BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah tumbukan tiga lempeng tektonik besar, yaitu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah tumbukan tiga lempeng tektonik besar, yaitu"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan daerah tumbukan tiga lempeng tektonik besar, yaitu Lempeng Hindia-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Lempeng Eurasia dan Hindia- Australia bertumbukan di lepas pantai barat Pulau Sumatera, lepas pantai selatan Pulau Jawa, lepas pantai selatan Kepulauan Nusa Tenggara, dan berbelok ke arah utara ke Perairan Maluku sebelah selatan. Antara Lempeng Hindia-Australia dan Pasifik terjadi tumbukan di sekitar Pulau Papua. Di sekitar lokasi tumbukan lempeng tektonik tersebut terakumulasi energi elektromagnetik sampai pada suatu saat ketika lapisan Bumi tidak lagi sanggup menahan tumpukan energi sehingga lepas berupa gempabumi. Selanjutnya jika gempabumi terjadi di bawah laut dan ada dislokasi vertikal di dasar laut, maka akan mengakibatkan tsunami (Sunarto, 2010). Zona subduksi dilepas pantai selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang berpotensi terjadi gempa-gempa besar yang dapat menyebabkan terjadinya tsunami. Gempa-gempa tersebut merupakan dampak dari pergerakan Lempeng Hindia-Australia yang relatif bergerak ke utara dengan kecepatan sekitar 70 mm / tahun menunjam ke bawah Lempeng Eurasia yang relatif diam (Hadi, 2012). Dalam kurun waktu 17 tahun telah terjadi dua kali tsunami yang cukup besar di Selatan Jawa, yaitu tsunami Banyuwangi 1994 dengan kekuatan gempa 7,8 SR ketinggian gelombang 13,9 meter dan tsunami Pangandaran 2006 dengan 1

2 kekuatan gempa 7,7 SR ketinggian gelombang 10 meter. Berdasarkan simulasi BNPB, wilayah ini memiliki potensi untuk terlanda tsunami dengan momen magnitude 7,5 8,0 SR mempunyai tinggi maksimum tsunami antara 5 15 meter dan waktu tiba sekitar menit serta periode ulang antara tahunan. Untuk kondisi ekstrem lokasi dapat dilanda tsunami dengan tinggi 25 meter kekuatan gempabumi 8,5 SR dengan periode ulang 250 tahun (BNPB, 2012). Oleh karena itu, bahaya geologis berupa gempabumi dan tsunami menjadi salah satu ancaman bencana yang nyata di pesisir pantai selatan Jawa salah satunya di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kejadian bencana ini tidak terlalu sering terjadi dibandingkan dengan bencana hidrometeorologis. Akan tetapi, dampak yang ditimbulkannya sangat merusak dan menimbulkan korban jiwa yang banyak. Korban dan kerusakan yang timbul pada umumnya disebabkan karena kurangnya kesiapsiagaan dalam menghadapi bahaya. Kurangnya kemampuan dalam mengantisipasi bencana salah satunya terlihat dari belum optimalnya perencanaan tata ruang dan perencanaan pembangunan yang kurang memperhatikan risiko bencana. Minimnya fasilitas jalur dan tempat evakuasi warga juga merupakan contoh lain kurangnya kemampuan dalam menghadapi bencana. Jaringan jalan memiliki fungsi sebagai katalisator dalam pertumbuhan dan perkembangan di suatu wilayah. Jaringan jalan secara fisik mendukung dan mempermudah kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik sosial maupun ekonomi. Jaringan jalan akan berkembang mengikuti perubahan kebutuhan sosial ekonomi manusia tersebut (Munawar, 2007). Terjadinya bencana 2

3 alam di suatu daerah mengharuskan adanya jaringan jalan khusus yang dikembangkan sebagai upaya mitigasi dalam menghadapi potensi bencana yang terdapat di daerah tersebut. Pengembangan jaringan jalan sebagai upaya mitigasi bencana dapat berupa penataan jaringan jalan yang memungkinkan pergerakan efisien, lancar, aman, teratur dan menuju ke tempat evakuasi yang dianggap aman dari bencana. Dengan demikian, korban jiwa dan kerugian materi yang diakibatkan oleh bencana dapat diminimalkan. Karakter pesisir Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta cenderung landai, datar dan sebagian sedikit berbukit terutama di sepanjang pesisir pantai dengan elevasi ketinggian rata-rata 2-8 meter di atas permukaan laut. Beberapa daerah ditemukan mempunyai elevasi curam, akibat kuatnya arus air laut selatan Yogyakarta. Pada 17 Juli 2006 gempa tektonik berkekuatan 7,7 Skala Richter yang terjadi di selatan Pantai Pangandaran Jawa Barat menghasilkan gelombang tsunami. Kawasan Pesisir Pantai Kabupaten Bantul terkena dampak tsunami dengan run-up ketinggian 3,4 meter dan terjadi kurang dari satu menit (Mardiyanto et al., 2013). Sebagian besar daerah tidak terbangun dan beberapa daerah yang terletak di bagian elevasi paling rendah tergenang tsunami karena gelombang tsunami dapat mencapai langsung dan bukit pasir yang memiliki peran penting sebagai penghalang alami dan bertindak sebagai pemutus air telah berkurang (Santosa et al., 2010). Di wilayah Kabupaten Bantul yang rawan akan bencana tsunami, terdapat rencana pembangunan Jalan Jalur Lintas Selatan (JJLS) memanjang dari barat ke timur sejajar dengan garis pantai Samudra Hindia di Daerah Istimewa 3

4 Yogyakarta. JJLS direncanakan akan melewati Kabupaten Bantul sepanjang 21 km. Pembangunan JLSS dilatarbelakangi oleh kondisi jalan lingkar selatan yang sudah tidak feasible lagi untuk digunakan mengingat ruas jalan yang ada sudah tidak sebanding dengan volume kendaraan yang melintas tiap harinya serta ketimpangan pertumbuhan wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecenderungan perkembangan Daerah Istimewa Yogyakarta ke arah utara dan timur laut, sedangkan perkembangan ke arah selatan relatif sedikit. Kesenjangan ini terjadi karena kawasan selatan memiliki keterbatasan aksesibilitas, minimnya dukungan prasarana dan sarana seperti jaringan jalan, telekomunikasi, listrik, serta belum memadainya sumber daya manusia di samping karena keadaan topografis dan geografis di wilayah pesisir Selatan Jawa yang mengakibatkan rendahnya perkembangan tingkat perekonomian di pesisir selatan. Diharapkan dengan adanya pembangunan jalan dapat memperlancar akses masyarakat guna menciptakan kesejahtaraan serta meningkatkan pemerataan pembangunan (Listyawati, 2011). Pola jaringan jalan yang sejajar dengan pantai menyulitkan evakuasi bencana tsunami karena sejauh apapun usaha penduduk berjalan untuk menyelamatkan diri, mereka tidak semakin menjauhi pantai. Selain itu saat terjadi bencana, terdapat titik-titik kemacetan lalulintas karena volume jalan melebihi kapasitasnya. Kelebihan kapasitas ini diakibatkan seluruh masyarakat bergerak bersamaan secara tidak teratur dari tempatnya berada menuju lokasi yang dianggap lebih aman pada saat terjadi tsunami. Pada JJLS yang merupakan jalan nasional dengan status jalan kolektor primer (RTRW Kabupaten Bantul

5 2030) akan dilewati kendaraan besar jarak jauh seperti bus dan truk. Saat terjadi bencana tsunami, kendaraan besar tersebut tidak dapat langsung menjauhi pesisir melewati jalan desa atau jalan lingkungan yang tegak lurus dengan JJLS karena lebar dan kondisi jalan tidak memenuhi. Oleh karena itu, JJLS perlu dilengkapi dengan jalan koridor yang memiliki lebar serta kondisi jalan yang memenuhi untuk dilewati kendaraan besar jarak jauh seperti bus dan truk untuk mempermudah pergerakan pengguna jalan JJLS pada saat bencana tsunami. Dengan adanya jalan koridor tersebut maka pergerakan akan menjadi divergen atau menyebar sehingga mengurangi titik-titik kemacetan dan semakin sedikit waktu yang diperlukan untuk upaya evakuasi. Jaringan jalan yang baik pada wilayah yang rawan bencana tsunami harus mampu mengkomodasi upaya mitigasi untuk meminimalkan korban jiwa dan kerugian bila terjadi bencana tsunami. Salah satu upaya mitigasi tersebut berupa pengembangan jaringan jalan yang sudah ada agar dapat digunakan saat evakuasi bila terjadi bencana tsunami. Menyadari pentingnya hal tersebut, penelitian ini mencoba melakukan evaluasi jaringan jalan evakuasi dari bencana tsunami di sekitar Jalan Jalur Lintas Selatan di Kabupaten Bantul. 1.2 Permasalahan Penelitian Karakter pesisir dari Kabupaten Bantul cenderung landai, datar dan sebagian sedikit berbukit terutama di sepanjang pesisir pantai dengan elevasi ketinggian rata-rata 2-8 meter di atas permukaan laut. Kondisi topografi tersebut menyebabkan kawasan tersebut menjadi sangat rentan terhadap ancaman tsunami. 5

6 Terdapat rencana pembangunan JJLS di kawasan pesisir Kabupaten Bantul yang sejajar garis pantai. Pola jaringan jalan tersebut akan menyulitkan evakuasi karena sejauh apapun usaha pengguna jalan menyelamatkan diri dari tsunami, mereka tidak semakin menjauhi pantai. JJLS yang merupakan jalan nasional dengan status jalan kolektor primer akan dilewati kendaraan besar jarak jauh seperti bus dan truk. Saat terjadi bencana tsunami, kendaraan besar tersebut tidak dapat langsung menjauhi pesisir melewati jalan desa atau jalan lingkungan yang tegak lurus dengan JJLS karena lebar dan kondisi jalan tidak memenuhi. Dengan demikian rumusan permasalahan utama dalam penelitian ini adalah Jalan Jalur Lintas Selatan Kabupaten Bantul belum mendukung upaya mitigasi bencana tsunami. Dari rumusan masalah tersebut pertanyaan penelitian (research question) adalah bagaimana perencanaan jaringan jalan berdasarkan mitigasi bencana tsunami di sekitar Jalan Jalur Lintas Selatan Kabupaten Bantul? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas maka penelitian ini memiliki maksud mengevaluasi jaringan jalan di sekitar (JJLS) Kabupaten Bantul sebagai salah satu upaya mitigasi bencana tsunami untuk meminimalkan korban jiwa dan kerugian materi Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi Jalan Jalur Lintas Selatan dan jaringan jalan eksisting di sekitar Jalan Jalur Lintas Selatan Kabupaten Bantul. 6

7 2. Membuat simulasi model pengembangan Jalan Jalur Lintas Selatan Kabupaten Bantul yang dapat mendukung upaya mitigasi bencana tsunami dengan menggunakan NetWork Analyst ArcView GIS. 3. Memilih skenario terbaik dan merumuskan kebutuhan pengembangan Jalan Jalur Lintas Selatan Kabupaten Bantul yang dapat mendukung upaya mitigasi bencana tsunami. Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar Manfaat Penelitian Hasil penelitian dengan judul Perencanaan Jaringan Jalan sebagai Salah Satu Upaya Mitigasi Bencana Tsunami di (JJLS) Kabupaten Bantul diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut. 1. Pemahaman kepada masyarakat mengenai peran jaringan jalan sebagai jalur evakuasi saat terjadi bencana alam dapat meminimalkan dampak kerugian. 2. Pengembangan ilmu pengetahuan dalam hal mitigasi bencana non fisik atau non struktural salah satunya berupa perencanaan jaringan jalan sebagai jalur evakuasi saat terjadi bencana alam. 3. Sebagai masukan kepada pemerintah untuk penyusunan perencanaan jaringan jalan kawasan pesisir yang rawan terhadap bencana tsunami di Indonesia. 4. Sebagai masukan kepada pemerintah Kabupaten Bantul dalam menyusun rencana jaringan jalan evakuasi kendaraan besar dari ancaman bencana tsunami di Jalur Jalan Lintas Selatan. 7

8 Latar Belakang : 1. Potensi bencana tsunami di Bantul 2. Jaringan jalan sebagai salah satu upaya mitigasi bencana 3. Rencana pembangunan JJLS yang sejajar dengan garis pantai Rumusan Masalah Rencana Pembangunan JJLS di Kabupaten Bantul yang sejajar dengan garis pantai sehingga menyulitkan evakuasi bencana tsunami Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi Jalan Jalur Lintas Selatan dan jaringan jalan eksisting di sekitar Jalan Jalur Lintas Selatan Kabupaten Bantul a. Lebar jalan b. Bahan material jalan c. Kondisi jalan d. Kecepatan perjalanan Analisis Penelitian Identifikasi Jalan Jalur Lintas Selatan Kabupaten Bantul Identifikasi jaringan jalan eksisting di sekitar Jalan Jalur Lintas Selatan Kabupaten Bantul berdasarkan status, fungsi, bahan, dan kondisi jalan. 2. Menganalisis dan simulasi model pengembangan Jalan Jalur Lintas Selatan Kabupaten Bantul yang dapat mendukung upaya mitigasi bencana tsunami dengan menggunakan NetWork Analyst ArcView GIS. Analisis simulasi model pengembangan Jalan Jalur Lintas Selatan Kabupaten Bantul yang mengakomodir upaya mitigasi bencana tsunami dengan menggunakan NetWork Analyst ArcView GIS 3. Memilih skenario terbaik dan merumuskan kebutuhan pengembangan Jalan Jalur Lintas Selatan Kabupaten Bantul yang dapat mendukung upaya mitigasi bencana tsunami. a. Jalur evakuasi menjauhi garis pantai dan menjauhi aliran sungai. b. Jalur evakuasi tidak melintasi sungai atau jembatan. c. Jalur evakuasi memerlukan rambu-rambu evakuasi untuk memandu pengungsi menuju tempat aman Pemilihan skenario terbaik pengembangan Jalan Jalur Lintas Selatan Kabupaten Bantul yang dapat mendukung upaya mitigasi bencana tsunami. Perumusan kebutuhan pengembangan Jalan Jalur Lintas Selatan Kabupaten Bantul Kesimpulan dan Rekomendasi Gambar 1.1. Kerangka Penelitian 8

9 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian yang berisi tentang evaluasi jaringan jalan evakuasi dari ancaman bencana tsunami di sekitar JJLS Kabupaten Bantul belum pernah dilakukan sebelumnya. Berikut ini tujuh dari penelitian sebelumnya yang dikemukakan oleh penulis berkaitan dengan relevansi substasial yaitu tentang pemodelan jalur evakuasi bencana di daerah yang rawan bencana alam tsunami (Tabel 1.1). Pertama yaitu penelitian yang dilakukan Dewi (2010) di Kota Cilacap yang juga merupakan daerah pesisir Pantai Selatan Jawa. Penelitian berisi tentang penentuan bangunan yang telah ada di Kota Cilacap sebagai tempat evakuasi bencana tsunami berdasarkan kriteria dalam literatur dan pemilihan rute paling efektif berdasarkan waktu tempuh perjalanan untuk evakuasi dari bencana alam tsunami menggunakan network analyst GIS kemudian merumuskan kebutuhan penambahan/pembangunan bangunan shelter untuk evakuasi penduduk. Kedua yaitu penelitian yang dilakukan oleh Suharyanto (2012) di Kota Pacitan yang juga merupakan daerah pesisir Pantai Selatan Jawa. Penelitian berisi tentang penentuan area evakuasi yang aman dari tsunami. Dari area evakuasi yang aman tersebut kemudian akan dianalisis jalur evakuasi dan lokasi shelter sementara ataupun akhir menggunakan metode skoring. Jalur evakuasi dinilai berdasarkan lebar jalan, kondisi jalan dan jumlah orang yang akan melewatinya. Lokasi shelter dinilai berdasarkan lokasi bangunan dari jalan, jumlah lantai, kapasitas bangunan dan fungsi bangunan tersebut. Ketiga yaitu penelitian yang dilakukan oleh Pratomo (2013) di Kota Palu. Penelitian berisi tentang risk assesment bencana tsunami berupa penentuan zona 9

10 bahaya tsunami, zona kerentanan tsunami, dan zona risiko bencana tsunami berdasarkan pemodelan genangan tsunami yang mungkin akan melanda di Kota Palu yang dihitung dari ketinggian gelombang di pantai menggunakan spatial analyst GIS. Dari risk assesment tersebut kemudian disusun langkah mitigasinya berupa penentuan dan jalur evakuasi menggunakan network analyst GIS. Keempat yaitu penelitian yang dilakukan oleh Kim (2013) di Korea. Penelitian berisi tentang penentuan ancaman bencana tsunami di Korea diikuti oleh prediksi genangan tsunami yang akan melanda menggunakan rumus. Dari prediksi genangan tsunami tersebut kemudian menentukan jalur evakuasi dan lokasi shelter evakuasi berdasarkan kriteria dalam teori atau literatur. Kelima yaitu penelitian yang dilakukan oleh Peroche (2014) di Martinique, Perancis. Penelitian berisi tentang pemodelan jalur evakuasi berbasis grafik aksesibilitas menggunakan aplikasi RouteFinder GIS. Keenam yaitu penelitian yang dilakukan oleh Jorge (2014) di Talcahuano, Chili. Penelitian berisi tentang pengaruh perubahan morofologi atau bentuk kota terhadap kemampuan penduduk dalam merespon bencana tsunami. Kemampuan merespon ditunjukkan dalam kecepatan melakukan evakuasi. Waktu tempuh evakuasi dihitung menggunakan pemodelan komputer (agent based model). Ketujuh yaitu penelitian yang dilakukan oleh Mathew (2015) di Seward, Alaska. Penelitian berisi tentang pengaruh tutupan lahan dan pemilihan jalur evakuasi terhadap waktu tempuh evakuasi. Pengaruh tersebut dihitung menggunakan pendekatan Monte Carlo. 10

11 Penelitian yang disusun oleh penulis pada tahun 2015 di Kabupaten Bantul berisi tentang pemilihan jalur evakuasi bencana tsunami dari titik asal sepanjang Jalan Jalur Lintas Selatan (JJLS) Kabupaten Bantul menggunakan network analyst GIS. Kemudian dari skenario jalur evakuasi terpilih tersebut akan dikembangkan sesuai kebutuhan yaitu apakah ruas jalan tersebut perlu dilebarkan atau diperbaiki materialnya untuk mendukung kelancaran proses evakuasi dari bencana tsunami. 11

12 Tabel 1.1. Penelitian Sebelumnya No. Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metode Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Ratna Sari Dewi 2010 Gadjah Mada University and Faculty of Geo- Information and Earth Observation University of Twente A GIS-Based Approach to the Selection of Evacuation Shelter Building dan Routes for Tsunami Risk Reduction (a Case Study of Cilacap Coastal Area, Indonesia) Mengembangkan suatu metode pemilihan jalur evakuasi yang paling efektif menggunakan alat GIS di daerah rawan bencana tsunami Kabupaten Cilacap. - Pemodelan jalur evakuasi yang meliputi aksesibilitas, jangkauan dan penambahan shelter bangunan evakuasi menggunakan GIS. - Dalam menentukan jalur evakuasi menggunakan network analyst GIS - Lokasi penelitian di Cilacap 2. Agus Suharyanto et al 2012 Journal of Environmental Science, Toxicology and Food Technology Predicting Tsunami Inundated Area and Evacuation Road Based on Local Condition Using GIS (a Case Study of Pacitan) Mengetahui area evakuasi, jalur evakuasi dan lokasi shelter berdasarkan kondisi wilayah dan area genangan tsunami. - Area genangan tsunami menggunakan prediksi - Analisis pemilihan jalur evakuasi dan lokasi shelter menggunakan metode kuantitatif yaitu skoring - Area genangan tsunami menggunakan prediksi - Lokasi penelitian di Pacitan - Dalam menentukan rute jalur evakuasi menggunakan skoring dari ruas jalan berupa lebar jalan, kondisi ruas jalan dan jumlah orang yang akan melintas jalan tersebut 3. Rahmat Aris Pratomo 2013 Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota Planologi Undip Volume 9 (2) halaman Pemodelan Tsunami dan Implikasinya Terhadap Mitigasi Bencana di Kota Palu Mengetahui zona genangan tsunami dan implikasinya terhadap kegiatan mitigasi bencana di Kota Palu - Pemodelan genangan tsunami menggunakan spatial analyst tools GIS. - Penentuan lokasi evakuasi serta rute evakuasi menggunakan network analyst GIS - Dalam menentukan jalur evakuasi menggunakan network analyst GIS - Lokasi penelitian di Palu - Penggenangan tsunami dihitung menggunakan rumus 4. Dong Seag Kim et al 2013 Journal of Coastal Research, Special Issue Analysis of Evacuation System on Tsunami Disaster Preventation in Korea Mengetahui area genangan tsunami, jakur evakuasi serta lokasi shelter di Korea - Pemodelan genangan tsunami menggunakan rumus - Penentuan jalur evakuasi dan lokasi shelter menggunakan - - Lokasi penelitian di Korea 12

13 No. Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metode Penelitian Persamaan Perbedaan No. 65 analisis kualitatif berdasarkan teori/literatur 5. M. Peroche 2014 Journal Advance in Geoscience An Accessibility Graph- Based Model to Optmize Tsunami Evacuation Sites and Routes In Martinique, France Mengembangkan aksesibilitas atau jalur evakuasi menuju area aman dari tsunami - Pemodelan jalur evakuasi menggunakan aplikasi route finder GIS - Area genangan tsunami menggunakan prediksi - Lokasi penelitian di Martinique, Perancis - Dalam menentukan jalur evakuasi menggunakan aplikasi route finder GIS 6. Jorge Leon dan Alan March 2014 Journal Habitat International 43 page Urban Morphology as a Tool for Supporting Tsunami Rapid Resilience : Case Study of Talcahuano, Chile Mengetahui pengaruh perubahan morfologi kota terhadap perubahan waktu tempuh evakuasi bencana tsunami - Perubahan morfologi kota menggunakan analisis kualitatif - Mengitung waktu evakuasi tsunami menggunakan pemodelan komputer kuantitatif - Pemodelan waktu tempuh tsunami - Lokasi penelitian di Talcahuano, Chili - Pemilihan jalur evakuasi berdasarkan morfologi kota 7. Mathew C. Schimidtlein dan Nathan J. Wood 2015 Journal Applied Geography 56 page Sensitivity of Tsunami Evacuation Modelling to Direction and Land Cover Consumption Mengetahui pengaruh arah jalur evakuasi dan tutupan lahan terhadap waktu tempuh evakuasi bencana tsunami - Mengitung waktu evakuasi tsunami menggunakan pemodelan Least Cost Distance (LCD) - Menghitung pengaruh kecepatan evakuasi pada setiap tutupan lahan terhadap waktu evakuasi menggunakan pendekatan Monte Carlo - Pemilihan jalur evakuasi berdasarkan waktu tempuh evakuasi - Lokasi penelitian di Seward, Alaska Sumber : Penulis,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Indonesia merupakan salah satu negara dengan kondisi geologis yang secara tektonik sangat labil karena dikelilingi oleh Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Barat memiliki garis pantai sepanjang lebih kurang 375 km, berupa dataran rendah sebagai bagian dari gugus kepulauan busur muka. Perairan barat Sumatera memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang membentang dari Sabang sampai Merauke yang terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil yang ada di dalamnya. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat risiko tinggi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat risiko tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat risiko tinggi terhadap kejadian bencana tsunami. Kondisi geologis Indonesia yang terletak pada tumbukan 3 lempeng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di sepanjang pesisir barat pulau Sumatera bagian tengah. Provinsi ini memiliki dataran seluas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dibentuk oleh tiga lempeng utama dunia, yakni Lempeng Pasifik, Lempeng Indo-Australia, serta Lempeng Eurasia. Konvergensi antara ketiga lempeng ini membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik. Konsekuensi tumbukkan lempeng tersebut mengakibatkan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia secara geografis terletak di 6 LU - 11 LS dan

BAB I PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia secara geografis terletak di 6 LU - 11 LS dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kepulauan Indonesia secara geografis terletak di 6 LU - 11 LS dan 95 BT - 141 BT merupakan zona pertemuan empat lempeng tektonik aktif dunia, yaitu:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Australia dan Lempeng Pasifik (gambar 1.1). Pertemuan dan pergerakan 3

BAB I PENDAHULUAN. Australia dan Lempeng Pasifik (gambar 1.1). Pertemuan dan pergerakan 3 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan : (a) latar belakang, (b) perumusan masalah, (c) tujuan penelitian, (d) manfaat penelitian, (e) ruang lingkup penelitian dan (f) sistematika penulisan. 1.1. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara dimana terdapat pertemuan 3 lempeng tektonik utama bumi. Lempeng tersebut meliputi lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang wilayahnya membentang diantara benua Asia dan Australia serta diantara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng/kulit bumi aktif yaitu lempeng Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng Euro-Asia di bagian utara dan Lempeng Pasifik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kepulauan Indonesia secara astronomis terletak pada titik koordinat 6 LU - 11 LS 95 BT - 141 BT dan merupakan Negara kepulauan yang terletak pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2004 yang melanda Aceh dan sekitarnya. Menurut U.S. Geological

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2004 yang melanda Aceh dan sekitarnya. Menurut U.S. Geological BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana alam. Salah satu bencana paling fenomenal adalah terjadinya gempa dan tsunami pada tahun 2004 yang melanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dinamika bentuk dan struktur bumi dijabarkan dalam berbagai teori oleh para ilmuwan, salah satu teori yang berkembang yaitu teori tektonik lempeng. Teori ini

Lebih terperinci

Penyebab Tsunami BAB I PENDAHULUAN

Penyebab Tsunami BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana adalah peristiwa/rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia terletak di Pacific ring of fire atau cincin api Pasifik yang wilayahnya terbentang di khatulistiwa dan secara geologis terletak pada pertemuan tiga lempeng

Lebih terperinci

Berikut kerangka konsep kegiatan pembelajaran geografi kelas VI SD semester II pada KD mengenal cara cara menghadapi bencana alam.

Berikut kerangka konsep kegiatan pembelajaran geografi kelas VI SD semester II pada KD mengenal cara cara menghadapi bencana alam. Materi Ajar Mitigasi Bencana Tsunami Di Kawasan Pesisir Parangtritis ( K.D Mengenal Cara Cara Menghadapi Bencana Alam Kelas VI SD ) Oleh : Bhian Rangga J.R Prodi Geografi FKIP UNS Berikut kerangka konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng utama dunia yaitu lempeng India-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Ketiga lempeng tersebut bergerak dan saling bertumbukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada

I. PENDAHULUAN. Geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada lempeng bumi yang labil. Lempeng bumi ini berpotensi besar terjadinya gempa bumi pada dasar laut dalam

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya

BAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang tergolong rawan terhadap kejadian bencana alam, hal tersebut berhubungan dengan letak geografis Indonesia yang terletak di antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana Gempa bumi merupakan sebuah ancaman besar bagi penduduk pantai di kawasan Pasifik dan lautan-lautan lainnya di dunia. Indonesia merupakan salah satu negara

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Jalur tektonik di Indonesia (Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2015)

Gambar 1.1 Jalur tektonik di Indonesia (Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2015) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di antara pertemuan tiga lempeng tektonik yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasific. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dilintasi lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dilintasi lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dilintasi lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik. Pergerakan lempeng tersebut menimbulkan patahan/tumbukan sehingga terjadinya gempa

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN

KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN 1950-2013 Samodra, S.B. & Chandra, V. R. Diterima tanggal : 15 November 2013 Abstrak Pulau Sumatera dan Pulau Jawa merupakan tempat yang sering

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gempa bumi sebagai suatu kekuatan alam terbukti telah menimbulkan bencana yang sangat besar dan merugikan. Gempa bumi pada skala kekuatan yang sangat kuat dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau utama dan ribuan pulau kecil disekelilingnya. Dengan 17.508 pulau, Indonesia menjadi negara

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS RISIKO BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG

BAB 4 ANALISIS RISIKO BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG BAB 4 ANALISIS RISIKO BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat risiko bencana tsunami di Kota Padang berdasarkan atas faktor-faktor yang mempengaruhi risiko bencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan daerah rawan gempa karena merupakan daerah pertemuan tiga lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik.

Lebih terperinci

PERKUAT MITIGASI, SADAR EVAKUASI MANDIRI DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI

PERKUAT MITIGASI, SADAR EVAKUASI MANDIRI DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI PERKUAT MITIGASI, SADAR EVAKUASI MANDIRI DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI Oleh : Rahmat Triyono, ST, MSc Kepala Stasiun Geofisika Klas I Padang Panjang Email : rahmat.triyono@bmkg.go.id (Hasil Penelitian

Lebih terperinci

Gambar 1.1. Indonesia terletak pada zona subduksi (http://ramadhan90.wordpress.com/2011/03/17/lempeng-tektonik/)

Gambar 1.1. Indonesia terletak pada zona subduksi (http://ramadhan90.wordpress.com/2011/03/17/lempeng-tektonik/) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia terletak pada batas pertemuan tiga lempeng tektonik bumi (triple junction plate convergence) yang sangat aktif sehingga Indonesia merupakan daerah yang sangat

Lebih terperinci

Permodelan Tsunami dan Implikasinya Terhadap Mitigasi Bencana di Kota Palu

Permodelan Tsunami dan Implikasinya Terhadap Mitigasi Bencana di Kota Palu 2013 Biro Penerbit Planologi Undip Volume 9 (2): 174-182 Juni 2013 Permodelan Tsunami dan Implikasinya Terhadap Mitigasi Bencana di Kota Palu Rahmat Aris Pratomo1, Iwan Rudiarto2 Diterima : 1 April 2013

Lebih terperinci

tektonik utama yaitu Lempeng Eurasia di sebelah Utara, Lempeng Pasifik di

tektonik utama yaitu Lempeng Eurasia di sebelah Utara, Lempeng Pasifik di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan suatu wilayah yang sangat aktif kegempaannya. Hal ini disebabkan oleh letak Indonesia yang berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian Utara, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling besar berpotensi gempa bumi sampai kekuatan 9 skala

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling besar berpotensi gempa bumi sampai kekuatan 9 skala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling besar berpotensi gempa bumi sampai kekuatan 9 skala Richter sehingga dapat menyebabkan terjadinya tsunami. Halini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keunikan geologi kepulauan Indonesia berada di pertemuan tiga lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Ketiga lempeng

Lebih terperinci

GEMPA BUMI DAN AKTIVITASNYA DI INDONESIA

GEMPA BUMI DAN AKTIVITASNYA DI INDONESIA GEMPA BUMI DAN AKTIVITASNYA DI INDONESIA Disusun Oleh: Josina Christina DAFTAR ISI Kata Pengantar... 2 BAB I... 3 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Tujuan... 3 1.3 Rumusan Masalah... 4 BAB II... 5 2.1 Pengertian

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA ALAM TSUNAMI BAGI KOMUNITAS SDN 1 LENDAH KULON PROGO. Oleh: Yusman Wiyatmo ABSTRAK

MITIGASI BENCANA ALAM TSUNAMI BAGI KOMUNITAS SDN 1 LENDAH KULON PROGO. Oleh: Yusman Wiyatmo ABSTRAK MITIGASI BENCANA ALAM TSUNAMI BAGI KOMUNITAS SDN 1 LENDAH KULON PROGO Oleh: Yusman Wiyatmo Jurdik Fisika FMIPA UNY, yusmanwiyatmo@yahoo.com, HP: 08122778263 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengetahui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan dengan tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah penduduk lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pengertian Dan Proses Terjadi Tsunami

BAB I PENDAHULUAN Pengertian Dan Proses Terjadi Tsunami BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Pengertian Dan Proses Terjadi Tsunami Tsunami adalah sederetan gelombang laut yang menjalar dengan panjang gelombang sampai 100 km dengan ketinggian beberapa

Lebih terperinci

BULETIN KARST GUNUNGSEWU

BULETIN KARST GUNUNGSEWU BULETIN KARST GUNUNGSEWU Edisi 2, Vol. 1, November 2013 Topik Utama Kerawanan Tsunami di Wilayah Kepesisiran Kawasan Karst Gunungsewu Berdasarkan data dari National Geophysical Data Centre (2005) dan Marfai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana merupakan suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Gerakan ketiga

BAB 1 PENDAHULUAN. lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Gerakan ketiga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia terletak di jalur pertemuan 3 lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Gerakan ketiga lempeng tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan wilayah yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan Indonesia tersebar sepanjang nusantara mulai ujung barat Pulau

Lebih terperinci

di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil semakin jelas dengan disahkannya peraturan pelaksanaan UU No. 27 Tahun 2007 berupa PP No 64 Tahun 2010 tentan

di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil semakin jelas dengan disahkannya peraturan pelaksanaan UU No. 27 Tahun 2007 berupa PP No 64 Tahun 2010 tentan Gempa bumi, tsunami, erosi, banjir, gelombang ekstrem dan kenaikan paras muka air laut adalah ancaman wilayah pesisir. Tapi tidak berarti hidup di negara kepulauan pasti menjadi korban bencana.. Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Indonesia adalah negara yang rawan tsunami, karena merupakan daerah pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia, yakni Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia

Lebih terperinci

Alhuda Rohmatulloh

Alhuda Rohmatulloh Dosen Pembimbing: Dr. ing. Ir. Haryo Sulistyarso Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2012 Alhuda Rohmatulloh 3608100061

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahaya gempabumi cukup tinggi. Tingginya ancaman gempabumi di Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. bahaya gempabumi cukup tinggi. Tingginya ancaman gempabumi di Kabupaten BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Bantul merupakan salah satu wilayah yang memiliki ancaman bahaya gempabumi cukup tinggi. Tingginya ancaman gempabumi di Kabupaten Bantul telah dibuktikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT BAHAYA TSUNAMI DI DESA ULEE LHEUE KECAMATAN MEURAXA KOTA BANDA ACEH

ANALISIS TINGKAT BAHAYA TSUNAMI DI DESA ULEE LHEUE KECAMATAN MEURAXA KOTA BANDA ACEH ANALISIS TINGKAT BAHAYA TSUNAMI DI DESA ULEE LHEUE KECAMATAN MEURAXA KOTA BANDA ACEH Siti Nidia Isnin Dosen Program Studi Geografi FKIP Universitas Almuslim ABSTRAK Tsunami yang terjadi di Aceh pada 26

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Padang adalah salah satu Ibukota provinsi di Indonesia yaitu Sumatera Barat, yang paling rawan akan terjadinya gempa bumi, karena terdapatnya patahan Semangko

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak diantara tiga lempeng utama dunia, yaitu Lempeng Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10 cm per tahun,

Lebih terperinci

POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA. Oleh : Hendro Murtianto*)

POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA. Oleh : Hendro Murtianto*) POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA Oleh : Hendro Murtianto*) Abstrak Aktivitas zona patahan Sumatera bagian tengah patut mendapatkan perhatian,

Lebih terperinci

PENYEBAB TERJADINYA TSUNAMI

PENYEBAB TERJADINYA TSUNAMI Pengenalan Tsunami APAKAH TSUNAMI ITU? Tsunami adalah rangkaian gelombang laut yang mampu menjalar dengan kecepatan hingga lebih 900 km per jam, terutama diakibatkan oleh gempabumi yang terjadi di dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan yang menurut letak geografisnya berada pada daerah khatulistiwa, diapit Benua Asia dan Australia dan juga terletak diantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah Indonesia dipengaruhi oleh aktifitas lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik. Lempeng tektonik mengalami dislokasi atau pemindahan/pergeseran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Posisi Indonesia dalam Kawasan Bencana

BAB I PENDAHULUAN Posisi Indonesia dalam Kawasan Bencana Kuliah ke 1 PERENCANAAN KOTA BERBASIS MITIGASI BENCANA TPL 410-2 SKS DR. Ir. Ken Martina K, MT. BAB I PENDAHULUAN Bencana menjadi bagian dari kehidupan manusia di dunia, sebagai salah satu permasalahan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki wilayah yang luas dan terletak di garis khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudera, berada dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sarat akan potensi bencana gempa bumi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sarat akan potensi bencana gempa bumi BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sarat akan potensi bencana gempa bumi dan tsunami yang disebabkan oleh pergerakan lempeng tektonik. Ini merupakan dampak dari wilayah

Lebih terperinci

Kondisi Kestabilan dan Konsistensi Rencana Evakuasi (Evacuation Plan) Pendekatan Geografi

Kondisi Kestabilan dan Konsistensi Rencana Evakuasi (Evacuation Plan) Pendekatan Geografi DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i PERNYATAAN... ii PRAKATA... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix INTISARI... xii ABSTRACT... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1. 1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang dilewati oleh dua jalur pegunungan muda dunia sekaligus, yakni pegunungan muda Sirkum Pasifik dan pegunungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sabuk Gempa Pasifik, atau dikenal juga dengan Cincin Api (Ring

BAB I PENDAHULUAN. Sabuk Gempa Pasifik, atau dikenal juga dengan Cincin Api (Ring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sabuk Gempa Pasifik, atau dikenal juga dengan Cincin Api (Ring of Fire), merupakan daerah berbentuk seperti tapal kuda yang mengelilingi Samudera Pasifik sepanjang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan daerah yang rawan terhadap bencana gempabumi tektonik. Hal ini disebabkan karena Indonesia terletak pada kerangka tektonik yang didominasi oleh interaksi

Lebih terperinci

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP Lailla Uswatun Khasanah 1), Suwarsito 2), Esti Sarjanti 2) 1) Alumni Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

Gb 2.5. Mekanisme Tsunami

Gb 2.5. Mekanisme Tsunami TSUNAMI Karakteristik Tsunami berasal dari bahasa Jepang yaitu dari kata tsu dan nami. Tsu berarti pelabuhan dan nami berarti gelombang. Istilah tersebut kemudian dipakai oleh masyarakat untuk menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I. yaitu lempeng Eurasia, lempeng Samudera Hindia- Benua Australia dan lempeng

BAB I. yaitu lempeng Eurasia, lempeng Samudera Hindia- Benua Australia dan lempeng BAB I A. Latar Belakang Kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng aktif dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Samudera Hindia- Benua Australia dan lempeng Samudera Pasifik. lempeng Samudera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Surakarta merupakan kota dengan wilayah yang berbatasan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Surakarta merupakan kota dengan wilayah yang berbatasan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Surakarta merupakan kota dengan wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo. Daerah Surakarta yang berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo menyebabkan daerah

Lebih terperinci

PEMINTAKATAN TINGKAT RISIKO BENCANA TSUNAMI DI PESISIR KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN

PEMINTAKATAN TINGKAT RISIKO BENCANA TSUNAMI DI PESISIR KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 1 PEMINTAKATAN TINGKAT RISIKO BENCANA TSUNAMI DI PESISIR KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN Alhuda Rohmatulloh dan Haryo Sulistyarso Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-undang nomor 24 tahun 2007). Australia yang bergerak relative ke Utara dengan lempeng Euro-Asia yang

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-undang nomor 24 tahun 2007). Australia yang bergerak relative ke Utara dengan lempeng Euro-Asia yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bencana sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/ atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan Bumi mempunyai beberapa bentuk yaitu datar, berbukit. atau bergelombang sampai bergunung. Proses pembentukan bumi melalui

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan Bumi mempunyai beberapa bentuk yaitu datar, berbukit. atau bergelombang sampai bergunung. Proses pembentukan bumi melalui 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Permukaan Bumi mempunyai beberapa bentuk yaitu datar, berbukit atau bergelombang sampai bergunung. Proses pembentukan bumi melalui berbagai proses dalam waktu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Hindia-Australia yang lazim

BAB I PENDAHULUAN. Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Hindia-Australia yang lazim 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan titik temu antara tiga lempeng besar dunia, yaitu Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Hindia-Australia yang lazim disebut Triple Junction.

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X Geografi MITIGASI BENCANA ALAM II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami banjir. 2. Memahami gelombang pasang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang subduksi Gempabumi Bengkulu 12 September 2007 magnitud gempa utama 8.5

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang subduksi Gempabumi Bengkulu 12 September 2007 magnitud gempa utama 8.5 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan antara lempeng Australia, Eurasia, dan Pasifik. Lempeng Australia dan lempeng Pasifik merupakan jenis lempeng samudera dan bersifat

Lebih terperinci

Peringatan Dini Tsunami Dengan Menggunakan Pendeteksian Gelombang Primer dan Pemanfaatan Layanan Pesan Singkat

Peringatan Dini Tsunami Dengan Menggunakan Pendeteksian Gelombang Primer dan Pemanfaatan Layanan Pesan Singkat Peringatan Dini Tsunami Dengan Menggunakan Pendeteksian Gelombang Primer dan Pemanfaatan Layanan Pesan Singkat Tsunami sebenarnya bukanlah fenomena asing di pantai selatan Jawa. Di tahun 1904 kawasan Pangandaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Akibat tumbukan antara

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan data dunia yang dihimpun oleh WHO, pada 10 dekade terakhir ini,

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan data dunia yang dihimpun oleh WHO, pada 10 dekade terakhir ini, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana dan keadaan gawat darurat telah mempengaruhi aspek kehidupan masyarakat secara signifikan, terutama yang berhubungan dengan kesehatan. Berdasarkan data dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menempati wilayah zona tektonik tempat pertemuan tiga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menempati wilayah zona tektonik tempat pertemuan tiga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia menempati wilayah zona tektonik tempat pertemuan tiga lempeng besar yaitu, lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik. Pergerakan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi

BAB I PENGANTAR. Wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi atau ring of fire yang dimulai dari Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi Utara hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah lama diakui bahwa Negara Indonesia memiliki posisi yang sangat strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia serta diantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Tektonik Indonesia (Bock, dkk., 2003)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Tektonik Indonesia (Bock, dkk., 2003) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak pada tiga pertemuan lempeng besar dunia yaitu Lempeng Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng Pasifik di bagian timur, dan Lempeng Eurasia di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah Indonesia merupakan gugusan kepulauan terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah Indonesia merupakan gugusan kepulauan terbesar di dunia. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Indonesia merupakan gugusan kepulauan terbesar di dunia. Secara geografis Indonesia terletak diantara dua benua, Asia dan Australia, serta terletak diantara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin kuat gempa yang terjadi. Penyebab gempa bumi dapat berupa dinamika

I. PENDAHULUAN. semakin kuat gempa yang terjadi. Penyebab gempa bumi dapat berupa dinamika 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gempa bumi adalah peristiwa pelepasan energi regangan elastis batuan dalam bentuk patahan atau pergeseran lempeng bumi. Semakin besar energi yang dilepas semakin kuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia menjadi negara yang rawan bencana. maupun buatan manusia bahkan terorisme pernah dialami Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia menjadi negara yang rawan bencana. maupun buatan manusia bahkan terorisme pernah dialami Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kondisi geografis Indonesia yang berada di atas sabuk vulkanis yang memanjang dari Sumatra hingga Maluku disertai pengaruh global warming menyebabkan Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pulau yang secara geografis terletak antara 6º LU 11º LS dan 95º BT 140º BT

BAB 1 PENDAHULUAN. pulau yang secara geografis terletak antara 6º LU 11º LS dan 95º BT 140º BT BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Indonesia sebagai negara kepulauan merupakan kumpulan gugusan-gugusan pulau yang secara geografis terletak antara 6º LU 11º LS dan 95º BT 140º BT dan

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Denah lokasi jembatan yang berdampak tsunami di Aceh

Gambar 1.1 Denah lokasi jembatan yang berdampak tsunami di Aceh BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara yang terdiri dari banyak pulau yang dikenal dengan negara kepulauan. Letak negara yang diapit oleh 3 lempeng tektonik

Lebih terperinci

ANCAMAN GEMPABUMI DI SUMATERA TIDAK HANYA BERSUMBER DARI MENTAWAI MEGATHRUST

ANCAMAN GEMPABUMI DI SUMATERA TIDAK HANYA BERSUMBER DARI MENTAWAI MEGATHRUST ANCAMAN GEMPABUMI DI SUMATERA TIDAK HANYA BERSUMBER DARI MENTAWAI MEGATHRUST Oleh : Rahmat Triyono,ST,MSc Kepala Stasiun Geofisika Klas I Padang Panjang Email : rahmat.triyono@bmkg.go.id Sejak Gempabumi

Lebih terperinci

Masyarakat perlu diberikan pelatihan mengenai caracara menyelamatkan diri saat bencana terjadi. Sebenarnya di Indonesia banyak perusahaan tambang dan

Masyarakat perlu diberikan pelatihan mengenai caracara menyelamatkan diri saat bencana terjadi. Sebenarnya di Indonesia banyak perusahaan tambang dan Dilihat dari kondisi geografisnya, Indonesia merupakan wilayah dengan ancaman bencana gempa bumi dan tsunami dengan intensitas yang cukup tinggi. Banyaknya gunung aktif serta bentuknya yang berupa negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dengan morfologi yang beragam, dari daratan sampai pegunungan serta lautan. Keragaman ini dipengaruhi

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG JURNAL. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1) OKTAVIA

MITIGASI BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG JURNAL. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1) OKTAVIA MITIGASI BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1) OKTAVIA 11030054 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN

Lebih terperinci

MELIHAT POTENSI SUMBER GEMPABUMI DAN TSUNAMI ACEH

MELIHAT POTENSI SUMBER GEMPABUMI DAN TSUNAMI ACEH MELIHAT POTENSI SUMBER GEMPABUMI DAN TSUNAMI ACEH Oleh Abdi Jihad dan Vrieslend Haris Banyunegoro PMG Stasiun Geofisika Mata Ie Banda Aceh disampaikan dalam Workshop II Tsunami Drill Aceh 2017 Ditinjau

Lebih terperinci

PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SESMISITAS. Bayu Baskara

PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SESMISITAS. Bayu Baskara PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SESMISITAS Bayu Baskara ABSTRAK Bali merupakan salah satu daerah rawan bencana gempa bumi dan tsunami karena berada di wilayah pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasific. Lempeng Indo-Australia bertabrakan dengan

Lebih terperinci

Gempa atau gempa bumi didefinisikan sebagai getaran yang terjadi pada lokasi tertentu pada permukaan bumi, dan sifatnya tidak berkelanjutan.

Gempa atau gempa bumi didefinisikan sebagai getaran yang terjadi pada lokasi tertentu pada permukaan bumi, dan sifatnya tidak berkelanjutan. 1.1 Apakah Gempa Itu? Gempa atau gempa bumi didefinisikan sebagai getaran yang terjadi pada lokasi tertentu pada permukaan bumi, dan sifatnya tidak berkelanjutan. Getaran tersebut disebabkan oleh pergerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diprediksi secara pasti. Dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. dapat diprediksi secara pasti. Dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skala waktu dan besaran dampak kerusakan bencana yang tidak dapat diprediksi secara pasti. Dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa terjadinya bencana akan menyebabkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL SIG UNTUK MENENTUKAN RUTE EVAKUASI BENCANA BANJIR (Studi Kasus: Kec. Semarang Barat, Kota Semarang) TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN MODEL SIG UNTUK MENENTUKAN RUTE EVAKUASI BENCANA BANJIR (Studi Kasus: Kec. Semarang Barat, Kota Semarang) TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN MODEL SIG UNTUK MENENTUKAN RUTE EVAKUASI BENCANA BANJIR (Studi Kasus: Kec. Semarang Barat, Kota Semarang) TUGAS AKHIR Oleh: ARGO MULYANTO L2D 004 299 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara paling rentan di dunia. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng benua Asia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis

BAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang secara astronomi berada pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis Indonesia terletak di antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang mempunyai 13.466 pulau dan mempunyai panjang garis pantai sebesar 99.093 km. Luasan daratan di Indonesia sebesar 1,91 juta

Lebih terperinci