PEMBELAJARAN DAN UKURAN KEBERHASILANNYA*)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBELAJARAN DAN UKURAN KEBERHASILANNYA*)"

Transkripsi

1 PEMBELAJARAN DAN UKURAN KEBERHASILANNYA*) Oleh Dr. Leonardus Banilodu, MS. Jurusan Biologi FMIPA Unika Widya Mandira Jln Jend. A. Yani Kupang 85225, Timor-NTT-Indonesia A. Pengantar 1) Para dosen melaksanakan tugas pembelajaran sesuai dengan bidang keahlian, yang dibuktikan dengan kegiatan pembelajaran sejak awal semester dan evaluasi di akhir semester. 2) Pertanyaan: apakah hasil pembelajaran mampu menciptakan profil generasi yang produktif dan adaptif? 3) Mutu pembelajaran tetap menjadi bahan diskusi yang menarik dalam forum-forum ilmiah dan sekan-akan tidak terkelola dengan baik. 4) Dalam keseluruhan proses pembelajaran, ada tiga pertanyaan pokok yang harus dijawab: a. apakah hasil pembelajaran relevan dengan kebutuhan mahasiswa? b. apakah metode pembelajaran efektif dalam pemecahan permasalahan? c. apakah mahasiswa memperoleh inspirasi dalam pembelajaran? B. Ukuran Keberhasilan Pembelajaran 1) Apakah hasil pembelajaran relevan? (1) Kegiatan pembelajaran harus mampu mencerminkan apa yang sesungguhnya kelak akan dikerjakan orang, baik bagi mereka yang akan berkarya dalam bidang ilmu maupun bagi mereka yang tidak akan bekerja dalam bidang ilmu. (2) Dalam satu sesi pembelajaran, agaknya mahasiswa hanya akan membutuhkan waktu menit untuk mendengarkan dosen berbicara. (3) Mahasiswa membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk aplikasi informasi yakni analisis kasus nyata dalam kehidupan sehari-hari seperti mencari pemecahan masalah, melakukan penyelidikan, berdebat dalam kelompok, berpikir kritis, berpikir kreatif, mencari keterangan, dan mengambil keputusan; inilah serangkaian kegiatan yang seharusnya diharapkan akan terjadi dalam ruang kuliah, dalam laboratorium, di loronglorong kampus, di halaman kampus, atau di tempat lain yang lebih jauh dari kampus. (4) Dalam pembelajaran, para dosen sering kali telalu menekankan pada hal-hal yang sepeleh dan mudah untuk mengujinya, sehingga sasaran pembelajaran hanya sematamata mengharapkan mahasiswa untuk mampu mengulang, mengenal, membandingkan, atau mempertentangkan informasi yang diingat. Ini adalah sebuah kelemahan! (5) Banyak ujian yang hanya semata-mata mengujikan informasi terkait; tidak ada upaya untuk melakukan koreksi dan/atau pembenaran terhadap praktek ujian demikian *) Makalah untuk disajikan dalam Lokakarya Rekonstruksi Pembelajaran Berbasis Siswa, Unwira, Kupang pada tanggal 3-4 Pebruari

2 (6) Suatu proses pembelajaran yang baik harus mampu mengawinkan beranekara ragam hasil yang telah direncanakan di mana keserbaragaman hasil tersebut harus tercerminkan mulai dari aktivitas kuliah hingga evaluasi. (7) Dengan cara yang hati-hati, dosen harus mampu menguji apa yang seharusnya menjadi kebutuhan belajar dari mahasiswa; apa yang dibutuhkan jika mereka kelak akan menjadi warga sipil, teknisi, atau sebagai calon ilmuwan; dosen harus mampu membuat tabel kebutuhan hasil belajar dari masing-masing mahasiswa. Misalnya: a. Suatu hasil belajar yang mengharapkan mahasiswa akan mampu memerikan (menggambarkan) siklus biogeokimia dipandang kurang bermanfaat bagi mereka yang kelak akan menjadi warga sipil daripada yang mengharapkan mahasiswa akan mampu meramalkan kemungkinan dampak polusi dan mengevaluasi argumentasi yang berhubungan dengan resiko polusi. b. Suatu hasil belajar yang mengharapkan mahasiswa akan mampu membahas atau memahami bukti-bukti evolusi dipandang kurang bermanfaat daripada yang mengharapkan mahasiswa akan mampu mengusulkan sebuah pengujian terhadap hipotesis evolusi dan mengeritik argumentasi yang berhubungan dengan bukti-bukti evolusi. c. Suatu hasil belajar yang mengharapkan mahasiswa akan mampu menjelaskan atau memerikan homoeostasis asam-basa merupakan keterampilan yang dipandang kurang bermanfaat daripada yang mengharapkan mahasiswa akan mampu memecahkan masalah fisiologi asam-basa melalui penerapan persamaan Henderson. d. Suatu hasil belajar yang mengharapkan mahasiswa memerikan jejak ekologis dipandang kurang bermakna daripada yang mengharapkan mahasiswa akan mampu mengevaluasi dampak lingkungan dari keputusan reproduktif dalam hubungannya dengan surplus tingkat kelahiran/kematian di suatu daerah. (8) Agaknya lebih baik dosen membuat peringkatan hasil belajar menurut kepentingan daripada menurut urutan pokok materi. (9) Daftar hasil belajar menurut mahasiswa dapat disusun ke dalam kategori, seperti okupasional, personal, warga sipil, nasional, dan global. (10) Dosen dapat pula mencoba mengelompokkan target kemanfaatan dan hasil belajar itu ke dalam rentangan waktu, misalnya satu tahun, 10 tahun, atau seumur hidup. (11) Dosen tidak perlu menduga terlalu rendah kebutuhan belajar yang non-mayor karena kebanyakan mahasiswa yang setelah meninggalkan bangku kuliah, mereka akan memasuki suatu perdebatan nyata sebagai warga sipil, bekerja di lembaga nonpemerintah (LSM), atau memasuki dunia politik. (12) Ada kemungkinan di pasca-pendidikan, mereka memiliki keterampilan dalam mencari keterangan, kemampuan membaca sebuah meta-analisis, atau kemahiran mempertanyakan hasil riset mendalam. (13) Target hasil belajar harus cukup fleksibel untuk memaksimumkan potensi individual dari mahasiswa. Kurikulum yang kaku dapat saja gagal mengembangkan bakat, latar belakang, dan minat khas dari mahasiswa. (14) Dosen mungkin saja akan terpesona dengan daftar kebutuhan hasil belajar yang dihasilkan karena ada kemungkinan akan sangat berbeda dengan hasil belajar yang termuat dalam silabus tradisional. (15) Dengan daftar kebutuhan hasil belajar yang disusun menurut urutan prioritas, dosen perlu membagi kembali waktu pembelajaran sesuai dengan urutan prioritas itu. 2

3 (16) Dalam hal ini, dosen tidak perlu menyatakan bahwa pertanyaan ujian harus secara aktual mengukur daftar hasil belajar yang tingkatnya lebih tinggi itu. (17) Dosen perlu merencanakan aktivitas pembelajaran dengan menggunakan permasalahan kasus sehingga mampu mengembangkan keterampilan dalam belajar mandiri, pencarian keterangan, perilaku analitis, berpikir kreatif, dan berpikir kritis. Misalnya: a. Ketika mahasiswa akan mempelajari topik materi Respirasi Sel, dosen perlu memulai topik ini dengan sebuah kasus yang memikat, katakan, kasus yang berhubungan kehidupan seseorang, seekor anjing peliharaan, atau mungkin saja sejenis satwa liar umum yang berhubungan dengan patologi metabolisme (seperti defisiensi fosfo-fruktokinase). b. Cara seperti ini dengan sendirinya akan menuntun mahasiswa untuk mengusulkan sebuah studi kasus dan mungkin pula ada keinginan untuk membuat perlakuan untuk mempelajari ketidakteraturan itu. c. Setelah pengkondisian atau suatu pengantar tentang respirasi sel, selanjutnya mahasiswa diminta untuk bekerja dalam kelompok kecil untuk curah pendapat dalam pemecahan masalah yang ditawarkan. d. Mahasiswa akan memperoleh pemahaman bidang ilmu yang lebih luas dan dengan sendirinya mengembangkan keterampilan dalam analisis disiplin, berpikir reflektif, dan pemecahan masalah. e. Dalam penentuan apa informasi lanjutan dari yang telah diperoleh, mahasiswa akan belajar mengajukan pertanyaan cerdas dan bijaksana, dan ini adalah satu keterampilan kunci sebagai calon ilmuwan dan/atau sebagai warga sipil. (18) Libatkan seluruh kelas ke dalam suatu penilaian kritis terhadap suatu proyek nyata dalam masyarakat, atau proyek-proyek yang sedang diusulkan pemerintah. (19) Pada kasus seperti ini, mahasiswa perlu diberi waktu kerja kelompok lebih lama, satu atau dua semester. (20) Mahasiswa dapat diminta untuk mempertimbangkan implikasi bidang ilmu terhadap usulan program seperti penggunaan lahan, pemanfaatan berlebihan, rencana pengendalian hama dan penyakit, program kesehatan masyarakat, rencana pengelolaan perikanan, kehutanan, taman kota dan satwa liar, rehabilitasi keracunan obat-obatan, atau apa saja yang diketahui di dalam masyarakat. (21) Beberapa kelompok kerja mungkin ditugaskan untuk menyelidiki berbagai aspek dalam proyek dan mungkin perlu mengumpulkan data lapangan, yang kemudian sekali dalam seminggu hasil kerja dibahas bersama di dalam kuliah. (22) Manfaat penting di sini adalah bahwa mahasiswa akan membuat rekomendasi berbasiskan pembuktian yang menjamin suatu pengalaman belajar autentik dan sekaligus menciptakan suatu keinginan belajar berdasarkan kebutuhan untuk mengetahui. (23) Rencanakan tugas penulisan yang autentik, seperti membuat web-site, atau menulis surat untuk dikirim kepada politisi, departemen pemerintah, atau lainnya. Merencanakan aktivitas laboratorium yang melibatkan proyek investigatif terbuka merupakan hal yang bermakna dalam mengembangkan potensi individual dari mahasiswa dan akan berkontribusi terhadap pengalaman pra-kerja. (24) Menyusun ujian yang menghadirkan permasalahan kasus realistis merupakan langkah untuk meminta mahasiswa untuk berpikir kritis, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan; jika perlu, dalam penyusunan ujian dapat dilengkapi dengan pertanyaan 3

4 4 imaginatif dalam bentuk pilihan ganda; pertimbangkan pula sistem ujian terbuka (openbook) untuk menyamai kondisi tempat kerja atau memungkinkan mahasiswa untuk membawa serta kartu informasi untuk diisi dengan informasi yang diperlukan; dan ini akan mendorong dosen untuk merencanakan pertanyaan ujian yang meminta mahasiswa untuk berpikir kreatif, analitis, interpretatif, dan aplikasi konsep-konsep inti terhadap data. 2) Apakah metode pembelajaran efektif? (1) Efektivitas pembelajaran jangka pendek diukur melalui hasil ujian, tetapi pembelajaran itu sendiri juga harus memastikan adanya kemanfaatan seumur hidup bagi mahasiswa. (2) Hasil riset menunjukkan bahwa pencapaian prestasi belajar mahasiswa dapat diperkuat melalui penggunaan: a. contoh kasus yang bermanfaat bagi mahasiswa, b. metode belajar aktif daripada belajar pasif (pengalaman adalah guru yang paling baik), c. aplikasi nyata dari konsep inti dalam menerangkan berbagai permasalahan hidup, d. praktik dan pengulangan hasil kerja, e. umpan balik, dan f. pemecahan masalah yang memiliki muatan emosional. (3) Ajarkan prinsip-prinsip keilmuan dengan penggunaan contoh kasus dan penugasan yang bermanfaat bagi mahasiswa seperti patologi manusia, bio-terorisme, polusi lokal, industri lokal, kanker, makanan yang berubah secara genetika, obat-obtan perangsang, keracunan obat-obatan, diet, penyakit menular seksual, peledakan populasi, permasalahan lingkungan, penyakit sapi gila, pandemik influensa, dan apapun yang terkait dan bermasalah dalam kehidupan masyarakat. (4) Jika ada konsep keilmuan yang tidak dapat disajikan dalam konteks contoh kasus menarik, dosen harus sungguh-sungguh memastikan atau mempertanyakan apakah konsep abstrak tersebut benar-benar bermakna bagi mahasiswa atau tidak. (5) Pembelajaran yang menekankan pada ketrampilan proses seperti pencarian keterangan, penyelidikan, analisis, dan belajar mandiri akan berdampak pada penciptaan banyak peluang melakukan pengulangan dan aplikasi di pasca-pendidikan; keterampilan seperti inilah yang dapat dengan mudah diingat dan mungkin akan sangat membantu kehidupan mahasiswa di masa depan. (6) Pusatkan pembelajaran pada kemahiran satu konsep dengan sedikit lompatan pada keterincian yang berlebihan dan sepeleh. Less is more. Mahasiswa dapat mengisi sendiri dengan keterincian yang menurut mereka relevan ketika membaca, mempelajari, dan memecahkan permasalahan yang dilandasi oleh pemahaman dan penguasaan yang tinggi terhadap konsep inti dan aplikasi konsep ke dalam beragam permasalahan kehidupan yang terkait. Hindari pengelompokan konsep kunci yang sifatnya sepeleh dan berdampak membebani mahasiswa karena keterinciaan yang diharapkan itu ternyata tidak diperlukan. (7) Rencanakan aktivitas pembelajaran yang memiliki muatan emosional seperti bekerja dalam kelompok dan akan mendorong mahasiswa untuk belajar saling mendengar dan saling menghormati satu sama lain; mereka akan mampu menyepakati apa yang merupakan rumusan bersama dalam kelompok; pembelajaran seperti ini akan menciptakan keterampilan interpersonal dan keterampilan resolusi konflik. Aktivitas

5 pembelajaran seperti ini juga dapat dikaitkan pula dengan permasalahan bio-etika (nilainilai kecakapan hidup) sebagaimana dimaksudkan dalam peraturan perundangundangan di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional Indonesia saat ini. (8) Mahasiswa perlu secara sering diberi kesempatan bekerja di luar kampus agar mereka belajar berkomunikasi dengan orang lain untuk menciptakan dorongan emosional dan aplikasi sosial. Sebagai contoh: a. Memintai mahasiswa untuk melakukan penyelidikan dengan wawancara tentang sejarah kesehatan seseorang (katakan, tokoh masyarakat) atau seorang sukarelawan. b. Mahasiswa membuat laporan penyelidikan dengan mempertimbangkan suatu uraian interpretatif tentang patofisiologi dari responden. c. Aktivitas pembelajaran yang sama dapat diterapkan untuk analisis biologis penting terhadap industri, perusahaan, atau pemanfaatan lokal lain di lingkungan masyarakat. d. Aktivitas mahasiswa dapat difokuskan pada beberapa aspek seperti pengelolaan sampah, dampak pembangkit tenaga listrik, perusahaan penggilingan, perikanan, kehutanan, masalah kesehatan hutan, pengelolaan lahan berhutan, patologi hortikultura, perlindungan habitat pertanian, tindakan pengobatan alternatif, dan lain-lain. Peluang pemilihan topik permasalahan terbuka lebar! (9) Dalam satu sesi pembelajaran, dosen hanya perlu menggunakan waktu menit untuk melakukan persiapan penting; waktu selebihnya adalah untuk praktik (pembelajaran aktif); kelompok kerja 3-5 orang diperlukan untuk membahas dan membuat pilihan terhadap obyek pembelajaran yang direncanakan. (10) Pengelompokan mahasiswa di sini diperlukan agar di dalam kelompok mahasiswa dapat saling mengeritik, saling menjelaskan konsep (tutorial sesama, sebaya), dan menciptakan medan pembelajaran yang kaya stimulus. (11) Siapkan proses pembelajaran ini dengan lembaran kerja mahasiswa (LKM) dan pedoman pembelajaran (PP) untuk dapat memandu proses kerja kelompok, atau untuk memandu menemukan jawaban atas permasalahan. (12) Perlu pula dipertimbangkan bahwa mahasiswa tidak perlu menghabiskan waktu untuk membuat catatan. (13) Dosen harus memfasilitasi kegiatan dengan menggunakan pertanyaan diagnostik dan dialogis. Jawablah pertanyaan dari mahasiswa dengan satu pertanyaan. Sebagai contoh, jika seorang mahasiswa mengajukan pertanyaan jelaskan ADN kepada saya? Dosen perlu merespon pertanyaan ini dalam bentuk pertanyaan pula, misalnya Apakah yang Anda maksudkan dengan ADN itu? Dalam hal tertentu, dosen mungkin terkesima dengan pertanyaan mahasiswa, tetapi yang paling penting adalah bahwa dosen mengungkapkan cara-cara pembelajaran yang diperlukan untuk membantu mahasiswa, dan bukan dosen mencari dan memberikan jawaban untuk mahasiswa. (14) Dalam hal lain, ketika dosen akan membantu mahasiswa secara individual, hendaknya dosen tidak seolah-olah sedang melakukan tutorial mini; adalah lebih baik jika dosen mengajukan pertanyaan diagnostik dan dialogis hingga dosen merasa yakin bahwa pemahaman mahasiswanya telah diperbaiki. (15) Dosen perlu menyiapkan suatu suasana agar mahasiswa belajar dari umpan balik, misalnya menyiapkan contoh ujian dan jawabannya untuk mengevaluasi kegiatan praktik mandiri mahasiswa. 5

6 (16) Contoh tugas penulisan perlu pula disiapkan sehingga dosen dapat memantau dan menilai kemajuan penulisan mahasiswa; dosen patut memberikan penghargaan atas tulisan mahasiswa dalam bentuk catatan-catatan perbaikan terhadap tulisan mahasiswa. (17) Dalam hal tertentu, dosen perlu melakukan intervensi terhadap hasil kerja mahasiswa yang dinilai tidak memenuhi syarat, atau tergolong buruk. (18) Apabila langkah-langkah intervensi tidak cukup meyakinkan adanya perbaikan di dalam diri mahasiswa, maka mahasiswa tersebut digolongkan sebagai yang sedang mengalami kesulitan belajar, dan dapat direkomendasikan ke bagian bimbingan dan penyuluhan kampus untuk memperoleh bantuan kesulitan belajar. 3) Apakah mahasiswa memperoleh inspirasi? (1) Dosen perlu secara sistematis dan terencana memberikan inspirasi kepada mahasiswa untuk belajar; semangat belajar mahasiswa harus tetap ditumbuhkembangkan. (2) Pemantauan dan evaluasi terhadap semangat belajar mahasiswa dapat dilakukan melalui suatu survei menggunakan angket (kuesioner). Hal-hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan angket, antara lain: a. sikap mahasiswa terhadap mata kuliah, b. statistik keikutsertaan mahasiswa dalam pembelajaran, c. rasio waktu belajar di luar jam kampus, d. rasio daya tahan belajar dan yang berkurang terhadap mata kuliah, e. frekwensi pengunaan perpustakaan, f. perubahan arah belajar, g. partisipasi mahasiswa dalam kegiatan ekstra-kurikuler, h. frekwensi pengiriman tulisan ke media cetak seperti majalah, surat kabar dan lainlain), i. frekwensi mengunjungi web-site, j. keikutsertaan dalam forum ilmiah (seminar, lokakarya, diskusi panel, dan sebagainya), dan k. semangat belajar seumur hidup. (3) Dua faktor yang sangat mempengaruhi semangat belajar mahasiswa adalah: a. isi pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan hidup mahasiswa dan b. perilaku dosen. (4) Bertindak profesional; dosen harus menjadi potret bagi orang lain dan sekaligus sebagai media pembelajaran; persepsi mahasiswa terhadap kredibilitas dosen akan sangat mempengaruhi reaksi mahasiswa terhadap isi pembelajaran itu sendiri. (5) Dosen akan dengan mudah menginspirasi mahasiswa jika dosen menyiapkan pembelajarannya dengan baik, mengoraganisasikan latihan dengan baik, antusias, dan bertindak sebagai penjamu mahasiswa. (6) Melalui cara-cara yang positif, dosen harus selalu mendorong dan menyiapkan umpan balik pembelajaran kepada mahasiswa; moral perkuliahan akan sangat mempengaruhi pencapaian prestasi belajar dari mahasiswa! (7) Pilih permasalahan pembelajaran yang diyakini bermakna bagi mahasiswa; mahasiswa akan demikian bersemangat terhadap aktivitas pembelajaran apabila berhubungan dengan minat dan kebutuhan mahasiswa. (8) Daya tarik personal mahasiswa terhadap permasalahan pembelajaran merupakan satu pendorong pembelajaran yang amat besar; bukan tidak mungkin kita menemukan satu 6

7 kelompok mahasiswa yang demikian larut dalam satu diskusi setelah jam kuliah ketika mereka dihadapkan dengan satu permasalahan khusus; kita pun dapat menyaksikan satu kelompok mahasiswa yang demikian antusias menghadiri satu forum ilmiah yang sedang membahas satu permasalahan yang berhubungan dengan topik penugasan dari kampus. (9) Menyusun silabus pendidikan dengan menggunakan topik permasalahan yang ada dalam buku teks atau buku pelajaran yang juga dimiliki mahasiswa, acapkali dipandang membosankan bagi mahasiswa. Sebagai contoh: a. menuliskan topik pembelajaran Kanker dipandang lebih menarik daripada topik Pembelahan Sel, sementara di dalamnya memuat konsep yang sama. b. topik Makanan dipandang jauh lebih menarik daripada topik Makromolekul ; c. topik Organisme yang Berubah Secara Genetika atau Sidik Jari Secara Genetika dipandang jauh lebih menarik daripada topik Genetika ; d. topik Pemanasan Global dipandang jauh lebih menarik daripada topik Ekosistem ; e. topik Penyakit Menular Seksual dipandang jauh lebih menarik daripada topik Organ Reproduksi pada Manusia, f. dsbnya. (10) Artikel-artikel dalam majalah ilmiah atau surat kabar dapat digunakan sebagai sumber untuk memilih topik pembelajaran yang menarik dalam penyajian konsep dasar dan ilmiah untuk suatu pembelajaran. (11) Dalam beberapa hal, di dalam lembaran kerja mahasiswa (LKM) tidak perlu juga dicantumkan topik pembelajaran dan kepada mahasiswa diminta untuk menuliskan topik pembelajaran setelah mereka menyelesaikan LKM; sama halnya, menuliskan judul karya ilmiah setelah menyusun latar belakang permasalahan. (12) Dalam hal tertentu, dosen dapat merencanakan suatu aktivitas pembelajaran dengan mengamanatkan suatu permasalahan bidang ilmu; jika dimungkinkan adalah permasalahan autentik; kemudian, mahasiswa diminta untuk menentukan sasaran pembelajaran yang bermakna, misalnya bagi warga sipil dan sebagai pekerja bidang ilmu; mahasiswa juga diminta untuk menentukan keterampilan yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah. (13) Dosen perlu merencanakan isi pembelajaran secara baik; ada beberapa aktivitas pembelajaran yang mungkin sulit dipahami dan dianggap cukup menakjubkan bagi dosen, tetapi bagi mahasiswa adalah membosankan seperti ketika membahas materi pembelajaran Jalur Metabolisme; dalam hal seperti ini, dosen harus mampu menemukan permasalahan yang menarik dan di dalamnya memuat konsep inti tentang Jalur Metabolisme; mahasiswa dapat diberi tugas untuk membaca sejumlah sumber acuan tentang Jalur Metabolisme; mahasiswa akan merasa tertarik untuk pemecahan masalah melalui pembacaan referensi, memasuki tempat kerja, dan belajar atas dasar kebutuhan untuk mengetahui. (14) Dosen perlu pula secara sistematis dan terencana memaksimumkan potensi individual mahasiswa dengan menyediakan sejumlah pilihan topik pembelajaran yang aplikatif. (15) Mahasiswa juga dapat didorong untuk menemukan sendiri topik pembelajaran yang sesuai dengan hobi dan minat masing-masing yang bisa mencakup permasalahan misalnya permasalahan yang terkait dengan biologi adalah kefarmasian, pertanian, kehutanan, peternakan, perikanan dan kelautan, musik (bio-akustik), kedokteran gigi, 7

8 hukum (bio-forensik), hukum lingkungan, dan sebagainya. Mahasiswa dapat didorong untuk membangun hubungan dengan beberapa majalah ilmiah yang berhubungan dengan aktivitas bidang ilmu sehingga mahasiswa dapat dengan mudah memperoleh permasalahan bidang ilmu yang terbaru. (16) Dalam setiap sesi pembelajaran, dosen hendaknya tidak boleh memulai suatu pembelajaran dengan hal-hal yang sepeleh karena waktu pembelajaran terbatas. Pengalaman pembelajaran nyata tidak identik dengan penilaian kontingen. (17) Evaluasi formal akan tetap diarahkan kepada potensi individual mahasiswa. (18) Dosen hendaknya dapat mengatur waktu untuk mengevaluasi potensi individual masing-masing mahasiswa. 4) Implikasi untuk Rekonstruksi Pembelajaran di Lingkungan Unika Widya Mandira Pembelajaran berbasis riset (PBR) merupakan sebuah metode pembelajaran yang inovatif, yang dapat dikembangkan secara terukur agar hasilnya relevan, efektif, dan inspiratif bagi mahasiswa. LP3M dan FKIP Unwira serta para praktisi di lingkungan Unika Widya Mandira dapat bergandengan untuk merumuskan Model Pembelajaran Berbasis Riset Unika Widya Mandira dengan menampilkan segala kekhasan dan spesifikasi yang dimiliki Unika Widya Mandira. Untuk mengimplementasikan Model Pembelajaran Berbasis Riset Unika Widya Mandira, seluruh civita akademica membutuhkan kebangkitan untuk Berbuat Bersama, Berperan Setara dalam pengkajian dan perencanaan bersama. 5) Penutup Demikian komentar reflektif mengenai bagaimana melaksanakan pembelajaran berbasis riset ke depan. Mudah-mudahan komentar reflektif ini akan merangsang pertukaran informasi dan pengalaman dalam menjalankan metode pembelajaran berbasis riset di Unika Widya Mandira. Terima kasih. Daftar Pustaka Banilodu, L., 2007a, Ukuran Keberhasilan dalam Pembelajaran Biologi. Seminar Nasional dan Temu Alumni, Jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA, UPI, Bandung , 2007b, Pedoman Laboratorium Biologi Umum: Modul Praktik. FMIPA, Unika Widya Mandira. Harsono, 2005, Pengantar Problem-Based Learning. Medika, Yogyakarta, Indonesia. Pusat Pengembangan Pendidikan, 2009, Naskah Akademik Student Teacher Aesthetic Role- Sharing (STAR), Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia. 8

Pembelajaran Berbasis Riset: Strategi Mengaitkan Pengajaran dan Riset Secara Sukses*)

Pembelajaran Berbasis Riset: Strategi Mengaitkan Pengajaran dan Riset Secara Sukses*) Pembelajaran Berbasis Riset: Strategi Mengaitkan Pengajaran dan Riset Secara Sukses*) Oleh Dr. Leonardus Banilodu, MS. Program Studi Biologi FMIPA UNWIRA Jln. Jend. A. Yani 50-52 Kupang 85225, Timor NTT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menulis, yaitu menulis teks laporan hasil observasi, menulis teks prosedur

BAB I PENDAHULUAN. menulis, yaitu menulis teks laporan hasil observasi, menulis teks prosedur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu perubahan yang terjadi di dunia pendidikan dewasa ini yaitu dibentuknya kurikulum baru yang sering disebut dengan Kurikulum 2013. Dalam pembelajaran

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUATU BIDANG PERMASALAHAN EKOLOGI*)

PEMILIHAN SUATU BIDANG PERMASALAHAN EKOLOGI*) PEMILIHAN SUATU BIDANG PERMASALAHAN EKOLOGI*) Oleh Dr. Leonardus Banilodu, M.S. Dosen Biologi dan Ekologi FMIPA dan FKIP Unika Widya Mandira Jln. Jend. A. Yani 50-52 Telp. (0380) 833395 Kupang 85225, Timor

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) 1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN IPS DI SMP 1.1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual Ada kecenderungan dewasa ini utnuk

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN Saya mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian tentang Evaluasi Kompetensi Pustakawan Pelayanan Referensi di Perpustakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik Melalui Pembelajaran PKn Dalam Mengembangkan Kompetensi (Studi Kasus di SMA Negeri 2 Subang)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mencapai tujuan belejar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mencapai tujuan belejar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebagai proses pemberian bimbingan terhadap anak oleh orang dewasa dengan sengaja untuk mempengaruhi potensi anak agar mencapai kedewasaan.

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI MPK BERBASIS KOMPETENSI

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI MPK BERBASIS KOMPETENSI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI MPK BERBASIS KOMPETENSI Oleh SYIHABUDDIN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA VISI MPK Sebagai sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan perubahan yang terjadi kian cepat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum pendidikan harus disusun dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini bangsa Indonesia terus berusaha untuk meningkatkan masyarakatnya menjadi masyarakat yang berbudaya demokrasi, berkeadilan dan menghormati hak-hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk pengembangan kepribadian dan skill dalam ranah pendidikan adalah sekolah. Salah

BAB I PENDAHULUAN. untuk pengembangan kepribadian dan skill dalam ranah pendidikan adalah sekolah. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha untuk mengembangkan kepribadian dan skill yang berlangsung seumur hidup, baik internal maupun eksternal. Salah satu wadah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era globalisasi ini. Selain itu, dengan adanya pasar bebas AFTA dan AFLA serta APEC tentu saja telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan era keterbukaan bagi negara-negara di dunia. Peluang dan tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan era keterbukaan bagi negara-negara di dunia. Peluang dan tantangan yang digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), merupakan era keterbukaan bagi negara-negara di dunia. Peluang dan

Lebih terperinci

PROGRAM WARGA MADANI: PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT*)

PROGRAM WARGA MADANI: PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT*) PROGRAM WARGA MADANI: PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT*) Oleh Dr. Leonardus Banilodu, M.S. Dosen Biologi dan Ekologi FMIPA dan FKIP Unika Widya Mandira Jln. Jend. A. Yani 50-52 Telp. (0380) 833395 Kupang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan

Lebih terperinci

2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik 2 dari 14

2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik 2 dari 14 Penilaian Kinerja Guru Kelas/ Mata Pelajaran 1. Menguasai karakteristik peserta didik 1 dari 14 1. Guru dapat mengidentifikasi karakteristik belajar setiap peserta didik di kelasnya. 2. Guru memastikan

Lebih terperinci

KOMPETENSI DAN INDIKATOR DALAM PENILAIAN KINERJA GURU BAGI GURU MATA PELAJARAN/GURU KELAS

KOMPETENSI DAN INDIKATOR DALAM PENILAIAN KINERJA GURU BAGI GURU MATA PELAJARAN/GURU KELAS KOMPETENSI DAN INDIKATOR DALAM PENILAIAN KINERJA GURU BAGI GURU MATA PELAJARAN/GURU KELAS A. KOMPETENSI PEDAGOGIK 1. Menguasai karakteristik peserta didik. a) Guru dapat mengidentifikasi karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. SDM yang dimaksud adalah peserta didik sebagai ouput pendidikan. Dengan SDM

Lebih terperinci

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA KTSP DAN IMPLEMENTASINYA Disampaikan pada WORKSHOP KURIKULUM KTSP SMA MUHAMMADIYAH PAKEM, SLEMAN, YOGYAKARTA Tanggal 4-5 Agustus 2006 Oleh : Drs. Marsigit MA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KTSP DAN

Lebih terperinci

LAPORAN DAN EVALUASI PENILAIAN KINERJA GURU KELAS / GURU MATA PELAJARAN. NIP/Nomor Seri Karpeg. Pangkat /Golongan Ruang Terhitung Mulai Tanggal

LAPORAN DAN EVALUASI PENILAIAN KINERJA GURU KELAS / GURU MATA PELAJARAN. NIP/Nomor Seri Karpeg. Pangkat /Golongan Ruang Terhitung Mulai Tanggal LAPORAN DAN EVALUASI PENILAIAN KINERJA GURU KELAS / GURU MATA PELAJARAN Lampiran 1B Nama Guru NIP/Nomor Seri Karpeg Pangkat /Golongan Ruang Terhitung Mulai Tanggal NUPTK/NRG Nama sekolah dan alamat Tanggal

Lebih terperinci

J. Suasana Akademik 1. Sarana yang Tersedia untuk Memelihara Interaksi Dosen-Mahasiswa

J. Suasana Akademik 1. Sarana yang Tersedia untuk Memelihara Interaksi Dosen-Mahasiswa 96 J. Suasana Akademik 1. Sarana yang Tersedia untuk Memelihara Interaksi Dosen-Mahasiswa Sejumlah sarana disediakan Prodi untuk memelihara interaksi dosen-mahasiswa baik untuk urusan akademik maupun non-akademik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dalam bertindak, sedangkan sifat tanggung jawab diperlihatkan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dalam bertindak, sedangkan sifat tanggung jawab diperlihatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kompetensi yang diharapkan setelah menempuh Pendidikan Kewarganegaraan adalah dimilikinya seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dari seorang warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk karakter individu yang bertanggung jawab, demokratis, serta berakhlak mulia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjawab perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjawab perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan-perubahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah aset masa depan yang menunjukkan berkembangnya suatu bangsa. Perkembangan tersebut ditandai dengan kesiapan untuk menjawab perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik. Belajar tidak hanya menerima informasi dari orang lain. Belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. didik. Belajar tidak hanya menerima informasi dari orang lain. Belajar yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar melibatkan keterampilan dan perilaku baru bagi peserta didik. Belajar tidak hanya menerima informasi dari orang lain. Belajar yang sesungguhnya

Lebih terperinci

LEMBAR TAKLIMAT MUATAN KONGRES April 2009

LEMBAR TAKLIMAT MUATAN KONGRES April 2009 GT.750.v4 hanya konsep; dalam pengerjaan LEMBAR TAKLIMAT MUATAN KONGRES April 2009 1. PRINSIP PRINSIP UMUM: Kami berharap Kongres ini akan menjadi acara yang menyenangkan, santai dan kuat bagi mereka yang

Lebih terperinci

MATERI UKG Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual

MATERI UKG Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual MATERI UKG 2015 KOMPETENSI GURU 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual Aspek dan Indikator Kompetensi Pedagogik Guru Kompetensi Pedagogik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya merupakan syarat mutlak bagi pengembangan sumber daya manusia dalam menuju masa depan yang lebih baik. Melalui pendidikan dapat dibentuk

Lebih terperinci

: FARMASI INDUSTRI Mengenal karakteristik peserta didik Menganalisis potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu

: FARMASI INDUSTRI Mengenal karakteristik peserta didik Menganalisis potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu MATA PELAJARAN JENJANG PENDIDIKAN : FARMASI INDUSTRI : SMK FARMASI INDUSTRI (60) Kompetensi Pedagogik. Menguasai karakteristik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual...

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Penelitian Penelitian ini dilakukan di STIKES Surya Global, pada mahasiswa semester 6 pada tanggal 18-19 Mei 2016. Jumlah sample dalam penelitian

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 3414 (Penjelasan Atas Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 38) UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan Ruang lingkup Ekonomi tersebut merupakan cakupan yang amat luas, sehingga dalam proses pembelajarannya harus dilakukan bertahap dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan di tanah air selalu dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menciptakan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan

Lebih terperinci

STANDAR SUASANA AKADEMIK SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA

STANDAR SUASANA AKADEMIK SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA STANDAR SUASANA AKADEMIK SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA MMTC YOGYAKARTA 2015 STANDAR SUASANA AKADEMIK SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di Fakultas Kedokteran Universitas McMaster Kanada pada tahun 1969, selanjutnya banyak fakultas

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 581/P/SK/HT/2010

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 581/P/SK/HT/2010 PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 581/P/SK/HT/2010 TENTANG PANDUAN UMUM PENYUSUNAN KURIKULUM 2010 PROGRAM STUDI JENJANG SARJANA DI UNIVERSITAS GADJAH MADA REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Penelitian dan pengembangan model pembelajaran ini telah mencapai

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Penelitian dan pengembangan model pembelajaran ini telah mencapai 293 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Penelitian dan pengembangan model pembelajaran ini telah mencapai tujuan, yakni menghasilkan model pembelajaran berlatar budaya lokal yang

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN HIBAH AKSELERASI PENGEMBANGAN KONTEN KANAL PENGETAHUAN FAKULTAS UNIVERSITAS GADJAH MADA

KERANGKA ACUAN KEGIATAN HIBAH AKSELERASI PENGEMBANGAN KONTEN KANAL PENGETAHUAN FAKULTAS UNIVERSITAS GADJAH MADA KERANGKA ACUAN KEGIATAN HIBAH AKSELERASI PENGEMBANGAN KONTEN KANAL PENGETAHUAN FAKULTAS UNIVERSITAS GADJAH MADA A. Latar Belakang Dalam menjalankan mandat konstitusional (visi dan misi) UGM, dan mencapai

Lebih terperinci

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama ini proses pembelajaran lebih sering diartikan sebagai pengajar menjelaskan materi kuliah dan mahasiswa mendengarkan secara pasif. Namun telah banyak

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI Bank Dunia memulai proses selama dua tahun untuk meninjau dan memperbaharui (update) kebijakan-kebijakan pengamanan (safeguard)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi setiap manusia. Tanpa adanya pendidikan seseorang akan sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting dalam peradaban manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting dalam peradaban manusia. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran penting dalam peradaban manusia. Pendidikan dapat menjamin perkembangan dan keberlangsungan hidup suatu bangsa, oleh karena itu peningkatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang tadinya berpusat pada guru (teacher centered), menjadi berpusat pada siswa (student centered),

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia 1. Pengertian Keterampilan Menulis. Menulis adalah salah satu standar kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang diarahkan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang kreatif, inovatif, berkepribadian mandiri dan bertanggung jawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Begitu pula dengan mahasiswa yang baru menjalani proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. setiap tindakan yang dilakukan mulai dari siklus I, II dan III pada pembelajaran

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. setiap tindakan yang dilakukan mulai dari siklus I, II dan III pada pembelajaran BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan, analisis, refleksi dan perencanaan terhadap setiap tindakan yang dilakukan mulai dari siklus I, II dan III pada pembelajaran Pendidikan

Lebih terperinci

KISI KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU TAHUN Standar Kompetensi Guru

KISI KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU TAHUN Standar Kompetensi Guru KISI KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU TAHUN 2015 Kompetensi Utama Standar Kompetensi Guru St. Inti/SK Kompet. Guru Mapel 1.Menguasai karakteristik 1.1.Memahami karakteristik peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak adanya manusia di muka bumi ini dengan peradabannya maka sejak itu pula pada hakikatnya telah ada kegiatan pendidikan dan pengajaran. Dalam situasi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat (PP No.19 tahun 2005). Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rasa ingin tahu (curiosity) siswa, proses uji coba (trial and error), analisa konsep

BAB I PENDAHULUAN. rasa ingin tahu (curiosity) siswa, proses uji coba (trial and error), analisa konsep 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran identik dengan internalisasi konsep-konsep ilmu pengetahuan ke dalam diri siswa yang melibatkan serangkaian aktivitas berpikir dari fase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan cara manusia untuk menggunakan akal /rasional mereka untuk jawaban dalam menghadapi berbagai masalah yang timbul dimasa yang akan datang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam hidup, karena pendidikan mempunyai peranan penting guna kelangsungan hidup manusia. Dengan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM MATA KULIAH BAHASA MANDARIN I DI PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FIB UB

STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM MATA KULIAH BAHASA MANDARIN I DI PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FIB UB STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM MATA KULIAH BAHASA MANDARIN I DI PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FIB UB Diah Ayu Wulan Dosen Sastra Cina FIB UB diahayuwulan96@yahoo.co.id Abstrak Bahasa Mandarin merupakan

Lebih terperinci

Program Kreativitas Mahasiswa

Program Kreativitas Mahasiswa 2011 pedoman 1. PENJELASAN UMUM Program Kreativitas Mahasiswa Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional Jakarta 2011 1 Lulusan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA (Pendahuluan) Modul 1

PENDIDIKAN PANCASILA (Pendahuluan) Modul 1 MODUL PERKULIAHAN PENDIDIKAN PANCASILA (Pendahuluan) Modul 1 Perkuliahan di Universitas Mercu Buana Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Mata Kuliah Umum Umum 01 MK Abstract Setelah perkualiahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman menuntut adanya upaya peningkatan mutu pendidikan. Hal ini sejalan dengan terus dikembangkannya kurikulum pendidikan di Indonesia. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mutu pendidikan bergantung pada keberhasilan proses belajar yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Keberhasilan proses belajar ini sendiri

Lebih terperinci

Kompetensi 1 : Mengenal karakteristik peserta didik Jenis dan cara penilaian : Kompetensi Pedagogik (Pengamatan dan Pemantauan)

Kompetensi 1 : Mengenal karakteristik peserta didik Jenis dan cara penilaian : Kompetensi Pedagogik (Pengamatan dan Pemantauan) Kompetensi 1 : Mengenal karakteristik peserta didik Jenis dan cara penilaian : Kompetensi Pedagogik (Pengamatan dan Pemantauan) Pernyataan : Guru mencatat dan menggunakan informasi tentang karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Azzra (Ambarita, 2010:37) mengatakan seorang guru yang

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Azzra (Ambarita, 2010:37) mengatakan seorang guru yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah salah satu unsur terpenting pada komponen pendidikan. Sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa. Keberhasilan pendidikan

Lebih terperinci

Format 1: Evaluasi Diri Guru untuk Rencana Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (diisi oleh Guru)

Format 1: Evaluasi Diri Guru untuk Rencana Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (diisi oleh Guru) Format 1: Evaluasi Diri Guru untuk Rencana Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (diisi oleh Guru) Nama Sekolah: MAN 10 JAKARTA Nomor Statistik Sekolah : 131131730002 Alamat : Jl. Joglo Baru No. 77 Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh peserta didik (in put), pendidik, sarana dan prasarana,

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh peserta didik (in put), pendidik, sarana dan prasarana, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu sistem atau model pendidikan sangat dipengaruhi oleh komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yang antara lain dipengaruhi oleh peserta didik

Lebih terperinci

KETERAMPILAN-KETERAMPILAN MENGAJAR

KETERAMPILAN-KETERAMPILAN MENGAJAR KETERAMPILAN-KETERAMPILAN MENGAJAR RINI SOLIHAT Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Pendahuluan Profesional : Pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan

Lebih terperinci

PERATURAN MAJELIS WALI AMANAT INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 001/P/I1-MWA/2014 TENTANG

PERATURAN MAJELIS WALI AMANAT INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 001/P/I1-MWA/2014 TENTANG PERATURAN MAJELIS WALI AMANAT INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 001/P/I1-MWA/2014 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMILIHAN REKTOR INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2014-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran bahasa terdapat empat kompetensi dasar, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran bahasa terdapat empat kompetensi dasar, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam proses pembelajaran bahasa terdapat empat kompetensi dasar, yaitu menulis (la production écrite), membaca (la compréhension écrite), berbicara (la production

Lebih terperinci

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN Kegiatan pembelajaran di Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan menekankan

Lebih terperinci

Silabus Kursus Pelatihan Penilai NKT

Silabus Kursus Pelatihan Penilai NKT Silabus Kursus Pelatihan Penilai NKT Panduan untuk Organisasi Pelatihan Pendahuluan Skema Lisensi Penilai (ALS) HCVRN (High Conservation Value Resource Network)disusun untuk meningkatkan kompetensi penilai

Lebih terperinci

KKN Terintegrasi Multisektoral BUKU PANDUAN KKN STAIN KUDUS TAHUN 2018

KKN Terintegrasi Multisektoral BUKU PANDUAN KKN STAIN KUDUS TAHUN 2018 BUKU PANDUAN KKN STAIN KUDUS TAHUN KKN Terintegrasi Multisektoral PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (P3M) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS KKN Terintegrasi Multi Sektoral BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diena San Fauzia, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diena San Fauzia, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan salah satu modal utama dalam kehidupan. Oleh karena itulah, bahasa menjadi salah satu pelajaran yang wajib dipelajari di setiap jenjang

Lebih terperinci

KISI UJI KOMPETENSI 2013 PROGRAM STUDI KEAHLIAN KESEHATAN

KISI UJI KOMPETENSI 2013 PROGRAM STUDI KEAHLIAN KESEHATAN Kompetensi Keahlian: Keperawatan Farmasi Keperawatan gigi Farmasi Industri Analisis Kesehatan KISI UJI KOMPETENSI 2013 PROGRAM STUDI KEAHLIAN KESEHATAN Kompetensi Utama Standar Kompetensi Guru Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun. maju dan sejahtera apabila bangsa tersebut cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun. maju dan sejahtera apabila bangsa tersebut cerdas. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan Negara Republik Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah mencerdaskan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET A, PROGRAM PAKET B, DAN PROGRAM PAKET C DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang dipelajari di sekolah sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam perkembangan ilmu dan teknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. banyak faktor. Salah satu di ataranya adalah faktor guru. Guru memegang

I. PENDAHULUAN. banyak faktor. Salah satu di ataranya adalah faktor guru. Guru memegang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembelajaran bahasa Indonesia dan satra Indonesia ditentukan oleh banyak faktor. Salah satu di ataranya adalah faktor guru. Guru memegang peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan manusia diperlukan manusia yang lainnya, manusia tidak bisa hidup seorang diri. Komunikasi merupakan jembatan untuk menjalin hubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Memasuki era globalisasi yang identik dengan istilah modernisasi, hampir semua aspek kehidupan manusia pada masa kini mengalami berbagai perubahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat madani ( civil society), pendidikan kewarganegaraan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat madani ( civil society), pendidikan kewarganegaraan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan dinamika perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara yang ditandai oleh semakin terbukanya persaingan antar bangsa yang semakin ketat maka bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis.

BAB I PENDAHULUAN. menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak pernah terlepas dari kegiatan menulis. Kemampuan menulis dapat diaplikasikan sebagai pengetahuan yang harus dimiliki seseorang,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling melengkapi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : Semester : I/Ganjil Mata Pelajaran : TIK Kelas : XI Desain Grafis Tim Pembimbing : Guru TIK Alokasi Waktu : 8 x 4 menit A. Kompetensi 1. Standar Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Barangkali tidak banyak yang menyadari bahwa pendidikan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Barangkali tidak banyak yang menyadari bahwa pendidikan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Barangkali tidak banyak yang menyadari bahwa pendidikan di Indonesia lebih banyak menekankan kepada hasil belajar berupa kognitifnya saja. Hal ini terlihat dari

Lebih terperinci

BORANG BARU VS BORANG LAMA

BORANG BARU VS BORANG LAMA I II III Visi, misi, tujuan dan sasaran, serta strategi pencapaian Tata pamong, kepemimpinan, sistem pengelolaan, dan penjaminan mutu Mahasiswa dan lulusan BORANG BARU VS BORANG LAMA 1 1.1.a Kejelasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. baik agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mendorong setiap individu mengalami peristiwa belajar di dalam kehidupan. Pendidikan memegang peranan yang

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DALAM MATA KULIAH PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD I. Oleh Wahyudi

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DALAM MATA KULIAH PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD I. Oleh Wahyudi PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DALAM MATA KULIAH PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD I Oleh Wahyudi Pendahuluan Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia

Lebih terperinci

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Keempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan upaya secara sistematis yang dilakukan pengajar untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi terjadi persaingan antar bangsa di dunia. Bangsa yang mampu menguasai sejumlah pengetahuan, teknologi, dan keterampilan akan menjadi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PRIOR KNOWLEDGE TERHADAP KEEFEKTIFAN KELOMPOK PADA METODE BELAJAR PROBLEM BASED LEARNING DI PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN STIK IMMANUEL

HUBUNGAN PRIOR KNOWLEDGE TERHADAP KEEFEKTIFAN KELOMPOK PADA METODE BELAJAR PROBLEM BASED LEARNING DI PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN STIK IMMANUEL HUBUNGAN PRIOR KNOWLEDGE TERHADAP KEEFEKTIFAN KELOMPOK PADA METODE BELAJAR PROBLEM BASED LEARNING DI PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN STIK IMMANUEL Imelda Martina GS STIK Immanuel Abstrak Keefektifan kelompok

Lebih terperinci

Kompetensi Apoteker Indonesia adalah :

Kompetensi Apoteker Indonesia adalah : 9 masyarakat yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan sikap untuk menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu, teknologi, dan seni, yang bermanfaat bagi kemanusiaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 16 sampai dengan Pasal 22 Undangundang

Lebih terperinci

Kompetensi Dasar Indikator Esensial

Kompetensi Dasar Indikator Esensial KISI-KISI UKG MATA PELAJARAN JENJANG PENDIDIKAN : Teknik Konstruksi Baja : SMK guru 1. Mengenal karakteristik peserta didik 1 Guru mencatat dan menggunakan informasi tentang karakteristik peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kebutuhan pokok dalam menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kebutuhan pokok dalam menciptakan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kebutuhan pokok dalam menciptakan sumber daya manusia yang bermutu dan dapat diandalkan dalam kemajuan bangsa. Pendidikan merupakan investasi

Lebih terperinci