BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi dimana, asas ini memberikan

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia menganut asas desentralisasi dimana, asas ini memberikan kebebasan serta keleluasaan kepada Pemerintah Daerah dalam menjalankan pemerintahannya (Luh Putu, 2014). Sebagai organisasi sektor publik, pemerintah daerah dituntut agar memiliki kinerja yang berorientasi pada kepentingan masyarakat, dan mendorong pemerintah untuk senantiasa tanggap akan tuntutan lingkungannya, dengan berupaya memberikan pelayanan terbaik secara transparan dan berkualitas serta adanya pembagian tugas yang baik pada pemerintah tersebut (Messa, 2013). Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Propinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota, Pemerintah Daerah dituntut untuk lebih memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan menerapkan asas-asas pelayanan publik yang didalamnya meliputi: transparansi, partisipatif, kesamaan hak, keseimbangan hak, dan kewajiban. Dalam skala regional, pemerintah daerah merupakan organ yang krusial, pemerintah daerah terdiri dari berbagai lembaga yang dikenal dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Setiap SKPD terdiri dari banyak personel. Orang-orang yang ada dalam pemerintahan ini pun mendapat tantangan baru 1

2 2 dengan munculnya kebijakan mengenai otonomi daerah. Khusus untuk menangani anggaran, salah satu prosedurnya adalah dengan menyusun anggaran dengan metode partisipatif, yaitu dengan melibatkan masing-masing SKPD untuk mengajukan anggaran, mempersiapkan anggaran dan melaksanakan penyusunan anggaran. Selain adanya keuntungan dalam penerapan partisipasi anggaran terdapat juga kelemahan, dimana partisipasi dalam penganggaran memberikan kesempatan kepada bawahan untuk menentukan rencana anggarannya. Kesempatan ini dapat digunakan secara negatif sehingga dapat menimbulkan senjangan dalam anggaran. Dalam penyusunan anggaran pemerintah daerah harus mampu melaksanakan sistem anggaran yang bersifat partisipatif jika dalam proses penyusunan anggaran tersebut tidak dilaksanakan maka akan terjadi beberapa kelemahan diantaranya penetapan anggaran terlalu tinggi atau terlalu rendah, membuat kesenjangan dalam anggaran, serta partisipasi semu (Pratiwi, 2014). Partisipasi anggaran adalah estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode wakru tertentu dalam ukuran finansial. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi anggaran sebagai keterlibatan manajermanajer bertanggungjawab yang berkaitan dengan penyusunan anggaran (Brownell dalam Sardjito dan Muthaher, 2008). Proses penganggaran menggunakan pendekatan kinerja diatur dalam Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, menjelaskan tentang pedoman dalam pembentukan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD), pembentukan RAPBD dilaksanakan oleh Tim

3 3 Anggaran Pemerintah Daerah (TAPBD) bersama-sama unit organisasi perangkat daerah (unit kerja). Rancangan anggaran unit kerja tercantum pada suatu dokumen Rencana Kegiatan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD), yang di dalamnya berisi tentang standar analisis belanja, tolak ukur kinerja dan standar biaya sebagai instrumen pokok dalam anggaran kinerja. Fenomena dalam penelitian, ini terkait kinerja bahwa pada tahun 2014 Ombudsman menyatakan terdapat 18 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Bandung masuk ke dalam zona merah bidang pelayanan. Hal ini disebabkan karena 18 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) tersebut tidak sesuai dengan kepatuhan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayan publik. Menurut Ridwan Kamil (2014) dalam portal.bandung.go.id. Dalam fenomena tersebut dikatakan terdapat beberapa pembangunan infrastruktur di kota Bandung yang dianggap bermasalah karena pengerjaannya yang amburadul, tidak tepat waktu, dan terkesan asal-asalan sehingga sebagian ada yang diputus kontrak oleh Pemerintah Kota Bandung. Hal ini menimbulkan penilaian negatif di masyarakat kota Bandung terhadap kinerja Pemkot Bandung (Wiwin, 2014) dalam modusinvestigasi.com. Berikut data hasil survey Ombudsman RI mengenai kinerja pelayanan publik bukti fisik pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan pemerintah Kota Bandung Tahun 2014, dapat dilihat dari Tabel 1.1 berikut:

4 4 Tabel 1.1 Perkembangan Tingkat Kepatuhan Standar Pelayanan (SKPD)/Unit Kerja di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung Tahun 2014 No SKPD/Unit Kerja Hasil Survei Ombudsman/Zona 1 Badan Pelayanan Perijinan Terpadu 930 Hijau 2 Badan Kesatuan Bangsa dan Pemberdayaan Masyarakat 540 Kuning 3 Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bandung 560 Kuning 4 Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran 510 Kuning 5 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 740 Kuning 6 Rumah Sakit Umum Daerah 680 Kuning 7 Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak 590 Kuning 8 PD. Air Minum Tirtawening 800 Kuning 9 PD. Bank Perkreditan Rakyat 560 Kuning 10 Dinas Bina Marga dan Pengairan 600 Kuning 11 Dinas Kesehatan 740 Kuning 12 Dinas Pemakaman dan Pertamanan 520 Kuning 13 Badan Kepegawaian Daerah 470 Merah 14 Dinas Tata Ruang dan Ciptakarya 370 Merah 15 Dinas Pelayanan Pajak 250 Merah 16 Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah 170 Merah 17 Dinas Sosial 420 Merah 18 PD. Kebersihan 320 Merah 19 PD. Pasar Bermartabat 60 Merah 20 Kecamatan Astana Anyar 265 Merah 21 Kecamatan Kiaracondong 320 Merah 22 Kecamatan Ujung Berung 490 Merah 23 Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana 440 Merah 24 Dinas Komunikasi dan Informatika 460 Merah 25 Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan 450 Merah 26 Dinas Perhubungan 345 Merah 27 Dinas Pendidikan 210 Merah 28 Dinas Pemuda dan Olahraga 320 Merah 29 Dinas Tenaga Kerja 260 Merah 30 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 240 Merah Sumber: LKIP Sekretariat Daerah Kota Bandung Tahun 2014 Kriteria Zona/Kepatuhan: = Merah/Rendah = Kuning/Sedang = Hijau/Tinggi (Sumber: Ombudsman Republik Indonesia)

5 5 Pada Tabel 1.1 halaman sebelumnya, pada awal tahun 2014 Ombudsman RI merilis hasil survey pada 30 SKPD dan diantaranya 18 SKPD/ Unit Kerja berada dalam zona merah. Hal yang terjadi di atas menunjukan bahwa adanya masalah pada kinerja pemerintahan dan oleh karena itu pemerintah daerah harus segera melakukan evaluasi untuk mengatasi masalah tersebut. Fenomena terkait partisipasi anggaran bahwa belum terealisasinya program Pemerintah Kota Bandung mengenai pengadaan 150 unit CCTV, disebabkan oleh kurangnya koordinasi yang dilakukan oleh SKPD yang terlibat, serta partisipasi anggaran yang tidak terintegrasi. Menurut Erlan Jaya Putra (2015) dalam pikiran-rakyat.com selaku ketua lembaga Pemerhati Hukum dan Kebijakan Publik (LPHKP). Beberapara SKPD yang terlibat diantaranya Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, Dinas Komunikasi dan Informasi, Dinas Binamarga dan Pengairan, Dinas Pemakaman dan Pertanaman, serta Dinas Tata Kelola. Berikut ini adalah beberapa penelitian mengenai partisipasi anggaran, antara lain: Ni Luh (2014) yang meneliti tentang pengaruh partisipasi penganggaran pada kinerja aparat pemerintah daerah dengan komitmen organisasi sebagai variabel moderating menunjukkan hasil bahwa partisipasi anggaran berpengaruh positif dan signifikan pada kinerja di aparat pemerintah daerah. Maka semakin tinggi dari tingkat partisipasi anggaran maka semakin tinggi tingkat kinerja dari aparat pemerintah daerah dan komitmen organisasi mampu memoderasi pengaruh dari partisipasi penyusunan anggaran pada kinerja aparat pemerintah daerah. Maka semakin tinggi tingkat partisipasi anggaran maka semakin tinggi tingkat

6 6 kinerja aparat di pemerintah daerah, terutama dengan komitmen organisasi yang jelas. Anggraeni (2009) yang meneliti tentang pengaruh partisipasi penyusunan anggaran dan komitmen organisasi terhadap kinerja SKPD Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu menunjukan hasil bahwa Partisipasi Anggaran dan Komitmen Organisasi mampu menjelaskan pengaruh terhadap kinerja SKPD Pemerintahan Kabupaten Labuhan Batu sebesar 6,90% dan sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian. Secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja SKPD Pemerintahan Kabupaten Labuhan Batu. Maharani (2014) yang meneliti tentang pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja aparatur pemerintah daerah pada dinas pengelolaan keuangan dan aset daerah kota bandung menunjukkan hasil bahwa kinerja dan partisipasi anggaran pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah di Kota Bandung dinilai dalam keadaan baik atau lebih berpartisipasi. Serta mampu melaksanakan tugasnya sesuai dengan tujuan dan kebutuhan instansi yakni dalam mengelola keuangan daerah dengan baik. Sehingga partisipasi anggaran memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja aparatur pemerintah pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah di Kota Bandung. Keberagaman hasil penelitian terdahulu menarik penulis untuk melakukan penelitian. Penelitian ini merupakan replikasi dari peneliti terdahulu oleh Ni Luh pada tahun 2014, perbedaan penelitian dengan penelitian yang akan dilakukan ini adalah variabel tanpa moderating dan subjek penelitiannya dilakukan pada 29 SKPD Kota Bandung.

7 7 Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARATUR PEMERINTAH DAERAH KOTA BANDUNG (Studi Survey pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Bandung). 1.2 Identifikasi masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diurai sebelumnya, masalah penelitiannya adalah kinerja aparatur belum optimal disebabkan partisipasi penyusunan anggaran belum optimal, dengan demikian dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: seberapa besar pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja aparatur Pemerintah Daerah Kota Bandung. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sesuai dengan perumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja aparatur Pemerintah Daerah Kota Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas, adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

8 8 1. Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi semua pihak berkepentingan terutama dalam bidang akuntansi sektor publik dan dapat menambah wawasan berfikir, menambah kemampuan intelektual, serta memperdalam pengetahuan penulis berkenaan dengan partisipasi anggaran terhadap kinerja aparatur pemerintah di Kota Bandung dalam bentuk skripsi. 2. Bagi Pembaca Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dan referensi bagi penelitian sejenis. 3. Bagi Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Kota Bandung untuk perbaikan kinerja pemerintah di masa yang akan datang. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan informasi ini, maka penulis akan melakukan penelitian dengan membagikan kuesioner pada 29 SKPD Kota Bandung. Waktu yang diperlukan penulis dalam melakukan penelitian dimulai pada bulan Mei 2016 sampai Juni 2016.

9 9