SUMBER, STRUKTUR DAN STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA DESA DUKUHREJO
|
|
- Yulia Rachman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 SUMBER, STRUKTUR DAN STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA DESA DUKUHREJO Sumber Lapangan Pekerjaan dan Struktur Nafkah Rumah Tangga Desa Dukuhrejo Ada delapan sumber nafkah rumah tangga responden Desa Dukuhrejo sekarang ini adalah lapangan pekerjaan budidaya pertanian lahan kering, penebangan kayu di hutan, penambangan batubara, usaha warung, perkebunan kelapa sawit, perdagangan (sektor informal), jasa konstruksi, dan jasa pendidikan. Seluruh sumber nafkah tersebut tergolong dalam dua struktur nafkah: (i) nafkah dari sumber-sumber pertanian (pertanian lahan kering, penebangan kayu dan Perkebunan kelapa sawit), atau yang disebut sebagai nafkah yang bersumber dari on farm; (ii) nafkah dari sumber-sumber non pertanian (penambangan batubara, usaha warung, Perdagangan (sektor informal), Jasa konstruksi, dan Jasa pendidikan); atau yang disebut sebagai nafkah yang bersumber dari off farm (Tabel 11). Nafkah on farm dan off farm tersebut merupakan ciri struktur nafkah masyarakat Desa Dukuhrejo yang ditunjukkan oleh 40 responden (Tabel 12). Struktur nafkah dual dan multi tersebut merupakan penopang untuk mempertahankan keberlanjutan hidup rumah tangga masyarakat Desa Dukuhrejo. Pada Tabel 11 dipaparkan beberapa profesi responden Desa Dukuhrejo. Profesi responden tersebut meliputi lapangan pekerjaan pertanian dan non pertanian. Ada 8 jenis profesi responden Desa Dukuhrejo, yakni petani lahan kering, penebang kayu, pekerja perkebunan, pengusaha warung, penambang batubara, pedagang sayur, buruh bangunan, dan guru TK. Lapangan pekerjaan pertanian berjumlah 3 profesi, sedangkan pada lapangan pekerjaan non pertanian berjumlah 5 profesi seperti yang sudah disebutkan sebelumnya. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa responden Desa Dukuhrejo tidak hanya terpaku pada satu jenis lapangan pekerjaan saja. Namun mereka membuka diri untuk juga mengandalkan jenis lapangan pekerjaan lain dalam mempertahankan keberlanjutan hidup rumah tangga. Hal ini menunjukkan responden Desa Dukuhrejo memiliki kepekaan terhadap beberapa jenis lapangan pekerjaan yang terdapat di Desa Dukuhrejo.
2 Sebanyak 17 responden (42,5 persen) dari 40 responden yang diteliti sepenuhnya mengandalkan nafkah dari on farm (penebangan kayu hutan, pertanian lahan kering, dan perkebunanan kelapa sawit). Adapun yang sepenuhnya mengandalkan nafkah dari off farm (penambangan batubara) hanya 1 responden (2,5 persen). Sementara sisanya mengandalkan hidupnya dari kombinasi dual nafkah dan multi nafkah dari on farm dan off farm (Tabel 12). Boleh dikatakan warga masyarakat Desa Dukuhrejo bekerja dalam dualisme sistem ekonomi sebagaimana ditengarai oleh Boeke (1953). Dualisme sosial adalah bentroknya sistem sosial yang diimpor dengan sistem sosial asli yang jenisnya berbeda. Seringkali sistem sosial yang diimpor merupakan kapitalisme yang tinggi. Dualisme ekonomi Desa Dukuhrejo ditandai dengan mulai beroperasinya HPH (Hak Pengusahaan Hutan) PT Kodeco dan IUP (Izin Usaha Pertambangan) PT Arutmin Indonesia Site Batulicin sekitar tahun Tabel 11. Jenis Lapangan Pekerjaan dan Profesi Responden Rumah tangga Desa Dukuhrejo Tahun 2012 No Lapangan Pekerjaan Profesi Responden Desa Dukuhrejo 1. Pertanian (On Farm) Budidaya pertanian lahan kering Penebangan kayu di hutan Perkebunan kelapa sawit 2. Non Pertanian (Off Farm) Usaha warung Penambangan batubara Perdagangan (sektor informal) Jasa konstruksi Jasa pendidikan Petani lahan kering Penebang kayu Pekerja perkebunan Pengusaha warung Penambang batubara Pedagang sayur Buruh bangunan Guru TK 37
3 Tabel 12. Jumlah Responden Rumah tangga Desa Dukuhrejo Menurut Aneka Nafkah On farm dan Off Farm Tahun 2012 Off Farm Penamban g Batubara Petani lahan kering Penebang Kayu Hutan On Farm Petani dan pekerja perkebunan Penebang Kayu dan Petani Penebang kayu, Petani, dan pekerja perkebunan Tidak Bekerj a di On Farm Total Pengusaha Warung Pedagang Sayur Buruh Bangunan Guru TK Penamban g Batubar & Pengusaha Warung Tidak bekerja di Off Farm Total Strategi Nafkah Rumah Tangga Desa Dukuhejo Strategi nafkah ganda dan multi dilakukan oleh masyarakat Desa Dukuhrejo untuk keberlanjutan hidup rumah tangga. Sebagian besar responden atau 21 dari 40 responden melakukan strategi nafkah ganda (11 responden) dan strategi naafkah multi (10 responden) (Tabel 12). Mereka yang melakukan strategi nafkah ganda, sebagai penebang kayu dan petani lahan kering, tidak mencari nafkah di off farm. Sedangkan sebanyak 5 responden dari 21 responden melakukan strategi nafkah multi sebagai penebang kayu, petani lahan kering dan penambang batubara (on farm dan off farm). Hal penting selanjutnya yang dapat dilihat dari hasil perhitungan pada Tabel 12 bahwa dari 8 responden (20 persen) ada 3 responden diantaranya yang sepenuhnya mengandalkan keberlanjutan kehidupan dari bernafkah sebagai petani lahan kering. Adapun 5 responden selebihnya adalah responden petani lahan
4 39 kering yang melakukan nafkah ganda di usaha penambangan batubara, atau pengusaha warung, atau pedagang sayur, dan atau buruh bangunan. Lapangan pekerjaan budidaya pertanian lahan kering masih merupakan sandaran mata pencaharian responden Desa Dukuhrejo. Terlihat pada Tabel 12 dijelaskan bahwa ada sebanyak 33 dari 40 responden (82,5 persen) rumah tangga Desa Dukuhrejo yang masih mengandalkan nafkah sebagai petani lahan kering. Namun bekerja di pertanian lahan kering tidak mampu mencukupi bagi kehidupan rumah tangga mereka. Sehingga untuk keberlanjutan kehidupan mereka harus melakukan berbagai aneka nafkah ganda atau multi yang sudah disebutkan di atas. Hanya 7 responden (17,5 persen) yang tidak mengandalkan nafkah sebagai petani lahan kering. Mereka mengandalkan nafkah tunggal atau ganda pada beberapa lapangan pekerjaan. Diantaranya yakni penebangan kayu di hutan, penambangan batubara, usaha warung, perdagangan, dan jasa konstruksi untuk mempertahankan keberlanjutan hidup rumah tangga (lihat Tabel 12). Sebanyak 17 responden (42,5 persen) menerapkan strategi nafkah hanya di on farm. Sebanyak 3 responden bernafkah tunggal sebagai petani lahan kering dan seorang responden bernafkah sebagai penebang kayu. Adapun sebanyak 13 responden selebihnya mengandalkan nafkah ganda sebagai petani lahan kering dan melakukan usaha penebangan kayu dan atau pekerja perkebunan. Situasi yang berbeda dijumpai, hanya ada seorang responden yang tidak mengandalkan nafkah di on farm (bekerja sebagai penambang batubara) (lihat Tabel 12). Sebanyak 10 responden (25 persen) dari 40 responden terlihat bekerja di lapangan pekerjaan on farm dengan nafkah ganda atau multi dengan bekerja sebagai penambang batubara yang dapat dilihat pada kolom terakhir Tabel 12. Dari Tabel 12 selanjutnya dapat dideskripsikan lebih detail mengenai nafkah tunggal, nafkah ganda, dan nafkah multi seluruh responden yang dipaparkan pada Tabel 13 dan 14.
5 Tabel 13. Jumlah Rumah Tangga Responden Menurut Aneka Strategi Nafkah No Tahun 2012 Nafkah Tunggal: Strategi Nafkah 40 Jumlah Responden 1. Petani lahan kering 3 2. Penebang kayu 1 3. Penambang batubara 1 Total Responden Nafkah Tunggal 5 Nafkah Ganda (2 mata pencaharian): 1. Petani lahan kering dan penambang batubara 1 2. Petani lahan kering dan pengusaha warung 1 3. Petani lahan kering dan pekerja perkebunan 1 4. Petani lahan kering dan pedagang sayur 2 5. Petani lahan kering dan buruh bangunan 1 6. Penebang kayu dan penambang batubara 1 7. Penebang kayu dan pengusaha warung 2 8. Penebang kayu dan pedagang sayur 1 9. Penebang kayu dan buruh bangunan Penebang kayu dan petani lahan kering 11 Total Responden Nafkah Ganda 22 Nafkah Multi (3-4 mata pencaharian): 1. Penebang kayu, petani lahan kering dan pengusaha warung 2 2. Penebang kayu, petani lahan kering dan penambang batubara 5 3. Penebang kayu, petani lahan kering dan pedagang 1 4. Penebang kayu, petani lahan kering dan guru TK 1 5. Penebang kayu, petani lahan kering dan pekerja perkebunan 1 6. Petani lahan kering, pekerja perkebunan dan penambang 1 batubara 7. Penebang kayu, petani lahan kering, penambang batubara dan 1 pengusaha warung 8. Petani lahan kering, penebang kayu, dan pekerja perkebunan 1 dengan penambang batubara Total Responden Multi Nafkah 13 Total Responden 40
6 Tabel 14. Jumlah Rumah Tangga Responden Petani Lahan Kering dan Responden Penebang Kayu dengan Aneka Nafkah, Desa Dukuhrejo Tahun 2012 No. Strategi Nafkah Responden 1. Responden dengan budidaya pertanian lahan kering sebagai salah satu sumber nafkah Responden dengan usaha penebangan kayu di hutan dan lapangan pekerjaan non pertanian 5 Total Responden 35 Sebanyak 22 responden (55 persen) mengandalkan aneka nafkah ganda di on farm dan off farm. Sedangkan sebanyak 13 responden (32,5 persen) mengandalkan nafkah multi 3-4 mata pencaharian di on farm dan off farm. Sisanya sebanyak 5 responden (12,5 persen) mengandalkan strategi nafkah tunggal di on farm (petani lahan kering, penebang kayu) dan off farm (penambang batubara). Hal ini menunjukkan bahwa strategi nafkah yang dilakukan oleh responden Desa Dukuhrejo terdiri dari strategi nafkah tunggal, strategi nafkah ganda, dan strategi nafkah multi (lihat Tabel 13). Secara umum dapat dikatakan ada 21 jenis strategi bertahan hidup. Dari 21 macam strategi bertahan hidup yang diandalkan oleh 40 responden tersebut sebanyak 10 jenis strategi bertahan hidup responden tergolong ke dalam strategi nafkah ganda di on farm dan off farm. Sedangkan sebanyak 8 jenis strategi bertahan hidup responden tergolong ke dalam strategi nafkah multi 3-4 mata pencaharian di on farm dan off farm. Sisanya sebanyak 3 jenis strategi bertahan hidup responden tergolong ke dalam strategi nafkah tunggal (Tabel 13). Pemaparan di atas menunjukkan bahwa aneka nafkah responden tersebut terdiri dari 1-4 jenis mata pencaharian atau pekerjaan. Sebanyak 10 macam strategi bertahan hidup 22 responden (52,5 persen) tersebut terdiri dari 2 jenis mata pencaharian atau pekerjaan. Sedangkan sebanyak 5 macam strategi bertahan hidup 11 responden lainnya (27,5 persen) terdiri dari 3 jenis mata pencaharian atau pekerjaan. Selanjutnya sebanyak 3 macam strategi bertahan hidup 2 responden (5 persen) terdiri dari 4 jenis mata pencaharian atau pekerjaan. Sisanya sebanyak 3 macam strategi bertahan hidup 5 responden (12,5 persen) terdiri dari 1 jenis mata pencaharian atau pekerjaan (Tabel 13). 41
7 42 Ada sebanyak 30 responden (75 persen) dari 35 responden mengandalkan nafkah sebagai petani lahan kering dengan aneka nafkah ganda atau multi di penebangan kayu/pekerja perkebunan/penambangan batubara/pengusaha warung/buruh bangunan/pedagang sayur dan atau guru TK. Sedangkan sisanya sebanyak 5 responden (12,5 persen) lainnya mengandalkan nafkah sebagai penebang kayu dengan aneka nafkah ganda atau multi di penambangan batubara/pengusaha warung/pedagang sayur dan atau buruh bangunan (lihat Tabel 14). Hal penting yang dapat dilihat dari hasil perhitungan pada Tabel 13 dan 14 bahwa sebagian besar (35 responden dari 40) responden rumah tangga Desa Dukuhrejo tidak mengandalkan nafkah tunggal untuk mempertahankan keberlanjutan hidup rumah tangga. Melainkan mereka mengandalkan nafkah ganda dan nafkah multi yang terdiri dari 2-4 mata pencaharian atau pekerjaan seperti yang sudah disebutkan di atas. 3. Penguasaan dan Luas Tanah Rumah Tangga Responden Desa Dukuhrejo Sebanyak 19 responden (63,33 persen) dari 30 responden petani lahan kering menguasai tanah seluas 4 sampai 5 ha dengan rata-rata luas tanah yang dikuasai 4,5 ha yang terdiri atas 3 persil (lihat Tabel 15). Rata-rata luas tanah produktif yang diusahakan oleh golongan responden ini sebesar 3 ha dan yang tidak produktif 1/3 dari total luas tanah yang dikuasai. Sedangkan sebanyak 4 responden (13,33 persen) lainnya termasuk ke dalam golongan luas tanah 5 sampai 6 ha dengan rata-rata luas tanah yang dikuasai 6,1 ha yang terdiri atas 4 persil. Rata-rata luas tanah produktif yang diusahakan oleh golongan responden ini sebesar 3,3 ha dan yang tidak produktif mencapai separuh dari total luas tanah yang dikuasai (Tabel 15). Pemaparan di atas menunjukkan bahwa tanah yang dimiliki oleh suatu rumah tangga tidak semua produktif. Tabel 15 menunjukkan pula bahwa semakin besar golongan luas tanah yang dikuasai maka akan semakin besar pula luas tanah yang tidak produktif. Sebagai contoh pada golongan luas tanah 2 sampai 3 ha luas tanah yang tidak produktif 1/3 dari luas total tanah yang dikuasai. Sedangkan pada
8 golongan luas tanah 5 sampai 6 ha luas tanah yang tidak produktif mencapai separuh dari luas total tanah yang dikuasai (Tabel 15). Tabel 15. Responden dengan Budidaya Pertanian Lahan Kering Sebagai Salah Satu Sumber Nafkah Menurut Golongan Luas Tanah yang Dikuasai Tahun 2012 Golongan Luas Tanah (Ha) N Luas Total Rata-rata (Ha) Rata-rata Luas Tanah Responden (Ha) Produktif Tidak Produktif Rata-rata Jumlah Persil Tanah 2> x > x >2 3 2,8 2,6 0,2 2 4> x >3 3 3,7 2,2 1,5 3 5> x >4 19 4,5 3,0 1,5 3 6> x >5 4 6,1 3,3 2,8 4 x > Responden 30 Sebanyak 5 responden penebang kayu yang bernafkah ganda atau nafkah multi sebagai penambang batubara, /pengusaha warung, /pedagang sayur, dan atau buruh bangunan; juga menguasai lahan pertanian. Sebanyak 3 dari 5 responden menguasai tanah seluas 1 sampai 2 ha dengan rata-rata 1,5 ha per rumah tangga. Tanah yang dikuasai terdiri dari 1 persil saja. Sisanya sebanyak 2 responden menguasai tanah seluas 2 sampai 3 ha dengan rata-rata 2,4 ha yang terdiri dari 2 persil. Namun demikian, tanah yang dikuasai oleh 5 responden ini tidak ada yang produktif (Tabel 16). Tabel 16. Responden dengan Usaha Penebangan Kayu di Hutan dan Lapangan Pekerjaan Non Pertanian Menurut Golongan Luas Tanah yang Dikuasai Tahun 2012 Golongan Luas Tanah (Ha) N Luas Total Rata-rata (Ha) Rata-rata Luas Tanah Responden (Ha) Produktif Tidak Produktif 43 Rata-rata Jumlah Persil Tanah 2> x 1 3 1,5 0 1,5 1 3> x >2 2 2,4 0 2,4 2 4> x > > x > > x > x > Responden 5
9 Sebanyak 5 responden mengandalkan nafkah tunggal di on farm (petani lahan kering, penebang kayu) dan off fram (penambang batubara) dalam mempertahankan keberlanjutan nafkah rumah tangga. Dari 5 responden tersebut sebesar 3 responden (60 persen) termasuk ke dalam golongan luas tanah 4 sampai 5 ha dengan luas total rata-rata yang dikuasai sebesar 4,3 ha yang tersebar ke dalam 3 persil. Rata-rata luas tanah produktif yang diusahakan oleh golongan responden ini sebesar 1,8 ha dan rata-rata luas tanah yang tidak produktif 1 2 dari total luas tanah yang dikuasai. Sedangkan sisanya sebanyak 2 responden (40 persen) termasuk ke dalam golongan luas tanah 1 sampai 2 ha dengan luas total rata-rata yang dikuasai sebesar 1,5 ha yang tersebar di dalam 1 persil. Golongan responden ini 100 persen tanah yang dikuasai merupakan tanah tidak produktif (lihat Tabel 17). Tabel 17. Responden dengan Nafkah Tunggal di On farm dan Off Farm Menurut Golongan Luas Tanah yang Dikuasai Tahun 2012 Golongan Luas Tanah (Ha) N Luas Total Rata-rata (Ha) Rata-rata Luas Nafkah Tunggal (Ha) Produktif Tidak Produktif Rata-rata Jumlah Persil Tanah 2> x 1 2 1,5 0 1,5 1 3> x > > x > > x >4 3 4,3 1,8 2,5 3 6> x > x > Responden 5 Hal penting lainnya yang dapat dilihat dari Tabel 15, 16, dan 17 adalah luas total tanah yang dikuasai 40 responden sebesar 52,8 ha. Dari luas total tanah tersebut yang produktif hanya sekitar 30 ha selebihnya tidak produktif. Luasnya tanah yang tidak produktif ini menunjukkan bahwa pendapatan rumah tangga yang diperoleh dari nafkah ganda dan nafkah multi jauh lebih besar dari pada bila responden sepenuhnya mengusahakan lahan yang dikuasainya. Pada sub bab tentang pendapatan responden dijelaskan lebih lanjut tentang hal ini. Padi, kacang tanah, sawi, buncis, bayam, terung, jagung, kacang panjang, bawang pre, timun, gambas, cabe, dan sebagainya, serta beberapa hasil perkebunan seperti pisang, mangga, rambutan, karet dan kelapa sawit adalah produksi pertanian responden Desa Dukuhrejo. 44
10 Tabel 18. Jumlah Responden dengan Status Penguasaan Tanah Menurut Golongan Luas Tanah Tahun 2012 Responden Menurut Status Rata-rata Golongan Luas Total Penguasaan Tanah Jumlah Luas Tanah N Rata-rata Tanah Tanah Tanah Persil (Ha) (Ha) Milik Sewa Sakap Tanah 2 x , > x >2 7 2, > x >3 9 3, > x >4 2 4, > x >5 6 5, x >6 5 14, Responden Status penguasaan tanah pada 40 responden Desa Dukuhrejo dibedakan menjadi tiga; yakni tanah milik, tanah sewa, dan tanah sakap. Sebanyak 40 responden (100 persen) memiliki status penguasaan tanah milik, sedangkan untuk status penguasaan tanah sewa hanya sebanyak 9 responden (22,5 persen) dan hanya 1 responden (0,025 persen) yang memiliki status penguasaan tanah sakap (bagi hasil) (lihat Tabel 18). Penjelasan di atas menunjukkan bahwa sudah pasti dalam rumah tangga responden Desa Dukuhrejo memiliki status penguasaan tanah milik. Beberapa diantaranya tidak hanya memiliki status penguasaan tanah milik, akan tetapi juga memiliki status penguasaan tanah sewa dan tanah sakap sehingga rata-rata jumlah persil tanah mereka lebih dari satu. Tanah sewa yang dimaksud pada responden Desa Dukuhrejo adalah tanah hasil dari menyewa secara gratis atau tidak bayar pada desa Pendapatan Rumah Tangga Responden Desa Dukuhrejo Pendapatan tertinggi terdapat pada strategi nafkah multi sebagai penebang kayu, petani lahan kering dan pekerja perkebunan yakni sebesar Rp ,- (1 responden). Disusul dengan strategi nafkah multi sebagai penebang kayu, petani lahan kering, pekerja perkebunan dan penambang batubara yaitu sebesar Rp ,- (1 responden). Pendapatan terendah terdapat pada strategi nafkah tunggal sebagai petani lahan kering (tidak bekeja di off farm) sebanyak 3 responden yaitu sebesar Rp ,- (Tabel 19).
11 46 Hal utama yang dapat dilihat pada Tabel 19 menunjukkan adanya strata pendapatan. Dari 40 responden tersebut terdapat enam strata pendapatan: 1. Strata pendapatan tertinggi (Rp sampai Rp per rumah tangga per bulan) dijumpai pada responden penebang kayu, petani lahan kering, dan atau pekerja perkebunan dan atau penambang batubara, pengusaha warung. 2. Strata pendapatan kedua (Rp sampai Rp per rumah tangga per bulan) dijumpai pada responden penebang kayu dan pengusaha warung; penebang kayu, petani lahan kering dan pengusaha warung; penebang kayu dan pedagang. 3. Strata pendapatan ketiga (Rp sampai Rp per rumah tangga per bulan) dijumpai pada responden penambang batubara dan penebang kayu; penebang kayu, petani lahan kering, pekerja perkebunan dan penambang batubara. 4. Strata pendapatan keempat (Rp sampai Rp per rumah tangga per bulan) dijumpai pada responden penambang batubara, petani lahan kering dan penambang batubara; penebang kayu, petani lahan kering dan penambang batubara atau guru TK, dan responden bernafkah sebagai penebang kayu. 5. Strata pendapatan kelima (Rp sampai Rp per rumah tangga per bulan) dijumpai pada responden penebang kayu, petani lahan kering dan pedagang; petani lahan kering, pekerja perkebunan dan penambang batubara, dan pada responden petani lahan kering dan pengusaha warung. 6. Strata pendapatan keenam atau terendah (kurang dari Rp per rumah tangga per bulan) dijumpai pada responden petani lahan kering, pekerja perkebunan dan atau pedagang sayur, buruh bangunan, serta responden bernafkah sebagai petani lahan kering.
12 47 Tabel 19. Besar Pendapatan Responden Menurut Aneka Strategi Nafkah Rumah tangga Desa Dukuhrejo Tahun 2012 Off Farm Penambang Batubara Pengusaha Warung Pedagang Sayur Buruh Bangunan Pendapatan Rata-rata per Rumah Tangga per Bulan (Rp/Rt/Bulan) Petani Lahan Kering (n: 2) Penebang Kayu (n: 2) On Farm Petani dan Pekerja Perkebunan (n:1) Guru TK Penambang Batubar & Pengusaha Warung Tidak Bekerja di Off Farm (n:3) Penebang Kayu dan Petani (n: 5) Penebang Kayu, Petani, dan Pekerja Perkebunan (n:1) Kontribusi pendapatan per rumah tangga per bulan pada petani lahan kering dengan nafkah ganda atau multi di penebangan kayu/pekerja perkebunan/penambang batubara/pengusaha warung/buruh bangunan/pedagang dan atau guru TK, yaitu sebesar Rp ,- (30 responden). Lebih rendah dari pada pendapatan per rumah tangga per bulan pada penebang kayu dengan nafkah ganda atau multi di penambang batubara/usaha warung/pedagang dan atau buruh bangunan, yaitu sebesar Rp ,- sebanyak 5 responden (Tabel 20) (n: 2) Tidak Bekerja di On Farm (n:1) (n: 11) (n:1) 0
13 Tabel 20. Besar Pendapatan Responden Menurut Aneka Strategi Nafkah Rumah tangga, Desa Dukuhrejo, Rp/Rumah Tangga/Bulan Tahun 2012 No. Strategi Nafkah Ganda dan Nafkah Multi Responden 1. Petani dengan aneka nafkah di penebangan kayu/ pekerja perkebunan/penambang batubara/pengusaha warung/buruh bangunan/pedagang dan atau guru TK. 2. Penebang kayu dengan aneka nafkah di penambang batubara/usaha warung/pedagang dan atau buruh bangunan Total Responden 35 Pendapatan Ratarata (Rp/Rumah Tangga/Bulan) 30 Rp ,- 5 Rp ,- Sedangkan kontribusi pendapatan tertinggi per rumah tangga per bulan pada nafkah tunggal di on farm 48 dan off farm terdapat pada nafkah sebagai penebang kayu sebesar Rp ,- (1 reponden). Disusul dengan kontribusi pendapatan per rumah tangga per bulan pada nafkah tunggal sebagai penambang batubara yakni sebesar Rp ,- (1 responden). Kontribusi pendapatan terendah terdapat pada nafkah tunggal sebagai petani lahan kering sebesar Rp ,- sebanyak 3 responden (Tabel 21). Tabel 21. Besar Pendapatan Responden Nafkah Tunggal Rumah Tangga, Desa Dukuhrejo, Rp/Rumah Tangga/Bulan Tahun 2012 No Nafkah Tunggal Responden Pendapatan Ratarata (Rp/Rumah Tangga/Bulan) 1. Petani 3 Rp ,- 2. Penebang kayu 1 Rp ,- 3. Penambang batubara 1 Rp ,- Total Responden 5 Hal penting yang dapat dilihat dari Tabel 19, 20, dan 21 adalah secara umum strategi nafkah yang bertumpu pada penebangan kayu dan penambangan batubara hampir memiliki kontribusi penuh bagi pendapatan rumah tangga per bulan dibandingkan pada nafkah budidaya pertanian lahan kering yang hanya memiliki kontribusi lebih kecil bagi rumah tangga Desa Dukuhrejo.
14 49 Berdasarkan penjelasan di atas besarnya pendapatan per rumah tangga per bulan responden dipengaruhi oleh 3 sampai dengan 4 jenis mata pencaharian atau pekerjaan. Kurang dari tiga jenis mata pencaharian yang diterapkan termasuk kedalam kategori pendapatan sedang dan pada responden yang mengandalkan satu jenis pekerjaan saja atau nafkah tunggal mendapatkan kontribusi pendapatan yang lebih kecil dibandingkan dengan mengandalkan nafkah ganda atau nafkah multi. Gambar 3. Grafik Peresentase Pendapatan Responden Nafkah Ganda Tahun 2012 Keterangan Jenis Pekerjaan Kategori 1-10 Nafkah Ganda (2 mata pencaharian): Kategori 1: Petani lahan kering dan penambang batubara (1) Kategori 2: Petani lahan kering dan pedagang sayur (2) Kategori 3: Petani lahan kering dan pengusaha warung (1) Kategori 4: Petani lahan kering dan buruh bangunan (1) Kategori 5: Petani lahan kering dan pekerja perkebunan (1) Kategori 6: Penebang kayu dan penambang batubara (1) Kategori 7: Penebang kayu dan pengusaha warung (2) Kategori 8: Penebang kayu dan buruh bangunan (1) Kategori 9: Penebang kayu dan pedagang sayur (1) Kategori 10: Penebang kayu dan petani lahan kering (11) Pada kategori 1, 2, 3, 4, 5, dan 10 menunjukkan bahwa petani lahan kering masih berkontribusi pada pendapatan per rumah tangga Desa Dukuhrejo. Pada kategori 5 presentase kontribusi pendapatan terbesar pada responden nafkah sebagai pekerja perkebunan yakni sebesar 53,4 persen. Sisanya 46,6 persen merupakan nafkah sebagai petani lahan kering (lihat Gambar 3).
15 50 Pada kategori 2, 3, dan 4 persentase kontribusi pendapatan terbesar pada responden rumah tangga ditunjukkan pada lapangan pekerjaan jasa dan perdagangan. Hasil perhitungan pada kategori 2 nafkah sebagai pedagang sayur sebesar 72 persen, sisanya 28 persen merupakan nafkah sebagai petani lahan kering. Kategori 3 nafkah sebagai pengusaha warung sebesar 64 persen, sisanya 36 persen merupakan nafkah sebagai petani lahan kering. Kategori 4 nafkah sebagai buruh bangunan sebesar 58,2 persen, sisanya 41,8 persen merupakan nafkah sebagai petani lahan kering (lihat Gambar 3). Situasi berbeda ditunjukkan pada Gambar 3, yakni pada kategori 1 dan 6. Persentase kontribusi pendapatan terbesar pada responden rumah tangga ditunjukkan pada lapangan pekerjaan penambangan batubara. Hasil perhitungan pada kategori 1 nafkah sebagai penambang batubara sebesar 77,8 persen, sisanya 22,2 persen merupakan nafkah sebagai petani lahan kering. Kategori 6 nafkah sebagai penambang batubara sebesar 53,4 persen, sisanya 46,6 persen merupakan nafkah sebagai penebang kayu. Pada kategori 7, 8, 9, dan 10 juga menunjukkan situasi yang berbeda. Persentase kontribusi pendapatan terbesar pada responden rumah tangga ditunjukkan pada lapangan pekerjaan penebangan kayu. Hasil perhitungan pada kategori 7 nafkah sebagai penebang kayu sebesar 67 persen, sisanya 33 persen merupakan nafkah sebagai pengusaha warung. Kategori 8 nafkah sebagai penebang kayu sebesar 81,3 persen, sisanya 18,7 persen merupakan nafkah sebagai buruh bangunan. Kategori 9 nafkah sebagai penebang kayu sebesar 85,8 persen, sisanya 14,2 persen merupakan nafkah sebagai pedagang sayur. Kategori 10 nafkah sebagai penebang kayu sebesar 94,7 persen, sisanya 5,3 persen merupakan nafkah sebagai petani lahan kering (lihat Gambar 3). Hal utama dari persentase kontribusi pendapatan pada Gambar 3 menunjukkan bahwa persentase terendah terdapat pada kontribusi pendapatan nafkah sebagai petani lahan kering. Sedangkan persentase tertinggi pada kontribusi pendapatan rumah tangga terdapat pada nafkah sebagai penebang kayu dan penambang batubara, menikmati kenaikan pendapatan rumah tangga Desa Dukuhrejo tiga atau empat kali lebih besar dari pada responden yang bekerja sebagai petani lahan kering.
16 51 Gambar 4. Grafik Peresentase Pendapatan Responden Nafkah Multi Tahun 2012 Keterangan Jenis Pekerjaan Kategori 1-8 Nafkah Multi (3-4 mata pencaharian): Kategori 1: Penebang kayu, petani lahan kering, penambang batubara dan pengusaha warung (1) Kategori 2: Penebang kayu, petani lahan kering dan penambang batubara (5) Kategori 3: Petani lahan kering, penebang kayu, dan pekerja perkebunan dan penambang batubara (1) Kategori 4: Penebang kayu, petani lahan kering dan pekerja perkebunan (1) Kategori 5: Penebang kayu, petani lahan kering dan pengusaha warung (2) Kategori 6: Penebang kayu, petani lahan kering dan pedagang sayur (1) Kategori 7: Penebang kayu, petani lahan kering dan guru TK (1) Kategori 8: Petani lahan kering, pekerja perkebunan dan penambang batubara (1) Kategori 1 sampai dengan 8 menunjukkan bahwa petani lahan kering masih berkontribusi untuk pendapatan rumah tangga. Pada kategori 1, 2, dan 8 persentase kontribusi pendapatan terbesar pada responden rumah tangga ditunjukkan pada lapangan pekerjaan penambangan batubara. Hasil perhitungan pada kategori 1 nafkah sebagai penambang batubara sebesar 50,7 persen; sisanya terbagai ke dalam 3 nafkah lainnya; yakni 30 persen bernafkah sebagai penebang kayu, 14 persen bernafkah sebagai pekerja perkebunan, dan 5,3 persen bernafkah sebagai petani lahan kering. Kategori 2 nafkah sebagai penambang batubara sebesar 52,8 persen, sisanya 44,4 persen merupakan nafkah sebagai penebang kayu dan 2,8 persen bernafkah sebagai petani lahan kering. Kategori 8 nafkah sebagai penambang batubara sebesar 54,2 persen, sisanya 30,2 persen merupakan
17 52 nafkah sebagai pekerja perkebunan dan 15,6 persen bernafkah sebagai petani lahan kering (lihat Gambar 4). Situasi berbeda ditunjukkan pada Gambar 4, yakni kategori 3, 4, 5, 6, dan 7. Persentase kontribusi pendapatan terbesar pada responden rumah tangga ditunjukkan pada lapangan pekerjaan penebangan kayu. Hasil perhitungan pada kategori 3 nafkah sebagai penebang kayu sebesar 62,8 persen; sisanya terbagai ke dalam 3 nafkah lainnya; yakni 24,6 persen bernafkah sebagai penambang batubara, 7,2 persen bernafkah sebagai pengusaha warung, dan 5,4 persen bernafkah sebagai petani lahan kering. Kategori 4 nafkah sebagai penebang kayu sebesar 66,1 persen, sisanya 19,3 persen merupakan nafkah sebagai petani lahan kering dan 14,6 persen bernafkah sebagai pekerja perkebunan. Kategori 5 nafkah sebagai penebang kayu sebesar 70,7 persen, sisanya 25,4 persen merupakan nafkah sebagai petani lahan kering dan 3,9 persen bernafkah sebagai petani lahan kering. Kategori 6 nafkah sebagai penebang kayu sebesar 74,2 persen, sisanya 20,7 persen merupakan nafkah sebagai pedagang sayur dan 5,1 persen bernafkah sebagai petani lahan kering. Kategori 8 nafkah sebagai penebang kayu sebesar 82,2 persen, sisanya 14,7 persen merupakan nafkah sebagai guru tk dan 3,1 persen bernafkah sebagai petani. Hal utama dari persentase kontribusi pendapatan pada Gambar 4 juga menunjukkan bahwa persentase terendah terdapat pada kontribusi pendapatan nafkah sebagai petani lahan kering. Sedangkan persentase tertinggi pada kontribusi pendapatan rumah tangga terdapat pada nafkah sebagai penebang kayu dan penambang batubara. Dengan adanya kontribusi dari dua sumber nafkah ini pendapatan rumah tangga dapat meningkat 3 sampai 4 kal I lebih besar dari pada bila hanya bersandar tunggal pada pertanian lahan kering. Sekarang menjadi jelas latar belakang strategi nafkah yang ditempuh oleh para responden Desa Dukuhrejo. Para responden memilih strategi nafkah ganda atau multi karena dua pertimbangan. Pertama, meminimumkan pengeluaran dan memaksimumkan pendapatan. Usaha penebangan kayu dan penambangan batubara tidak memerlukan dana atau modal untuk input produksi seperti pada usaha pertanian lahan kering (biaya produksi pupuk, benih, pestisida, tenaga
18 53 upahan). Kedua, memperoleh uang kontan dalam waktu yang relatif singkat. Usaha penebangan kayu dan penambangan batubara hanya membutuhkan waktu minimal satu minggu untuk memperolah uang kontan, sedangkan pada usaha petani lahan kering membutuhkan waktu empat sampai enam bulan untuk memperoleh uang kontan.
Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :
1 Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : Sri Windarti H.0305039 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
No. 04/04/Th. XIV, 1 April 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MARET 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 98,45 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) tercatat sebesar 83,67 persen,
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai
V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Keadaan Umum Wilayah Penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai ratio jumlah rumahtangga petani
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
No. 04/05/Th. XIV, 2 Mei 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI APRIL 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 98,78 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) tercatat sebesar 84,25 persen,
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan ibu rumah tangga yang mengurusi kebutuhan
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lokasi Penelitian
22 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Lokasi Penelitian Kondisi Geografis Desa Dukuhrejo merupakan bagian dari wilayah lingkar tambang PT Arutmin Indonesia Site Batulicin yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN JULI 2013 TURUN 1,84 PERSEN
No. 34/08/14/Th.XIV, 01 Agustus 2013 NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN JULI 2013 TURUN 1,84 PERSEN Pada bulan Juli 2013, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Riau sebesar 100,43 atau turun 1,84
Lebih terperinciV. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010
65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah
Lebih terperinciKONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan alam, keadaan pendududuk, keadaan sarana perekonomia dan keadaaan pertanian di Desa Sukerojo adalah
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DESEMBER 2010 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 97,63 PERSEN No. 04/01/Th. XIV, 3 Januari 2011 Pada bulan Desember 2010, NTP Provinsi Sulawesi Tengah masing-masing subsektor tercatat
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
No. 04/04/Th. XV, 2 April 2012 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN MARET 2012 SEBESAR 97,86 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Maret 2012 sebesar 97,86 persen,
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
No. 04/09 /Th. XIV, 5 September 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN AGUSTUS 2011 SEBESAR 99,44 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Agustus 2011 sebesar 99,44
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGAH JULI 2009 SEBESAR PERSEN
No.02/09/72/Th. XII, 1 September 2009 NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGAH JULI 2009 SEBESAR 98.92 PERSEN A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI *) Pada Bulan Juli 2009, NTP Provinsi Sulawesi Tengah
Lebih terperinciVI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN
VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN 6.3. Gambaran Umum Petani Responden Gambaran umum petani sampel diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan para petani yang menerapkan usahatani padi sehat dan usahatani
Lebih terperinci3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis
3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JANUARI 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 97,55 PERSEN No. 04/02/Th. XIV, 1 Februari 2011 Pada bulan Januari 2011, NTP Provinsi Sulawesi Tengah masing-masing subsektor tercatat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Palawija dan hortikultura merupakan bagian dari tanaman pertanian yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Palawija dan hortikultura merupakan bagian dari tanaman pertanian yang memegang peranan penting bagi keberlangsungan hidup masyarakat dan khususnya para petani. Pada
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA TENGAH NILAI TUKAR PETANI (NTP) JAWA TENGAH BULAN DESEMBER 2009
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No.08/02/33/Th.IV, 01 Februari 2010 NILAI TUKAR PETANI (NTP) JAWA TENGAH BULAN DESEMBER 2009 Nilai Tukar Petani Jawa Tengah Bulan Desember 2009 berada pada posisi 100,03 Nilai
Lebih terperinciBAB VI PENGEMBANGAN KEGIATAN USAHATANI ANGGOTA
BAB VI PENGEMBANGAN KEGIATAN USAHATANI ANGGOTA 6.1 Pengembangan Kegiatan Usahatani Anggota Pengembangan usatani dapat terlihat melalui penerapan diversifikasi usahatani yang dilakukan, peningkatan produktivitas
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian
60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan Pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian bangsa, hal ini ditunjukkan
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2017 DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN SUKOHARJO
NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2017 NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2017 DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN SUKOHARJO NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2017
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Selain itu juga Indonesia merupakan negara agraris
Lebih terperinciDISTRIBUSI PEMILIKAN DAN PENGUSAHAAN LAHAN PERTANIAN DI SULAWESI SELATAN*
DISTRIBUSI PEMILIKAN DAN PENGUSAHAAN LAHAN PERTANIAN DI SULAWESI SELATAN* Oleh : Chaerul Saleh DISTRIBUSI PEMILIKAN DAN PENGUSAHAAN LAHAN PERTANIAN Dalam pemilikan lahan pertanian memperlihatkan kecenderungan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
No. 04/06/Th. XIV, 1 Juni 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MEI 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 99,49 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Mei 2011 tercatat sebesar 99,49 persen,
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN OKTOBER 2011 TURUN 0,53 PERSEN
NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN OKTOBER 2011 TURUN 0,53 PERSEN No. 47/11/14/Th.XII, 1 November 2011 Pada bulan Oktober 2011, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Riau sebesar 104,32 atau turun
Lebih terperinciBPS PROVINSI SULAWESI SELATAN
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 72/12/73/Th. II, 23 Desember 2014 STRUKTUR ONGKOS USAHA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT, KARET, DAN TEBU TAHUN 2014 DI PROVINSI SULAWESI SELATAN RATA-RATA JUMLAH BIAYA USAHA PERKEBUNAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara berkembang yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah dan terus mengupayakan pembangunan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya terencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi dengan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 16/03/73/Th. XI, 1 Maret 5 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN FEBRUARI SEBESAR 101,41 PERSEN NTP Gabungan Provinsi Sulawesi Selatan bulan Februari
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA TENGAH
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No.38/08/33/Th.IV, 02 Agustus 2010 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JAWA TENGAH BULAN JULI 2010 Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Tengah Bulan Juli 2010 mengalami kenaikan sebesar 1,19
Lebih terperinciGambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Pringsewu 1. Geografis Kabupaten Pringsewu Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN APRIL 2008 SEBESAR 135,16
No. 19/06/34/TH.X, 02 Juni NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN APRIL SEBESAR 135,16 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI Nilai Tukar Petani (NTP) bulan tercatat 135,16. Angka ini mengalami
Lebih terperinciBatas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Biofisik 4.1.1 Letak dan Aksesibilitas Berdasarkan buku Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Purwakarta (21) Dinas Kehutanan Purwakarta merupakan
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI
V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Kabupaten Banyuasin Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan.
Lebih terperinci4.1. Letak dan Luas Wilayah
4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Wilayah Penelitian dilakukan di Kabupaten Jember, Propinsi Jawa Timur yaitu di Desa Pakusari Kecamatan Pakusari. Desa Pakusari memiliki lima Dusun yaitu Dusun
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH
No. 32/06/51/Th. VI, 1 Juni 2012 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. MEI 2012, NTP BALI MENGALAMI KENAIKAN SEBESAR 0,41 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali pada bulan
Lebih terperinciNilai NTP (Nilai Tukar Petani) Provinsi Sulawesi Utara di bulan Desember sebesar 97.35
No. 04/01/71/Th. IX, 2 Januari 2015 NTP PROVINSI SULAWESI UTARA DESEMBER 2014 Nilai NTP (Nilai Tukar Petani) Provinsi Sulawesi Utara di bulan Desember sebesar 97.35 NTP Sulawesi Utara menurun sebesar persen
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
No. 56/10/72/Th. XVII, 1 Oktober 2014 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI Selama September 2014, Nilai Tukar Petani (NTP) Sebesar 102,26 Persen Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Sulawesi Tengah selama September
Lebih terperinci30% Pertanian 0% TAHUN
PERANAN SEKTOR TERHADAP PDB TOTAL I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Julukan negara agraris yang kerap kali disematkan pada Indonesia dirasa memang benar adanya. Pertanian merupakan salah satu sumber kehidupan
Lebih terperinciGAMBARAN SINGKAT TENTANG KETERKAITAN EKONOMI MAKRO DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM DI TIGA PROVINSI KALIMANTAN. Oleh: Dr. Maria Ratnaningsih, SE, MA
GAMBARAN SINGKAT TENTANG KETERKAITAN EKONOMI MAKRO DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM DI TIGA PROVINSI KALIMANTAN Oleh: Dr. Maria Ratnaningsih, SE, MA September 2011 1. Pendahuluan Pulau Kalimantan terkenal
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN JANUARI 2011 NAIK 0,20 PERSEN
NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN JANUARI 2011 NAIK 0,20 PERSEN No. 06/02/14/Th.XII, 1 Februari 2011 Pada bulan Januari 2011, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Riau sebesar 105,96 atau naik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki lahan pertanian yang sangat luas dan sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Jawa Barat merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lahan. Kemampuan lahan yang dikelola akan memberikan. produksi yang berbeda-beda tingkat produktivitasnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Faktor produksi utama dalam produksi pertanian adalah lahan. Kemampuan lahan yang dikelola akan memberikan produksi yang berbeda-beda tingkat produktivitasnya. Tanaman
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri
Lebih terperinci(Monografi Desa Ngijo 2011). 6,5 Sedangkan horizon B21 dalam cm: warna 5YR 3/3
61. a. Topografi dan Jenis Tanah Topografi Desa Ngijo adalah berupa dataran tinggi dengan ketinggian 105 m dpal dengan curah hujan 10 mm/tahun. Jenis tanah di Desa Ngijo adalah jenis tanah Mediteran coklat.
Lebih terperinciPrograma Penyuluhan Kab.Bangka
Programa Penyuluhan Kab.Bangka 2013 1 LEMBAR PENGESAHAN PROGRAMA PENYULUHAN PERTANIAN KABUPATEN BANGKA TAHUN 2013 Tim Penyusun, Kepala Bidang Penyuluhan Pada Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Bangka, Koordinator
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN DESEMBER 2012 TURUN 0,34 PERSEN
NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN DESEMBER 2012 TURUN 0,34 PERSEN No. 03/01/14/Th.XIV, 02 Januari 2013 Pada bulan Desember 2012, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Riau sebesar 102,54 atau turun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1. Keadaan Geografis. Kabupaten Kerinci terletak di daerah bukit barisan, dengan ketinggian 5001500 mdpl. Wilayah ini membentang
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Pulorejo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Batas-batas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dianggap sebagai sumber kehidupan dan lapangan kerja, maka pertanian
1 I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan kegiatan pemanfaatan sumberdaya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan dan industri. Apabila pertanian dianggap sebagai
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU JUNI 2017 SEBESAR 101,07 NAIK 0,38 PERSEN
No. 02/07/81/Th.IX, 3 Juli 2017 NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU JUNI 2017 SEBESAR 101,07 NAIK 0,38 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Maluku pada Juni 2017 adalah sebesar 101,07, atau naik sebesar
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 25/05/73/Th. XI, 2 Mei 5 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN APRIL SEBESAR 100,11 PERSEN NTP Gabungan Provinsi Sulawesi Selatan bulan April sebesar
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN MARET 2011 TURUN 1,21 PERSEN
NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN MARET TURUN 1,21 PERSEN No. 16/04/14/Th.XII, 1 April Pada bulan Maret, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Riau sebesar 105,09 atau turun 1,21 persen dibanding
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN
BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH
BADAN PUSAT STATISTIK No. 21/04/Th. X, 2 April 2007 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN UPAH BURUH A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI Pada Januari 2007, Nilai Tukar Petani (NTP) tercatat
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskrifsi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Popayato Barat merupakan salah satu dari tiga belas Kecamatan yang ada di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. Kecamatan Popayato
Lebih terperinciPosisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014
Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI RIAU APRIL 2016 SEBESAR 99,41 ATAU NAIK 2,10 PERSEN
No. 21/05/14/Th. XVII, 2 Mei 2016 NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI RIAU APRIL 2016 SEBESAR 99,41 ATAU NAIK 2,10 PERSEN Pada bulan April 2016, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Riau sebesar 99,41
Lebih terperinciANALISIS RUMAH TANGGA, LAHAN, DAN USAHA PERTANIAN DI INDONESIA : SENSUS PERTANIAN 2013
Kementerian PPN/ Bappenas ANALISIS RUMAH TANGGA, LAHAN, DAN USAHA PERTANIAN DI INDONESIA : SENSUS PERTANIAN 2013 DIREKTORAT PANGAN DAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya
V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang
Lebih terperinciNo. 02/10/81/Th.IX, 2 Oktober NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU SEPTEMBER SEBESAR 101,33, NAIK 0,17 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Maluku pada September adalah sebesar 101,33, atau naik sebesar
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN OKTOBER 2012
BPS PROVINSI JAWA TIMUR NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN OKTOBER 2012 No. 68/11/35/Th.X, 1 November 2012 Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur Bulan Oktober 2012 Naik 0,33 persen. Nilai Tukar Petani (NTP)
Lebih terperinci1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C
SUMBER DAYA ALAM PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN Apa yang sudah dicapai selama ini lebih ditingkatkan, Pemerintah Kota Jayapura akan lebih
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI KABUPATEN TEMANGGUNG 2015
NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN TEMANGGUNG 2015 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG KATA PENGANTAR Sektor pertanian memegang peranan penting bagi perekonomian di Kabupaten Temanggung,
Lebih terperinciBAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai perubahan yang terencana,
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gamping Kabupaten Sleman ini dilakukan terhadap 117 orang responden yang
A. Karakteristik Responden V. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian minat masyarakat untuk membeli sayur dan buah di Pasar Kabupaten Sleman ini dilakukan terhadap 117 orang responden yang dilakukan di tiga wilayah
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. keadaan penduduk dan keadaan pertanian yang ada di Desa Ambarketawang.
IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Keadaan umum wilayah penelitian menjelaskan tentang keadaan geografis, keadaan penduduk dan keadaan pertanian yang ada di Desa Ambarketawang. Keadaan geografis mencakup
Lebih terperinciKEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sulawesi barat. Kabupaten Mamuju memiliki luas Ha Secara administrasi,
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografi Daerah Wilayah Kabupaten Mamuju merupakan daerah yang terluas di Provinsi Sulawesi Barat. Secara geografis Kabupaten Mamuju terletak di posisi : 00
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di daerah tropis karena dilalui garis khatulistiwa. Tanah yang subur dan beriklim tropis
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Telaga merupakan salah satu dari 17 Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Kecamatan Telaga berjarak 10
Lebih terperinciLEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2013/2014. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman
LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2013/2014 Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman No. Jenis Tanaman 2010 2011 2012 2013 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Padi 2 Jagung 3 Kedelai 4 Kacang Tanah
Lebih terperinciANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN
ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN (Studi Kasus di Desa Budi Mulia, Kabupaten Tapin) Oleh : Adreng Purwoto*) Abstrak Di masa mendatang dalam upaya mencukupi kebutuhan
Lebih terperinciLEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2012/2013. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman
LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2012/2013 Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman No. Jenis Tanaman (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Padi 2 Jagung 3 Kedelai 4 Kacang Tanah 5 Ubi Kayu 6 Ubi Jalar Tanaman
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN
BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN 6.1. Strategi Nafkah Sebelum Konversi Lahan Strategi nafkah suatu rumahtangga dibangun dengan mengkombinasikan aset-aset
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS
V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2012
No. 32 /06/63/Th.XV, 1 Juni 2012 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2012 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI ( NTP) BULAN MEI 2012 SEBESAR 108,29 ATAU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi pembangunan suatu negara, terutama pada negara berkembang seperti di Indonesia. Hal ini dikarenakan oleh
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Potensi Daerah Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah terletak pada bagian tengah Provinsi Lampung dengan luas areal seluas 4.789,82 km 2. Kabupaten Lampung Tengah
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK
34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGAH NOVEMBER 2008 SEBESAR PERSEN
No.02/01/72/Th. X, 5 Januari 2009 NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGAH NOVEMBER 2008 SEBESAR 98.02 PERSEN A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI *) Pada Bulan November 2008, NTP Provinsi Sulawesi Tengah
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2015
No. 29/06/36/Th.IX, 1 Juni 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2015 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI (NTP) MEI 2015 SEBESAR 102,30 ATAU TURUN 0,48
Lebih terperinciSTATISTIK DAERAH KECAMATAN TERAS TERUNJAM 2014
STATISTIK DAERAH KECAMATAN TERAS TERUNJAM 2014 Statistik Daerah Kecamatan Teras Terunjam 2014 Halaman i STATISTIK DAERAH KECAMATAN TERAS TERUNJAM 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TERAS TERUNJAM 2014 Nomor
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis
30 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sektor pertanian di Indonesia perlu
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang menopang kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sektor pertanian di Indonesia perlu terus dikembangkan
Lebih terperinciPOTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG
POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG Oleh: Muchjidin Rachmat*) Abstrak Tulisan ini melihat potensi lahan, pengusahaan dan kendala pengembangan palawija di propinsi Lampung. Potensi
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN MARET 2012
BPS PROVINSI JAWA TIMUR NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN MARET 2012 No. 23/04/35/Th.X, 2 April 2012 Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur Bulan Maret 2012 Turun 0,79 persen. Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa
Lebih terperinci