BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG
|
|
- Ida Setiawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Epilepsi didefinisikan sebagai suatu keadaan yang ditandai oleh bangkitan berulang sebagai akibat dari gangguan fungsi otak secara intermiten oleh lepasnya muatan listrik abnormal dan berlebihan di neuron-neuron otak secara proksismal yang dapat disebabkan oleh berbagai etiologi. Gangguan pada sistem syaraf pusat ini biasanya dicirikan oleh terjadinya bangkitan (seizure, fit, attact, spell) yang bersifat spontan (unprovoked) dan berkala. Bangkitnya epilepsi terjadi apabila proses eksitasi didalam otak lebih dominan dari pada proses inhibisi. Aktifitas neuron ini diatur oleh konsentrasi ion didalam ruang ekstraselular dan intraselular. Angka kejadian epilepsy masih tinggi terutama pada Negara berkembang. Sejumlah studi menunjukan prevalensi epilepsy berkisar antara 0,5-4% atau 8,2 per 1000 penduduk, sementara insidensinya mencapai kasus per penduduk. Di Indonesia sendiri diperkirakan jumlah penderita epilepsy mencapai 1,1-8,8 juta jiwa. Epilepsi adalah suatu penyakit yang memerlukan jangka waktu yang panjang untuk penyembuhan dan pengobatannya, maka dari itu banyak bahasan dan penelitian mengenai efek samping dari obat-obatan epilepsy, salah satunya adalah fenitoin yang diperkirakan pertama kali menyebabkan hyperplasia gingiva pada tahun Obat anti epilepsy yang banyak diresepkan oleh dokter syaraf untuk pengobatan epilepsy umum maupun parsial adalah Fenitoin yang merupakan calcium chanel blocker (CCB. Fenitoin ini merupakan terapi lini pertama untuk pengobatan epilepsy dikarenakan sifatnya yang potensial dengan harga yang ekonomis. Namun, penggunaan dari fenitoin ini sendiri dapat menimbulkan beberapa efek samping. Beberapa gejala akut akibat kelebihan dosis fenitoin oral antara lain adalah vertigo, ataksia, penglihatan kabur, diplopia, dermatitis, purpura dan hiperplasi gingiva. Hiperplasia gingiva merupakan efek samping yang paling sering terjadi pada penderita epilepsy yang mengkonsumsi obat fenitoin. Hiperplasia gingiva merupakan suatu pertumbuhan abnormal (berlebihan) dari gingiva yang secara klinis dapat dilihat dari adanya pembesaran dari gusi serta terinflamasi dan mengalami perdarahan. Gingiva yang mengalami hiperplasi akan tampak berlobul karena adanya pembesaran papilla. Pasien yang mengalami hyperplasia gingiva ini selain akan mengalami kesulitan saat berinteraksi dengan orang lain karena 1
2 pembesaran gusi yang menutupi sebagian mahkota gigi akan mengganggu penampilan, pembentukan kantung-kantung jaringan gingiva ini juga dapat mengganggu kesehatan rongga mulut terutama jaringan periodontal. Penderita epilepsy terkadang datang ke dokter gigi untuk melakukan perawatan pada rongga mulutnya. Dalam hal ini dokter gigi harus mampu mengetahui jenis epilepsy serta manifestasi oral dari kelainan sistemik yang dimiliki oleh pasien tersebut sehingga perawatan rongga mulut pasien dapat dilakukan dengan baik. Oleh karena itu, melalui kasus pada skenario periodontal 3 ini, akan dibahas mengenai tahapan diagnose yang benar pada pasien, manifestasi oral akibat penyakit sistemik yang diderita pasien maupun efek samping penggunaan obat, serta pentatalaksanaan dental yang meliputi rencana perawatan dan tindakan yang perlu dilakukan kepada pasien. BAB II 2
3 PEMBAHASAN STEP 1 1. Probing Depth (PD) : Kedalaman sulkus gingiva saat diperiksa dengan probe, baik di permukaan bukal, lingual, maupun fasial. Kedalaman normalnya 2-3 mm. 2. Epilepsi : Penyakit yang menyerang Sistem Saraf Pusat, biasanya berupa kejang tonik-klonik. Seizure terjadi tiba-tiba dan mengakibatkan hilangnya kesadaran sensorik, motorik, dan psikis. 3. Bleeding On Probing (BOP) : Perdarahan saat dilakukan probing dan merupakan indikator adanya inflamasi. 4. OHI-S : Terdiri dari indeks debris dan kalkulus dengan menggunakan perwakilan gigi 16, 11, 26, 36, 31, dan 46. Untuk molar pada permukaan bukal, sedangkan insisiv permukaan labial. STEP 2 1. Apakah faktor umur mempengaruhi penyakit pada skenario? 2. Apakah ada hubungan epilepsi dengan keluhan pasien? Jika ada hubungannya mengapa baru dirasakan 7 bulan lalu? 3. Mengapa sikat gigi 2x sehari tetapi OHI-S sedang? Apa hubungan OHI-S dengan keluhan pasien? 4. Mengapa gingiva hiperplasi, BOP (-), tidak sakit, warna merah muda, keras, dan hanya di anterior? 5. Bagaimana hiperplasi gingiva dapat terjadi? 6. Apa diagnosa sementara dari kasus di skenario? 7. Bagaimana tindakan yang harus dilakukan dokter gigi? STEP 3 1. Epilepsi merupakan penyakit sistemik yang dibawa sejak lahir. Penderita epilepsi biasanya mengkonsumsi obat anti epilepsi untuk terapinya. Beberapa obat anti epilepsi, seperti phenytoin, mampu menyebabkan terjadinya pembesaran gingiva seperti kasus di skenario. Pembesaran gingiva yang dikarenakan obat biasanya terjadi pada daerah rahang yang bergigi, jarang sekali pada edontulous. Rahang yang bergigi ini cenderung ditemukan pada penderita yang masih muda atau anak-anak. Jadi, secara tidak langsung usia juga berpengaruh pada kasus di skenario. 2. Sebenarnya keluhan pasien tidak berhubungan langsung dengan penyakit epilepsi yang dideritanya. Hiperplasi gingiva yang dideritanya disebabkan oleh obat epilepsi yang dikonsumsinya ( terutama fenitoin). Hiperplasia gingiva yang disebabkan obat 3
4 anti epilepsi ini akan kambuh lagi meskipun sudah dilakukan pembedahan apabila obat tetap dikonsumsi. Lebih baik dikonsultasikan ke dokter syaraf yang menangani untuk mengganti obatnya. 3. Di skenario, hanya disebutkan pasien menyikat gigi 2x sehari. Namun perlu 4. diperhatikan juga waktu, teknik, jenis sikat gigi dan pasta gigi yang digunakan oleh penderita. Waktu yang baik adalah pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Jenis sikat gigi yang baik adalah yang panjangnya mencapai 2-3 gigi dan berbulu halus serta datar. Hubungan OHI-s dengan keluhan: Pada hiperplasi gingiva apabila tidak dilakukan peningkatan oral higiene maka dapat menimbulkan adanya penumpukan plak yang mengakibatkan inflamasi sekunder. Inflamasi sekunder ini dapat menyebabkan penutupan area yang mudah dibersihkan sehingga hiperplasia semakin parah. Gingiva mngalami hiperplasia karena ada stimulasi peningkatan fibroblast dan epitel oleh obat. Terjadi juga peningkatan sintesis kolagen dan penurunan degradasi kolagen. Gingiva keras karena berisi fibroblast dan kolagen. Pembesaran bukan disebabkan inflamasi biasanya keras, sedangkan yang disebabkan inflamasi cenderung lunak. BOP (-) dan warna merah muda karena gingiva mengandung sedikit vaskularisasi. Pembesaran tidak sakit karena tidak disebabkan inflamasi. Pembesaran hanya di anterior karena pembesaran yang disebabkan oleh obat biasanya terjadi di papila interdental. 5. Terjadinya pertambahan besar gingival yang diinduksi oleh obat-obatan ini tidak terlepas dari pengaruh faktor genetik sehingga hanya pada individu tertentu saja bisa terinduksi hiperplasia. Para pakar menghipotesakan bahwa terjadinya pertambahan besar gingival tersebut adalah karena obat atau metabolisme obat yang menyebabkan : Peningkatan sintesa/produksi kolagen oleh fibroblast gingival. Pengurangan degradasi kolagen akibat diproduksinya enzim kolagenase yang inaktif. Pertambahan matriks non-kolagen, sebagai contoh glikosaminoglikans dan proteoglikans dalam jumlah yang lebih banyak dari matriks kolagen. 6. Diagnosa sementara untuk kasus di skenario adalah Gingival Enlargement yang diinduksi obat anti epilepsi (phenytoin) atau Drug-Induced Enlargement. 7. Dari kasus dirongga mulut pasien, ditemukan adanya Hyperplasia Gingiva. Maka yang pertama sekali dilakukan adalah : 4
5 STEP 4 1. Kunjungan Pertama (Fase I) Dokter gigi mengkonsultasikan ke dokter sebelumnya dan memberitahukan bahwa obat tersebut merupakan faktor penyebab hyperplasia gingiva pada pasien. Penskeleran supragingiva karena gingiva yang bengkak. Kontrol plak pasien diajarkan cara pembersihan gigi dengan dental floss, rubber tip dan alat untuk interproksimal. Pasien dikonsultasi ke dokter ahlinya untuk menggantikan obat anti epilepsinya. 2. Kunjungan Kedua (Fase II) -> Evaluasi Fase I : Kondisi gingiva dan plak Sekiranya kondisinya baik dan sudah terkontrol maka dapat dilakukan penskeleran subgingiva. Kontrol plak. 3. Kunjungan Ketiga (Fase III / Fase Bedah) Dilakukan sekiranya kontur dan tektur gingiva tidak dapat kembali ke normal di mana bagi hiperplasia gingiva yang belum terlalu parah dilakukan gingivektomi dan bagi hiperplasia gingiva yang sudah parah dilakukan bedah flep modifikasi. 4. Kunjungan Keempat (Fase IV) Kunjungan berkala, evaluasi plak dan kalkulus dan kondisi gingival. Epilepsi Obat Anti Epilepsi Jaringan Lunak Pemeriksaan Subjektif Pemeriksaan Objektif 5
6 Diagnosa Rencana Perawatan Prognosis STEP 5 1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pemeriksaan subjektif dan objektif bidang Periodonsia. 2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami diagnosis kasus di skenario. 3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami prognosis kasus di skenario. 4. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami rencana perawatan kasus di skenario. STEP 7 1. Pemeriksaan subjektif dan objektif Pemeriksaan Subjektif Anamnesis adalah kemampuan ingatan dan atau sejarah masa lalu mengenai seseorang pasien dan keluarganya.tujuan anamnesis ini dapat membantu dokter gigi untuk memberikan penilaian terhadap kondisi pasien. Tujuh kriteria anamnesis yang harus dipenuhi, antara lain adalah: 6
7 a. Lokasi b. Kualitas c. Kuantitas dan keparahannya d. Waktu e. Keadaan yang memicu terjadinya keluhan f. Faktor lain yang memperberat atau memperingan gejala g. Gejala lain yang menyertai keluhan utama - Riwayat Sistemik Menurut Carranza (1990), suatu riwayat sistemik akan menolong operator dalam hal (1) diagnosis manifestasi oral dari penyakit sistemik, (2) penemuan kondisi sistemik yang dapat mempengaruhi respon jaringan periodontal terhadap faktor lokal, (3) penemuan kondisi sistemik yang membutuhkan suatu tindakan pencegahan dan modifikasi dalam perawatannya. Suatu riwayat sistemik harus mengacu pada hal-hal sebagai berikut : 1. Apakah pasien sedang dalam perawatan dokter; jika iya, tanyakan asal, durasi penyakit serta terapinya. 2. Kecenderungan perdarahan yang abnornal seperti hidung yang berdarah, perdarahan yang lama pada luka kecil, perdarahan menstruasi yang berlebihan 3. Kecenderungan rheumatic fever, penyakit jantung kogenital, angina pectoris, diabetes, penyakit ginjal, atau pingsan. 4. Penyakit infeksi, termasuk berkontak dengan penyakit infeksi baik di rumah maupun tempat kerja. 5. Riwayat alergi, termasuk hay fever, sensitif terhadap makanan atau obat-obatan. - Riwayat Kesehatan Gigi Menurut Carranza (1990), pada saaat pengumpulan riwayat kesehatan gigi, harus ditanyakan pula keluhan utama pasien. Gejala pasien dengan penyakit gingival dan periodotal berhubungan dengan perdarahan pada gusi, spacing pada gigi yang sebelumnya tidak ada, rasa gatal pada gusi, nyeri dan sensitifitas saat mengunyah ataupun terhadap panas, dingin. Riwayat Dental harus meliputi 1. Kunjungan ke dokter gigi meliputi frekuensi, tanggal terakhir kunjungan, dan perawatannya 2. Ada pengalaman karies atau tidak? 3. Pernah cabut gigi?ada perawatan yg saudara harus dibius? 4. Pernah perawatan orthodontik? 5. Kebiasaan buruk? 7
8 6. Menyikat gigi frekuensi, sebelum atau sesudah makan, metode, tipe sikat gigi dan pasta, serta interval waktu digantinya sikat gigi 7. Gusi berdarah kapan pertama kali diketahui; terjadi spontan atau tidak, terjadi saat sikat gigi atau saat makan, terjadi pada malam hari atau pada periode yang teratur; apakah gusi berdarah berhubungan dengan periode menstruasi atau faktor spesifik; durasi perdarahan dan cara menghentikannya. 8. Rasa nyeri terjadi di gigi atau di gusi 9. Kegohayan gigi apakah terasa hilang atau tidak nyaman pada gigi? Apakah terdapat kesulitan pada saat mengunyah? Pemeriksaan Objektif Kebersihan mulut merupakan suatu kondisi atau keadaan terbebasnya gigi geligi dari plak dan kalkulus, keduanya selalu terbentuk pada gigi dan meluas ke seluruh permukaan gigi. Hal ini disebabkan karena rongga mulut bersifat basah, lembab dan gelap, dengan kata lain lingkungan yang menyebabkan kuman berkembang biak. Tujuan memelihara kebersihan mulut adalah untuk mencegah penumpukan plak. Plak akan merusak jaringan gigi dan jaringan periodontal, yang lama-kelamaan akan mengakibatkan adanya karang gigi, gingivitis, karies, periodontitis dan pocket. Cara Mengukur Kebersihan RM Dengan OHI-S OHI-S adalah indeks untuk mengukurdaerah permukaan gigi yang tertutup oleh debris dan kalkulus. Menurut Carranza (2006), keuntungan OHI-Sadalah kriteria obyektif dimana pemeriksaan dapat dilakukan dengancepat dan dapat mengevaluasi kebersihan gigi dan mulut secaraindividu. Pemeriksaan debris dan kalkulus dilakukan pada gigi tertentu dan pada permukaan tertentu dari gigi tersebut, yaitu : a. Untuk rahang atas yang diperiksa : 1) Gigi molar pertama kanan atas pada permukaan bukal.16 2) Gigi insisivus pertama kanan atas pada permukaan labial. 11 3) Gigi molar pertama kiri atas pada permukaan bukal.26 b. Untuk rahang bawah yang diperiksa : 8
9 1) Gigi molar pertama kiri bawah permukaan lingual.46 2) Gigi insisivus pertama kiri bawah pada permukaan labial. 31 3) Gigi molar pertama kanan bawah pada permukaan lingual.36 Bila ada kasus dimana salah satu gigi indeks tersebut tidak ada, maka penilaian dilakukan sebagai berikut : a. Bila molar pertama atas atau bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada molar kedua atas atau bawah. b. Bila molar pertama dan molar kedua atas atau bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada molar ketiga atas atau bawah. c. Bila molar pertama, kedua dan ketiga atas atau bawah tidak ada, tidak dapat dilakukan penilaian. d. Bila insisivus pertama kanan atas tidak ada, penilaian dilakukan pada insisivus pertama kiri atas. e. Bila insisivus pertama kanan atau kiri atas tidak ada, tidak dapat dilakukan penilaian. f. Bila insisivus pertama kiri bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada insisivus pertama kanan bawah. g. Bila insisivus pertama kiri atau kanan bawah tidak ada, tidak dapat dilakukan penilaian. - Pemeriksaan Jaringan Periodontal Pemeriksaan Visual Warna Pembesaran Tekstur (stippling) Resesi Gingiva Pengukuran dari CEJ sampai dengan margin gingiva Pemeriksaan Palpasi 9
10 Supurasi (dengan palpasi pada bagian sulkus gingiva. Jika ditemukan pus maka hasilnya positif) Konsistensi Sakit Pemeriksaan dengan Probe BOP PD Pemeriksaan PD dan BOP tidak dilakukan bersama. Pemeriksaan BOP dilakukan terlebih dahulu dengan menggunakan probe. Probe dimasukkan ke dalam sulkus gingiva tetapi tidak sampai ke dasar sulkus. Untuk pemeriksaan Probing Depth probe dimasukkan sampai ke dasar sulkus dengan tekanan seringan mungkin. Pemeriksaan Penunjang -Survey Radiografi Intraoral Survey radiografi minimum terdiri dari 14 film intraoral dan 4 bitewing posterior. Survey lengkung gigi dan struktur sekitarnya dapat dilihat dengan mudah melalui radiografi panoramik. Radiografi panoramik menyediakan gambar radiografi keselurihan yang informatif untuk melihat distribusi dan keparahan kerusakan tulang pada penyakit periodontal, namun film intraoral lengkap dibutuhkan untuk diagnosis periodontal dan rencana perawatan. -Cetakan rahang Cetakan rahang berguna sebagai bantuan visual dalam diskusi dengan pasien dan berguna untuk perbandingan antara sebelum dan sesudah perawatan maupun untuk acuan pada kunjungan check-up (Carranza, 1990). -Foto klinis Foto tidaklah begitu penting, namun foto berguna untuk merekam tampilan jaringan sebelum dan setelah perawatan (Carranza, 1990). 2. Diagnosa Diagnosa dari skenario 4 dan berdasarkan hasil diskusi kami merupakan gingival enlargement akibat dari penggunaan obat antiepilepsi, karena pasien diketahui menderita penyakit epilepsi. Fenitoin ( Dilantin, antikonvulsan, antiepilepsi). Dilantin merupakan hydantoin yang dikenalkan oleh Merrit dan Purnam 10
11 tahun 1938 untuk terapi pada semua bentuk epilepsi kecuali pada pasien yang mengalami petit mal. Jenis lain hydantoin yang diketahui dapat menginduksi pembesaran gingiva adalah ethotoin dan mefenitoin. Obat antikejang lain yang dapat menyebakan pembesaran gingiva adalah susinamide dan asam valproat.epilepsi adalah suatu kumpulan gejala dan tanda-tanda klinis yang muncul disebabkan oleh gangguan fungsi otak secara intermiten yang terjadi akibat lepasnya muatan listrik abnormal dengan berbagai macam etiologi. Serangan atau bangkitan epilepsi yang dikenal dengan nama epileptic seizure adalah manifestasi klinikyang serupa dan berulang secara paroksisimal, yang disebabkan oleh hiperaktivitas listrik sekelompok sel syaraf diotak yang spontan dan bukan disebabkan oleh suatu penyakit otak akut. Fenitoin masih merupakan obat pilihan pertama pada kasus epilepsi meskipun diketahui memiliki efek samping berupa pembesaran gingiva. Ditemukan fakta bahwa sekitar 50% pasien yang mendapat terapi fenitoin mengalami pembesaran gingiva. Hal ini disebabkan karena fenitoin dapat menstimulasi proliferasi fibroblast dan epitel. Fibroblast tersebut akan menginduksi peningkatan sintesis glikosaminoglikan sulfat in vitro sehingga menyebabkan pembesaran gingiva. Tetapi tidak semua pasien yang mengkonsumsi fenitoin mengalami pembesaran gingiva. Terdapat 3 tipe pembesaran gingiva, yaitu : Tipe I : Non-inflamasi Pembesaran gingiva pada tipe I disebabkan karena penggunaan fenitoin. Mengganti terapi fenitoin dengan obat antiepilepsi yang lain merupakan satusatunya cara untuk mencegah terjadinya pembesaran gingiva pada tipe I ini. Setelah penggantian fenitoin dengan jenis obat anti-epilepsi yang lain, maka hiperplasi akan menghilang dengan sendirinya dalam beberapa bulan. Tipe II : Inflamasi Adanya iritasi lokal pada jaringan periodontal menyebabkan inflamasi pada gingiva sehingga gingiva dapat membesar.pembesaran gingiva pada tipe II ini murni karena iritasi lokal dan tidak ada hubungannya dengan penggunaan fenitoin. Tipe III : Kombinasi Merupakan kombinasi antara tipe I dan tipe II, yaitu karena penggunaan fenitoin dan adanya iritasi lokal. 11
12 3. Prognosis a. Excellent prognosis ( prognosis sempurna ) Tidak ada kehilangan tulang (bone loss), kondisi gingival yang sangat baik, pasien sangat kooperatif, tidak ada faktor sistemik/ lingkungan. b. Good prognosis ( prognosis bagus ) Apabila terjadi satu atau lebih hal-hal sebagai berikut: dukungan tulang yang adequat, kemungkinan kontrol faktor etiologi dan pemeliharaan gigi yang adequat, pasien kooperatif, tidak ada faktor sistemik/ lingkungan, (jika ada) faktor sistemik tersebut terkontrol.. Kehilangan TA minim 1/3 c. Fair prognosis ( prognosis sedang ) Apabila terjadi satu atau lebih hal-hal sebagai berikut: dukungan tulang yang sedikit adequat, beberapa gigi goyang, furcation involvolment grade I, kemungkinan pemeliharaan yang adequat, kerja sama pasien diterima, terdapat faktor sistemik/ lingkungan yang terbatas. d. Poor prognosis ( prognosis jelek ) Apabila terjadi satu atau lebih hal-hal sebagai berikut: kehilangan tulang yang moderat-cepat, terdapat kegoyangan gigi, furcation involvolment grade I dan II, kesulitan dalam pemeliharaan dan atau kerja sama pasien yang ragu-ragu, terdapat faktor sistemik/ lingkungan.lbhdr ½ e. Questionable prognosis ( prognosis yang dipertanyakan ) Apabila terjadi satu atau lebih hal-hal sebagai berikut: Kehilangan tulang yang cepat, furcation involvolment grade II dan III, kegoyangan gigi, daerahnya sulit dijangkau, terdapat faktor sistemik/ lingkungan. f. Hopeless prognosis ( prognosis tanpa harapan ) 12
13 Apabila terjadi satu atau lebih hal-hal sebagai berikut: kehilangan tulang yang cepat, daerahnya tidak dapat dilaukan pemeliharaan, indikai pencabutan, terdapat faktor sistemik/ lingkungan yang tidak terkontrol 4. Rencana perawatan 1. Kunjungan Pertama (Fase I) - Dokter gigi mengkonsultasikan ke dokter sebelumnya dan memberitahukan bahwa obat tersebut merupakan faktor penyebab hyperplasia gingiva pada pasien. - Penskeleran supragingiva karena gingiva yang bengkak. - Kontrol plak pasien diajarkan cara pembersihan gigi dengan dental floss, rubber tip dan alat untuk interproksimal. - Pasien dikonsultasi ke dokter ahlinya untuk menggantikan obat anti epilepsinya. 2. Kunjungan Kedua (Fase II) -> Evaluasi Fase I : Kondisi gingiva dan plak - Sekiranya kondisinya baik dan sudah terkontrol maka dapat dilakukan penskeleran subgingiva. - Kontrol plak. 3. Kunjungan Ketiga (Fase III / Fase Bedah) - Dilakukan sekiranya kontur dan tektur gingiva tidak dapat kembali ke normal di mana bagi hiperplasia gingiva yang belum terlalu parah dilakukan gingivektomi dan bagi hiperplasia gingiva yang sudah parah dilakukan bedah flep modifikasi. 4.Kunjungan Keempat (Fase IV) - Kunjungan berkala, evaluasi plak dan kalkulus dan kondisi gingival. BAB III 13
14 KESIMPULAN Dapat diambil kesimpulan dari skenario ini, bahwa penderita mengalami pembesaran gingiva atau gingival enlargement yg merupakan efek dari penggunaan obat anti epilepsi (fenitoin dari golongan dilantin) yg dapat meningkatkan produksi fibroblast sehingga terjadi pembesaran ginigiva yg keras, berwarna merah muda dan tidak sakit akibat tidak adanya inflamasi. Oleh karena itu perlu dilakukan penggantian jenis obat anti epilepsi tetapi apabila tetap tidak ada perubahan maka perlu dilakukan gingivektomi atau bahkan apabila sudah terlalu parah bisa dilakukan bedah flep pada gingiva yg mengalami pembesaran. DAFTAR PUSTAKA 14
15 Carranza, Fermin.A, Henry H.Takei, Michael G.Newman Carranza s Clinical Periodontology 10th Edition. W.B. Philadelphia: Saunders Elsevier Company. Fedi, F.J., Vernino, A.R., Gray, J.L Silabus PeriodontiEdisi 4. Jakarta: EGC. 15
Nama : Fatimah Setiyo Ningrum NIM : 05/187381/KG/7916
Nama : Fatimah Setiyo Ningrum NIM : 05/187381/KG/7916 OHI (Oral Hygiene Index) OHI merupakan gabungan dari indeks debris dan indeks kalkulus, masing-masing didasarkan pada 12 angka pemeriksaan skor debris
Lebih terperinciGARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar)
JUDUL MATA KULIAH : Periodonsia I NOMOR KODE/ SKS : PE 142/ 2 SKS GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar) A. DESKRIPSI SINGKAT : Mata Kuliah ini membahas mengenai pengenalan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Peridontal Periodonsium secara harfiah artinya adalah di sekeliling gigi. Periodonsium terdiri dari jaringan-jaringan yang mengelilingi gigi yaitu: 14 1. Gingiva Gingiva
Lebih terperinciRENCANA PERAWATAN PERIODONTAL
13 Rencana perawatan periodontal BAB 2 RENCANA PERAWATAN PERIODONTAL Dalam penanganan kasus periodontal, apabila diagnosis penyakit sudah ditegakkan dan prognosis diramalkan maka langkah berikutnya adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada saat ini semakin meningkat. Ortodonsi adalah cabang ilmu kedokteran gigi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring kemajuan zaman, kebutuhan dan minat akan perawatan ortodonsi pada saat ini semakin meningkat. Ortodonsi adalah cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari pertumbuhan,
Lebih terperinciKONTROL PLAK. Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk:
Kontrol plak 80 BAB 7 KONTROL PLAK Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk: 1. Menyingkirkan dan mencegah penumpukan plak dan deposit lunak (materi alba dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 3,4
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental merupakan salah satu bagian terpenting dari diagnosis oral moderen. Dalam menentukan diagnosis yang tepat, setiap dokter harus mengetahui nilai dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan mulut yang buruk memiliki dampak negatif terhadap tampilan wajah,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rongga mulut yang sehat berarti memiliki gigi yang baik dan merupakan bagian integral dari kesehatan umum yang penting untuk kesejahteraan. Kesehatan mulut yang buruk
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian observasional cross sectional. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di klinik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gigi Mulut terdiri dari bibir atas dan bawah, gusi, lidah, pipi bagian dalam, langit-langit dan gigi. Lapisan gusi, pipi dan langit - langit selalu basah berlendir 7 oleh karena
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif.
17 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Walaupun perempuan, umumnya, memiliki umur harapan hidup (UHH) lebih tinggi daripada pria, mereka menghadapi masalah kesehatan yang lebih rumit. Secara kodrati, perempuan mengalami
Lebih terperinciPERIODONTITIS Definisi Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang
PERIODONTITIS Definisi Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik atau sekelompok mikroorganisme tertentu, menghasilkan destruksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Periodontitis merupakan inflamasi jaringan periodontal yang ditandai dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang dan resorpsi tulang
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dari tanggal 13 November sampai. 4 Desember 2008 di Yayasan Lupus Indonesia (YLI).
26 BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian ini berlangsung dari tanggal 13 November sampai dengan 4 Desember 2008 di Yayasan Lupus Indonesia (YLI). Jumlah Orang Dengan Lupus ( Odapus) yang berkunjung ke YLI
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan mulut merupakan hal yang sangat penting dan berpengaruh pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut sering kali menjadi prioritas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estetika merupakan salah satu tujuan dalam perawatan ortodontik dimana seseorang dapat memperbaiki estetika wajah yang berharga dalam kehidupan sosialnya (Monica,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mikroba pada gigi dan permukaan gingiva yang berdekatan. 1,2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah utama kesehatan gigi dan mulut yang paling umum adalah karies dan penyakit periodontal. 1 Plak sangat berperan dalam terjadinya kedua penyakit ini. 2 Kontrol
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
mulut. 7 Gingiva pada umumnya berwarna merah muda dan diproduksi oleh pembuluh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penyakit periodontal adalah inflamasi yang dapat merusak jaringan melalui interaksi antara bakteri
Lebih terperinciPERAWATAN INISIAL. Perawatan Fase I Perawatan fase higienik
11/18/2010 1 PERAWATAN INISIAL Perawatan Fase I Perawatan fase higienik Tahap Pertama serangkaian perawatan periodontal untuk : Penyingkiran semua iritan lokal penyebab inflamasi Motivasi dan instruksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar 2013, perokok aktif mulai dari usia 15 tahun ke
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan kepada Odapus yang bergabung dan berkunjung di YLI.
19 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah explanatory study atau disebut juga dengan penelitian deskriptif, menggunakan kuesioner yang diisi oleh Odapus dan
Lebih terperinciperlunya dilakukan : Usaha-Usaha Pencegahan Penyakit Gingiva dan Periodontal baik di klinik/tempat praktek maupun di masyarakat.
Penyakit periodontal dibiarkan tanpa dirawat cenderung berlanjut sehingga merusak struktur periodontal pendukung. Sebagai konsekuensinya tenaga kesehatan gigi dituntut u dapat mengatasi masalah periodontal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prevalensi jaringan periodontal yang tidak sehat sebesar 95,21% atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan penyakit yang terjadi pada umat manusia yang meluas ke seluruh dunia. 1 Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi jaringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan cara selalu menjaga kebersihan gigi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi merupakan bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup. 1 Gigi dan mulut dikatakan sehat apabila memiliki
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA USIA TAHUN ( KUESIONER )
Lampiran 1 Nomor Kartu DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA
Lebih terperinciPEMERIKSAAN PERIODONSIUM DAN JARINGAN SEKITARNYA OLEH: DRG. SYAIFUL AHYAR, MS
PEMERIKSAAN PERIODONSIUM DAN JARINGAN SEKITARNYA OLEH: DRG. SYAIFUL AHYAR, MS TUJUAN : Tentukan penyakit Gingiva & periodontal ada. Identifikasi tipe, perluasan, distribusi, dan keparahan penyakit bila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penampilan mulut dan senyum dapat berperan penting dalam. penilaian daya tarik wajah dan memberikan kepercayaan diri terhadap
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penampilan mulut dan senyum dapat berperan penting dalam penilaian daya tarik wajah dan memberikan kepercayaan diri terhadap individu. Individu yang mengalami masalah
Lebih terperincimendiagnosis penyakit meramalkan prognosis merencanakan perawatan Klasifikasi mengalami perubahan sejalan dgn bertambahnya pemahaman ttg etiologi dan
Pengklasifikasian penyakit perlu untuk: mendiagnosis penyakit meramalkan prognosis merencanakan perawatan Klasifikasi mengalami perubahan sejalan dgn bertambahnya pemahaman ttg etiologi dan patologi penyakit
Lebih terperinciTUGAS PERIODONSIA 1. Nama : Rahayu Sukma Dewi NIM :
TUGAS PERIODONSIA 1 Nama : Rahayu Sukma Dewi NIM : 021311133072 1. Derajat Kegoyangan Gigi (Indeks kegoyangan gigi) Kegoyangan gigi merupakan salah satu gejala penyakit periodontal yang ditandai dengan
Lebih terperinciKenali Penyakit Periodontal Pada Anjing
Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing Mungkin Anda sudah sering mendengar istilah "penyakit periodontal". Namun, apakah Anda sudah memahami apa arti istilah itu sebenarnya? Kata 'periodontal' berasal
Lebih terperinciENDODONTIC-EMERGENCIES
ENDODONTIC-EMERGENCIES (Keadaan darurat endodontik) Keadaan darurat adalah masalah yang perlu diperhatikan pasien, dokter gigi dan stafnya. Biasanya dikaitkan dengan nyeri atau pembengkakan dan memerlukan
Lebih terperinciSTATUS KEBERSIHAN MULUT DAN KESEHATAN PERIODONTAL PASIEN YANG DATANG KE KLINIK PERIODONSIA RSGM UNIVERSITAS JEMBER PERIODE AGUSTUS 2009 AGUSTUS 2010
STATUS KEBERSIHAN MULUT DAN KESEHATAN PERIODONTAL PASIEN YANG DATANG KE KLINIK PERIODONSIA RSGM UNIVERSITAS JEMBER PERIODE AGUSTUS 9 AGUSTUS 1 Depi Praharani, Peni Pujiastuti, Tantin Ermawati Bagian Periodonsia
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau berkurangnya respon terhadap reseptor insulin pada organ target. Penyakit ini dapat
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis berupa gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi karena terganggunya aktivitas insulin. Pada kondisi ini akan terjadi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawatan Ortodonti Piranti ortodonti cekat adalah salah satu alat yang digunakan di kedokteran gigi untuk perawatan gigi yang tidak beraturan. Biasanya melibatkan penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. percaya diri. Salah satu cara untuk mendapatkan kesehatan rongga mulut adalah dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan rongga mulut penting bagi kesehatan tubuh secara umum dan sangat mempengaruhi kualitas kehidupan, termasuk fungsi berbicara, mastikasi dan juga rasa percaya
Lebih terperinciPENYAKIT PERIODONTAL PENGERTIAN
PENYAKIT PERIODONTAL Pengertian Klasifikasi Gejala Klinis Etiologi Pencegahan Perawatan PENGERTIAN Jaringan periodontal adalah jaringan yang mengelilingi gigi dan berfungsi sebagai penyangga gigi, terdiri
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pentingnya Menjaga Oral Hygiene Pada Perawatan Ortodonti.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pentingnya Menjaga Oral Hygiene Pada Perawatan Ortodonti. Fixed orthodontic merupakan perawatan yang membutuhkan waktu yang cukup lama oleh karena itu setiap pasien yang menjalani
Lebih terperinciFakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB 5 HASIL PENELITIAN
28 BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian ini berlangsung pada bulan Oktober 2008. Pengambilan data dilakukan di Perumahan Bekasi Jaya Indah wilayah Bekasi dengan subjek penelitian adalah perempuan paskamenopause.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan. Hal ini terlihat dari hasil Riset Kesehatan
Lebih terperinciDiagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal
Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal Penyakit pulpa dan periapikal Kondisi normal Sebuah gigi yang normal bersifat (a) asimptomatik dan menunjukkan (b) respon ringan sampai moderat yang bersifat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan bagian dari siklus kehidupan alami yang akan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause merupakan bagian dari siklus kehidupan alami yang akan dilalui oleh seorang wanita. Menopause merupakan fase terakhir pendarahan haid seorang wanita. Fase ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ortodontik berdasarkan kebutuhan fungsional dan estetik. Penggunaan alat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya gaya hidup dan perubahan pandangan mengenai konsep estetika, masyarakat dewasa ini memilih perawatan ortodontik berdasarkan kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan investasi bagi kesehatan seumur hidup seseorang, mengingat fungsi gigi dan mulut yang sangat berpengaruh dalam fungsi pencernaan,
Lebih terperinciDi Indonesia penelitian epidemiologik tentang epilepsi belum pernah dilakukan, namun epilepsi tidak jarang dijumpai dalam masyarakat.
BAB 1 PENDAHULUAN Epilepsi merupakan suatu gangguan fungsional kronik yang relatif sering terjadi dimana ditandai oleh aktivitas serangan yang berulang. Serangan kejang yang merupakan gejala atau manifestasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam bidang kedokteran gigi sejak ratusan tahun yang lalu. Pierre
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Konsep penggunaan bahan kimia untuk perawatan dalam rongga mulut telah diterapkan dalam bidang kedokteran gigi sejak ratusan tahun yang lalu. Pierre Fauchard
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut menjadi perhatian yang sangat penting dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya kelompok anak usia
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tulang Alveolar Prosesus alveolaris merupakan bagian dari tulang rahang yang menopang gigi geligi. Tulang dari prosesus alveolaris ini tidak berbeda dengan tulang pada bagian
Lebih terperinciPerawatan Pembesaran Gingiva dengan Gingivektomi. Treatment Gingival Enlargement by Gingivectomy
Perawatan Pembesaran Gingiva dengan Gingivektomi Treatment Gingival Enlargement by Gingivectomy Mutiara Medika Ika Andriani Periodonsia, Prodi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciKARTU PENCATATAN ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT
KARTU PENCATATAN ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT A. PENGKAJIAN 1. Identitas Pasien Nama Lengkap : Nadia Jenis Kelamin : L / P Tempat tgl. Lahir : 29/12/1990 Agama :hindu... Pekerjaan : mahasisiwa Bangsa
Lebih terperinciII. KEADAAN ANATOMIS SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL
II. KEADAAN ANATOMIS SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL A. Pendahuluan 1. Deskripsi Dalam bab ini diuraikan mengenai keadaan anatomis gigi geligi, posisi gigi pada lengkung rahang, letak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke waktu. Menurut sensus penduduk tahun 2000 oleh Badan Pusat Statistik, usia harapan hidup
Lebih terperinciBAB 11 KURETASE GINGIVAL
161 Kuretase gingival BAB 11 KURETASE GINGIVAL Pada uraian berikut akan dibahas tiga tehnik bedah yang termasuk kategori kuretase, yaitu: kuretase gingival (gingival curettage), kuretase subgingival (subgingival
Lebih terperinciRENCANA PERAWATAN PERIODONTAL
RENCANA PERAWATAN PERIODONTAL PENDAHULUAN Langkah-langkah penanganan kasus periodontal : Penegakan Diagnosis Ramalan Prognosa Rencana Perawatan DEFINISI Rencana perawatan suatu kasus : cetak biru (blue
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia penyakit periodontal menduduki urutan kedua yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia penyakit periodontal menduduki urutan kedua yaitu mencapai 96,58% (Tampubolon, 2005). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2013) masalah gigi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental biasa digunakan untuk membantu menemukan masalah pada rongga mulut pasien. Radiografi melibatkan penggunaan energi sinar untuk menembus gigi dan merekam
Lebih terperinciBAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.
BAB 2 KANINUS IMPAKSI Gigi permanen umumnya erupsi ke dalam lengkungnya, tetapi pada beberapa individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus. Salah satunya yaitu gigi kaninus
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Fixed orthodontic atau disebut juga dengan pesawat cekat ortodonti
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fixed orthodontic atau disebut juga dengan pesawat cekat ortodonti merupakan alat ortodonti yang dicekatkan langsung pada gigi. Komponen fixed orthodontic terdiri dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gingivitis sering ditemukan di masyarakat. Penyakit ini dapat menyerang semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat dengan kebersihan
Lebih terperinciPendahuluan. Bab Pengertian
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Pengertian Nyeri dento alveolar yang bersifat neuropatik merupakan salah satu kondisi nyeri orofasial dengan penyebab yang hingga saat ini belum dapat dipahami secara komprehensif.
Lebih terperinciTugas 1 Sistem Pakar Diagnosa Infeksi Gigi dan Mulut
Tugas 1 Sistem Pakar Diagnosa Infeksi Gigi dan Mulut Disusun oleh : Noval Agung Prasetyo : 1341177004163 Lidiana Syahrul : 1441177004048 Ratih Dewi Suranenggala : 1441177004054 Desi Wulandari : 1441177004122
Lebih terperinciBAB 2 DAMPAK MEROKOK TERHADAP PERIODONSIUM. penyakit periodontal. Zat dalam asap rokok seperti; nikotin, tar, karbon monoksida
BAB 2 DAMPAK MEROKOK TERHADAP PERIODONSIUM Kebiasaan merokok sejak lama telah diasosiasikan sebagai penyebab berbagai macam perubahan dalam rongga mulut, seperti kaitannya dengan kanker mulut dan penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel yang tak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan lainnya, baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik. Kesehatan ibu harus benar-benar dijaga agar janin yang dikandungnya sehat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa kehamilan merupakan masa yang selayaknya dipersiapkan dengan baik. Kesehatan ibu harus benar-benar dijaga agar janin yang dikandungnya sehat dan tidak mengalami
Lebih terperinciKlasifikasi Penyakit Periodontal Periodontitis Kronis Periodontitis kronis merupakan kasus yang paling banyak ditemui dalam kasus penyakit
Klasifikasi Penyakit Periodontal Periodontitis Kronis Periodontitis kronis merupakan kasus yang paling banyak ditemui dalam kasus penyakit periodontal. Periodontitis kronis sangat erat hubungannya dengan
Lebih terperinciPROGNOSIS PENYAKIT GINGIVA DAN PERIODONTAL
PROGNOSIS PENYAKIT GINGIVA DAN PERIODONTAL Prognosis PROGNOSIS PENYAKIT GINGIVA DAN PERIODONTAL Ramalan perkembangan,perjalanan dan akhir suatu penyakit Prognosis Penyakit Gingiva dan Periodontal Ramalan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi akibat akumulasi bakteri plak. Gingivitis dan periodontitis merupakan dua jenis
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal adalah peradangan yang terjadi pada jaringan pendukung gigi akibat akumulasi bakteri plak. Gingivitis dan periodontitis merupakan dua jenis penyakit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada dua yaitu teknik intraoral dan ekstraoral.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental dikenal memiliki peranan yang penting dalam bidang kedokteran gigi yakni membantu dalam menegakkan diagnosa, menentukan rencana perawatan dan mengevaluasi
Lebih terperinciGARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN
Lampiran 3 GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN Judul Mata Kuliah : Periodonsia II (PERAWATAN PERIODONTAL) Nomor Kode/ SKS : PE 252/ 2 SKS Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini akan membahas dasar pemikiran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia memerlukan perhatian yang serius dari berbagai pihak. Hal ini dibuktikan dari adanya peningkatan rerata persentase penduduk
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan Jiwa 2.1.1 Definisi Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV (DSM-IV) memberikan definisi gangguan jiwa sebagai pola psikologis atau perilaku secara klinis
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Keberadaan penyakit-penyakit ini seringkali diabaikan oleh masyarakat
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan masalah kesehatan yang cukup banyak diderita oleh masyarakat Indonesia. Keberadaan penyakit-penyakit ini seringkali diabaikan oleh
Lebih terperinciKEHILANGAN TULANG DAN POLA PERUSAKAN TULANG Kehilangan tulang dan cacat tulang yang diakibatkan penyakit periodontal membahayakan bagi gigi, bahkan
KEHILANGAN TULANG DAN POLA PERUSAKAN TULANG Kehilangan tulang dan cacat tulang yang diakibatkan penyakit periodontal membahayakan bagi gigi, bahkan bisa menyebabkan hilangnya gigi. Faktor-faktor yang memelihara
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. serta pembinaan kesehatan gigi terutama pada kelompok anak sekolah perlu
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pemeliharaan kesehatan mempunyai manfaat yang sangat vital dalam menunjang kesehatan dan penampilan. Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta pembinaan kesehatan gigi terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia (lansia) adalah proses alamiah yang pasti akan dialami oleh setiap manusia. Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) diprediksi akan meningkat cepat di
Lebih terperinciPERAWATAN EMERJENSI PERIODONTAL
Perawatan emerjensi periodontal 20 BAB 3 PERAWATAN EMERJENSI PERIODONTAL Dengan perawatan emerjensi periodontal dimaksudkan perawatan terhadap kasus periodontal yang karena keadaannya yang akut membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alat ortodontik cekat menyebabkan pemeliharaan oral hygiene menjadi lebih sulit
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gigi yang crowding, irregular, dan protrusif merupakan masalah bagi beberapa orang. Masalah-masalah pada posisi gigi dapat berpengaruh pada fungsi mastikasi dan estetik.1
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sakit Perut Berulang Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut berulang pada remaja terjadi paling sedikit tiga kali dengan jarak paling sedikit
Lebih terperinciSTATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PASIEN POLIKLINIK GIGI PUSKESMAS PANIKI BAWAH MANADO
STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PASIEN POLIKLINIK GIGI PUSKESMAS PANIKI BAWAH MANADO 1 Daul R Tuhuteru 2 B. S Lampus 2 Vonny N.S Wowor 1 Kandidat Skripsi Program Studi Kedoteran Gigi Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Definisi Penyakit Periodontal Penyakit periodontal adalah suatu inflamasi kronis pada jaringan pendukung gigi (periodontium). 9 Penyakit periodontal dapat hanya mengenai gingiva
Lebih terperinciCROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang
CROSSBITE ANTERIOR 1. Crossbite anterior Crossbite anterior disebut juga gigitan silang, merupakan kelainan posisi gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang bawah. Istilah
Lebih terperinciPERAWATAN PERIODONTAL
PERAWATAN EMERJENSI PERIODONTAL PERAWATAN EMERJENSI PERIODONTAL: Perawatan kasus periodontal akut yg membutuhkan perawatan segera Termasuk fase preliminari Kasus : Abses gingiva Abses periodontal akut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia contohnya adalah obesitas, diabetes, kolesterol, hipertensi, kanker usus,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin majunya Ilmu Kedokteran menyebabkan penyakit infeksi sudah mulai berkurang sehingga lebih banyak orang yang mengalami penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif
Lebih terperinciLEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
60 Lampiran 1 LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Kepada Yth : Saudara/Saudari... Bersama ini saya, Fellicia Lestari, yang sedang menjalani program pendidikan sarjana pada Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada umumnya berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. Faktor penyebab dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang tersebar luas di masyarakat Indonesia. Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat di Indonesia pada umumnya
Lebih terperinciPenyakit periodontitis merupakan salah satu masalah yang banyak. dijumpai baik di negara berkembang, sedang berkembang, dan bahkan di negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit periodontitis merupakan salah satu masalah yang banyak dijumpai baik di negara berkembang, sedang berkembang, dan bahkan di negara maju, yang jumlahnya mencapai
Lebih terperinci1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel.
1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel. Fakta: Mungkin saja sebagian mitos ini benar. Biasanya, itu sudah cukup untuk menyikat gigi dua kali sehari, tapi jika Anda memiliki kesempatan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
18 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi sering digunakan sebagai informasi diagnostik tambahan yang dikumpulkan melalui pemeriksaan jaringan lunak. Radiografi yang pada umumnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perubahan mukosa rongga mulut dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan mukosa rongga mulut dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain perubahan kadar hormon seksual yang terjadi pada saat pubertas, kehamilan, menstruasi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penampilan fisik berperan dalam menimbulkan kepercayaan diri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penampilan fisik berperan dalam menimbulkan kepercayaan diri seseorang. Kepercayaan diri seseorang dapat timbul salah satunya bila memiliki senyum dengan susunan gigi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut semakin kompleks seiring dengan perkembangan zaman. Epidemiologi masalah kesehatan dan penyakit yang dipelajari dari beberapa populasi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Salah satu kegiatan Puskesmas adalah UKGS. UKGS di lingkungan tingkat pendidikan dasar mempunyai sasaran semua anak sekolah tingkat pendidikan dasar yaitu dari usia 6 sampai 14 tahun,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Permasalahan kesehatan gigi dan mulut pada kehamilan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permasalahan kesehatan gigi dan mulut pada kehamilan Selama kehamilan ibu membutuhkan asupan zat makanan bergizi.. Apabila ibu hamil tidak rajin kumur dan menggosok gigi maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit periodontal memang tidak populer, jarang diperbincangkan, tapi perlu diketahui karena merupakan salah satu penyakit dalam rongga mulut yang sering terjadi.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi karena
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Diabetes Melitus Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi karena
Lebih terperinciDry Socket Elsie Stephanie DRY SOCKET. Patogenesis Trauma dan infeksi adalah penyebab utama dari timbulnya dry soket.
DRY SOCKET Definisi Dry Socket adalah suatu kondisi hilangnya blood clot dari soket gigi. Komplikasi yang paling sering terjadi, dan paling sakit sesudah pencabutan gigi adalah dry socket. Setelah pencabutan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Autis Autis pertama kali ditemukan pada tahun 1943 oleh seorang psikiater bernama Leo Kanner. 20-24 Menurut istilah ilmiah kedokteran dan psikologi, autis termasuk dalam gangguan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan, hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perdarahan disertai pembengkakan, kemerahan, eksudat,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gingivitis merupakan suatu penyakit berupa kelainan pada gingiva yang dapat menyebabkan perdarahan disertai pembengkakan, kemerahan, eksudat, perubahan kontur normal.
Lebih terperinciKomplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi
Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi Komplikasi diabetes mellitus pada kesehatan gigi masalah dan solusi pencegahannya. Bagi penderita diabetes tipe 2 lebih rentan dengan komplikasi kesehatan
Lebih terperinci