JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1"

Transkripsi

1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1 Analisa Persebaran Bangunan Evakuasi Bencana Tsunami menggunakan Network Analyst di SIG Ahmad Muhajir, Agung Budi Cahyono Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya Indonesia agungbc@geodesy.its.ac.id Abstrak Syiah Kuala merupakah salah satu kecamatan di kota Banda Aceh yang paling parah diterjang tsunami 2004 silam. Tercatat korban orang meninggal dan rumah hancur di kota Banda Aceh akibat gempa dan tsunami. Sebagai daerah yang memiliki tingkat aktivitas gempa dan tsunami yang tinggi, maka perlu dilakukan analisa terhadap ketersediaan fasilitas penunjang evakuasi yang ada di kecamatan tersebut, salah satunya adalah Bangunan Evakuasi (BE). Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan metode yang sesuai digunakan untuk menganalisa persebaran Bangunan Evakuasi sebagai salah satu upaya perencanaan evakuasi bencana. SIG dapat membantu menganalisa persebaran BE tersebut dengan memanfaatkan fasilitas Network Analyst. Network Analyst memanfaatkan data jaringan jalan untuk menemukan area jangkauan BE Tool utama yang digunakan yaitu Service Areas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat orang yang berada di area rawan tsunami. Dari jumlah tersebut, orang yang dapat diselamatkan melalui evakuasi horizontal. Sedangkan sisanya diselamatkan melalui evakuasi vertikal, yaitu dengan menaikkan pengungsi ke Bangunan Evakuasi (BE). Dari hasil observasi lapangan, teridentifikasi 11 bangunan yang dapat dijadikan BE. Namun jumlah pengungsi yang dapat ditampung di BE tersebut adalah orang. Sedangkan sisanya, yaitu sebesar orang, memerlukan penambahan kapasitas BE dan pembuatan BE tambahan. Ada 4 BE yang perlu ditambah kapasitasnya dan 12 BE tambahan yang perlu dibangun. S Kata Kunci Network Analyst, tsunami, SIG, evakuasi, BE. I. PENDAHULUAN YIAH KUALA merupakan salah satu kecamatan di kota Banda Aceh. Wilayah kecamatan Syiah Kuala yang terletak di pesisir bagian timur Kota Banda Aceh adalah salah satu kawasan yang terkena dampak bencana alam gempa bumi dan tsunami tanggal 24 Desember 2004 yang lalu. Sebagian besar wilayah ini, terutama yang berada di bagian pesisir, mengalami dampak berupa banyaknya korban jiwa serta hancurnya sarana dan prasarana seperti rumah, tempat ibadah, fasilitas pendidikan, jaringan jalan, saluran drainase, tambak dan lain-lain. Tercatat korban orang meninggal dan rumah hancur di kota Banda Aceh akibat gempa dan tsunami [1]. Sebagai daerah yang memiliki tingkat aktivitas gempa dan tsunami yang tinggi, maka perlu diketahui ketersediaan fasilitas evakuasi yang ada di wilayah tersebut. Selain itu, besarnya jumlah korban yang ditimbulkan dapat menjadi indikasi bahwa masih kurangnya pengetahuan mengenai cara menyelamatkan diri dari bencana tsunami. Pengalaman dari berbagai gempa dan tsunami yang terjadi di Aceh pada 2004 yang menelan jumlah korban yang sangat besar menunjukkan bahwa masih kurangnya perhatian terhadap upaya penyelamatan diri saat bencana terjadi. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu dilakukan analisa terhadap persebaran BE yang ada di Kecamatan Syiah Kuala dengan memanfaatkan fasilitas Network Analyst yang terdapat di SIG sehingga dapat dijadikan sebagai masukan untuk perencanaan evakuasi bencana ke depannya. II. METODE PENELITIAN Dalam menganalisa persebaran BE untuk perencanaan evakuasi tsunami, jaringan jalan merupakan bahan dasar dari analisa yang dilakukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengumpulan data jaringan jalan serta data-data lain untuk menunjang proses analisa. Berhubung BE dibutuhkan dalam proses evakuasi vertikal, maka analisa mengenai area evakuasi tersebut perlu dilakukan. Proses analisa dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan area aman. Area aman dapat berupa area yang berada di luar jangkauan gelombang tsunami ataupun area yang berada di dalam area rendaman tsunami. Untuk evakuasi yang dilakukan dengan mengarahkan pengungsi ke area yang berada di luar jangkauan tsunami, maka disebut evakuasi horizontal. Sedangkan evakuasi yang dilakukan dengan mengarahkan pengungsi ke area aman yang berada dalam area jangkauan tsunami dinamakan evakuasi vertikal [2]. A. PERSIAPAN DATA Sebelum analisa dilakukan, maka perlu dipersiapkan beberapa data sebagai bahan dasar analisa yang akan dilakukan. Berikut adalah data-data yang diperlukan untuk kepentingan penelitian ini: a. Peta Rendaman Tsunami: Peta ini menunjukkan zonasi ketinggian gelombang tsunami serta sejauh mana jangkauan gelombang tsunami. Peta ini diperlukan untuk menentukan lokasi area aman (area di luar jangkauan tsunami) serta sebagai kriteria penilaian kelayakan suatu bangunan sebagai BE. b. Peta Topografi: Peta ini digunakan untuk menentukan

2 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 2 batas administrasi wilayah penelitian serta referensi dalam melakukan koreksi geometrik pada citra satelit. c. Peta Jaringan Jalan: Peta ini menunjukkan jalan yang dapat dijadikan sebagai rute evakuasi. d. Peta Tutupan Lahan: Peta ini digunakan sebagai rekomendasi dalam menentukan lokasi pembangunan BE tambahan. e. Peta Persebaran Bangunan Penting: Peta ini menunjukkan lokasi bangunan-bangunan yang dapat dijadikan sebagai BE. BE digunakan sebagai lokasi aman bagi penduduk yang tidak dapat mencapai area yang berada di luar jangkauan tsunami dalam waktu yang tersedia. f. Peta Persebaran Penduduk: Peta ini menunjukkan bagaimana penduduk terdistribusi dalam wilayah studi. Distribusi penduduk ini digunakan sebagai titik awal pemodelan evakuasi. g. Lebar jalan: Lebar jalan digunakan sebagai konstrain dalam menentukan kecepatan berjalan penduduk sepanjang rute evakuasi. Lebar jalan ini mempangaruhi sejauh mana jalan yang dapat dilalui para pengungsi dalam waktu yang tersedia. h. Perkiraan waktu tibanya gelombang tsunami pertama: Perkiraan waktu ini digunakan untuk menghitung waktu yang tersedia bagi para pengungsi untuk melakukan evakuasi ke area aman [2]. B. NETWORK ANALYST Jaringan sebagai sebuah sistem yang terdiri dari elemenelemen yang saling terkoneksi, sebagaimana jalan yang saling terhubung pada persimpangan jalan, yang merepresentasikan rute-rute yang mungkin dari suatu lokasi ke lokasi yang lain [3]. Layer Network Analyst dapat dikelompokkan menjadi lima jenis, yaitu: 1. Route Ekstensi ini digunakan untuk menemukan rute terbaik untuk bergerak dari suatu lokasi ke lokasi lain. Rute terbaik dapat memiliki beragam arti. Rute terbaik dapat berarti terdekat, tercepat atau terindah tergantung pada impedansi yang dipakai. Bila impedansi yang dipakai adalah waktu, maka rute terbaik adalah rute yang tercepat. 2. Closest Facility Closest facility merupakan ekstensi yang digunakan untuk menemukan fasilitas mana yang paling dekat, seperti rumah sakit yang terdekat dari sekian banyak rumah sakit, sekolah mana yang terdekat dengan rumah dan lain-lain. Setelah menemukan fasilitas terdekat, maka ekstensi ini juga dapat menampilkan rute yang terbaik untuk menuju fasilitas tersebut. 3. Service Areas Service areas digunakan untuk menemukan area yang dapat diakses dari suatu titik yang ada pada suatu jaringan. Sebagai contoh, service area 10 menit dari suatu fasilitas akan menunjukkan seluruh jalan yang dapat mencapai fasilitas tersebut dalam waktu 10 menit. 4. OD cost matrix OD (Origin-Destination) cost matrix adalah suatu tabel yang berisi impedansi jaringan dari berbagai titik asal ke berbagai titik tujuan. 5. Vehicle routing problem Tool ini berfungsi untuk menyediakan pelayanan tingkat tinggi terhadap pelanggan dengan memperhatikan waktu operasi secara keseluruhan dan biaya yang harus dikeluarkan untuk setiap rute sekecil mungkin [3]. Penentuan rute terbaik oleh software Network Analyst dilakukan dengan menggunakan sebuah algoritma yang dikembangkan oleh Edgar Dijkstra (1959). Algoritma Dijkstra digunakan untuk mengkalkulasi jalur terpendek dari titik awal ke semua titik lainnya. Gambar 1 merupakan contoh dari Algoritma Dijkstra [4]. Jarak terpendek dari titik 1 ke semua titik lain ditunjukkan melalui garis panah yang ditebalkan. Angka di atas garis panah tersebut menunjukkan biaya atau cost dari setiap jalur. Gambar. 1. Contoh Algoritma Dijkstra C. WAKTU EVAKUASI Sejak analisa dilakukan dengan tool Network Analyst di SIG, maka perlu untuk mendefinisikan cost atau biaya yang diperlukan untuk bergerak di atas suatu jaringan jalan. Waktu digunakan sebagai faktor biaya dalam Network Analyst ini karena waktu yang tersedia untuk melakukan evakuasi bencana tsunami ini sangat terbatas. Waktu evakuasi terdiri dari empat komponen waktu [5], yaitu waktu keputusan (waktu antara terdeteksinya bencana dan keputusan institusi untuk memerintahkan evakuasi), waktu pengumuman ke masyarakat (peringatan evakuasi), waktu reaksi dari masyarakat (Reaction Time/RT) dan waktu respon (Response Time/RsT) yang merupakan waktu yang tersedia bagi para pengungsi untuk melakukan evakuasi ke area aman. Waktu evakuasi (ET) atau waktu respon bagi masyarakat dapat dikalkulasi berdasarkan formula [5] berikut: (1) (2) Keterangan: RsT = ET = Waktu yang tersedia untuk evakuasi ETA = Perkiraan waktu tsunami tiba ToNW = Waktu teknis peringatan alami RT = Waktu reaksi masyarakat IDT = Waktu pengambilan keputusan dari institusi INT = Waktu pemberitahuan dari institusi

3 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 3 Gempa Bumi Gambar. 2. Alokasi Waktu untuk Evakuasi Tsunami [4] D. KECEPATAN PENGUNGSI Dengan asumsi seluruh pengungsian dilakukan dengan berjalan kaki, maka perlu dikalkulasi kecepatan berjalan pengungsi sehingga dapat sampai ke tempat evakuasi dalam waktu yang tersedia. Hasil perhitungan ini selanjutnya diperlukan untuk mengetahui area jangkauan dari BE. Berikut adalah kecepatan berjalan pada evakuasi bencana [4]: Tabel 1. Kecepatan berjalan saat evakuasi Kondisi Berjalan Kecepatan Berjalan Rata-rata Seseorang dengan kereta bayi m/s Seseorang dengan seorang anak m/s Orang tua berjalan sendiri m/s Orang tua berjalan berkelompok m/s Berdasarkan data di atas, maka kecepatan 0,751 m/s dijadikan sebagai kecepatan evakuasi penduduk. Kecepatan ini dipilih karena jika pengungsi dengan kecepatan terendah dapat diselamatkan, maka otomatis pengungsi yang lain diasumsikan juga selamat. Kecepatan berjalan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti lebar jalan, kepadatan jalan, jumlah pejalan kaki dalam suatu kelompok, dan lain-lain [6]. Namun karena keterbatasan waktu, faktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah kecepatan berjalan pengungsi dan lebar jalan. Oleh karena itu, untuk menghitung kecepatan berjalan pengungsi pada sebuah jalan, digunakan rumus berikut: Keterangan: ToNW WAKTU PERJALANAN TSUNAMI RT RsT (Waktu Evakuasi) C 0 = Kapasitas dasar jalan (nilai dibulatkan ke bawah) Gelombang Tsunami pertama tiba C 1 = Kapasitas aktual jalan saat bencana (nilai dibulatkan ke atas) V = Kecepatan berjalan saat bencana (m/s) V s = Kecepatan berjalan orang tua berkelompok m/s W = Lebar jalan (m) S = Luas yang dibutuhkan tiap pengungsi m 2 [4] E. BANGUNAN EVAKUASI (BE) Pada kondisi dimana dalam waktu yang tersedia untuk melakukan evakuasi (RsT) para pengungsi tidak dapat menyelamatkan diri ke area di luar jangkauan tsunami, maka para pengungsi tersebut diarahkan ke bangunan evakuasi terdekat. Untuk itu, maka perlu dilakukan penilaian terhadap suatu bangunan untuk mengetahui kelayakannya untuk dijadikan BE. Berikut adalah beberapa kriteria penilaian bangunan tersebut: 1. Terletak pada jarak lebih dari 200 meter dengan garis pantai atau 100 meter dengan sungai yang berada dekat pantai; (3) (4) (5) 2. Terletak dekat dengan konsentrasi penduduk; 3. Memiliki fungsi alternatif seperti mesjid, sekolah, kantor pemerintahan, pusat perbelanjaan, convention centre, gelanggang olahraga, hotel dan gedung parkir; 4. Lantai gedung yang digunakan sebagai tempat evakuasi memiliki ketinggian di atas ketinggian gelombang tsunami; 5. Didesain dan terencana dengan baik; 6. Kualitas konstruksi bagus (bangunan tahan gempa dan tsunami) [7]. F. ANALISIS AREA EVAKUASI Dalam menentukan area evakuasi, maka sasaran evakuasi menjadi hal pertama yang harus ditentukan. Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, area aman dijadikan sebagai sasaran evakuasi. Dalam hal ini, area aman yang dijadikan sebagai sasaran evakuasi petama kali adalah area yang berada di luar jangkauan tsunami. Untuk mendapatkan area ini, maka digunakan peta rendaman tsunami [2]. Berhubung jaringan jalan merupakan sarana yang dipakai dalam melakukan evakuasi, maka setiap perpotongan antara jaringan jalan dan batas area rendaman tsunami dijadikan sebagai titik sasaran evakuasi. Dengan demikian, area evakuasi horizontal dapat ditentukan dengan menghitung dari sejauh mana seseorang dapat mencapai lokasi tersebut dalam waktu evakuasi (RsT) yang tersedia. Untuk mendapatkan lokasi ini, maka digunakan tool Service Area yang tersedia pada ekstensi Network Analyst. Setelah mendapatkan area evakuasi horizontal, maka otomatis seluruh area yang tidak termasuk area evakuasi horizontal menjadi area evakuasi vertikal. Untuk melakukan evakuasi vertikal, maka BE dijadikan sebagai sasaran evakuasi. Setelah BE ditentukan, maka selanjutnya dibuat Service Area dari BE tersebut untuk mengetahui area yang menunjukkan dari mana saja bangunan tesebut dapat dijangkau. Untuk wilayah yang memiliki BE namun dengan kapasitas yang tidak mencukupi, maka diberikan rekomendasi penambahan jumlah kapasitas penampungan. Sedangkan untuk wilayah yang tidak dapat menjangkau BE, maka direkomendasikan lokasi pembangunan BE tambahan [4]. G. BE TAMBAHAN Penentuan BE tambahan dilakukan dengan membuat Service Area dari titik-titik awal evakuasi, yaitu titik-titik konsentrasi penduduk. Service Area dibuat dengan memperhatikan waktu evakuasi dan aturan jalan satu arah untuk menghindari penggunaan jalan menuju garis pantai yang berarti pengungsi akan bergerak dari titik awal evakuasi menjauhi garis pantai. Kapasitas dari BE tambahan ini bergantung pada jumlah penduduk yang ada di sekitar BE tambahan tersebut. Langkah selanjutnya adalah memeriksa kesesuaian lokasi BE tambahan tersebut dengan menggunakan peta tutupan lahan. BE tambahan sebaiknya dibangun di area terbuka, karena area ini masih belum dipergunakan. Prioritas kedua bila area terbuka tidak ditemukan adalah fasilitas umum yang telah ada di sekitar area tesebut. Alternatif selanjutnya adalah area kebun karena area ini memiliki nilai ekonomi yang lebih

4 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 4 rendah dari sawah. Sedangkan sawah, tambak dan sungai tidak direkomendasikan untuk pembangunan BE tambahan [6]. III. HASIL DAN DISKUSI A. ANALISA PERSEBARAN PENDUDUK Penelitian tugas akhir ini mengambil studi kasus di area rawan tsunami di Kecamatan Syiah Kuala yang mencakup 8 desa, yaitu Aluenaga, Deah Raya, Tibang, Jeulingke, Lamgugop, Prada, Rukoh dan Kopelma Darussalam. Berikut adalah peta distribusi penduduk di Kecamatan Syiah Kuala. Dari estimasi di atas, maka dapat diketahui bahwa Mesjid Jami ul Wustha memiliki daya tampung terbesar yaitu 889 orang. Total dari seluruh daya tampung di atas adalah sebesar orang. C. ANALISIS EVAKUASI HORIZONTAL DAN VERTIKAL Untuk evakuasi horizontal, maka yang dijadikan sebagai titik evakuasi adalah perpotongan antara jalan dengan batas rendaman tsunami. Selanjutnya dari titik-titik tersebut di buat service area sebesar 22 menit, artinya ditentukan lokasi mana saja yang dapat mencapai titik evakuasi tersebut dalam waktu 22 menit. 22 menit adalah waktu yang tersedia untuk melakukan evakuasi. Berikut adalah peta service area untuk evakuasi horizontal berdasarkan waktu perjalanan 22 menit. Gambar. 3. Peta Distribusi Penduduk Kec. Syiah Kuala B. INVENTARISASI BE EKSISTING Data mengenai BE diperoleh melalui observasi lapangan. Berikut adalah bangunan-bangunan yang dapat dijadikan sebagai BE beserta kapasitas penampungannya: No Nama Bangunan Tabel 2. Estimasi kapasitas BE Luas Jumlah Estimasi Kapasitas Area Lantai (Orang) (m 2 ) (570.12*2*0.78)=889 1 Mesjid Jami'ul Wustha 2 SDN 46 Banda (258.8*1*0.3)=77 Aceh 3 SDN 81 Tibang (380.04*1*0.3)=114 4 Mesjid (208.56*1*0.78)=162 Baitussalam 5 Meunasah (364.8*1*0.78)=285 Rukoh 6 MTsN & MAN (2640*1*0.3)=792 Rukoh 7 SDN 19 Banda (160.8*1*0.3)=48 Aceh 8 Mesjid Jamik 66 2 (66*1*0.78)=51 Silang 9 BPN Aceh (1665*2*0.236)= Wisma Kompas (569*2*0.263)= Asrama Baru (877*3*0.263)=692 USK Gambar. 4. Area Evakuasi Horizontal Berdasarkan hasil analisa di atas, maka diperoleh jumlah penduduk yang dapat diselamatkan melalui evakuasi horizontal sebesar orang dari orang penduduk yang berada di area rawan tsunami. Setelah menganalisa daerah evakuasi horizontal, maka otomatis seluruh daerah yang tidak termasuk daerah tersebut menjadi daerah evakuasi vertikal. Hal ini dikarenakan tidak tersedianya waktu yang cukup bagi penduduk diluar daerah evakuasi horizontal untuk mencapai titik aman. Sehingga untuk mengevakuasi panduduk di daerah tersebut diperlukan BE darurat. Untuk evakuasi vertikal, BE dijadikan sebagai lokasi tujuan evakuasi. Maka seperti halnya evakuasi horizontal, dari BE tersebut dibuat service area dalam hal ini sebesar 17 menit. Berbeda dengan evakuasi horizontal yang memiliki waktu 22 menit, 5 menit digunakan untuk pengungsi menaiki gedung evakuasi darurat sehingga waktu yang tersisa adalah 17 menit. Berikut adalah peta service area untuk evakuasi vertikal berdasarkan waktu perjalanan 17 menit

5 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 5 Oleh karena itu, diperlukan BE tambahan untuk dapat mengevakuasi penduduk yang tersisa. Gambar. 5. Service Area BE berdasarkan 17 menit waktu perjalanan Jumlah penduduk yang dapat dievakuasi melalui evakuasi vertikal tergantung pada kapasitas gedung evakuasi vertikal yang tersedia. Oleh karena itu, tidak semua penduduk yang berada dalam service area dapat diselamatkan. Tabel berikut menunjukkan perbandingan kapasitas BE dengan jumlah penduduk yang dapat dievakuasi ke BE tersebut. Tabel 3. Jumlah Penduduk yang dapat dievakuasi No Nama Bangunan Kapasitas Jumlah Penduduk yang dapat dievakuasi 1 Mesjid Jami'ul Wustha 2 SDN 46 Banda Aceh 3 SDN 81 Tibang Mesjid Baitussalam Meunasah Rukoh MTsN & MAN Rukoh SDN 19 Banda Aceh - Mesjid Jamik Silang BPN Aceh Wisma Kompas Asrama Baru USK Total Berdasarkan tabel di atas, maka jumlah orang yang dapat diselamatkan melalui evakuasi ke BE adalah orang atau 65 % dari total kapasitas BE. Untuk BE nomor 7 dan 8 dijadikan satu karena terletak dalam satu komplek dan saling berdekatan (< 10 meter). Dengan orang yang dapat dievakuasi melalui evakuasi horizontal dan orang yang dapat dievakuasi ke BE, maka terdapat orang dari total orang penduduk yang tidak dapat dievakuasi melalui kedua macam evakuasi tersebut. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: 1. Keterbatasan kapasitas BE yang dapat dijangkau 2. Terdapat BE yang memiliki kapasitas yang jauh lebih besar dibandingkan jumlah penduduk yang dapat dievakuasi ke BE tersebut, namun penduduk dari area lain tidak dapat dievakuasi ke BE tersebut karena tidak tersedianya waktu yang cukup. D. BE TAMBAHAN Semenjak BE yang tersedia hanya mampu menampung orang, maka terdapat orang yang tidak dapat dievakuasi menuju BE. Hal ini menjadikan penduduk yang tidak dapat dievakuasi tersebut sangat rawan terhadap tsunami. Oleh karena itu, diperlukan tambahan BE. BE tambahan ditentukan dengan membuat service area dari tiap-tiap heksagon (sumber populasi) dengan konstrain waktu 17 menit. Kemudian dari service area tersebut, dipilih lokasi dimana service area tersebut saling bertampalan yang berarti lokasi tersebut dapat dijangkau oleh seluruh sumber populasi dalam waktu 17 menit. Sedangkan penentuan kapasitasnya berdasarkan jumlah penduduk yang service areanya bertampalan tersebut. Berikut adalah daftar BE tambahan beserta kapasitas yang diusulkan. Tabel 4. Bangunan Evakuasi tambahan dan kapasitas yang diusulkan No Bangunan Evakuasi Usulan Kapasitas Tambahan 1 MIN Rukoh Al-Washliyah Jeulingke Jeulingke Tibang Aluenaga Aluenaga Aluenaga Aluenaga Aluenaga Deah Raya Deah Raya Selain membuat BE tambahan, rekomendasi yang dapat diberikan adalah dengan menambah kapasitas BE yang telah ada. Hal ini dikarenakan BE tersebut memiliki kapasitas yang kecil namun dekat dengan sumber populasi. Selain itu, penambahan kapasitas juga memakan biaya yang lebih kecil dibandingkan dengan membangun BE dari awal. Berikut rekomendasi BE yang dapat ditambah kapasitasnya beserta kapasitas tambahan yang diperlukan. Tabel 4. Kapasitas tambahan untuk Bangunan Evakuasi Eksisting No Bangunan Evakuasi Kapasitas Tambahan Eksisting 13 SDN 19 Rukoh Mesjid Jamik Silang SDN 46 Rukoh Meunasah Rukoh SDN 81 Tibang 324

6 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 6 [6] R. L. Knoblauch, M. T. Pietrucha, M. Nitzburg, Field Studies of Pedestrian walking Speed and Start-Up Time, Transportation Research Record 1538: [7] A. Budiarjo, Evacuation Shelter Building planning for tsunami prone area : a case study of Meulaboh city, Indonesia. Enschede, ITC. (2006) Gambar. 6. Persebaran BE Eksisting dan BE Tambahan yang diusulkan IV. KESIMPULAN Berikut adalah beberapa hal yang dapat disimpulkan dari penelitian ini: a. Dari penduduk yang berada di area rendaman tsunami, hanya penduduk yang dapat diselamatkan melalui evakuasi horizontal. Sedangkan sisanya, penduduk, harus diungsikan melalui evakuasi vertikal. b. Dalam evakuasi vertikal, bangunan yang tinggi dan resistan terhadap tsunami dijadikan sebagai titik evakuasi. Terdapat sebelas bangunan yang dapat dijadikan sebagai BE. Jumlah penduduk yang dapat disungsikan ke BE tersebut adalah orang. Artinya, terdapat dari penduduk yang belum bisa dievakuasi. c. Untuk mengevakuasi orang tersebut, maka dibutuhkan penambahan kapasitas BE dan pembangunan BE tambahan. Ada 5 BE yang perlu ditingkatkan kapasitasnya dan 12 BE tambahan yang perlu dibangun. DAFTAR PUSTAKA [1] DIBA, Data dan Informasi Bencana Aceh, diakses 12 Juni 2013, [2] S. J. Scheer V. Varela, G. Eftychidis, A generic framework for tsunami evacuation planning, Physics and Chemistry of the Earth 49 (2012) [3] ESRI, ArcGIS 10.0 Desktop Help : Network Analyst Type of Networks, diakses 5 Juni 2013, es_of_networks. [4] R. S. Dewi. A-Gis Based Approach of an Evacuation Model for Tsunami Risk Reduction, Journal of Integrated Disaster Risk Management. (2012) 2 (2) [5] Post, J., et al. Assessment of Human Immediate Resonse Capability Related to Tsunami Threats in Indonesia at a Sub-national Scale, Natural Hazards Earth System Sciences. No.9 (2009)

Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis untuk Penentuan Rute dan Bangunan Evakuasi Tsunami (Wilayah Studi: Kec. Syiah Kuala, Banda Aceh)

Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis untuk Penentuan Rute dan Bangunan Evakuasi Tsunami (Wilayah Studi: Kec. Syiah Kuala, Banda Aceh) Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis untuk Penentuan Rute dan Bangunan Evakuasi Tsunami (Wilayah Studi: Kec. Syiah Kuala, Banda Aceh) Oleh: Ahmad Muhajir NRP. 3509 100 701 Dalam rangka presentasi Tugas

Lebih terperinci

ArcGIS Service Area. ArcGIS Network Analyst Tutorial. Nanda Pratama 16081/2010. ArcGis 10.1 Network Analyst-Service area / Nanda Pratama

ArcGIS Service Area. ArcGIS Network Analyst Tutorial. Nanda Pratama 16081/2010. ArcGis 10.1 Network Analyst-Service area / Nanda Pratama ArcGIS 10.1 ArcGIS Network Analyst Tutorial 0 Service Area Nanda Pratama 16081/2010 2015 1 ArcGIS 10.1 Network Analyst ESRI (2012) mendefinisikan jaringan sebagai sebuah sistem yang terdiri dari elemen-elemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada banyak alasan untuk dibangunnya prasarana jalan disuatu daerah salah satunya adalah untuk memperlancar distribusi barang dari suatu daerah ke daerah lain. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Barat memiliki garis pantai sepanjang lebih kurang 375 km, berupa dataran rendah sebagai bagian dari gugus kepulauan busur muka. Perairan barat Sumatera memiliki

Lebih terperinci

STUDI TINGKAT AKSESIBILITAS MASYARAKAT MENUJU BANGUNAN PENYELAMATAN (SHELTER) PADA DAERAH RAWAN TSUNAMI (STUDI KASUS: KOTA PAINAN, SUMATERA BARAT)

STUDI TINGKAT AKSESIBILITAS MASYARAKAT MENUJU BANGUNAN PENYELAMATAN (SHELTER) PADA DAERAH RAWAN TSUNAMI (STUDI KASUS: KOTA PAINAN, SUMATERA BARAT) STUDI TINGKAT AKSESIBILITAS MASYARAKAT MENUJU BANGUNAN PENYELAMATAN (SHELTER) PADA DAERAH RAWAN TSUNAMI (STUDI KASUS: KOTA PAINAN, SUMATERA BARAT) Titi Kurniati *, Nicko Pratama *Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

Arahan Distribusi Lokasi Pos Pemadam Kebakaran Berdasarkan Kawasan Potensi Risiko Bencana Kebakaran di Kota Surabaya

Arahan Distribusi Lokasi Pos Pemadam Kebakaran Berdasarkan Kawasan Potensi Risiko Bencana Kebakaran di Kota Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Arahan Distribusi Lokasi Pos Pemadam Kebakaran Berdasarkan Kawasan Potensi Risiko Bencana Kebakaran di Kota Surabaya Devi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut catatan sejarah, berawal dari tsunami yang melanda Samudera Hindia pada 26 Desember 2004 yang telah menelan korban ratusan ribu jiwa. Dan tsunami yang melanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Tsunami 26 Desember 2004 yang disebabkan oleh gempa 9.1 SR

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Tsunami 26 Desember 2004 yang disebabkan oleh gempa 9.1 SR BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tsunami 26 Desember 2004 yang disebabkan oleh gempa 9.1 SR di dasar laut Samudera Hindia (sebelah barat Aceh) telah 10 tahun berlalu. Bencana tsunami itu mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Visi dari pembangunan kesehatan di Indonesia adalah menciptakan penduduk yang hidup dalam lingkungan sehat dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau

Lebih terperinci

Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur

Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 368 Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur Fahrani Widya Iswara dan Hari Purnomo Departemen Arsitektur,

Lebih terperinci

Optimasi (Equal) Site Layout Menggunakan Multi Objectives Function Pada Proyek The Samator Surabaya

Optimasi (Equal) Site Layout Menggunakan Multi Objectives Function Pada Proyek The Samator Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Optimasi (Equal) Site Layout Menggunakan Multi Objectives Function Pada Proyek The Samator Surabaya Akhmad Alkhabib, Trijoko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2004 yang melanda Aceh dan sekitarnya. Menurut U.S. Geological

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2004 yang melanda Aceh dan sekitarnya. Menurut U.S. Geological BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana alam. Salah satu bencana paling fenomenal adalah terjadinya gempa dan tsunami pada tahun 2004 yang melanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersedia (Pemerintah Republik Indonesia, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. tersedia (Pemerintah Republik Indonesia, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang No. 26 tahun 2007 mengamanatkan perlunya suatu perencanaan pembangunan yang berbasis penatagunaan ruang yang mengharuskan setiap daerah menyusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruhnya akibat pengaruh bencana tsunami. Pembangunan permukiman kembali

BAB I PENDAHULUAN. seluruhnya akibat pengaruh bencana tsunami. Pembangunan permukiman kembali BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permukiman kembali masyarakat pesisir di Desa Kuala Bubon Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat merupakan upaya membangun kembali permukiman masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di sepanjang pesisir barat pulau Sumatera bagian tengah. Provinsi ini memiliki dataran seluas

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS NETWORK ANALYST

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS NETWORK ANALYST LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS NETWORK ANALYST STUDI KASUS: RUTE PELAYANAN MASYARAKAT DI KECAMATAN SEMARANG UTARA Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Geografis (TKP 350)

Lebih terperinci

Analisis Aksesibilitas Shelter Evakuasi Tsunami di Kota Padang Berbasis Sistem Informasi Geografis

Analisis Aksesibilitas Shelter Evakuasi Tsunami di Kota Padang Berbasis Sistem Informasi Geografis Analisis Aksesibilitas Shelter Evakuasi Tsunami di Kota Padang Berbasis Sistem Informasi Geografis Nia Rahmadhani 1), Andri Suprayogi, ST., MT 2),L.M. Sabri, ST.,MT 3), ABSTRAK Tsunami adalah gelombang

Lebih terperinci

EVALUASI KAPASITAS SHELTER EVAKUASI UNTUK BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)

EVALUASI KAPASITAS SHELTER EVAKUASI UNTUK BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) EVALUASI KAPASITAS SHELTER EVAKUASI UNTUK BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) Ahmad Ade Kurniawan Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau

Lebih terperinci

KAJIA PE E TUA LOKASI SHELTER U TUK EVAKUASI TSU AMI BERDASARKA A ALISIS SERVICE AREA DI KOTA PACITA

KAJIA PE E TUA LOKASI SHELTER U TUK EVAKUASI TSU AMI BERDASARKA A ALISIS SERVICE AREA DI KOTA PACITA KAJIA PE E TUA LOKASI SHELTER U TUK EVAKUASI TSU AMI BERDASARKA A ALISIS SERVICE AREA DI KOTA PACITA Sigit Sutikno Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Riau Jl. HR Soebrantas Km 12.5 Pekanbaru

Lebih terperinci

Analisis Nilai Pasar Tanah Perumahan Kawasan Industri Tuban (KIT) dengan Metode Pengembangan Lahan

Analisis Nilai Pasar Tanah Perumahan Kawasan Industri Tuban (KIT) dengan Metode Pengembangan Lahan JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-98 Analisis Nilai Pasar Tanah Perumahan Kawasan Industri Tuban (KIT) dengan Metode Pengembangan Lahan Devi Santi Maharani dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Analisis Kerentanan 3.1.1 Kerentanan wilayah Secara keseluruhan, diagram alir pada analisis kerantanan wilayah dilakukan berdasarkan diagram alir pada gambar 3.1 Peta

Lebih terperinci

Pengaruh Penataan Bangunan dan Lingkungan Terhadap Resiko Bencana Kebakaran Di Kelurahan Nyamplungan Kota Surabaya

Pengaruh Penataan Bangunan dan Lingkungan Terhadap Resiko Bencana Kebakaran Di Kelurahan Nyamplungan Kota Surabaya C198 Pengaruh Penataan Bangunan Lingkungan Terhadap Resiko Bencana Kebakaran Di Kelurahan Nyamplungan Kota Surabaya Arimudin Nurtata Adjie Pamungkas Jurusan Perencanaan Wilayah Kota, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau utama dan ribuan pulau kecil disekelilingnya. Dengan 17.508 pulau, Indonesia menjadi negara

Lebih terperinci

Pengaruh Keberadaan Apartemen Terhadap Kinerja Jalan Arief Rahman Hakim Surabaya

Pengaruh Keberadaan Apartemen Terhadap Kinerja Jalan Arief Rahman Hakim Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-202 Pengaruh Keberadaan Apartemen Terhadap Kinerja Jalan Arief Rahman Hakim Surabaya Yani Triyandani dan Sardjito Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi di dunia berdampak pada gaya hidup manusia. Hal tersebut juga mendorong berkembangnya bisnis jasa layanan pesan antar (delivery) yang saat ini

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kawasan Pantai Utara Surabaya merupakan wilayah pesisir yang memiliki karakteristik topografi rendah sehingga berpotensi terhadap bencana banjir rob. Banjir rob ini menyebabkan

Lebih terperinci

Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya

Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya C389 Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya Elpidia Agatha Crysta dan Yanto Budisusanto Departemen Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

Penyebab Tsunami BAB I PENDAHULUAN

Penyebab Tsunami BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana adalah peristiwa/rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor

Lebih terperinci

Penentuan Kawasan Agropolitan berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Kabupaten Malang

Penentuan Kawasan Agropolitan berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Kabupaten Malang JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN : 2337-3539 (2301-9271 Print) C-156 Penentuan Kawasan Agropolitan berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Chikita Yusuf Widhaswara dan Sardjito

Lebih terperinci

PETA MIKROZONASI PENGARUH TSUNAMI KOTA PADANG

PETA MIKROZONASI PENGARUH TSUNAMI KOTA PADANG PETA MIKROZONASI PENGARUH TSUNAMI KOTA PADANG Nama : I Made Mahajana D. NRP : 00 21 128 Pembimbing : Ir. Theodore F. Najoan, M. Eng. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL BANDUNG ABSTRAK Pesisir pantai

Lebih terperinci

PENGGUNAAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR SKALA 1:5.000 KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN

PENGGUNAAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR SKALA 1:5.000 KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-399 PENGGUNAAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR SKALA 1:5.000 KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN

Lebih terperinci

Abstrak PENDAHULUAN.

Abstrak PENDAHULUAN. PENENTUAN BATAS PENGELOLAAN WILAYAH LAUT DAERAH ANTARA PROVINSI JAWA TIMUR DAN PROVINSI BALI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 PENENTUAN BATAS PENGELOLAAN WILAYAH LAUT DAERAH

Lebih terperinci

BAB II SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL UNTUK IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN BANJIR

BAB II SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL UNTUK IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN BANJIR BAB II SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL UNTUK IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN BANJIR 2.1 Faktor Penyebab Banjir Banjir adalah aliran/genangan air yang menimbulkan kerugian ekonomi atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Bencana Bencana merupakan suatu peristiwa yang menyebabkan timbulnya kerugian dan korban jiwa. Indonesia juga mengalami beberapa bencana alam maupun bencana akibat

Lebih terperinci

Alhuda Rohmatulloh

Alhuda Rohmatulloh Dosen Pembimbing: Dr. ing. Ir. Haryo Sulistyarso Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2012 Alhuda Rohmatulloh 3608100061

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 232 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Setelah data dan hasil analisis penelitian diperoleh kemudian di dukung oleh litelature penelitian yang relevan, maka tiba saatnya menberikan penafsiran dan pemaknaan

Lebih terperinci

Optimasi Tata Letak Fasilitas Menggunakan Metode Multi Objective Function pada Pembangunan Proyek Apartemen Nine Residence Jakarta

Optimasi Tata Letak Fasilitas Menggunakan Metode Multi Objective Function pada Pembangunan Proyek Apartemen Nine Residence Jakarta JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-114 Optimasi Tata Letak Fasilitas Menggunakan Metode Multi Objective Function pada Pembangunan Proyek Apartemen Nine Residence

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) A-534

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) A-534 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-534 Rancang Bangun Sistem Navigasi Indoor Berbasis Integrasi Symbolik Location Model dan Wifi Based Positioning System Untuk

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) A380 Analisis Metode Delineasi pada Citra Resolusi Tinggi dalam Pembuatan Kadaster Lengkap Arinda Kusuma Wardani, Agung Budi Cahyono, dan Dwi Budi Martono Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) merupakan kesatuan hidrologi yang kompleks dan terdiri dari berbagai komponen. Komponen-komponen tersebut terdiri atas manusia, iklim, tanah,

Lebih terperinci

Tingkat Pelayanan Fasilitas Pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Atas di Kabupaten Sidoarjo

Tingkat Pelayanan Fasilitas Pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Atas di Kabupaten Sidoarjo JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-197 Tingkat Pelayanan Fasilitas Pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Atas di Kabupaten Sidoarjo Sisca Henlita, Ketut Dewi Martha

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 186 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdaasarkan hasil analisis dari tingkat risiko bencana dapat disimpulkan bahaya faktor utama dalam menentukan risiko bahaya gempa bumi di kota bengkulu

Lebih terperinci

Penentuan Rute Angkutan Umum Berbasis Transport Network Simulator di Kecamatan Candi dan Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo

Penentuan Rute Angkutan Umum Berbasis Transport Network Simulator di Kecamatan Candi dan Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-224 Penentuan Rute Angkutan Umum Berbasis Transport Network Simulator di Kecamatan Candi dan Kecamatan Sidoarjo Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah tumbukan tiga lempeng tektonik besar, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah tumbukan tiga lempeng tektonik besar, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan daerah tumbukan tiga lempeng tektonik besar, yaitu Lempeng Hindia-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Lempeng Eurasia dan Hindia- Australia bertumbukan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak diantara tiga lempeng utama dunia, yaitu Lempeng Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10 cm per tahun,

Lebih terperinci

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif xvii Ringkasan Eksekutif Pada tanggal 30 September 2009, gempa yang berkekuatan 7.6 mengguncang Propinsi Sumatera Barat. Kerusakan yang terjadi akibat gempa ini tersebar di 13 dari 19 kabupaten/kota dan

Lebih terperinci

Studi Perbandingan GPS CORS Metode RTK NTRIP dan Total Station dalam Pengukuran Volume Cut and Fill

Studi Perbandingan GPS CORS Metode RTK NTRIP dan Total Station dalam Pengukuran Volume Cut and Fill JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Jun, 2013) ISSN: 2301-9271 1 Studi Perbandingan GPS CORS Metode RTK NTRIP dan Total Station dalam Pengukuran Volume Cut and Fill Firman Amanullah dan Khomsin Jurusan

Lebih terperinci

Penentuan Batas Pengelolaan Wilayah Laut Antara Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

Penentuan Batas Pengelolaan Wilayah Laut Antara Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 G199 Penentuan Batas Pengelolaan Wilayah Laut Antara Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Rainhard S Simatupang 1), Khomsin 2) Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Gorontalo merupakan salah satu kota di Indonesia yang rawan terjadi banjir. Hal ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi berkisar antara 106 138mm/tahun,

Lebih terperinci

Penggunaan Sig Untuk Pemetaan Jalur Evakuasi Bencana Tsunami Di Desa Tonggolobibi Kecamatan Sojol Kabupaten Donggala

Penggunaan Sig Untuk Pemetaan Jalur Evakuasi Bencana Tsunami Di Desa Tonggolobibi Kecamatan Sojol Kabupaten Donggala 1 Penggunaan Sig Untuk Pemetaan Jalur Evakuasi Bencana Tsunami Di Desa Tonggolobibi Kecamatan Sojol Kabupaten Donggala NURFAIDA A 351 11 036 JURNAL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Optimasi Site Layout Menggunakan Multi-Objectives Function pada Proyek Pembangunan Transmart Rungkut Surabaya

Optimasi Site Layout Menggunakan Multi-Objectives Function pada Proyek Pembangunan Transmart Rungkut Surabaya JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-22 Optimasi Layout Menggunakan Multi-Objectives Function pada Proyek Pembangunan Transmart Rungkut Surabaya Handi Destianno Adhika

Lebih terperinci

Penentuan Tingkat Kerentanan dan Ketahanan Ekonomi Kawasan Pesisir Banda Aceh Berdasarkan Berbagai Aspek Resiliensi Ekonomi

Penentuan Tingkat Kerentanan dan Ketahanan Ekonomi Kawasan Pesisir Banda Aceh Berdasarkan Berbagai Aspek Resiliensi Ekonomi 1 Penentuan Tingkat Kerentanan dan Ketahanan Kawasan Pesisir Banda Aceh Berdasarkan Berbagai Aspek Resiliensi Reza Satria dan Dian Rahmawati Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN BERBASIS MITIGASI BENCANA

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN BERBASIS MITIGASI BENCANA TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 13 PERENCANAAN TATA RUANG BERBASIS MITIGASI BENCANA GEOLOGI 1. Pendahuluan Perencanaan tataguna lahan berbasis mitigasi bencana geologi dimaksudkan untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Indonesia merupakan salah satu negara dengan kondisi geologis yang secara tektonik sangat labil karena dikelilingi oleh Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu kota pada mulanya berawal dari suatu pemukiman kecil, yang secara spasial mempunyai lokasi strategis bagi kegiatan perdagangan (Sandy,1978). Seiring dengan perjalanan

Lebih terperinci

ANALISA BATAS DAERAH ALIRAN SUNGAI DARI DATA ASTER GDEM TERHADAP DATA BPDAS (STUDI KASUS : SUB DAS BUNGBUNTU DAS TAROKAM)

ANALISA BATAS DAERAH ALIRAN SUNGAI DARI DATA ASTER GDEM TERHADAP DATA BPDAS (STUDI KASUS : SUB DAS BUNGBUNTU DAS TAROKAM) ANALISA BATAS DAERAH ALIRAN SUNGAI DARI DATA ASTER GDEM TERHADAP DATA BPDAS (STUDI KASUS : SUB DAS BUNGBUNTU DAS TAROKAM) Yogyrema Setyanto Putra, Muhammad Taufik Program Studi Teknik Geomatika, Fakultas

Lebih terperinci

Perencanaan Evakuasi

Perencanaan Evakuasi Perencanaan Evakuasi Menyelamatkan diri dari tsunami adalah persoalan keluar dari jangkauan gelombang tsunami dan air genangan tepat pada waktunya. Apakah Perencanaan Evakuasi itu? Prinsip-prinsip dalam

Lebih terperinci

KAJIAN KONFIGURASI SHELTER UNTUK RENCANA EVAKUASI TSUNAMI DI KOTA CILACAP, JAWA TENGAH BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

KAJIAN KONFIGURASI SHELTER UNTUK RENCANA EVAKUASI TSUNAMI DI KOTA CILACAP, JAWA TENGAH BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS KAJIAN KONFIGURASI SHELTER UNTUK RENCANA EVAKUASI TSUNAMI DI KOTA CILACAP, JAWA TENGAH BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Ade Putra, Sigit Sutikno, Trimaijhon Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAHAN... ii. LEMBAR PERNYATAAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAHAN... ii. LEMBAR PERNYATAAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii INTISARI... xvi ABSTRACT... xvii BAB I... 1 PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

PENERAPAN EMERGENCY RESPONSE PLAN PADA GEDUNG PERKANTORAN DAN PERDAGANGAN PROYEK PT. TATA. Oleh: Inggi Irawan ( )

PENERAPAN EMERGENCY RESPONSE PLAN PADA GEDUNG PERKANTORAN DAN PERDAGANGAN PROYEK PT. TATA. Oleh: Inggi Irawan ( ) PENERAPAN EMERGENCY RESPONSE PLAN PADA GEDUNG PERKANTORAN DAN PERDAGANGAN PROYEK PT. TATA Oleh: Inggi Irawan (6505 040 0) Latar Belakang TATA adalah suatu perusahaan yang bertindak di bidang konstruksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dibentuk oleh tiga lempeng utama dunia, yakni Lempeng Pasifik, Lempeng Indo-Australia, serta Lempeng Eurasia. Konvergensi antara ketiga lempeng ini membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di bumi terdapat kira-kira 1,3 1,4 milyar km³ air : 97,5% adalah air laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, yang terletak di dataran pantai Utara Jawa. Secara topografi mempunyai keunikan yaitu bagian Selatan berupa pegunungan

Lebih terperinci

Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development

Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development C481 Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development Virta Safitri Ramadhani dan Sardjito Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Studi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen

Studi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-47 Studi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen Rendy Prasetya Rachman dan Wahju Herijanto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

Penentuan Prioritas Pengembangan KAPET DAS KAKAB Di Kabupaten Barito Selatan

Penentuan Prioritas Pengembangan KAPET DAS KAKAB Di Kabupaten Barito Selatan JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-158 Penentuan Prioritas Pengembangan KAPET DAS KAKAB Di Kabupaten Barito Selatan Andrea Yuandiney dan Eko Budi Santoso Program

Lebih terperinci

Pengembangan Kawasan Andalan Probolinggo- Pasuruan-Lumajang Melalui Pendekatan Peningkatan Efisiensi

Pengembangan Kawasan Andalan Probolinggo- Pasuruan-Lumajang Melalui Pendekatan Peningkatan Efisiensi JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (0) ISSN: 7-59 (0-97 Print) C-8 Pengembangan Kawasan Andalan Probolinggo- Pasuruan-Lumajang Melalui Pendekatan Reza P. Adhi dan Eko Budi Santoso Program Studi Perencanaan

Lebih terperinci

Clustering Permukiman Kumuh di Kawasan Pusat Kota Surabaya

Clustering Permukiman Kumuh di Kawasan Pusat Kota Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-172 Clustering Permukiman Kumuh di Kawasan Pusat Kota Surabaya Patrica Bela Barbara dan Ema Umilia Jurusan Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG Oleh : Muhammad 3615100007 Friska Hadi N. 3615100010 Muhammad Luthfi H. 3615100024 Dini Rizki Rokhmawati 3615100026 Klara Hay 3615100704 Jurusan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berada di wilayah rawan bencana. Dalam dekade terakhir sudah cukup banyak bencana yang melanda negeri ini. Gempa bumi, gunung meletus,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia akhir-akhir ini. Berdasarkan data Wahana Lingkungan Hidup (WALHI)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia akhir-akhir ini. Berdasarkan data Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana alam seakan sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia akhir-akhir ini. Berdasarkan data Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) pada Nopember 2010 (seperti

Lebih terperinci

Perbandingan Penentuan Volume Suatu Obyek Menggunakan Metode Close Range Photogrammetry Dengan Kamera Non Metrik Terkalibrasi Dan Pemetaan Teristris

Perbandingan Penentuan Volume Suatu Obyek Menggunakan Metode Close Range Photogrammetry Dengan Kamera Non Metrik Terkalibrasi Dan Pemetaan Teristris JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (20XX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 1 Perbandingan Penentuan Volume Suatu Obyek Menggunakan Metode Close Range Photogrammetry Dengan Kamera Non Metrik Terkalibrasi

Lebih terperinci

BAB 3 PERUMUSAN INDIKATOR - INDIKATOR BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG

BAB 3 PERUMUSAN INDIKATOR - INDIKATOR BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG BAB 3 PERUMUSAN INDIKATOR - INDIKATOR BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG Pada bahagian ini akan dilakukan perumusan indikator indikator dari setiap faktor faktor dan sub faktor risiko bencana yang sudah dirumuskan

Lebih terperinci

Permodelan Tsunami dan Implikasinya Terhadap Mitigasi Bencana di Kota Palu

Permodelan Tsunami dan Implikasinya Terhadap Mitigasi Bencana di Kota Palu 2013 Biro Penerbit Planologi Undip Volume 9 (2): 174-182 Juni 2013 Permodelan Tsunami dan Implikasinya Terhadap Mitigasi Bencana di Kota Palu Rahmat Aris Pratomo1, Iwan Rudiarto2 Diterima : 1 April 2013

Lebih terperinci

Analisis Kondisi Hidrologi Daerah Aliran Sungai Kedurus untuk Mengurangi Banjir Menggunakan Model Hidrologi SWAT

Analisis Kondisi Hidrologi Daerah Aliran Sungai Kedurus untuk Mengurangi Banjir Menggunakan Model Hidrologi SWAT JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN : 2337-3539 (2301-9271 Print) C-107 Analisis Kondisi Hidrologi Daerah Aliran Sungai Kedurus untuk Mengurangi Banjir Menggunakan Model Hidrologi SWAT Santika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana alam yang terjadi tidak bisa diprediksi dengan pasti. Diperlukan perencanaan tanggap darurat untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana yang muncul.

Lebih terperinci

Kriteria Pengembangan Kota Banjarbaru Sebagai Pusat Pemerintahan

Kriteria Pengembangan Kota Banjarbaru Sebagai Pusat Pemerintahan JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271 1 Kriteria Pengembangan Kota Banjarbaru Sebagai Pusat Pemerintahan Ivana Putri Yustyarini dan Rulli Pratiwi Swtiawan Jurusan Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

Penerapan Healing Architecture dalam Desain Rumah Sakit

Penerapan Healing Architecture dalam Desain Rumah Sakit JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G-11 Penerapan Healing Architecture dalam Desain Rumah Sakit Asma, Arinal Haq, dan Erwin Sudarma Jurusan Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi telah menjadi salah satu kebutuhan penting dalam kegiatan sehari-hari di kehidupan bermasyarakat. Kemajuan teknologi informasi yang ada sekarang,

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) D-73

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) D-73 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-73 Analisis Produktivitas Maksimum Penggunaan Lahan dengan Metode Highest and Best Use (HBU) pada Lahan Kosong di Kawasan Perumahan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No.2, (2015) ISSN: ( Print) C-133

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No.2, (2015) ISSN: ( Print) C-133 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No.2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-133 Kriteria Zona Industri Pendukung Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten Tuban Naya Cinantya Drestalita dan Dian Rahmawati

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Jalur Pedestrian di Kota Surabaya (Studi Kasus: Jl. Pemuda)

Analisis Kinerja Jalur Pedestrian di Kota Surabaya (Studi Kasus: Jl. Pemuda) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 E-69 Analisis Kinerja Jalur Pedestrian di Kota Surabaya (Studi Kasus: Jl. Pemuda) Muhlas Hanif Wigananda, Anak Agung Gde Kartika, S.T., M.Sc. Teknik

Lebih terperinci

Analisa Perubahan Kualitas Air Akibat Pembuangan Lumpur Sidoarjo Pada Muara Kali Porong

Analisa Perubahan Kualitas Air Akibat Pembuangan Lumpur Sidoarjo Pada Muara Kali Porong JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Analisa Perubahan Kualitas Air Akibat Pembuangan Lumpur Sidoarjo Pada Muara Kali Porong Gita Angraeni (1), Suntoyo (2), dan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Lahan pada Lokasi Bekas Tambang Tanah Urug di Kecamatan Ngoro, Mojokerto

Pemanfaatan Lahan pada Lokasi Bekas Tambang Tanah Urug di Kecamatan Ngoro, Mojokerto JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-36 Pemanfaatan Lahan pada Lokasi Bekas Tambang Tanah Urug di Kecamatan Ngoro, Mojokerto Linda Purba Ningrum, Ardy Maulidy Navastara

Lebih terperinci

KAJIAN KESESUAIAN MANAJEMEN BENCANA TERHADAP KOMPONEN MANAJEMEN BENCANA PADA KAWASAN RAWAN BENCANA TANAH LONGSOR TINGGI DI KABUPATEN KARANGANYAR

KAJIAN KESESUAIAN MANAJEMEN BENCANA TERHADAP KOMPONEN MANAJEMEN BENCANA PADA KAWASAN RAWAN BENCANA TANAH LONGSOR TINGGI DI KABUPATEN KARANGANYAR KAJIAN KESESUAIAN MANAJEMEN BENCANA TERHADAP KOMPONEN MANAJEMEN BENCANA PADA KAWASAN RAWAN BENCANA TANAH LONGSOR TINGGI DI KABUPATEN KARANGANYAR Oktavian Cendhy Bunga Pratama, Murtanti Jani Rahayu, Rufia

Lebih terperinci

EVALUASI EXISTING BUILDING DAN PEMBUATAN PETA EVAKUASI VERTIKAL TERHADAP TSUNAMI DI KOTA PADANG. Fauzan 1 ABSTRAK

EVALUASI EXISTING BUILDING DAN PEMBUATAN PETA EVAKUASI VERTIKAL TERHADAP TSUNAMI DI KOTA PADANG. Fauzan 1 ABSTRAK VOLUME 7 NO. 2, OKTOBER 2011 EVALUASI EXISTING BUILDING DAN PEMBUATAN PETA EVAKUASI VERTIKAL TERHADAP TSUNAMI DI KOTA PADANG Fauzan 1 ABSTRAK Kota Padang adalahdaerah yang rawangempadan tsunami.selaindaerahrawan

Lebih terperinci

Review Jurnal. Sistem Informasi Geografis Untuk Pemetaan Daerah Rawan Gempa Tektonik dan Jalur Evakuasi di Yogyakarta.

Review Jurnal. Sistem Informasi Geografis Untuk Pemetaan Daerah Rawan Gempa Tektonik dan Jalur Evakuasi di Yogyakarta. Review Jurnal Sistem Informasi Geografis Untuk Pemetaan Daerah Rawan Gempa Tektonik dan Jalur Evakuasi di Yogyakarta Disusun oleh: Nama : 1. Septhea Pradina M (K3513063) 2. Sri Puji Lestari (K3513067)

Lebih terperinci

Ayesa Pitra Andina JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

Ayesa Pitra Andina JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014 Ayesa Pitra Andina 3510100044 JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014 Latar Belakang Pengembangan Kawasan a PESISIR Aksesbilitas

Lebih terperinci

RUANG TERBUKA SEBAGAI RUANG EVAKUASI BENCANA TSUNAMI (Studi Kasus: Daerah Rawan Tsunami Kabupaten Kulonprogo) TUGAS AKHIR

RUANG TERBUKA SEBAGAI RUANG EVAKUASI BENCANA TSUNAMI (Studi Kasus: Daerah Rawan Tsunami Kabupaten Kulonprogo) TUGAS AKHIR RUANG TERBUKA SEBAGAI RUANG EVAKUASI BENCANA TSUNAMI (Studi Kasus: Daerah Rawan Tsunami Kabupaten Kulonprogo) TUGAS AKHIR Oleh : BIMA SAKTI L2D005352 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

Analisa Penetapan Harga Jual Unit Rumah Di Perumahan Pakuwon City Surabaya

Analisa Penetapan Harga Jual Unit Rumah Di Perumahan Pakuwon City Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol.3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-65 Analisa Penetapan Harga Jual Unit Rumah Di Perumahan Pakuwon City Surabaya Nila Oktafia, Retno Indryani dan Yusronia Eka

Lebih terperinci

SISTEM MITIGASI BANJIR BENGAWAN SOLO BERBASIS J2ME

SISTEM MITIGASI BANJIR BENGAWAN SOLO BERBASIS J2ME SISTEM MITIGASI BANJIR BENGAWAN SOLO BERBASIS J2ME Atik khoiriyah 1, Ir. Wahjoe Tjatur S., M.T 2, Arna Fariza, S. Kom, M. Kom 2, Yuliana Setiowati, S.Kom, M.Kom 2 Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika 1,

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) D122 Evaluasi Timbulnya Genangan Pada Catchment Area Sistem Pematusan Greges Yang Dilayani Rumah Pompa Greges Di Rayon Genteng Surabaya Januar Catur Putranto dan Mas Agus Mardyanto Jurusan Teknik Lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahaya gempabumi cukup tinggi. Tingginya ancaman gempabumi di Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. bahaya gempabumi cukup tinggi. Tingginya ancaman gempabumi di Kabupaten BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Bantul merupakan salah satu wilayah yang memiliki ancaman bahaya gempabumi cukup tinggi. Tingginya ancaman gempabumi di Kabupaten Bantul telah dibuktikan

Lebih terperinci

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-218 Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya Mia Ermawati dan Ema Umilia

Lebih terperinci

PEMINTAKATAN TINGKAT RISIKO BENCANA TSUNAMI DI PESISIR KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN

PEMINTAKATAN TINGKAT RISIKO BENCANA TSUNAMI DI PESISIR KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 1 PEMINTAKATAN TINGKAT RISIKO BENCANA TSUNAMI DI PESISIR KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN Alhuda Rohmatulloh dan Haryo Sulistyarso Program

Lebih terperinci

PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado

PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado Windy J. Mononimbar Program Studi Arsitektur dan Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

Identifikasi Tipologi berdasarkan Karakteristik Sempadan Sungai di Kecamatan Semampir

Identifikasi Tipologi berdasarkan Karakteristik Sempadan Sungai di Kecamatan Semampir JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-254 Identifikasi Tipologi berdasarkan Karakteristik Sempadan Sungai di Kecamatan Semampir Della Safira dan Ema Umilia Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Dalam Rencana Umum Nasional Keselamatan (RUNK) Jalan 2011-2035, World Health Organization (WHO) telah mempublikasikan bahwa kematian akibat kecelakaan di

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis Potensi Produktivitas Pertambakan Di Kota Surabaya

Sistem Informasi Geografis Potensi Produktivitas Pertambakan Di Kota Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN: 2301-9271 1 Sistem Informasi Geografis Potensi Produktivitas Pertambakan Di Kota Permadi dan Teguh Hariyanto Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik

Lebih terperinci