BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi literatur Tradisi Kirab Kebo Bule di Keraton Surakarta Hadiningrat Suatu kajian sejarah kebudayaan dapat menyoroti keseluruhan perkembangan kebudayaan di suatu daerah atau negara, namun dapat juga secara khusus memberikan sorotan terhadap satu aspek sejarah kebudayaan ataupun salah satu komponen kebudayaan. Komponen suatu budaya adalah apa yang disebut juga sebagai unsur kebudayaan, seperti sistem kepercayaan, sistem pengetahuan, sistem perekonomian, sistem komunikasi, sistem organisasi sosial. Suatu sejarah budaya yang menyeluruh akan memberikan paparan mengenai perkembangan budaya dengan segala unsur (Sedyawati, 2006:325). Dalam kerangka luas kajian kebudayaan, masalah estetika sudah jelas merupakan salah satu dari aspek atau unsur kebudayaan. Kesenian beserta nilainilai estetikanya merupakan salah satu unsur dari kebudayaan. Tidak hanya kebudayaan diluar negeri, di negara Indonesia yang sering disebut sebagai negara maritim juga memiliki kebudayaan yang sangat melimpah. Bahkan dunia juga sudah mengetahui dan mengakui mengenai ragam budaya Indonesia dan bangunan-bangunan peninggalan bersejarah yang sudah mendunia. Menurut buku dari Koentjaraningrat budaya berasal dari kata budhayah sebagai bentuk jamak dari buddhi (Sansekerta) yang berarti akal. Kebudayaan Indonesia telah lama menjadi fokus perhatian negara. Di bawah pemerintahan kolonial Belanda, pendudukan Jepang, dan pemerintahan sendiri. Kebijakan budaya telah berupaya untuk mendefinisikan dan mendimensikan sebuah versi budaya yang terkait dengan bahasa, sejarah, aliansi, dan tujuan negara. Seiring meningkatnya sumber daya yang menyebar diseluruh Indonesia (Jones, 2015:21). 7

2 Dalam buku Koentjaraningrat yang berjudul kebudayaan, mentalitet, dan pembangunan menjelaskan dengan ulasan yang khas dan bermutu dari setiap suku Bangsa, asal bisa mengidentifikasi diri dan menimbulkan rasa bangga, itulah kebudayaan nasional. Artinya bahwa puncak-puncak kebudayaan daerah atau kebudayaan suku bangsa yang bermutu tinggi dan menimbulkan rasa bangga bagi orang Indonesia bila ditampilkan untuk mewakili negara (Nation). Dalam hal ini juga berlaku untuk kesenian lain dari suku yang berada di Indonesia. Dengan beribu gugus kepulauan, beraneka ragam kekayaan serta keunikan kebudayaan, menjadikan masyarakat Indonesia yang hidup di berbagai kepulauan itu mempunyai ciri dan coraknya masing masing. Hal tersebut membawa akibat pada adanya perbedaan latar belakang, kebudayaan, corak kehidupan, dan termasuk juga pola pemikiran masyarakat. Kenyataan ini menyebabkan Indonesia terdiri dari masyarakat yang berbeda latar budaya, etnik, agama yang merupakan kekayaan nasional dengan kata lain biasa dikaitkan dengan masyarakat multicultural (Jones, 2015:22). Sepanjang sejarah Indonesia terdapat sejumlah kerajaan yang terbentuk diatas atau satuan-satuan masyarakat etnik yang pembentukannya terjadi pada masa prasejarah (Sedyawati, 2006:316). Kebudayaan adalah keseluruhan aktivitas manusia, termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat - istiadat, dan kebiasaan lain (Ratna, 2005:30). Kebudayaan Jawa dapat dipilah dalam tiga hal seperti sistem upcara daur hidup dan sistem upacara daur waktu, adat pergaulan, dan kesenian (Sedyawati, 2006:429). Berbicara kearifan lokal (local wisdom), akan menjadikan suatu hal yang bertentangan tatkala terdapat hal hal atau ritual ritual yang dalam kepercayaan agama merupakan suatu hal yang bertentangan dengan nilai nilai luhur dari ajaran agama. Akan tetapi demi mencari keseimbangan dalam kehidupan, orang orang yang menjalaninya menganggap kearifan lokal ini merupakan wujud untuk menciptakan kedamaian, keselarasan dengan alam, dan kebahagiaan dalam masyarakat ( / 201.isu / more-1631 diakses pada tanggal 7 Desember 2015 pada pukul 11.34WIB). 8

3 Malam Satu Suro merupakan salah satu ritus tahunan yang hampir setiap tahun dirayakan oleh sebagian masyarakat Jawa, khususnya pada masyarakat Jawa yang berada di daerah Yogyakarta, Surakarta, dan Solo. Malam Satu Suro merupakan suatu pergantian tahun pada penanggalan Kalender Jawa. Sama halnya dengan tahun baru pada umat Islam yang dimulai dengan tanggal 1 Muharram tahun Hijriah atau sama halnya dengan tahun baru Masehi yang dimulai pada tanggal 1 Januari Tahun Masehi (http: //alihidayat.blog.ugm.ac.id /2010/11/02/tradisi-malam-1-suro-di-surakarta/ diakses pada tanggal 7 Desember 2015 pada pukul 11.39WIB). Menurut Gusti Pangeran Haryo Puger (Adik kandung raja Keraton Surakarta Hadiningrat) Satu Suro adalah awal tahun Muharam, tahun Islam yang dengan tradisi ritual Jawa kuno. Kraton Mataram menerima dan mengembangkan ide transkulturasi terutama sejak Sultan Agung. Satu suro menjadi bagian penting dari sebuah siklus kehidupan manusia. Dengan menandai bergantinya Naga Dina dan Naga Tahun, yakni berubahnya sifat dan karakter kosmis, berserta dunia gaib, yang secara langsung diyakini mempengaruhi kehidupan manusia dibumi. Wujud dari perilaku eling dan waspada salah satunya dengan cara menjalankan ritual malem Satu Suro. Pada saat datangnya malam tahun baru, orang harus melakukan mesu diri (melakukan laku spiritual) dengan berkosentrasi pada penguasaan diri (mawas diri) selama semalam suntuk. Dalam situasi yang khusyuk tersebut, diri orang Jawa melebur ke dalam dunia yang tengah berubah. Memanjatkan kepada Yang Maha Agung doa dan permohonan serta rasa syukur terhadap berkah dan hidayah yang selama ini diterimanya. Dalam kesempatan ini, seseorang membaca perubahan yang akan terjadi di tahun mendatang. Petunjuk akan apa yang terjadi pada masa depan sangat penting bagi orang Jawa, terutama untuk menyikapi Naga Taun dan mengantisipasi bencana dan menyiapkan berkah yang mungkin bisa diberikan kepadanya. Menurut Gusti Pangeran Haryo Puger (Adik kandung raja Keraton Surakarta Hadiningrat) pada jaman dahulu malam satu suro di Keraton Surakarta Hadiningrat dilakukan untuk memperingati upacara tasyakuran atas 9

4 keberhasilan Sultan Agung dalam mengambil alih kerajaan Majapahit dari penjajah. Pada tahun 1743 raja pertama Keraton Kartosuro melakukan pemberontakan atas penjajahan kaum Cina, kemudian pada tahun 1745 pindah ke desa Solo. Pada tahun tersebut sinuwun raja pertama merupakan raja terakhir dari kerajaan Keraton Kartosuro. Kemudian Sinuwun Pakubuhono ke II bertahta kembali, dan melakukan upacara Wilujengan Naggari Maesolawung untuk mamperingati keberhasilan Sinuwun Pakubuhono pertama. Pada saat Sinuwun Pakubuhono ke II melakukan upacara Wilujengan Naggari Maesolawung. Bupati Ponorogo memberi hadiah yaitu berupa Kebo Bule. Sinuwun Pakubuhono ke II menyembelih Kebo Bule dalam peringatan wilujengan. Pada masa bertahtanya Sinuwun Pakubuhono ke X acara Wilujengan Naggari Maesolawung dilakukan dengan cara mengitari balowarti dengan acara kirab pusaka Kyai Slamet yang di ikuti oleh Kebo Bule atau biasa disebut Kebo Kyai Slamet. Kirab malam Satu Suro adalah medan gaib yang dipercaya mampu mendatangkan berkah. Apa saja yang diperoleh dari Keraton, baik berupa percikan air dari jamasan pusaka, kotoran kerbau bule yang menjadi cucuk lampah, atau apa saja lambang-lambang yang diterima setiap orang yang datang ngalap berkah malam acara kirab berlangsung. Menurut Kanjeng Winarno (Humas Keraton Surakarta Hadiningrat) Semenjak itulah Kebo Bule dinamakan Kebo Kyai Slamet. Pada bertahtanya Sinuwun Pakubuhono XI acara kirab pusaka tersebut vacum, karena pada masa itu terjadi penjajahan Jepang. Kemudian pada pemerintahan Sinuwun Pakubuhono XII acara kirab pusaka di adakan kembali sampai saat ini. Ritual tahunan malam Satu Suro pernah mengalami kemunduran. Kebudayaan lokal tampaknya pelan pelan mengalami ancaman yang mengarah pada kepunahan. Para generasi muda tidak lagi memahami kebudayaannya sehingga dapat mengarah pada lunturnya identitas dan kehilangan karakter. Pemahaman dan minat terhadap aksara, seni, adat istiadat, mengalami kemunduran. Hampir tidak ada lagi generasi muda yang mengetahui dan memahami aksara, seni, dan adat istiadat warisan leluhurnya padahal hal itu mengandung nilai budaya berupa kearifan lokal. 10

5 Menurut Gusti Pangeran Haryo Puger (Adik kandung raja Keraton Surakarta Hadiningrat) setiap malam satu muharam atau terkenal malam Satu Suro, maka Keraton Solo akan menggelar ritual Jamas dan Kirab Pusaka Keraton, ikut serta juga dalam acara kirab tersebut beberapa ekor Kebo Bule yang biasa di juluki dengan nama Kebo Kyai Slamet. Acara kirab pusaka ini berangkat dari Keraton Solo tepat pada jam 12 malam dan mengelilingi beberapa jalan protokol di kota Solo dengan di iringi oleh punggawa istana dan para pasukan istana. Upacara ini di gelar untuk menghormati dan sekaligus memperingati bulan Suro (Muharam). Kegiatan Kirab ini hingga sekarang selalu menjadi salah satu momentum yang paling meriah di kota Solo, bahkan dari luar kota dan para turis asing sangat antusias mengikuti acara tradisional tersebut. Apabila upacara kirab yang diikutkan di dalamnya Kebo Kyai Slamet tersebut benar benar sangat di tunggu oleh masyarakat. Acara yang sudah menjadi kegiatan rutin Keraton Surakarta Hadiningrat, selainkan menampilkan mitos dan legenda kebo Kyai Slamet, juga bermacam-macam keris dan Tosan Aji Istan lainnya yang di arak keliling dengan sebuah prosesi upacara spiritual dan kental sekali dengan budaya Jawa ( html?t=98782 diakses pada 13 Desember 2015 pukul 21.48WIB). Penulis data data dari beberapa narasumber bahwa Kebo Bule itu dulunya memang dibiarkan hidup secara bebas, bergerak dari alun-alun Kidul sampai ke berbagai penjuru dan pelosok kota. Menurut Gusti Puger, masyarakat pernah ada yang melihatnya sampai di Ponorogo Jawa Timur yang jaraknya lebih dari 100 km dari Keraton, di Wonogiri dan kota-kota lain. Akan tetapi Kebo Bule sangatlah unik, karena pada saat Keraton Surakarta Hadiningrat memiliki acara yang berkaitan dengan Kebo Bule pasti hewan itu balik dengan sendirinya dan berada di halaman kraton. Penulis sendiri sangat tertarik dengan cerita unik mengenai Kebo Bule tersebut, karena rasa penasaran selalu muncul di masyarakat. Untuk mendapatkan data yang valid mengenai Kebo Bule tersebut maka penulis berusaha mencari data dan mengobservasi langsung Kebo Bule yang dimiliki Keraton Surakarta Hadiningrat. 11

6 Dokumenter Film dapat dibedakan menjadi dua yaitu film fiksi dan film non-fiksi. Film fiksi merupakan film yang dibuat berdasarkan imajinasi manusia, dengan kata lain film ini tidak didasarkan pada kejadian nyata. Sedangkan film non-fiksi adalah film yang dibuat berdasarkan pada kejadian nyata atau benar-benar terjadi kemudian dimasukkan unsur-unsur sinematografi dengan penambahan efek-efek tertentu seperti efek suara, ilustrasi musik, cahaya, angle kamera, skenario atau naskah yang memikat sebagai daya tarik film non-fiksi tersebut. Awalnya hanya ada dua tipe film non-fiksi, yaitu film aktual dan film dokumentasi (bukan dokumenter). Film faktual masih dapat kita lihat saat menyimak siaran berita televisi. Sedangkan film dokumentasi adalah tayangan video atau rekaman upacara-upacara lain. Dokumenter adalah perkembangan dari konsep film non-fiksi. Selain mengandung fakta, dokumenter juga mengandung subyektifitas pembuatnya. Artinya, apa yang kita rekam berdasarkan fakta yang ada, namun dalam penyajiannya kita juga memasukkan pemikiran-pemikiran, ide-ide kita dan sudut pandang idealisme kita (Fajar, 2007:33). Ciri-ciri dokumenter adalah sebagai berikut : 1. Adanya data-data berupa tanggal. 2. Berbentuk peristiwa. 3. Adanya tokoh-tokoh dan semua unsur yang terkandung didalamnnya. 4. Bersifat faktual dan benar-benar ada. 5. Berbentuk non-fiksi. Video dokumenter merupakan satu produk audio visual yang menceritakan suatu fenomena keseharian. Fenomena tersebut cukup pantas diangkat menjadi perenungan bagi penonton. Materi documenter dapat berupa cerita tentang keprihatinan sosial, pengalaman dan pergaulan hidup yang memberikan inspirasi dan pergulatan hidup bagi penonton,atau kilas balik dan kupasan tentang peristiwa yang pernah terjadi dana ada kaitannya dengan masa sekarang(brata,2007:2) 12

7 Video dokumenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi pendidikan dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. Intinya, video dokumenter tetap berpijak pada hal-hal senyata mungkin(javandalasta.2011:2) Kunci utama dalam video dokumenter merupakan penyajian fakta. Video dokumenter berhubungan dengan tokoh,peristiwa dan lokasi yang nyata.video dokumenter merupakan peristiwa merekam peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi tidak menciptakan suatu kejadian. Dalam membuat video dokumenter terdapat criteria dimana video tersebut bagus atau tidak. Berikut ini kriteria video documenter yang bisa dikatakan bagus: 1.Merupakan para pelaku yang sesungguhnya 2.Tidak memiliki tokoh protagonist dan antagonis 3.Struktur film sederhana 4.Film berisi kenyataan atau fakta bukan rekaya a) Bentuk Video Dokumenter 1.Dokumenter berdasarkan stock shoot Program documenter yang berdasarkan stock shoot ini tinggal menyusun daftar shoot yang diperlukan dan mencarinya di perpustakaan. Kekurangan shoot tertentu dengan mudah diupayakan dengan pengambilan baru (Sutisno,1993:27) 2.Dokumenter yang didramatisir Format ini lebih sesuai menggunakan model screenplay teatrikal kerena aspek visual dan aureal dapat diketahui sebelumnya dan dapat direncanakan seperti halnya sebuah drama yang disutradarai. 3.Dokumenter Model Instruksional Jenis format ini termasuk documenter yang sebenarnya shooting-nya tidak dapat direncanakan cepat sebelumnya. Video dokumenter jenis ini banyak dirancang khusus untuk mengajari penonton bagaimana melakuakan berbagai macam hal yang mereka ingin lakukan. 13

8 b) Unsur-unsur Video dokumenter Di dalam Video dokumenter terdapat dua unsur utama yaitu: 1.Gambar(Visual) Gambar yang diambil berdasarkan peristiwa tertentu. Orang-orang yang direkam dalam video tersebut, benar-benar ada dan pernah ada, bukan sebagai pameran yang menggantikan seseorang dalam video tersebut. 2.Kata-kata (Verbal) Kata-kata dalam video documenter berasal dari penuturan langsung dari subyek yang menjadi tokoh dalam video documenter tersebut. Katakata yang dilontarkan biasanya berupa kesaksian atas sejarah maupun peristiwa tertentu. Namun katakata tersebut juga berasal narrator atau narasumber untuk menggambarkan peristiwa maupun memberikan keterangan tertentu pada tempat-tempat yang direkam dalam gambar( KAMERAMEN Menurut Gunawan dalam bukunya yang berjudul Proses Produksi Acara Televisi,salah satu yang menjadi tolok ukur keberhasilan sebuah tayangan program audio visual baik film maupun televisi adalah ketika program tersebut dikemas secara menarik dan enak ditonton. Kolaborasi dari aspek teknis sinematografi dan isi pesan yang disampaikan dalam sebuah tayangan merupakan faktor penentu sebuah tayangan dikatakan menarik atau tidak. Kamera film atau video yang kita kenal sekarang ini, didominasi oleh kamera dengan lensa tunggal atau single lens camera. Pada era 1970, kamera film dilengkapi dengan minimal tiga lensa. Masing-masing lensa memiliki ukuran sendiri yaitu lensa lebar (wide), lensa normal dan lensa sudut sempit (tele) untuk pengambilan gambar berukuran kecil atau detail pada obyek (Semedhi, 2011:34). 14

9 Dalam produksi film juru kamera sangatlah penting dalam hal pengambilan gambar. Dalam pembuatan film kamera merupakan alat yang sangat vital untuk digunakan. Karena tanpa adanya kamera tidaklah mungkin seorang juru kamera menghasilkan sebuah gambar visual. Dalam pembuatan sebuah karya film kamera dipayungi dalam sebuah wadah yang kemudian menangani para kameraman yang disebut Departemen Kamera. Departemen Kamera atau tim kerja dalam produksi film terbagi dalam departemendepartemen(effendi,2008:58) seperti berikut ini : 1. Departemen produksi yang dikepalai oleh produser. 2. Departemen penyutradaraan yang dikepalai oleh sutradara. 3. Departemen kamera yang dikepalai oleh penata fotografi. 4. Departemen artistik yang dikepalai oleh desaigner produksi atau penata artistik. 5. Departemen suara yang dikepalai oleh penata suara. 6. Departemen editor yang dikepalai oleh penata gambar. Setiap departemen memiliki tugas masing-masing dalam setiap produksi film. Dengan demikian Departemen kamera memiliki peran yang sangat besar dalam sebuah produksi film. Pengertian Departemen kamera sendiri adalah departemen yang bertanggung jawab penuh dalam pengambilan gambar dan memuat semua peralatan kamera yang dibutuhkan untuk sebuah motion pictures (Effendi, 2008:130). Departemen kamera dikepalai oleh penata fotografi atau biasa disebut dengan D.O.P (Director of Photography). Seorang D.O.P (Director of Photography) adalah seorang seniman yang melukis dengan cahaya. Biasanya D.O.P (Director of Photography) harus peka terhadap komposisi dan semua aspek teknik dalam pengambilan gambar ( /category /sinematografi diakses pada 22 Desember 2015 pukul 20.54WIB). Pada tayangan sebuah film bisa dilihat gambar bergerak dalam berbagai variasi. Kamera gambar bergerak atau movie yang kita ketahui diantaranya adalah kamera film dan kamera digital video. 15

10 1. Kamera film digolongkan berdasarkan ukuran film yang dijadikan media rekam, antara lain adalah : a. Kamera film 8 mm. b. Kamera film 16 mm (untuk tayangan televisi). c. Kamera film 35 mm (untuk layar lebar). d. Kamera film 70 mm (untuk film layar lebar cinemascope). e. Kamera film IMAX. 2. Kamera video digolongkan berdasarkan kepada merk, dengan format masing-masing, yaitu : a. Kamera video Betamax (Sony). b. Kamera video VHS dan SVHS (Panasonic). c. Kamera video betacam (Sony dan Ikegami). d. Handcam DV. e. Handycam mini DV. f. Kamera video DV dan mini DV. g. Kamera video DVD dan memory. Kamera studio adalah kamera yang digunakan untuk pengambilan gambar didalam studio yang ditandai dengan LCD atau layar monitor diatas badan kamera sebagai panduan juru kamera ketika mengambil gambar (Semedhi, 2008:40). Dalam pengambilan sebuah gambar video kameraman harus mengetahui komposisi gambar. Komposisi gambar adalah cara untuk meletakkan objek gambar di dalam layar sehingga gambar tampak menarik, menonjol, dan bisa mendukung alur cerita (Semedhi, 2008:41). Juru kamera harus mengetahui 3 komposisi gambar dasar antara lain : 1. Intersection of Thirds (Rule of Thirds). Kita sebagai manusia dianugerahi kemampuan pandang yang cukup baik, yang dihasilkan oleh kedua mata kita yang diletakkan secara sejajar yang berfungsi sebagai lensa penangkap gambar. 16

11 2. Golden Mean Area. Cara membuat komposisi yang baik, khususnya untuk pengambilan gambar besar atau close up. Gambar close up yang dimaksud adalah gambar yang ditonjolkan ekspresi atau detail muka seseorang atau bendabenda berukuran kecil. 3. Diagonal Depth Salah satu panduan untuk pengambilan gambar long shoot atau gambar yang melebar dan lebih luas. Juru kamera hendaknya mempertimbangkan gambar long shoot dan unsur-unsur diagonal sebagai komponen gambarnya. Biasanya juru kamera menerapkan tiga komposisi diatas sebagai pengambilan gambar video sesuai standart. Dari ketiga komposisi tadi kemudian berkembang lagi menjadi beberapa komposisi yang biasa dipakai sampai saat ini (Semedhi, 2008:44-47). D.O.P (Director of Photography) bertanggung jawab menyiapkan detail-detail pra-produksi, mengkoordinasikan kegiatan staf juru kamera dalam pengambilan gambar video, mengatur blocking kamera dan pada set acara, memilih shoot yang tepat ketika acara berlangsung (dalam produksi multicamera), dan mengawasi proses pasca produksi. Biasanya juru kamera pada film dokumenter harus memahami proses pelaksanaan produksi yang terbagi dalam 3 tahapan yaitu Pra Produksi, Produksi dan Paska Produksi. 1 Pra Produksi a. Riset atau observasi di lapangan Meliputi melihat suasana dan kondisi lokasi, penentuan sudut pengambilan gambar, dan memikirkan angle yang akan dipakai dalam pembuatan sebuah film dokumenter. b. Pemilihan kerabat kerja Pemilihan ini sesuai dengan bidang masing-masing dan tanggung jawab masing-masing crew. 17

12 c. Pemilihan lokasi Mencari lokasi syuting yang sesuai dengan adegan didalam cerita atau naskah yang sudah ada dan sudah di observasi. d. Perencanaan produksi Sebelum melaksanakan syuting, D.O.P (Director of Photography) harus mempersiapkan daftar angle pada obyek yang terlebih dahulu diambil gambarnya. e. Memeriksa peralatan Memeriksa peralatan adalah penting. Dengan demikian kita akan mengetahui peralatan mana yang rusak namun bisa digunakan, peralatan mana yang siap pakai atau peralatan apa saja yang perlu ditambah dalam pengambilan gambar saat syuting. f. Meninjau ulang lokasi shooting Memeriksa ulang keadaan tempat syuting sebaiknya dilakukan satu hari sebelum proses syuting berlangsung, agar dapat menyiapkan peralatan seperlunya untuk syuting di tempat itu dan mengatur penyimpanan alat. 2 Produksi Dalam proses produksi, seluruh kru mempersiapkan dan melakukan pengecekan alat yang digunakan dalam proses produksi. Seperti kamera yang digunakan penggunakan lighting dan audio. Setelah itu melakukan pengambilan gambar sesuai dengan shooting list. Secara standar terdapat 3 tipe shot yaitu Long Shoot (LS),Medium Shoot (MS) dan Close Up (CU). a) LONG SHOOT (LS) : Shot jarak jauh untuk memperlihatkan hubungan subjek dengan latar belakangnya, umumnya dipakai untuk memberikan orientasi atau establishing shoot. Bisa juga sebagai shoot untuk menimbulkan suasana yang memperlihatkan arah, tujuan dan maksud dari suatu gerakan. 18

13 Yang masuk dalam kelompok LS antara lain Extreme Long Shoot (XLS/ELS), Long Shoot (LS), Medium Long Shoot/Full Shoot (MLS/FS). 1) Extreme Long Shoot Gambar suasana tidak mempunyai batasan ukuran, sedangkan objek hampir tidak terlihat. Untuk pengambilan subjek yang sangat jauh, subjek itu sendiri sudah hampir tidak kelihatan, karena lebih mengutamakan latar belakang untuk memberikan informasi tempatnya. Shoot ini menggunakan lensa bersudut lebar dan biasanya diambil dari suatu ketinggian. 2) Long Shoot Gambar suasana dimana batasan objek sepertiga dari gambar, latar belakang lebih dominan. Shoot ini untuk memperlihatkan hubungan subjek dengan latar belakangnya, umumnya dipakai untuk memberikan orientasi atau establishing shoot. 3) Full Shoot Gambar objek dimana batasan objek mulai ujung kepala sampai ujung kaki, sementara latar belakang masih menjadi bagian dari frame. b) MEDIUM SHOOT (MS) : Objek orang yang diambil dengan MS akan tampak dari kepala sampai kira-kira ke pinggang. Shot ini menjembatani antara LS dengan CU. Yang masuk dalam kelompok MS antara lain Medium Shoot (MS), Knee Shoot (KS). 1) Medium Shoot Gambar objek dimana batasan objek mulai ujung kepala sampai pinggang. 2) Knee Shoot Gambar objek dimana batasan objek mulai ujung kepala sampai lutut, latar belakang masih dalam bagian frame. 19

14 c) CLOSE UP (CU) : Jarak kamera yang mengambil bagian suatu objek, sub-objek. Atau bisa diartikan Shoot penekanan untuk mengundang perhatian terhadap suatu aspek dari subjek. Dalam kaitannya subjek adalah manusia, maka shot pada bagian wajah saja, tangan saja, dada saja, atau kaki saja. Shot ini mudah menimbulkan reaksi, dan tanggapan. Yang termasuk dalam kelompok CU antara lain Medium Close Up (MCU), Close Up (CU), Big Close Up (BCU), Very Close Up (VCU), Extreme Close Up (XCU/ECU). 1) Medium Close Up Gambar objek dimana batasan objek mulai ujung kepala sampai dengan dada. 2) Close Up Gambar objek dimana batasan objek mulai ujung kepala sampai pundak. 3) Big Close Up Gambar objek dimana batasan objek mulai ujung kepala sampai dengan dagu. 4) Very Close Up Gambar objek dimana batasan objek mulai dahi/antara pelipis dengan rambut sampai dagu. 5) Extreme Close Up Gambar detail sebagian anggota tubuh objek, juga bisa untuk memperlihatkan benda kecil dari dekat atau memperlihatkan bagian yang diperbesar dari sebuah benda atau bagian manusia, misalnya tangan, hidung, mata, telinga. Bahasa pergerakan kamera terbagi dalam dua kategori : Kamera Diam (Still) dan Kamera Bergerak (Move). KAMERA DIAM/STILL : bagian mounting diam, yang bergerak hanya lensa dan camera head. 20

15 1.ZOOM : pergerakan elemen-elemen lensa sehingga mempengaruhi adanya perubahan sudut pandang (view of angle) dan ukuran gambar (picture size). i. ZOOM IN (ZI) : teknik pengambilan gambar dengan pergerakan lensa dari wide angle lens/gambar yang luas menuju narrow angle lens/gambar yang lebih sempit ke satu objek. Gambar objek menjadi besar dan seakan-akan datang mendekat ke penonton dengan latarbelakang sedikit kabur/soft focus/out focus/blur. Tujuan : memperlihatkan dalam suasana ini terdapat objek yang dinilai penting. ii. ZOOM OUT (ZO) : teknik pengambilan gambar dengan pergerakan lensa dari narrow angle lens/gambar sempit menuju wide angle lens/gambar yang lebih luas dengan objek yang sama. Gambar objek menjadi kecil seakan menjauhi penonton dengan latar belakang menjadi jelas/in focus. Tujuan : memperlihatkan objek utama berada didalam suasana tersebut. b) BERGERAK/MOVE : semua bagian kamera, lensa camera headmounting ikut bergerak. 1.TRACKING : pengambilan gambar dengan pergerakan seluruh badan kamera pada bidang horisontal mendekati/menjauhi objek tanpa pergerakan lensa, sehingga mempengaruhi adanya perubahan sudut pandang (view of angle) dan ukuran gambar (picture size). i.track IN : kamera bergerak perlahan menuju atau mendekati objek. Makna psikologis gambar : adanya rasa ketegangan pada objek yang akan dituju, meningkatkan pusat perhatian dan rasa ingin tahu, memberi kesan penonton seolah-olah bergerak ke arah objek utama, background menjadi out focus/blur. ii.track OUT : kamera bergerak perlahan menjauhi objek. Makna psikologis gambar : mengurangi titik perhatian dan mengurangi 21

16 ketegangan/rasa ingin tahu, ada kelegaan pada objek utama, memberi kesan penonton seolah-olah bergerak menjauhi objek utama, background menjadi in focus. 2.PANORAMA (PAN) : pergerakan kamera pada bidang horisontal atau kamera menoleh (dari kiri ke kanan atau sebaliknya) sesuai kecepatan yang diinginkan, kamera tetap pada porosnya. Tujuan : untuk mengikuti arah gerakan objek ke kiri (Pan Left) atau ke kanan (Pan Right), menunjukkan panorama atau pemandangan di sekitar lokasi (sebelah kiri/kanan), menghubungkan satu unsur gambar yang terkait dengan unsur gambar lainnya. i.pan LEFT : kamera bergerak menoleh ke kiri dari objek utama. ii.pan RIGHT : kamera bergerak ke kanan objek utama. 3.TILT : pergerakan kamera pada bidang vertikal (dari atas ke bawah atau sebaliknya) atau kamera menunduk-mendongak, kamera tetap pada porosnya. i. TILT UP : kamera bergerak mendongak. Tujuan untuk menunjukkan ketinggian atau bagian tertinggi dari suatu unsur gambar, adanya rasa keingintahuan apa yang ada kemudian, menghubungkan unsur gambar yang satu dengan yang lain dari bawah ke atas, memvisualisasikan panorama di atas objek utama. ii. TILT DOWN : kamera bergerak menunduk. Tujuan : untuk menunjukkan bagian terendah dari suatu objek atau menunjukkan keberadaan objek dibawah, menghubungkan unsur gambar terkait dari atas ke bawah, menunjukkan panorama di bawah objek utama. 3.Paska Produksi Setelah melakukan produksi memasuki tahap paska produksi yang terdiri dari back up file proses syuting,editing on line,editing off line, proses dubbing, mixing audio video. Berikut tahapan proses editing : 22

17 a) Capture Proses Capture berguna untuk memindahkan hasil rekaman yang disimpan dalam kaset MiniDV dari kamera ke dalam komputer untuk dijadikan sebuah file dengan format video. b)rough Cut File-file hasil capture dan clip hasil impor masih merupakan potongan-potongan kasar yang masih harus dilakukan pemilihan atau penyortiran final untuk membuat suatu cerita. 23

18 Sutradara)Salah satu yang menjadi tolak ukur keberhasilan sebuah tayangan program audio visual baik film maupun televisi adalah ketika program tersebut dikemas secara menarik dan enak ditonton. Kolaborasi dari aspek teknis, sinematografi dan isi pensan yang disampaikan dalam sebuah tayangan merupakan faktor penentu sebuah tayangan dikatakan menarik atau tidak. Menurut kamus film, seorang yang memegang tanggung jawab tertinggi terhadap aspek kreatif baik yang bersifat penafsiran maupun teknik pada pembuatan film. Disamping mengatur permainan dalam akting dan dialog, dia juga menetapkan posisi kamera, suara, prinsip penataan cahaya serta segala bumbu yang mempunyai efek dalam penciptaan film secara utuh. Pengetahuan dasar yang disyaratkan untuk menguasai pengetahuan pengarah acara atau sutradara adalah seorang pengarah acara (sutradara) harus memahami tipe suatu program, menguasai manajemen produksi, mendalami sinematografi, mampu menggunakan peralatan produksi dan dapat menterjemahkan gagasan kedalam eksekusi sebuah program acara. Sutradara merupakan jantungnya sebuah acara karena sangat bertanggung jawab terhadap hasil akhir acara itu,baik secara audio (suara) maupun visual (gambar) Sutradara juga disebut sebagai pencipta karena ia menciptakan sebuah ide dalam bentuk tulisan menjadi bentuk gambar atau visual (Dennis, 2008: 2). Tuntutan dari seorang sutradara adalah harus kreatif. Maksudnya kreatif, bisa melahirkan ide-ide cemerlang. Sebagai seorang pemimpin, sutradara dituntut untuk mengetahui dan memahami bidang lain yang digeluti para crew 24

19 dalam tim produksinya. Sutradara harus mengerti hal-hal yang berkaitan dengan cerita, kamera, lighting, suara dan segala yang berhubungan dengan proses produksi. Sutradara juga harus bisa berkomunikasi secara baik dengan para crew yang ada dalam tim produksi. Tugas sutradara adalah menciptakan sebuah karya yang menarik dari ide yang dicetuskan atau yang diberikan penulis naskah. Menurut Dennis dalam bukunya yang berjudul sutradara, terdapat 6 jenis sutradara yaitu sutradara film,sutradara televisi,sutradara dokumenter,sutradara iklan,sutradara video klip,sutradara profil perusahaan. Menurut Naratama, menjadi seorang sutradara harus memiliki modal sebagai berikut : 1. Leadership ( jiwa kepemimpinan) Sesuai dengan tugas dan wewenangnya sebagai orang yang paling bertanggung jawab pada sebuah karya produksi film atau televisi atau dokumenter, seorang sutradara harus mempunyai jiwa kepemimpinan yang kuat dan mampu mengkoordinasikan proses kerja dari seluruh tim atau crew produksi. Jiwa kepemimpinan ini harus disertai dengan kemampuan berkomunikasi dan sosialisasi dengan orang-orang yang berlatar belakang berbeda-beda dalam setiap produksi. 2. Imajinasi Kreatif Untuk mencapai titik tertinggi dalam penciptaan sebuah karya, sutradara harus memiliki kemampuan berimajinasi dengan kreatif, instan dan inovatif. Daya imajinasi kreatif ini didapat dari kepekaan atas rasa seni artistik dalam melihat warna, bentuk, karakter, komposisi hingga bahasa fiksi yang muncul dilingkungan sekitarnya. 3. Penggila Dunia Fiksi Dunia penyutradaraan erat kaitannya dengan dunia penciptaan, dimana karya-karya yang diproduksi adalah karya-karya yang diciptakan. 4. Berjiwa Petualang Karena tantangan dalam setiap pembuatan produksi film selalu berbeda setiap waktu, maka sutradara harus memiliki jiwa petualang. 5. Wawasan dan Pengetahuan 25

20 Sutradara harus punya wawasan dan pengetahuan luas seperti tentang sejarah dokumenter, sejarah televisi, sistem penyiaran dan komunikasi massa. 6. Berani menghadapi tantangan Deadline Pengarah Acara bertanggung jawab menyiapkan detail-detail praproduksi, mengokordinasikan kegiatan staf produksi dan on-camera talent (pengisi acara yang tampil didepan kamera), mengatur blocking kamera dan pemain atau talent pada set acara, memilih shot yang tepat ketika acara berlangsung (dalam produksi multi-camera), dan mengawasi proses pasca produksi. Disamping itu seorang Pengarah Acara bertugas membentuk kru/kerabat kerja dan pengisi acara menjadi sebuah tim dan mengarahkan hasil kerja setiap orang yang terlibat. Seorang sutradara dokumenter harus memahami proses pelaksanaan produksi yang terbagi dalam 3 tahapan yaitu Pra Produksi, Produksi dan Pasca Produksi. 3 Pra Produksi g. Riset atau observasi di lapangan Meliputi pencarian data data, metode pengumpulan data, studi pustaka, danijin produksi. h. Persiapan naskah atau skenario Dalam proses ini dibuat suatu alur cerita yang diinginkan oleh sutradara sebagai penyusun naskah untuk kemudian dibuat filmnya. i. Pemilihan kerabat kerja Pemilihan ini sesuai dengan bidang masing-masing dan tanggung jawab masing-masing crew. j. Pemilihan narasumber Mencari narasumber yang dapat memahami materi dan detail jawabanya ketika memberikan penjelasan. k. Pemilihan lokasi 26

21 Mencari lokasi syuting yang sesuai dengan adegan didalam cerita atau naskah yang sudah ada dan sudah di observasi. l. Perencanaan produksi Sebelum melaksanakan syuting, kita harus mempersiapkan daftar jadwal obyek yang terlebih dahulu diambil gambarnya. m. Memeriksa peralatan Memeriksa peralatan adalah penting. Dengan demikian kita akan mengetahui peralatan mana yang rusak namun bisa digunakan, peralatan mana yang siap pakai atau peralatan apa saja yang perlu ditambah. n. Meninjau ulang lokasi shoting Memeriksa ulang keadaan tempat syuting sebaiknya dilakukan satu hari sebelum proses syuting berlangsung, agar dapat menyiapkan peralatan seperlunya untuk syuting di tempat itu dan mengatur penyimpanan alat serta mencari pos untuk kru beristirahat. o. Perhitungan anggaran Perhitungan anggaran perlu dilakukan untuk mengetahui jumlah dana yang diperlukan syuting dari awal hingga akhir. Mulai dari pengeluaran untuk konsumsi, biaya akomodasi dan keperluan lainya. 4 Produksi Dalam proses produksi, seluruh kru mempersiapkan dan melakukan pengecekan alat yang digunakan dalam proses produksi. Seperti kamera yang digunakan, penggunakan lighting, dan audio. Setelah itu melakukan pengambilan gambar sesuai dengan shoting list. Secara standart terdapat 3 tipe shot yaitu Long Shot (LS), Medium Shot (MS) dan Close Up (CU). 1) Long Shot (LS) : Shot jarak jauh untuk memperlihatkan hubungan subjek dengan latar belakangnya, umumnya dipakai untuk 27

22 memberikan orientasi atau establishing shot. Bisa juga sebagai shot untuk menimbulkan suasana yang memperlihatkan arah, tujuan dan maksud dari suatu gerakan. Yang masuk dalam kelompok LS antara lain Extreme Long Shot (XLS/ELS), Long Shot (LS), Medium Long Shot atau Full Shot (MLS/FS). 4) Extreme Long Shot Gambar suasana tidak mempunyai batasan ukuran, sedangkan objek hampir tidak terlihat. Untuk pengambilan subjek yang sangat jauh, subjek itu sendiri sudah hampir tidak kelihatan, karena lebih mengutamakan latar belakang untuk memberikan informasi tempatnya. Shot ini menggunakan lensa bersudut lebar dan biasanya diambil dari suatu ketinggian. 5) Long Shot Gambar suasana dimana batasan objek sepertiga dari gambar, latar belakang lebih dominan. Shot ini untuk memperlihatkan hubungan subjek dengan latar belakangnya, umumnya dipakai untuk memberikan orientasi atau establishing shot. 6) Full Shot Gambar objek dimana batasan objek mulai ujung kepala sampai ujung kaki, sementara latar belakang masih menjadi bagian dari frame. 2) Medium Shot (MS) : Objek orang yang diambil dengan MS akan tampak dari kepala sampai kira-kira ke pinggang. Shot ini menjembatani antara LS dengan CU. Yang masuk dalam kelompok MS antara lain Medium Shot (MS), Knee Shot (KS). a. Medium Shot Gambar objek dimana batasan objek mulai ujung kepala sampai pinggang. 28

23 b. Knee Shot Gambar objek dimana batasan objek mulai ujung kepala sampai lutut, latar belakang masih dalam bagian frame. 3) Close Up (CU) : Jarak kamera yang mengambil bagian suatu objek, sub-objek. Atau bisa diartikan Shot penekanan untuk mengundang perhatian terhadap suatu aspek dari subjek. Dalam kaitannya subjek adalah manusia, maka shot pada bagian wajah saja, tangan saja, dada saja, atau kaki saja. Shot ini mudah menimbulkan reaksi, dan tanggapan. Yang termasuk dalam kelompok CU antara lain Medium Close Up (MCU), Close Up (CU), Big Close Up (BCU), Very Close Up (VCU), Extreme Close Up (XCU/ECU). 1) Medium Close Up Gambar objek dimana batasan objek mulai ujung kepala sampai dengan dada. 2) Close Up Gambar objek dimana batasan objek mulai ujung kepala sampai pundak. 3) Big Close Up Gambar objek dimana batasan objek mulai ujung kepala sampai dengan dagu. 4) Very Close Up Gambar objek dimana batasan objek mulai dahi atau antara pelipis dengan rambut sampai dagu. 5) Extreme Close Up Gambar detail sebagian anggota tubuh objek, juga bisa untuk memperlihatkan benda kecil dari dekat atau memperlihatkan bagian yang diperbesar dari sebuah benda atau bagian manusia, misalnya tangan, hidung, mata, telinga. Bahasa pergerakan kamera terbagi dalam dua kategori : Kamera Diam (Still) dan Kamera Bergerak (Move). 29

24 1. Kamera diam atau STILL : bagian mounting diam, yang bergerak hanya lensa dan camera head. 1) Zoom pergerakan elemen-elemen lensa sehingga mempengaruhi adanya perubahan sudut pandang (view of angle) dan ukuran gambar (picture size). i. Zoom in (ZI) : teknik pengambilan gambar dengan pergerakan lensa dari wide angle lens/gambar yang luas menuju narrow angle lens/gambar yang lebih sempit ke satu objek. Gambar objek menjadi besar dan seakan-akan datang mendekat ke penonton dengan latarbelakang sedikit kabur atau soft focus atau out focus atau blur. Tujuan : memperlihatkan dalam suasana ini terdapat objek yang dinilai penting. ii. Zoom out (ZO) : teknik pengambilan gambar dengan pergerakan lensa dari narrow angle lens atau gambar sempit menuju wide angle lens atau gambar yang lebih luas dengan objek yang sama. Gambar objek menjadi kecil seakan menjauhi penonton dengan latar belakang menjadi jelas atau in focus. Tujuan : memperlihatkan objek utama berada didalam suasana tersebut. 2. Kamera bergerak atau MOVE : semua bagian kamera, lensa camera head-mounting ikut bergerak. a. Tracking : pengambilan gambar dengan pergerakan seluruh badan kamera pada bidang horisontal mendekati atau menjauhi objek tanpa pergerakan lensa, sehingga mempengaruhi adanya perubahan sudut pandang (view of angle) dan ukuran gambar (picture size). i. Track in : kamera bergerak perlahan menuju atau mendekati objek. Makna psikologis gambar : adanya 30

25 rasa ketegangan pada objek yang akan dituju, meningkatkan pusat perhatian dan rasa ingin tahu, memberi kesan penonton seolah-olah bergerak ke arah objek utama, background menjadi out focus/blur. ii. Track out : kamera bergerak perlahan menjauhi objek. Makna psikologis gambar : mengurangi titik perhatian dan mengurangi ketegangan/rasa ingin tahu, ada kelegaan pada objek utama, memberi kesan penonton seolah-olah bergerak menjauhi objek utama, background menjadi in focus. b. Panorama (PAN) : pergerakan kamera pada bidang horisontal atau kamera menoleh (dari kiri ke kanan atau sebaliknya) sesuai kecepatan yang diinginkan, kamera tetap pada porosnya. Tujuan : untuk mengikuti arah gerakan objek ke kiri (Pan Left) atau ke kanan (Pan Right), menunjukkan panorama atau pemandangan di sekitar lokasi (sebelah kiri/kanan), menghubungkan satu unsur gambar yang terkait dengan unsur gambar lainnya. i. Pan left : kamera bergerak menoleh ke kiri dari objek utama. ii. Pan right : kamera bergerak ke kanan objek utama. c. Tilt : pergerakan kamera pada bidang vertikal (dari atas ke bawah atau sebaliknya) atau kamera menunduk-mendongak, kamera tetap pada porosnya. i. Tilt up : kamera bergerak mendongak. Tujuan: untuk menunjukkan ketinggian atau bagian tertinggi dari suatu unsur gambar, adanya rasa keingintahuan apa yang ada kemudian, menghubungkan unsur 31

26 gambar yang satu dengan yang lain dari bawah ke atas, memvisualisasikan panorama di atas objek utama. ii. Tilt down : kamera bergerak menunduk. Tujuan : untuk menunjukkan bagian terendah dari suatu objek atau menunjukkan keberadaan objek dibawah, menghubungkan unsur gambar terkait dari atas ke bawah, menunjukkan panorama di bawah objek utama. 5 Pasca Produksi Setelah melakukan produksi memasuki tahap paska produksi yang terdiri dari back up file proses syuting, editing on line, editing off line, proses dubbing, mixing audio video. Berikut tahapan proses editing : b) Capture Proses Capture berguna untuk memindahkan hasil rekaman yang disimpan dalam kaset MiniDV dari kamera ke dalam komputer untuk dijadikan sebuah file dengan format video. c) Rough Cut File-file hasil capture dan clip hasil impor masih merupakan potongan-potongan kasar yang masih harus dilakukan pemilihan atau penyortiran final untuk membuat suatu cerita. 32

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Film 2.1.1 Pengertian Film Kehadiran film sebagai media komunikasi untuk menyampaikan informasi, pendidikan dan hiburan adalah salah satu media visual auditif yang mempunyai jangkauan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM III PERGERAKAN KAMERA

PRAKTIKUM III PERGERAKAN KAMERA PRAKTIKUM III PERGERAKAN KAMERA 3.1 Tujuan Praktikum Mahasiswa dapat menggunakan kamera dengan pergerakan yang variatif. 3.2 Pergerakan Kamera Pergerakan kamera yang variatif sangat dibutuhkan pada setiap

Lebih terperinci

BAB 5 EVALUASI. 5.1 Camera Person

BAB 5 EVALUASI. 5.1 Camera Person BAB 5 EVALUASI 5.1 Camera Person Sebuah program acara, seorang camera person sangat berperan penting dan bertanggung jawab atas semua aspek saat pengambilan gambar. Seperti pergerakan kamera, ukuran gambar,

Lebih terperinci

JENIS-JENIS KAMERA & TEKNIK KAMERA DALAM PENGAMBILAN GAMBAR

JENIS-JENIS KAMERA & TEKNIK KAMERA DALAM PENGAMBILAN GAMBAR JENIS-JENIS KAMERA & TEKNIK KAMERA DALAM PENGAMBILAN GAMBAR PRIAMBODOTOMMY.BLOGSPOT.COM Lisensi dokumen: Copyright @2012 by Priambodotommy.blogspot.com Seluruh dokumen yang ada di Priambodotommy.blogspot.com

Lebih terperinci

Macam Macam Angle Pengambilan Gambar

Macam Macam Angle Pengambilan Gambar Macam Macam Angle Pengambilan Gambar 1. Bird eye. Istilah ini dipakai ketika kita mengamnbil gambar dari sudut super tinggi dan jarak jauh. biasanya dipakai ketika ingin mendapatkan efek keramaian (keramaian

Lebih terperinci

Produksi AUDIO VISUAL

Produksi AUDIO VISUAL Modul ke: Produksi AUDIO VISUAL Storyboard Shooting board Dorector board Fakultas ILMU KOMUNIKASI Dudi Hartono, S. Komp, M. Ikom Program Studi MARCOMM & ADVERTISING www.mercubuana.ac.id Pendahuluan: Storyboard

Lebih terperinci

BASIC VIDEOGRAFI OLEH: R. WISNU WIJAYA DEWOJATI

BASIC VIDEOGRAFI OLEH: R. WISNU WIJAYA DEWOJATI BASIC VIDEOGRAFI OLEH: R. WISNU WIJAYA DEWOJATI BASIC PHOTOGRAFI Sebelum dikenalnya teknik Film, manusia lebih dulu mengenal teknik photografi, teknik ini lalu berkembang menjadi teknik film, pada dasarnya

Lebih terperinci

Storyboard For Animation

Storyboard For Animation Storyboard For Animation Anda tidak perlu menjadi seorang kartunis yang bagus untuk menggambar storyboard yang baik. Jika Anda tidak bisa menggambar, maka akan memakan waktu lebih lama, tetapi Anda dapat

Lebih terperinci

PAV SUDUT PENGAMBILAN GAMBAR (CAMERA ANGLE) Camera angle adalah sudut dimana kamera mengambil gambar suatu obyek, pemandangan atau adegan.

PAV SUDUT PENGAMBILAN GAMBAR (CAMERA ANGLE) Camera angle adalah sudut dimana kamera mengambil gambar suatu obyek, pemandangan atau adegan. SUDUT PENGAMBILAN GAMBAR (CAMERA ANGLE) PAV Camera angle adalah sudut dimana kamera mengambil gambar suatu obyek, pemandangan atau adegan. Dengan sudut tertentu kita bisa menghasilkan suatu shot yang menarik,

Lebih terperinci

Produksi Media PR AVI

Produksi Media PR AVI Produksi Media PR AVI Modul ke: Simulasi Teknik Dasar Penggunaan Kamera AVI Fakultas Fakultas Ilmu KOmunikasi Hendrata Yudha S.sos, M.ikom Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Tugas Buatlah

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi, seperti yang telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini penjelaskan proses

Lebih terperinci

Menerapkan Teknik Pengambilan Gambar Produksi Sudut pengambilan kamera yang sesuai pergerakan kamera

Menerapkan Teknik Pengambilan Gambar Produksi Sudut pengambilan kamera yang sesuai pergerakan kamera Menerapkan Teknik Pengambilan Gambar Produksi Sudut pengambilan kamera yang sesuai pergerakan kamera Pengambilan gambar terhadap suatu objek dapat dilakukan dengan lima cara : 1. Bird Eye View Teknik pengambilan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 2. PENGAMBILAN GAMBAR

PRAKTIKUM 2. PENGAMBILAN GAMBAR PRAKTIKUM 2. PENGAMBILAN GAMBAR Tujuan praktikum : Mahasiswa dapat melakukan pengambilan gambar dalam berbagai ukuran, angle kamera dan pergerakan kamera. 2.1. UKURAN GAMBAR Ukuran pengambilan gambar selalu

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. dan pasca produksi seperti penjelasan dari rancangan pra produksi pada bab

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. dan pasca produksi seperti penjelasan dari rancangan pra produksi pada bab BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Laporan Tugas Akhir pada BAB IV ini, menjelaskan tentang proses produksi dan pasca produksi seperti penjelasan dari rancangan pra produksi pada bab sebelumnya tentang pembuatan

Lebih terperinci

MCU (Medium Close Up) Shot yang menampilkan separas dada sampai atas kepala.

MCU (Medium Close Up) Shot yang menampilkan separas dada sampai atas kepala. JENIS- JENIS SHOT DAN SUDUT PENGAMBILAN GAMBAR JENIS-JENIS SHOT CU (Close Up) Shot yang menampakan daripada bahu sampai atas kepala. MCU (Medium Close Up) Shot yang menampilkan separas dada sampai atas

Lebih terperinci

Mata Kuliah - Advertising Project Management-

Mata Kuliah - Advertising Project Management- Modul ke: 13 Fakultas FIKOM Mata Kuliah - Advertising Project Management- Eksekusi Konsep Kreatif Periklanan (1) Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising Tujuan penulisan

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN FILM DOKUMENTER PULAU ONRUST

BAB III KONSEP PERANCANGAN FILM DOKUMENTER PULAU ONRUST BAB III KONSEP PERANCANGAN FILM DOKUMENTER PULAU ONRUST 3.1 Tujuan Komunikasi Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human communication). Ia lahir seiring dengan penggunaan alat-alat

Lebih terperinci

Hasil Wawancara : Apa yang menjadi peran dan tanggung jawabjuru kamera dalam menentukan keberhasilan tayangan programx-factor Indonesia dilihat dari

Hasil Wawancara : Apa yang menjadi peran dan tanggung jawabjuru kamera dalam menentukan keberhasilan tayangan programx-factor Indonesia dilihat dari Hasil Wawancara : Apa yang menjadi peran dan tanggung jawabjuru kamera dalam menentukan keberhasilan tayangan programx-factor Indonesia dilihat dari segi visual berkualitas? Herman Effendy (Jurkam) : Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya masyarakat mengkhawatirkan masa kehamilan dan persalinan. Masa kehamilan dan persalinan dideskripsikan oleh Bronislaw Malinowski menjadi fokus

Lebih terperinci

Pengambilan Gambar (Video (Video Shooting Shooting )

Pengambilan Gambar (Video (Video Shooting Shooting ) Pengambilan Gambar (Video Shooting ) Siswa dapat mendefenisikan Video Shooting Siswa dapat mendefenisikan df iik Kamera Video Siswa dapat mengklassifikasikan macam macam Kamera Video Siswa dapat menjelaskan

Lebih terperinci

Nama : Aditia.R (03) Kelas : XI tel 4. Broadcast:1. Definisi Kamera Video

Nama : Aditia.R (03) Kelas : XI tel 4. Broadcast:1. Definisi Kamera Video Nama : Aditia.R (03) Kelas : XI tel 4 Broadcast:1 Definisi Kamera Video Kamera Video adalah perangkat perekam gambar video yang mampu menyimpan gambar digital dari mode gambar analog. Kamera Video termasuk

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. mengenai pelaksanaan produksi dan pasca produksi.

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. mengenai pelaksanaan produksi dan pasca produksi. BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Laporan Tugas Akhir pada BAB IV ini, menjelaskan tentang proses produksi dan pasca produksi seperti penjelasan dari rancangan pra produksi pada bab sebelumnya tentang pembuatan

Lebih terperinci

Pengertian Videografy

Pengertian Videografy Videografy Pengertian Videografy Videografi adalah media untuk merekam suatu moment/kejadian yang dirangkum dalam sebuah sajian gambar dan suara yang dapat kita nikmati dikemudian hari baik sebagai sebuah

Lebih terperinci

Aspect Ratio : Definisi, Format Umum Aspect Ratio Kamera : Pembingkaian Kamera, Sudut Kamera, Perpindahan Kamera

Aspect Ratio : Definisi, Format Umum Aspect Ratio Kamera : Pembingkaian Kamera, Sudut Kamera, Perpindahan Kamera 3D Graphic Architecture - 1 05 POKOK BAHASAN Aspect Ratio : Definisi, Format Umum Aspect Ratio Kamera : Pembingkaian Kamera, Sudut Kamera, Perpindahan Kamera ASPECT RATIO Definisi AspectRatio adalah sebuah

Lebih terperinci

SOSIAL MEDIA. Munif Amin Romadhon. munifamin. Munif Amin. munifamin89

SOSIAL MEDIA. Munif Amin Romadhon. munifamin. Munif Amin. munifamin89 SOSIAL MEDIA Munif Amin Romadhon munifamin Munif Amin munifamin89 Apa itu Sinematografi? Berasal dari bahasa Yunani Kinema (gerakan) dan Graphoo atau Graphein (menulis / menggambar) Menulis dengan gambar

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. pembuatan Film Pendek Tentang Bahaya Zat Karsinogen dengan Menggunakan

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. pembuatan Film Pendek Tentang Bahaya Zat Karsinogen dengan Menggunakan BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan lebih rinci tentang proses produksi dan pasca produksi seperti penjelasan tentang pra produksi pada bab sebelumnya tentang pembuatan Film Pendek Tentang

Lebih terperinci

Pengertian Camera Dan Jenis-Jenis Pengambilan Shoot

Pengertian Camera Dan Jenis-Jenis Pengambilan Shoot Pengertian Camera Dan Jenis-Jenis Pengambilan Shoot Muhammad Faisal faisalmuhammad734@yahoo.com Abstrak Camera merupakan suatu Alat yang digunakan untuk Merekam suatu kejadian atau mengabadikan suatu kejadian.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi adalah media massa yang sangat diminati dan tetap menjadi favorit masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu merefleksikan kehidupan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi, seperti yang telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini penjelaskan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah sarana komunikasi massa yang digunakan untuk menghibur, memberikan informasi, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, komedi, dan sajian teknisnya

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses, produksi dan pasca produksi dalam pembuatan film AGUS. Berikut ini adalah penjelasan proses pembuatan film yang berjudul AGUS, sebagai berikut:

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Budaya, Feature, Nusantaraku, Produser, Rasulan. xii + 82 halaman; 17 gambar; 10 tabel Daftar acuan: 14 ( )

ABSTRAK. Kata Kunci : Budaya, Feature, Nusantaraku, Produser, Rasulan. xii + 82 halaman; 17 gambar; 10 tabel Daftar acuan: 14 ( ) ABSTRAK Indonesia memiliki banyak kebudayaan, tradisi, dan adat istiadat yang tidak banyak diketahui oleh generasi muda. Budaya dan tradisi yang dipercaya turun temurun dan merupakan identitas bangsa harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman juga telah membawa perubahan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman juga telah membawa perubahan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman juga telah membawa perubahan pada kebudayaan-kebudayaan yang ada disuatu daerah. Kebudayaankebudayaan yang dulu dipegang teguh oleh para leluhur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA Langkah langkah metodologi dan perancangan karya yang digunakan dalam Kerja praktik ini adalah : 3.1 Metode Penelitian. Metodologi penelitian merupakan sekumpulan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi. Berikut ini

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi. Berikut ini BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi. Berikut ini penjelaskan proses produksi dalam film yang berjudul Kesenian Reog Bulkio, sebagai berikut: 4.1 Produksi

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Setelah melakukan persiapan dalam proses pra produksi, dimulainya tahap observasi tempat yang sesuai dengan tema lalu memilih lokasi pengambilan gambar. Setelah melakukan

Lebih terperinci

Teknik Pengambilan Foto

Teknik Pengambilan Foto Pertemuan 9 Fotografi Teknik Pengambilan Foto ACHMAD BASUKI POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA Teknik Pengambilan Foto Camera Shot Dalam produksi video maupun film, jenis-jenis shot dalam pengambilan

Lebih terperinci

BAB 4 PRODUKSI KARYA TUGAS AKHIR

BAB 4 PRODUKSI KARYA TUGAS AKHIR BAB 4 PRODUKSI KARYA TUGAS AKHIR 4.1 Install Peralatan Agar produksi shooting INDO COMMUNITIES berjalan dengan lancar, dilakukan survey untuk tempat produksi utama yaitu di Lego Store, Cilandak Town Square.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota yang baik adalah kota yang menghargai budayanya dan tetap menjaga tradisi leluhurnya. Seiring dengan perkembangan zaman yang ada, terjadi perubahan sosial kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PEMILIHAN STUDI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PEMILIHAN STUDI BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PEMILIHAN STUDI 1.1.1. Judul Perancangan Dalam pemberian suatu judul dalam perancangan dapat terjadinya kesalahan dalam penafsiran oleh pembacanya, maka dari itu dibuatlah

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan BAB III TINJAUAN PUSTAKA Bab III merupakan, tinjauan pustaka, penulis menerangkan tentang penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan dengan pengerjaan menjadi editor

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Proses implementasi karya adalah tahap pembuatan film dokumenter

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Proses implementasi karya adalah tahap pembuatan film dokumenter BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Proses implementasi karya adalah tahap pembuatan film dokumenter Ludruk Irama Budaya. Dalam implementasi karya ini, terdapat tiga proses utama yang dilakukan, yaitu produksi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kampanye Definisi kampanye memberi pengertian kampanye sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI Guna mendukung pembuatan karya video yang berjudul Sampah Visual maka karya video akan menggunakan beberapa tinjauan pustaka, antara lain: sejarah film, film pendek, mekanisme produksi

Lebih terperinci

Sinematografi. Disampaikan Oleh : Ferry Suprianto

Sinematografi. Disampaikan Oleh : Ferry Suprianto Sinematografi Disampaikan Oleh : Ferry Suprianto Sinematografi (dari bahasa Yunani: kinema - κίνημα "gerakan" dan graphein - γράφειν "merekam") adalah pengaturan pencahayaan dan kamera ketika merekam gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Sebagian besar kota besar yang ada di Indonesia saat ini semakin berkembang seiring dengan pertumbuhan penduduk. Salah satu kota yang berkembang saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inovasi dinamika teknologi dan industri multimedia kini telah berkembang pesat. Industri multimedia seperti desain brand, pembuatan video, dan pembuatan game berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam penyampaian pesan. Salah satu media audio visual yaitu film.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam penyampaian pesan. Salah satu media audio visual yaitu film. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perfilman di Indonesia akhir-akhir ini berkembang sangat pesat seiring dengan majunya era globalisasi. Hal ini menunjukkan bahwa di Indonesia memiliki orang-orang kreatif

Lebih terperinci

JURNAL PENYUTRADARAAN FILM DOKUMENTER ERAU ADAT KUTAI DENGAN GAYA EXPOSITORY

JURNAL PENYUTRADARAAN FILM DOKUMENTER ERAU ADAT KUTAI DENGAN GAYA EXPOSITORY JURNAL PENYUTRADARAAN FILM DOKUMENTER ERAU ADAT KUTAI DENGAN GAYA EXPOSITORY SKRIPSI PENCIPTAAN SENI untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Strata 1 Program Studi Televisi dan Film

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Tugas karya akhir atau program sebelumnya. 1. Wisata Malam *Traveling ke tempat tempat yang eksotis

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Tugas karya akhir atau program sebelumnya. 1. Wisata Malam *Traveling ke tempat tempat yang eksotis BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tugas karya akhir atau program sebelumnya NO Judul Program Isi Program 1. Wisata Malam *Traveling ke tempat tempat yang eksotis *Dipresenteri oleh satu presenter laki laki yang

Lebih terperinci

Teknik Visualisasi & Menyusun Shooting Script

Teknik Visualisasi & Menyusun Shooting Script Teknik Visualisasi & Menyusun Shooting Script Modul ke: 07 Fakultas FIKOM Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting Menyusun Shooting List Setelah sequence dan scene tersusun semua, salinlah di

Lebih terperinci

III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN 1. Data Primer Data Primer adalah data yang diperoleh penulis secara langsung dan data yang diperoleh adalah

Lebih terperinci

DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM KARYA FILM DOKUMENTER RIDER BMX BANDUNG

DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM KARYA FILM DOKUMENTER RIDER BMX BANDUNG LAPORAN TUGAS AKHIR DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM KARYA FILM DOKUMENTER RIDER BMX BANDUNG Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Seni Bidang Studi Fotografi Dan Film oleh

Lebih terperinci

Pelatihan singkat pengambilan gambar dan hal-hal yang harus diperhatikan

Pelatihan singkat pengambilan gambar dan hal-hal yang harus diperhatikan Pelatihan singkat pengambilan gambar dan hal-hal yang harus diperhatikan Third of role Bayangkan 4 titik, pilih titik mana objek di tempatkan Hindari penumpukan object (merger) Penumpukan object akan sangat

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. 1.1 Televisi Sebagai Media Pembelajaran

BAB III LANDASAN TEORI. 1.1 Televisi Sebagai Media Pembelajaran BAB III LANDASAN TEORI 1.1 Televisi Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan merupakan proses perubahan sikap seseorang untuk menjadi lebih baik baik dari segi pengetahuan dan segi moral atau tingkah laku.

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. kemudian berusaha mengembangkan bersama-sama dengan pencipta lagu.

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. kemudian berusaha mengembangkan bersama-sama dengan pencipta lagu. BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Pra Produksi 4.1.2 Ide Ide dasar pembuatan video klip ini diperoleh dari lirik lagu. Penulis kemudian berusaha mengembangkan bersama-sama dengan pencipta lagu. 4.1.3 Konsep

Lebih terperinci

Teknik dan Komposisi Fotografi/Sinematografi

Teknik dan Komposisi Fotografi/Sinematografi Teknik dan Komposisi Fotografi/Sinematografi Pertemuan I Perancangan Audio Visual Dosen : Donny Trihanondo, S.Ds., M.Ds. Freddy Yusanto, S.Sos., MDs. finisi Fotografi dan Sinematografi Fotografi : Kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan film, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di implementasikan pada tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cirebon adalah salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada di pesisir utara Jawa Barat atau dikenal dengan Pantura yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan sarana hiburan free-to-air yang tidak sedikit masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan sarana hiburan free-to-air yang tidak sedikit masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Televisi merupakan sarana hiburan free-to-air yang tidak sedikit masyarakat menjadikannya sebagai sarana hiburan utama. Hampir di setiap rumah memiliki televisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menyebarkan sebuah motivasi, ide gagasan dan juga penawaran sebuah sudut pandang dibutuhkan sebuah media yang cukup efektif. Menurut Javandalasta (2011:1), dijelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Desa Cangkuang terletak diantara kota Bandung dan Garut. Di desa ini terdapat sebuah kampung yang bernama Kampung Pulo. Di kampung ini juga terdapat sebuah

Lebih terperinci

Program. TatapMuka. Kode MK. Broadcasting A31415EL. Abstract. Kompetensi

Program. TatapMuka. Kode MK. Broadcasting A31415EL. Abstract. Kompetensi MODUL PERKULIAHAN TV PROGRAMMING PRODUKSI PROGRAM TELEVISI Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Broadcasting TatapMuka 03 Kode MK A31415EL DisusunOleh Gunanto Abstract Kompetensi Pembahasan Suatu program

Lebih terperinci

Mengenal Bagian-Bagian Pada Kamera Beserta Fungsinya

Mengenal Bagian-Bagian Pada Kamera Beserta Fungsinya Mengenal Bagian-Bagian Pada Kamera Beserta Fungsinya Tidak kalah penting untuk dibahas adalah mengenal bagian-bagian utama pada kamera. Termasuk fungsi dari tombol-tombol yang tersebar di seluruh body

Lebih terperinci

THE ART OF PHOTOGRAPHY. M.S. GUMELAR https://www.facebook.com/ultima.

THE ART OF PHOTOGRAPHY. M.S. GUMELAR https://www.facebook.com/ultima. THE ART OF PHOTOGRAPHY M.S. GUMELAR 2012 ms.gumelar@gmail.com http://michaelgumelar.blogspot.com/ https://www.facebook.com/ultima.michael Know your camera Shutter Speed Focal Length Aperture ISO Shutter

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA)

SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA) SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA) Satuan Pendidikan : SMK/MAK Kelas : XII Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN KARYA. kemudian berusaha mengembangkan bersama-sama dengan pencipta lagu.

BAB III PERANCANGAN KARYA. kemudian berusaha mengembangkan bersama-sama dengan pencipta lagu. 19 BAB III PERANCANGAN KARYA Berdasarkan BAB II proses membuat Video dibagi menjadi 3, yaitu Pra Produksi, Produksi, Pasca Produksi. 3.1 Pra Produksi Dalam tahap ini meliputi : 3.1.2 Ide Ide dasar pembuatan

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA)

SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA) Satuan Pendidikan : SMK/MAK Kelas : XII Kompetensi Inti : KI 1 : KI 2 : KI 3 : KI 4 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media massa adalah jembatan informasi bagi masyarakat, dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media massa adalah jembatan informasi bagi masyarakat, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa adalah jembatan informasi bagi masyarakat, dengan media massa masyarakat dapat mengetahui apa saja yang sedang terjadi disekitarnya. Media massa

Lebih terperinci

Tahapan Proses Pembuatan Animasi / Pipeline

Tahapan Proses Pembuatan Animasi / Pipeline Tahapan Proses Pembuatan Animasi / Pipeline Animasi Pipeline A. Pengertian Tahapan proses animasi (Animation pipeline) Adalah prosedur atau langkah langkah yang harus dijalani seorang animator ketika membuat

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA)

SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA) SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA) Satuan Pendidikan : SMK/MAK Kelas : XII Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI

Lebih terperinci

PRODUKSI MEDIA PEMBELAJARAN

PRODUKSI MEDIA PEMBELAJARAN PRODUKSI MEDIA PEMBELAJARAN PUNAJI SETYOSARI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mengikuti kegiatan, Anda diharapkan akan: 1. dapat menyusun rancangan

Lebih terperinci

Universitas Krisnadwipayana Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur 3D Animasi Arsitektur - 1

Universitas Krisnadwipayana Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur 3D Animasi Arsitektur - 1 Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur 3D Animasi Arsitektur - 1 Nama Mata Kuliah : 3D Animasi Arsitektur Kode Mata Kuliah : - Program Studi : Teknik Arsitektur Dosen : Apiet Rusdiyana, ST SMT/Jml SKS

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan film, merupakan

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan film, merupakan BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan film, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di implementasikan pada tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, terletak di garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini menjelaskan proses produksi dan pasca produksi, seperti yang telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini penjelaskan proses produksi

Lebih terperinci

12/25/2011. JENIS-Jenis Kamera Video. Dikenal Dengan Sebutan Camcorder atau Handycam. 1. LENSA 2. FOKUS 3. F-STOP, DIAFRAGMA

12/25/2011. JENIS-Jenis Kamera Video. Dikenal Dengan Sebutan Camcorder atau Handycam. 1. LENSA 2. FOKUS 3. F-STOP, DIAFRAGMA Dikenal Dengan Sebutan Camcorder atau Handycam. Perekam Gambar Digital Gambar Tidak Bergerak - Gambar Bergerak / visual - Suara / audio Adalah perangkat perekam gambar video yang mampu menyimpan Gambar

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video dokumenter,

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video dokumenter, BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video dokumenter, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di implementasikan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi, seperti yang telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini penjelaskan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan istilah seniman. Pada umumnya, seorang seniman dalam menuangkan idenya menjadi sebuah karya

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Program Sebelumnya

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Program Sebelumnya BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Program Sebelumnya Pada kesempatan kali ini penulis berkesempatan untuk membuat sebuah program features (human Interest)yang bertujuan untuk memberikan informasi serta mengupas

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN KULIAH KERJA MEDIA

BAB IV PELAKSANAAN KULIAH KERJA MEDIA BAB IV PELAKSANAAN KULIAH KERJA MEDIA A. Deskripsi Kegiatan Kuliah Kerja Media (KKM) Selama melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Media, penulis didampingi oleh Ine Yudhawati selaku PA (production assistant)

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

AKTING UNTUK ANIMASI. Materi 5 STORYBOARD. Lecturer: M. MIFTAKUL AMIN, S.KOM., M.ENG.

AKTING UNTUK ANIMASI. Materi 5 STORYBOARD. Lecturer: M. MIFTAKUL AMIN, S.KOM., M.ENG. AKTING UNTUK ANIMASI Materi 5 STORYBOARD Lecturer: M. MIFTAKUL AMIN, S.KOM., M.ENG. 1 Sejarah Storyboard Proses membuat storyboard, awalnya dikembangkan oleh studio Walt Disney pada awal 1930 Menurut John

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video feature,

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video feature, BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video feature, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di implementasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberi informasi melalui berbagai media seperti cetak, elektronik dan internet. Salah

BAB I PENDAHULUAN. pemberi informasi melalui berbagai media seperti cetak, elektronik dan internet. Salah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mengikuti perekembangan teknologi, penyebaran informasi begitu cepat dan mudah dengan berbagai sarana yang ada masa kini, siapapuhn dapat mengakses serta menjadi pemberi

Lebih terperinci

BAB III TEKNIK PODUKSI. dibuat adalah peneliti ingin menyampaikan kepada masyarakat tentang

BAB III TEKNIK PODUKSI. dibuat adalah peneliti ingin menyampaikan kepada masyarakat tentang 28 BAB III TEKNIK PODUKSI 3.1 Tujuan Komunikasi Tujuan komunikasi daripada dokumenter televisi Luntur yang akan dibuat adalah peneliti ingin menyampaikan kepada masyarakat tentang kebudayaan Indonesia

Lebih terperinci

JUDUL UNIT : Membaca dan Menafsirkan Naskah

JUDUL UNIT : Membaca dan Menafsirkan Naskah KODE UNIT : TIK.MM02.004.01 JUDUL UNIT : Membaca dan Menafsirkan Naskah DESKRIPSI UNIT : Unit ini menjelaskan keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk membaca naskah, identifikasi elemen dasar yang

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN. Tujuan peneliti dalam film dokumenter SENJANG ini, peneliti ingin

BAB III KONSEP PERANCANGAN. Tujuan peneliti dalam film dokumenter SENJANG ini, peneliti ingin 48 BAB III KONSEP PERANCANGAN 3.1 Tujuan Komunikasi Tujuan peneliti dalam film dokumenter SENJANG ini, peneliti ingin menunjukan mengaplikasikan teori yang sudah penulis pelajari sebelumnya. Melalui produksi

Lebih terperinci

Hal tersebut dapat kita lihat dari bentuk daun telinga menyeeupai daun telinga dari binatang

Hal tersebut dapat kita lihat dari bentuk daun telinga menyeeupai daun telinga dari binatang Analisis Non Narrative Film 1. Kostum Kostum yang digunakan dalam kedua film ini memiliki kesamaan nuansa yang hampir serupa. Dalam film Avatar, kita mendapatkan kaum navy menggunakan kostum asli pribumi.

Lebih terperinci

Produksi suatu program acara terdiri atas tiga bagian utama, yaitu: 1. Praproduksi (perencanaan) 2. Produksi (eksekusi program out door/in door) 3.

Produksi suatu program acara terdiri atas tiga bagian utama, yaitu: 1. Praproduksi (perencanaan) 2. Produksi (eksekusi program out door/in door) 3. Produksi suatu program acara terdiri atas tiga bagian utama, yaitu: 1. Praproduksi (perencanaan) 2. Produksi (eksekusi program out door/in door) 3. Pasca Produksi (penyuntingan program) 1. Menemukan Ide/gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kraton Surakarta merupakan bekas istana kerajaan Kasunanan Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kraton Surakarta merupakan bekas istana kerajaan Kasunanan Surakarta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kraton Surakarta merupakan bekas istana kerajaan Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Kraton ini didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono II pada tahun 1744 sebagai

Lebih terperinci

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG STUDI KEAHLIAN : TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PROGRAM STUDI KEAHLIAN : TEKNIK BROADCASTING KOMPETENSI KEAHLIAN :

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL.. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PERSETUJUAN SIDANG... ii. HALAMAN PENGESAHAN SIDANG.. iii

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL.. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PERSETUJUAN SIDANG... ii. HALAMAN PENGESAHAN SIDANG.. iii DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL.. HALAMAN JUDUL..... i HALAMAN PERSETUJUAN SIDANG... ii HALAMAN PENGESAHAN SIDANG.. iii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS MATERI.. iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH.....

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menyampaikan sebuah informasi, banyak media yang dapat dipakai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menyampaikan sebuah informasi, banyak media yang dapat dipakai 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam menyampaikan sebuah informasi, banyak media yang dapat dipakai agar data yang dikirim oleh pengirim bisa sampai ke penerima. Media yang dipakai bisa melalui

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL FILM DOKUMENTER KARINDING

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL FILM DOKUMENTER KARINDING BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL FILM DOKUMENTER KARINDING 3.1. STRATEGI KOMUNIKASI Media komunikasi visual, merupakan media yang tepat dan efektif dalam menyampaikan sebuah informasi. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Pakpak merupakan salah satu suku di daerah Sumatera Utara. Suku ini adalah salah satu suku pribumi asli di kabupaten Pakpak Bharat dan kabupaten Dairi Provinsi

Lebih terperinci

PENGATUP/SHUTTER. Shutter speed scale

PENGATUP/SHUTTER. Shutter speed scale PENGATUP/SHUTTER Indeks kelajuan pengatup ditunjukkan dengan angka-angka B, 1, 2, 4, 6, 15, 30, 60, 125, 250, 500, 1000 dan 2000 yang memberi maksud setiap tanda 1 menunjukkan kecepatan 1/1 saat kelajuan

Lebih terperinci

DASAR VIDEO GRAFI. KONTINITI, KOMPOSISI, IMAGINER LINE, TIPE SHOT, PENCAHAYAAN ( Arif Ranu W, M.Kom SMK Muhammadiyah 1 Sleman)

DASAR VIDEO GRAFI. KONTINITI, KOMPOSISI, IMAGINER LINE, TIPE SHOT, PENCAHAYAAN ( Arif Ranu W, M.Kom SMK Muhammadiyah 1 Sleman) DASAR VIDEO GRAFI KONTINITI, KOMPOSISI, IMAGINER LINE, TIPE SHOT, PENCAHAYAAN ( Arif Ranu W, M.Kom SMK Muhammadiyah 1 Sleman) TAHAPAN PEMBUATAN KARYA VIDEO / STANDARD OPERATIONAL PROCEDUR: Pra Produksi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan kota metropolitan yang sangat padat penduduknya. Penduduknya bukan hanya berasal dari asli Jakarta saja yang ada disana, tetapi dari luar pulau bahkan

Lebih terperinci