Bogor tersebut akan menguntungkan atau tidak. 4. Biaya Sewa Komponen lain yang masuk dalam biaya yang diperhitungkan adalah biaya sewa lahan. Karena lahan yang digunakan oleh para pedagang yaitu di sepanjang jalan jalur hijau di Kota Bogor merupakan tanah milik pemerintah kota dan pihak pemerintah kota sendiri tidak menarik biaya sewa, maka biaya sewa ini juga tidak dihitung dalam komponen biaya diperhitungkan dalam penelitian ini. Analisis pendapatan usaha tanaman hias diperoleh dengan cara mengurangkan antara jumlah penerimaan dengan jumlah pengeluaran total, yang semuanya dihitung dalam satu bulan. Tingkat pendapatan usaha tanaman hias di Kota Bogor sangat bervariasi. Hal ini disebabkan perbedaan besar biaya yang digunakan untuk pembelian tanaman hias dan beberapa harga jual dari masingmasing tanaman hias tersebut. Pendapatan atas biaya tunai jauh lebih besar jika dibandingkan dengan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya total ini kisaran nilainya bisa positif dan bisa juga negatif. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 20.

94 Tabel 20. Penerimaan, Pengeluaran, Pendapatan serta R/C Usaha Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor, Periode Agustus 2008 No Jl. Pajajaran Jl. Dadali Indikator Jumlah (Rp) Jumlah (Rp) I. ARUS PENERIMAAN 1. Penerimaan penjualan tanaman hias 2. Penerimaan produk diluar tanaman hias: a. Penjualan pupuk kandang b. Penjualan pupuk kompos c. Penjualan pupuk organik d. Penjualan sekam e. Penjualan pakis f. Pembuatan taman g. Penyewaan/dekorasi Total penerimaan II. ARUS PENGELUARAN A. Biaya Tunai: Biaya tunai usaha penjualan tanaman hias: 1. Biaya pembelian tanaman hias 2. Biaya perawatan tanaman hias a. Biaya Pupuk kandang b. Biaya Pupuk kompos c. Biaya Pupuk NPK d. Biaya Sekam e. Biaya Pakis f. Biaya Obat-obatan 3. Biaya pot 4. Biaya transportasi 5. Biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK) 6. Biaya lain-lain Jumlah biaya tunai usaha penjualan tanaman hias Biaya tunai produk diluar tanaman hias: 1. Biaya pembelian pupuk kandang 2. Biaya pembelian pupuk kompos 3. Biaya pembelian pupuk organik 4. Biaya pembelian sekam 5. Biaya pembelian pakis 6. Biaya akomodasi pembuatan taman 7. Biaya akomodasi penyewaan Jumlah biaya produk diluar tanaman hias Total biaya tunai B. Biaya Diperhitungkan: 1. Biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) 2. Biaya penyusutan 3. Biaya bunga modal 4. Biaya sewa Total biaya diperhitungkan , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,89 TOTAL SELURUH PENGELUARAN , ,03 III. PENDAPATAN 1. Pendapatan atas biaya tunai , ,86 2. Pendapatan atas biaya total , ,97 IV. PERHITUNGAN EFISIENSI (R/C) A. R/C Atas Biaya Tunai 1,40 1,46 B. R/C Atas Biaya Total 1,19 1,19

95 Berdasarkan Tabel 20, tingkat pendapatan rata-rata pedagang tanaman hias atas biaya tunai di Jalan Pajajaran diperoleh Rp ,17,- per bulan atau jika dikonversikan untuk setiap tahunnya memperoleh Rp ,04,- per tahun. Sedangkan pendapatan pedagang tanaman hias atas biaya total adalah sebesar Rp ,48,- per bulan, atau jika dikonversikan untuk setiap tahunnya memperoleh Rp ,76,- per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa biaya diperhitungkan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pendapatan, angkanya hampir mencapai lima puluh persen dari biaya total. Usaha yang dilakukan oleh pedagang tanaman hias melibatkan anggota keluarga yang lain, maka berdasarkan kriteria pendapatan usaha yang paling sesuai digunakan adalah konsep pendapatan kerja keluarga, dimana pendapatan keluarga ini diperoleh dengan menambah penghasilan kerja pedagang dengan nilai kerja keluarga. Untuk penelitian ini maka pendapatan kerja keluarga pedagang tanaman hias di Jalan Pajajaran sebesar Rp ,52,- per bulan, atau sebesar Rp ,24,- per tahunnya. Sedangkan tingkat pendapatan rata-rata pedagang tanaman hias atas biaya tunai di Jalan Dadali diperoleh Rp ,86,- per bulan atau jika dikonversikan untuk setiap tahunnya memperoleh Rp ,32,- per tahun. Sedangkan pendapatan pedagang tanaman hias atas biaya total adalah sebesar Rp ,97,- per bulan, atau jika dikonversikan untuk setiap tahunnya memperoleh Rp ,64,- per tahun. Pendapatan kerja keluarga pedagang tanaman hias di Jalan Dadali diperoleh sebesar Rp ,11,- per bulan, atau jika dikonversikan dalam setahun sebesar Rp ,32,- per tahun. Dengan lebih besarnya jumlah pendapatan kerja keluarga pedagang tanaman hias di Jalan Dadali menunjukkan bahwa mereka lebih banyak menggunakan tenaga kerja

96 dalam keluarga (TKDK) dibandingkan pedagang tanaman hias di Jalan Pajajaran. Dari segi pendapatan penjualan tanaman hias, pedagang tanaman hias di Jalan Pajajaran lebih unggul dibandingkan pedagang tanaman hias di Jalan Dadali. Hal ini karena lokasi Jalan Pajajaran lebih strategis dibandingkan Jalan Dadali. Tetapi dari pendapatan total, pedagang tanaman hias di Jalan Dadali lebih unggul dibandingkan Jalan Pajajaran. Hal ini karena pendapatan produk diluar tanaman hias pedagang tanaman hias di Jalan Dadali lebih besar dibadingkan pendapatan produk diluar tanaman hias pedagang tanaman hias di Jalan Pajajaran Analisis Keuntungan Usaha Dari analisis R/C usaha pedagang tanaman hias di Jalan Pajajaran, diperoleh angka R/C atas biaya tunai sebesar 1,40 dan R/C atas biaya total sebesar 1,19. Pengertian R/C atas biaya tunai sebesar 1,40 adalah untuk tiap Rp1,00 yang dikeluarkan oleh pedagang maka akan memperoleh penerimaan sebesar Rp1,40,00. Untuk R/C atas biaya total sebesar 1,19 berarti untuk setiap pengeluaran Rp1,00 akan diperoleh penerimaan sebesar Rp1,19,00. Sedangkan analisis R/C usaha pedagang tanaman hias di Jalan Dadali, diperoleh angka R/C atas biaya tunai sebesar 1,46 dan R/C atas biaya total sebesar 1,19. Pengertian R/C atas biaya tunai sebesar 1,46 adalah untuk tiap Rp1,00 yang dikeluarkan oleh pedagang maka akan memperoleh penerimaan sebesar Rp1,46,00. Untuk R/C atas biaya total sebesar 1,19 berarti untuk setiap pengeluaran Rp1,00 akan diperoleh penerimaan sebesar Rp1,19,00. Berdasarkan analisis di atas, maka dapat diidentifikasi bahwa usaha penjualan tanaman hias yang dilakukan oleh pedagang

97 tanaman hias di Kota Bogor secara ekonomis masih menguntungkan walaupun pesaing sudah semakin banyak.

98 BAB VII ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHA TANAMAN HIAS 7.1 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan usaha tanaman hias digunakan analisis regresi berganda (multiple regression). Metode ini digunakan karena dalam menentukan pendapatan ada banyak variabel-variabel yang dianggap dapat mempengaruhinya. Peubah-peubah yang dimasukkan dalam persamaan pendapatan tanaman hias adalah peubah yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan usaha tanaman hias yaitu: Lahan (X 1 ), Tenaga Kerja (X 2 ), harga beli tanaman hias Puring (X 3 ), harga beli tanaman hias Aglaonema (X 4 ), harga beli tanaman hias Anggrek (X 5 ), harga beli tanaman hias Krisan (X 6 ), harga jual tanaman hias Puring (X 7 ), harga jual tanaman hias Aglaonema (X 8 ), harga jual tanaman hias Anggrek (X 9 ), harga jual tanaman hias Krisan (X 10 ), pupuk kandang (X 11 ), pupuk kompos (X 12 ), pupuk NPK (X 13 ), sekam (X 14 ), pakis (X 15 ), Obat (X 16 ), transportasi (X 17 ), pot (X 18 ). Pengujian terhadap ketepatan model fungsi pendapatan dengan melihat koefisien determinasi (R 2 ), F hitung, T hitung, maupun P value dari masing-masing parameter (Tabel 22), sehingga menghasilkan model linear sebagai berikut: Ln Y = 11,8-0,076 Ln Lahan - 0,192 Ln TK - 0,142 Ln HB Puring - 0,460 Ln HB Aglonema - 0,171 Ln HB Anggrek - 0,508 Ln HB Krisan + 0,057 Ln HJ Aglaonema - 0,285 Ln HJ Anggrek + 1,49 Ln HJ Krisan + 0,212 Ln P.kandang + 0,101 Ln P.Kompos + 0,247 Ln P.NPK + 0,349 Ln

99 Sekam + 0,907 Ln Pakis - 0,250 Ln Obat - 0,0086 Ln Transport - 0,639 Ln Pot Tabel 21. Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Tanaman Hias di Kota Bogor, Periode Agustus 2008 Simpangan Variabel Koefisien Baku T hitung P value VIF Regresi Koefisien Constant Ln Lahan (X 1 ) Ln TKLK (X 2 ) Ln HB. Puring (X 3 ) Ln HB. Aglaonema (X 4 ) Ln HB. Anggrek (X 5 ) Ln HB. Krisan (X 6 ) Ln HJ. Aglaonema (X 8 ) Ln HJ. Anggrek (X 9 ) Ln HJ. Krisan (X 10 ) Ln Pupuk Kandang (X 11 ) Ln Pupuk Kompos (X 12 ) Ln Pupuk NPK (X 13 ) Ln Sekam (X 14 ) Ln Pakis (X 15 ) Ln Obat (X 16 ) Ln Transportasi (X 17 ) Ln Pot (X 18 ) 11,79-0,0760-0, ,1418-0,4599-0,1710-0,5078 0,0567-0,2846 1,4872 0,2124 0,1014 0,2473 0,3492 0,9073-0,2504-0, , ,24 0,1603 0, ,9908 0,3765 0,2447 0,3848 0,5886 0,3764 0,8353 0,2254 0,1326 0,1544 0,2094 0,2835 0,4327 0, ,3612 0,96-0,47-5,58-0,14-1,22-0,70-1,32 0,10-0,76 1,78 0,94 0,76 1,60 1,67 3,20-0,58-0,75-1,77 0,355 0,644 0,000* 0,889 0,245**** 0,498 0,212**** 0,925 0,464 0,100** 0,365 0,459 0,135*** 0,121*** 0,008* 0,574 0,468 0,102*** S = 0,2219 R-Sq = 87,9% R-Sq(adj) = 70,7% Keterangan: * = Nyata pada tingkat kepercayaan 99% ** = Nyata pada tingkat kepercayaan 90% *** = Nyata pada tingkat kepercayaan 85% **** = Nyata pada tingkat kepercayaan 75% Berdasarkan Tabel 22, hasil pendugaan analisis regresi diperoleh koefisien determinan (R 2 ) sebesar 87,9 persen dan koefisien determinasi terkoreksi (R adj ) sebesar 70,7 persen. Nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 87,9 persen mempunyai arti bahwa 87,9 persen keragaman pendapatan usaha tanaman hias dapat diterangkan oleh variabel-variabel bebas: Lahan (X 1 ), Tenaga Kerja (X 2 ), harga beli tanaman hias Puring (X 3 ), harga beli tanaman hias Aglaonema (X 4 ), harga beli tanaman hias Anggrek (X 5 ), harga beli tanaman hias Krisan (X 6 ), harga jual tanaman hias Puring (X 7 ), harga jual tanaman hias Aglaonema (X 8 ), harga jual tanaman hias Anggrek (X 9 ), harga jual tanaman hias Krisan (X 10 ), pupuk kandang (X 11 ), pupuk kompos (X 12 ), pupuk NPK (X 13 ), sekam (X 14 ), pakis (X 15 ), 5,9 2,8 4,1 4,6 1,7 2,9 3,2 2,2 2,3 7,4 3,2 2,2 5,5 6,3 4,4 2,9 4,3

100 Obat (X 16 ), transportasi (X 17 ), pot (X 18 ). Keragaman pendapatan usaha tanaman hias di Kota Bogor juga masih perlu diterangkan oleh variabel lain di luar model yang telah digunakan sebesar 12,1 persen. Dari hasil dugaan terlihat bahwa uji F signifikan pada selang kepercayaan 95 persen. Sehingga dapat dihipotesiskan bahwa secara bersama-sama variabel bebas yaitu: Lahan (X 1 ), Tenaga Kerja (X 2 ), harga beli tanaman hias Puring (X 3 ), harga beli tanaman hias Aglaonema (X 4 ), harga beli tanaman hias Anggrek (X 5 ), harga beli tanaman hias Krisan (X 6 ), harga jual tanaman hias Puring (X 7 ), harga jual tanaman hias Aglaonema (X 8 ), harga jual tanaman hias Anggrek (X 9 ), harga jual tanaman hias Krisan (X 10 ), pupuk kandang (X 11 ), pupuk kompos (X 12 ), pupuk NPK (X 13 ), sekam (X 14 ), pakis (X 15 ), Obat (X 16 ), transportasi (X 17 ), pot (X 18 ), berpengaruh nyata terhadap pendapatan usaha tanaman hias. Pengujian varibel bebas secara parsial dilakukan dengan uji-t, hasil ini menunjukkan bahwa variabel-variabel yang berpengaruh nyata adalah: Tenaga Kerja (X 2 ), dan pakis (X 15 ), nyata pada tingkat kepercayaan 99 persen. harga jual tanaman hias Krisan (X 6 ), nyata pada tingkat kepercayaan 90 persen. NPK (X 13 ), sekam (X 14 ), dan pot (X 18 ), nyata pada tingkat kepercayaan 85 persen. Harga beli tanaman hias Aglaonema (X 4 ), dan harga beli tanaman hias Krisan (X 6 ) nyata pada tingkat kepercayaan 75 persen. Dari pendugaan model tersebut dilakukan pemeriksaan terhadap asumsi OLS. Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai R 2 dan banyaknya jumlah koefisien yang signifikan. Jumlah R 2 yang diperoleh adalah sebesar 87,9 persen dengan jumlah koefisien yang signifikan sebanyak delapan variabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa model yang digunakan tidak terdapat masalah

101 multikolinearitas. Analisis sisaan menunjukkan bahwa sisaan telah menyebar normal, kenormalan sisaan ditunjukkan oleh tebaran titik-titik sisaan yang menyebar membentuk garis lurus. Plot antara sisaan dengan nilai dugaan juga telah menunjukkan bahwa titik-titik telah menyebar secara acak dan tidak membentuk pola. Dalam model regresi berganda nilai koefisien regresi adalah merupakan nilai elastisitas dari masing-masing variabel tersebut. Berdasarkan Tabel 22 nilai koefisien regresi dari masing-masing faktor pendapatan yang bertanda positif adalah variabel: harga jual tanaman hias Krisan (X 10 ), NPK (X 13 ), sekam (X 14 ), dan pakis (X 15 ). Sedangkan variabel yang bertanda negatif adalah: TKLK (X 2 ), harga beli tanaman hias Aglaonema (X 4 ), harga beli tanaman hias Krisan (X 6 ), dan pot (X 18 ). Angka positif pada koefisien regresi menunjukkan hubungan yang searah antara pendapatan dengan penggunaan faktor-faktor pendapatan usaha tanaman hias. Sedangkan angka negatif pada koefisien regresi menunjukkan hubungan yang berkebalikan antara pendapatan dengan penggunaan faktor-faktor pendapatan usaha tanaman hias. 7.2 Penjelasan Masing-masing Faktor a). TKLK (X 2 ) Variabel Tenaga kerja secara parsial berpengaruh nyata terhadap pendapatan. Faktor tenaga kerja luar keluarga dalam model mempunyai pengaruh negatif terhadap pendapatan. Nilai elastisitas tenaga kerja luar keluarga dalam fungsi pendapatan tanaman hias sebesar -0,19194 yang artinya bahwa setiap penambahan tenaga kerja luar keluarga sebesar 1 persen akan menurunkan

102 pendapatan sebesar 0,19194 dengan asumsi faktor-faktor lain dianggap tetap (cateris paribus). Dengan semakin banyak menggunakan tenaga kerja luar keluarga akan menambah biaya, sehingga akan mengurangi pendapatan keluarga pedagang tanaman hias. Pedagang tanaman hias di Jalan Pajajaran lebih banyak menggunakan tenaga kerja luar keluarga dibandingkan pedagang tanaman hias di Jalan Dadali. Penggunaan tenaga kerja luar keluarga di Jalan Pajajaran sudah tidak efisien karena pada kenyataan usaha penjualan tanaman hias tidak membutuhkan tenaga kerja luar keluarga yang banyak. Artinya penjualan tanaman hias pada dasarnya masih bisa dilakukan oleh keluarga pedagang tanaman hias. b). Harga Beli Tanaman Hias Aglaonema (X 4 ) Harga beli tanaman hias Aglaonema berpengaruh negatif terhadap pendapatan pedagang tanaman hias. Nilai elastisitas harga beli tanaman hias Aglaonema dalam fungsi pendapatan usaha tanaman hias sebesar -0,4599. Artinya bahwa setiap penambahan harga beli tanaman hias Aglaonema sebesar 1 persen, maka pendapatan usaha tanaman hias akan menurun sebesar -0,4599 dengan asumsi faktor-faktor lain dianggap (cateris paribus). Oleh karena itu pedagang tanaman hias harus hati-hati atau memperhatikan harga dari tanaman hias Aglaonema. Harga beli tanaman hias Aglaonema mempunyai pengaruh secara nyata terhadap pendapatan usaha tanaman hias. Semakin tinggi harga beli dari tanaman hias tersebut jika tidak diikuti, dengan semakin tingginya harga jual, maka pendapatan yang dihasilkan akan semakin menurun.

103 c. Harga Beli Tanaman Hias Krisan (X 6 ) Harga beli tanaman hias Krisan berpengaruh negatif terhadap pendapatan pedagang tanaman hias. Nilai elastisitas harga beli tanaman hias Krisan dalam fungsi pendapatan usaha tanaman hias sebesar -0,5078. Artinya bahwa setiap penambahan harga beli tanaman hias Krisan sebesar 1 persen, maka pendapatan usaha tanaman hias akan menurun sebesar -0,5078 dengan asumsi faktor-faktor lain dianggap (cateris paribus). Oleh karena itu pedagang tanaman hias harus hati-hati atau memperhatikan harga beli dari tanaman hias Krisan. Harga beli tanaman hias Krisan mempunyai pengaruh secara nyata terhadap pendapatan usaha tanaman hias. Semakin tinggi harga beli dari tanaman hias tersebut jika tidak diikuti, dengan semakin tingginya harga jual, maka pendapatan yang dihasilkan akan semakin menurun. d. Harga Jual Tanaman Hias Krisan (X 10 ) Harga jual tanaman hias dalam hal ini adalah tanaman hias Krisan berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang tanaman hias. Nilai elastisitas harga jual tanaman hias Krisan dalam fungsi pendapatan usaha tanaman hias sebesar 1,4872, yang mempunyai arti bahwa setiap penambahan harga jual tanaman hias Krisan sebesar 1 persen, maka pendapatan usaha tanaman hias akan meningkat sebesar 1,4872 persen dengan asumsi faktor-faktor lain tetap (cateris paribus). Tanaman hias Krisan banyak diminati konsumen, terutama konsumen yang menyukai tanaman hias berbunga. Hal ini karena jenis tanaman hias Krisan mempunyai warna yang bervariasi. Di samping harga yang tidak terlalu tinggi,

104 perawatan tanaman hias Krisan juga relatif lebih mudah dibandingkan tanaman hias bunga lainnya. Oleh karena itu pedagang tanaman hias harus semakin meningkatkan kualitas dari tanaman hias Krisan, supaya harga jual dari tanaman hias tersebut semakin meningkat. Apabila harga jual tanaman hias Krisan semakin tinggi, maka pendapatan usaha tanaman hias juga akan semakin meningkat. e). NPK (X 13 ) Variabel pupuk NPK secara parsial berpengaruh nyata terhadap pendapatan. Variabel bebas NPK dalam model mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan yang berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 85 persen. Nilai elastisitas NPK dalam fungsi pendapatan sebesar 0,2473 yang artinya bahwa setiap penambahan pupuk NPK sebesar 1 persen, maka pendapatan akan meningkat sebesar 0,2473 dengan asumsi faktor-faktor lain dianggap tetap (cateris paribus). Penggunaan pupuk NPK terhadap tanaman hias adalah untuk merangsang pertumbuhan akar dan batang serta daun, sehingga terlihat lebih sehat dan segar. Dengan penampilan tanaman yang bagus dan sehat, tentu konsumen akan tertarik untuk membeli tanaman hias tersebut. Kondisi di lapangan, pedagang tanaman hias cenderung menggunakan pupuk NPK hanya untuk tanaman yang sudah mulai layu saja. Artinya tidak semua tanaman hias diberi pupuk NPK. f). Sekam (X 14 ) Variabel sekam secara parsial berpengaruh nyata terhadap pendapatan. Sekam dalam model mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan dan berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 85 persen. Nilai elastisitas sekam dalam fungsi pendapatan tanaman hias mempunyai nilai sebesar 0,3492 yang

105 artinya bahwa setiap penambahan sekam sebesar 1 persen akan maka pendapatan akan meningkat sebesar 0,3492 dengan asumsi faktor-faktor lain dianggap tetap (cateris paribus. Sekam digunakan untuk menambah sekam yang sudah ada pada polybag sebelumnya, sehingga tanaman terlihat lebih terawat dan menarik. Dengan kondisi seperti ini, konsumen akan lebih tertarik untuk membeli tanaman hias. g). Pakis (X 15 ) Pedagang tanaman hias menggunakan pakis sebagai media tanaman hias. pakis terutama digunakan untuk tanaman hias Aglonema dan Anthurium. Rata-rata penggunaan pakis dalam 1 bulan adalah sebesar 32 kg. Variabel pakis secara parsial berpengaruh nyata terhadap pendapatan. Pakis dalam model mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan dan berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 99 persen. Nilai elastisitas pakis dalam fungsi pendapatan sebesar 0,9073 yang artinya bahwa setiap penambahan pakis sebesar 1 persen, maka pendapatan akan meningkat sebesar 0,9073 persen dengan asumsi faktor-faktor lain dianggap tetap (cateris paribus). Pakis mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan, karena penggunaan pakis terutama adalah untuk tanaman Aglaonema dan Anthurium. Harga Aglaonema dan Anthurium rata-rata lebih tinggi dari tanaman hias lainnya. Selain itu juga Aglaonema dan Anthurium adalah tanaman yang cenderung diminati masyarakat. h). Pot (X 18 ) Variabel pot secara parsial berpengaruh nyata terhadap pendapatan. Variabel pot dalam model mempunyai pengaruh negatif terhadap pendapatan. Hal ini karena penggunaan pot terhadap tanaman hias, jika tidak diikuti penambahan

106 harga tanaman hias, tentu hanya akan menambah biaya dan di sisi lain tidak meningkatkan penerimaan. Sehingga akan mengurangi pendapatan pedagang tanaman hias. Besarnya pengaruh pot terhadap pendapatan usaha tanaman hias adalah adalah sebesar -0,6392 yang artinya setiap penambahan penggunaan pot sebesar 1 persen akan menurunkan pendapatan sebesar 0,6392 persen dengan asumsi faktor lain tetap (cateris paribus).

107 BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan 1. Usaha penjualan tanaman hias di sepanjang jalur hijau di Kota Bogor merupakan usaha yang turun temurun dari orangtua atau saudara-saudara pedagang yang telah merintis usaha ini puluhan tahun yang lalu. Jenis tanaman yang dijual para pedagang tanaman hias, secara umum dapat dikelompokkan ke dalam tanaman hias berbunga dan tanaman hias daun. Tanaman hias yang dijual oleh pedagang tanaman hias kebanyakan berasal dari petani tanaman hias, tetapi sebagian pedagang juga membudidayakan tanaman hias dengan pembibitan atau melakukan stek dan pemotongan tunas-tunas dari tanaman sebelumnya sehingga mereka mempunyai untung yang lebih besar. Daerah pembelian tanaman hias dari Bogor sendiri, yaitu: Puncak, Ciapus dan Parung. Sedangkan daerah di luar Bogor, yaitu: Ciledug, Bandung, Madura, bahkan Malang. Pedagang tanaman hias di Kota Bogor, mayoritas berusia tahun, tingkat pendidikan terakhir ratarata SD SLTP, pengalaman menjual tanaman hias lebih dari 10 tahun, jumlah anggota keluarga 1 5 orang, dan mempunyai luas lahan m Tingkat pendapatan usaha tanaman hias di Kota Bogor untuk usaha penjualan tanaman maupun penjualan produk diluar tanaman hias, masih tergolong sedang. Jika melihat pendapatan bersih dari biaya tunai dan biaya diperhitungkan, maka pendapatan rata-rata pedagang tanaman hias di Jalan Pajajaran adalah Rp ,40,- per bulan. Jika dilihat dari rata-rata

108 pendapatan yang hanya mengurangkan biaya tunai, maka pedagang memperoleh pendapatan sebesar Rp ,17,- per bulan. Analisis keuntungan usaha menunjukkan bahwa, R/C atas biaya tunai sebesar 1,40 dan R/C atas biaya total sebesar 1,19. Sedangkan rata-rata pendapatan bersih pedagang tanaman hias di Jalan Dadali adalah sebesar Rp ,97,- dan rata-rata pendapatan atas biaya tunai, mencapai Rp ,86,-. Analisis keuntungan usaha menunjukkan bahwa, R/C atas biaya tunai sebesar 1,46 dan R/C atas biaya total sebesar 1,19. sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha tanaman hias di Kota Bogor masih tergolong menguntungkan walaupun pesaing sudah semakin banyak. 3. Berdasarkan hasil analisis regresi fungsi pendapatan model menunjukkan bahwa sudah tidak ada masalah multikolinearitas, koefisien determinansi (R 2 ) sebesar 87,9 persen sedangkan nilai F hitung sebesar 5,12. Nilai koefisien determinansi (R 2 ) sebesar 87,9 persen mempunyai arti bahwa 87,9 persen keragaman dapat diterangkan oleh variabel dalam model dan masih perlu diterangkan oleh variabel di luar model yang telah digunakan sebesar 12,1 persen. Variabel-variabel yang mempunyai pengaruh nyata adalah: Tenaga Kerja (X 2 ), dan pakis (X 15 ), nyata pada tingkat kepercayaan 99 persen. harga jual tanaman hias Krisan (X 6 ), nyata pada tingkat kepercayaan 90 persen. NPK (X 13 ), sekam (X 14 ), dan pot (X 18 ), nyata pada tingkat kepercayaan 85 persen. Harga beli tanaman hias Aglaonema (X 4 ), dan harga beli tanaman hias Krisan (X 6 ) nyata pada tingkat kepercayaan 75 persen.

109 8.2 Saran 1. Agar variabel pendapatan yang mempunyai nilai elastisitas positif ditingkatkan, terutama harga jual tanaman hias Krisan (X 10 ) dengan meningkatkan kualitas tanaman tersebut. Dan mengurangi penggunaan variabel pendapatan yang bernilai negatif hingga batas tertentu. 2. Agar pedagang tanaman hias mencari sumber komoditi tanaman hias dengan harga yang lebih murah dengan mempertimbangkan biaya transportasi. 3. Biaya yang paling besar dikeluarkan oleh pedagang tanaman hias adalah biaya pembelian tanaman hias itu sendiri, jika memungkinkan pedagang melakukan produksi sendiri.

110 DAFTAR PUSTAKA Angggrayni Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Usaha Tanaman Hias Kasus di Kecamatan Sawangan, Kota Depok, Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor Ashari, Semeru Hortikultura, Aspek Budidaya. Penerbit UI. Jakarta Assauri Teknik dan Metoda Peramalan, Penerapannya dalam Ekonomi dan Dunia Usaha. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Jakarta Badan Pusat Statistika a. Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun Jakarta. Indonesia b. Jumlah Ekspor dan Impor Tanaman Hias di Indonesia Tahun Jakarta. Indonesia Badan Pusat Statistika Jawa Barat Jumlah Produksi Tanaman Hias Anthurium di Jawa Barat Tahun Bandung. Indonesia Dinas Tata Kota dan Pertamanan dan Jumlah Pemakai Jalur Hijau di Kota Bogor. Dinas Tata Kota dan Pertamanan Kota Bogor Tahun 2002 dan Bogor Dinas Agribisnis Kota Bogor Jumlah Produksi Tanaman Hias di Kota Bogor. Dinas Agribisnis Kota Bogor Tahun Bogor Kotler. P Manajemen Pemasaran. PT.Ikrar Mandiri Abadi. Jakarta Nadhwatunnaja Analisis Pendapatan Usahatani dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Paprika Hidroponik di Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor Nicholson.W Teori Ekonomi Mikro, Prinsip Dasar dan Pengembangannya. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Nugroho Analisis Pendapatan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Produksi Pembenihan Ikan Gurami Petani Bersertifikat SNI di Desa Beji, Kecamatan Kedung Banteng, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor Rahim dan Hastuti Pengantar Teori, dan Kasus Ekonomika Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta Ratnasari Galeri Tanaman Hias Bunga. Penebar Swadaya. Jakarta Saepuloh Analisis Pendapatan Usaha dan Pemasaran Tanaman Hias (Florikultur) Kasus Pedagang Pengecer Tanaman Hias Bunga dan Daun di Kota Bogor. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor

111 Soekartawi, Soeharjo. A. dan Haedaker, J. B Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Perkembangan Petani Kecil. Universitas Indonesia. Jakarta Soekartawi, Analisis Usahatani. Penerbit UI. Jakarta Sudarmono, A. S Tanaman Hias Ruangan : Mengenal dan Merawat. Kanisius. Yogyakarta Sulaiman. W Analisis Regresi Menggunakan SPSS Contoh Kasus dan Pemecahannya. ANDI. Yogyakarta Sumiyati Analisis Pendapatan dan Efisiensi Penggunaan Faktor-faktor Produksi Usahatani Bawang Daun di Desa Sindangjaya, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor Tjakrawiralaksana. A Ilmu Usahatani. Departemen Sosek. Institut Pertanian Bogor. Bogor

112 Lampiran 1. Sentra Produksi Tanaman Hias di Jawa Barat Kabupaten/ Kota Jenis Tanaman Kab. Bandung Cianjur Sukabumi Bogor Kerawang dan Kab. Bekasi Garut Kota Bandung Depok Mawar, Anggrek, Kaktus, Krisan, Gladiol, Anthurium, Palem, Bougenville, Heliconia, Gerbera. Mawar, Sedap Malam, Kaktus, Anggrek, Krisan, Gladiol, Gerbera, Dracaena, Zingeberase, Aspharagus. Mawar, Melati, Sedap Malam, Kaktus, Krisan, Gladiol, Gerbera, Dracaena, Heliconia, Cycas, Pakis. Anggrek, Mawar, Melati, Krisan, Zingiberaceae, Heliconia, Pakis, Adenium,Ficus, Aglaonema, Euphorbia. Cemara, Palem, Melati, Zingiberaceae, Anggrek, Adenium, Aglaonema dan Dracaena. Anggrek, Palem, Melati, Kaktus, Krisan, Gladiol, Anthurium, Dracaena, Cordeline. Palem, Cemara, Bougenville, Ficus, Anthurium. Anggrek, Bougenville, Cemara, Palem, Dracaena, Cordeline. Aglaonema, Adenium, Anthurium.

113 Lampiran 2. Jumlah Produksi Tanaman Hias Anthurium di Jawa Barat Tahun No. Kabupaten/Kota Jumlah Produksi (2004) (2005) (2006) 1. Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi Kota Bogor Kota Sukabumi Kota Bandung Kota Cirebon Kota Bekasi Kota Depok Kota Cimahi Kota Tasikmalaya Kota Banjar JUMLAH Sumber: BPS, Jawa Barat ( )

114 112 Lampiran 10. Hasil Output Minitab Regression Analysis: Ln Y versus Ln Lahan; Ln TK;... * Ln HJpuring is (essentially) constant * Ln HJpuring has been removed from the equation The regression equation is Ln Y = 11,8-0,076 Ln Lahan - 0,192 Ln TK - 0,142 Ln HBpuring - 0,460 Ln HBaglonema - 0,171 Ln HBanggrek - 0,508 Ln HBkrisan + 0,057 Ln HJaglo - 0,285 Ln HJanggrek + 1,49 Ln HJkrisan + 0,212 Ln P.kandang + 0,101 Ln P.Kompos + 0,247 Ln P.NPK + 0,349 Ln Sekam + 0,907 Ln Pakis - 0,250 Ln Obat - 0,0086 Ln Transport - 0,639 Ln Pot Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 11,79 12,24 0,96 0,355 Ln Lahan -0,0760 0,1603-0,47 0,644 5,9 Ln TK -0, , ,58 0,000 2,8 Ln HBpur -0,1418 0,9908-0,14 0,889 4,1 Ln HBagl -0,4599 0,3765-1,22 0,245 4,6 Ln HBang -0,1710 0,2447-0,70 0,498 1,7 Ln HBkri -0,5078 0,3848-1,32 0,212 2,9 Ln HJagl 0,0567 0,5886 0,10 0,925 3,2 Ln HJang -0,2846 0,3764-0,76 0,464 2,2 Ln HJkri 1,4872 0,8353 1,78 0,100 2,3 Ln P.kan 0,2124 0,2254 0,94 0,365 7,4 Ln P.Kom 0,1014 0,1326 0,76 0,459 3,2 Ln P.NPK 0,2473 0,1544 1,60 0,135 2,2 Ln Sekam 0,3492 0,2094 1,67 0,121 5,5 Ln Pakis 0,9073 0,2835 3,20 0,008 6,3 Ln Obat -0,2504 0,4327-0,58 0,574 4,4 Ln Trans -0, , ,75 0,468 2,9 Ln Pot -0,6392 0,3612-1,77 0,102 4,3 S = 0,2219 R-Sq = 87,9% R-Sq(adj) = 70,7% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 17 4, , ,12 0,003 Residual Error 12 0, ,04923 Total 29 4,87569

115 113 Lampiran 11. Hasil Uji Normalitas dan Uji Homoskedastisitas Normal Probability Plot Probability,999,99,95,80,50,20,05,01,001-0,5-0,4-0,3-0,2-0,1 0,0 0,1 0,2 0,3 RESI1 Average: -0, Kolmogorov-Smirnov Normality Test StDev: 0, D+: 0,087 D-: 0,131 D : 0,131 N: 30 Approximate P-Value > 0.15 Residuals Versus the Fitted Values (response is Ln Y) 0,3 0,2 0,1 Residual 0,0-0,1-0,2-0,3-0,4-0,5 13,5 14,5 Fitted Value 15,5

116 110 Lampiran 12. Gambar Tanaman Hias Bunga Anggrek Bunga Krisan

117 Bunga Puring 111

118 112 Bunga Mawar Gambar Pupuk Kompos

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI (kasus di desa Beji Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Banyumas,Jawa Tengah) Oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akan tetapi juga berperan bagi pembangunan sektor agrowisata di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. akan tetapi juga berperan bagi pembangunan sektor agrowisata di Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Usaha agribisnis tanaman hias saat ini sedang berkembang cukup pesat. Tanaman hias tidak hanya berperan dalam pembangunan sektor pertanian, akan tetapi juga

Lebih terperinci

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor strategis yang memberikan kontribusi dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat populer di mata dunia karena memiliki bunga yang cantik, indah dan menarik. Selain itu

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masyarakat Ekonomi ASEAN yang telah diberlakukan pada akhir 2015 lalu tidak hanya menghadirkan peluang yang sangat luas untuk memperbesar cakupan bisnis bagi para pelaku dunia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor unggulan dalam sektor pertanian di Indonesia. Perkembangan hortikultura di Indonesia dapat dilihat dari perkembangan produksi

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK SKRIPSI MARUDUT HUTABALIAN A14105571 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Cabai Merah Keriting Cabai merah keriting atau lombok merah (Capsicum annum, L) merupakan tanaman hortikultura sayur sayuran semusim untuk rempah-rempah yang diperlukan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L)

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L) ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L) Oleh : AKBAR ZAMANI A. 14105507 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan sumberdaya hayati yang beraneka ragam. Hal tersebut dikarenakan letak geografis Indonesia yang berada pada garis katulistiwa

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT Oleh NORA MERYANI A 14105693 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai kekayaan hayati yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian dibidang pertanian. Sektor

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA. Oleh: JUMINI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA. Oleh: JUMINI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA Oleh: A 14105565 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN.

Lebih terperinci

USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT. Oleh: DAVID ERICK HASIAN A

USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT. Oleh: DAVID ERICK HASIAN A USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT Oleh: DAVID ERICK HASIAN A 14105524 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH. Oleh : EKO HENDRAWANTO A

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH. Oleh : EKO HENDRAWANTO A ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH Oleh : EKO HENDRAWANTO A14105535 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN EKO

Lebih terperinci

Salah satu tanaman hortikultura yang memiliki peranan cukup penting adalah

Salah satu tanaman hortikultura yang memiliki peranan cukup penting adalah ROZFAULINA. ' Analisis Pendapatan dan Produksi Usahatani Cabai Merah Keriting, kasus Tiga Desa di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (Dibimbing oleh NUNUNG KUSNADI). Salah satu tanaman

Lebih terperinci

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU MENTE (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur ) Oleh : Apollonaris Ratu

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PASAR BUNGA RAWABELONG

V. GAMBARAN UMUM PASAR BUNGA RAWABELONG V. GAMBARAN UMUM PASAR BUNGA RAWABELONG 5.1. Pasar Bunga Rawabelong 5.1.1. Sejarah Pasar Bunga Rawabelong Pasar Bunga Rawabelong merupakan salah satu pasar yang dijadikan Pusat Promosi dan Pemasaran Hortikultura.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tanaman Pangan ,42. Hortikultura

I PENDAHULUAN. Tanaman Pangan ,42. Hortikultura 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Hortikultura merupakan salah-satu subsektor penting dalam pembangunan pertanian. Secara garis besar, komoditas hortikultura terdiri dari kelompok tanaman sayuran (vegetables),

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan karena sektor pertanian

Lebih terperinci

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN NENAS BOGOR Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor SKRIPSI ERIK LAKSAMANA SIREGAR H 34076059 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi Cobb- Douglas. Faktor-faktor produksi yang diduga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Komoditas hortikultura dapat menjadi sumber pendapatan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan yang bidang pekerjaannya berhubungan dengan pemanfaatan alam sekitar dengan menghasilkan produk pertanian yang diperlukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Skripsi AHMAD MUNAWAR H 34066007 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA

BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA A. Sasaran Umum Selama 5 (lima) tahun ke depan (2015 2019) Kementerian Pertanian mencanangkan 4 (empat) sasaran utama, yaitu: 1. Peningkatan ketahanan pangan, 2.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian unggulan yang memiliki beberapa peranan penting yaitu dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Pertanian merupakan

Lebih terperinci

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM KREDIT KEPADA KOPERASI PRIMER UNTUK ANGGOTANYA (KKPA) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM KREDIT KEPADA KOPERASI PRIMER UNTUK ANGGOTANYA (KKPA) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM KREDIT KEPADA KOPERASI PRIMER UNTUK ANGGOTANYA (KKPA) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT ( Studi : PT Sinar Kencana Inti Perkasa, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (Kasus di Desa Pasirgaok, Kecamatan Rancabungur, Bogor, Jawa Barat) Oleh : ARTATI WIDIANINGSIH A. 14103659 PROGRAM

Lebih terperinci

PENGARUH STATUS DAN LUAS LAHAN USAHATANI KENTANG (Solanum tuberosum L.) TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI

PENGARUH STATUS DAN LUAS LAHAN USAHATANI KENTANG (Solanum tuberosum L.) TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PENGARUH STATUS DAN LUAS LAHAN USAHATANI KENTANG (Solanum tuberosum L.) TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI (Kasus: Desa Argalingga, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Propinsi Jawa Barat) OLEH:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura sayursayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI USAHATANI ASPARAGUS (Asparagus officionalis) RAMAH LINGKUNGAN, PT AGRO LESTARI, BOGOR HERLIANA RIDHAWATI A

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI USAHATANI ASPARAGUS (Asparagus officionalis) RAMAH LINGKUNGAN, PT AGRO LESTARI, BOGOR HERLIANA RIDHAWATI A KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI USAHATANI ASPARAGUS (Asparagus officionalis) RAMAH LINGKUNGAN, PT AGRO LESTARI, BOGOR HERLIANA RIDHAWATI A14105555 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan

BAB I PENDAHULUAN. tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara Agraris yang memiliki iklim tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan perkebunan. Hampir semua

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia 58 V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH 5.1. Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia Bawang merah sebagai sayuran dataran rendah telah banyak diusahakan hampir di sebagian besar wilayah Indonesia.

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) SKRIPSI PUSPA HERAWATI NASUTION H 34076122 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI Oleh: ARIEF FERRY YANTO A14105515 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga berperan bagi pembangunan sektor agrowisata di Indonesia. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. juga berperan bagi pembangunan sektor agrowisata di Indonesia. Perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha agribisnis tanaman hias saat ini sedang berkembang cukup pesat. Tanaman hias tidak hanya berperan dalam pembangunan sektor pertanian, akan tetapi juga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial dalam memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan ekonomi dan memegang peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang diakibatkan krisis moneter serta bencana alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang diakibatkan krisis moneter serta bencana alam yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang diakibatkan krisis moneter serta bencana alam yang terus menerus telah ikut mempengaruhi perekonomian Indonesia baik secara makro maupun

Lebih terperinci

8.1. Pengelompokan Tanaman berdasarkan Aspek Arsitektural dan Arisik Visual

8.1. Pengelompokan Tanaman berdasarkan Aspek Arsitektural dan Arisik Visual Konsep Vegetasi Pada beberapa bahasan terdahulu sudah dikemukakan bahwa elemen vegetasi / tanaman merupakan unsur yang dominan dalam RTH / Ruang Hijau Kota / Urban Open Space. Vegetasi dapat ditata sedemikian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting karena selain sebagai penghasil komoditi untuk memenuhi kebutuhan pangan, sektor pertanian juga

Lebih terperinci

KESENJANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR PRODUK PERTANIAN ANTARA KAWASAN BARAT DENGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA. Disusun Oleh: Ainun Mardiah A

KESENJANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR PRODUK PERTANIAN ANTARA KAWASAN BARAT DENGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA. Disusun Oleh: Ainun Mardiah A KESENJANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR PRODUK PERTANIAN ANTARA KAWASAN BARAT DENGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA Disusun Oleh: Ainun Mardiah A14303053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A14105570 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Luas wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan juga semakin banyak dan beranekaragam, yang kebanyakan

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan juga semakin banyak dan beranekaragam, yang kebanyakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia telah banyak mencapai kemajuan di bidang teknologi terutama teknologi industri, dan tidak dapat dipungkiri lagi dengan kemajuan tersebut telah meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian Indonesia adalah pertanian tropika karena sebagian besar daerahnya berada di daerah yang langsung dipengaruhi oleh garis khatulistiwa. Di samping pengaruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara tradisional Indonesia adalah negara agraris yang banyak bergantung pada aktivitas dan hasil pertanian, dapat diartikan juga sebagai negara yang mengandalkan sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan Wilayah Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan (WKPP) III

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan Wilayah Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan (WKPP) III BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha budidaya mangga merupakan salah satu dari lima rencana pengembangan Wilayah Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan (WKPP) III Cirebon, adapun WKPP ini merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING. Oleh: BEDY SUDJARMOKO

ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING. Oleh: BEDY SUDJARMOKO ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING Oleh: BEDY SUDJARMOKO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK BEDY SUDJARMOKO. Analisis Efisiensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota yang memiliki julukan sebagai Kota Kembang. Hal tersebut karena lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. kota yang memiliki julukan sebagai Kota Kembang. Hal tersebut karena lebih dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota Bandung salah satu kota besar yang ada di Indonesia, merupakan kota yang memiliki julukan sebagai Kota Kembang. Hal tersebut karena lebih dari 70% mata

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Oleh : AYU LESTARI A14102659 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A14105608 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dijadikan bisnis atau peluang usaha yang menjanjikan.tingginya minat

BAB I PENDAHULUAN. untuk dijadikan bisnis atau peluang usaha yang menjanjikan.tingginya minat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki hortikultura tropika yang berlimpah karena keanekaragaman sumber daya lahan, iklim, dan cuaca yang dimilikinya. Sumber daya tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Hal ini yang membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki nilai ekonomi tinggi serta mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai usaha di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang memasuki tahapan modernisasi sebagai titik lompatan menuju

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang memasuki tahapan modernisasi sebagai titik lompatan menuju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sebagaimana dikonsepsikan oleh para ahli ekonomi telah menciptakan perubahan penting dalam kehidupan suatu bangsa. Pembangunan telah mengantarkan negaranegara

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI PESTISIDA DAN NON PESTISIDA DI DESA PURWASARI, KECAMATAN DARMAGA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT. Oleh: VERRA ANGGREINI A

ANALISIS USAHATANI PADI PESTISIDA DAN NON PESTISIDA DI DESA PURWASARI, KECAMATAN DARMAGA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT. Oleh: VERRA ANGGREINI A ANALISIS USAHATANI PADI PESTISIDA DAN NON PESTISIDA DI DESA PURWASARI, KECAMATAN DARMAGA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT Oleh: VERRA ANGGREINI A14101021 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sub sektor dalam sektor pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Indonesia memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman hias merupakan salah satu produk hortikultura yang saat ini mulai

I. PENDAHULUAN. Tanaman hias merupakan salah satu produk hortikultura yang saat ini mulai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanaman hias merupakan salah satu produk hortikultura yang saat ini mulai banyak diminati oleh masyarakat. Hal ini terlihat dari fungsi tanaman hias yang kini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap pembangunan di Indonesia,

Lebih terperinci

ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK

ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK (Studi Kasus: Desa Nanggerang, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) Oleh : TANTRI MAHARANI A14104624 PROGAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT

PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT OLEH: ARYANI PRAMESTI A 14301019 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PERUSAHAAN DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT X. Oleh : ENY PUJIHASTUTI A

ANALISIS KEBIJAKAN PERUSAHAAN DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT X. Oleh : ENY PUJIHASTUTI A ANALISIS KEBIJAKAN PERUSAHAAN DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT X Oleh : ENY PUJIHASTUTI A14105541 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENETAPAN HARGA SUSU DI KOPERASI DENGAN STRUKTUR BIAYA PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH

HUBUNGAN ANTARA PENETAPAN HARGA SUSU DI KOPERASI DENGAN STRUKTUR BIAYA PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH HUBUNGAN ANTARA PENETAPAN HARGA SUSU DI KOPERASI DENGAN STRUKTUR BIAYA PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH Studi Kasus Peternak Anggota Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Cipanas Kabupaten Cianjur

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A14104684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PENDAPATAN USAHATANI TANAMAN HIAS DAN TANAMAN SAYUR DI KOTA BATU JAWA TIMUR PENDAHULUAN

STUDI TENTANG PENDAPATAN USAHATANI TANAMAN HIAS DAN TANAMAN SAYUR DI KOTA BATU JAWA TIMUR PENDAHULUAN P R O S I D I N G 360 STUDI TENTANG PENDAPATAN USAHATANI TANAMAN HIAS DAN TANAMAN SAYUR DI KOTA BATU JAWA TIMUR Hendro Prasetyo¹ dan Robi atul Adawiyah² 1 ) Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

PENGERTIAN TANAMAN HIAS

PENGERTIAN TANAMAN HIAS PENGERTIAN TANAMAN HIAS Tanaman hias merupakan bidang hortikultura yg berhubungan dengan bunga potong, tanaman hias pot, tanaman hias bedeng, tanaman hias daun dsb atau sering disebut juga sbg Floriculture,

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI YUNITA ARIANI ZEBUA H34096127 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

DAMPAK PENGHAPUSAN TARIF IMPOR KEDELAI DI INDONESIA

DAMPAK PENGHAPUSAN TARIF IMPOR KEDELAI DI INDONESIA DAMPAK PENGHAPUSAN TARIF IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh: RONI A 14105600 PROGRAM SARJANA EKTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN RONI, Dampak Penghapusan

Lebih terperinci

PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN

PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN David Hismanta Depari *), Salmiah **) dan Sinar Indra Kesuma **) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI (System of Rice Intensification) (Kasus: Desa Ponggang Kecamatan Sagalaherang Kabupaten Subang, Jawa-Barat) Oleh : MUHAMMAD UBAYDILLAH

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 18 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman herbal atau tanaman obat sekarang ini sudah diterima masyarakat sebagai obat alternatif dan pemelihara kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi yang berdampak pada kenaikan harga pangan dan energi, sehingga

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA OLEH DIAH ANANTA DEWI H14084022 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Ubi Jalar

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Ubi Jalar II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Ubi Jalar Ubi jalar telah banyak diteliti dari berbagai bidang disiplin ilmu, akan tetapi penelitian mengenai efisiensi teknis usahatani belum pernah dilakukan.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Disamping peranan sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), sektor ini

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Oleh : MAYA ANDINI KARTIKASARI NRP. A14105684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman hias dan tanaman biofarmaka. Hortikultura adalah komoditas yang akan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tanaman hias dan tanaman biofarmaka. Hortikultura adalah komoditas yang akan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan luas lahan pertanian yang cukup besar, sebagian besar penduduk Indonesia hidup bergantung pada

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PEMBELIAN DAN PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN VEGETARIAN KARUNIA BARU BOGOR. Oleh DESMAN MANURUNG A

KEPUTUSAN PEMBELIAN DAN PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN VEGETARIAN KARUNIA BARU BOGOR. Oleh DESMAN MANURUNG A KEPUTUSAN PEMBELIAN DAN PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN VEGETARIAN KARUNIA BARU BOGOR Oleh DESMAN MANURUNG A 14104663 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci