BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Batubara merupakan salah satu sumber energi yang banyak digunakan di seluruh dunia dengan cadangan yang masih cukup besar. Diperkirakan terdapat lebih dari 850 Giga ton cadangan batubara di dunia, yang cukup sampai lebih dari 130 tahun pada laju produksi saat ini (WCA, 2012). Cadangan batubara ada hampir di setiap negara di dunia, yang terbesar didapatkan di Amerika Utara, Rusia, Eropa, China, dan Australia, yang jumlahnya mencapai 80% cadangan global batubara. Penggunaan utama batubara adalah sebagai sumber energi primer dan pembangkit tenaga listrik global, dengan kontribusi masing-masing 30% dan 41% (Heidrich dkk., 2013). Diperkirakan penggunaan batubara, terutama untuk keperluan pembangkit listrik, meningkat di atas 50% pada 2030 (WCI, 2012). Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan dalam segala bidang, kebutuhan energi listrik di Indonesia semakin meningkat. Pemerintah terus berupaya menambah kapasitas listrik yang dihasilkan melalui pembangunan PLTU baru dengan bahan bakar gas, batubara atau sumber energi lainnya. Batubara digunakan terutama sebagai bahan bakar untuk pembangkit tenaga listrik, produksi baja, dan produksi semen. Penggunaan batubara sebagai bahan bakar akan menghasilkan limbah padat yang berupa abu layang dalam jumlah yang cukup besar, kira-kira mencapai 7,87% dari batubara yang digunakan (Prijatama, 1993). Pada tahun 2025 diproyeksikan kebutuhan batubara dalam negeri akan mencapai sekitar 191,13 juta ton (Anonim, 2006). Berdasarkan jumlah batubara yang digunakan seperti tersebut, jumlah abu layang yang dihasilkan di Indonesia diperkirakan mencapai 14,9 juta ton pada tahun Sementara itu, produksi abu layang dunia mencapai hampir 800 juta ton setiap tahunnya, dan cenderung meningkat di masa yang akan datang (William, 2008). Majko (2011) menyatakan bahwa produksi abu batubara total di Amerika Serikat pada 2009 mencapai 134,7 juta, 16,6 juta ton di antaranya abu dasar. Jepang menghasilkan abu layang lebih dari 10 juta ton dalam tahun 2000, kira- 1

2 2 kira baru 50% limbah tersebut sudah digunakan pada industri semen maupun konstruksi, sedang lainnya ditampung pada landfill (Fukui dkk., 2006). Pada umumnya limbah abu batubara ditampung di dalam kolam atau landfill kering (Neupane dan Donahoe, 2009). Abu layang batubara mengandung sejumlah oksida logam yang akan dibebaskan ke lingkungan dalam bentuk kation logam jika tidak diubah menjadi bahan yang bermanfaat. Pembuangan abu layang batubara yang efisien merupakan salah satu isu global karena produksi yang besar-besaran dan efeknya yang membahayakan lingkungan (Twardowska dan Sczepansk, 2002). Abu layang yang terakumulasi bila tidak dimanfaatkan akan menimbulkan masalah bagi lingkungan sekitarnya dan tidak mempunyai nilai ekonomi. Dengan demikian perlu adanya usaha-usaha nyata untuk mengolah dan memanfaatkan abu layang seoptimal mungkin. Air bersih sudah merupakan sumber daya yang terbatas di banyak negara di seluruh dunia. Dengan meningkatnya populasi, urbanisasi, dan perubahan iklim, pada abad yang akan datang air bersih akan menjadi lebih terbatas ketersediaannya. Keterbatasan ini disebabkan bukan hanya oleh meningkatnya kebutuhan akan air, tetapi juga oleh polusi dalam ekosistem air tawar. Beberapa polutan, seperti logam berat atau senyawa organik terklorinasi, mencemari sumber air dan mempengaruhi pasokan makanan. Dengan demikian, pemenuhan kebutuhan air bersih saat ini sudah mulai menjadi masalah yang cukup serius. Pencemaran air oleh limbah industri, terutama industri-industri yang berhubungan dengan logam berat seperti elektroplating, pertambangan, metalurgi, industri tekstil, industri bahan organik, pestisida dan sebagainya, berdampak buruk bagi kehidupan. Demikian juga pelepasan maupun distribusi logam berat dan radionuklida, yang bersifat toksik dan menyebar luas ke dalam ekosistem akuatik, merupakan masalah global bagi dunia (Seliman dan Borai, 2011). Pada batas konsentrasi tertentu, logam-logam berat seperti, Mn, Cr, Hg, Pb, Cd, As, dan sebagainya bersifat toksik bagi makhluk hidup. Senyawa krom heksavalen adalah bersifat racun, karsinogenik dan mutagenik serta menyebabkan kanker lambung (Sikaily dkk., 2007). Adapun arsen dinyatakan sebagai salah satu polutan yang paling beracun karena menimbulkan efek mutagenik maupun karsinogenik

3 3 dalam tubuh manusia (Jovita dkk., 2011). Oleh karena itu air limbah yang mengandung logam berat perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum dibuang ke perairan. Industri tekstil pada umumnya membuang sejumlah air, zat warna dan bahan kimia lainnya dalam jumlah besar selama proses produksi. Air limbah zat warna tekstil biasanya mengandung sejumlah kontaminan asam, basa, padatan terlarut, senyawa toksik dan warna. Zat warna yang digunakan dalam pewarnaan kertas, tekstil atau produk lainnya, adalah sangat tampak, kadang-kadang beracun dan tahan terhadap peruraian biologis (Hubbe dkk., 2012). Meskipun zat warna hanya memberi sedikit kontribusi terhadap total senyawa organik dalam air limbah, keberadaannya akan menghasilkan intensitas warna yang tinggi dan menghalangi penetrasi cahaya ke dalam perairan sehingga mengganggu proses biologis dalam tanaman. Peningkatan zat warna dalam air berakibat berkurangnya nilai BOD (Biological Oxygen Demand) dan meningkatnya COD (Chemical Oxygen Demand) bagi air yang menerimanya. Kebanyakan zat warna adalah toksik terhadap mikroorganisme dan bisa menyebabkan kerusakan langsung atau penghambatan proses katalitik. Zat warna reaktif, misalnya, bersifat mudah larut dalam air dan sukar mengalami biodegradasi pada proses perlakuan biologis secara konvensional (Armagan dkk., 2004). Zat warna golongan indigo sangat beracun dan dapat menyebabkan iritasi kulit dan mata bila kontak dengannya (Terezinha dkk., 2011). Pada umumnya air limbah industri mengandung berbagai spesies kationik, anionik dan organik yang bersifat racun dan sangat berbahaya. Pembebasan polutan organik ke lingkungan menyebabkan salah satu krisis besar dunia untuk sumber daya air. Senyawa organik yang mudah menguap misalnya monoaromatik adalah polutan beracun pada tanah dan air (Seifi dkk., 2011). Kebanyakan senyawa karbon yang mudah menguap, seperti BTEX (benzena, toluena, etil benzena dan xilena) adalah bersifat karsinogenik yang potensial bagi manusia (Rayalu dkk., 2006a). Didasarkan pada berbagai fakta dan akibat yang ditimbulkan oleh polutan ion logam baik kation maupun anion dari senyawa anorganik, zat warna dan

4 4 kontaminan organik berbahaya, maka berbagai upaya untuk menurunkan toksisitas perlu dilakukan. Kebanyakan, teknik yang dilakukan merupakan kombinasi proses fisik, kimia dan biologis termasuk foto-oksidasi, koagulasi kimia, sedimentasi, filtrasi, disinfeksi dan adsorpsi (Khalili dan Bonakdarpour, 2010). Sungguhpun demikian, adsorpsi merupakan metode yang paling efisien untuk penghilangan polutan dari air yang mencakup keuntungan ekonomi, teknik dan ekologi (Song dkk., 2010). Berbagai jenis adsorben telah digunakan untuk mengadsorpsi kontaminan dalam air, dan salah satunya adalah zeolit. Zeolit mempunyai affinitas yang tinggi terhadap kation karena permukaannya bermuatan negatif dan diimbangi oleh kation-kation yang bermuatan positif. Kation tersebut dapat diganti atau dipertukarkan oleh kation lain yang memiliki affinitas yang lebih tinggi, sehingga zeolit banyak digunakan sebagai penukar kation (Breck, 1974). Untuk keperluan sebagai adsorben maupun penukar ion zeolit dengan rasio Si/Al rendah akan lebih efektif daripada zeolit dengan rasio Si/Al tinggi. Abu layang memiliki kandungan SiO 2 dan Al 2 O 3 lebih dari 85%, dapat digunakan sebagai bahan baku untuk produksi zeolit, menggantikan natrium silikat dan aluminat, yang biasa digunakan secara konvensional (Rayalu dkk., 2006b). Suatu pendekatan baru yang sedang dipromosikan tentang pemanfaatan abu layang adalah mengubahnya menjadi produk yang mempunyai nilai tambah seperti zeolit (Dermatas dan Meng, 2003; Rayalu dkk., 2006b; Fansuri dkk., 2008). Zeolit berbasis abu layang menawarkan penyelesaian efektif biaya untuk memindahkan atau memperoleh kembali logam berat. Efisiensi pemindahan logam berat Pb, Cd, Cu dan lain-lain menggunakan zeolit berbasis abu layang telah dipelajari dan dibandingkan dengan produk komersial (Rayalu dkk., 2006b). Dengan menggunakan abu layang, diharapkan selain masalah pencemaran lingkungan dapat teratasi, masalah pencemaran air karena logam berat, zat warna maupun bahan organik berbahaya dapat diminimalkan. Berdasarkan kandungan kimiawinya, abu layang mempunyai rasio mol Si/Al yang rendah. Sifat rasio mol Si/Al yang rendah ini, memungkinkan untuk mensintesis zeolit rendah Si dengan

5 5 kapasitas penukar kation yang tinggi untuk ion logam-logam transisi, ammonium, selektivitas tinggi untuk molekul polar dan volume pori yang besar (Breck, 1974). Zeolit A merupakan salah satu jenis zeolit yang mempunyai rasio Si/Al rendah, antara 1-1,5 (Flanigen, 1991). Zeolit A banyak mendapat perhatian dari industri kimia akibat sifat-sifat khusus yang dimilikinya. Karena banyak digunakan dalam berbagai aplikasi, produksi zeolit ini dilakukan pada skala besar di banyak negara. Terdapat banyak publikasi internasional tentang sintesis zeolit NaA disebabkan karena dorongan dari sektor industri di berbagai negara, khususnya Ameria Serikat, Eropa dan Jepang (Wongwiwattana, 2002). Dalam US Patent 2006/ A1 dinyatakan bahwa zeolit A ditetapkan sebagai pengganti sodiumtripolifosfat (STTP) yang paling sesuai dalam builder deterjen (Jasra dkk., 2006). Zeolit A juga telah dikembangkan, dikarakterisasi dan diuji untuk pengurangan larutan krom(iii) dalam air serta dikaji pengaruh pencucian menggunakan asam oksalat terhadap performannya dalam keperluan tersebut (Hani dkk., 2010). Adanya substitusi atom Si oleh Al dalam struktur kerangka zeolit, mengakibatkan permukaan zeolit secara keseluruhan bermuatan negatif. Dengan sifatnya yang unik ini, zeolit mempunyai affinitas yang tinggi terhadap kation, sehingga sangat cocok digunakan sebagai penukar kation yang efektif. Namun demikian untuk spesi anionik, seperti NO - 3, PO 3-4, kemampuan tersebut kurang berarti bagi zeolit yang tidak dimodifikasi (Bansiwal dkk., 2006). Untuk dapat digunakan menyerap spesies anion maka permukaan zeolit harus diubah, dari yang bermuatan negatif menjadi bermuatan positif dengan menggunakan surfaktan kationik tertentu. Penggunaan zeolit termodifikasi surfaktan untuk pengolahan berbagai macam polutan banyak mendapat perhatian para peneliti. Beberapa aplikasi zeolit termodifikasi surfaktan antara lain untuk: (1) menghilangkan kontaminan organik dan anorganik (Bowman dan Sullivan, 1995), (2) mengurangi kontaminan dalam greywater (Widiastuti dkk., 2008), (3) menghilangkan kromium (Campos dkk., 2007; Hong dkk., 2008; Anbia dan Mohammadi, 2011); (4) penyerapan fosfat

6 6 PO 4 3- (Bansiwal dkk., 2006; Schick dkk., 2011) dan (5) penghilangan bakteri patogen (Rust dkk., 2005). Malek (2007) mempelajari penghilangan beberapa spesies kromium dan arsenik dari air oleh zeolit Y yang dimodifikasi surfaktan (SMZY) dan zeolit Y yang tidak dimodifikasi. Seifi dkk., (2011), mempelajari penggunaan adsorben zeolit alam termodifikasi surfaktan tergranulasi untuk menyerap benzena, toluena, etilbenzena, dan xilena (BTEX) dari air yang terkontaminasi. Selanjutnya Ghadiri dkk., (2010) mempelajari adsorpsi MTBE pada zeolit alam termodifikasi surfaktan. Dalam proses penghilangan berbagai kontaminan, interaksi zeolit termodifikasi surfaktan yang bermuatan positif (aktif terhadap anion) dengan spesi anionik dari polutan diyakini berperan penting dalam proses adsorpsi. Sifat anionik dapat diberikan pada permukaan zeolit dengan menggunakan konsep modifikasi permukaan dengan menggunakan surfaktan. Untuk surfaktan kation yang besar, diyakini terjadi pertukaran pada permukaan luar karena ion-ion tersebut cukup besar untuk memasuki pori zeolit (Bowman, 2003). Dengan melakukan variasi konsentrasi surfaktan, zeolit termodifikasi surfaktan dapat didesain untuk mengadsorpsi adsorbat kation, anion dan molekul organik nonpolar. Zeolit termodifikasi surfaktan dan aplikasinya untuk mengurangi kation maupun anion logam dan senyawa organik berbahaya telah dilakukan oleh para peneliti. Namun kajian sintesis zeolit A dari abu layang dan modifikasinya dengan surfaktan sebagai adsorben multifungsi untuk adsorpsi anion, kation maupun molekul nonionik, masih belum banyak dikaji. Peranan situs aktif permukaan zeolit yang dimodifikasi diharapkan dapat berfungsi lebih efektif untuk mengadsorpsi anion, kation dan molekul organik nonpolar. Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut, maka dipilih tema penelitian Sintesis Zeolit A dari Abu Layang Batubara dan Modifikasinya Menggunakan HDTMAB (hexadecyltrimethylammonium bromida) dan Aplikasinya sebagai Adsorben Multifungsi. Dalam penelitian ini abu layang batubara dimanfaatkan sebagai bahan dasar (starting material) untuk sintesis zeolit A. Untuk memperoleh efektivitas

7 7 proses sintesis, maka dilakukan kajian pemilihan bahan baku abu layang dan optimasi proses sintesis zeolit melalui berbagai metode. Produk zeolit A yang diperoleh selanjutnya dimodifikasi dengan HDTMAB dan diaplikasikan sebagai adsorben multifungsi untuk mengadsorpsi kation logam Cr 3+, anion CrO 2-4, zat warna (anionik dan kationik) serta p-nitrofenol dalam larutan air. Berdasarkan lingkup kajian yang ada maka penelitian ini difoskuskan pada: (1) optimalisasi metode sintesis zeolit dari abu layang secara alkali hidrotermal untuk memperoleh zeolit A yang selektif, (2) modifikasi zeolit A menggunakan surfaktan kation HDTMAB untuk memperoleh adsorben multifungsi yang efektif (3) aplikasi zeolit A termodifikasi surfaktan (SMZA ) untuk adsorpsi kation dan anion logam, zat warna dan molekul organik nonpolar dan (4) kajian isoterm serta kinetika adsorpsi dari data yang diperoleh untuk menggambarkan proses dan mekanisme adsorpsi yang terjadi. Sintesis zeolit melalui proses hidrotermal dipengaruhi sejumlah faktor seperti jenis (karakteristik) abu, metode yang digunakan, komposisi campuran reaksi dan kondisi reaksi yaitu ph, temperatur dan waktu reaksi. Oleh karena SiO 2 dan Al 2 O 3 berperan penting dalam sintesis zeolit, maka pada tahap awal penelitian ditentukan terlebih dahulu jenis abu layang yang akan digunakan sebagai bahan dasar sintesis zeolit A. Sumber utama Si dan Al untuk sintesis zeolit dari abu layang adalah fase gelas aluminosilikat dan mullit (Derkowski dan Michalik, 2007). Abu layang dengan kandungan SiO 2 dan Al 2 O 3 yang tinggi serta kadar Fe 2 O 3 yang rendah dipilih sebagai bahan dasar sintesis. Selanjutnya dikaji efektifitas beberapa metode sintesis zeolit A dari abu layang yang meliputi refluks dengan NaOH, hidrotermal langsung dan hidrotermal melalui peleburan alkali. Parameter efektifitas metode antara lain dapat dilihat berdasarkan karakteristik pola difraksi sinar-x dan spektra inframerah. Zeolit A hasil sintesis selanjutnya dimodifikasi dengan surfaktan untuk mengadsorpsi zat warna, ion logam, dan p- nitrofenol dengan melibatkan variasi ph, waktu kontak dan konsentrasi awal larutan. Data adsorpsi yang diperoleh dari variasi waktu kontak dan konsentrasi awal digunakan untuk mendapatkan model kinetika adsorpsi, isoterm dan parameter-parameter lainnya yang terlibat dalam adsorpsi.

8 8 1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut di atas maka tujuan utama penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mempelajari efektivitas sintesis zeolit dan karakterisasinya menggunakan bahan abu layang batubara melaui metode refluks NaOH dan metode alkali hidrotermal. 2. Melakukan sintesis dan karakterisasi zeolit A yang selektif dari abu layang batubara melalui proses hidrotermal. 3. Melakukan modifikasi zeolit A hasil sintesis dan karakterisasinya menggunakan surfaktan kation HDTMAB. 4. Mempelajari pengaruh ph, waktu kontak dan konsentrasi awal pada adsorpsi zat warna, ion logam berat, dan p-nitrofenol dalam air. 5. Menentukan kemampuan adsorpsi zeolit A dengan dan tanpa modifikasi HDTMAB sebagai adsorben zat warna, ion logam berat dan p-nitrofenol dalam air pada kondisi adsorpsi yang optimal. 6. Menentukan model kinetika pada proses adsorpsi larutan zat warna, logam berat dan p-nitrofenol oleh zeolit A dengan dan tanpa modifikasi surfaktan HDTMAB 7. Menentukan model isoterm adsorpsi, kapasitas adsorpsi larutan zat warna, logam berat dan p-nitrofenol oleh zeolit A dengan dan tanpa rmodifikasi surfaktan HDTMAB. Adapun manfaat penelitian ini dapat ditinjau dalam tiga aspek, yaitu aspek pengembangan iptek, pembangunan maupun ekonomi. Aspek pengembangan iptek, hasil penelitian dapat digunakan sebagai pengembangan pengetahuan khususnya dalam metode sintesis zeolit A dari limbah abu, modifikasi permukaan dengan surfaktan, dan aplikasinya untuk adsorpsi ion logam (kation dan anion), zat warna dan p-nitrofenol dalam air. Hasil penelitian ini dapat membantu pemerintah dan kalangan industri dalam hal memanfaatkan abu layang batubara dan penanganan pencemaran air. Aspek ekonomi, penelitian ini dapat meningkatkan nilai tambah abu layang sebagai bahan dasar pembuatan zeolit yang dapat dimodifikasi dengan surfaktan HDTMAB sebagai adsorben multifungsi.

9 9 1.3 Keaslian dan Kebaharuan Penelitian Pemanfaatan abu layang di Indonesia untuk berbagai tujuan masih terbatas. Beberapa pemanfaatan abu layang yang dilakukan antara lain untuk bahan baku pembuatan refraktori cor (Azis dkk., 2006), sebagai bahan pembenah tanah (Hadijah dan Damayanti, 2006), sintesis zeolit (Sutarno dan Aryanto, 2004), konversi abu layang sebagai material pengemban logam Ni (Budhyantoro, 2005). Penggunaan langsung abu layang untuk adsorpsi zat warna telah dilakukan beberapa peneliti (Gupta dkk., 1988; Jumaeri, 1995; dan Terezinha dkk., 2011). Pemanfaatan abu layang untuk sintesis zeolit melalui proses alkali hidrotermal telah dilakukan oleh para peneliti dengan berbagai tujuan. Produk alkali hidrotermal dari abu layang antara lain digunakan untuk pengambilan ion cesium radioaktif (Mimura dkk., 2001), sebagai adsorben timbal (Scott dkk., 2001). Vucinic dkk. (2003) mempelajari pengaruh rasio silika/alumina terhadap karakteristik zeolit produk. Kumar dkk. (2001) mempelajari sifat material porous produk alkali hidrotermal dari abu layang. Produk zeolitisasi abu layang juga diaplikasikan dalam penanganan air limbah dan adsorpsi gas CO 2, SO 2, dan NH 3 (Querol dkk., 2001). Pada aktivasi abu layang menggunakan NaOH diperoleh campuran zeolit P, sodalit, mullit dan kuarsa (Jumaeri dkk., 2006). Penelitianpenelitian sintesis zeolit dari abu layang pada umumnya menghasilkan campuran berbagai tipe zeolit (zeolit P, sodalit, hidroksosodalit dengan disertai struktur bukan zeolit, yaitu kuarsa dan mullit) dan abu layang yang tidak bereaksi. Modifikasi zeolit komersial untuk berbagai tujuan, telah dipelajari oleh para peneliti. Tashauoei dkk. (2010), memodifikasi zeolit A komersial menggunakan HDTMA-Br dan mempelajari aplikasinya dalam penghilangan Cd dan asam humat. Zeolit Y termodifikasi surfaktan (SMZY) untuk penghilangan krom dipelajari Malek (2007). Zeolit A, X and ZSM5 yang termodifikasi kation lanthanum telah dipelajari untuk menyerap arsenat dari larutan air (Md Jelas dkk., 2007). Modifikasi zeolit alam dengan surfaktan sangat menarik perhatian banyak peneliti. Beberapa penelitian yang dilakukan antara lain sebagai berikut. Zeolit alam termodifikasi surfaktan untuk adsorpsi methyl tersier-butyl ether (MTBE)

10 10 telah dipelajari (Ghadari dkk., 2010). Penggunaan surfaktan kationik ethylhexadecyl-dimethylammonium (EHDDMA) dan (HDTMA-HSO 4 pada zeolit alam mordenite telah dipelajari di laboratorium (Campos dkk., 2007). Modifikasi lempung rectorit, STAC-rectorite (rectorit termodifikasi trimethylammonium stearil klorida) untuk penghilangan Cr(VI) dilakukan oleh Hong dkk., (2008). Modifikasi zeolit alam klinoptilolit dengan kation HDTMA bromida telah dilakukan (Jovita dkk., 2011). Widiastuti dkk. (2008) mempelajari penggunaan zeolit alam termodifikasi surfaktan dan yang tidak dimodifikasi dalam pengolahan air limbah, khususnya untuk mengurangi kontaminan dalam greywater. Penggunaan surfactant modified zeolite (SMZ) dari zeolit klinoptilolit, SMZ Caklinoptilolit dan zeolit sintetis FAU dan LTA untuk penyerapan fosfat PO 3-4 telah dipelajari (Shick dkk., 2011). Berdasarkan penelitian sebelumnya, diperoleh gambaran umum pemanfaatan abu layang untuk sintesis zeolit, utamanya zeolit A, belum banyak dilakukan. Sintesis zeolit melalui proses hidrotermal kebanyakan menghasilkan campuran beberapa jenis zeolit (zeolit P, sodalit, hidroksosadalit, zeolit Y) dan sisa abu layang yang belum bereaksi. Di samping itu, rute sintesis melalui proses peleburan pada umumnya masih menggunakan pola yang sama, yaitu campuran padat NaOH dan abu layang dalam rasio tertentu langsung dilebur dalam tungku (furnace) pada temperatur C, dan dilanjutkan proses hidrotermal. Meskipun metode ini mampu menghasilkan zeolit dengan kemurnian tinggi, akan tetapi sering tercampur oleh abu layang yang belum bereaksi. Dalam hal modifikasi zeolit, kebanyakan peneliti melakukan modifikasi menggunakan zeolit sintetis komersial dan zeolit alam yang sudah tersedia. Sementara itu modifikasi surfaktan untuk zeolit A berbasis abu layang batubara belum banyak dilakukan. Penggunaan zeolit A termodifikasi surfaktan sebagai adsorben pada umumnya untuk mengadsorpsi salah satu tipe adsorbat tertentu, aniok, kationik atau molekul netral saja. Penggunaan sebagai adsorben multifungsi, untuk adsorpsi spesies kationik, anionik dan nonionik, belum banyak dikaji. Dengan demikian pembuatan zeolit, modifikasi dan aplikasinya mempunyai keterbatasan pada metode, bahan baku serta aplikasinya.

11 11 Untuk meningkatkan homogenitas campuran abu layang dan NaOH, dalam penelitian ini dilakukan modifikasi metode sintesis melalui perlakuan pelarutan NaOH sebelum dicampur dengan abu layang dan diikuti penguapan campuran. Produk zeolit yang diperoleh, selanjutnya dimodifikasi dengan surfaktan HDTMAB untuk mengubah muatan permukaan zeolit dari negatif menjadi positif. Karena surfaktan terikat hanya pada permukaan eksternal zeolit, situs pertukaran kation yang terletak dalam pori masih tersedia untuk pertukaran spesi kationik. Zeolit termodifikasi ini dapat digunakan secara multifungsi untuk adsorpsi anion, kation maupun molekul organik nonpolar. Selanjutnya kajian kinetika dan kesetimbangan adsorpsi juga dilakukan untuk tiap proses adsorpsi yang menggunakan zeolit A hasil sintesis dengan dan tanpa modifikasi surfaktan. Berdasarkan penelusuran literatur dan berbagai sumber yang dilakukan, maka keaslian dan keberbaruan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dilakukannya kajian metode sintesis zeolit dari abu layang untuk menghasilkan produk zeolit A yang selektif. 2. Dilakukanya sintesis zeolit A dengan metode baru, yaitu adanya perlakuan pelarutan awal pada campuran NaOH dan abu layang sebelum proses peleburan. 3. Dilakukanya modifikasi zeolit A, yang disintesis dari abu layang, menggunakan HDTMAB dan aplikasinya untuk adsorpsi anion dan kation logam maupun zat warna, serta spesies nonionik dari zat warna atau molekul organik nonpolar dalam larutan air. 4. Dilakukannya kajian kinetika dan kesetimbangan adsorpsi zat warana, ion logam Cr dan p-nitrofenol dengan menggunakan zeolit A berbasis batubara dengan dan tanpa modifikasi surfaktan HDTMAB. Untuk memmberikan gambaran umum bagian utama disertasi, pada bab pendahuluan ini dicantumkan kerangka utama disertasi seperti ditunjukkan pada Gambar 1.

12 BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB III LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS BAB IV METODE PENELITIAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Penelitian pendahuluan, sintesis dan karakterisasi zeolit dari abu layang batubara 2. Sintesis dan karakterisasi zeolit A dari abu layang batubara dan modifikasinya dengan surfaktan Aplikasi zeolit A dan zeolit A termodifikasi surfaktan untuk adsorpsi zat Warna, ion logam dan paranitrophenol 3. Adsorpsi zat warna anionik Congo Red (CR) 4. Adsorpsi zat warna kationik Crystal Violet (CV) 5. Adsorpsi Cr(III) dan Cr(VI) 6. Adsorpsi p- nitrofenol (PNP) BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Gambar 1 Diagram alir kerangka disertasi 12

adsorpsi dan katalisator. Zeolit memiliki bentuk kristal yang sangat teratur dengan rongga yang saling berhubungan ke segala arah yang menyebabkan

adsorpsi dan katalisator. Zeolit memiliki bentuk kristal yang sangat teratur dengan rongga yang saling berhubungan ke segala arah yang menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan dalam bidang industri sampai saat ini masih menjadi tolak ukur perkembangan pembangunan dan kemajuan suatu negara. Kemajuan dalam bidang industri ini ternyata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Air merupakan senyawa esensial yang memiliki peranan penting bagi kehidupan. Ketersediaan air sebagai kebutuhan primer sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri mempunyai pengaruh besar terhadap lingkungan, karena dalam prosesnya akan dihasilkan produk utama dan juga produk samping berupa limbah produksi, baik limbah

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan sumber daya alam yang penting bagi semua mahluk hidup. Manusia dalam kehidupan sehari-hari memerlukan air untuk berbagai keperluan mulai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Singkong (Manihot esculenta) merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia. Produksi singkong di Indonesia cukup besar yaitu mencapai 21.801.415 ton pada

Lebih terperinci

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. BAB I PENDAHULUAN I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. Sumber pencemaran lingkungan diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan adalah kromium (Cr). Krom adalah kontaminan yang banyak ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan adalah kromium (Cr). Krom adalah kontaminan yang banyak ditemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Logam berat merupakan salah satu pencemar yang sangat berbahaya bagi manusia dan lingkungannya, sebab toksisitasnya dapat mengancam kehidupan mahluk hidup. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia seperti industri kertas, tekstil, penyamakan kulit dan industri lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. manusia seperti industri kertas, tekstil, penyamakan kulit dan industri lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam bidang industri saat ini cukup pesat. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya industri yang memproduksi berbagai jenis kebutuhan manusia seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia, termasuk di Yogyakarta, selain membawa dampak positif juga menimbulkan dampak negatif, seperti terjadinya peningkatan jumlah limbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laboratorium merupakan salah satu penghasil air limbah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Laboratorium merupakan salah satu penghasil air limbah dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laboratorium merupakan salah satu penghasil air limbah dengan kandungan bahan-bahan berbahaya yang cukup tinggi, sehingga diperlukan suatu pengolahan sebelum dibuang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan kontribusi dalam peningkatan kualitas hidup manusia,

Lebih terperinci

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras yang berasal dari tanaman padi merupakan bahan makanan pokok bagi setengah penduduk dunia termasuk Indonesia. Oleh karena itu, tanaman padi banyak dibudidayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Padi merupakan produk utama pertanian di negara-negara agraris, termasuk Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat konsumsi beras terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka berkembang pula dengan pesat bidang industri yang berdampak positif guna untuk peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan beberapa hal yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian, disertai dengan tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini. Latar belakang menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang 1 I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Air adalah sumber kehidupan utama bagi makhluk hidup, karena itu kebersihan air dan terbebasnya air dari berbagai polutan sangatlah penting. Namun, pada kenyataannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan baik udara, tanah, ataupun air banyak terjadi akibat dari aktivitas manusia. Menurut UU No.32 tahun 2009, yang dimaksud dengan pencemaran adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara penghasil batubara yang cukup banyak. Sumber daya alam yang melimpah dapat dijadikan alternatif sebagai pemanfaatan

Lebih terperinci

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Rhodamin B merupakan pewarna sintetis yang biasa digunakan dalam industri tekstil, kertas, kulit, plastik, cat, farmasi dan makanan yang digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong pesatnya perkembangan di berbagai sektor kehidupan manusia terutama sektor industri. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Sebagian besar bumi terdiri atas air karena luas daratan lebih kecil dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar belakang I.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Limbah cair yang mengandung zat warna telah banyak dihasilkan oleh beberapa industri domestik seperti industri tekstil dan laboratorium kimia. Industri-industri tekstil

Lebih terperinci

AKTIVASI ABU LAYANG BATUBARA DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN TIMBAL DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ELEKTROPLATING

AKTIVASI ABU LAYANG BATUBARA DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN TIMBAL DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ELEKTROPLATING AKTIVASI ABU LAYANG BATUBARA DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN TIMBAL DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ELEKTROPLATING Widi Astuti 1, F. Widhi Mahatmanti 2 1 Fakultas Teknik, 2 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian Katalis umumnya diartikan sebagai bahan yang dapat mempercepat suatu reaksi kimia menjadi produk. Hal ini perlu diketahui karena, pada dasarnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanpa disadari pengembangan mesin tersebut berdampak buruk terhadap

I. PENDAHULUAN. tanpa disadari pengembangan mesin tersebut berdampak buruk terhadap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mesin pada mulanya diciptakan untuk memberikan kemudahan bagi manusia dalam melakukan kegiatan yang melebihi kemampuannya. Umumnya mesin merupakan suatu alat yang berfungsi

Lebih terperinci

2016 BIOREMEDIASI LOGAM KROMIUM (VI) PADA LIMBAH MODEL PENYAMAKAN KULIT MENGGUNAKAN BAKTERI PSEUDOMONAS AERUGINOSA

2016 BIOREMEDIASI LOGAM KROMIUM (VI) PADA LIMBAH MODEL PENYAMAKAN KULIT MENGGUNAKAN BAKTERI PSEUDOMONAS AERUGINOSA 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Perkembangan industrialisasi tidak dapat terlepas dari efek negatif yang ditimbulkannya. Adanya bahan sisa industri baik dalam bentuk padatan, cairan, maupun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Telah banyak dibangun industri untuk memenuhi kebutuhan manusia. Berkembangnya industri tentu dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat, tetapi juga menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Zeolit 2.1.1 Pengertian Zeolit Zeolit adalah polimir anorganik unit kerangka tetrahedral AlO4 dan SiO4 yang mempunyai struktur berongga dari Natrium silikat dan berkemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan-bahan kimia sintetis pada umumnya digunakan oleh kegiatan industri dan domestik untuk menghasilkan suatu produk yang bernilai ekonomis. Salah satu produk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini menyajikan uraian tentang permasalahan yang melatarbelakangi penelitian sintesis magnetit yang terlapis asam humat (Fe 3 O 4 -HA) dengan metode kopresipitasi sebagai adsorben

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini telah banyak industri kimia yang berkembang, baik di dalam maupun di luar negeri, untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Kebanyakan industriindustri

Lebih terperinci

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)?

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)? OPTIMALISASI SUHU AKTIVASI DAN POLARITAS ZEOLIT ALAM UNTUK MENGURANGI EMISI GAS BUANG SEPEDA MOTOR Drs. Noto Widodo, M.Pd. Bambang Sulistyo, S.Pd., M.Eng Amir Fatah, MPd M.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang terpenting bagi semua makhluk hidup di bumi. Air digunakan hampir di setiap aktivitas makhluk hidup. Bagi manusia, air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun ke tahun memerlukan bahan pangan yang semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun ke tahun memerlukan bahan pangan yang semakin meningkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia dengan jumlah penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun memerlukan bahan pangan yang semakin meningkat pula. Peningkatan kebutuhan pangan nasional

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004).

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004). 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Adsorben Penelitian ini menggunakan campuran kaolin dan limbah padat tapioka yang kemudian dimodifikasi menggunakan surfaktan kationik dan nonionik. Mula-mula kaolin dan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Studi kinetika adsorpsi merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam dunia industri selain kondisi kesetimbangan (isoterm adsorpsi) dari proses adsorpsi. Kinetika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung bahan anorganik yang berisi kumpulan mineral-mineral berdiameter

BAB I PENDAHULUAN. mengandung bahan anorganik yang berisi kumpulan mineral-mineral berdiameter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah lempung mempunyai cadangan yang cukup besar di hampir seluruh wilayah Indonesia namum pemanfaatannya masih belum optimal. Tanah lempung merupakan bahan alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Selama dua dasawarsa terakhir, pembangunan ekonomi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Selama dua dasawarsa terakhir, pembangunan ekonomi Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama dua dasawarsa terakhir, pembangunan ekonomi Indonesia mengarah kepada era industrialisasi. Terdapat puluhan ribu industri beroperasi di Indonesia, dan dari tahun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben

HASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Adsorben Perlakuan awal kaolin dan limbah padat tapioka yang dicuci dengan akuades, bertujuan untuk membersihkan pengotorpengotor yang bersifat larut dalam air. Selanjutnya

Lebih terperinci

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4. LIMBAH Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.B3 PENGERTIAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo.PP 85/1999

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring

I. PENDAHULUAN. serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran lingkungan karena logam berat merupakan masalah yang sangat serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring dengan perkembangan di bidang

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Proses ini yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, dimana sebagian besar penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, dimana sebagian besar penduduknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, dimana sebagian besar penduduknya bekerja di bidang pertanian. Salah satu produk utama pertanian di Indonesia adalah padi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup lilin untuk membentuk corak hiasannya, membentuk sebuah bidang pewarnaan. Batik merupakan salah satu kekayaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan banyak limbah organik golongan senyawa azo, yang akan menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Limbah dari berbagai industri mengandung zat pewarna berbahaya, yang harus dihilangkan untuk menjaga kualitas lingkungan. Limbah zat warna, timbul sebagai akibat langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan hidup dikatakan tercemar apabila telah terjadi perubahanperubahan dalam tatanan lingkungan itu sehingga tidak sama lagi dengan bentuk asalnya, sebagai akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian Kualitas air semakin hari semakin menurun akibat aktivitas manusia yang banyak menimbulkan polusi di perairan. Penurunan kualitas air

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kendaraan bermotor merupakan salah satu alat yang memerlukan mesin sebagai penggerak mulanya, mesin ini sendiri pada umumnya merupakan suatu alat yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan pestisida selama aktifitas pertanian umumnya digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan pestisida selama aktifitas pertanian umumnya digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan pestisida selama aktifitas pertanian umumnya digunakan oleh petani sebagai bagian dari upaya mendapatkan hasil yang maksimal dengan waktu yang seefisien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang kecenderungan pemakaian bahan bakar sangat tinggi sedangkan sumber bahan bakar minyak bumi yang di pakai saat ini semakin menipis. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perindustrian. Penggunaan logam krombiasanya terdapat pada industri

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perindustrian. Penggunaan logam krombiasanya terdapat pada industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Logam krom (Cr) merupakan salah satu logam berat yang sering digunakan dalam bidang perindustrian. Penggunaan logam krombiasanya terdapat pada industri pelapisan logam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua makhluk hidup. Maka, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya. 8 kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya. HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Kapasitas Tukar Kation Kapasitas tukar kation

Lebih terperinci

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat Polusi Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya perkembangan industri, semakin menimbulkan masalah. Karena limbah yang dihasilkan di sekitar lingkungan hidup menyebabkan timbulnya pencemaran udara, air

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya alam merupakan bagian penting bagi kehidupan dan. keberlanjutan manusia serta makhluk hidup lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya alam merupakan bagian penting bagi kehidupan dan. keberlanjutan manusia serta makhluk hidup lainnya. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam merupakan bagian penting bagi kehidupan dan keberlanjutan manusia serta makhluk hidup lainnya. Namun dalam pemanfaatannya, manusia cenderung melakukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan Menurut Odum (1971), pencemaran adalah perubahan sifat fisik, kimia dan biologi yang tidak dikehendaki pada udara, tanah dan air. Sedangkan menurut Saeni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran lingkungan oleh logam berat menjadi masalah yang cukup serius seiring dengan penggunaan logam berat dalam bidang industri yang semakin meningkat. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Emas merupakan logam mulia yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan memiliki berbagai keistimewaan dibandingkan golongan logam lainnya dan sejak dulu emas telah digunakan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 28 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Limbah Padat Agar-agar Limbah hasil ekstraksi agar terdiri dari dua bentuk, yaitu padat dan cair. Limbah ini mencapai 65-7% dari total bahan baku, namun belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Secara umum perkembangan jumlah penduduk yang semakin besar biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Perkembangan tersebut membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan logam berat sebagai polutan bagi lingkungan hidup diawali dengan meningkatnya populasi dan industrialisasi dari proses modernisasi manusia dan lingkungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. supaya dapat dimanfaatkan oleh semua makhluk hidup. Namun akhir-akhir ini. (Ferri) dan ion Fe 2+ (Ferro) dengan jumlah yang tinggi,

BAB 1 PENDAHULUAN. supaya dapat dimanfaatkan oleh semua makhluk hidup. Namun akhir-akhir ini. (Ferri) dan ion Fe 2+ (Ferro) dengan jumlah yang tinggi, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan salah satu yang banyak diperlukan oleh semua makhluk hidup. Oleh sebab itu, air harus dilindungi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak 4000 SM, manusia telah mengenal dan mengolah emas, berdasarkan penemuan arkeolog di Bulgaria. Pengolahan emas berlanjut hingga sekarang. Emas menjadi salah satu

Lebih terperinci

MANUAL PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH LABORATORIUM

MANUAL PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH LABORATORIUM MANUAL PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016 MANUAL PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pemberian dan Terhadap Sifat sifat Kimia Tanah Penelitian ini mengevaluasi pengaruh pemberian amelioran bahan humat dan abu terbang terhadap kandungan hara tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak sekali logam-logam berat yang dilepaskan ke lingkungan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Banyak sekali logam-logam berat yang dilepaskan ke lingkungan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Banyak sekali logam-logam berat yang dilepaskan ke lingkungan sebagai limbah yang menyebabkan terjadinya polusi air ataupun tanah. Ion logam tembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian batubara sebagai sumber energi telah menjadi salah satu pilihan di Indonesia sejak harga bahan bakar minyak (BBM) berfluktuasi dan cenderung semakin mahal.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 53 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Mutu Kitosan Hasil analisis proksimat kitosan yang dihasilkan dari limbah kulit udang tercantum pada Tabel 2 yang merupakan rata-rata dari dua kali ulangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Produksi minyak kelapa sawit Indonesia saat ini mencapai

Lebih terperinci

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION By Djadjat Tisnadjaja 1 Jenis analisis Analisis makro Kuantitas zat 0,5 1 g Volume yang dipakai sekitar 20 ml Analisis semimikro Kuatitas zat sekitar 0,05 g Volume

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya industri-industri yang berkembang, baik dalam skala besar

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya industri-industri yang berkembang, baik dalam skala besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Dengan semakin banyaknya industri-industri yang berkembang, baik dalam skala besar maupun kecil (skala

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat merupakan komponen alami yang terdapat di kulit bumi yang tidak dapat didegradasi atau dihancurkan (Agustina, 2010). Logam dapat membahayakan bagi kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pencemaran belakangan ini sangat menarik perhatian masyarakat banyak.perkembangan industri yang demikian cepat merupakan salah satu penyebab turunnya kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Keberadaan industri dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat namun juga tidak jarang merugikan masyarakat, yaitu berupa timbulnya pencemaran lingkungan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danau Maninjau merupakan danau yang terdapat di Sumatera Barat, Kabupaten Agam. Secara geografis wilayah ini terletak pada ketinggian 461,5 m di atas permukaan laut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu industri yang terus berkembang pesat di Indonesia adalah industri

I. PENDAHULUAN. Salah satu industri yang terus berkembang pesat di Indonesia adalah industri 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu industri yang terus berkembang pesat di Indonesia adalah industri tekstil, yang telah berperan penting untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun sebagai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN INTISARI ABSTRACT ii iii iv v vi x xi xii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini pencemaran air merupakan permasalahan yang cukup serius. Aktivitas manusia dalam pemenuhan kegiatan sehari-hari, secara tidak sengaja telah menambah jumlah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009). BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Pada penelitian ini alat yang digunakan adalah timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg, shaker, termometer, spektrofotometer serapan atom (FAAS GBC), Oven Memmert, X-Ray

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Udara 2.1.1. Pengertian Udara adalah faktor penting dalam kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Udara sebagai komponen lingkungan yang perlu dipelihara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian juga memiliki dampak meningkatkan pencemaran oleh limbah cair

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian juga memiliki dampak meningkatkan pencemaran oleh limbah cair BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan akan pakaian menjadi semakin tinggi. Hal ini disebabkan semakin besarnya permintaan pasar terhadap produk

Lebih terperinci

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase Skripsi Sarjana Kimia Oleh WENI ASTUTI 07132011 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL B KARAKTERISASI LIMBAH FLY ASH BATUBARA SEBAGAI MATERIAL KONVERSI ADSORBEN DAN UJI KETAHANAN PANAS STRUKTURPADATAN

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL B KARAKTERISASI LIMBAH FLY ASH BATUBARA SEBAGAI MATERIAL KONVERSI ADSORBEN DAN UJI KETAHANAN PANAS STRUKTURPADATAN MAKALAH PENDAMPING : PARALEL B SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA IV Peran Riset dan Pembelajaran Kimia dalam Peningkatan Kompetensi Profesional Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP

Lebih terperinci

et al., 2005). Menurut Wan Ngah et al (2005), sambung silang menggunakan glutaraldehida, epiklorohidrin, etilen glikol diglisidil eter, atau agen

et al., 2005). Menurut Wan Ngah et al (2005), sambung silang menggunakan glutaraldehida, epiklorohidrin, etilen glikol diglisidil eter, atau agen PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kitosan merupakan senyawa dengan rumus kimia poli(2-amino-2-dioksi-β-d-glukosa) yang dapat diperoleh dari deasetilasi kitin. Kitosan serta turunannya sangat bermanfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Karbon aktif (AC) telah diakui sebagai salah satu adsorben yang paling populer dan banyak digunakan untuk pengolahan air minum dan pengolahan air limbah diseluruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan penduduk dikarenakan tempat tinggal mereka telah tercemar. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan penduduk dikarenakan tempat tinggal mereka telah tercemar. Salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi dewasa ini dibeberapa negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, isu kualitas lingkungan menjadi permasalahan yang perlu dicari pemecahannya.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh

HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh Contoh yang diambil dari alam merupakan contoh zeolit dengan bentuk bongkahan batuan yang berukuran besar, sehingga untuk dapat dimanfaatkan harus diubah ukurannya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena II. TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Hujan Asam Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu dan tempat. Hujan adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ratna Agustiningsih, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ratna Agustiningsih, 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak akhir 1980-an, Industri pulp dan kertas di Indonesia telah berkembang pesat dan mendorong negara Indonesia masuk ke dalam jajaran top 10 produsen dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) saat ini terus mengalami peningkatan, baik bensin (gasoline), minyak solar (diesel), maupun minyak mentah (kerosene). Peningkaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penurunan kualitas lingkungan hidup dewasa ini salah satunya disebabkan oleh aktifitas kendaran bermotor yang menjadi sumber pencemaran udara. Gas-gas beracun penyebab

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Hasil penentuan kandungan oksida logam dalam abu boiler PKS Penentuan kandungan oksida logam dari abu boiler PKS dilakukan dengan menggvmakan XRF

Lebih terperinci

BAB I. Dalam pembangunan yang benvawasan lingkungan, maka sangat perlu

BAB I. Dalam pembangunan yang benvawasan lingkungan, maka sangat perlu BAB I PEhD AHULUAW I 1. Latar Belakang. Permasalahan Dalam pembangunan yang benvawasan lingkungan, maka sangat perlu adanya pengawasan dan penilaian dampak proses pembangunan terhadap mutu semua komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya teknologi di bidang pertanian, industri, dan kehidupan sehari-hari meningkatkan jumlah polutan berbahaya di lingkungan. Salah satu dampak peningkatan

Lebih terperinci