II. TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sikap Sikap (attitude) adalah evaluasi, perasaan emosional dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap beberapa objek atau gagasan. (Setiadi, 2005). Konsumen memiliki sikap terhadap hampir semua hal yang ditawarkan oleh perusahaan seperti produk, pelayanan, harga, pendistribusian produk, promosi dan sebagainya. Sikap menempatkan konsumen dalam sebuah kerangka pemikiran yang menyukai atau tidak menyukai suatu objek dan sikap mengarahkan orang-orang berprilaku secara konsisten terhadap objek yang sama. Sikap terdiri dari tiga komponen yang berbeda yaitu kognitif, afektif dan kecenderungan perilaku (Muchlas, 2005). Kognitif adalah sikap tertentu berisikan informasi yang dimiliki sesuai dengan objek tertentu, afektif adalah evaluasi positif atau negatif terhadap suatu objek tertentu, sedangkan kecenderungan perilaku adalah perilaku aktual terhadap suatu objek tertentu. Orang tidak menginterpretasikan atau bereaksi terhadap setiap objek dengan cara sama sekali baru. Sikap mengemat tenaga dan pikiran karena sikap sangat sulit berubah. Sikap seseorang membentuk suatu pola yang konsisten dan untuk mengubah satu sikap mungkin mengharuskan penyesuaian sikap yang lainnya. Sebuah perusahaan sebaiknya menyesuaikan produknya dengan sikap yang telah ada daripada mengubah sikap orang, karena mengubah sikap orang memerlukan biaya yang besar dan waktu yang lama. B. Pengertian Perilaku Konsumen Dalam ilmu ekonomi dikatakan bahwa manusia adalah makhluk ekonomi yang selalu berusaha memaksimalkan kepuasannya dan selalu bertindak rasional. Konsumen akan berusaha memaksimalkan kepuasannya selama kemampuan finansialnya memungkinkan. Mereka memiliki pengetahuan tentang

2 alternatif produk yang dapat memuaskan kebutuhan mereka, selama utilitas marginal (marginal utility) yang diperoleh dari pembelian produk masih lebih besar atau sama dengan biaya yang dikorbankan, konsumen akan membeli suatu produk. Meskipun demikian, tugas pemasaran harus mempelajari perilaku konsumen. Karena sebuah organisasi dapat mencapai tujuannya hanya kalau memahami kebutuhan dan keinginan konsumen serta mampu memenuhinya dengan cara yang lebih efisien dan efektif dibanding pesaing (Simamora, 2004). Ada beberapa definisi perilaku konsumen. Menurut Engel et al. dalam Simamora (2004), perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini. Menurut Kotler dan Amstrong (1997), mengartikan perilaku konsumen sebagai perilaku pembelian konsumen akhir, baik individu maupun rumah tangga, yang membeli produk untuk konsumsi personal. Dari definisi di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu: Perilaku konsumen menyoroti perilaku individu dan rumah tangga. Perilaku konsumen menyangkut suatu proses keputusan sebelum pembelian serta tindakan dalam memperoleh, memakai, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen (Simamora, 2004), yaitu: a. Faktor kebudayaan termasuk kultur, subkultur, kelas sosial. b. Faktor sosial seperti kelompok kecil, keluarga, peran dan status sosial dari konsumen, oleh karena itu pemasar harus benar-benar memperhitungkan untuk menyusun startegi pemasaran. c. Faktor pribadi yaitu keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahap daur-hidup pembeli, jabatan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri pembeli yang bersangkutan. d. Faktor psikologis, pada suatu saat tertentu seseorang mempunyai banyak kebutuhan baik bersifat biogenik maupun biologis.

3 Kebutuhan ini timbul dari suatu keadaan fisiologis tertentu seperti lapar, haus. Sedangkan kebutuhan yang bersifat psikologis adalah kebutuhan yang timbul dari keadaan fisiologis tertentu seperti kebutuhan untuk diakui, harga diri, atau kebutuhan untuk diterima oleh lingkungannya. Kebudayaan Sosial Kultur Personal Kultur rujukan Psikologis Usia Daur hidup Motivasi Pembeli Sub kultur Jabatan Persepsi Keluarga Keadaan Ekonomi Learning Gaya hidup Kepercayan sikap Kepribadian Konsep diri Peran dan Status Sosial Kelas sosial Gambar 1 Faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen C. Pengertian Perilaku Pengusaha UKM (Usaha Kecil Menengah). Pengertian perilaku pengusaha UKM pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan pengertian perilaku konsumen. Perilaku konsumen lebih cenderung kepada hal yang bersifat individu dan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti budaya, sosial, pribadi dan psikologis dalam memutuskan untuk membeli suatu produk yang ditawarkan. Sedangkan perilaku pengusaha UKM adalah perilaku pemilik perusahaan dengan karakteristik tertentu yang dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, informasi, pribadi, dan psikologis dalam mengambil keputusan mendapatkan dana maupun alokasi dana untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam proses mendapatkan dana, sektor UKM memiliki berbagai cara baik berasal dari sumber pribadi maupun pinjaman dari pihak ketiga yaitu sektor perbankan maupun rentenir. Kendala utama dalam proses mendapatkan dana adalah kepercayaan yang diberikan sektor UKM untuk bisa meyakinkan pihak pemberi bantuan.

4 Keputusan pengusaha UKM untuk mendapatkan dana atau mengakses pembiayaan kepada perbankan merupakan hasil suatu hubungan yang saling mempengaruhi dan rumit antara faktor budaya, sosial, informasi, pribadi dan psikologi. Banyak dari faktor-faktor tersebut tidak dipengaruhi oleh perbankan dalam hal ini marketing bank, namun faktor ini sangat berguna untuk mengidentifikasi pengusaha UKM yang mungkin memiliki minat terbesar terhadap pembiayaan yang ditawarkan oleh perbankan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengusaha UKM dalam kegiatan mengakses pembiayaan kepada perbankan adalah sebagai berikut: 1. Faktor Kebudayaan Kebudayaan merupakan faktor penentu paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang (Setiadi, 2005), tetapi faktor kebudayaan yang dikaitkan dengan perilaku UKM yaitu seperangkat nilai, persepsi, dan perilaku melalui suatu proses sosialisasi yang melibatkan keluarga, lingkungan dan lembagalembaga sosial. Contoh pengusaha UKM yang berada di daerah terpencil dengan pengusaha yang berada di daerah perkotaan tentu berbeda, hal ini disebabkan lingkungan yang mempengaruhi. Pengusaha UKM di daerah cenderung enggan untuk berhubungan dengan perbankan karena persepsi mereka yang menganggap bank adalah sebuah institusi yang penuh dengan segala macam persyaratan-persyaratan dan aturan-aturan yang mereka anggap menjadi sebuah kendala yang memusingkan, pada akhirnya mereka malah akrab dengan rentenir karena tidak perlu persyaratan yang macammacam. Sebaliknya dengan pengusaha UKM di perkotaan, mereka cenderung lebih bisa memanfaatkan fasilitas perbankan karena sosialisasi yang mereka terima, baik dari lingkungan, rekan bisnis ataupun tuntutan yang tidak bisa mereka hindari, misalnya rekan bisnis menghendaki pembayaran melalui transfer bank. Lingkungan yang mendukung berarti para pengusaha UKM di perkotaan akan lebih mudah untuk berhubungan dengan bank, proses selanjutnya mereka akan lebih mudah di dalam mengakses sumber pembiayaan yang diinginkan. 2. Faktor Sosial

5 Kelompok referensi seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Beberapa diantaranya adalah kelompok-kelompok primer yang dengan adanya interaksi yang cukup berkesinambungan seperti keluarga, teman, tetangga, dan teman sejawat. Kelompok-kelompok sekunder, yang cenderung lebih resmi yang mana interaksi yang terjadi kurang berkesinambungan (Setiadi, 2005). Kaitannya dengan perilaku pengusaha UKM dalam kegiatan mengakses pembiayaan bank bahwa faktor sosial berpengaruh terhadap keputusan yang diambil untuk mengakses pembiayaan bank, seperti dari pihak keluarga, teman maupun rekan bisnis. Contoh teman sejawat maupun rekan bisnis menceritakan pengalaman berhubungan dengan suatu bank, misalnya mengenai pelayanan, kemudahan bertransaksi, tingkat bunga pembiayaan lebih murah, maka secara tidak langsung teman maupun rekan bisnis tersebut telah memberikan referensi yang berpengaruh terhadap persepsi nasabah UKM untuk mengajukan pembiayaaan kepada bank tersebut. 3. Faktor pribadi Keputusan seorang pembeli dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur, jabatan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri pembeli yang bersangkutan. (Simamora, 2004). Kaitannya dengan prilaku UKM yaitu perusahaan UKM lebih banyak perusahaan yang dimiliki oleh perserorangan, maka faktor pribadi memiliki pengaruh yang cukup kuat dan menggambarkan kepribadian seorang pengusaha UKM. Contoh pengusaha A selalu berhubungan dengan bank tertentu dengan alasan pengusaha tersebut menjadi nasabah utama di bank tersebut dan merasa lebih diutamakan karena faktor kekayaan yang dimiliki oleh pengusaha tersebut. 4. Faktor psikologis Kebutuhan yang bersifat psikologis adalah kebutuhan yang timbul dari keadaan fisiologis tertentu seperti kebutuhan untuk diakui, harga diri, atau

6 kebutuhan untuk diterima oleh lingkungannya (Simamora, 2004). Kaitannya dengan perilaku UKM yaitu motivasi yang melandasi pengusaha UKM untuk berhubungan dengan bank dalam rangka mengakses sumber pembiayaan. Contoh seorang pengusaha UKM selalu berhubungan dengan bank tertentu karena merasakan kepuasan dalam pelayanan atau pengusaha B selalu berhubungan dengan bank tertentu karena merasa lebih prestise. D. Pengertian Citra Citra adalah konsep yang mudah dimengerti tetapi sulit dijelaskan secara sistematis karena sifatnya abstrak. Ada dua pendekatan untuk mengukur citra. Pertama adalah merefleksikan citra di benak konsumen menurut mereka sendiri. Ini disebut pendekatan tidak terstruktur (unstructured approach) karena konsumen bebas menjelaskan citra suatu objek di benak mereka. Kedua peneliti menyajikan dimensi yang jelas, kemudian responden merespon terhadap dimensi-dimensi yang ditanyakan (structured approach).(simamora, 2004). Citra atau imaji terbentuk dari persepsi yang melekat dalam waktu yang lama dan terbentuk dari interaksi sosial. E. Pengertian Kredit Program Kemitraan Program Kemitraan atau Kredit Kemitraan BUMN adalah pelaksanaan program kemitraan BUMN dengan usaha mikro, kecil dan koperasi, yang dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan usaha mikro, kecil dan koperasi agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemberian pinjaman untuk usaha produktif dalam bentuk modal kerja maupun investasi kepada mitra binaan. F. Pengertian Segmentasi Pasar Segementasi pasar adalah proses mengkotak-kotakan pasar yang heterogen ke dalam potensial customer yang memiliki kesamaan kebutuhan dan atau kesamaan karakter yang memiliki respon yang sama dalam membelanjakan uangnya (Kasali, 1999).

7 Pasar mempunyai sifat yang heterogen, maka akan sulit bagi produsen untuk melayaninya, oleh karena itu produsen harus bisa memilih bagian yang homogen yang memiliki ciri-ciri yang sama dan cocok dengan kemampuan perusahaan untuk memenuhi tuntutan konsumen. Elemen strategi segmentasi pasar yaitu produk, distribusi, harga dan promosi. 1. Produk Strategi pemasaran bukan hanya disesuaikan dengan konsumen, tetapi juga mengubah apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh konsumen tentang diri mereka sendiri, tentang berbagai macam tawaran pasar, serta situasi yang tepat untuk pembelian dan penggunaan produk. Inti dari segementasi produk adalah produk mana yang digunakan konsumen saat ini, serta keuntungan apa yang diharapkan konsumen dari produk tersebut. 2. Promosi Promosi yang bagaimana yang dapat mempengaruhi konsumen untuk membeli dan menggunakan produk kita serta iklan yang bagaimana yang paling efektif untuk produk kita. 3. Harga Seberapa penting dampak dari harga terhadap perilaku pembelian. 4. Distribusi Dimana konsumen membeli produk, apakah sistem distribusi yang berbeda akan mengubah perilaku pembelian. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tata Laksana Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi kajian berada di PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Unit Sentra Kredit Kecil (SKC) / Small Business Center di Gedung BNI Kantor

8 Cabang Utama Bogor lantai 3 Jalan H. Juanda No.52 Bogor. Unit tersebut adalah unit BNI yang bergerak dalam sektor pembiayaan atau kredit yang ditujukan untuk memenuhi sektor UKM, baik perusahaan perseorangan maupun perusahaan berbadan hukum yang berskala kecil, dengan kewenangan pemberian kredit sampai dengan 5 Milyar. 2. Waktu Pelaksanaan Penelitian Waktu kajian secara intensif pelaksanaannya selama lima bulan, dimulai bulan November 2006 sampai dengan bulan Maret Prosedur Penelitian Desain penelitian merupakan rencana dan struktur penyelidikan yang dibuat sedemikian rupa, agar diperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian. Metodologi penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan tugas akhir ini adalah dengan melakukan pengumpulan data primer dengan teknik simple random sampling yaitu pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu, dengan melakukan wawancara dengan produsen, pelaku bisnis, pengusaha UKM baik yang bergerak di bidang produksi, perdagangan maupun jasa yang menjadi nasabah BNI Kantor Cabang Utama Bogor dan SKC Bogor serta pengamatan langsung proses pemberian kredit untuk UKM, melalui Kredit Program di PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. SKC (Sentra Kredit Kecil) Bogor atau Small Business Center Bogor. Data sekunder diperoleh dengan teknik library research dan membaca literatur-literatur. Responden yang diteliti dalam penelitian ini adalah nasabah dan calon nasabah BNI yang berada di SKC Bogor yang termasuk nasabah sektor produktif dengan jumlah responden sebanyak 100 responden, sedangkan dari pihak Bank BNI diwakili oleh karyawan BNI SKC Bogor dengan jumlah responden sebanyak 10 responden.

9 B. Metode Analisis Metode analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Cochran Q Test Pengolahan data dari data primer dilakukan dengan Cochran Q Test untuk menguji diantara 10 atribut yang valid (Simamora, 2004). Dalam metode ini, telah diajukan pertanyaan tertutup kepada responden, yaitu pertanyaan yang piihan jawabannya sudah disediakan. Dengan kata lain, daftar atribut sudah tersedia. Responden tinggal memilih atribut mana yang dianggap berkaitan dengan produk. dengan prosedur sebagai berikut: a. Hipotesis yang mau diuji: Ho : semua atribut yang diuji memiliki proporsi jawaban ya yang sama Ha : semua atribut yang diuji memiliki proporsi jawaban ya yang berbeda 1) Mencari Q hitung dengan rumus sebagai berikut : Q hit = ( K 1) K K n i= 1 K i Ci Ri n i K i Ri 2 Ci 2 Keterangan : C = Jumlah atribut yang diukur K = Atribut yang diuji Ri = Sample yang menjawab Ya 2) Penentuan Q table (Q tab). Dengan α = 0,05, derajat kebebasan (dk) = K-1, maka diperoleh Q tab (0,05=df) dari table Chi Square Distribution. 3) Keputusan tolak Ho dan terima Ha, jika Q hit > Q tab, terima Ho dan tolak Ha, jika Q hit < Q tab.. 4) Kesimpulan : jika tolak Ho berarti proporsi jawaban ya masih berbeda pada semua atribut, artinya belum ada kesepakatan diantara responden tentang atribut. Jika terima Ho berarti proporsi jawaban ya pada semua atribut dianggap sama, dengan demikian semua responden dianggap sepakat mengenai semua atribut sebagai faktor yang dipertimbangkan.

10 b. Analisis realibilitas internal diuji dengan menggunakan rumus Spearman- Brown Tabel analisis butir soal atau butir pertanyaan terlebih dahulu disusun, kemudian kuesioner dibagi menjadi dua bagian. Pengelompokan dilakukan dengan cara memisahkan pertanyaan ganjil dan pertanyaan genap, dapat juga dilakukan dengan membagi sama kuesioner berdasarkan nomor urut pertanyaan, langkah selanjutnya adalah mencari korelasi kedua kelompok data untuk menghasilkan koefisien korelasi rxy (Sugiyono, 2004). Setelah itu baru dicari koefisien realibilitas Spearman-Brown dengan rumus sebagai berikut: r xy = xy ( x)( y) 2 2 ( x) N y 2 { N x }{ ( y) } 2 N Keterangan: X = Pertanyaan ganjil Y = Pertanyaan genap 2. Model Sikap terhadap Perilaku Fishbein Dengan menggunakan model ini, langkah pertama adalah menentukan atribut objek sikap dengan menggunakan Cochran Q Test, proses selanjutnya menganalisis dimensi evaluatif yang berhubungan dengan setiap atribut (e i ) pertanyaan disusun dengan menggunakan semantic differensial, dengan model yang sama selanjutnya keyakinan (belief) berbicara tentang kemungkinan suatu produk mempunyai atribut tertentu. Rumusnya sebagai berikut: Attitude( beh) = n i= 1 bi. ei Keterangan : Attitude (beh) b i = sikap terhadap perilaku tertentu = tingkat kepercayaan suatu perilaku

11 e i n = evaluasi terhadap hasil yang diperoleh = jumlah hasil (outcome), pada kombinasi b i dan e i 3. Penentuan Skala Interval Penentuan skala interval adalah untuk menginterpretasikan angka-angka yang merupakan scoring dari perkalian dimensi evaluatif (e i ) dengan dengan dimensi belief (b i ). rumusnya adalah sebagai berikut: Skala interval = { a ( m n) }/ b Keterangan : a = jumlah atribut m = skor tertinggi yang mungkin terjadi n = skor terendah yang mungkin terjadi b = jumlah kategori interpretasi 4. Analisis Citra Kredit Program Kemitraan dengan Metode sarang Laba-Laba Terdorong keingitahuan tentang keberadaan Kredit Program Kemitraan, maka penelitian dilakukan tentang citra produk kredit program kemitraan di mata nasabah dan perbankan (karyawan bank). Karena menggunakan pendekatan multi atribut, maka atribut-atribut yang dipertimbangkan nasabah, yaitu dalam rangka mengambil keputusan pembiayaan suatu bank. Untuk mengukur keseragaman respon maka digunakan standar deviasi dihitung dengan rumus: S. Dev = ( X X ) Keterangan : S. dev = standar deviasi X i i N 2 = skor yang ke i X N = skor rata-rata = jumlah responden perusahaan 5. Penentuan Strategi Segmentasi Pasar Strategi segmentasi pasar digunakan untuk menempatkan produk atau jasa

12 yang dihasilkan dalam rangka memposisikan produk tersebut di pasar. Product Positioning dijabarkan melalui segmentasi pasar dengan pendekatan produk, harga, distribusi dan promosi. Misalnya produk Kredit Program Kemitraan BNI, setelah ditentukan posisinya sebagai kredit untuk UKM, penjabaran dilakukan melalui: a. Produk (Product) Peluncuran kredit program kemitraan BNI sesuai untuk sektor UKM, yaitu jumlah plafond kredit yang dikucurkan dalam nominal yang kecil, apakah Bank BNI menjalankan secara konsisten program ini. b. Harga (Price) Apakah tingkat suku bunga kredit program kemitraan rendah dan terjangkau oleh pasar sektor UKM c. Distribusi (Place) Apakah pengusaha UKM dapat dengan mudah mengakses pembiayaan kredit program kemitraan yang diluncurkan oleh BNI. d. Promosi (Promotion) Apakah kredit program kemitraan BNI dikomunikasikan dengan baik melalui sarana publikasi yang efektif seperti iklan. IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum 1. Sentra Kredit Kecil BNI SKC (Sentra Kredit Kecil) / SBC (Small Business Center) PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. adalah pengembangan model sentralisasi proses pemberian kredit di Bank BNI kepada nasabah produktif sektor UKM (Usaha Kecil Menengah). SKC dibentuk dengan menggabungkan unit-unit pemasaran yang ada di kantor-kantor cabang yang memiliki lokasi dan wilayah kerja yang sama. tujuan dibentuknya SKC untuk lebih konsentrasi didalam pemberian

13 kredit, efesiensi biaya, mempercepat proses pemberian kredit, pengklusteran wilayah kerja. Sentra Kredit Kecil (SKC) Bogor dibentuk pada tanggal 10 Oktober SKC Bogor merupakan peningkatan status dari field office (FO) Bogor SKC Jakarta Kota. SKC Jakarta Kota saat itu memiliki 3 FO yaitu FO Bekasi, FO Tangerang dan FO Bogor yang dibentuk tahun Sejalan dengan perkembangan dan tuntutan struktur organisasi, ketiga FO tersebut (termasuk FO Bogor) berubah status (meningkat) menjadi Sentra Kredit Kecil (SKC). Tabel 1 Perkembangan kredit program kemitraan di SKC Bogor Keterangan Des 2004 Des 2005 Des 2006 Baki Debet (dalam milyar) 45,544 65, ,295 NFL 0 1,102 1,667 Kolektibility 100% 98.32% 98.40% Jumlah Debitur Berdasarkan data pada Tabel 1, perkembangan SKC Bogor dimulai pada tahun 2004 yaitu pada saat masih beroperasinya FO Bogor, tercatat kredit yang telah disalurkan sebesar Rp. 45,544 milyar. Pada tahun yang sama tingkat kolektibility sangat bagus yaitu sebesar 100% dan jumlah debitur yang tercatat sebanyak 120 debitur. Pada tahun 2005 bersamaan dengan dibentuknya SKC Bogor, jumlah kredit yang tersalurkan sebesar Rp. 65,554 milyar atau mengalami kenaikan sebesar 43,9% tetapi Non Performing Loan (NFL) atau Kredit yang mengalami penurunan tingkat kolektibilitas tercatat sebesar Rp. 1,102 Milyar atau mengalami kenaikan sebesar 1,68%, sedangkan jumlah nasabah yang tercatat mengalami penurunan menjadi 107 nasabah. Pada tahun 2006 kenaikan kredit yang tersalurkan di SKC Bogor mengalami kenaikan yang cukup bagus yaitu sebesar Rp. 104,295 milyar atau mengalami kenaikan sebesar 59,09%, meskipun jumlah NFL mengalami kenaikan sebesar Rp. 1,667 milyar tetapi apabila dibandingkan dengan jumlah kredit yang tersalurkan ternyata mengalami penurunan sebesar 0,08%, sedangkan jumlah nasabah mengalami kenaikan sebanyak 220 nasabah.

14 Berbagai macam produk kredit program kemitraan yang diluncurkan oleh Sentra Kredit Kecil PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. diantaranya: a. Kredit produktif b. Kredit Kelayakan Usaha (KKU) c. Kredit Bina Wirausaha (baru diluncurkan) d. KUK Instan e. PKBL f. Kredit Kemitraan Lembaga Keuangan (KKLK) g. Kredit Kemitraan Non Lembaga Keuangan (KKNK) Secara garis besar berbagai produk yang diluncurkan oleh SKC PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. berorientasi kepada segmen usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah dalam pelaksanaannya. 2. Pengertian dan Ketentuan Kredit Program Kemitraan BNI a. Pengertian Usaha Mikro yaitu usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia secara individu atau tergabung dalam koperasi dan memiliki hasil penjualan secara individu paling banyak Rp ,- (seratus juta rupiah). Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil yang berdiri sendiri dan berbentuk badan usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, maupun badan usaha berbadan hukum, termasuk koperasi, yang memenuhi kriteria kekayaan bersih paling banyak Rp ,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan, serta hasil penjualan tahunan paling banyak Rp ,- (satu milyar rupiah). Kelompok Mikro dan Kecil adalah kelompok usaha yang terdiri dari mitra binaan yang terbentuk atas dasar kesamaan jenis usaha, kesamaan lokasi usaha atau kesamaan tujuan. Kelompok ini bisa merupakan kelompok yang dibentuk sendiri atau kelompok yang berada dibawah binaan Instansi/Institusi/Lembaga/Perusahaan/Koperasi maupun yang akan dibentuk

15 oleh Bank BNI dengan tujuan untuk memudahkan pengelolaan, monitoring dan pembinaannya. Usaha Produktif adalah usaha pada semua sektor ekonomi yang dimaksudkan untuk dapat memberikan nilai tambah dan meningkatkan pendapatan usaha Mikro, Kecil dan Koperasi. Lembaga Pendamping adalah merupakan Instansi / Institusi / Lembaga / Perusahaan / Koperasi yang mempunyai fungsi sebagai Pembina dan pendamping, serta memberikan rekomendasi atas mitra binaan atau kelompok Usaha Mikro dan Kecil yang menjadi binaannya. b. Dasar Hukum Pelaksanaan Program Kemitraan BUMN Dasar hukum pelaksanaan mengacu pada ketentuan-ketentuan yang diatur dalam: 1) Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia nomor KEP-236/MBU/2003 tanggal 17 Juni ) Surat Edaran Kementerian Badan Usaha Milik Negara Republik Indoesia nomor SE-433/MBU/2003 tanggal 16 September ) Peraturan bersama Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia dengan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia nomor KEP-18/MBU/2005 dan 02/SKB/M.KUKM/IV/2005 tanggal 06 April 2005 c. Pola Penyaluran 1) Penyaluran KKB hanya diperuntukkan bagi kegiatan usaha produktif dan tidak dimaksudkan untuk keperluan konsumtif. 2) Pola penyaluran adalah langsung kepada End User (Mitra Binaan) dengan sasaran untuk semua sektor usaha mikro, kecil dan koperasi yang meliputi pertanian, perdagangan, industri, peternakan, perikanan, dan jasa-jasa usaha mikro dan kecil lainnya, diantaranya:

16 a) Pedagang kaki lima, kios Koran/majalah, toko/kios/warung rumahan, pedagang kecil dipasar tradisional (ikan, daging, sayur mayur dan buahbuahan),dll b) Pedagang pasar, warteg, sembako, alat-alat rumah tangga, dll c) Industri rumah tangga/ pengrajin, kelompok arisan PKK, dll d) Peternakan, pertanian, perikanan,dll e) Perbengkelan, elektronik service dan jasa lainnya. 3) Pola penyaluran melalui lembaga pendamping dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a) Tidak dibenarkan memberikan kredit dalam bentuk fasilitas Credit Line (pemberian fasilitas kredit kepada lembaga pendamping yang akan disalurkan kembali kepada End User dalam bentuk pinjaman dengan mengambil selisih bunga). b) Pemberian kredit melalui Lembaga Pendamping tetap harus diproses secara individu, walaupun analisa dan persetujuan kreditnya dapat dilakukan secara paket untuk mempercepat pelayanan, namun dalam hal pemberian Surat Keputusan Kredit (SKK), penandatanganan Perjanjian Kredit (PK), pencairan kredit dan penatalaksanaan rekening pinjaman dilakukan langsung kepada penerima kredit (End User/Mitra Binaan) 4) Fungsional Lembaga Pendamping hanya sebatas mengorganisir Mitra Binaan atau Kelompok Usaha Mikro dan Kecil yang menjadi binaannya dalam hal: a) Membantu Bank BNI dalam pelaksanaan kegiatan seleksi, administrasi penyaluran, dan kegiatan penagihan. b) Mengingatkan Mitra Binaan atau kelompok Usaha Mikro dan Kecil yang menunggak angsuran. c) Memberikan sanksi kepada Mitra Binaan atau kelompok Usaha Mikro dan Kecil yang telah menunggak angsuran sampai batas maksimal yang diperkenankan. d) Menyampaikan laporan perkembangan usaha dan fasilitas kredit dari Mitra Binaan atau Kelompok usaha Mikro dan Kecil secara triwulanan kepada Bank BNI.

17 e) Membantu dan memfasilitasi terselenggaranya pelaksanaan program pembinaan yang ditujukan kepada Mitra Binaan atau Kelompok Usaha Mikro dan Kecil. 5) Hubungan kerjasama dengan lembaga pendamping. Tidak terdapat komitmen dalam bentuk pemberian fee atau sejenisnya, dengan pengertian sebagai berikut: a) Secara tidak langsung Lembaga Pendamping terbantu dengan adanya pemberian fasilitas kredit lunak kepada mitra binaan atau kelompok Usaha Mikro dan Kecil yang menjadi binaannya b) Secara selektif melalui mekanisme pengusulan oleh unit operasional, Kantor Besar dengan mempertimbangkan skala prioritas, anggaran dan kelayakan, dapat menyinergikannya melalui bantuan/hibah program kemitraan dan binaan lingkungan untuk tercapainya program secara keseluruhan. c) Tujuan program KKB untuk memberdayakan masyarakat golongan ekonomi lemah dapat tercapai dan fasilitas bunga pinjaman rendah dapat benar-benar dinikmati oleh masyarakat golongan ekonomi lemah, dalam hal ini Mitra Binaan 6) Bentuk hubungan kerjasama antara Bank BNI dengan lembaga pendamping a) Memberikan fasilitas pinjaman lunak kepada Mitra Binaan yang direkomendasikan oleh lembaga pendamping dan tentunya melalui suatu mekanisme proses persetujuan yang telah ditetapkan, sehingga Bank BNI mempunyai hak untuk menyetujui atau menolak permohonan kredit yang telah direkomendasikan tanpa menyebutkan alasannya b) Kepada Mitra Binaan lembaga pendamping yang telah mendapatkan fasilitas KKB dan mempunyai track record baik dapat diberikan pembinaan c) Untuk mengakomodasi biaya operasional yang membantu kelancaran pelaksanaan program, dapat diberikan biaya operasional maksimum sebesar 70% dari pengembalian bunga mitra binaannya. d) Lembaga pendamping tidak berkeberatan dan bersedia untuk memberikan jaminan dan guarantee dalam bentuk memfasilitasi dan merekomendasi

18 permohonan Mitra Binaan atau kelompok usaha kecil yang menjadi binaannya untuk mendapatkan fasilitas KKB, melalui proses seleksi sesuai dengn ketentuan yang telah ditetapkan Bank BNI e) Membantu proses administrasi penyaluran kredit kepada mitra binaannya f) Untuk lebih memberikan kepastian, ketenangan, keyakinan dan dampak psikologis dalam berusaha, bagi Mitra Binaan diberikan surat, tanda pengenal, sertifikasi usaha dan lain sejenisnya g) Membantu mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan penagihan h) Menyampaikan laporan perkembangan usaha dan fasilitas kredit dari Mitra Binaan atau kelompok usaha Mikro dan Kecil yang menjadi binaannya kepada Bank BNI secara triwulanan, sesuai dengan format laporan yang telah ditetapkan. i) Membantu dan memfasilitasikan penyelenggaraan kegiatan pembinaan yang ditujukan kepada Mitra Binaan. j) Mengingatkan dan menegur mitra binaan yang telah menunggak angsuran melalui surat dengan tembusan kepada Bank BNI k) Memberikan sanksi kepada mitra binaannya yang telah menunggak angsuran sampai batas maksimal yang telah diperkenankan, antara lain dengan mencabut surat, tanda pengenal/ kartu anggota, sertifikasi usaha, surat penunjukan sebagai penyalur/agen l) Membantu dan memfasilitasikan penyelesaian atas permasalahanpermasalahan yang timbul berkenaan dengan memberikan fasilitas pinjaman KKB kepada Mitra Binaan m) Dilaksanakan melalui suatu perjanjian kerjasama antara Bank BNI dengan Lembaga Pendamping, yang didalamnya mengatur hak dan kewajiban para pihak. d. Pola penyaluran melalui kelompok usaha dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

19 1) Kelompok usaha dapat merupakan kelompok informal yang berdiri sendiri karena kesamaan jenis usaha, tujuan, tempat usaha, dan lainnya, maupun kelompok yang berada di bawah binaan Lembaga Pendamping 2) Analisa dan verifikasi untuk perhitungan kebutuhan dan persetujuan kreditnya dilakukan secara individu, namun surat keputusan kredit dan perjanjian kredit dapat dibuat secara kelompok, sedangkan pengikatan jaminan dan penatalaksanaan rekening pinjaman tetap dilakukan per masing-masing anggota kelompok 3) Penandatanganan perjanjian kredit dapat dilakukan oleh ketua kelompok dengan surat kuasa khusus dari para anggota kelompok. e. Persyaratan Umum 1) Prioritas KKB a) Ditujukan terutama bagi usaha Mikro, Kecil dan Koperasi yang belum memiliki kemampuan akses perbankan b) Lebih diutamakan pelaksanaan penyaluran kredit KKB kepada End User melalui Lembaga Pendamping c) Dapat diberikan kepada usaha Mikro, Kecil atau Koperasi yang tidak memiliki kaitan usaha maupun memiliki keterkaitan usaha dengan Bank BNI 2) Klasifikasi Usaha Mikro, Kecil dan Koperasi Klasifikasi usaha kecil yang dapat diberikan KKB adalah sebagai berikut: a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp ,- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau tempat tinggal b) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp ,- (satu milyar rupiah) c) Milik warga negara Indonesia d) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar

20 e) Berbentuk badan usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha berbadan hukum, termasuk Koperasi dan telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 (satu) tahun, serta mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan. f. Tingkat Suku Bunga Kredit Program Kemitraan 1) Tingkat bunga yang dikenakan kapada Mitra Binaan bersifat regresif proporsional, yaitu semakin besar jumlah pinjaman semakin besar pula tingkat bunga yang dikenakan dengan batasan sebagai berikut: Tabel 2 Tingkat bunga kredit program kemitraan No Jumlah Pinjaman yang Diberikan Tingkat Bunga 1 s/d Rp ,- 6.00% 2 > Rp ,- s/d Rp ,- 8.00% 3 > Rp ,- s/d Rp , % 4 > Rp ,- s/d Rp , % 2) Suku bunga untuk Pinjaman Khusus (Talangan) mengacu kepada komposisi tingkat suku bunga sebagaimana tabel diatas sampai dengan batas maksimal Rp ,- (lima puluh juta rupiah). 3) Bunga pinjaman dihitung dengan sistem bunga efektif. 4) Tingkat suku bunga berlaku sampai dengan berakhirnya masa pinjaman. 5) Apabila masa pinjaman telah berakhir dan Mitra Binaan belum melunasi pinjamannya, maka tingkat suku bunga atas sisa pinjaman tersebut tetap mengacu pada tingkat suku bunga pada Tabel Prinsip Pemberian Kredit yang Menjadi Pertimbangan Bank dalam Berhubungan dengan Pengusaha UKM pada Kredit Program Kemitraan BNI Sektor UKM (Usaha Kecil Menengah) yang digolongkan lemah, skala kecil, sektor informal menyebabkan sulit disentuh oleh perbankan formal (unbankable market), tetapi dalam perkembangan perekonomian negara

21 Indonesia, telah terbukti bahwa sektor UKM tetap bertahan dan tidak terpengaruh adanya perubahan ekonomi yang turun secara drastis. Hal ini disebabkan sektor UKM mempunyai skala usaha yang kecil sehingga memudahkan dalam pemantauan, sektor UKM tidak terlalu dipengaruhi oleh globalisasi ekonomi, meskipun pihak perbankan selalu menerapkan prinsipprinsip pemberian kredit dalam 5 C yaitu Character (karakter), Capacity (kapasitas), Capital (modal), Collateral (jaminan) dan Condition of Economic (kondisi perekonomian) yang dirasakan sangat sulit untuk dipenuhi oleh sektor UKM tetapi Bank BNI terus melakukan usaha untuk melakukan kemudahan dalam proses analisa pemberian kredit. Analisis terhadap faktor kondisi (condition) secara makro oleh Bank BNI melalui Kredit Program Kemitraan telah disederhanakan. Mengingat struktur permodalan yang minim dan bercampur dengan harta pribadi maka kondisi yang berpengaruh secara langsung terhadap perkembangan usaha mitra binaan justru timbul akibat permasalahan-permasalahan yang terjadi didalam internal keluarga, seperti adanya keluarga yang sakit, meninggal dunia, biaya pendaftaran sekolah pada saat tahun ajaran baru, pernikahan atau perceraian. Pertimbangan terhadap karakter (Character) dan kemampuan (Capacity) pada akhirnya menjadi pilihan utama dan faktor penentu dalam proses analisis dan pengambilan keputusan pemberian KKB yang programnya ditujukan untuk usaha Mikro, Kecil dan Koperasi. Karakter (Character) Pengertian karakter diartikan sebagai Willingness to Pay atau adaya itikad baik untuk membayar kembali hutang tepat pada waktunya, sekalipun dalam keadaan dan kondisi yang sulit dan terbatas. Kemampuan (Capacity) Menggambarkan adanya potensi aliran kas masuk yang berasal dari usaha mitra binaan, sehingga pembayaran angsuran pokok dan bunga tidak mengalami kesulitan. Penilaian kapasitas calon mitra binaan dilakukan dengan menilai kondisi kegiatan usahanya, sehingga dapat diyakini bahwa hasil usaha dapat menutupi kewajiban dan usaha bisa berjalan terus minimal sampai dengan

22 proyeksi jangka waktu kredit yang akan diberikan. Tolok ukur kemampuan membayar angsuran (ability to pay) adalah berasal dari penyisihan sebagian laba bersih hasil usahanya, yang dirumuskan sebesar 65% dari penghasilan bersihnya. B. Hal yang Dikaji Dalam kajian ini ada empat komponen yang dianalisis yaitu, faktor-faktor yang menjadi pertimbangan bagi pengusaha UKM dalam mengakses pembiayaan perbankan, analisis sikap terhadap perilaku pengusaha UKM dalam Kredit Program Kemitraan, analisis citra produk Kredit Program Kemitraan BNI di mata karyawan dan pengusaha UKM serta penyusunan strategi segmentasi pasar Kredit Program Kemitraan BNI di SKC Bogor. 1. Analisa Faktor-Faktor yang Menjadi Pertimbangan Pengusaha UKM dalam Berhubungan dengan Bank pada Kredit Program Kemitraan BNI di SKC Bogor. a. Kuesioner untuk Meneliti Atribut Bank dengan Cochran Q Test. Keputusan pengusaha UKM untuk mendapatkan dana atau mengakses pembiayaan kepada perbankan merupakan hasil suatu hubungan yang saling mempengaruhi dan rumit antara faktor budaya, sosial, informasi, pribadi dan psikologi. Faktor apa saja yang menjadi pertimbangan pengusaha UKM untuk bisa berhubungan dengan bank. Berdasarkan penilaian kepentingan atribut pada Lampiran 2, faktor yang menjadi pertimbangan pengusaha UKM dalam berhubungan dengan Bank BNI SKC Bogor adalah sebagai berikut: Tabel 3 Proporsi jawaban YA untuk pengujian dari 100 responden

23 NO ATRIBUT YANG DIUJI JUMLAH RESPONDEN YANG MENJAWAB YA TIDAK 1 Tingkat bunga rendah Efisiensi waktu Kecepatan,ketepatan dan efisiensi pelayanan Kemudahan bertransaksi Kemudahan diakses Keamanan uang Privacy Akses terhadap konsultasi bisnis Jenis layanan Biaya tinggi Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 3, dari 100 responden ternyata sebanyak 88 responden menjawab Ya untuk faktor tingkat bunga rendah yang menjadi alasan dalam berhubungan dengan Bank BNI SKC Bogor. 87 responden untuk faktor efesiensi waktu. 85 responden untuk faktor kecepatan, ketepatan dan efisiensi pelayanan. 73 responden untuk faktor kemudahan bertransaksi, 70 responden untuk faktor kemudahan diakses. 57 responden untuk faktor keamanan uang. 55 responden untuk faktor privacy. 44 responden untuk faktor akses terhadap konsultasi bisnis. 41 responden untuk faktor jenis layanan dan 15 responden untuk faktor biaya tinggi. Langkah selanjutnya dilakukan pengujian dengan menggunakan Cochran Q Test, dengan hasil sebagai mana dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil Pengujian Cochran Q Test Pengujian Q hit Q tab Keputusan I 221,63 123,23 Ditolak II 133,47 122,11 Ditolak III 101,94 120,99 Diterima Pada pengujian I dan pengujian II Ho ditolak karena Q hit > Q tab, sedangkan pada pengujian III, Ho diterima karena Q hit < Q tab artinya terdapat bukti yang menyatakan bahwa dari 10 atribut yang menjadi bahan pertimbangan para

24 pengusaha UKM untuk berhubungan dengan bank, ternyata hanya 8 atribut yang dapat mewakili dan kemungkinan jawaban Ya yang sama untuk setiap atribut. Ke-8 atribut tersebut yaitu efisiensi waktu, privacy, kemudahan diakses, tingkat bunga rendah, kemudahan bertransaksi, keamanan uang, kecepatan, ketepatan dan efisiensi pelayanan serta konsultasi bisnis. Jawaban Ya yang sama untuk ke-8 atribut tersebut berarti dari 100 orang responden kategori pengusaha UKM yang datang ke SKC Bogor ternyata mereka setuju terhadap 8 faktor yang menjadi pertimbangan mereka dalam memilih bank penyalur pembiayaan. Ke-8 atribut tersebut merupakan atribut untuk mengukur perilaku pengusaha UKM dalam berhubungan dengan bank yang menyalurkan pembiayaan. b. Uji Realibilitas Internal Kuesioner dengan Rumus Spearman-Brown Dari Tabel 3 butir soal atau butir pertanyaan, kemudian kuesioner dibagi menjadi dua bagian dengan mengelompokkan pertanyaan ganjil dan pertanyaan genap atau bisa juga dengan membagi sama kuesioner berdasarkan nomor urut pertanyaan. Dalam penelitian ini terdiri dari 10 pertanyaan, pengujian I dengan mengelompokan pertanyaan ganjil dan genap. Pengujian II dengan mengelompokan butir pertanyaan yaitu pertanyaan 1-5 satu kelompok, pertanyaan 6-10 satu kelompok. Berikut hasil uji realibilitas internal kuesioner dengan rumus Spearman-Brown: Tabel 5 Hasil Pengujian Spearman-Brown Pengujian r xy r product moment Keputusan I 0,052 0,195 tidak reliabel II 0,289 0,195 reliabel Dari Tabel 5 diketahui hasil pengujian I tidak reliabel karena r xy < r product moment, yaitu 0,052 < 0,195 artinya tidak terdapat kesesuaian dalam menilai atribut yang cocok untuk sebuah bank, sedangkan pada pengujian II dengan metode pengelompokan kuesioner tersebut reliabel karena r xy > r product

25 moment, yaitu 0,289 > 0,195. Artinya terdapat kesesuaian dari responden dalam menilai atribut layanan sebuah bank. 2. Analisis Sikap Terhadap Perilaku Pengusaha UKM dalam Kredit program Kemitraan BNI Dalam pengukuran sikap terhadap perilaku UKM, skala dalam interpretasi menggunakan lima kategori yaitu: sangat positif, positif, netral, tidak positif, sangat tidak positif. Skala interval berdasarkan hasil perhitungan atas dasar 5 kategori interpretasi adalah 1(392 8)/5 = 76,8 maka rentang skala penilaian responden yang diperoleh adalah sebagai berikut: Tabel 6 Interpretasi skor sikap SKOR INTERPRETASI 8 A o 84,8 Sangat tidak positif 84,9 A o 161,7 Tidak positif 161,8 A o 238,6 Netral 238,7 A o 315,5 Positif 316 < A o Sangat positif Komposisi penilaian responden terhadap kredit program kemitraan, adalah sebagai berikut: Tabel 7 Sikap responden pada kredit program kemitraan SIKAP RESPONDEN Sangat Tidak positif 0 Tidak positif 3 Netral 18 Positif 21 Sangat positif 58 TOTAL 100 Berdasarkan penilaian responden pada kredit program kemitraan pada Tabel 6 adalah sebagai berikut: a. Dari 100 responden yang termasuk kategori pengusaha UKM ternyata hanya 3 responden yang mempunyai sikap tidak positif terhadap Kredit

26 Program Kemitraan, hal ini disebabkan ada beberapa hal yang melatarbelakangi sikap tersebut, yaitu sentimen negatif terhadap Bank BNI, adanya suatu isu yang beredar di masyarakat bahwa Bank BNI sangat sulit untuk menyalurkan pembiayaan kepada sektor UKM karena prosedur yang berbelit-belit, ketidaktahuan nasabah bahwa Kredit Program Kemitraan sebenarnya ditujukan untuk pengusaha UKM sehingga nasabah menstereotipkan Kredit Program Kemitraan adalah sama dengan produk pembiayaan lainnya di Bank BNI. b. Sikap nasabah yang netral terhadap Kredit Program Kemitraan adalah sebanyak 18 responden. Hal ini berarti nasabah tidak antusias terhadap kredit program kemitraan dan menganggap bahwa Kredit Program Kemitraan hanyalah sebuah produk pembiayaan biasa. c. Nasabah yang mempunyai sikap positif terhadap Kredit Program Kemitraan sebanyak 21 responden dan sikap sangat positif adalah 58 responden. Hal ini berarti sebagian besar nasabah pembiayaan setuju terhadap pelaksanaan Kredit Program Kemitraan BNI dan mereka sangat antusias untuk memanfaatkan produk tersebut. 3. Analisis Citra Produk Kredit Program Kemitraan BNI di Mata Karyawan dan Pengusaha UKM Citra atau image terbentuk dari persepsi yang melekat dalam waktu yang lama dan terbentuk dari interaksi sosial. Berdasarkan hasil perhitungan skor masing-masing faktor pada Lampiran 8, dengan cara mengalikan frekuensi responden nasabah (pengusaha UKM) dengan bobot pilihannya, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

27 Tabel 8 Rata-rata skor setiap faktor menurut nasabah pembiayaan Bank BNI SKC Bogor FAKTOR TOTAL SKOR SKOR RATA-RATA Tingkat bunga rendah Efesiensi waktu Kecepatan, ketepatan dan efisiensi pelayanan Kemudahan bertransaksi Kemudahan diakses keamanan uang Privacy Akses terhadap Konsultasi Bisnis Berdasarkan hasil perhitungan skor masing-masing faktor dari 100 responden yang setuju terhadap delapan faktor yang menjadi pertimbangan nasabah pembiayaan dalam berhubungan dengan Bank BNI SKC Bogor adalah sebagai berikut: a. Rata-rata skor tertinggi secara keseluruhan adalah 7, sedangkan ratarata skor tertinggi berdasarkan perhitungan yaitu 6,18 ternyata faktor pelayanan yang cepat, tepat dan efisien. Hal ini berarti nasabah pembiayaan yang datang ke BNI SKC Bogor dapat merasakan bahwa pelayanan yang diterapkan oleh Bank BNI SKC Bogor sudah cukup cepat dan efisien serta menghemat waktu. b. Rata-rata skor terendah secara keseluruhan adalah 1, sedangkan ratarata skor terendah berdasarkan hasil perhitungan adalah 4,68 yaitu faktor akses terhadap konsultasi bisnis. Hal ini disebabkan nasabah pembiayaan untuk saat ini belum merasakan perlunya konsultasi bisnis, meskipun faktor akses terhadap konsultasi bisnis ini merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan nasabah pembiayaan dalam berhubungan dengan bank tetapi nasabah pembiayaan mempunyai alasan lain, misalnya nasabah pembiayaan lebih mengetahui operasional perusahaan dibandingkan karyawan BNI dan tujuan utama dari nasabah pembiayaan yang datang ke BNI SKC Bogor adalah untuk

28 mendapatkan tambahan modal dalam rangka pengembangan usahanya. Berdasarkan hasil perhitungan skor masing-masing faktor dari 10 responden pihak bank, maka diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 9 Rata-rata skor setiap faktor menurut responden pihak Bank BNI FAKTOR TOTAL SKOR SKOR RATA-RATA S.Dev Tingkat bunga rendah Efesiensi waktu Kecepatan, ketepatan dan efisiensi pelayanan Kemudahan bertransaksi Kemudahan diakses Keamanan uang Privacy Akses terhadap Konsultasi Bisnis Rata-rata skor tertinggi adalah 7 dan skor terendah adalah 1, berdasarkan hasil perhitungan rata-rata skor tertinggi menurut responden pihak bank diperoleh skor 6 yaitu faktor privacy dan kemudahan bertransaksi, sedangkan rata-rata skor terendah adalah akses terhadap konsultasi bisnis. Setiap karyawan mempunyai opini yang berbeda terhadap suatu layanan perbankan. Karyawan BNI SKC Bogor menganggap bahwa layanan Kredit Program Kemitraan sangat mudah dalam bertransaksi serta rahasia nasabah pembiayaan atau privacy terjamin. Sedangkan konsultasi bisnis dirasakan kurang begitu penting untuk saat ini, karena karyawan BNI berpendapat bahwa nasabah mempunyai pengetahuan yang lebih mengenai operasional usahanya atau dapat juga disebabkan pengetahuan karyawan BNI dalam teknik proses produksi dan pemasaran produk nasabah yang rendah, sehingga dalam pelaksanaan Kredit Program Kemitraan, karyawan BNI tidak dapat memberikan solusi masalah bisnis nasabahnya. Di lain pihak karyawan BNI lebih mempercayakan konsultasi bisnis ini kepada koordinator mitra binaan untuk menyelesaikan masalah, misalnya koperasi atau lembaga yang ditunjuk sebagai koordinator.

29 Berdasarkan data pada Tabel 8 dan Tabel 9 maka langkah selanjutnya yaitu menggabungkan rata-rata setiap faktor menurut nasabah pembiayaan dengan rata-rata setiap faktor menurut karyawan bank dengan cara membuat diagram yang menggambarkan citra produk Kredit Program Kemitraan pada Bank BNI di SKC Bogor adalah sebagai berikut: A1 A8 A2 A7 A3 A6 A4 A5 Gambar 2 Citra kredit program kemitraan BNI.

30 Keterangan : = Citra di mata karyawan BNI = Citra di mata nasabah (pengusaha UKM) A1 = Tingkat bunga rendah A2 = Efisiensi waktu A3 = Kecepatan, ketepatan dan efisiensi pelayanan A4 = Kemudahan bertransaksi A5 = Kemudahan diakses A6 = Keamanan uang A7 = Privacy A8 = Akses terhadap konsultasi bisnis Dari hasil penelitian diketahui bahwa secara keseluruhan produk Kredit Program Kemitraan BNI di SKC Bogor secara umum citra yang diinginkan oleh perusahaan belum tercapai. Hanya faktor efisiensi waktu (A2), kecepatan, ketepatan dan efisiensi pelayanan (A3) serta keamanan uang (A6) memperoleh persepsi nasabah (pengusaha UKM) melebihi dari yang diharapkan BNI SKC Bogor. Keberadaan Kredit Program Kemitraan ternyata sangat jauh dari harapan Bank BNI untuk dijadikan produk unggulan. Berdasarkan hasil penelitian, standar deviasi produk Kredit Program Kemitraan berada pada posisi di atas 1, hal ini berarti tidak ada kesamaan persepsi tentang visi produk kredit kemitraan, sebaliknya timbul kecurigaan bahwa Bank BNI sendiri tidak mempunyai visi produk tersebut. Hasil penelitian yang diperoleh, terhadap 10 responden pihak BNI, ternyata memiliki respon yang berbeda-beda. Perbedaan respon tersebut merupakan tanda adanya masalah dalam produk ini. Masalah yang timbul dapat diakibatkan karena kurang sosialisasi di kalangan intern Bank BNI, Bank BNI sendiri tidak fokus terhadap produk Kredit Program Kemitraan dan karyawan BNI yang tidak memahami produk Kredit Program Kemitraan.

31 4. Implementasi Strategi Segmentasi Pasar Kredit program Kemitraan BNI Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pengusaha UKM dalam mengakses Kredit Program Kemitraan BNI di SKC Bogor dan citra produk yang melekat pada Kredit Program Kemitraan, maka beberapa strategi yang dapat diterapkan oleh Bank BNI SKC Bogor yang dilakukan untuk mempengaruhi produk (product), harga (price), tempat (place) dan promosi (promotion) dengan tetap mengandalkan visi Bank BNI yang unggul dalam layanan dan kinerja serta mengatasi persepsi produk Kredit Program Kemitraan yang jauh dari harapan adalah sebagai berikut: 1. Produk (Product) Produk yang dimiliki oleh BNI SKC Bogor sangat beragam yaitu: Kredit produktif, Kredit Kelayakan Usaha (KKU), Kredit Bina Wirausaha (baru diluncurkan), KUK Instan, PKBL, Kredit Kemitraan Lembaga Keuangan (KKLK), Kredit Kemitraan Non Lembaga Keuangan (KKNK). Fokus terhadap produk tertentu sangat penting, misalnya fokus terhadap Kredit Program Kemitraan. Keunggulan suatu produk perbankan biasanya menjadi primadona bagi bank yang meluncurkan produk tersebut. Meskipun ada sebagian pendapat praktisi perbankan yang menyatakan bahwa segala kebutuhan nasabah harus dapat dipenuhi, tetapi implementasi di lapangan tetap harus mengutamakan skala prioritas. Fokus terhadap produk tertentu telah banyak dilakukan oleh perbankan lain, misalnya Kredit Mikro BRI, Kredit Usaha Mikro dari Bank Mandiri, Kredit Pribadi (Personal Loan) dan Kredit Tanpa Agunan (KTA) sampai dengan Rp. 450 juta dari Standard Chartered, Danamon Simpan Pinjam (DSP), adalah bukti perbankan yang berada di luar BNI melakukan strategi fokus terhadap produk. Bahkan Kredit Mikro BRI dan Kredit Tanpa Agunan (KTA Bisnis) yang diluncurkan oleh Standard Chartered menjadi market leader di segmennya.

32 2. Harga (Price) Harga pada produk perbankan merupakan biaya yang dikenakan kepada nasabah dan keuntungan yang diinginkan oleh bank. Kenyataan di lapangan tidak hanya biaya dan keuntungan yang menjadi dasar penentuan harga produk suatu bank, tetapi tingkat bunga pasar mempunyai peranan yang sangat penting. Semakin meratanya informasi dan kemampuan mengakses perbankan bagi masyarakat, maka masyarakat akan semakin bijak dalam menentukan produk mana yang cocok dan mendatangkan keuntungan. Harga yang diberlakukan pada Kredit Program Kemitraan berada di bawah tingkat harga pasar yang berlaku. Hal ini tercermin dari kuesioner yang ditanyakan kepada nasabah pembiayaan dan karyawan BNI sendiri berada pada skor rata-rata 4,95 dan 5 sedangkan skor rata-rata tertinggi adalah berada pada posisi 7. Tidak jauhnya skor antara persepsi nasabah pembiayaan dengan pihak bank berarti mempunyai persepsi yang sama bahwa bunga pembiayaan pada Kredit Program Kemitraan BNI lebih rendah dibandingkan dengan produk bank lain. Bunga yang murah tidak menjamin dapat menjadi market leader apabila tidak didukung dengan pelayanan,sosialisasi dan publisitas melalui promosi. 3. Tempat (Place) Tempat merupakan saluran distribusi untuk menjangkau nasabah pembiayaan Bank BNI. Tempat dapat berupa penempatan kantor cabang, mudah untuk diakses dan kemudahan dalam melakukan transaksi. Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan nasabah pembiayaan dalam berhubungan dengan Bank BNI SKC Bogor yaitu mudah diakses dan kemudahan bertansaksi masih berada di bawah harapan nasabah. Hal ini berarti saluran distribusi untuk produk Kredit Program Kemitraan masih tidak memuaskan, untuk itu perlu dilakukan upaya dalam rangka mengefektifkan jalur distribusi ini terutama dengan melakukan penyederhanaan prosedur, pemilihan tempat yang strategis.

ANALISA SIKAP TERHADAP PERILAKU PENGUSAHA UKM PADA PELAKSANAAN KREDIT PROGRAM KEMITRAAN BNI DI SENTRA KREDIT KECIL (SKC) CABANG BOGOR.

ANALISA SIKAP TERHADAP PERILAKU PENGUSAHA UKM PADA PELAKSANAAN KREDIT PROGRAM KEMITRAAN BNI DI SENTRA KREDIT KECIL (SKC) CABANG BOGOR. ANALISA SIKAP TERHADAP PERILAKU PENGUSAHA UKM PADA PELAKSANAAN KREDIT PROGRAM KEMITRAAN BNI DI SENTRA KREDIT KECIL (SKC) CABANG BOGOR Oleh HENDRI UTAMI F052050145 SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISA SIKAP TERHADAP PERILAKU PENGUSAHA UKM PADA PELAKSANAAN KREDIT PROGRAM KEMITRAAN BNI DI SENTRA KREDIT KECIL (SKC) CABANG BOGOR.

ANALISA SIKAP TERHADAP PERILAKU PENGUSAHA UKM PADA PELAKSANAAN KREDIT PROGRAM KEMITRAAN BNI DI SENTRA KREDIT KECIL (SKC) CABANG BOGOR. ANALISA SIKAP TERHADAP PERILAKU PENGUSAHA UKM PADA PELAKSANAAN KREDIT PROGRAM KEMITRAAN BNI DI SENTRA KREDIT KECIL (SKC) CABANG BOGOR Oleh HENDRI UTAMI F052050145 SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kepuasan kepada konsumen. Untuk memenuhi kepuasaan konsumen

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kepuasan kepada konsumen. Untuk memenuhi kepuasaan konsumen 20 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat perusahaan harus dapat memberikan kepuasan kepada konsumen. Untuk memenuhi kepuasaan konsumen perlu dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah menyadari peranan usaha kecil terhadap pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah menyadari peranan usaha kecil terhadap pertumbuhan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah menyadari peranan usaha kecil terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia sangat besar, terutama karena kontribusinya dalam Produk Domestik Bruto dan tingginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana (surplus of fund) dengan masyarakat yang membutuhkan dana (lack of

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana (surplus of fund) dengan masyarakat yang membutuhkan dana (lack of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mekanisme kerja bank yang menjadi jembatan antara masyarakat yang kelebihan dana (surplus of fund) dengan masyarakat yang membutuhkan dana (lack of fund) menjadi pilar

Lebih terperinci

BUPATI PAKPAK BHARAT

BUPATI PAKPAK BHARAT BUPATI PAKPAK BHARAT PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN USAHA BAGI MASYARAKAT MELALUI KREDIT NDUMA PAKPAK BHARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan saat ini mengalami pertumbuhan kredit secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan saat ini mengalami pertumbuhan kredit secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan saat ini mengalami pertumbuhan kredit secara signifikan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Sebagai gambaran umum, BRI menargetkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro (UM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan yang dimiliki oleh wanita dapat diketahui potensial pasar yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan yang dimiliki oleh wanita dapat diketahui potensial pasar yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wanita adalah gender yang jarang terangkat keberadaannya, namun dengan segala kelebihan yang dimiliki oleh wanita dapat diketahui potensial pasar yang cukup menjanjikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan akan perkembangan dunia usaha dimanapun sangat. dipengaruhi oleh ada atau tidaknya iklim yang memungkinkan peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan akan perkembangan dunia usaha dimanapun sangat. dipengaruhi oleh ada atau tidaknya iklim yang memungkinkan peraturan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberhasilan akan perkembangan dunia usaha dimanapun sangat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya iklim yang memungkinkan peraturan menjamin dan melindungi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan kerja dan target yang ditetapkan oleh perusahaan harus dapat

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan kerja dan target yang ditetapkan oleh perusahaan harus dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Perusahaan akan selalu berusaha agar tujuannya dapat tercapai secara maksimal serta dapat mempertahankan kelangsungan usahanya. Tuntutan kerja dan target

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. konsumen untuk mendapatkan kebutuhan dan keinginan dari masing-masing

LANDASAN TEORI. konsumen untuk mendapatkan kebutuhan dan keinginan dari masing-masing 14 II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan kegiatan yang berhubungan erat dengan pertumbuhan ekonomi bangsa, karena pada kegiatan tersebut terjadi proses antara produsen dan konsumen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemasaran Sehubungan dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan penjelasan. Dalam banyak perusahaan

Lebih terperinci

PERAN KELEMBAGAAN PERBANKAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NASIONAL BANK MANDIRI

PERAN KELEMBAGAAN PERBANKAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NASIONAL BANK MANDIRI PERAN KELEMBAGAAN PERBANKAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NASIONAL POKOK BAHASAN I II KONDISI UMKM PERBANKAN KOMITMEN III POLA PEMBIAYAAN UMKM IV KESIMPULAN I KONDISI UMKM PERBANKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian. Dalam penelitian ini subjeknya adalah nasabah yang menerima fasilitas

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian. Dalam penelitian ini subjeknya adalah nasabah yang menerima fasilitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah responden yang terlibat langsung di dalam penelitian. Dalam penelitian ini subjeknya adalah nasabah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pertumbuhan suatu usaha dipengaruhi dari beberapa aspek diantaranya ketersediaan modal. Sumber dana yang berasal dari pelaku usaha agribisnis sendiri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank Penyaluran kredit merupakan salah satu jasa perbankan yang utama dalam mendukung perputaran ekonomi. Melalui kredit, sektor usaha akan mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kredit

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kredit BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kredit bermasalah pada Koperasi Pasar di Kota Bandung, banyak faktor yang mempengaruhi kredit

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM UKC CABANG KARAWANG

V. GAMBARAN UMUM UKC CABANG KARAWANG V. GAMBARAN UMUM UKC CABANG KARAWANG Berdiri sejak 1946, BNI yang dikenal sebagai Bank Negara Indonesia merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh pemerintah. Bank Negara Indonesia selanjutnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan, baik bank maupun lembaga keuangan bukan bank, mempunyai peran yang penting bagi aktivitas perekonomian. Peran strategis bank dan lembaga keuangan bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan unit usaha yang banyak dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha Kecil dan Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi di suatu negara sangat bergantung pada perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Pasca krisis ekonomi dan moneter di Indonesia

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA Perbedaan Syariah dengan Konvensional

II TINJAUAN PUSTAKA Perbedaan Syariah dengan Konvensional II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perbedaan Syariah dengan Konvensional 2.1.1. Perbandingan Kinerja Bank Syariah dengan Bank Konvensional Kusafarida (2003) dalam skripsinya meneliti tentang perbandingan kinerja

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Pembiayaan Oto ib Hasanah BNI Syariah Kantor Cabang Bekasi Perkembangan pembiayaan Oto ib Hasanah dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2016 mengalami perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Untuk memelihara kesinambungan pembangunan nasional guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kredit adalah salah satu faktor yang berperan penting di dalam pengembangan usaha. Pada umumnya ada dua jenis kredit, yaitu kredit modal kerja dan kredit investasi. Kredit

Lebih terperinci

No. 15/35/DPAU Jakarta, 29 Agustus SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No. 15/35/DPAU Jakarta, 29 Agustus SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA No. 15/35/DPAU Jakarta, 29 Agustus 2013 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal: Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam rangka Pengembangan Usaha Mikro,

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN KOPERASI, USAHA MIKRO DAN USAHA KECIL DENGAN PENYEDIAAN DANA BERGULIR PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis sekarang sudah sangat pesat dan dapat menembus batasan batasan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis sekarang sudah sangat pesat dan dapat menembus batasan batasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan peningkatan teknologi informasi dalam kondisi bisnis sekarang sudah sangat pesat dan dapat menembus batasan batasan geografis sehingga informasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Kegiatan bank yang kedua setelah menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, perekonomian semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, perekonomian semakin maju dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, perekonomian semakin maju dan berkembang, banyak produk atau merek produk baru bermunculan. Pesatnya pasar hasil produksi yang

Lebih terperinci

MOTIVASI BERBELANJA KONSUMEN PADA PASAR TRADISIONAL DAN PASAR SWALAYAN DI KOTA MADIUN. Rindyah Hanafi

MOTIVASI BERBELANJA KONSUMEN PADA PASAR TRADISIONAL DAN PASAR SWALAYAN DI KOTA MADIUN. Rindyah Hanafi MOTIVASI BERBELANJA KONSUMEN PADA PASAR TRADISIONAL DAN PASAR SWALAYAN DI KOTA MADIUN Rindyah Hanafi Abstract : The purpuse of this study is to examine motivation shopping in traditional market and supermarket

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat terlebih tingkat persaingan antar perusahaan satu dengan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat terlebih tingkat persaingan antar perusahaan satu dengan yang lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha diindonesia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat terlebih tingkat persaingan antar perusahaan satu dengan yang lainnya. Persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu Negara. Menurut ketentuan Undang-undang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. modal kerja dan usaha, perdagangan, dan distribusi banyak ditentukan oleh ada

PENDAHULUAN. modal kerja dan usaha, perdagangan, dan distribusi banyak ditentukan oleh ada PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era industrialisasi, perbankan merupakan suatu industri jasa yang dominan dan hampir menopang semua sendi perekonomian. Kelancaran modal investasi, modal kerja dan

Lebih terperinci

DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA bitheula.blogspot.com I. PENDAHULUAN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai salah satu alat negara untuk mendukung perekonomian nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menggerakan roda perekonomian (Undang-Undang No.7 tahun 1992 pasal 1).

I. PENDAHULUAN. menggerakan roda perekonomian (Undang-Undang No.7 tahun 1992 pasal 1). I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Perbankan adalah lembaga intermediasi yang berfungsi sebagai pengumpul dana masyarakat untuk kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat dalam rangka menggerakan roda

Lebih terperinci

BAB II PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) akan kekuatan sektor Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi

BAB II PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) akan kekuatan sektor Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi BAB II PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) A. Sejarah Ringkas Perjalanan sejarah perkembangan ekonomi di Indonesia, termasuk terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997, telah membangkitkan kesadaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS Dengan melihat permasalahan yang terjadi pada Bank X, maka perlu adanya cara untuk menganalisa variabel-variabel apa saja yang akan menentukan kredit macet atau lancar dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif verifikatif yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif verifikatif yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif verifikatif yang digunakan untuk mengetahui nilai variabel X yakni keunggulan asosiasi merek,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Kata Prosedur Kredit terdiri dari 2 (dua) kata yaitu Prosedur dan Kredit. Menurut Ardiyos (2004:73) arti dari Prosedur adalah suatu bagian

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kredit, Teori Permintaan dan Penawaran Kredit Berdasarkan asal mulanya, Kasmir (2003) menyatakan kredit berasal dari kata credere yang artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Micro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Micro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu sektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Micro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu sektor yang bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi, peningkatan peran dan kegiatan usaha sektor UMKM

Lebih terperinci

(Survei terhadap nasabah Bank Rakyat Indonesia) DRAFT SKRIPSI. Untuk memenuhi salah satu syarat penyusunan skripsi guna

(Survei terhadap nasabah Bank Rakyat Indonesia) DRAFT SKRIPSI. Untuk memenuhi salah satu syarat penyusunan skripsi guna PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASANDAN DAMPAKNYA TERHADAP LOYALITAS NASABAH KREDIT MODAL USAHA PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (persero)tbk KCP SUCI BANDUNG (Survei terhadap nasabah Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia mulai populer setelah ada kewajiban setiap BUMN menyisihkan 1% -3% keuntungan untuk program kredit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan sekunder bagi setiap orang dan tas merupakan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan sekunder bagi setiap orang dan tas merupakan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini persaingan dalam dunia bisnis menjadi sangat ketat, hal itu dapat dilihat dengan banyaknya perusahaan sejenis yang menawarkan produk yang hampir sama. Persaingan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 18 /PBI/2003 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN TEKNIS DALAM RANGKA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO DAN KECIL

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 18 /PBI/2003 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN TEKNIS DALAM RANGKA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO DAN KECIL PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 18 /PBI/2003 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN TEKNIS DALAM RANGKA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO DAN KECIL GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Usaha Mikro dan Kecil mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya membangun suatu unit usaha bank mikro yang melayani. masyarakat golongan kecil memerlukan suatu cara metode berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya membangun suatu unit usaha bank mikro yang melayani. masyarakat golongan kecil memerlukan suatu cara metode berbeda dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Upaya membangun suatu unit usaha bank mikro yang melayani masyarakat golongan kecil memerlukan suatu cara metode berbeda dengan praktek-praktek yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya. Perekonomian Indonesia yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya. Perekonomian Indonesia yang terus berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang ini pemberian dana instan dengan proses yang cepat mempunyai peranan yang sangat besar bagi masyarakat Indonesia guna memenuhi kebutuhannya. Perekonomian

Lebih terperinci

KREDIT TANPA JAMINAN

KREDIT TANPA JAMINAN KREDIT TANPA JAMINAN ( Studi Tentang Pola Pemberian Kredit Tanpa Jaminan Di PT. Bank Rakyat Indonesia ( Persero ) Tbk. ) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas - Tugas dan Syarat Syarat Guna

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lampung Kantor Cabang Utama Bandar Lampung. Penelitian ini dilakukan untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lampung Kantor Cabang Utama Bandar Lampung. Penelitian ini dilakukan untuk BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek dan Jenis Penelitian Objek dari penelitian ini adalah Produk Kredit Pegawai pada Bank Lampung dengan subjek yang dipilih adalah nasabah Kredit Pegawai pada Bank

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) 2.1.1 Pengertian UMKM Ada beberapa pengertian UMKM menurut para ahli atau pihak yang langsung berhubungan dengan UMKM, antara lain: 1.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) UMKM merupakan salah satu sektor ekonomi rakyat yang cukup penting dan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi perekonomian di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sulit untuk mengetahui, meniru dan menyusun cara-cara untuk mematahkan. terhadap produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. sulit untuk mengetahui, meniru dan menyusun cara-cara untuk mematahkan. terhadap produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman informasi dan globalisasi, kompetisi yang terjadi pada seluruh bidang usaha menjadi semakin ketat ditandai dengan semakin banyaknya lini produk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Probolinggo yaitu pada Bank Rakyat Indonesia. Tbk Cabang Probolinggo Unit

BAB III METODE PENELITIAN. Probolinggo yaitu pada Bank Rakyat Indonesia. Tbk Cabang Probolinggo Unit BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian yang dilakukan ini mengambil lokasi di wilayah Kota Probolinggo yaitu pada Bank Rakyat Indonesia. Tbk Cabang Probolinggo Unit Plaza. Alasan memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa pada pasar yang telah ada, juga harus mampu merebut daerah

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa pada pasar yang telah ada, juga harus mampu merebut daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini semakin diyakini bahwa setiap kemajuan usaha selalu membawa masalah-masalah dan kesempatan bagi perusahaan. Dengan semakin besarnya perusahaan maka semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak liberalisasi perbankan tahun 1988, persyaratan pembukaan bank dipermudah, bahkan setoran modal untuk mendirikan bank relatif dalam jumlah yang kecil. Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lembaga perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang bertindak sebagai sumber permodalan dan perantara keuangan dengan menyediakan mekanisme transaksi

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kredit dan Pengertiannya Kata kredit berasal dari bahasa Yunani credere artinya kepercayaan atau credo berarti saya percaya (Shintawati, 2010; Triandaru dan Budisantoso, 2009;

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG SALINAN 1 BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perbankan menawarkan tradisi pelayanan terbaik melalui penyediaan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perbankan menawarkan tradisi pelayanan terbaik melalui penyediaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan adalah merupakan salah satu perusahaan jasa. Dimana seluruh kegiatan perbankan menawarkan tradisi pelayanan terbaik melalui penyediaan produk dan layanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia terdapat sekitar 57,9 juta pelaku UMKM dan diperkirakan akan semakin

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia terdapat sekitar 57,9 juta pelaku UMKM dan diperkirakan akan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan pelaku usaha industri UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) Indonesia termasuk paling banyak di antara negara lainnya. Saat ini populasi penduduk dengan usia

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 30 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum 1. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara Indonesia, merupakan bank pertama yang didirikan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi pembangunan, juga sebagai upaya untuk memeratakan hasil-hasil. pembangunan yang telah dicapai. Di sektor-sektor penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. bagi pembangunan, juga sebagai upaya untuk memeratakan hasil-hasil. pembangunan yang telah dicapai. Di sektor-sektor penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perekonomian Indonesia, sektor usaha kecil memegang peranan yang sangat penting, terutama bila dikaitkan dengan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah nasabah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah nasabah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah nasabah Prioritas Bank Mandiri Cabang Wisma Tugu dengan jangka waktu 1 bulan yaitu di bulan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Perilaku Konsumen dan Proses Keputusan Pembelian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Perilaku Konsumen dan Proses Keputusan Pembelian 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemasaran Menurut Kotler (1999:4), pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dengan mana seseorang atau kelompok memperoleh apa yang dibutuhkan dan inginkan melalui penciptaan

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK Gambaran Umum Kredit Konsumtif pada Bank X

BAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK Gambaran Umum Kredit Konsumtif pada Bank X 51 BAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK + Dalam Bab 4 secara lebih mendalam akan dibahas analisis mengenai pengukuran risiko kredit konsumtif pada bank X dengan menggunakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran Pemasaran adalah proses untuk merencanakan dan melaksanakan perancangan, penetapan harga, promosi, dan distribusi dari ide, barang, dan layanan untuk menimbulkan

Lebih terperinci

KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)

KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) Definisi UMKM UMKM : Usaha Mikro Kecil dan Menengah berdasarkan Undang Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah Usaha Mikro Usaha produktif dengan kriteria

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Tabel 3.1 Desain Penelitian. cabang Mall Ciputra. cabang Mall Ciputra. cabang Mall Ciputra. cabang Mall Ciputra

BAB 3 METODE PENELITIAN. Tabel 3.1 Desain Penelitian. cabang Mall Ciputra. cabang Mall Ciputra. cabang Mall Ciputra. cabang Mall Ciputra BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Tabel 3.1 Desain Penelitian Tujuan Disain Penelitian Penelitian Jenis Unit Analisis Time Horizon Penelitian T-1 Deskriptif Individu Konsumen i crave T-2 Deskriptif

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Strategi Pemasaran KSPPS BMT Al-Hikmah Ungaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Strategi Pemasaran KSPPS BMT Al-Hikmah Ungaran BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Strategi Pemasaran KSPPS BMT Al-Hikmah Ungaran KSPPS BMT Al-Hikmah mulai memperkenalkan produk penyaluran dana melalui pembiayaan yang diberikan anggotanya sejak

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Nomor : 14/Per/M.KUKM/VII/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Nomor : 14/Per/M.KUKM/VII/2006 TENTANG nis 2006 11-08-2006 1.2005Draft tanggal, 28 Juli 2006 PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Nomor : 14/Per/M.KUKM/VII/2006 TENTANG PETUNJUK TEKNIS DANA PENJAMINAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis karena kebutuhan dan keinginan konsumen yang pada

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis karena kebutuhan dan keinginan konsumen yang pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan jaman yang semakin maju dan modern, ketatnya persaingan dalam dunia industri menuntut setiap perusahaan untuk peka dalam mengantisipasi segala kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penerapan Business Intelligence (BI) pada perusahaan perbankan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penerapan Business Intelligence (BI) pada perusahaan perbankan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penerapan Business Intelligence (BI) pada perusahaan perbankan merupakan kunci sukses dalam mengefisiensikan dan mengefektifkan kegiatan bisnis utama dengan kemampuan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 47 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 63 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kondisi perekonomian seperti saat ini, kenyataannya bahwa banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kondisi perekonomian seperti saat ini, kenyataannya bahwa banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kondisi perekonomian seperti saat ini, kenyataannya bahwa banyak perusahaan-perusahaan menghadapi persaingan semakin ketat dalam menjual produk atau jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan yang sangat penting dan mendesak

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.24, 2016 KEUANGAN OJK. BPR. Badan Kredit Desa. Transformasi. Status. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5847) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL

DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel 3.1...Sejarah singkat PT Bank Tabungan Negara (persero) Tbk Tabel 3.2...Indikator Variabel X dan Variabel Y Tabel 3.3...Bobot atau Kuesioner Tabel 3.4... Data Responden Tabel 4.1...Data

Lebih terperinci

VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG

VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG Latar belakang diluncurkannya fasilitas kredit BNI Tunas Usaha (BTU) adalah Inpres Presiden No. 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan

Lebih terperinci

No.16/3 /DPTP Jakarta, 3 Maret 2014 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA DAN PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO)

No.16/3 /DPTP Jakarta, 3 Maret 2014 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA DAN PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) No.16/3 /DPTP Jakarta, 3 Maret 2014 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA DAN PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) Perihal : Pelaksanaan Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemerintah menyadari pemberdayaan usaha kecil menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat dan sekaligus

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. peternak, khususnya bagi yang berminat meningkatkan skala usahanya. Salah satu

PENDAHULUAN. peternak, khususnya bagi yang berminat meningkatkan skala usahanya. Salah satu I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pemberian kredit pada saat ini telah banyak dilakukan oleh berbagai lembaga keuangan yang ada di Indonesia. Jenis kredit yang diberikan pun sudah menyesuaikan dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya

BAB I PENDAHULUAN. dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sebagian besar pendapatan bank berasal dari pendapatan bunga yang berasal dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya pertumbuhan

Lebih terperinci

Menuju UKM Mandiri. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk

Menuju UKM Mandiri. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Menuju UKM Mandiri PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Definisi UMKM menurut UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Kriteria Usaha Mikro Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.50.000.000,00

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Koordinator Bida

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Koordinator Bida No.1794, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH. KUR. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha mikro kecil dan menengah memiliki peran strategis dalam kegiatan perekonomian masyarakat di Indonesia. Peran strategis usaha kecil bagi perekonomian Indonesia

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan bisnis perbankan di Indonesia terus mengalami kemajuan yang sangat pesat. Bank-bank dituntut untuk menjadi lebih dinamis terhadap perubahan agar siap bersaing

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO DENGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia masih tergantung pada sektor konsumsi. Ketika ekonomi

I. PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia masih tergantung pada sektor konsumsi. Ketika ekonomi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari tahun ke tahun terutama setelah krisis tahun 1998, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tergantung pada sektor konsumsi. Ketika ekonomi tumbuh 4% (2003), konsumsi

Lebih terperinci

BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM

BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM Usaha Kecil dan Mikro (UKM) merupakan sektor yang penting dan besar kontribusinya dalam mewujudkan sasaran-sasaran pembangunan ekonomi nasional, seperti pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Analisis Asosiasi Merek Kredit Tanpa Agunan Mandiri (KTAM) Sebagai Produk Unggulan Bank Mandiri Banjarmasin

Analisis Asosiasi Merek Kredit Tanpa Agunan Mandiri (KTAM) Sebagai Produk Unggulan Bank Mandiri Banjarmasin Analisis Asosiasi Merek Kredit Tanpa Agunan Mandiri (KTAM) Sebagai Produk Unggulan Bank Mandiri Banjarmasin Laila Refiana & Bulhadi Universitas Lambung Mangkurat ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Tabel 3.1 Desain Penelitian Jenis dan Metode Tujuan Penelitian Unit Analisis Time Horison T 1 Kausalitas Survei Individu Responden Cross Section T 2 Kausalitas

Lebih terperinci

KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2015

KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2015 KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2015 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran dan kontribusi yang penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu menyediakan

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah. Misi BRI : 1. Melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 43 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian yang akan dianalisis dalam karya akhir ini adalah mengenai pengukuran risiko kredit di bagian Consumer Banking, khususnya untuk kredit

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM LINKAGE PROGRAM ANTARA BANK UMUM DENGAN KOPERASI

PEDOMAN UMUM LINKAGE PROGRAM ANTARA BANK UMUM DENGAN KOPERASI Lampiran : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. Nomor : 03/Per/M.KUKM/III/2009 Tentang : Pedoman Umum Linkage Program Antara Bank Umum Dengan Koperasi PEDOMAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia berdasarkan data statistik tahun 2004, dapat dilihat dari

I. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia berdasarkan data statistik tahun 2004, dapat dilihat dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha mikro kecil dan menengah memiliki peran strategis dalam kegiatan perekonomian masyarakat di Indonesia. Peran strategis usaha kecil bagi perekonomian Indonesia

Lebih terperinci