BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam bahasa Korea disebut munhak (hangeul: 문학 ) yang berarti

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam bahasa Korea disebut munhak (hangeul: 문학 ) yang berarti"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra dalam bahasa Korea disebut munhak (hangeul: 문학 ) yang berarti seni yang mengekspresikan perasaan atau pikiran melalui bahasa, contohnya seperti karya puisi, novel, drama, esai, dan lain-lain (Sae Gukeo Sajeon, 2004: 310). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997: 473) sastra merupakan bahasa dalam karya tulis yang mampu menggetarkan jiwa yang indah berupa tulisan atau huruf. Berdasarkan dua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sastra adalah hasil pemikiran, emosi, dan kepercayaan yang dituangkan dalam bentuk kata-kata yang indah dan menggetarkan. Karya sastra diciptakan sastrawan agar bisa dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan adalah anggota masyarakat; dan terikat oleh status sosial tertentu. Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium; bahasa merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan; dan kehidupan itu adalah suatu kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dengan orang-seorang, antarmanusia, dan antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang (Damono, 1984:1). Sastra tidak hanya sebuah karya tulis yang diciptakan pengarang sebagai media kreativitas, namun juga sebagai catatan 1

2 2 dokumentasi untuk menggambarkan kejadian yang terjadi di dalam suatu masyarakat pada kurun waktu tertentu. Menurut Wellek dan Warren (1990: 109) sastra menyajikan kehidupan, dan kehidupan sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial. Sastra tidak lahir begitu saja, akan tetapi sastra lahir dari pemikiran penulis dari penilaiannya terhadap kehidupan yang terjadi dalam masyarakat. Permasalahan yang terjadi di dalam masyarakat sering kali menjadi latar belakang sebuah sastra. Dengan daya imajinasi yang dimilikinya, pengarang mencoba memasukkan berbagai fakta dan masalah sosial yang terdapat dalam masyarakat ke dalam karya sastra yang dibuatnya. Salah satu permasalahan sosial dalam masyarakat yang diangkat ke dalam karya sastra adalah tantangan yang dihadapi pekerja di kehidupan kerja. Komik termasuk dalam karya sastra, yaitu sastra bergambar. Komik merupakan sebuah susunan gambar dan kata yang bertujuan untuk memberikan informasi yang ingin disampaikan kepada pembaca. Sebuah komik selalu memanfaatkan ruang gambar dengan tata letak. Hal tersebut agar gambar membentuk cerita, yang dituangkan dalam bentuk dan tanda (Bonnef, 1998:7). Salah satu jenis komik adalah webtoon. Webtoon 1 (Hangul: 웹툰 ) berasal dari gabungan kata web dan cartoon yang merupakan istilah dalam bahasa Korea untuk menyebut komik digital yang dipublikasikan di internet. Webtoon merupakan bagian dari budaya populer Korea Selatan yang sekarang memperluas diri dengan mengeksplorasi tema baru, menjangkau pembaca 1 diakses pada tanggal 30 April 2016 pada pukul WIB.

3 3 baru dan menggabungkan dengan media lainnya. Tidak seperti komik biasa, webtoon membuat komunikasi langsung antara penulis dan pembaca karena komentar pembaca akan ditampilkan di bagian bawah chapter webtoon yang dipublikasikan. Akhir-akhir ini banyak webtoon yang diadaptasi ke dalam bentuk drama. Drama 2 dalam bahasa Korea disebut deurama (hangeul: 드라마 ) yang berarti sebuah karya seni yang menggunakan dialog dan gerakan pemeran sebagai sarana utama pengekspresiannya. Drama mempunyai kelebihan dibandingkan dengan karya sastra lainnya yaitu unsur pementasan yang mengungkapkan isi cerita secara langsung dan dipertontonkan di depan umum. Menurut pendapat Harymawan dalam Dewojati (2012:7) secara etimologis, kata drama berasal dari kata Yunani draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi, dan sebagainya. Hassanudin dalam Dewojati (2012:9) mengungkapkan bahwa drama adalah karya yang memiliki dua dimensi, yakni dimensi sastra dan dimensi seni pertunjukan. Pengertian drama sebagai suatu genre sastra lebih terfokus sebagai suatu karya yang lebih berorientasi kepada seni pertunjukan dibandingkan sebagai genre sastra. Drama sebagai pertunjukan suatu lakon merupakan tempat pertemuan dari beberapa cabang kesenian yang lain seperti seni sastra, seni peran, seni tari, seni deklamasi, dan tak jarang seni suara (Ibrahim dalam Dewojati, 2012:9). Drama dalam penelitian ini mengacu kepada sandiwara bersambung yang menceritakan tentang kehidupan sehari-hari tayang di saluran televisi. 2 diakses pada tanggal 25 Februari 2016 pukul WIB.

4 4 Salah satu drama Korea yang merupakan hasil adaptasi webtoon adalah drama Misaeng yang disutradarai oleh Kim Won Seok. Drama Misaeng merupakan adaptasi dari webtoon karya Yoon Tae Ho yang berjudul sama. Webtoon tersebut dipublikasikan tahun 2012 secara online di situs Daum dan menembus angka satu juta pembaca (Myeongsook, 2013:52-59). Perubahan yang muncul dalam proses adaptasi webtoon Misaeng menjadi drama telah menimbulkan bermacam-macam respon dari audiens. Namun meskipun begitu, kebanyakan dari mereka merespon secara positif drama Misaeng karena mereka menganggap Misaeng telah berhasil mencerminkan kehidupan kerja mereka di perusahaan. Hal tersebut dapat dilihat dari drama Misaeng yang meraih rating penonton yang tinggi di Korea Selatan. Seperti yang diberitakan AllKpop, rating penonton drama Misaeng pada episode terakhir mencapai 10,3 persen yang merupakan rating tinggi untuk stasiun tv kabel. 3 Drama ini juga memenangkan beberapa penghargaan bergengsi di Korea, seperti memenangkan kategori Best Actor dan Grand Prize (Daesang) dalam acara 9th Cable TV Broadcasting Awards. Drama Misaeng juga memenangkan Special Award untuk drama luar negeri di Tokyo Drama Awards yang digelar pada Oktober Salah satu tema yang diangkat dalam drama Misaeng adalah tantangan dalam kehidupan kerja yang dihadapi para pekerja. Korea Selatan merupakan salah satu negara dengan kehidupan kerja yang keras. Hal tersebut dapat diketahui 3 diakses 27 Februari 2015, pukul WIB. 4 kpopfighting.com/2015/10/22/misaeng-wins-special-award-at-tokyo-drama-award-2015/ diakses pada tanggal 25 Februari 2016 pukul WIB.

5 5 dari tingkat persaingan yang tinggi, diskriminasi pegawai di tempat kerja, serta kekerasan yang terjadi di tempat kerja. Indeks terbaru yang dikeluarkan oleh OECD (Economic Cooperation and Development) menunjukkan kerasnya kehidupan yang harus dihadapi masyarakat Korea. Laporan tersebut menunjukkan bahwa Korea tertinggal dalam hal kesejahteraan dengan adanya jam kerja yang panjang, kesenjangan pendapatan yang semakin besar, dan masalah diskriminasi. Korea menempati peringkat ke dua puluh delapan dari total tiga puluh delapan anggota OECD dalam Better Life Index. Indeks ini menilai sebelas bidang, termasuk pendapatan, pekerjaan, lingkungan, kesehatan, dan kepuasan hidup. 5 Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa alasan pemilihan drama Misaeng sebagai objek penelitian adalah karena drama Misaeng merupakan bentuk adaptasi dari webtoon Misaeng yang sukses dan menjadi fenomena budaya di Korea Selatan. Perubahan dalam proses adaptasi drama Misaeng tentu memunculkan banyak tanggapan dari penonton. Karya adaptasi sering dianggap sebagai sesuatu yang minor, subsidiary, dan tidak pernah sebaik yang asli. Berdasarkan fenomena tersebut, Hutcheon (2006:xiii) berpendapat bahwa sebuah karya adaptasi tentu berbeda dengan karya yang diadaptasi karena karya adaptasi telah melalui konteks eksperensial. Seorang adapter lebih dahulu melakukan interpretasi kemudian menciptakan sebuah karya baru, yaitu karya adaptasi. Hutcheon menentang anggapan bahwa karya adaptasi merupakan karya yang minor. Menurutnya, ada banyak variasi motif di balik aktivitas adaptasi, termasuk 5 m.koreatimes.co.kr/phone/news/view.jsp?req_newsidx= Diakses pada tanggal 8 Juni 2016 pukul WIB.

6 6 motif ekonomi, politis, dan ideologi. Hutcheon juga mengatakan bahwa proses adaptasi hampir selalu menimbulkan perubahan karena perubahan dalam karya adaptasi adalah suatu keniscayaan, dan bukan merupakan sebuah kesalahan. Namun, perubahan tersebut bukan tanpa alasan karena selalu ada tujuan tertentu dari perubahan-perubahan yang terjadi dalam penciptaan karya adaptasi. Oleh karena itu, alasan dan motivasi dibalik penciptaan serta perubahan yang terjadi dalam proses adaptasi perlu dikaji. Selain alasan tersebut, isu-isu sosial yang termuat dalam drama Misaeng tentang tantangan dalam kehidupan kerja menjadikan teori sosiologi sastra sebagai kajian yang tepat untuk meneliti hubungan antara drama ini dengan masyarakat. Cerita tentang para pegawai kantor yang menghadapi tantangan dalam kehidupan kerja yang terdapat dalam drama ini juga memberikan gambaran tentang keadaan pegawai kantor di Korea pada saat drama diproduksi, dan hal tersebut menarik untuk diteliti. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang disebutkan pada subbab di atas, dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut. a. Bagaimanakah drama Misaeng sebagai bentuk adaptasi webtoon Misaeng? b. Bagaimanakah wujud tantangan dalam kehidupan kerja dalam drama Misaeng? c. Bagaimanakah wujud tantangan kehidupan kerja di Korea Selatan yang tercermin dalam drama Misaeng?

7 7 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang disebutkan pada subbab di atas, dapat diketahui tujuan penelitian sebagai berikut. a. Mendeskripsikan drama Misaeng sebagai bentuk adaptasi webtoon Misaeng. b. Mendeskripsikan wujud tantangan dalam kehidupan kerja dalam drama Misaeng c. Mendeskripsikan wujud tantangan kehidupan kerja di Korea Selatan yang tercermin dalam drama Misaeng 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Manfaat teoretis dalam penelitian ini adalah menambah pengetahuan tentang drama Misaeng sebagai bentuk adaptasi webtoon Misaeng dan wujud tantangan dalam kehidupan kerja yang terdapat dalam drama Misaeng, serta tantangan dalam kehidupan kerja di Korea Selatan. Dengan menggunakan teori adaptasi Hutcheon, dalam penelitian ini dapat diungkapkan perubahan yang muncul serta motivasi dan konteks yang memengaruhi proses adaptasi drama Misaeng. Selain itu, pembaca diharapkan mampu memperkaya pengetahuan mengenai aplikasi teori adaptasi Hutcheon dan teori sosiologi sastra Swingewood melalui penelitian ini. Manfaat praktis penelitian ini adalah memberikan informasi kepada masyarakat mengenai transformasi karya sastra menjadi berbagai bentuk, termasuk transformasi dari webtoon ke drama. Penelitian ini juga diharapkan

8 8 dapat mengubah pandangan masyarakat tentang karya asli yang sempurna dan karya adaptasi yang inferior. Selain itu, melalui penelitian ini, diharapkan masyarakat dapat mengetahui tentang tantangan dalam kehidupan kerja di Korea Selatan. Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu masyarakat menghargai dan mengapresiasi karya sastra Korea pada umumnya dan memberikan referensi penelitian sastra Korea dengan analisis sosiologi sastra kepada mahasiswa Program Studi Bahasa Korea pada khususnya. 1.5 Tinjauan Pustaka Penelitian ini dilakukan setelah meninjau penelitian Sinaga (2012) yang berjudul Realita Masyarakat Korea pada Masa Jepang dalam Antologi Puisi buat Rakyat Indonesia : Pendekatan Sosiologi Sastra. Penelitian tersebut membahas antologi puisi dengan teori strukturalisme dan sosiologi sastra. Hal yang diungkap dalam penelitian tersebut adalah unsur-unsur kepuitisan dalam antologi puisi dan kehidupan masyarakat Korea yang sebenarnya dalam penjajahan Jepang. Tinjauan lain yang menggunakan teori sosiologi sastra adalah penelitian Trinipastika (2013) dengan judul Representasi Modernisasi di Korea : Kajian Sosiologi sastra dalam Film The Way Home. Dalam penelitian tersebut, diungkapkan mengenai modernisasi atau perubahan bentuk fisik berupa bendabenda dan bentuk non-fisik berupa bahasa, interaksi sosial dan pola pikir masyarakat modern.

9 9 Penelitian ini juga menggunakan penelitian Septin (2014) berjudul Representasi dan Dampak Hallyu Pada Kehidupan Masyarakat Korea Dalam Drama Reply 1997 ( 응답하라 1997): Kajian Sosiologi Sastra sebagai referensi. Penelitian tersebut meneliti mengenai representatif Hallyu dalam drama Reply Penelitian tetrsebut menggunakan teori sosiologi sastra yang dikemukakan oleh Swingewood dengan pendekatan yang menitikberatkan pada penelitian yang menangkap sastra sebagai manifestasi peristiwa sejarah dalam sebuah keadaan sosial budaya tertentu sedangkan penelitian yang penulis lakukan menggunakan pendekatan yang menangkap karya sastra sebagai cerminan sosial yang merefleksikan situasi pada masa sastra tersebut diciptakan. Tinjauan lain yang digunakan sebagai referensi dalam penelitian ini adalah penelitian Hakim (2008) berjudul Kritik Sosial Dalam Cerpen-Cerpen A. Mustofa Bisri: Sebuah Pendekatan Sosiologi Sastra. Penelitian di atas menganalisis kritik sosial yang terdapat dalam sembilan cerpen A. Mustofa Bisri yang terdapat dalam kumpulan cerpen berjudul Lukisan Kaligrafi menggunakan pendekatan Sosiologi Sastra. Bentuk kritik sosial yang diungkapkan dalam penelitian ini yaitu kritik terhadap pesantren, aliran sesat, mubaligh, polisi dan pelaku teror, dan kritik terhadap perilaku masyarakat Islam Indonesia. Selain penelitian-penelitian tersebut, penelitian ini juga menggunakan penelitian Alamsyah (2011) yang berjudul Representasi Tokoh Perempuan Mandiri dalam Alih Wahana dari Buku Memoar ke Film Eat Pray Love. Penelitian tersebut membahas representasi tokoh perempuan dalam alih wahana

10 10 buku memoar Eat Pray Love. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif analisis dan menggunakan teori feminisme tentang gender dan patriarki. Hasil yang didapat dalam penelitian tersebut adalah representasi wanita modern yang mandiri, pandai, dan memiliki posisi yang setara dengan pria. Berdasarkan uraian di atas, sampai saat ini belum ada penelitian yang menggunakan sosiologi sastra dengan objek material drama Misaeng. Berbeda dengan penelitian yang lain, penelitian ini membahas tantangan dalam kehidupan kerja di Korea Selatan. Drama Misaeng menceritakan tentang kehidupan Jang Geu Rae yang gagal menjadi pemain baduk profesional dan akhirnya bekerja di perusahaan One International. Dalam drama ini ditampilkan perjuangan Geu Rae dan rekan-rekannya sebagai pegawai baru untuk bertahan menghadapi tantangan dalam kehidupan kerja. Tantangan dalam kehidupan kerja di Korea Selatan yang tercermin dalam drama Misaeng dan hubungannya dengan sosial masyarakat Korea Selatan dianggap perlu dianalisis dengan menerapkan teori sosiologi sastra. 1.6 Landasan Teori Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori adaptasi Hutcheon dan teori Sosiologi Sastra Swingewood. Drama Misaeng merupakan adaptasi dari webtoon Misaeng. Oleh karena itu, untuk membuktikan bahwa karya adaptasi tidak lebih jelek dari karya aslinya dan untuk mengetahui perubahan yang muncul serta motivasi dan konteks yang memengaruhi proses adaptasi drama Misaeng, akan digunakan teori adaptasi Hutcheon. Menurut Hutcheon (2006:xi), adaptasi tidak hanya dibatasi oleh dua media seperti film dan novel.

11 11 Adaptasi sangat mungkin terjadi pada banyak media, seperti novel, film, opera, drama, lukisan, lagu, dan sebagainya. Segala bentuk media tersebut dapat diadaptasi dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Adaptasi menurut Hutcheon (2006:xi) dapat diterapkan pada berbagai media seperti novel, drama, opera, lukisan, lagu, dan lainnya. Melalui sudut pandang postmodernisme, Hutcheon memandang bahwa terdapat enam konsep yang berpengaruh dalam adaptasi, yaitu what (berkaitan dengan bentuk atau media yang digunakan), who (berkaitan dengan siapa yang melakukan adaptasi atau biasa disebut adapter), why (berkaitan dengan alasan atau faktor yang menjadi alasan dilakukannya adaptasi), how (berkaitan dengan tanggapan audiensnya), where dan when (berkaitan dengan konteks dalam adaptasi). Dalam proses penerimaannya, sebuah karya adaptasi selalu dianggap sebagai karya minor, subsidiary, dan tidak pernah sebagus yang asli. Pada praktiknya, teks sumber atau teks yang asli diberikan hak istimewa dan dijadikan prioritas. Konsep kesetiaan terhadap teks sumber ini lah yang sering dijadikan pedoman dalam kritik karya adaptasi. Hutcheon mengkritik anggapan tersebut dan beranggapan bahwa banyak variasi motif di balik aktivitas adaptasi. Hutcheon (2006:169) mengatakan bahwa keberagaman versi itu bersifat lateral (menyamping) bukan vertikal. Karya adaptasi merupakan bentukan dan bagian dari teks asli tetapi hal tersebut tidak berarti bahwa teks sumber atau teks asli lebih sempurna dan lebih tinggi dari karya adaptasi. Menurut Hutcheon, teks sumber memiliki kedudukan yang sama dengan karya adaptasi.

12 12 Selanjutnya Hutcheon (2006:7) mengemukakan bahwa adaptasi dapat dilihat dari tiga perspektif. Pertama, adaptasi dilihat sebagai entitas atau produk. Dalam hal ini pasti terdapat transcoding atau perubahan media atau genre, misalnya dari webtoon ke serial drama televisi atau novel ke film, dan sebagainya. Kedua, adaptasi dapat dilihat sebagai proses penciptaan. Dalam hal ini adaptasi selalu berkaitan dengan reinterpretation dan recreation. Ketiga, adaptasi dilihat sebagai proses resepsi. Dalam hal ini, adaptasi merupakan bentuk dari intertekstualitas dan tidak berangkat dari kekosongan. Jadi, adaptasi berkaitan dengan bentuk, adapter sebagai orang yang menginterpretasi dan menciptakan karya adaptasi, serta audiens sebagai orang yang melakukan resepsi. Namun seperti yang telah disebutkan sebelumnya, adaptasi tidak lahir dari kekosongan. Oleh karena itu, adaptasi selalu berkaitan dengan konteks. Sebuah karya adaptasi selalu mempunyai konteks tertentu sesuai waktu, situasi, latar belakang ketika aktivitas adaptasi dilakukan. Oleh karena itu, konteks dalam karya adaptasi juga dapat berubah. Selain itu, Hutcheon juga merumuskan beberapa motivasi adaptasi yang di dalamnya terdapat motivasi ekonomi, motivasi personal, motivasi politis, dan sebagainya. Menurut Hutcheon, mencari perubahan dalam narasi tertentu melalui perubahan media dapat digunakan sebagai satu cara untuk mengeksplorasi segala bentuk motivasi dan maksudnya, serta sebuah proses adaptasi. Tantangan dalam kehidupan kerja dalam drama Misaeng merupakan fakta sosial yang terjadi di Korea Selatan. Oleh karena itu, penelitian ini juga menggunakan teori sosiologi sastra. Dalam bukunya yang berjudul The Sociology of Literature, Swingewood (1972) mendefinisikan sosiologi sastra sebagai studi

13 13 yang ilmiah dan objektif mengenai manusia dalam masyarakat, studi mengenai lembaga-lembaga dan proses-proses sosial (Faruk, 2003:1). Swingewood mengatakan lewat penelitian yang ketat mengenai lembaga-lembaga sosial, agama, ekonomi, politik, dan keluarga, yang secara bersama sama membentuk apa yang disebut sebagai struktur sosial, sosiologi, dikatakan memperoleh gambaran mengenai cara-cara manusia menyesuaikan dirinya dengan dan ditentukan oleh masyarakat masyarakat tertentu, gambaran mengenai mekanisme sosialisasi, proses belajar secara kultural, yang dengannya individu-individu dialokasikan pada peranan-peranan tertentu dalam struktur sosial (Faruk 2003:1). Menurut Swingewood (1972:11) sosiologi merupakan studi yang ilmiah dan objektif, mengenai manusia dalam masyarakat, studi mengenai lembagalembaga sosial dan proses sosial. Swingewood juga memaparkan bahwa sastra dan sosiologi memiliki objek yang sama, yaitu manusia dan lingkungannya. Sama halnya dengan sosiologi, sastra juga peduli akan dunia sosial manusia, mengadaptasinya, dan ada keinginan untuk mengubahnya. Dalam bukunya, Swingewood menjabarkan tiga pendekatan yang berkaitan dengan penelitian sosiologi sastra. Ketiga hal tersebut antara lain adalah sebagai berikut. a. Pendekatan yang menangkap karya sastra sebagai cerminan sosial, yang merefleksikan situasi pada masa sastra tersebut diciptakan (Swingewood dan Laurenson,1972:13). Swingewood mengungkapakan bahwa pendekatan ini mengadopsi dan mendokumentasikan aspek-aspek dalam sebuah sastra, kemudian melakukan

14 14 argumentasi untuk membuktikan bahwa sastra tersebut adalah sebuah cerminan masanya. Pendekatan ini kurang memperhitungkan pengarang sebagai pencipta sastra. Dengan teori ini, pengarang hanya memiliki tugas untuk mengartikulasikan nilai-nilai dan fakta-fakta murni dari suatu masa, dan menjadikannya sebuah karya sastra (Swingewood dan Laurenson,1972:16) b. Pendekatan yang menyoroti situasi penulisnya (Swingewood dan Laurenson,1972:17) Di pendapatnya yang kedua ini, Swingewood mengungkapkan bahwa kedudukan penulis dianggap sangat penting, dan terdapat hubungan antara latar belakang penulis dengan perkembangan sastra. Dengan pendekatan ini, literatur sastra menjauh dari tekanan pada proses pembuatan sastra itu sendiri (Swingewood dan Laurenson,1972:18). c. Pendekatan yang menangkap sastra sebagai manifestasi peristiwa sejarah dalam sebuah keadaan sosial tertentu (Swingewood dan Laurenson,1972:21). Swingewood mengungkapkan bahwa sebuah sastra realistis yang lahir dari seorang penulis yang hebat tidak lepas dari kemampuan penulis tersebut untuk mendalami pikiran manusia dan memahami kondisi sosial yang ada. Dengan pendekatan ini peneliti dapat mencoba untuk membuktikan sosologi dan literatur saling membutuhkan, tanpa melupakan hubungan antara penulis sebagai saksi sejarah dengan sastra (Swingewood dan Laurenson,1972:22). Ketiga pendekatan ini dapat berdiri sendiri atau diungkapkan sekaligus dalam sebuah penelitian. Teori ini menitikberatkan pada penelitian yang menangkap sastra sebagai cerminan sosial, yang merefleksi situasi pada masa

15 15 sastra tersebut diciptakan. Penelitian ini menggunakan pendekatan pertama karena objek formal penelitian ini adalah tantangan dalam kehidupan kerja di Korea Selatan dalam drama Misaeng. Drama Misaeng menampilkan tantangan dalam kehidupan kerja yang harus dihadapi pekerja di Korea. Konsep cermin disini menurut Swingewood (Swingewood dan Laurenson, 1972: 16) bukan untuk menemukan cermin sejarah dan sosial dalam karya sastra, melainkan mengartikulasikan sifat nilai yang ditanamkan dalam karya sastra. Lowenthal (dalam Swingewood dan Laurenson,1972:16) memaparkan bahwa dengan melihat konteks sosialnya, penelitian karya sastra akan mampu mengungkapkan problem inti yang telah dipikirkan pengarang dan memperbolehkan peneliti sastra untuk mengembangkan citra dari masyarakat dari segi individu yang menulisnya. Berdasarkan hal tersebut dapat dijelaskan bahwa karya sastra tidak bisa dipahami tanpa melihat realita di masyarakat. Jadi, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teori sosiologi sastra Swingewood karena teori tersebut banyak membahas masyarakat dan kehidupannya. Hal ini sangat relevan dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi wujud tantangan dalam kehidupan kerja di Korea Selatan dalam drama Misaeng. 1.7 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif-deskriptif. Metode tersebut merupakan metode penelitian yang bersifat menjelaskan dan menggambarkan. Selanjutnya, metode penelitian dijelaskan dalam 3 bagian yaitu, metode pengumpulan data, metode analisis data, dan langkah-langkah penelitian.

16 Pengumpulan data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan metode studi pustaka. Metode studi pustaka dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang berkaitan dengan objek analisis penelitian, yaitu wujud tantangan dalam kehidupan kerja. proses pengumpulan data dilakukan dengan membaca buku, jurnal, majalah, kamus, ensiklopedia, dan artikel baik dari media cetak maupun media elektronik yang membahas tantangan dalam kehidupan kerja di Korea Selatan khususnya yang berhubungan dengan drama Misaeng yang menjadi objek penelitian. Sumber data primer penelitian ini adalah serial drama Korea Misaeng (2014) yang disutradarai oleh Kim Won Seok untuk mengetahui wujud-wujud tantangan dalam kehidupan kerja di Korea dan hubungannya dengan drama Misaeng. Sumber data sekunder penelitian ini adalah buku seri webtoon Misaeng karangan Yoon Tae Ho yang diterbitkan oleh Wisdom House pada tahun Analisis data Teori adaptasi Hutcheon digunakan untuk membandingkan drama dan webtoon Misaeng. Teori adaptasi Hutcheon digunakan untuk mengetahui perubahan yang muncul serta motivasi dan konteks yang memengaruhi proses adaptasi drama Misaeng sebagai bentuk adaptasi webtoon Misaeng. Selain itu, teori sosiologi sastra digunakan dalam proses analisis data. Sosiologi sastra merupakan kajian yang meneliti sastra tidak hanya dari teks asli saja tetapi juga

17 17 menghubungkannya dengan konteks sosial budaya di luar karya sastra. Drama Misaeng dianalisis dengan teori sosiologi sastra untuk mengungkapkan konteks sosial-budaya yang berkaitan dengan karya sastra, yaitu wujud tantangan dalam kehidupan kerja di Korea Selatan dan hubungannya dengan drama Misaeng. Tahap analisis data dimulai dengan membaca webtoon Misaeng dan menonton drama Misaeng untuk menemukan perbedaan di antara keduanya sehingga dapat diketahui perubahan yang muncul serta motivasi dan konteks yang memengaruhi proses adaptasi drama Misaeng. Setelah itu akan dicari wujud tantangan dalam kehidupan kerja yang terdapat dalam drama tersebut. Temuan tersebut kemudian akan dihubungkan dengan kondisi sosial budaya yang terjadi di Korea Selatan Langkah-langkah kerja penelitian Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap. Berikut ini adalah bagan mengenai langkah kerja penelitian yang dilakukan.

18 18 Melakukan studi pustaka untuk menentukan objek material, penulis menentukan objek material yaitu drama Misaeng. Membacaa webtoon Misaeng dan menyimak drama Misaeng. Menganalisis drama Misaeng sebagai bentuk adaptasi webtoon Misaeng. Menganalisis wujud kerasnya kehidupan kerja dalam drama Misaeng. Menganalisis wujud kerasnya kehidupan kerja dalam drama Misaeng dan hubungannya dengan kehidupan masyarakat Korea. Menarik kesimpulan dari hasil analisis data yang telah dilakukan sebelumnya. Menyusun dan menyajikan hasil analisis data 1.8 Sistematika Penyajian Sistematika penyajian hasil penelitian ini terbagi menjadi empat bagian. Bagian pertama adalah Bab I yang berisi pendahuluan. Pendahuluan menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II adalah analisis dramaa Misaeng sebagai bentuk adaptasi webtoon Misaeng. Dalam bab ini akan dibahas perubahan yang muncul serta motivasi dan konteks yang memengaruhi proses adaptasi drama Misaeng sebagai bentuk adaptasi webtoon

19 19 Misaeng. Bab III adalah analisis wujud tantangan dalam kehidupan kerja dalam drama Misaeng. Dalam bab ini akan dibahas mengenai wujud tantangan dalam kehidupan kerja dalam drama Misaeng berupa tingkat persaingan kerja yang tinggi, tindak kekerasan di tempat kerja, dan diskriminasi pegawai di tempat kerja. Dalam bab ini juga dibahas kritik sosial yang terdapat drama Misaeng. Bab IV, yang merupakan analisis masalah berdasarkan teori sosiologi sastra mengenai wujud tantangan dalam kehidupan kerja di Korea Selatan. Bab ini berisi pembahasan tentang tingkat persaingan kerja yang tinggi, diskriminasi pegawai di tempat kerja, dan tindak kekerasan di tempat kerja yang terjadi di Korea Selatan. Selain itu, bab ini juga menjelaskan hubungan tantangan dalam kehidupan kerja di Korea Selatan dengan drama Misaeng, serta gagasan-gagasan sosial yang disampaikan Kim Won Seok dalam drama Misaeng. Bagian terakhir adalah Bab V yang berisi kesimpulan dari hasil analisis dalam bab sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan kegiatan yang mengungkapkan pikiran imajinatif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan kegiatan yang mengungkapkan pikiran imajinatif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan kegiatan yang mengungkapkan pikiran imajinatif seseorang baik yang berdasarkan atas apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya maupun tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Media massa saat ini tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat dan telah menjadi konsumsi sehari-hari. Televisi sebagai bagian dari media massa elektronik telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini makin sering terlihat, baik yang terjadi dikalangan publik maupun di dalam rumah

BAB I PENDAHULUAN. ini makin sering terlihat, baik yang terjadi dikalangan publik maupun di dalam rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberitaan mengenai kekerasan di media cetak maupun elektronik akhir-akhir ini makin sering terlihat, baik yang terjadi dikalangan publik maupun di dalam rumah tangga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja

BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah bentuk rekaman dengan bahasa yang akan disampaikan kepada orang lain. Sastra adalah komunikasi. Bentuk rekaman atau karya sastra tadi harus dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra memiliki definisi yang cukup luas. Sastra merupakan sebuah gambaran

BAB I PENDAHULUAN. Sastra memiliki definisi yang cukup luas. Sastra merupakan sebuah gambaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra memiliki definisi yang cukup luas. Sastra merupakan sebuah gambaran dari kehidupan masyarakat. Berbagai macam bentuk karya sastra mulai dari karya lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sarana bagi seorang pengarang untuk menyampaikan suatu pemikiran atau gagasan berdasarkan problem-problem sosial yang terjadi di lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perempuan menjadi salah satu objek pembahasan yang menarik di dalam karya sastra. Perempuan bahkan terkadang menjadi ikon nilai komersil penjualan karya sastra. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam bahasa Korea disebut munhak (hangeul: 문학 ) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam bahasa Korea disebut munhak (hangeul: 문학 ) yang berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dalam bahasa Korea disebut munhak (hangeul: 문학 ) yang berarti kesenian yang menggunakan bahasa atau kata-kata untuk mengekspresikan suatu imajinasi atau perasaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya media penyampaian suatu cerita sejak Tahun 70-an, film mulai banyak mengambil inspirasi atau karya- karya sastra yang telah ada sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreatif penulis yang berisi potret kehidupan manusia yang dituangkan dalam bentuk tulisan, sehingga dapat dinikmati,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

Prakata. iii. Bandung, September Penulis

Prakata. iii. Bandung, September Penulis Prakata Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual, sosial, dan emosional. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan hasil imajinasi pengarang yang didasarkan oleh realitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan hasil imajinasi pengarang yang didasarkan oleh realitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil imajinasi pengarang yang didasarkan oleh realitas sosial. Dalam pengertian ini, keterlibatan pengarang dalam menciptakan karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pengarang dan psikologi isi hatinya, yang diiringi dengan daya

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pengarang dan psikologi isi hatinya, yang diiringi dengan daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil perpaduan estetis antara keadaan lingkungan pengarang dan psikologi isi hatinya, yang diiringi dengan daya kreativitas yang tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra adalah bentuk seni yang diungkapkan oleh pikiran dan perasaan manusia dengan keindahan bahasa, keaslian gagasan, dan kedalaman pesan (Najid, 2003:7). Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika keindahan, dalam karya sastra itu sendiri banyak mengankat atau menceritakan suatu realitas yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa 89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar Belakang Mata pelajaran Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra pada dasarnya adalah seni bahasa. Perbedaan seni sastra dengan cabang seni-seni yang lain terletak pada mediumnya yaitu bahasa. Seni lukis menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Departmen ini didirikan untuk melindungi masyarakat dari kejahatan, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Departmen ini didirikan untuk melindungi masyarakat dari kejahatan, sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepolisian Jepang pada tahun 1874 mendirikan sebuah unit Departemen Kepolisian terbesar dengan sebutan Departemen Kepolisian Metropolitan Tokyo. Departmen ini didirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dihayati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai media hiburan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya fiksi (1991: 3).

BAB I PENDAHULUAN. dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya fiksi (1991: 3). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta. Akar kata Sas, dalam kata kerja turunan berarti mengarahkan, mengajar, memberikan petunjuk atau instruksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Drama merupakan kisah utama yang memiliki konflik yang disusun untuk sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini drama bukan hanya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun yang lalu. Kehadiran sastra di tengah peradaban manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah wadah bagi pengarang untuk menyampaikan gagasan, ide, pemikiran yang berdasarkan pengalaman dan kenyataan sosial yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah sebuah karya imajiner yang bermedia bahasa dan memiliki nilai estetis. Karya sastra juga merupakan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari bahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarsesama manusia. Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologis sastra atau sastera berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari akar kata Cas atau sas dan tra. Cas dalam bentuk kata kerja yang diturunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam karya tulis yang mampu menggetarkan jiwa dan merupakan suatu yang indah.

BAB I PENDAHULUAN. dalam karya tulis yang mampu menggetarkan jiwa dan merupakan suatu yang indah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Sastra merupakan hasil dari perwujudan pemikiran manusia tentang sesuatu yang dilihatnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai bahasa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembagian tersebut. Sastra pada hakikatnya memberikan banyak pengajaran,

BAB 1 PENDAHULUAN. pembagian tersebut. Sastra pada hakikatnya memberikan banyak pengajaran, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan sesuatu yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena dalam pembahasan pembuatan sebuah karya sastra selalu mengaitkan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 9 Universitas Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI. 9 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI Sebagaimana telah disinggung pada Bab 1 (hlm. 6), kehidupan masyarakat dapat mengilhami sastrawan dalam melahirkan sebuah karya. Dengan demikian, karya sastra dapat menampilkan gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan berkomunikasi, karena untuk mencapai segala tujuanya, manusia memerlukan sebuah alat atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (1994:10) Sastra juga sebagai pengungkapan baku dari apa yang telah disaksikan

BAB I PENDAHULUAN. (1994:10) Sastra juga sebagai pengungkapan baku dari apa yang telah disaksikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sastra adalah ungkapan pribadi manusia, yang berupa pengalaman, perasaan, pemikiran, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi terus berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai kebutuhan pokok,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakatnya. Salah satu fenomena

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakatnya. Salah satu fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara maju, Jepang mengalami banyak fenomenafenomena yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakatnya. Salah satu fenomena yang sedang menjamur di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu wujud karya seni yang bermedium bahasa. Menurut Goldmann (1977:

BAB I PENDAHULUAN. salah satu wujud karya seni yang bermedium bahasa. Menurut Goldmann (1977: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan ciptaan sosial yang memunculkan sebuah gambaran (cermin) kehidupan. Kehidupan itu merupakan suatu kenyataan sosial yang mencakup hubungan antarmasyarakat,

Lebih terperinci

07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. A. Latar Belakang

07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. A. Latar Belakang 07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasian dalam mempelajari

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) KTSP Perangkat Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Bahasa

Lebih terperinci

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 Tinjauan aspek sosiokultural puisi-puisi pada harian Solopos dan relevansinya sebagai materi ajar alternatif bahasa Indonesia di SMA (harian Solopos edisi oktober-desember 2008) Oleh: Erwan Kustriyono

Lebih terperinci

SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra)

SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra) SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra) A. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan pencerminan masyarakat, melalui karya sastra, seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif manusia dalam kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra seni kreatif menggunakan

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan Ke- : 1, 2, 3, 4 Alokasi Waktu : 4 40 menit Standar Kompetensi : Memahami pembacaan puisi Kompetensi Dasar : Menanggapi cara pembacaan puisi 1. mengungkapkan isi puisi 2. menangkap isi puisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sansekerta yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Yang Relevan Sebelumnya Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Terhadap pentas drama Drakula intelek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan dalam pembelajaran berpengaruh pada tingkat pencapaian hasil belajar. Hasil belajar yang dicapai tentu harus melalui proses pembelajaran secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaan pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaan pemikiran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaan pemikiran pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar (subconcius) setelah mendapat bentuk yang jelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengetahuan masyarakat. Sekarang ini, media memiliki andil yang. budaya yang bijak untuk mengubah prilaku masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengetahuan masyarakat. Sekarang ini, media memiliki andil yang. budaya yang bijak untuk mengubah prilaku masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Media massa berperan sebagai sumber rujukan di bidang pendidikan dan penyebaran informasi yang cepat. Dalam hal ini, media dapat meningkatkan tingkat pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang dianyam

Lebih terperinci

Bahasa dan Sastra Indonesia

Bahasa dan Sastra Indonesia Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VIII Kelas VII Maryati Sutopo PUSAT PERBUKUAN Departemen Pendidikan Nasional i Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-Undang Bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra sebagai sebuah ungkapan pribadi pengarang berdasarkan kreativitas/ imajinasi pengarang. Sastra juga dapat dijadikan sebagai wadah seorang pengarang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang selain dikenal sebagai negara maju dalam bidang industri di Asia, Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra prosa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni yang kolektif, pertunjukan drama memiliki proses kreatifitas yang bertujuan agar dapat memberikan

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis adalah kegiatan pembelajaran yang mengedepankan proses dan hasil. Menulis merupakan suatu keterampilan yang kompleks dan unik yang menuntut sejumlah

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian Representasi Budaya Populer dalam Novel B-Jell Cheers Karya

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian Representasi Budaya Populer dalam Novel B-Jell Cheers Karya BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian Representasi Budaya Populer dalam Novel B-Jell Cheers Karya Thalia Salsabilla ini menggunakan metode deskriptif analisis. Dalam hal ini, cara kerja

Lebih terperinci

Novel momoye mereka memanggilku karya Eka Hindra dan Koichi Kimura : tinjauan sosiologi sastra BAB I PENDAHULUAN

Novel momoye mereka memanggilku karya Eka Hindra dan Koichi Kimura : tinjauan sosiologi sastra BAB I PENDAHULUAN Novel momoye mereka memanggilku karya Eka Hindra dan Koichi Kimura : tinjauan sosiologi sastra Disusun Oleh : Stephanie Kurnia Trihapsari C0204061 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ijime atau penganiayaan merupakan fenomena sosial yang tidak dapat diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara maju juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis cerpen merupakan salah satu kompetensi yang diajarkan di SMA.

BAB I PENDAHULUAN. Menulis cerpen merupakan salah satu kompetensi yang diajarkan di SMA. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis cerpen merupakan salah satu kompetensi yang diajarkan di SMA. Pembelajaran menulis cerpen dituangkan dalam dua Standar Kompetensi (1) mengungkapkan pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perempuan, sosok makhluk yang diciptakan oleh Tuhan bersama laki-laki. Awal hadirnya perempuan yaitu kehadiran Hawa, yang diciptakan untuk menemani Adam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat terpenting yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Melalui bahasa, manusia akan dapat mengungkapkan segala pemikirannya. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra adalah bentuk seni yang diungkapkan oleh pikiran dan perasaan manusia dengan keindahan bahasa, keaslian gagasan, dan kedalaman pesan (Najid, 2003:7). Hal ini

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Drama merupakan karya yang memiliki dua dimensi karakter (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran atau seni pertunjukan.

Lebih terperinci

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa(SMPLB D)

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa(SMPLB D) 34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa(SMPLB D) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komunikasi visual memiliki peran penting dalam berbagai bidang, salah satunya adalah film. Film memiliki makna dan pesan di dalamnya khususnya dari sudut pandang visual.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana tidak hanya dipandang sebagai pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan, tetapi juga sebagai bentuk dari praktik sosial. Dalam hal ini, wacana adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan juga pengalaman yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Keindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman sosialnya dalam karya yang akan dibuat. Secara umum dapat digambarkan bahwa seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam menjalin interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam menjalin interaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam menjalin interaksi sosial. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan. Komunikasi lisan terkait

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe Penelitian ini adalah kualitatif eksploratif, yakni penelitian yang menggali makna-makna yang diartikulasikan dalam teks visual berupa film serial drama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Dalam menyampaikan storytelling ada berbagai macam jenis cerita yang dapat dipilih oleh pendongeng untuk didongengkan kepada audience. Sebelum acara storytelling dimulai,

Lebih terperinci

Prakata. iii. Bandung, September Penulis

Prakata. iii. Bandung, September Penulis Prakata Bahasa tidak dapat dipisahkan kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual, sosial, dan emosional. Selain itu, pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komunikasi merupakan aspek yang paling penting dan memegang peranan besar dalam kehidupan manusia. Komunikasi melalui bahasa memungkinkan manusia menyesuaikan diri dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati dan dipahami serta dimanfaatkan oleh masyarakat pembaca. Karya sastra memberikan kesenangan dan pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari daya imajinasi pengarang yang dituangkan dalam sebuah wadah. Sastra sendiri adalah bentuk rekaman dari bahasa yang akan disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993:

BAB I PENDAHULUAN. sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu karya sastra prosa yang menggambarkan tentang permasalahan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993: 12), novel merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan wadah yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap berbagai masalah yang diamati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan refleksi atau cerminan kondisi sosial masyarakat yang terjadi di dunia sehingga karya itu menggugah perasaan orang untuk berpikir tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya satra merupakan sebuah karya seni yang diciptakan seorang sastrawan yang mengandung unsur keindahan untuk dinikmati masyarakat, bukan hanya sekedar dibaca akan

Lebih terperinci