BAB I PENDAHULUAN. Sastra memiliki definisi yang cukup luas. Sastra merupakan sebuah gambaran

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Sastra memiliki definisi yang cukup luas. Sastra merupakan sebuah gambaran"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra memiliki definisi yang cukup luas. Sastra merupakan sebuah gambaran dari kehidupan masyarakat. Berbagai macam bentuk karya sastra mulai dari karya lisan sampai karya tulis bisa dengan mudah ditemukan dimana saja, karena sastra sudah menjadi bagian dari kehidupan. Menurut Wellek dan Warren (1990:109) sastra menyajikan kehidupan, dan kehidupan sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial. Pengarang menciptakan sebuah sastra dengan cara menggambarkan sua tu keadaan dalam waktu tertentu. Sehingga, sastra juga disebut sebagai media untuk mengekspresikan perasaan seseorang terhadap suatu kejadian. Ada banyak bentuk dari karya sastra salah satunya adalah film. Film merupakan penjelmaan terpadu antara berbagai unsur yakni sastra, teater, seni rupa, dengan teknologi canggih dan modern serta sarana publikasi (Baksin, 2003:3). Menurut UU No. 8 Tahun 1992 tentang perfilman, definisi film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang - dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kim iawi, proses 1

2 2 elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, eletronik, dan atau lainnya. Skenario dibuat oleh pengarang dan dijadikan sebuah film sebagai media untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu (Effendy, 1986:134). Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium dan bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial (Damono, 1984:1). Film merupakan sebuah bentuk karya sastra yang memiliki aspek sastra berupa bahasa. Film memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik seperti karya sastra tertulis, bedanya unsur tersebut disampaikan kepada masyarakat dalam bentuk gambar dan suara. Film berfungsi sebagai contoh nyata untuk menggambarkan konsep kebaikan, keburukan, atau politik serta interaksi sosial dalam kehidupan. S etiap film memiliki alur dan tema tertentu yang menggambarkan suatu kehidupan sosial dalam masyarakat. Oleh karena itu, banyak ahli filsafat sastra menyatakan film sama seperti novel, lakon, atau cerita. Film bisa dianggap sebagai sesuatu secara khusus, detail, serta ilustrasi konkrit yang menggambarkan masalah moral tertentu dan usaha untuk menyelesaikan masalah tersebut (Freeland dan Wartenberg, 1995:7). Karya sastra adalah gambaran kehidupan sosial masyarakat yang telah diperkaya oleh imajinasi sastrawan (Damono, 1984:12). Penelitian ini membahas tentang representasi fenomena sosial di masyarakat Korea melalui film. Film yang digunakan dalam penelitian ini adalah film Socialphobia ( 소셜포비아 ) karya

3 3 Hong Seok-jae yang ditayangkan perdana pada tahun 2014 dalam 19 th Busan International Film Festival (BIFF) dan dirilis di bioskop Korea Selatan pada tanggal 12 Maret Film Socialphobia ( 소셜포비아 ) berhasil memenangkan beberapa penghargaan diantaranya Director s Guild Award dan NETPAC Award pada 19 th Busan International Film Festival (BIFF). Film ini juga berhasil menarik perhatian lebih dari seratus ribu penonton hanya dalam tiga hari setelah film ini dirilis dan memenangkan Penghargaan Aktor dan Penonton pada 40 th Seoul Independent Film Festival. 1 Film Socialphobia ( 소셜포비아 ) menceritakan tentang sekelompok pemuda yang aktif berkomunikasi melalui media sosial dan masalah yang timbu l akibat perilaku mereka. Sekelompok pemuda tersebut kesal dengan komentar jahat seorang wanita di media sosial mengejek seorang tentara yang bunuh diri. Mereka membalas dengan mengirim komentar negatif melalui media sosial kepada wanita itu. Komentar wanita itu dan komentar-komentar balasannya cepat tersebar dan menjadi isu populer saat itu. Namun, saat mereka mendatangi apartemennya untuk menuntut permintaan maaf, wanita itu sudah gantung diri karena merasa tertekan. Sekelompok pemuda itu pun dituduh bertanggung jawab atas kematian wanita itu akibat ulah mereka di media sosial. Judul film Socialphobia memiliki arti fobia sosial atau ketakutan seseorang terhadap interaksi sosial dan cenderung menutup diri dari lingkungan sosial. Kata fobia berasal dari bahasa Yunani, yaitu phobos yang berarti takut. Takut adalah perasaan cemas sebagai respon terhadap suatu ancaman (Nevid, Rathus, dan 1

4 4 Greene, 2005: 168). Sehingga makna dari judul film ini adalah pengguna media sosial mirip seperti penderita fobia sosial. Mereka menghindari interaksi langsung dan lebih memilih berinteraksi melalui media sosial. Film Socialphobia ( 소셜포비아 ) merupakan bentuk representasi dari gejala sosial berupa penggunaan media sosial yang terdapat di dalam sebuah karya sastra. Karya seni sastra merupakan aktivitas yang representatif sebagai kreativitas yang menjadi alternatif dalam menjelaskan gejala-gejala sosial (Ratna, 2003:39). Representasi memiliki kecenderungan, yaitu sesuatu yang dihadirkan kembali merupakan suatu rekayasa, bukan yang sebenarnya, hanya tempelan-tempelan terhadap sebuah peristiwa, sehingga perlu ditafsirkan, dimaknai kembali, ataupun dibaca ulang (Susanto, 2012:33). Film ini menceritakan kehidupan pada zaman modern saat ini yang dimudahkan dengan kehadiran teknologi komunikasi dan informasi serta dampaknya bagi masyarakat terutama generasi muda di Korea. Sebagiaan besar pengguna media sosial akan terkejut saat mengetahui bahwa media sosial dianggap sebagai ruang publik oleh lembaga-lembaga sosial dan pengadilan, bukan sebagai ruang pribadi seseorang (Andrews, 2013:123). Pengguna media sosial di dalam film Socialphobia ( 소셜포비아 ) bebas menyampaikan pendapat mereka, termasuk menulis kata-kata kasar. Mereka tidak menyadari bahwa perkataan mereka bisa membahayakan diri mereka sendiri. Hal ini merupakan dampak dari penggunaan media sosial secara tidak bertanggung jawab yang tercermin di dalam film. Di satu sisi banyak keuntungan dan dampak positif media sosial apabila digunakan dengan bertanggung jawab. Akan tetapi, disisi lain akan muncul dampak negatif jika media sosial disalahgunakan. Film

5 5 mampu berperan sebagai media untuk memahami suatu peristiwa dalam kehidupan sosial. Kehidupan manusia modern semakin dimudahkan seiring berkembangnya kemajuan teknologi komunikasi seperti internet. Media sosial merupakan sebuah alat yang memfasilitasi komunikasi dengan orang lain berbasis jaringan internet. Komunikasi merupakan suatu bentuk interaksi sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Semua orang bisa dengan mudah berhubungan satu sama lain melalui media sosial. Menurut Chris Brogan (2010:11) media sosial adalah satu set baru komunikasi dan alat kolaborasi yang memungkinkan banyak jenis interaksi yang sebelumnya tidak tersedia untuk orang biasa. Adapun fungsi dari media sosial, yaitu sebagai sarana belajar, bersosialisasi, saling bertukar informasi, hiburan, dokumentasi, dan pengawasan (Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, 2014:33-34). Penggunaan media sosial sudah merupakan bagian dari rutinitas masyarakat Korea. Meningkatnya penggunaan media sosial berbanding lurus dengan kecepatan akses internet di Korea. Menurut laporan State of the Internet yang dirilis Akamai Technologies edisi kuartal IV tahun 2014 dalam website kompas 2, Korea Selatan menduduki urutan pertama kecepatan internet tercepat secara global dengan rata-rata koneksi internet 22,2 Mbps. Sejak tahun 1990-an, pemerintah Korea Selatan memprioritaskan perkembangan internet untuk memajukan negaranya. Pemerintah mengupayakan seluruh masyarakat Korea memanfaatkan koneksi internet dalam kehidupan sehari-hari. 2

6 6 Artikel yang ditulis oleh Jo Myeong-hyeon di website The Star 3 mengatakan bahwa film Socialphobia ( 소셜포비아 ) mewakili keadaan yang sedang terjadi. Kemajuan teknologi membuat orang-orang sibuk dengan telepon genggamnya dan lebih sering berkomunikasi melalui media sosial daripada berkomunikasi secara langsung. Film ini mengajarkan untuk lebih berhati-hati dalam menggunakan media sosial karena tulisan kita bisa diakses dan dilihat oleh banyak orang. Selain film Socialphobia ( 소셜포비아 ), adapun beberapa film Korea lain yang membahas tentang penggunaan media sosial salah satunya yaitu film Ingtoogi: T he Battle of Internet Trolls ( 잉투기 ) yang disutradarai oleh Um Taehwa dan dirilis pada tahun Alasan pemilihan film Socialphobia ( 소셜포비아 ) sebagai objek penelitian karena film tersebut lebih sesuai untuk meneliti tentang dampak penggunaan media sosial bagi masyarakat Korea dibandingkan film Ingtoogi ( 잉투기 ). Film Ingtoogi ( 잉투기 ) juga membahas tentang penggunaan media sosial sebagai alat komunikasi modern di Korea, namun film tersebut lebih menonjolkan pertengkaran dan konflik antar pemain. Dampak-dampak penggunaan media sosial bagi masyarakat Korea yang tercermin di film Ingtoogi ( 잉투기 ) lebih sedikit daripada di film Socialphobia ( 소셜포비아 ). Film Socialphobia ( 소셜포비아 ) juga menggunakan jenis media sosial yang beragam daripada film Ingtoogi ( 잉투기 ). Dari uraian di atas, ada beberapa alasan yang melatarbelakangi pemilihan film Socialphobia ( 소셜포비아 ) sebagai objek penelitian. Pertama, film Socialphobia

7 7 ( 소셜포비아 ) menceritakan keadaan yang sedang terjadi pada zaman sekarang yaitu penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, film ini menceritakan dampak positif dan negatif yang terjadi pada pengguna media sosial khususnya bagi kalangan generasi muda di Korea. Kemudian, Alasan terakhir adalah film tersebut belum pernah dianalisis secara akademis dan teoretis. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, masalah-masalah yang akan dibahas, yaitu: a. Bagaimana representasi dampak positif penggunaan media sosial bagi generasi muda di Korea dalam film Socialphobia ( 소셜포비아 )? b. Bagaimana representasi dampak negatif penyalahgunaan media sosial bagi generasi muda di Korea dalam film Socialphobia ( 소셜포비아 )? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian terhadap film Socialphobia ( 소셜포비아 ) ini memiliki tujuan sebagai berikut: a. Untuk mengetahui representasi berbagai bentuk dampak positif penggunaan media sosial bagi generasi muda di Korea yang terdapat dalam film Socialphobia ( 소셜포비아 ). Dampak positif dari media sosial bisa dimanfaatkan untuk mempermudah masyarakat dalam berkomunikasi dan menjalankan aktivitasnya.

8 8 b. Untuk mengetahui representasi dampak negatif penyalahgunaan media sosial bagi generasi m uda di Korea yang terdapat dalam film Socialphobia ( 소셜포비아 ). Melalui film ini, penonton bisa mengetahui dibalik dampak negatif dari media sosial terdapat pesan agar berhati-hati dalam menggunakan media sosial, serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak melakukan kesalahan dan berdampak buruk bagi orang lain. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki manfaat teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut: a. Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah untuk menperkaya pengaplikasian teori sosiologi sastra melalui film. Teori tersebut digunakan untuk mengetahui representasi dampak positif dan negatif penggunaan media sosial di kalangan generasi muda di Korea yang tercermin dalam sebuah karya sastra berupa film. b. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai dampak-dampak yang muncul akibat penggunaan media sosial khususnya generasi muda di Korea yang terdapat di dalam film dan untuk mengapresiasi sebuah karya sastra berupa film.

9 9 1.5 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini adalah beberapa penelitian sebelumnya yang menganalisis karya sastra dengan menggunakan teori sosiologi sastra. Penelitian dari Wardhani (2014) mahasiswi Prodi Bahasa Korea, Universitas Gadjah Mada yang berjudul Representasi dan Dampak Hallyu pada Kehidupan Masyarakat Korea dalam Drama Reply 1997 ( 응답하라 1997): Kajian Sosiologi Sastra. Penelitian tersebut menjelaskan fenomena dan dampak positif serta negatif dari Hallyu dalam kehidupan masyarakat Korea yang tercermin di dalam film dengan menggunakan kajian sosiologi sastra. Penelitian berjudul Representasi Modernisasi di Korea: Kajian Sosiologi Sastra dalam Film The Way Home karya Nyoman Mirah Trinipastika mahasiswi Prodi Bahasa Korea yang ditulis tahun Penelitian tersebut menjelaskan tentang bentuk modernisasi yang dialami oleh masyarakat Korea dalam bentuk fisik dan non-fisik yang tercermin dalam film. Penelitian tersebut menggunakan teori sosiologi sastra sebagai landasan teori. Penelitian dari Aulianisa (2014) Mahasiswi Jurusan Sastra Perancis, Universitas Gadjah Mada, yang berjudul Dampak Perang Terhadap Kaum Perempuan dalam Novel Morte Parmi Les Vivants Karya Freidoune Sahebjam: Sebuah Pendekatan Sosiologi Sastra. Penelitian tersebut menjelaskan tentang dampak perang terhadap kaum perempuan di Afganistan yang digambarkan dalam novel Morte Parmi Les Vivants dengan mendeskripsikan permasalahan sosial menggunakan kajian sosiologi sastra.

10 10 Adapun artikel yang membahas tentang film Socialphobia ( 소셜포비아 ) dalam Jurnal Pendidikan Rohani melalui Film tahun 2015 yang ditulis oleh Kim Min-su. Artikel tersebut menjelaskan tentang pesan moral yang terdapat dalam film Socialphobia ( 소셜포비아 ), serta mengapresiasi film tersebut melalui perspektif keagamaan. Jurnal tersebut juga menjelaskan unsur-unsur tersirat yang terdapat di dalam film, misalnya terdapat tanda salib dalam nama akun Twitter yang digunakan pemeran utama Kim Ji Ung. Penelitian di atas menggunakan drama, film, dan novel sebagai objeknya, namun pada penelitian ini menggunakan film yang berbeda yaitu film Socialphobia ( 소셜포비아 ). Teori yang digunakan dalam penelitian ini tidak berbeda jauh dengan penelitian di atas, sehingga penelitian tersebut dapat dijadikan tinjauan pustaka. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa belum ada penelitian mengenai representasi dampak media sosial bagi generasi muda di Korea dalam film Socialphobia ( 소셜포비아 ) menggunakan teori sosiologi sastra sebagai objek penelitian secara akademik maupun non-akademik. 1.6 Landasan Teori Film Socialphobia ( 소셜포비아 ) merupakan karya sastra yang menceritakan tentang sekelompok remaja menggunakan media sosial sebagai alat komunikasi dan dampak yang timbul akibat penggunaan media sosial. Penelitian ini menggunakan teori-teori yang berkaitan dengan masyarakat di dalam sebuah karya sastra. Oleh sebab itu, teori yang sesuai digunakan dalam penelitian ini adalah teori sosiologi sastra. Jdanov (1956) dalam Escarpit (2005:8) mengatakan

11 11 bahwa sastra harus dipandang dalam hubungan yang tak terpisahkan dengan kehidupan masyarakat. Teori sosiologi sastra digunakan untuk menganalisis hubungan antara masyarakat dan karya sastra. Menurut Damono (1984:2) sosiologi sastra adalah pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan. Pendekatan yang umum dilakukan terhadap hubungan sastra dan masyarakat adalah mempelajari sastra sebagai dokumen sosial, sebagai potret kenyataan sosial (Wellek dan Warren, 1990:110). Menurut Swingewood dalam bukunya The Sociology of Litetature mengklasifikasikan 3 pendekatan dalam mengkaji objek penelitian dengan teori sosiologi sastra yaitu, pendekatan sastra sebagai cerminan sosial, mempertimbangkan situasi sosial penulis, dan sebagai manifestasi peristiwa sejarah dalam sebuah keadaan sosial tertentu (Laurenson, 1972: 13-21). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, pendekatan yang menangkap karya sastra sebagai cerminan sosial, yang merefleksikan situasi pada masa sastra tersebut diciptakan (Laurenson, 1972:13). Pendekatan ini mengadopsi dan mendokumentasikan aspek-aspek dalam sebuah karya sastra, kemudian melakukan argumentasi untuk membuktikan bahwa sastra tersebut adalah sebuah cerminan masanya. Dengan teori ini, pengarang memiliki tugas mengartikulasikan nilai-nilai dan fakta-fakta murni dari suatu masa, dan menjadikannya sebuah karya (Laurenson, 1972: 16). Dalam film Socialphobia ( 소셜포비아 ) menceritakan dampak yang terjadi pada masyarakat akibat penggunaan media sosial. Karya sastra adalah gambaran

12 12 kehidupan sosial masyarakat yang telah diperkaya oleh imajinasi sastrawan (Damono, 1984:12). Hal ini mengambarkan fakta yang terjadi di dalam masyarakat, mesti tidak semuanya yang ada di film persis terjadi. Pengarang memasukkan pikiran-pikirannya ke dalam karya sastra agar gambaran kehidupan sosial masyarakat menjadi lebih hidup. Penelitian ini menggunakan pendekatan Swingewood yang menangkap karya sastra sebagai cerminan sosial, yang merefleksikan situasi pada masa sastra tersebut diciptakan. Hal tersebut dikarenakan pendekatan ini masih memiliki hubungan dengan objek film yang digunakan. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan sosial dalam masyarakat (Soemardjan dan Soemardi, 1964:14). Proses sosial memiliki pengaruh timbal balik antar berbagai segi kehidupan masyarakat. Bentuk umum dari proses-proses sosial ialah interaksi sosial, karena interaksi sosial merupakan syarat utama ternyadinya aktivitasaktivitas sosial. Adapun syarat terjadinya interaksi sosial, yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi (Soekanto, 1982:55-58). Karya sastra sebagai produk dari dunia sosial yang senantiasa berubah-ubah, merupakan kesatuan dinamis yang bermakna, sebagai perwujudan nilai-nilai dan peristiwa-peristiwa penting zamannya (Damono, 1984:40). Media sosial merupakan suatu bentuk dari interaksi sosial yang terjadi di dalam masyarakat modern, yaitu kemajuan dan kemudahan dalam berkomunikasi. Kehadiran media sosial dalam kehidupan sosial menimbulkan dampak-dampak yang dirasakan oleh masyarakat. Dampak-dampak yang tercermin di dalam film tersebut yang akan

13 13 diteliti dalam penelitian kali ini. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan teori sosiologi sastra sebagai landasannya untuk mengetahui hubungan karya sastra dengan masyarakat. 1.7 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti objek sastra ini adalah menggunakan landasan teori sosiologi sastra. Terdapat beberapa tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini. Tahap pertama adalah melakukan studi pustaka untuk menentukan objek formal dan objek material. Objek penelitian ditentukan dengan memahami dan mencari masalah menarik. Setelah objek ditemukan, selanjutnya mencari teori yang tepat untuk menjawab rumusan masalah y ang terdapat di dalam objek. Teori yang digunakan adalah teori sosiologi sastra dengan pendekatan yang menangkap karya sastra sebagai cerminan sosial, yang merefleksikan situasi pada masa sastra tersebut diciptakan (Laurenson, 1972:13). Selanjutnya, menyusun rancangan penelitian. Melakukan pengumpulan data mengenai pengertian, sejarah, dan fungsi media sosial dalam hubungannya dengan dampak yang muncul bagi masyarakat Korea. Kemudian melakukan penelitian dengan metode analisis data, menarik simpulan, melakukan penulisan dan penyusunan hasil penelitian. Setelah menuliskan hasil penelitian selanjutnya membaca kembali hasil laporan dan mencari hal-hal yang perlu direvisi. Kemudian langkah terakhir adalah melaporkan hasil penelitian.

14 Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah film Socialphobia ( 소셜포비아 ) yang rilis di Korea pada tanggal 12 Maret Setelah menonton keseluruhan film, dipilih dialog-dialog dan gambar-gambar pendukung yang menggambarkan dampak positif dan dampak negatif penggunaan media sosial bagi masyarakat Korea. Kemudian mencari data pendukung mengenai penjelasan tentang media sosial dan dampak penggunaan media sosial. Selanjutnya melakukan terjemahan bahasa pada dialog dari bahasa Korea ke bahasa Indonesia. Setelah itu melakukan pengumpulan data pendukung dengan melakukan studi kepustakaan. Data pendukung di dapat dari buku, kamus, artikel berbentuk media cetak maupun online, serta dalam bahasa Korea, Indonesia, maupun Inggris Metode Analisis Data Setelah data terkumpul dan diterjemahkan, selanjutnya adalah melakukan analisis data. Pertama adalah melakukan klarifikasi data. Setelah data terklarifikasi, selanjutnya adalah melakukan analisis data menggunakan kajian sosiologi sastra milik Swingewood dengan pendekatan yang menangkap karya sastra sebagai cerminan sosial, yang merefleksikan situasi pada masa sastra tersebut diciptakan (Laurenson, 1972:13). Langkah awal dalam penelitian ini adalah membuat uraian umum yang menjelaskan tentang media sosial dan penggunaan media sosial pada masyarakat Korea. Selanjutnya menganalisis data dengan memilih dialog dan gambar yang menunjukkan dampak penggunaan media sosial serta menganalisisnya

15 15 menggunakan teori sosiologi sastra. Dari analisis tersebut akan didapatkan representasi dampak positif dan dampak negatif penggunaan media sosial bagi masyarakat Korea yang dicerminkan di dalam film. Adapun langkah-langkah kerja dalam penelitian ini sebagai berikut: Memilih Film Socialphobia ( 소셜포비아 ) sebagai objek penelitian dan menentukan sosiologi sastra sebagai teori yang digunakan. Menentukan potongan dialog dan gambar yang menunjukkan dampak positif dan negatif penggunaan media sosial. Menerjemahkan dialog ke dalam bahasa Indonesia dan mengumpulkan data pendukung penelitian. Melakukan sinkronisasi dan analisis data, menganalisis dampak positif dan dampak negatif yang terjadi akibat penggunaan media sosial di dalam film. Menarik kesimpulan dalam penelitian. Menyusun hasil penelitian dan melaporkan dalam bentuk laporan penelitian. Bagan 1. Langkah Kerja Penelitian

16 Sistematika Penyajian Penelitian ini terdiri dari empat bab. Bab I adalah pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II menjelaskan tentang pengertian dan penggunaan media sosial serta dampaknya bagi masyarakat Korea, khususnya di kalangan generasi muda. Bab III menjelaskan tentang representasi dampak-dampak penggunaan media sosial yang terdapat di dalam film Socialphobia ( 소셜포비아 ). Bab VI berisi kesimpulan yang didapat dari hasil analisis penelitian dan saran.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan kegiatan yang mengungkapkan pikiran imajinatif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan kegiatan yang mengungkapkan pikiran imajinatif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan kegiatan yang mengungkapkan pikiran imajinatif seseorang baik yang berdasarkan atas apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya maupun tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini makin sering terlihat, baik yang terjadi dikalangan publik maupun di dalam rumah

BAB I PENDAHULUAN. ini makin sering terlihat, baik yang terjadi dikalangan publik maupun di dalam rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberitaan mengenai kekerasan di media cetak maupun elektronik akhir-akhir ini makin sering terlihat, baik yang terjadi dikalangan publik maupun di dalam rumah tangga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja

BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah bentuk rekaman dengan bahasa yang akan disampaikan kepada orang lain. Sastra adalah komunikasi. Bentuk rekaman atau karya sastra tadi harus dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kebanyakan orang mendefinisikan karya sastra sebagai karangan dalam bentuk prosa tertulis yang hanya terdiri dari puisi, novel, cerpen, naskah drama dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang dianyam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah sarana komunikasi massa yang digunakan untuk menghibur, memberikan informasi, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, komedi, dan sajian teknisnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya media penyampaian suatu cerita sejak Tahun 70-an, film mulai banyak mengambil inspirasi atau karya- karya sastra yang telah ada sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang sangat membutuhkan informasi, untuk mendapatkan informasi itu maka dilakukan dengan cara berkomunikasi baik secara verbal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi adalah sebuah kebutuhan manusia dan bisa dibilang yang utama,

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi adalah sebuah kebutuhan manusia dan bisa dibilang yang utama, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah sebuah kebutuhan manusia dan bisa dibilang yang utama, karena manusia berkomunikasi setiap hari. Dimana manusia sebagai mahluk sosial yang saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain walaupun kita berbeda dibelahan bumi. Walaupun dibelahan. banyak dipilih untuk menyampaikan berbagai pesan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain walaupun kita berbeda dibelahan bumi. Walaupun dibelahan. banyak dipilih untuk menyampaikan berbagai pesan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi selama satu dekade ini sangatlah pesat khususnya komunikasi. Karena beberapa saat saja kita dapat berhubungan secara langsung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembanganmasyarakat perkotaan dan industri, sebagai bagian dari budaya

BAB I PENDAHULUAN. perkembanganmasyarakat perkotaan dan industri, sebagai bagian dari budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Film merupakan salah satu media komunikasi massa (mass communication) yaitu komunikasi melalui media massa modern. Film hadir sebagian kebudayaan massa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai dalam tugas akhir ini adalah membuat film

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai dalam tugas akhir ini adalah membuat film BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tujuan yang ingin dicapai dalam tugas akhir ini adalah membuat film pendek bergenre drama keluarga tentang dampak negatif perceraian orang tua terhadap anak. Hal ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra sebagai sebuah ungkapan pribadi pengarang berdasarkan kreativitas/ imajinasi pengarang. Sastra juga dapat dijadikan sebagai wadah seorang pengarang untuk

Lebih terperinci

2015 ANANLISIS NILAI MORAL PAD A TOKOH UTAMA RED A D ALAM FILM LE GRAND VAJAGE(LGU) KARYA ISMAEL FERROUKHI

2015 ANANLISIS NILAI MORAL PAD A TOKOH UTAMA RED A D ALAM FILM LE GRAND VAJAGE(LGU) KARYA ISMAEL FERROUKHI BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Peran bahasa asing sangatlah penting dalam menunjang eksistensi para insan pendidikan di era globalisasi ini. Tidak bisa dipungkiri, agar menjadi pribadi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam bahasa Korea disebut munhak (hangeul: 문학 ) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam bahasa Korea disebut munhak (hangeul: 문학 ) yang berarti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra dalam bahasa Korea disebut munhak (hangeul: 문학 ) yang berarti seni yang mengekspresikan perasaan atau pikiran melalui bahasa, contohnya seperti karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaan pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaan pemikiran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaan pemikiran pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar (subconcius) setelah mendapat bentuk yang jelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini karya sastra banyak berisi tentang realitas kehidupan sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang percintaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Membaca dapat dikategorikan sebagai kegiatan yang digemari oleh mayoritas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Membaca dapat dikategorikan sebagai kegiatan yang digemari oleh mayoritas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membaca dapat dikategorikan sebagai kegiatan yang digemari oleh mayoritas orang dari segala jenjang usia. Namun, apakah semua orang bisa menikmati sebuah novel tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Komunikasi dibutuhkan untuk memperoleh atau member informasi dari atau kepada orang lain. Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Film adalah salah satu bentuk media komunikasi dengan cakupan massa yang luas. Biasanya, film digunakan sebagai sarana hiburan yang cukup digemari masyarakat.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra di sekolah kini tampak semakin melesu dan kurang diminati oleh siswa. Hal ini terlihat dari respon siswa yang cenderung tidak antusias saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah sebuah karya imajiner yang bermedia bahasa dan memiliki nilai estetis. Karya sastra juga merupakan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan adalah seni yang merupakan bagian dari kehidupan manusia yang sangat tua keberadaannya. Salah satu bentuk kesusastraan yang sudah lama ada di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk institusi sosial dan hasil pekerjaan seni kreatif dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Hubungan antara sastra, masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe atau jenis penelitian ini adalah penelitian interpretif dengan pendekatan kualitatif. Paradigma merupakan sebuah konstruksi manusia yaitu gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia dengan segala kompleks persoalan hidup sebagai objeknya, dan bahasa sebagai mediumnya. Peristiwa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi baik komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal. Komunikasi bukan hanya sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Film merupakan suatu media komunikasi massa dan digunakan sebagai sarana hiburan. Perfilman Indonesia sempat menguasai bioskop-bioskop lokal di tahun 1980-an.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya sering kali berhasil memukau banyak orang, baik dari negara

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya sering kali berhasil memukau banyak orang, baik dari negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang adalah negara yang terkenal karena banyak hal, salah satunya adalah bidang hiburan. Baik budaya tradisional maupun modern yang dihasilkannya sering kali berhasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup efektif dalam menyampaikan suatu informasi. potret) atau untuk gambar positif (yang di mainkan di bioskop).

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup efektif dalam menyampaikan suatu informasi. potret) atau untuk gambar positif (yang di mainkan di bioskop). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film merupakan salah satu media massa yang digunakan sebagai sarana hiburan. Selain itu film berperan sebagai sarana modern yang digunakan untuk menyebarkan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada yang menonton, dan juga merupakan bagian dari media massa.

BAB I PENDAHULUAN. kepada yang menonton, dan juga merupakan bagian dari media massa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang ini film adalah sebuah media yang sudah sangat berkembang, bukan sebagai penyaluran kreatifitas saja, tetapi juga sudah menjadi media penyampaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan hiburan menjadi begitu penting bagi kita. Hampir setiap orang selalu menyediakan waktunya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan kreativitas manusia. Karya sastra lahir dari pengekspresian endapan pengalaman yang telah ada dalam jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia yang mengglobal ini, media massa telah menjadi alat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia yang mengglobal ini, media massa telah menjadi alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia yang mengglobal ini, media massa telah menjadi alat perpanjangan alat indra. Melalui media massa, dapat diperoleh informasi tentang orang, benda atau tempat

Lebih terperinci

Novel momoye mereka memanggilku karya Eka Hindra dan Koichi Kimura : tinjauan sosiologi sastra BAB I PENDAHULUAN

Novel momoye mereka memanggilku karya Eka Hindra dan Koichi Kimura : tinjauan sosiologi sastra BAB I PENDAHULUAN Novel momoye mereka memanggilku karya Eka Hindra dan Koichi Kimura : tinjauan sosiologi sastra Disusun Oleh : Stephanie Kurnia Trihapsari C0204061 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sarana bagi seorang pengarang untuk menyampaikan suatu pemikiran atau gagasan berdasarkan problem-problem sosial yang terjadi di lingkungan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media bahasa merupakan salah satu media yang digunakan oleh seorang sastrawan untuk menyampaikan karya seni yaitu sebuah karya sastra untuk para pembaca. Keindahan dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dengan judul skripsi, buku-buku yang digunakan dalam pengkajian ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa Perancis merupakan bahasa yang populer saat ini. Sudah banyak orang yang ingin belajar bahasa Perancis dan mengetahui kebudayaannya. Bahasa Perancis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam berekspresi dapat diwujudkan dengan berbagai macam cara. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan sebuah karya sastra baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, seni, lukisan, dan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, seni, lukisan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya fiksi (1991: 3).

BAB I PENDAHULUAN. dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya fiksi (1991: 3). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta. Akar kata Sas, dalam kata kerja turunan berarti mengarahkan, mengajar, memberikan petunjuk atau instruksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana komunikasi yang paling efektif, karena film dalam menyampaikan pesannya yang begitu kuat sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dihayati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai media hiburan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yakni prosa (fiksi), puisi, dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yakni prosa (fiksi), puisi, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan sebuah karya seni yang dapat memikat hati dan bersifat mendidik. Berbagai jenis karya sastra yang telah hadir dalam lingkungan masyarakat dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media Massa saat ini, telah menjadi bagian penting dalam hidup. keseharian masyarakat. setiap orang pasti pernah menonton televisi,

BAB I PENDAHULUAN. Media Massa saat ini, telah menjadi bagian penting dalam hidup. keseharian masyarakat. setiap orang pasti pernah menonton televisi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media Massa saat ini, telah menjadi bagian penting dalam hidup keseharian masyarakat. setiap orang pasti pernah menonton televisi, mendengarkan radio, membaca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton atau pemirsanya. Namun fungsi film tidak hanya itu. Film juga merupakan salah satu media untuk berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diproduksi semenarik mungkin agar penonton tidak merasa bosan. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. diproduksi semenarik mungkin agar penonton tidak merasa bosan. Berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Film merupakan gambar bergerak yang di dalamnya memiliki alur dan cerita yang menarik untuk menghibur para penonton. Alur dan cerita pada film diproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inovasi dinamika teknologi dan industri multimedia kini telah berkembang pesat. Industri multimedia seperti desain brand, pembuatan video, dan pembuatan game berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang sastra anak. Hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga cabang ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga cabang ilmu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga cabang ilmu pengetahuan. Studi sastra memiliki metode-metode yang absah dan ilmiah, walau tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. puisi antara lain Oidipus, Hamlet, Mahabaratha, Ramayana, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. puisi antara lain Oidipus, Hamlet, Mahabaratha, Ramayana, dan sebagainya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra dari berbagai macam karya sastra yang ada. Dalam perkembangannya, puisi mengalami pasang surut sesuai pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi. Dalam proses komunikasi, komunikator mengirimkan. pesan/informasi kepada komunikan sebagai sasaran komunikasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi. Dalam proses komunikasi, komunikator mengirimkan. pesan/informasi kepada komunikan sebagai sasaran komunikasi. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Untuk memahami pengertian manajemen komunikasi, terlebih dahulu dijelaskan pengertian komunikasi secara umum. Kata komunikasi berasal dari bahasa Latin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak bisa apa apa di bawah bayang bayang kekuasaan kaum pria di zaman

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak bisa apa apa di bawah bayang bayang kekuasaan kaum pria di zaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan. Wacana tentang perempuan ataupun feminis berkembang diseluruh dunia, baik di negara maju maupun negara berkembang. Perempuan mempunyai peran penting pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kesenjangan. Serta pengertian Digital Audio Workstation.

BAB II LANDASAN TEORI. kesenjangan. Serta pengertian Digital Audio Workstation. BAB II LANDASAN TEORI Untuk mendukung pembuatan film pendek bergenre drama sosial berjudul Do it ini, maka akan digunakan beberapa landasan teori yang dibutuhkan. Landasan teori yang dipergunakan meliputi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada jaman sekarang ini, dapat dilihat bahwa perkembangan entertaiment di Negara Korea Selatan, berkembang dengan sangat pesat. Seperti munculnya dramadrama yang membanjiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Korea Selatan adalah sebuah negara republik yang terletak di Semenanjung

BAB I PENDAHULUAN. Korea Selatan adalah sebuah negara republik yang terletak di Semenanjung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korea Selatan adalah sebuah negara republik yang terletak di Semenanjung Korea. Sejak kemerdekaannya pada tanggal 15 Agustus 1945, Korea Selatan telah berkembang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat kaitannya karena pada dasarnya keberadaan sastra sering bermula dari persoalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seniman melalui berbagai bentuk media yang digunakannya. Melalui karya seni inilah

BAB I PENDAHULUAN. seniman melalui berbagai bentuk media yang digunakannya. Melalui karya seni inilah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah karya seni merupakan suatu kegiatan kreatif yang dihasilkan oleh seorang seniman melalui berbagai bentuk media yang digunakannya. Melalui karya seni inilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia tidak akan pernah terlepas dari komunikasi. Dimanapun kita, apapun yang kita lakukan, dan bagaimana bentuknya, kita pasti melakukan proses komunikasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumardja dan Saini (1988: 3) menjabarkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, dan keyakinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan ide, gagasan, pendapat serta perasaan kepada orang lain. Sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat, bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media massa, akhir-akhir ini perkembangan media massa sangat pesat, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media massa, akhir-akhir ini perkembangan media massa sangat pesat, bahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa, akhir-akhir ini perkembangan media massa sangat pesat, bahkan sekarang sudah menjadi sebuah industri. Media massa terdiri dari media masa cetak,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu sastra merupakan ilmu yang menyelidiki karya sastra, beserta gejala yang menyertainya, secara ilmiah. Di samping teks karya sastra, juga semua peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengetahuan masyarakat. Sekarang ini, media memiliki andil yang. budaya yang bijak untuk mengubah prilaku masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengetahuan masyarakat. Sekarang ini, media memiliki andil yang. budaya yang bijak untuk mengubah prilaku masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Media massa berperan sebagai sumber rujukan di bidang pendidikan dan penyebaran informasi yang cepat. Dalam hal ini, media dapat meningkatkan tingkat pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sansekerta yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Drama merupakan karya sastra yang dalam penulisan teksnya berisikan dialog-dialog dan isinya membentangkan sebuah alur. Seperti fiksi, drama berpusat pada satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dunia seni saat ini semakin banyak jumlah dan beragam bentuknya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dunia seni saat ini semakin banyak jumlah dan beragam bentuknya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia seni saat ini semakin banyak jumlah dan beragam bentuknya. Berbagai jenis seni yang dimiliki Indonesia sangat beragam mulai dari bentuk, ciri khas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini akan dijabarkan tentang jenis metode penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukan hanya cerita khayal atau angan-angan dari pengarangnya, melainkan wujud

BAB I PENDAHULUAN. bukan hanya cerita khayal atau angan-angan dari pengarangnya, melainkan wujud BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan wujud gagasan pengarang dalam memandang lingkungan sosial yang berada di sekelilingnya dengan menggunakan bahasa yang indah. Sastra hadir sebagai hasil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Film adalah gambar hidup, sering juga disebut movie, film sering

BAB 1 PENDAHULUAN. Film adalah gambar hidup, sering juga disebut movie, film sering 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Film adalah gambar hidup, sering juga disebut movie, film sering disebut juga sinema. Gambar hidup adalah bentuk seni dari hiburan. Film merupakan gambar

Lebih terperinci

Prakata. iii. Bandung, September Penulis

Prakata. iii. Bandung, September Penulis Prakata Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual, sosial, dan emosional. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita.

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita. Perkembangan jaman dan teknologi ini juga berimbas kepada proses berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Produksi film di Indonesia kian hari kian berkembang, mulai dari yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Produksi film di Indonesia kian hari kian berkembang, mulai dari yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Produksi film di Indonesia kian hari kian berkembang, mulai dari yang bergenre komedi, horor, action, sampai romantik semua dapat dengan mudah diperoleh dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Film merupakan salah satu produk media massa yang selalu berkembang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Film merupakan salah satu produk media massa yang selalu berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Film merupakan salah satu produk media massa yang selalu berkembang setiap jamannya. Film adalah sebuah produk seni yang memiliki kebebasan dalam berekspresi, juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam bahasa Korea disebut munhak (hangeul: 문학 ) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam bahasa Korea disebut munhak (hangeul: 문학 ) yang berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dalam bahasa Korea disebut munhak (hangeul: 문학 ) yang berarti kesenian yang menggunakan bahasa atau kata-kata untuk mengekspresikan suatu imajinasi atau perasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ridha Wulan Kartika, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Ridha Wulan Kartika, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah salah satu mata pelajaran wajib di sekolah. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bertujuan agar empat keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain, seperti koran, televisi, radio, dan internet. produksi Amerika Serikat yang lebih dikenal dengan nama Hollywood.

BAB I PENDAHULUAN. lain, seperti koran, televisi, radio, dan internet. produksi Amerika Serikat yang lebih dikenal dengan nama Hollywood. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman sekarang, komunikasi sudah banyak cara penyaluran pesannya kepada masyarakat, salah satunya adalah film, disamping menggunakan media lain, seperti koran, televisi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini berjudul Analisis Tokoh Utama pada Film Curse of the Golden

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini berjudul Analisis Tokoh Utama pada Film Curse of the Golden BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini berjudul Analisis Tokoh Utama pada Film Curse of the Golden Flower Berdasarkan Pendekatan Struktural. Film yang akan penulis analisis diadaptasi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra adalah bentuk seni yang diungkapkan oleh pikiran dan perasaan manusia dengan keindahan bahasa, keaslian gagasan, dan kedalaman pesan (Najid, 2003:7). Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra yang tercipta merupakan hasil dari proses kreativitas pengarang. Pengarang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra yang tercipta merupakan hasil dari proses kreativitas pengarang. Pengarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra yang tercipta merupakan hasil dari proses kreativitas pengarang. Pengarang merupakan bagian dari masyarakat, dan hidup dalam masyarakat dengan beraneka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan bermain peran merupakan salah satu keterampilan berbahasa lisan yang penting dikuasai oleh siswa, termasuk siswa Sekolah Menengah Pertama. Seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan industri perfilman di Indonesia mempunyai sisi kemajuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan industri perfilman di Indonesia mempunyai sisi kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri perfilman di Indonesia mempunyai sisi kemajuan yang sangat pesat. Saat ini dunia perfilman di Indonesia sudah mampu menunjukkan keberhasilannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua peristiwa itu aktivitas menyimak terjadi. Dalam mengikuti pendidikan. peristiwa ini keterampilan menyimak mutlak diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. semua peristiwa itu aktivitas menyimak terjadi. Dalam mengikuti pendidikan. peristiwa ini keterampilan menyimak mutlak diperlukan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dihadapkan dengan berbagai kesibukan menyimak. Dialog di keluarga, baik antara anak dan orang tua, antara orang tua, antar

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala. Kaitan tersebut dilakukan oleh peneliti berdasarkan observasinya.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala. Kaitan tersebut dilakukan oleh peneliti berdasarkan observasinya. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Untuk membahas sebuah karya sastra ada dua macam pendekatan, yaitu pendekatan intrinsik dan pendekatan ekstrinsik. Pendekatan intrinsik bertolak

Lebih terperinci

CREATIVE THINKING. Mencari dan Menemukan Ide Cerita. Drs. Moh. Hafizni, M.I.Kom. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi Penyiaran

CREATIVE THINKING. Mencari dan Menemukan Ide Cerita. Drs. Moh. Hafizni, M.I.Kom. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi Penyiaran CREATIVE THINKING Modul ke: Mencari dan Menemukan Ide Cerita Fakultas FIKOM Drs. Moh. Hafizni, M.I.Kom. Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id Menggali Ide Cerita Ide atau gagasan yang baik merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginannya. Hal inipun diatur dalam Undang-Undang Dasar Terdapat paham liberalisme dimana liber yang artinya bebas atau

BAB I PENDAHULUAN. keinginannya. Hal inipun diatur dalam Undang-Undang Dasar Terdapat paham liberalisme dimana liber yang artinya bebas atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap manusia pada umumnya menginginkan kehidupannya berjalan dengan baik, sesuai dengan apa yang dikehendakinya, yang mana sesuai dengan arti sebuah kebebasan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Istilah surealisme memang masih asing terdengar di telinga masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Istilah surealisme memang masih asing terdengar di telinga masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Istilah surealisme memang masih asing terdengar di telinga masyarakat umum. Namun, lain halnya dengan mereka yang menyebut dirinya sebagai seniman. Tentunya,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Multimedia Rubinson menyatakan bahwa multimedia merupakan presentasi intrusional yang mengkombinasikan tampilan teks, grafis, vidio dan audio, serta dapat menyediakan interaktifitas.

Lebih terperinci