Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun lenyelenggaraan transmigrasi diarahkan untuk mendukung pembangunan

Transkripsi

1 BAB.I PENDAHULUAN Il.. Latar Belakang Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1993 lenyelenggaraan transmigrasi diarahkan untuk mendukung pembangunan laerah, memperluas penyebaran penduduk dan tenaga kerja ke berbagai wilayah anah air, memperluas lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan para ransmigran khususnya dan masyarakat pada umumnya, memperkuat ketahanan Ian keamanan negara serta memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. (ebijaksanaan transmigrasi perlu disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan laerah serta sumberdaya dan kondisi Iingkungan setempat secara terpadu ;ehingga mendorong peningkatan transmigrasi swakarsa dan mengembangkan :egiatan ekonomi di daerah. Dalam perjalanan waktu yang dimulai pada tahun 1963 saat pertama kali ransmigran ditempatkan di Propinsi Jambi dilokasi Rantau Rasau telah berhasil libangun lebih dari 186 Unit Pemukiman Transmigrasi dengan jumlah ransmigran yang dimukimkan sebanyak Kepala Keluarga transmigran jiwa). Penempatan transmigran tersebut tersebar di empat Kabupaten )aerah Tingkat II masing-masing Kabupaten Tanjung Jabung KK ( wa); Kabupaten Sarolangun Bangko KK ( jiwa); Kabupaten Bungo -ebo KK ( jiwa) dan Kabupaten Batang Hari KK ( wa). Diantara 186 Unit Pemukiman Transmigrasi tersebut telah berkembang

2 2 enjadi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru antara lain Rimbo Bujang dan 3ungai Bahar. Namun demikian 35 Unit Pemukiman Transmigrasi diantaranya Jerkembang tidak sesuai dengan yang diharapkan sehingga memperoleh Jantuan Inpres Desa Tertinggal (BPS,1995). Unit Pemukiman Transmigrasi yang idak berkembang sebanyak 35 unit tersebut telah diserahkan kepada Pemerintah )aerah, sehingga secara administratif pembinaannya menjadi tanggung jawab 'emerintah Daerah yang bersangkutan. Namun demikian secara moral seluruh ajaran Departemen Transmigrasi dan PPH khususnya Kantor Wilayah )epartemen Transmigrasi dan PPH Propinsi Jambi ikut bertanggung jawab erhadap kondisi tersebut. Sebagian besar diantara Unit Pemukiman yang tidak Jerkembang berada pada wilayah administrasi Kabupaten Tanjung Jabung 15 UPT ), khususnya di daerah pasang surut dengan ketebalan gambut lervariasi dari antara 0,5.sampai dengan 2 Meter serta Kabupaten Sorolangun ~angko (16 UPT). Secara rinci sebaran Unit Pemukiman yang kurang lerkembang tertuang dalam Tabel1 berikut: Tabel1. Unit Pemukiman Transmigrasi yang Kurang Berkembang. NO Kabupaten Jumlah Permasalahan Utama UPT KK 1 Tanjung Jabung Lahan II bergambut dan belum diolah oleh Transmioran 2 Batang Hari Lahan II bergambut dan belum diolah oleh transmigran (sudah dike~asamakan dengan pola PIRBUN\ oleh PT BGR 3 Bungo Tebo Lahan 11 belum diolah oleh transmigran (sudah dike~asa makan dengan pola PIRBUN) oleh PT SAL 4 Sarolangun Bangko Lahan 11 belum diolah oleh transmioran Sumber: Kanwll Dep Transmigrasl dan PPH (1995)

3 3 Permasalahan utama penyebab terjadinya UPT yang kurang berkembang 3dalah: 1. Kesuburan lahan yang tidak mendukung, dimana tingkat keasaman tanah tinggi, kandungan besi dan alumunium serta sulfat masam sangat tinggi serta kandungan unsur hara rendah. ) Aksesibilitas kurang mendukung untuk berkembang, karena jalan keluar masuk lokasi rusak sehingga lalu lintas perekonomian terganggu, letak lokasi yang terisolir, jauh dari pusat pertumbuhan ekonomi atau berada pada remote area. ~. Keterbatasan sumber daya manusia transmigran dalam hal ketrampilan, permodalan, manajemen dan pemasaran. Hal-hal tersebut menyebabkan para transmigran menjadi enggan nengolah lahan untuk usaha tani, karena hasil yang diperoleh tidak sebanding lengan masukan yang diberikan untuk mengolah lahan. Akibat lebih jauh muncul )ermasalahan baru yaitu bertambahnya luasan lahan tidak produktif yang erkenal dengan istilah lahan tidur. Berdasarkan inventarisasi yang dilaksanakan oleh Kantor Wilayah )epartemen Transmigrasi dan PPH Propinsi Jambi tahun 1994 terdapat lektar lahan tidur yang menunggu campur tangan pihak luar dalam nendayagunakannya. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah lahan tidur ini lada bulan Agustus 1993, Departemen Transmigrasi dan PPH telah membentuk 'usat Informasi Bisnis Daerah Transmigrasi (PIBDT) di tingkat Pusat dan (antor Wilayah yang bertujuan untuk menjembatani kepentingan pihak

4 4 ;wasta/dunia usaha dengan transmigran dalam mengembangkan aset dan lotensi yang ada. Dengan dibentuknya PIBDT tersebut diharapkan agar dapat nemberikan nilai tambah yang lebih besar melalui manajemen usaha yang lrofesional, efektif dan efisien. Berdasarkan inventarisasi jumlah investor yang berminat menanamkan nodal di daerah transmigrasi Propinsi Jambi berjumlah 28 investor. Dari 28 nvestor yang berminat, 12 investor diantaranya telah melakukan kegiatan Iilapangan dengan bidang usaha perkebunan dan dengan skala usaha diatas.000 hektar. Beberapa jenis komoditi yang menarik bagi 28 investor dalam nenanam modal, 21 diantaranya berminat dibidang perkebunan, 5 investor lerminat dibidang Hutan Tanaman Industri, sedangkan bidang nelayan/tambak Ian tanaman pangan masing-masing 1 investor. Hal ini menunjukkan bahwa.ektor Agribisnis khususnya perkebunan merupakan primadona yang diminati deh investor di Propinsi Jambi. Keadaan ini diperkuat dengan kenyataan bahwa,ropinsi Jambi termasuk dalam kawasan pengembangan kerjasama regional Intara Indonesia, Malaysia dan Singapura. Namun demikian bagi investor, eputusan menanamkan modal di suatu daerah sangat tergantung tidak hanya 'ada kemampuan melakukan investasi, namun juga tergantung pada kondisi ngkungan yang akan dihadapi. Berdasarkan atas penelitian yang dilaksanakan,ieh Deni (1997) terdapat 5 kelompok masalah utama yang secara umum di ladapi oleh perusahaan Agribisnis untuk menanamkan modal di Propinsi Jambi. :elima kelompok masalah utama tersebut berturut-turut adalah masalah sumber

5 5 lya manusia, sumber daya alam, teknologi termasuk sumberdaya informasi, Irana dan prasarana serta permodalan. Dibidang pemanfaatan sumber daya informasi, telah dibentuk Pusat formasi Bisnis Daerah Transmigrasi di tingkat Kantor Wilayah dengan kegiatan ~rsifat proyek yang menampilkan keluaran berupa penerbitan brosur dan lmeran pembangunan yang sesuai dengan sifatnya berlangsung dalam satu hun sekali. Hal ini memberikan pengaruh kepada informasi yang disajikan Irang akurat serta bersifat statis,sehingga dapat mengakibatkan investor enjadi kurang tertarik pemanfaatannya. Bertitik tolak dari adanya permasalahan dan pemanfaatan informasi agar bih berhasil guna dan berdaya guna, serta potensi aset yang dapat ~embangkan dilokasi transmigrasi, dipandang perlu untuk mengembangkan (anan informasi bagi kepentingan pengembangan bisnis daerah transmigrasi Ida Kantor Wilayah Departemen Transmigrasi dan PPH. Sejalan dengan lrkembangan teknologi dan tuntutan pasar, maka agar data dan informasi yang :;ajikan dapat cepat, tepat dan mudah didapat maka diperlukan pembangunan stem informasi berbasis komputer. Pengembangan sistem informasi berbasis mputer ini harus dilaksanakan sesuai dengan kaidah-kaidah pembangunan ;tem yang biasa disebut dengan System Development Life Cycle, yang dimulai Iri tahap perencanaan sistem, analisis sistem, rancang bangun sistem, plementasi sistem dan tahap evaluasi. Kelima tahapan tersebut harus saling rkait membentuk satu rangkaian proses sehingga memberikan hasil berupa 'ormasi yang handal. Untuk maksud tersebul dan kendala waktu yang tersedia,

6 6 laka penelitian ini dilaksanakan pada tahap identifikasi kebutuhan informasi mg diperlukan oleh investor, analisis sistem yang ada dan analisis sistem yang {an dikembangkan. Pemikiran yang mendasari penelitian ini adalah : (1) Untuk menentukan jenis-jenis informasi yang benar-benar dibutuhkan oleh para investor yang berminat untuk berperan serta dalam pembangunan transmigrasi, khususnya di Propinsi Jambi. (2) Sampai saat ini sudah terdapat 28 investor yang berminat menanamkan modal, namun baru 12 diantaranya yang operasional. (3) Metode penyajian informasi yang akan disajikan yang berbasis komputer ini dengan pertimbangan ketepatan (akurasi) dan kecepatan.. Rumusan Masalah Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi, kiranya perlu dibangun sistem informasi bisnis berbasis komputer dengan permasalahan yang perlu dirumuskan yaitu : 1. Elemen informasi apakah yang sangat dibutuhkan oleh para investor agar terdorong untuk melakukan investasi didaerah transmigrasi. 2. Upaya apa yang dilakukan agar layanan informasi yang disampaikan kepada investor dapat lebih berdayanya guna dan berhasil guna.