BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penduduknya berasal dari berbagai kecamatan, yaitu kecamatan Batudaa, Tibawa,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penduduknya berasal dari berbagai kecamatan, yaitu kecamatan Batudaa, Tibawa,"

Transkripsi

1 46 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sejarah Singkat Terbentuknya Desa Pilomonu Desa Pilomonu merupakan pemekaran Desa Diloniyohu yang penduduknya berasal dari berbagai kecamatan, yaitu kecamatan Batudaa, Tibawa, Atingola, Telaga dan Paguyaman. Sebelum menjadi satu desa, hanya terdiri dari dua dusun yaitu Dusun Biluhu dan Dusun Irigasi. Desa Pilomonu diresmikan berdasarkan SK Gubernur Sulawesi Utara N0 95 Tahun 1995 pada tanggal 21 Maret 1995 di Desa Tuyat pada tanggal 15 April 1995 dimekarkan menjadi enam dusun yaitu Dusun Biluhu, Dusun Irigasi Utara, Dusun Irigasi Selatan, Dusun Bualo, Dusun Pasir Putih dan Dusun Tehila. Keadaan geografi Desa Pilomonu berupa daratan yang terdiri atas daerah pemukiman penduduk, persawahan dan perkebunan dengan batas batas wilayah sebagai berikut : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Anggrek (Kabupaten Gorontalo Utara). 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Potanga (Kecamatan Boliyohuto) dan Desa Gandasari (Kecamatan Tolangohula). 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Payu. 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bina Jaya dan Desa Sukamakmur Utara (Kecamatan Tolangohula).

2 Keadaan Penduduk Jumlah Penduduk Desa Pilomonu Kecamatan Mootilango Kabupaten Gorontalo adalah 2596 jiwa yang terdiri atas 649 KK. Berikut ini akan diuraikan keadaan penduduk Desa Pilomonu Kecamatan Mootilango dalam bentuk tabel sebagai berikut : Tabel 1 : Keadaan Penduduk Desa Pilomonu tahun 2011 No Nama Dusun Jumlah Kepala Keluarga Jumlah Jiwa 1 Dusun Biluhu 167 KK 668 Jiwa 2 Dusun irigasi Selatan 120 KK 480 Jiwa 3 Dusun Irigasi Utara 169 KK 676 Jiwa 4 Dusun Pasir Putih 92 KK 368 Jiwa 5 Dusun Bualo 47 KK 188 Jiwa 6 Dusun Tehila 54 KK 216 Jiwa Jumlah 649 KK 2596 Jiwa Sumber data : Profil Desa Pilomonu Kecamatan Mootilango Kabupaten Gorontalo tahun Kondisi Sosial Budaya Kondisi sosial budaya Desa Pilomonu mencakup kesejahteraan sosial, tingkat pendidikan dan mata pencaharian. Jumlah penduduk Desa Pilomonu adalah 2596 Jiwa dengan jumlah kepala keluarga (KK) adalah 649. Untuk lebih

3 48 jelasnya, data mengenai kondisi sosial budaya Desa Pilomonu dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2. Kondisi Sosial Budaya Desa Pilomonu tahun 2011 No Uraian Jumlah 1 Mata Pencaharian 1. Buruh tani 2. Petani 3. Peternak 4. Pedagang 5. Tukang kayu 6. Tukang Batu 7. Penjahit 8. PNS 9. Pensiunan 10. TNI/Polri 11. Perangkat Desa 12. Pengrajin 13. Industri kecil 14. Buruh Industri 15. Lain-lain 2 Tingkat Pendidikan 1. Tidak tamat SD 2. SD 3. SLTP 4. SLTA 5. Diploma/Sarjana 3 Kesejahteraan Sosial 1. Jumlah KK Prasejahtera 2. Jumlah KK Sejahtera 3. Jumlah KK Kaya 4. Jumlah KK Sedang 5. Jumlah KK Miskin Sumber data : Profil Desa Pilomonu Kecamatan Mootilango Kabupaten Gorontalo tahun 2011

4 49 Mayoritas mata pencaharian penduduk adalah petani, buruh tani, dan Pedagang. Hal ini disebabkan karena menjadi petani sudah menjadi mata pencaharian turun temurun sejak dulu bahwa masyarakat adalah petani dan juga minimnya tingkat pendidikan menyebabkan masyarakat tidak punya keahlian lain dan pada akhirnya menjadi buruh tani. Jumlah KK pra sejahtera mendominasi yaitu 40% dari total KK, KK sejahtera 35%, KK miskin 17%, dan kaya 8%. Dengan banyaknya KK prasejahtera inilah maka Desa Pilomonu termasuk dalam Desa Tertinggal Data Anak Penderita Gizi Buruk dan Gizi Kurang Penderita gizi kurang di Desa Pilomonu terdiri atas dua anak dan saat ini tengah berada dibawah perawatan Puskesmas setempat dan bekerjasama dengan tim Dasawisma. Data anak tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3. Data Jumlah Anak Penderita Gizi Buruk dan Gizi Kurang No Nama Anak L/P Tempat Tanggal Lahir Keterangan 1 Rizki Ahmad L Gorontalo Gizi Kurang 2 Ikbal Suyono L Gorontalo Gizi Kurang Sumber data : Profil Desa Pilomonu Kecamatan Mootilango Kabupaten Gorontalo tahun Hasil Penelitian Peran Dasawisma Dalam Membina Status Gizi Buruk Pada Balita di Desa Pilomonu Kecamatan Mootilango Gizi buruk adalah suatu keadaan dimana seorang balita mengalami kekurangan gizi yang parah karena rendahnya kandungan energi dan protein

5 50 dalam makanan sehari-hari. Penyakit infeksi seperti TBC, campak, cacar, dan diare merupakan salah satu penyebab anak menderita gizi buruk. Hasil wawancara terhadap kader Dasawisma Nusa Indah tentang balita yang memiliki tanda-tanda terkena gizi buruk sebagai berikut : Anak-anak penderita gizi buruk amat rentan terkena penyakit. Kalau sakit, berat tubuh mereka kembali turun, bahkan bisa anjlok lebih dari 5 kilogram dari berat badan mereka. Selama ini belum ada balita yang menderita status gizi buruk, namun kami selalu mengantisipasi hal tersebut dengan selalu memberikan penyuluhan tentang gizi terhadap orang tua. (WW.A.M, 13 Februari 2012) Selanjutnya menurut salah seorang kader Dasawisma, bahwa untuk membina status gizi balita dilakukan dengan cara : Mengadakan usaha-usaha agar balita terhindar dari status gizi buruk. Meskipun belum pernah ada kejadian gizi buruk di Desa Pilomonu, namun upaya pencegahan telah kami upayakan untuk dilakukan (WW. Y.I, 14 Februari 2012). Penyuluhan mengenai gizi yang dilakukan oleh Dasawisma Nusa Indah menjelaskan beberapa cara / usaha yang dapat dilakukan oleh keluarga untuk mencegah terjadinya status gizi buruk pada balita, yakni sebagai berikut : 1) Secara teratur menimbang anak di Posyandu 2) Berikan ASI ekslusif pada bayi hingga berusia 6 bulan. 3) Berikan makanan pendamping ASI sesuai usia dan kesehatan anak 4) Berikan makanan beraneka ragam bagi anggota keluarga lainnya 5) Beritahukan petugas kesehatan/kader bila anak sakit atau mengalami gangguan pertumbuhan Upaya yang dilakukan Dasawisma dalam menanggulangi anak dengan status gizi kurang

6 51 Ketika tidak mendapatkan asupan gizi yang sesuai usianya, anak akan mengalami masalah kekurangan gizi. Kurang gizi ditandai dengan badan yang kurus, karena berat badannya kurang untuk anak seusianya. Terlepas dari masalah genetik, tubuhnya juga lebih pendek dibanding anak lain seusianya. Jika masalah kekurangan gizi ini tidak segera diatasi, anak akan mengalami masalah gizi buruk. Waktu anak masih kekurangan gizi, sebaiknya segera diatasi dengan memberikan asupan gizi yang cukup. Di Desa Pilomonu terdapat dua anak balita yang menderita status gizi kurang. Sebagaimana yang dikemukakan oleh salah seorang anggota Dasawisma Nusa Indah yang menyatakan bahwa : Selama ini, Dasawisma Nusa Indah telah melakukan beberapa hal dalam upaya menanggulangi balita yang berstatus gizi kurang, seperti memberikan makanan tambahan yang bergizi. (D.S, wawancara 14 Februari 2012) Senada dengan jawaban salah seorang anggota Dasawisma tersebut, jawaban yang lain pun dikemukakan oleh (A.M, wawancara 13 Februari 2012) bahwa upaya yang selama ini dilakukan dasawisma dalam menanggulangi anak dengan status gizi kurang adalah : Memberikan makanan tambahan dan vitamin kepada balita yang mengalami kurang gizi tersebut, merupakan salah satu peran Dasawisma Nusa Indah untuk mengatasi masalah gizi kurang pada balita. (A.M, wawancara 13 Februari 2012). Faktor timbulnya gizi kurang pada anak balita lebih kompleks, maka upaya penanggulangannya memerlukan pendekatan dari berbagai segi kehidupan anak secara terintegrasi. Artinya tidak hanya memperbaiki aspek makanan saja

7 52 tetapi juga lingkungan hidup anak seperti pada pengasuhan, pendidikan ibu, air bersih dan kesehatan lingkungan, mutu layanan kesehatan dan sebagainya Peran Dasawisma Dalam Pengadaan Posyandu di Desa Pilomonu Masa balita merupakan masa yang menentukan dalam tumbuh kembangnya, yang akan menjadikan dasar terbentuknya manusia seutuhnya. Karena itu pemerintah memandang perlu untuk memberikan suatu bentuk pelayanan yang menunjang tumbuh kembang balita secara menyeluruh terutama dalam aspek mental dan sosial. Pertumbuhan dan perkembangan saling mendukung satu sama lain, perkembangan seorang anak tidak dapat maksimal tanpa dukungan atau optimalnya pertumbuhan. Misalnya seorang anak yang kekurangan gizi akan mempengaruhi perkembangan mental maupun sosialnya, oleh karena itu keduanya harus mendapat perhatian baik dari pemerintah, masyarakat maupun orang tua. Selama ini, peran Dawawisma dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan balita adalah dengan mengadakan posyandu. Hal ini juga dikemukakan oleh salah seorang anggota dasawisma sebagai berikut : Dalam hal ini, Dasawisma selalu mengadakan posyandu secara rutin sebulan sekali. Pada pelaksanaan posyandu tersebut, petugas melakukan penimbangan berat badan balita untuk mengetahui status gizi mereka. (F.M, wawancara 14 Februari 2012). Sedangkan menurut salah seorang kader Dasawisma sebagai berikut : Selama ini Dasawisma Nusa Indah berperan aktif dalam mengadakan posyandu setiap bulan. Para ibu yang mempunyai balita, diajak secara rutin untuk membawa balita mereka ke Posyandu (S.D, wawancara 14 Februari 2012).

8 53 Semua kejadian yang berhubungan dengan kesehatan anak sejak lahir sampai berumur lima tahun, selalu dicatat dalam KMS, misalnya identitas anak, tanggal lahir dan tanggal pendaftaran, serta penyakit yang pernah dideritanya. KMS berisi pesan-pesan penyuluhan tentang penanggulangan diare, makanan anak dan sebagainya. Hal ini dapat digunakan sebagai pengamatan status gizi anak. Melalui posyandu, orang tua dapat dengan mudah mendeteksi status gizi balita yang dapat dilakukan melalui penimbangan Berat Badan (BB) dan pengukuran Tinggi Badan (TB) di Posyandu. Status gizi balita dipantau dengan KMS (Kartu Menuju Sehat). KMS balita berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan anak bahkan rujukan ke Puskesmas/RS ketika anak sakit Upaya Dasawisma Untuk Membina Ibu Rumah Tangga Dalam Pemberian ASI Ekslusif ASI ekslusif adalah pemberian Air Susu Ibu saja kepada bayi umur 0 6 bulan tanpa diberikan makanan atau minuman tambahan selain obat untuk terapi (pengobatan penyakit). ASI adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan berkembang dengan baik. Air Susu ibu pertama berupa cairan bening berwarna kekuningan (kolostrum), sangat baik untuk bayi karena mengandung zat kekebalan terhadap penyakit.

9 54 Sebagaimana yang disampaikan oleh salah seorang anggota Dasawisma Nusa Indah bahwa : Selama ini peran dasawisma Nusa Indah dalam membina ibu rumah tangga dalam pemberian ASI ekslusif dilakukan dengan cara memberi pemahaman kepada ibu-ibu yang sedang menyusui akan pentingnya pemberian ASI ekslusif terhadap balita, karena ASI ekslusif sangat bermanfaat terhadap balita (D.L, wawancara, 14 februari 2012), Dari pendapat tersebut, maka yang dimaksud manfaat ASI adalah mengurangi resiko bayi terkena diare dan muntah, mengurangi kemungkinan terkena infeksi pada dada dan telinga, mengurangi resiko penyakit kulit, mengurangi kemungkinan terkena sembelit, sehingga berkurang juga kemungkinan bayi dirawat di rumah sakit. Selain itu pemberian ASI mengurangi kemungkinan bayi mengalami masalah kegemukan di saat dewasanya sehingga juga mencegah penyakit diabetes dan penyakit yang terkait kegemukan. Semakin lama ASI diberikan pada bayi, semakin lama dan semakin baik juga perlindungan dan keuntungan yang didapatkan anak. Susu formula tidak bisa menggantikan peran ASI dalam hal-hal yang disebutkan di atas. Sebagaimana dikemukakan oleh salah seorang anggota dasa wisama Nusa Indah sebagai berikut : Anggota dasa wisma Nusa Indah selalu memberikan pemahaman kepada ibu-ibu khususnya ibu-ibu hamil tentang pentingnya memberikan ASI ekslusif dikarenakan banyak keuntungan dan manfaat yang diperoleh dengan memberikan ASI ekslusif baik bagi balita maupun sang ibu ( K.A, wawancara 14 Februari 2012), Manfaat menyusui anak juga memberi efek positif bagi sang ibu, antara lain mengurangi resiko ibu terkena penyakit jantung, mengurangi resiko terkena kanker rahim dan payudara, membakar kalori pada tubuh ibu, menghemat pengeluaran, dan juga menumbuhkan ikatan yang kuat antara ibu dan anak. Selain

10 55 itu menyusui anak juga menunda kembalinya siklus menstruasi pada ibu yang baru melahirkan. Keunggulan Asi sangatlah banyak, yakni sebagai berikut : 1) Mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik serta kecerdasan. 2) Mengandung zat kekebalan. 3) Melindungi bayi dari alergi. 4) Aman dan terjamin kebersihannya, karena langsung disusukan kepada bayi dalam keadaan segar. 5) Tidak akan pernah basi, mempunyai suhu yang tepat dan dapat diberikan kapan saja dan dimana saja. 6) Membantu memperbaiki refleks menghisap, menelan dan pernapasan bayi Upaya Yang Dilakukan Dasawisma Dalam Membina Status Gizi Baik Pada Balita Pemeliharaan gizi dan pengaturan makanan pada bayi dan anak usia dibawah 5 tahun (balita), dapat dibagi dalam beberapa tahapan yaitu tahapan semasa air susu ibu (ASI) dimana ASI merupakan satu-satunya sumber zat gizi bayi, yaitu pada waktu mulai lahir sampai mencapai usia 4 bulan. Dalam hal ini, peran yang sering dilakukan oleh anggota dasawisma Nusa Indah untuk menjaga status gizi balita agar selalu berada pada status gizi baik dapat dilihat dari hasil wawancara berikut ini : Beberapa upaya yang dilakukan dasawisma Nusa Indah dalam menjaga status gizi balita agar selalu berada pada status gizi baik, maka para anggota Dasawisma Nusa Indah menganjurkan ibu rumah tangga untuk selalu menyediakan makanan tambahan bagi balita serta secara rutin memberikan penyuluhan tentang gizi kepada orang tua. Selain itu kami

11 56 juga menganjurkan pola hidup yang bersih dan sehat (PHBS). (W.A, wawancara ). PHBS yang dimaksud adalah semua perilaku yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga dapat menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. PHBS itu jumlahnya banyak sekali, misalnya tentang gizi, dianjurkan makan beraneka ragam makanan, minum tablet penambah darah, mengkonsumsi garam beryodium, memberi bayi dan balita Kapsul Vitamin A. Tentang kesehatan lingkungan seperti membuang sampah pada tempatnya serta membersihkan lingkungan. Implementasi PHBS serta penyuluhan tentang gizi yang dilakukan secara rutin diharapkan memberi dampak positif dalam menjaga status gizi balita agar selalu berada pada status gizi baik Peran Yang dilakukan oleh Dasawisma Dalam Membina Anak Balita Dengan Status Gizi Lebih Status gizi lebih pada balita biasanya ditandai dengan tubuh gendut yang menggemaskan, padahal sebenarnya anak yang gendut belum tentu menjadi indikasi anak tersebut sehat. Gendut pada anak bisa terjadi karena adanya kelebihan gizi atau salah gizi, atau bahkan bisa juga disebabkan pola makan yang salah, serta terlalu banyak mengkonsumsi gula. Jika dibiarkan terus menerus, anak terancam akan terkena obesitas atau overweight yang dapat membahayakan kesehatan mereka kelak. Selama ini, dasawisma telah berperan aktif dalam memberikan pengertian-pengertian kepada orang tua balita tentang status gizi lebih. Menurut salah seorang anggota Dasawisma Nusa Indah yang dikemukakan ketika wawancara sebagai berikut :

12 57 Selama ini kami sering mengadakan penyuluhan kepada ibu-ibu agar menjaga dan mewaspadai kelebihan gizi pada anak. Untuk itu sangat disarankan bagi para orang tua agar mengawasi pola makan balita. Jika balita mulai terlihat memiliki kelebihan berat badan, maka kami menganjurkan kepada ibu agar balita tersebut berdiet, dalam arti mengontrol pola makan mereka, atau menjaga asupan gula dan lemak ke tubuh mereka agar tidak berlebih. (WW. K.K, 13 Februari 2012). Kelebihan gizi akan memicu terjadinya obesitas serta overweight pada balita. Obesitas adalah kondisi dimana penumpukan lemak tubuh berada dalam jumlah yang berlebihan sehingga BB (berat badan) jauh di atas normal. Kondisi ini disebut sebagai penyakit kronik yang bisa diatasi. Obesitas juga berhubungan dengan penyakit-penyakit yang dapat menurunkan kualitas hidup. Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar. Sementara itu overweight atau kelebihan berat badan adalah keadaan di mana berat badan (BB) seseorang melebihi BB normal. Hasil wawancara dengan seorang pendidik TK yang merupakan salah satu anggota Dasawisma Nusa Indah adalah sebagai berikut : Peran yang selama ini dilakukan oleh Dasawisma Nusa Indah dalam membina status gizi balita kategori gizi lebih (overweight) adalah dengan mengupayakan agar balita tersebut dapat terhindar dari kelebihan gizi. Salah satu caranya adalah menganjurkan ibu untuk mengajak anak selalu melakukan aktivitas fisik seperti bermain di taman, berlari, bermain bola dan mengurangi nonton TV. (WW. S.H 13 Februari 2012). Selain cara di atas, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh ibu dalam mengatasi serta menghindarkan balita dari kelebihan gizi, yaitu sebagai berikut : 1) Balita diajak untuk melakukan aktivitas diluar rumah yang dapat membantu perkembangan fisik anak seperti bermain bola, berlari, naik sepeda dan sebagainya.

13 58 2) Melakukan pola diet sehat seimbang yang kaya nutrisi namun rendah lemak 3) Anak-anak perlu dibatasi dalam menonton TV, film, bermain game atau bentuk hiburan lain sejenis yang tidak terlalu banyak aktivitas fisiknya. 4) Membatasi konsumsi makanan dan minuman yang manis karena mengandung kalori yang tinggi. 4.3 Pembahasan Sehat adalah hak asasi manusia, sebagaimana tertera dalam deklarasi universal PBB tahun Hidup sehat memungkinkan orang untuk hidup sejahtera dan produktif. Sehat memungkinkan keluarga tumbuh dan berkembang, dan berkontribusi produktif di komunitasnya. Sehat memungkinkan sebuah bangsa dengan daya tahan yang tinggi, dan berkontribusi positif dalam arena bangsa-bangsa di dunia. Pembangunan dibidang kesehatan Indonesia dalam 5 tahun ke depan diarahkan untuk mencapai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Sasaran yang ingin dicapai adalah menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), dan menurunkan prevalensi gizi kurang. Dalam pencapaian MDG S (Millenium Development Goal s) setiap negara diupayakan untuk mengatasi kemiskinan dan kelaparan serta mengurangi tingkat kematian anak. Hal ini berkaitan erat dengan aspek gizi dan pangan masyarakat. Status gizi serta ketersediaan pangan di masyarakat yang baik pastinya dapat mengatasi situasi kesehatan dan kelaparan ini. Masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan ditingkat rumah tangga (kemampuan

14 59 memperoleh makanan untuk semua anggotannya), masalah kesehatan, kemiskinan, pemerataan, dan kesempatan kerja. Masalah Gizi adalah gangguan kesehatan dan kesejahteraan seseorang, kelompok orang atau masyarakat sebagai akibat adanya ketidak seimbangan antara asupan (intake) dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Ketidak seimbangan ini bisa mengakibatkan gizi kurang maupun gizi lebih. Gizi kurang atau yang biasa terlihat sebagai kelaparan, lebih lanjut dibedakan lagi menjadi gizi kurang makro (makronutrien) dan gizi kurang mikro (mikronutrien). Hubungan yang sangat erat antara kematian bayi dengan kekurangan gizi. Keadaan gizi yang buruk akan menurunkan daya tahan anak sehingga anak mudah sakit hingga bisa berakibat pada kematian. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa selama ini peran Dasawisma Nusa Indah dalam membina status gizi balita sudah sangat baik dan cukup efektif. Setiap anggota Dasawisma Nusa Indah menjalankan tugas mereka dengan baik dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh Dasawisma Nusa Indah yang berkaitan dengan masalah kesehatan dan status gizi. Sekarang ini masalah status gizi balita di Desa Pilomonu sedang mengalami perkembangan yang cukup pesat. Status gizi pada balita di Desa Pilomonu diklasifikasikan dalam empat kelompok yaitu status gizi buruk, status gizi kurang, status gizi baik dan status gizi lebih. Beberapa program yang selama ini dilakukan oleh Dasawisma Nusa Indah dalam upaya membina status gizi balita nyatanya dilaksanakan dengan baik oleh seluruh anggota Dasawisma Nusa Indah. Berbagai kegiatan yang dimaksud berupa pelayanan posyandu, pemberian

15 60 makanan tambahan, penyuluhan tentang gizi, serta anjuran untuk menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Status gizi buruk selama ini belum pernah terjadi di Desa Pilomonu namun anggota Dasawisma Nusa Indah telah mempersiapkan strategi-strategi untuk mencegah gizi buruk terjadi pada balita. Adanya balita yang mengalami gizi buruk tidak semata-mata disebabkan karena kurangnya asupan gizi pada makanan. Tapi juga sering dikarenakan tidak beragamnya gizi yang dikonsumsi balita. Rendahnya pengetahuan orang tua tentang gizi seimbang dan beragam menjadi salah satu penyebab balita menderita gizi buruk. Oleh karena itu, langkah awal yang selalu dilakukan oleh Dasawisma Nusa Indah adalah dengan melakukan penyuluhan tentang gizi bagi orang tua secara rutin. Penyuluhan tentang gizi penting dilakukan karena melalui penyuluhan tersebut, masyarakat dapat menambah pengetahuan mereka tentang gizi dan kesehatan balita. Beberapa waktu lalu, Dasawisma Nusa Indah telah menemukan dua orang balita yang menderita status gizi kurang. Hal ini kemudian menjadi perhatian utama bagi Dasawisma Nusa Indah untuk dapat segera diatasi. Berbagai hal yang diupayakan oleh anggota Dasawisma bekerjasama dengan pemerintah desa dan kader posyandu. Cara yang selama ini ditempuh oleh anggota Dasawisma Nusa Indah untuk mengatasi status gizi kurang pada balita, dilakukan melalui penimbangan Berat Badan (BB) dan pengukuran Tinggi Badan (TB) di Posyandu. Kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan kader posyandu dan aparat desa setempat. Status gizi kurang yang diderita balita dipantau dengan KMS (Kartu Menuju Sehat). Melalui KMS, balita dapat dipantau dalam hal

16 61 pertumbuhan, perkembangan anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan anak dan rujukan ke Puskesmas/RS saat balita membutuhkan perawatan lebih lanjut. Berat badan yang dicantumkan di KMS akan terlihat sesuai dengan pita warna yang ada, sebagian berat badan balita ada yang berada pada pita warna hijau dan juga kuning bahkan ada yang sebagian berada pada pita warna merah atau tepatnya di Bawah Garis Merah (BGM). Berat badan yang berada pada pita warna hijau dapat dipersepsikan dengan gizi baik, sementara berat badan yang berada pada pita warna kuning merupakan warning (peringatan) kepada ibu balita agar lebih berhati-hati jangan sampai masuk pada berat badan di Bawah Garis Merah (BGM). Status balita BGM selama ini menjadi perhatian anggota Dasawisma Nusa Indah dan petugas kesehatan agar jika sampai terjadi gizi kurang, maka dapat segera dilakukan tindakan pengobatan. Selain itu, pemberian ASI ekslusif pada balita sejak usia 0-6 bulan sangat dianjurkan oleh anggota Dasa Wisma Nusa Indah terhadap ibu-ibu hamil dan menyusui. Karena ASI akan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan balita selanjutnya. Selain mengadakan posyandu secara rutin dan menganjurkan pemberian ASI ekslusif sebagai upaya untuk menjaga status gizi balita agar selalu berada pada taraf baik, anggota Dasa Wisma Nusa Indah pun selalu menganjurkan masyarakat untuk menerapkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan dan

17 62 dapat berperan aktif dalam kegiatan kegiatan kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan kegiatan kesehatan di masyarakat. Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga yang melakukan 10 (sepuluh) PHBS di Rumah Tangga yaitu : 1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan 2) Memberi ASI ekslusif pada balita usia 0-6 bulan 3) Menimbang bayi dan balita 4) Menggunakan air bersih 5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 6) Menggunakan jamban sehat 7) Memberantas jentik di rumah 8) Makan buah dan sayur setiap hari 9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari 10) Tidak merokok di dalam rumah PHBS di Rumah Tangga merupakan upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat yang dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga Sehat. Status gizi lebih pada balita di Desa Pilomonu tidak terlalu banyak terjadi, karena begitu terlihat gejala balita yang mengalami overweigh maka anggota Dasa wisma Nusa Indah cepat dan tanggap mengatasi masalah tersebut. Status gizi lebih sering terjadi pada keluarga dengan taraf ekonomi yang mapan. Status gizi lebih ini terjadi karena dipengaruhi oleh pola makan yang kurang teratur sehingga asupan gizi yang diperoleh anak terlalu berlebihan. Beberapa upaya yang

18 63 dilakukan oleh anggota Dasawisma Nusa Indah dalam mengantisipasi terjadinya status gizi lebih pada balita dengan beberapa cara seperti mengajak balita untuk melakukan aktivitas diluar rumah yang dapat membantu perkembangan fisik anak seperti bermain bola, berlari, naik sepeda dan sebagainya, membatasi konsumsi makanan dan minuman yang manis karena mengandung kalori yang tinggi serta membatasi anak-anak dalam menonton TV, film, bermain game atau bentuk hiburan lain sejenis yang tidak terlalu banyak aktivitas fisiknya. Semua itu disampaikan oleh anggota Dasawisma Nusa Indah saat mengadakan penyuluhan tentang gizi maupun saat mengadakan posyandu rutin setiap bulan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk mengatasi masalah gizi yang terjadi desa Pilomonu, ada beberapa tahap yang dilakukan oleh Dasawisma Nusa Indah dalam menjalankan perannya sebagai berikut : 1) Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention) Pencegahan tingkat pertama mencakup promosi kesehatan dan perlindungan khusus yang dilakukan oleh anggota Dasawisma Nusa Indah dengan cara memberikan penyuluhan kepada masyarakat terhadap hal-hal yang dapat mencegah terjadinya kekurangan gizi. Tindakan yang termasuk dalam pencegahan tingkat pertama adalah : a) Hanya memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan b) Memberikan MP-ASI (makanan pendamping ASI) setelah umur 6 bulan c) Menyusui diteruskan sampai umur 2 tahun d) Menggunakan garam beryodium

19 64 e) Memberikan suplemen gizi (kapsul Vitamin A, tablet fe) kepada anak balita. f) Pemberian imunisasi dasar lengkap 2) Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention) Pencegahan tingkat kedua lebih ditujukan pada kegiatan skrining kesehatan dan deteksi dini untuk menemukan kasus gizi kurang didalam populasi. Pencegahan tingkat kedua bertujuan untuk menghentikan kasus gizi kurang menuju suatu perkembangan kearah kerusakan atau ketidakmampuan. Tindakan yang termasuk dalam pencegahan tingkat kedua adalah : a) Pemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita yang berat badannya tidak naik atau menderita gizi kurang. b) Deteksi dini (penemuan kasus baru gizi kurang) melalui bulan penimbangan balita di posyandu. c) Pelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi) d) Pelaksanaan system kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi buruk e) Pemantauan status gizi 3) Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention) Pencegahan tingkat ketiga ini ditujukan untuk membatasi atau menghalangi ketidakmampuan, kondisi atau gangguan sehingga tidak berkembang kearah lanjut yang membutuhkan perawatan intensif. Pencegahan tingkat ketiga juga mencakup pembatasan terhadap segala ketidakmampuan dengan menyediakan rehabilitasi saat masalah gizi sudah terjadi dan menimbulkan kerusakan. Tindakan yang termasuk dalam pencegahan tingkat ketiga :

20 65 a) Konseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan. b) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu dalam memberikan asupan gizi kepada anak. c) Menangani kasus gizi kurang dengan perawatan puskesmas dan rumah sakit. d) Pemberdayaan keluarga untuk menerapkan perilaku sadar gizi. e) Melakukan pencegahan meluasnya kasus dengan koordinasi lintas program dan lintas sekor dengan cara memberikan bantuan pangan, pengobatan penyakit, penyediaan air bersih. Kekurangan dan kelebihan gizi pada balita nyatanya dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan spiritual balita. Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi balita seperti ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan, prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu, adanya kebiasaan / pantangan yang merugikan, kesukaan berlebihan terhadap jenis makanan tertentu, keterbatasan penghasilan keluarga, dan jarak kelahiran yang rapat, saat ini telah menjadi tanggung jawab semua pihak termasuk keluarga, kader posyandu, Dasawisma, serta aparat pemerintah Desa Pilomonu setempat. Kesadaran dan kepedulian akan perilaku hidup bersih dan sehat dapat menjadi pondasi awal bagi setiap keluarga dalam menjaga status gizi balita agar selalu berada pada status gizi baik. Kekurangan dan kelebihan gizi pada balita dapat menyebabkan gangguan kesehatan, dimana gangguan tersebut dapat bersifat permanen dan sangat sulit

21 66 untuk diperbaiki, yang imbasnya akan mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia khususnya generasi muda yang ada di Desa Pilomonu.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. daerah pemukiman penduduk, persawahan, dan perkebunan dengan batas-batas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. daerah pemukiman penduduk, persawahan, dan perkebunan dengan batas-batas BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Keadaan Geografis Keadaan geografi Desa Limehe Timur berupa dataran yang terdiri atas daerah pemukiman

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,

Lebih terperinci

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Apa latarbelakang perlunya KADARZI? Apa itu KADARZI? Mengapa sasarannya keluarga? Beberapa contoh perilaku SADAR GIZI Mewujudkan keluarga cerdas dan mandiri Mengapa perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM berkualitas, faktor gizi memegang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu) 1. Pengertian Posyandu Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Untuk hidup dan meingkatkan kualitas hidup, setiap orang memerlukan 5 kelompok zat gizi (Karbohidrat, Protein, Lemak, Vitamin dan Mineral) dalam jumlah yang cukup,

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode:... PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI Nama responden :... Nomor contoh :... Nama

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL Untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2

Lebih terperinci

KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA

KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA 94 KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA KARAKTERISTIK KELUARGA Nomor Responden : Nama Responden (Inisial)

Lebih terperinci

BAB V STATUS GIZI BALITA DAN LINGKUNGAN RENTAN GIZI DI DESA PECUK. A. Gambaran Status Gizi Baik Balita di Desa Pecuk

BAB V STATUS GIZI BALITA DAN LINGKUNGAN RENTAN GIZI DI DESA PECUK. A. Gambaran Status Gizi Baik Balita di Desa Pecuk BAB V STATUS GIZI BALITA DAN LINGKUNGAN RENTAN GIZI DI DESA PECUK A. Gambaran Status Baik Balita di Desa Pecuk Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komitmen pemerintah untuk mensejahterakan rakyat nyata dalam peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari penetapan perbaikan status gizi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu) 1. Pengertian Posyandu Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) adalah pusat kegiatan masyarakat dimana masyarakat dapat memperoleh pelayanan Keluarga

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan pelayanan medis dan pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI I. PENJELASAN UMUM Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang terdiri

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PERILAKU ORANGTUA TERHADAP ANAK BALITA PENDERITA GIZI BURUK DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA TAHUN 2009

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PERILAKU ORANGTUA TERHADAP ANAK BALITA PENDERITA GIZI BURUK DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA TAHUN 2009 KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PERILAKU ORANGTUA TERHADAP ANAK BALITA PENDERITA GIZI BURUK DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA TAHUN 2009 I. KARAKTERISTIK 1 Nama : 2 Umur : 3 Alamat : 4. Pekerjaan : 1. PNS 2.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk hidup sehat. Visi ini dicapai dengan dukungan masyarakat dan pemerintah, oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam siklus hidup manusia gizi memegang peranan penting. Kekurangan gizi pada anak balita akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan 19 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman lain. ASI Eksklusif diberikan sampai 6 bulan pertama kehidupan. Manfaat dari pemberian

Lebih terperinci

KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI DAN KADARZI PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 I.

KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI DAN KADARZI PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 I. 5 Lampiran 1 KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI DAN KADARZI PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI TAHUN 21 I. IDENTITAS LOKASI 1. Propinsi 2. Kabupaten 3. Kecamatan 4. Desa / Kelurahan

Lebih terperinci

Pemberian Makanan Tambahan dalam meningkatkan status gizi anak

Pemberian Makanan Tambahan dalam meningkatkan status gizi anak Pemberian Makanan Tambahan dalam meningkatkan status gizi anak Kajian teoritis dan implementatif M I N A R T O 27-08-2016 - Konsep/teori - Praktik/implementasi - Masalah dan solusi Pendekatan komprehensif

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM GIZI PUSKESMAS KAMPAR KIRI

KERANGKA ACUAN PROGRAM GIZI PUSKESMAS KAMPAR KIRI KERANGKA ACUAN PROGRAM GIZI PUSKESMAS KAMPAR KIRI 1 Pendahuluan 2 Latar Belakang 3 Tujuan a. Umum b. Khusus. 4 Kegiatan a. Pokok b. Rincian Kegiatan. 5 Cara melaksanakan kegiatan. 6 Sasaran 7 Jadwal pelaksanaan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner. Nama sheet : Coverld. 1. Tanggal wawancara : MK1. 2. Nama responden : MK2. 3. Nama balita : MK3. 4.

Lampiran 1 Kuesioner. Nama sheet : Coverld. 1. Tanggal wawancara : MK1. 2. Nama responden : MK2. 3. Nama balita : MK3. 4. LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner KUESIONER PENELITIAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DAN PERILAKU GIZI SEIMBANG IBU KAITANNYA DENGAN STATUS GIZI DAN KESEHATAN BALITA DI KABUPATEN BOJONEGORO Nama sheet

Lebih terperinci

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri) kekurangan energi kronik (pada remaja puteri) BAB I PENDAHALUAN A. LATAR BELAKANG Masalah gizi masih merupakan beban berat bagi bangsa, hakekatnya berpangkal dari keadaan ekonomi dan pengetahuan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan suatu negara. Berdasarkan target Millenium Development Goals

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan suatu negara. Berdasarkan target Millenium Development Goals BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian balita (AKABA) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan suatu negara. Berdasarkan target Millenium Development Goals (MDG s), sampai dengan tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi pada makhluk hidup. Pertumbuhan berarti bertambah besar dalam ukuran fisik, akibat

Lebih terperinci

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Emmi Silitonga* Lufthiani** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

TUTORIAL DAN PENDAMPINGAN ASI EKSKLUSIF SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN IMUN DAN KECERDASAN ANAK SEJAK DINI BAGI IBU-IBU PKK KECAMATAN BANDUNG TULUNGAGUNG

TUTORIAL DAN PENDAMPINGAN ASI EKSKLUSIF SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN IMUN DAN KECERDASAN ANAK SEJAK DINI BAGI IBU-IBU PKK KECAMATAN BANDUNG TULUNGAGUNG TUTORIAL DAN PENDAMPINGAN ASI EKSKLUSIF SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN IMUN DAN KECERDASAN ANAK SEJAK DINI BAGI IBU-IBU PKK KECAMATAN BANDUNG TULUNGAGUNG Dewi Anggraini 1), Wiku Widyo Baskoro 2), Bayu Mahendra

Lebih terperinci

Daya tahan rendah Mudah sakit Kematian

Daya tahan rendah Mudah sakit Kematian DR. ESI EMILIA, MSI Gizi Kurang Daya tahan rendah Mudah sakit Kematian Daya tahan rendah Absensi meningkat Produktivitas rendah Pendapatan rendah Tumbuh kembang otak tidak optimal Gangguan kecerdasan &

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

Lebih terperinci

KMS = Kartu Menuju Sehat Sebagai alat bantu pengukuran dan pemantauan STATUS GIZI balita Masih ditemukan tingginya kesalahan pada saat pengisian KMS

KMS = Kartu Menuju Sehat Sebagai alat bantu pengukuran dan pemantauan STATUS GIZI balita Masih ditemukan tingginya kesalahan pada saat pengisian KMS copyright@saricipta KMS = Kartu Menuju Sehat Sebagai alat bantu pengukuran dan pemantauan STATUS GIZI balita Masih ditemukan tingginya kesalahan pada saat pengisian KMS Keadaan keseimbangan antara ASUPAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kepadatan penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat dalam hal kepadatan penduduk,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan. terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang

I. PENDAHULUAN. suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan. terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses tumbuh kembang balita. Balita pendek memiliki dampak negatif yang akan berlangsung dalam kehidupan selanjutnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jangka Menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi 20%, maupun target

BAB I PENDAHULUAN. Jangka Menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi 20%, maupun target BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia prevalensi balita gizi buruk adalah 4,9% dan gizi kurang sebesar 13,0% atau secara nasional prevalensi balita gizi buruk dan gizi kurang adalah sebesar

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH DINAS KESEHATAN Jalan Jend.Sudirman No.24 Telp SUNGAI PENUH Kode Pos : 37112

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH DINAS KESEHATAN Jalan Jend.Sudirman No.24 Telp SUNGAI PENUH Kode Pos : 37112 PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH DINAS KESEHATAN Jalan Jend.Sudirman No.24 Telp 0748.21052 SUNGAI PENUH Kode Pos : 37112 Organisasi Bidang Seksi Program KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) TAHUN ANGGARAN 2013 : Dinas

Lebih terperinci

MATERI PENYEGARAN KADER

MATERI PENYEGARAN KADER MATERI PENYEGARAN KADER 1. Topik : KMS a. Pengertian Kartu Menuju Sehat (KMS) KMS adalah kartu yang memuat data pertumbuhan serta beberapa informasi lain mengenai perkembangan anak, yang dicatat setiap

Lebih terperinci

Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012

Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012 Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012 I. PENDAHULUAN A. PENGERTIAN 1. Posyandu adlh salah satu bentuk UKBM yg dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik untuk bayi yang mengandung sel darah putih, protein dan zat kekebalan yang cocok untuk bayi. ASI membantu pertumbuhan dan

Lebih terperinci

Kata kunci : Peran Keluarga Prasejahtera, Upaya Pencegahan ISPA pada Balita

Kata kunci : Peran Keluarga Prasejahtera, Upaya Pencegahan ISPA pada Balita PERAN KELUARGA PRASEJAHTERA DENGAN UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI DESA DEPOK KECAMATAN KANDEMAN KABUPATEN BATANG 7 Cipto Roso ABSTRAK Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan

Lebih terperinci

b. Tujuan Khusus Meningkatkan cakupan hasil kegiatan Bulan Penimbangan Balita (BPB) di Puskesmas Losarang.

b. Tujuan Khusus Meningkatkan cakupan hasil kegiatan Bulan Penimbangan Balita (BPB) di Puskesmas Losarang. KERANGKA ACUAN KEGIATAN SWEEPING PELAKSANAAN BPB, PENIMBANGAN BULANAN DI POSYANDU DAN PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA BAYI DAN BALITA UPT PUSKESMAS LOSARANG TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN Kegiatan Bulan Penimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian dari membangun manusia seutuhnya yang diawali dengan pembinaan kesehatan anak mulai sejak dini. Pembinaan kesehatan anak sejak awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Indikatornya adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera, yang dapat menikmati

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk mencapainya, faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang baik. Menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang baik. Menciptakan sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa berkaitan erat dengan kualitas sumber daya manusia yang baik. Menciptakan sumber daya manusia yang bermutu perlu ditata sejak dini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) (2012) setiap tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka kesakitan diare pada tahun 2011

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Daftar Masalah di Puskesmas Pauh No Program Masalah Target / Indikator

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Daftar Masalah di Puskesmas Pauh No Program Masalah Target / Indikator BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Masalah Proses identifikasi masalah dilakukan melalui kegiatan observasi dan wawancara dengan pimpinan puskesmas, pemegang program, dan orang orang yang menjalankan program

Lebih terperinci

Banyaknya masalah yang ditemukan dalam program Puskesmas Pauh. dilakukan penentuan prioritas masalah yang merupakan masalah terbesar.

Banyaknya masalah yang ditemukan dalam program Puskesmas Pauh. dilakukan penentuan prioritas masalah yang merupakan masalah terbesar. 4.2 Prioritas Masalah Banyaknya masalah yang ditemukan dalam program Puskesmas Pauh tidak memungkinkan untuk diselesaikan sekaligus atau seluruhnya, sehingga perlu dilakukan penentuan prioritas masalah

Lebih terperinci

SERIBU HARI UNTUK NEGERI

SERIBU HARI UNTUK NEGERI SERIBU HARI UNTUK NEGERI (DRAFT) PANDUAN GERAKAN NASIONAL SADAR GIZI MENUJU MANUSIA INDONESIA PRIMA I. LATAR BELAKANG Sesungguhnya aset paling berharga milik bangsa Indonesia adalah sumber daya manusia

Lebih terperinci

Meja 1 Pendaftaran balita, ibu hamil, ibu menyusui. Meja 4 Penyuluhan dan pelayanan gizi bagi ibu balita, ibu hamil dan ibu menyusui

Meja 1 Pendaftaran balita, ibu hamil, ibu menyusui. Meja 4 Penyuluhan dan pelayanan gizi bagi ibu balita, ibu hamil dan ibu menyusui 5 MEJA POSYANDU Langkah ke Posyandu Pelaksanaan kegiatan di Posyandu Cahaya dikenal dengan nama sistem 5 meja, dimana kegiatan di masing-masing meja mempunyai kekhususan sendiri-sendiri. Sistem 5 meja

Lebih terperinci

Gizi Masyarakat. Rizqie Auliana

Gizi Masyarakat. Rizqie Auliana Gizi Masyarakat Rizqie Auliana rizqie_auliana@uny.ac.id 1 Permasalahan gizi yang dihadapi oleh Indonesia seakan tidak pernah mau berakhir dan semakin diperparah oleh terjadinya krisis ekonomi tahun 1996.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak balita adalah penerus masa depan kita, anak balita juga menentukan masa depan bangsa, anak balita sehat akan menjadikan anak balita yang cerdas. Anak balita salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade terakhir ditandai dengan perbaikan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010, pendapatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan pangan. Banyak kasus kurang gizi disebabkan karena rendahnya pemahaman pola konsumsi yang sehat

Lebih terperinci

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas SATUAN ACARA PENYULUHAN Topik : Perawatan Masa Nifas Hari Tanggal : Waktu : Sasaran : Ibu nifas Tempat : I. Latar belakang Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan

Lebih terperinci

1

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sejak tahun 1998, pemerintah Indonesia sudah melakukan kampanye pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif yang dipelopori oleh World Health Organization (WHO). Pemberian

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian No. Responden :

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian No. Responden : LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian No. Responden : PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT, POLA ASUH, STATUS GIZI, DAN STATUS KESEHATAN ANAK BALITA DI WILAYAH PROGRAM WARUNG ANAK SEHAT (WAS) KABUPATEN SUKABUMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih dihadapkan pada berbagai masalah diantaranya masih banyaknya balita

BAB I PENDAHULUAN. masih dihadapkan pada berbagai masalah diantaranya masih banyaknya balita 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terpenuhinya gizi balita merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) dimasa depan, namun pada pencapaiannya masih dihadapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pentingnya menjaga kesehatan bagi masyarakat adalah hal mutlak. Karena dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat terus produktif.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yaitu terciptanya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk

Lebih terperinci

PENURUNAN ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN MELALUI PENERAPAN PHBS

PENURUNAN ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN MELALUI PENERAPAN PHBS PENURUNAN ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN MELALUI PENERAPAN PHBS BAMBANG PRIHUTOMO, SKM., MPH. Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan Bidang Kemitraan dan Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Kab.

Lebih terperinci

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Kepentingan kesegaran jasmani dalam pemeliharaan kesehatan tidak diragukan lagi, semakin tinggi tingkat kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang

Lebih terperinci

Artikel Pola Asuh Gizi Pada Bayi Anak Makalah Pengertian Contoh

Artikel Pola Asuh Gizi Pada Bayi Anak Makalah Pengertian Contoh Artikel Pola Asuh Gizi Pada Bayi Anak Makalah Pengertian Contoh Ditulis oleh : Sanjaya Yasin Artikel Pola asuh gizimerupakan praktek dirumah tangga yang diwujudkan dengan tersedianya pangan dan perawatan

Lebih terperinci

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) I. Pendahuluan II. III. IV. Pangan dan Gizi Sebagai Investasi Pembangunan Analisis Situasi Pangan dan Gizi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155/Menkes/Per/I/2010 TENTANG PENGGUNAAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) BAGI BALITA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155/Menkes/Per/I/2010 TENTANG PENGGUNAAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) BAGI BALITA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155/Menkes/Per/I/2010 TENTANG PENGGUNAAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) BAGI BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Faktor yang berkontribusi terhadap kejadian BGM di Provinsi Lampung

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Faktor yang berkontribusi terhadap kejadian BGM di Provinsi Lampung BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 KESIMPULAN 1. Faktor yang berkontribusi terhadap kejadian BGM di Provinsi Lampung adalah asupan energi, asupan protein, ASI eksklusif, MP-ASI, ISPA, umur balita, pemantauan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara dan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan. 2

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara dan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan. 2 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan SKRT 2003, pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas kehidupan, usia harapan hidup serta mempertinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas dalam pemeliharaan status kesehatan holistik manusia telah dimulai sejak janin, bayi, anak, remaja, dewasa, sampai usia lanjut. Dalam setiap tahapan dari siklus

Lebih terperinci

ANALISIS SITUASI PANGAN DAN GIZI

ANALISIS SITUASI PANGAN DAN GIZI ANALISIS SITUASI PANGAN DAN GIZI ANALISIS SITUASI PANGAN DAN GIZI Kuliah Pembekalan KKP 2012 DR. Ikeu Tanziha Pengertian Pengertian analisis situasi pangan dan gizi adalah kegiatan pengamatan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebabkan

Lebih terperinci

LEMBAR PRATES DAN POST-TEST PELATIHAN DENGAN METODE SIMULASI KEPADA TOKOH MASYARAKAT TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT TATANAN RUMAH TANGGA

LEMBAR PRATES DAN POST-TEST PELATIHAN DENGAN METODE SIMULASI KEPADA TOKOH MASYARAKAT TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT TATANAN RUMAH TANGGA LEMBAR PRATES DAN POST-TEST PELATIHAN DENGAN METODE SIMULASI KEPADA TOKOH MASYARAKAT TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT TATANAN RUMAH TANGGA DATA PRIBADI Nama : Jenis Kelamian : L / P Umur : tahun

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU GIZI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

PROGRAM STUDI ILMU GIZI UNIVERSITAS ESA UNGGUL PROGRAM STUDI ILMU GIZI UNIVERSITAS ESA UNGGUL Kepada Yth. Ibu Balita Di Tempat Kabanjahe, Juli 2015 Saya mahasiswa Jurusan Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul. Dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini negara Indonesia sedang menghadapi masalah gizi ganda, yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari kemajuan jaman pada latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang anak karena anak sedang dalam masa tumbuh sehingga segala kebutuhan anak berbeda dengan kebutuhan orang

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air susu ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi serta mempunyai nilai gizi yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat manusia atau susu

Lebih terperinci

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan Resiko Tinggi Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa bayi antara usia 6 24 bulan merupakan masa emas untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Karena itu, masa ini merupakan kesempatan yang baik bagi orang tua untuk

Lebih terperinci

MATERI PENYULUHAN ASI EKSLUSIF OLEH : dr.rizma Alfiani Rachmi

MATERI PENYULUHAN ASI EKSLUSIF OLEH : dr.rizma Alfiani Rachmi MATERI PENYULUHAN ASI EKSLUSIF OLEH : dr.rizma Alfiani Rachmi Pengertian ASI (Air Susu Ibu) ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan alamiah berupa cairan Dengan kandungan gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi buruk. Untuk menanggulangi masalah tersebut kementerian. kesehatan (kemenkes) menyediakan anggaran hingga Rp 700 miliar

BAB I PENDAHULUAN. gizi buruk. Untuk menanggulangi masalah tersebut kementerian. kesehatan (kemenkes) menyediakan anggaran hingga Rp 700 miliar BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang sangat membutuhkan perhatian penuh orang tua dan lingkungannya. Dalam masa pertumbuhannya, balita sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengancam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat diperlukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mengancam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat diperlukan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang belum dapat diselesaikan, khususnya masalah kekurangan gizi. Hal ini sangat merisaukan karena mengancam kualitas Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu sangat mendambakan kesehatan karena hal itu merupakan modal utama dalam kehidupan, setiap orang pasti membutuhkan badan yang sehat, baik jasmani maupun

Lebih terperinci

LEMBAR PERTANYAAN. Frekuensi. Informasi 1. Presentational media - Petugas Puskesmas. a. 1-3 bulan. Asi saja - Bidan. b. 4-6 bulan

LEMBAR PERTANYAAN. Frekuensi. Informasi 1. Presentational media - Petugas Puskesmas. a. 1-3 bulan. Asi saja - Bidan. b. 4-6 bulan LEMBAR PERTANYAAN PENGARUH TERPAAN INFORMASI TERHADAP HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DALAM TINDAKAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIFDI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANDALA TAHUN 2009 I. IDENTITAS RESPONDEN No. Responden :

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang Derajat kesehatan yang tinggi merupakan salah satu perwujudan dari kesejahteraan umum masyarakat Indonesia. Oleh karena itu salah satu agenda pemerintah dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan.sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena banyak mengandung zat gizi yang diperlukan oleh bayi dan sangat penting bagi pertumbuhan.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS KESEHATAN KOTA UPTD PUSKESMAS SEMEMI

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS KESEHATAN KOTA UPTD PUSKESMAS SEMEMI PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS KESEHATAN KOTA UPTD PUSKESMAS SEMEMI Jl. RAYA KENDUNG KEL. SEMEMI KEC. BENOWO TELP. 031 7413631 S U R A B A Y A KODE POS 60198 KERANGKA ACUAN KEGIATAN PELACAKAN BALITA GIZI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menggembirakan. Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk,

BAB 1 PENDAHULUAN. menggembirakan. Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keadaan gizi masyarakat Indonesia pada saat ini masih belum menggembirakan. Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk, kurang Vitamin A, anemia gizi

Lebih terperinci

dibawah usia 5 tahun (Anonim, Kompas, Mei 2005). Hal ini juga golongan masyarakat rentan gizi (Sediaoetama,1999).

dibawah usia 5 tahun (Anonim, Kompas, Mei 2005). Hal ini juga golongan masyarakat rentan gizi (Sediaoetama,1999). BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Secara umum masalah gizi di Indonesia terutama Kekurangan Energi Protein (KEP) merupakan salah satu masalah kesehatan anak yang menjadi problem khusus. Angka kejadian tertinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi badannya. Pendek atau yang dikenal dengan istilah stunting masih menjadi masalah gizi yang prevalensinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah kematian anak usia bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang khususnya Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti & BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelompok anak sekolah merupakan salah satu segmen penting di masyarakat dalam upaya peningkatan pemahaman dan kesadaran gizi sejak dini. Anak sekolah merupakan sasaran

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 46 TAHUN 2017 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan kehidupannya. Kebutuhan tersebut dapat tercukupi dengan memberikan ASI secara Eksklusif pada bayi selama

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bab ini terdiri dari kesimpulan yang mencerminkan hasil yang didapatkan dari penelitian

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bab ini terdiri dari kesimpulan yang mencerminkan hasil yang didapatkan dari penelitian 188 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri dari kesimpulan yang mencerminkan hasil yang didapatkan dari penelitian dan saran yang merupakan rekomendasi untuk tindak lanjut. A. Kesimpulan 1. Keluarga

Lebih terperinci