BAB I PENDAHULUAN. Korea Selatan adalah sebuah negara republik yang terletak di Semenanjung

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Korea Selatan adalah sebuah negara republik yang terletak di Semenanjung"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korea Selatan adalah sebuah negara republik yang terletak di Semenanjung Korea. Sejak kemerdekaannya pada tanggal 15 Agustus 1945, Korea Selatan telah berkembang menjadi salah satu negara maju di Asia. Saat ini, masyarakat modern Korea Selatan tidak terlepas dari berbagai masalah sosial, seperti tingginya tingkat pengangguran, rendahnya angka kelahiran, serta bullying. Penelitian ini mengambil salah satu masalah sosial yang berkembang diantara generasi muda di Korea Selatan, yaitu bullying. Bullying tidak hanya terjadi di Korea Selatan, tetapi juga di berbagai penjuru dunia. Bullying di Korea Selatan antara lain disebabkan oleh tingkat persaingan yang tinggi antarsiswa, persesuaian (conformity), jam sekolah yang panjang, serta lemahnya pengawasan dari orang dewasa. Pengertian Bullying adalah perilaku agresif yang tidak diinginkan yang terjadi pada anak usia sekolah yang melibatkan ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dan korban ( Jenis bullying yang paling sering terjadi di Korea Selatan adalah bullying relasional (pengucilan) atau yang umum dikenal dengan istilah wangtta (hangeul : 왕따 ). Di Korea Selatan, tidak jarang kasus bullying yang berakhir dengan tindakan bunuh diri oleh korban. Bunuh diri adalah penyebab kematian tertinggi diantara 1

2 2 individu usia tahun. Peneliti yakin bahwa tingginya kasus bunuh diri di Korea Selatan berkaitan dengan persaingan ketat di bidang akademis serta dampak dari tindakan bullying yang berkembang di Korea Selatan ( Salah satu film yang menggambarkan tindakan bullying adalah film Uahan Geojitmal. Film Uahan Geojitmal menceritakan gadis berusia 14 tahun, Cheon-ji yang memilih bunuh diri sebagai jalan keluar dari tindakan bullying yang dialaminya. Film Uahan Geojitmal adalah film asal Korea Selatan yang dirilis tahun Film ini ditulis oleh Lee Sook-yeon dan Lee Han, serta disutradarai oleh Lee Han. Film Uahan Geojitmal adalah film kelima yang disutradarai oleh Lee Han. Sebelumnya, sutradara Lee Han mendapat penghargaan sebagai sutradara terbaik untuk film Punch pada tahun Sama seperti film karya sutradara Lee Han terdahulu Punch, film Uahan Geojitmal menjadi salah satu film box office pada tahun 2014 dengan penjualan lebih dari satu juta tiket. Alasan pemilihan film Uahan Geojitmal sebagai objek penelitian ini adalah adanya tindakan bullying yang berujung pada kematian korban yang tergambar dalam film. Bullying adalah salah satu masalah sosial yang berkembang diantara generasi muda Korea Selatan dewasa ini. Bullying yang berujung pada bunuh diri korban mendapat perhatian dari pemerintah Korea Selatan, dimana dalam pidatonya pada tahun 2012, mantan presiden Korea Selatan Lee Myung-bak menyoroti tindakan bullying di sekolah dengan mengatakan bahwa bullying telah menjadi masalah sosial yang serius, serta bullying tidak hanya memengaruhi

3 3 korban tetapi juga memberi pengaruh kepada remaja dan masyarakat sebagai keseluruhan. Film menurut Boggs dalam Sani (1992:23) adalah media yang unik, dengan kelengkapan dan kekhususan yang membedakannya dengan bentuk-bentuk kesenian lain seperti seni lukis, seni pahat, fiksi, dan drama. Film juga dalam bentuknya yang paling populer dan paling kuat merupakan sebuah media untuk bercerita yang memiliki unsur-unsur sama dengan cerita pendek dan novel. Film sebagai karya sastra tentu tidak muncul begitu saja, melainkan ada hubungan antara sastrawan, sastra, dan masyarakat. Pertanyaan-pertanyaan yang memasalahkan hubungan timbal balik antara ketiga unsur tersebut, seperti Apakah latar belakang sosial pengarang menentukan isi karangannya? atau Seberapa jauhkah karya sastra mencerminkan keadaan zamannya? dapat dijawab melalui pendekatan sosiologi sastra. Sastra adalah institusi sosial yang menggunakan media bahasa (Wellek dan Warren, 1990:109). Damono (2003:1) mengatakan bahwa sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antarmasyarakat, antarmasyarakat dengan orang-seorang, antarmanusia, dan antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Jdanov dalam Escarpit (2005:8) berpendapat bahwa sastra harus dipandang dalam hubungan yang tak terpisahkan dengan kehidupan masyarakat, latar belakang unsur sejarah serta unsur sosial yang memengaruhi pengarang. Dengan kata lain, suatu karya sastra tidak lahir dari kekosongan sosial dan karya sastra

4 4 adalah tempat pengarang untuk menjawab berbagai fenomena yang terjadi di sekitarnya termasuk fenomena sosial. Van Luxemburg (1984:23-24) juga memiliki pendapat serupa, yaitu bahwa sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial dan sastra yang ditulis pada suatu kurun waktu tertentu langsung berkaitan dengan norma-norma dan adat istiadat suatu zaman. Hubungan antara aspek-aspek teks sastra dan susunan masyarakat dapat diteliti untuk mengetahui sistem masyarakat serta perubahannya yang tercermin dalam sastra. Pandangan bahwa sastra mencerminkan kehidupan juga dikemukakan oleh kelompok New Critics yang menuduh ilmu dan teknologi menghilangkan nilai perikemanusiaan dari masyarakat dan menjadikannya berat sebelah. Menurut mereka, ilmu (sains) tidak memadai dalam mencerminkan kehidupan manusia, sedangkan sastra terutama puisi dapat mengungkapkan situasi kehidupan manusia dengan lebih sempurna (Van Luxemburg, 1984:52). Swingewood dalam Wiyatmi (2013:6) mendefinisikan sosiologi sebagai studi yang ilmiah dan objektif mengenai manusia dalam masyarakat, studi mengenai lembaga-lembaga, dan proses-proses sosial. Pendapat lainnya tentang sosiologi adalah menurut Damono dalam Wahyuningtyas dan Santoso (2011:20) yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat dalam keseluruhannya, bukan suatu segi khusus masyarakat terutama yang berhubungan dengan aspek-aspek masyarakat yang menyangkut interaksi dan interelasi (hubungan satu sama lain) antarmanusia, syarat-syaratnya dan akibat-akibatnya. Sosiologi sastra didefinisikan sebagai salah satu pendekatan dalam kajian

5 5 sastra yang memahami dan menilai karya sastra dengan memandang segi-segi kemasyarakatan (Damono, 1979:2). Sosiologi sastra berasal dari teori mimesis Plato yang menganggap sastra sebagai tiruan dari kenyataan. Dikutip dari Watt (dalam Damono, 1979:4) sosiologi karya sastra mengkaji sastra sebagai cermin masyarakat, yang dimaksud dengan sastra sebagai cermin masyarakat adalah apa yang tersirat dalam karya sastra dianggap mencerminkan atau menggambarkan kembali realitas yang terdapat dalam masyarakat. 1.2 Rumusan Masalah Masalah dalam sebuah karya ilmiah adalah sesuatu yang harus diselesaikan atau dipecahkan dalam sebuah penelitian (Dewojati, 2012:57). Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : a. Bagaimanakah bentuk-bentuk bullying dalam film Uahan Geojitmal? b. Bagaimanakah representasi dan kritik terhadap tindakan bullying dalam masyarakat Korea melalui film Uahan Geojitmal? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan adalah sesuatu yang ingin dicapai oleh penulis (Dewojati, 2012:57). Tujuan penelitian berisi upaya pokok yang akan dikerjakan dan garis besar hasil yang hendak dicapai (Indrastuti dan Wahyuningsih, 2012:43). Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

6 6 a. Mengetahui bentuk-bentuk bullying dalam film Uahan Geojitmal. b. Mengetahui bentuk representasi dan kritik terhadapa tindakan bullying dalam masyarakat Korea Selatan melalui film Uahan Geojitmal. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memperkaya pustaka referensi penelitian sastra. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberi penjelasan dan jawaban dari pertanyaan mengenai bullying serta representasi dan kritik tindakan bullying dalam masyarakat Korea melalui film Uahan Geojitmal. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mahasiswa maupun umum dalam sosiologi sastra. 1.5 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka merupakan bagian penting dari sebuah penelitian. Fungsi tinjauan pustaka adalah mengetahui penelitian atau tulisan terdahulu yang berhubungan dengan topik yang akan ditulis. Selain itu, tinjauan pustaka juga berfungsi untuk mengetahui posisi penelitian yang akan ditulis. Yang dimaksud dengan hal ini adalah letak perbedaan dan kebaruan (orisinalitas) karya ilmiah yang akan ditulis (Indrastuti dan Wahyuningsih, 2012:43-44). Berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan, penulis menemukan penelitian terdahulu yang membahas objek penelitian menggunakan pendekatan sosiologi sastra.

7 7 Pertama, penelitian oleh Anis Farida Pratamasari (2015) berjudul Masalahmasalah Sosial dalam Novel MAJUTSU WA SASAYAKU Karya Miyabe Miyuki : Analisis Sosiologi Sastra. Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan realitas sosial historis yang tergambar dalam novel, serta menjelaskan respon pengarang dalam menyikapi masalah sosial. Persamaan penelitian Pratamasari dengan penulis terletak pada teori yang digunakan yaitu teori sastra sebagai cermin masyarakat dan tujuan yang dituju yaitu untuk menelaah kehidupan masyarakat pada zaman tertentu, sedangkan perbedaannya terletak pada objek karya sastra. Kedua, penelitian oleh Herlinda Yuniastuti (2015) berjudul Diskriminasi dan Eksploitasi terhadap Difabel dalam Novel DUGEUN-DUGEUN NAE INSAENG Karya Kim Aeran : Kajian Sosiologi Sastra. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kehidupan difabel, diskriminasi, dan eksploitasi yang tercermin dalam novel, khususnya di Korea Selatan. Persamaan penelitian Yuniastuti dengan penulis terletak pada teori yang digunakan yaitu teori sastra sebagai cermin masyarakat dan tujuan yang dituju yaitu untuk menelaah kehidupan masyarakat pada zaman tertentu, sedangkan perbedaannya terletak pada objek karya sastra. Ketiga, penelitian oleh Nurrochmah Septin K (2014) berjudul Representasi dan Dampak Hallyu Pada Kehidupan Masyarakat Korea dalam Drama Reply 1997 ( 응답하라 1997) : Kajian Sosiologi Sastra. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan mengemukakan bentuk dan dampak dari fenomena hallyu dalam drama Reply Persamaan penelitian Septin dengan penulis terletak pada teori yang digunakan yaitu teori sosiologi sastra sebagai cermin masyarakat, sedangkan

8 8 perbedaannya terletak pada rumusan masalah dan objek penelitian. 1.6 Landasan Teori Teori merupakan aturan (tuntunan kerja) untuk melakukan sesuatu (Moeliono dalam Sangidu, 2004:13). Pemilihan teori diarahkan oleh masalah yang akan dijawab dan tujuan yang akan dicapai melalui penelitian. Sosiologi adalah telaah yang objektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat; telaah (kajian) tentang lembaga dan proses sosial. Seperti halnya sosiologi, sastra berurusan dengan manusia dalam masyarakat, usaha manusia untuk menyesuaikan diri dan usahanya untuk mengubah masyarakat itu. Perbedaan antara keduanya adalah sosiologi melakukan analisis ilmiah yang objektif, sedangkan sastra menembus permukaan kehidupan sosial dan menunjukkan cara-cara manusia menghayati masyarakat dengan perasaannya (Damono, 2002:8-10). Herder dalam Damono (1979:19) berpendapat bahwa setiap karya sastra berakar pada suatu lingkungan sosial dan geografis tertentu. Faktor lingkungan sosial dan geografis yang berhubungan dengan karya sastra, menurut Herder adalah iklim, lanskap, ras, adat istiadat, dan kondisi politik. Hubungan antara karya sastra dengan iklim, geografi, lingkungan sosial, bahkan sifat-sifat suatu bangsa seperti yang dikemukakan oleh Herder menunjukkan bahwa keberadaan, ciri-ciri, dan perkembangan sastra tidak dapat dilepaskan dari subjek pencipta dan masyarakat pembaca yang menikmatinya yang dibentuk oleh kondisi alam dan lingkungan sosial-budayanya. Grebstein dalam Damono (1979:4) mengatakan bahwa karya sastra tidak

9 9 dapat dipahami secara selengkap-lengkapnya apabila dipisahkan dari kebudayaan atau peradaban yang telah menghasilkan. Pendapat ahli lain yang memperkuat pendapat bahwa sastra dapat dinilai melalui pendekatan sosiologi adalah menurut Roolvink dalam Damono (2002:21-22) yang mengatakan bahwa sastra pada umumnya janganlah hanya dihargai dari sudut beletri (sastra indah), tetapi dapat juga diamati sebagai pengukur barang apa yang hidup dalam jiwa suatu bangsa dan pengukur watak masyarakatnya. Dengan kata lain, Roovlink menekankan pentingnya pendekatan yang dicakup oleh sosiologi sastra dan menganggap bahwa karya sastra sebagai dokumen sosial. Roovlink berpendapat bahwa tidak selamanya suatu karya sastra hanya dilihat dari sisi keindahannya namun juga dapat dianalisis berdasarkan hubungannya dengan masyarakat. Swingewood dalam Faruk (2012:47) mencoba membangun pertalian antara karya sastra dengan dunia sosial jauh ke belakang, hingga ke teori mimesis Plato. Menurut Plato, dunia dalam karya sastra merupakan tiruan terhadap dunia kenyataan yang sebenarnya juga merupakan tiruan terhadap dunia ide. Dengan demikian, apabila dunia dalam karya sastra membentuk diri sebagai sebuah dunia sosial, dunia tersebut merupakan tiruan terhadap dunia sosial yang ada dalam kenyataan seperti yang dipelajari dalam sosiologi. Sosiologi sastra merupakan pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan. Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial. Jakob Seomardjo dalam Wahyuningtyas dan Santoso (2011:25) mengatakan sifat dan persoalan suatu zaman dapat dibaca dalam karya-karya sastranya. Begitu pula harapan-harapan, penderitaan-penderitaan, aspirasi-aspirasi

10 10 masyarakat menjadi bagian pribadi pengarang-pengarangnya. Ian Watt melalui esainya Litetarure an Society dalam Damono (1979:3) membedakan pendekatan sosiologi sastra menjadi tiga, yaitu sosiologi sastra yang mengkaji konteks sosial pengarang, sastra sebagai cermin masyarakat, dan fungsi sosial sastra. Wellek dan Warren (1990:111) juga mengungkapkan hal senada tentang penggolongan pendekatan hubungan antara sastra dengan masyarakat (sosiologi sastra), yaitu : a. Sosiologi pengarang, profesi pengarang dan institusi sastra. Masalah yang berkaitan di sini adalah dasar ekonomi produksi sastra, latar belakang sosial, status pengarang, dan ideologi pengarang yang terlihat dari berbagai kegiatan pengarang di luar karya sastra. b. Isi karya sastra, tujuan, serta hal-hal lain yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan masalah sosial. c. Permasalahan pembaca dan dampak sosial karya sastra. Dikarenakan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk bullying serta bentuk representasi dan kritik terhadap tindakan bullying dalam masyarakat Korea melalui film Uahan Geojitmal, maka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sosiologi sastra dengan pendekatan kedua, yaitu sosiologi karya sastra yang memasalahkan karya sastra itu sendiri atau sastra sebagai cermin masyarakat. Bullying (bahasa Indonesia : penindasan) adalah sebuah hasrat untuk

11 11 menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan dalam aksi yang menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seorang atau sekelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya berulang, dan dilakukan dengan perasaan senang (Rigby dalam Astuti, 2008:3). Bullying sering kali terlihat sebagai perilaku pemaksaan atau usaha menyakiti secara fisik ataupun psikologis terhadap orang atau kelompok yang dianggap lebih lemah oleh seseorang atau sekelompok orang yang menganggap dirinya lebih kuat. Perbuatan pemaksaan atau menyakiti ini terjadi dalam sebuah kelompok, seperti kelompok teman sebaya di lingkungan sekolah. Perbuatan bullying dapat berbentuk tindakan memukul, mendorong, mengejek, mengancam, memaksa, memalak (meminta secara paksa) uang, melecehkan, menjuluki, meneror, memfitnah, menyebarkan desas-desus, mendiskriminasi, dan sebagainya. Persentase terbesar kejadian bullying berada pada lingkungan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama (Gunawan dalam Saripah, 2010). Karakteristik bullying menurut Rigby dalam Astuti (2008:8) adalah : a. Ada perilaku agresi (penyerangan) yang menyenangkan pelaku untuk menyakiti korbannya, b. Tindakan itu dilakukan secara tidak seimbang sehingga menimbulkan perasaan tertekan pada korban, c. Perilaku tersebut dilakukan secara berulang.

12 12 Saat ini, bullying tidak hanya dapat dilakukan dengan bertatap muka secara langsung, tetapi bisa melalui fasilitas internet seperti surat elektronik, media sosial, ruang obrolan, dan lain-lain. Barbara Coloroso (2006:47-50) mengkategorikan bullying menjadi empat jenis, yaitu : Bullying verbal; perilaku ini dapat berupa pemberian julukan yang bersifat merendahkan, mencela, memfitnah, menghina, memberi pernyataanpernyataan yang bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual, teror, surat-surat yang mengintimidasi, tuduhan-tuduhan yang tidak benar, gosip (pergunjjingan), dan sebagainya. Bullying verbal adalah jenis bullying yang paling mudah dilakukan serta dapat menjadi langkah awal dari perilaku bullying lainnya, Bullying fisik; yang termasuk dalam jenis bullying ini adalah tindakan memukul, menendang, menampar, mencekik, menggigit, mencakar, meludahi, merusak dan menghancurkan barang-barang milik korban, serta tindakan lain yang menyakiti fisik korban. Meskipun jenis bullying ini adalah yang paling menonjol dan mudah untuk diidentifikasi, namun tindakan bullying secara fisik tidak sebanyak bullying dalam bentuk lain. Remaja yang secara teratur melakukan bullying dalam bentuk fisik kerap merupakan remaja bermasalah dan cenderung akan beralih pada tindakantindakan kriminal lebih lanjut, Bullying relasional adalah pelemahan harga diri korban secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan, atau penghindaran. Perilaku ini dapat mencakup sikap-sikap yang tersembunyi seperti pandangan agresif, lirikan

13 13 mata, helaan nafas, cibiran, tawa mengejek, dan bahasa tubuh yang mengejek. Bullying relasional merupakan jenis perilaku bullying yang paling sulit dideteksi dari luar. Bullying secara relasional mencapai puncak kekuatannya diawal masa remaja, karena saat itu tejadi perubahan fisik, mental, dan seksual remaja. Bullying elektronik adalah bentuk perilaku bullying yang dilakukan melalui sarana elektronik seperti komputer, telepon genggam, internet, situs web, ruang obrolan, surat elektronik, pesan singkat, dan sebagainya. Bullying elektronik biasanya ditujukan untuk meneror korban dengan menggunakan tulisan, animasi, gambar, dan rekaman video atau film yang sifatnya mengintimidasi, menyakiti atau menyudutkan. Penyebab terjadinya bullying menurut National Youth Violence Prevention Resource Center (dalam Saripah, 2010) adalah iklim sekolah yang tidak kondusif, kurangnya pengawasan orang dewasa atau guru saat jam istirahat, ketidakpedulian guru dan siswa terhadap perilaku bullying, serta penerapan peraturan anti-bullying yang tidak konsisten. Pada umumnya, anak laki-laki lebih banyak melakukan bullying fisik sementara anak perempuan lebih banyak melakukan bullying secara relasional, namun keduanya sama-sama melakukan bullying verbal. Perbedaan ini berkaitan dengan pola sosialisasi yang terjadi antara anak laki-laki dan perempuan (Coloroso, 2006:51). Alasan pemilihan bullying sebagai objek dari penelitian ini bersumber kepada teori sastra sebagai cerminan masyarakat. Tindakan bullying yang

14 14 digambarkan dalam film dapat digunakan sebagai acuan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai bentuk-bentuk bullying serta bentuk representasi dan kritik terhadap tindakan bullying dalam masyarakat Korea Selatan. 1.7 Metode Penelitian Metode berasal dari bahasa Yunani methodos yang secara harfiah berarti cara atau jalan. Dengan kata lain, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memulai pelaksanaan suatu kegiatan penelitian guna mencapai tujuan yang telah ditentukan (Sangidu, 2004:13). Ratna (2013:34) mengatakan metode berfungsi untuk menyederhanakan permasalahan sehingga lebih mudah untuk dipecahkan dan dipahami. Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap pengumpulan data dan tahap analisis data Metode Pengumpulan Data Tahap pertama metode penelitian adalah pengumpulan data yang akan dianalisis. Adapun data dalam penelitian ini adalah semua dialog dan adegan yang terdapat dalam film Uahan Geojitmal. Berikut adalah langkah-langkah metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini : a. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah film berjudul Uahan Geojitmal berdurasi 117 menit. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menonton film tersebut, kemudian menentukan data-data yang diperlukan sesuai dengan rumusan masalah dan teori yang digunakan serta menerjemahkan dialog ke dalam bahasa Indonesia.

15 15 b. Studi pustaka, yaitu mengumpulkan informasi dari sumber kepustakaan (buku dan hasil penelitian terdahulu) yang berhubungan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini. c. Penelusuran internet digunakan untuk menambah informasi dan referensi yang dibutuhkan dalam penelitian Metode Analisis Data Tahap selanjutnya adalah metode analisis data. Setelah data-data yang diperlukan terkumpul melalui metode pengumpulan data, penelitian dilanjutkan ke tahap analisis data. Fungsi dari tahap analisis adalah mencari hubungan antardata yang tidak akan pernah dinyatakan sendiri oleh data-data yang bersangkutan (Faruk, 2012:25). Analisis data dilakukan menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu dengan mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis (Ratna, 2013:53). Fokus penelitian ini adalah meneliti bentuk-bentuk bullying dalam film Uahan Geojitmal serta bentuk representasi dan kritik tindakan bullying dalam masyarakat Korea Selatan melalui film Uahan Geojitmal. Langkah-langkah analisis data dalam penelitian dapat dilihat dalam bagan di bawah ini.

16 16 Menentukan objek material penelitian : film Uahan Geojitmal Menonton film Uahan Geojitmal Menganalisis bentuk bullying serta bentuk representasi dan kritik terhadap tindakan bullying dalam masyarakat Korea Selatan melalui film Uahan Geojitmal Menerjemahkan dialog ke dalam bahasa Indonesia Mendeskripsikan bentuk bullying serta bentuk representasi dan kritik terhadap tindakan bullying dalam masyarakat Korea Selatan melalui film Uahan Geojitmal 1.8 Sistematika Penyajian Penelitian ini terdiri dari empat bab. Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Landasan Teori, Metode Penelitian, dan Sistematika Penyajian. Bab II membahas bentuk-bentuk bullying dalam film Uahan Geojitmal. Bab III berisi analisis masalah mengenai bullying dalam film Uahan Geojitmal dan hubungannya sebagai representasi dan kritik terhadap tindakan bullying dalam masyarakat Korea Selatan, dan bab IV merupakan kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. Bullying atau ijime adalah masalah umum di setiap generasi dan setiap

BAB I PENDAHULUAN. Bullying atau ijime adalah masalah umum di setiap generasi dan setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bullying atau ijime adalah masalah umum di setiap generasi dan setiap negara. Di Jepang sendiri, ijime adalah sebuah fenomena sosial yang cukup serius. Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam bahasa Korea disebut munhak (hangeul: 문학 ) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam bahasa Korea disebut munhak (hangeul: 문학 ) yang berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dalam bahasa Korea disebut munhak (hangeul: 문학 ) yang berarti kesenian yang menggunakan bahasa atau kata-kata untuk mengekspresikan suatu imajinasi atau perasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ijime atau penganiayaan merupakan fenomena sosial yang tidak dapat diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara maju juga

Lebih terperinci

SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra)

SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra) SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra) A. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan pencerminan masyarakat, melalui karya sastra, seorang pengarang

Lebih terperinci

DAMPAK PSIKOLOGIS BULLYING

DAMPAK PSIKOLOGIS BULLYING DAMPAK PSIKOLOGIS BULLYING PADA SISWA SMA CHRISTIN Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Semakin hari kita semakin dekat dengan peristiwa kekerasan khususnya bullying yang dilakukan terhadap siswa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan orang-orang di sekeliling atau sekitarnya. bijaksana dalam menjalin hubungan dengan orang lain.

BAB II LANDASAN TEORI. dengan orang-orang di sekeliling atau sekitarnya. bijaksana dalam menjalin hubungan dengan orang lain. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kecerdasan Sosial 2.1.1 Pengertian Kecerdasan Sosial Menurut Goleman (2006) kecerdasan sosial adalah ukuran kemampuan diri seseorang dalam pergaulan di masyarakat dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Bullying 2.1.1. Pengertian Bullying Bullying merupakan salah satu dari manifestasi perilaku agresif, Krahe (dalam Suharto, 2014) menyebutkan bahwa terdapat 3 jenis manifestasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja

BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah bentuk rekaman dengan bahasa yang akan disampaikan kepada orang lain. Sastra adalah komunikasi. Bentuk rekaman atau karya sastra tadi harus dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai wujud gagasan seseorang yang pada hakikatnya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai wujud gagasan seseorang yang pada hakikatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai wujud gagasan seseorang yang pada hakikatnya adalah suatu media yang menggunakan bahasa untuk mengungkapkan pandangannya terhadap lingkungan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan kegiatan yang mengungkapkan pikiran imajinatif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan kegiatan yang mengungkapkan pikiran imajinatif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan kegiatan yang mengungkapkan pikiran imajinatif seseorang baik yang berdasarkan atas apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya maupun tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini makin sering terlihat, baik yang terjadi dikalangan publik maupun di dalam rumah

BAB I PENDAHULUAN. ini makin sering terlihat, baik yang terjadi dikalangan publik maupun di dalam rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberitaan mengenai kekerasan di media cetak maupun elektronik akhir-akhir ini makin sering terlihat, baik yang terjadi dikalangan publik maupun di dalam rumah tangga.

Lebih terperinci

BULLYING. I. Pendahuluan

BULLYING. I. Pendahuluan BULLYING I. Pendahuluan Komitmen pengakuan dan perlindungan terhadap hak atas anak telah dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28B ayat (2) menyatakan bahwa setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan dilingkungan institusi pendidikan yang semakin menjadi permasalahan dan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah setelah diberi arti oleh pembaca (Teeuw, 1984 : 91)

BAB I PENDAHULUAN. indah setelah diberi arti oleh pembaca (Teeuw, 1984 : 91) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah hasil cerminan dari sebuah budaya kelompok masyarakat yang menceritakan tentang interaksi manusia dengan lingkungannya dan merupakan hasil kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya sebagai objek dan bahasa sebagai mediumnya (Semi,1984:2). Karya

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya sebagai objek dan bahasa sebagai mediumnya (Semi,1984:2). Karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang lahir dari pikiran, perasaan dan ide kreatif pengarang yang menjadikan manusia dan aspek kehidupannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra memiliki definisi yang cukup luas. Sastra merupakan sebuah gambaran

BAB I PENDAHULUAN. Sastra memiliki definisi yang cukup luas. Sastra merupakan sebuah gambaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra memiliki definisi yang cukup luas. Sastra merupakan sebuah gambaran dari kehidupan masyarakat. Berbagai macam bentuk karya sastra mulai dari karya lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jika dibandingkan dengan ciptaan-nya yang lain. Kelebihan itu mencakup

BAB I PENDAHULUAN. jika dibandingkan dengan ciptaan-nya yang lain. Kelebihan itu mencakup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai salah satu makhluk ciptaan Tuhan memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan ciptaan-nya yang lain. Kelebihan itu mencakup kepemilikan manusia atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dihayati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai media hiburan,

Lebih terperinci

BAB I RENCANA PENELITIAN. formal, pendidikan dilakukan oleh sebuah lembaga yang dinamakan sekolah,.

BAB I RENCANA PENELITIAN. formal, pendidikan dilakukan oleh sebuah lembaga yang dinamakan sekolah,. BAB I RENCANA PENELITIAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan sepanjang hayat (long life education), karena pada dasarnya pendidikan adalah suatu proses untuk memanusiakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Kebutuhan tersebut tidak hanya secara fisiologis

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, suatu metode analisis dengan penguraian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 9 Universitas Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI. 9 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI Sebagaimana telah disinggung pada Bab 1 (hlm. 6), kehidupan masyarakat dapat mengilhami sastrawan dalam melahirkan sebuah karya. Dengan demikian, karya sastra dapat menampilkan gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan kreativitas manusia. Karya sastra lahir dari pengekspresian endapan pengalaman yang telah ada dalam jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah saat ini sangat memprihatinkan bagi pendidik dan orangtua. Fenomena yang sering terjadi di sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. film video laser setiap minggunya. Film lebih dahulu menjadi media hiburan

BAB I PENDAHULUAN. film video laser setiap minggunya. Film lebih dahulu menjadi media hiburan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi dan film video laser

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang paling mendapat perhatian dalam rentang kehidupan manusia. Hal ini disebabkan banyak permasalahan yang terjadi dalam masa remaja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula

Lebih terperinci

SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara)

SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara) Self Esteem Korban Bullying 115 SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara) Stefi Gresia 1 Dr. Gantina Komalasari, M. Psi 2 Karsih, M. Pd 3 Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA NOVEL MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA NOVEL MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA NOVEL MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Putut Hasanudin Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo pututhasanudin@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. dalam mengantarkan peserta didik sehingga dapat tercapai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. dalam mengantarkan peserta didik sehingga dapat tercapai tujuan yang BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Perubahan zaman yang semakin pesat membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan yang terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya pendidikan yang efektif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain. Untuk mewujudkannya digunakanlah media

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain. Untuk mewujudkannya digunakanlah media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterikatan antarmanusia adalah wujud harfiah yang telah ditetapkan sebagai makhluk hidup. Hal demikian ditunjukkan dengan sifat ketergantungan antara satu individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A.

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Nikmawati yang berjudul Perlawanan Tokoh Terhadap Diskriminasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

Pengertian tersebut didukung oleh Coloroso (2006: 44-45) yang mengemukakan bahwa bullying akan selalu melibatkan ketiga unsur berikut;

Pengertian tersebut didukung oleh Coloroso (2006: 44-45) yang mengemukakan bahwa bullying akan selalu melibatkan ketiga unsur berikut; Definisi bullying merupakan sebuah kata serapan dari bahasa Inggris. Istilah Bullying belum banyak dikenal masyarakat, terlebih karena belum ada padanan kata yang tepat dalam bahasa Indonesia (Susanti,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR digilib.uns.ac.id BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Berdasarkan penelusuran penulis, penelitian tentang kumpulan cerpen Lupa Endonesa karya Sujiwo Tejo dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Individu sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Individu sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi dengan lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi dengan lingkungan sekitar. Baik lingkungan keluarga, atau dengan cakupan yang lebih luas yaitu teman sebaya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Refleksi Kehidupan Masyarakat Palestina dalam novel Sognando Palestina belum

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Refleksi Kehidupan Masyarakat Palestina dalam novel Sognando Palestina belum BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.2 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Berdasarkan peninjauan terhadap penelitian sebelumnya, penelitian tentang Refleksi Kehidupan Masyarakat Palestina dalam novel Sognando Palestina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini karya sastra banyak berisi tentang realitas kehidupan sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang percintaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan sebuah lembaga atau tempat yang dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan sebuah lembaga atau tempat yang dirancang untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sebuah lembaga atau tempat yang dirancang untuk pengajaran siswa atau murid di bawah pengawasan guru dalam proses belajar dan mengajarkan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu kegiatan kreatif pada sebuah karya seni yang tertulis atau tercetak (Wellek 1990: 3). Sastra merupakan karya imajinatif yang tercipta dari luapan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Studi pustaka dilakukan untuk mengetahui penelitian-penelitian terdahulu yang berhubungan dengan kumpulan cerpen Dalang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang sastra dan budaya. Selain itu, Jepang juga melahirkan banyak penulis berbakat. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Masa remaja (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN. kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Masa remaja (adolescence) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkanperubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional (Santrock,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu manusia dan kehidupannya, dengan bahasa sebagai medianya. Karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. yaitu manusia dan kehidupannya, dengan bahasa sebagai medianya. Karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sastra (karya sastra) adalah sebuah hasil kreasi manusia dengan objeknya yaitu manusia dan kehidupannya, dengan bahasa sebagai medianya. Karya sastra diciptakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bullying merupakan fenomena yang marak terjadi dewasa ini terutama di lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya baik di

Lebih terperinci

INTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT

INTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT INTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna menempuh derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun Oleh : AMALIA LUSI BUDHIARTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai budaya terdapat di Indonesia sehingga menjadikannya sebagai negara yang berbudaya dengan menjunjung tinggi nilai-nilainya. Budaya tersebut memiliki fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode kehidupan yang penuh dengan dinamika, dimana pada masa tersebut terjadi perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pada periode ini

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang struktural sastra dan sosiologi sastra. Pendekatan struktural dilakukan untuk melihat keterjalinan unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam bahasa Korea disebut munhak (hangeul: 문학 ) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam bahasa Korea disebut munhak (hangeul: 문학 ) yang berarti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra dalam bahasa Korea disebut munhak (hangeul: 문학 ) yang berarti seni yang mengekspresikan perasaan atau pikiran melalui bahasa, contohnya seperti karya

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Perilaku Bullying. 1. Pengertian bullying. Menurut Priyatna (2010), bullying merupakan tindakan yang disengaja oleh pelaku kepada korban yang terjadi secara berulang-ulang dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang melakukan kajian terhadap novel Jatisaba karya Ramayda Akmal. Metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang adalah salah satu negara maju di Asia yang banyak memiliki sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di terjemahkan dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang dianyam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993:

BAB I PENDAHULUAN. sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu karya sastra prosa yang menggambarkan tentang permasalahan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993: 12), novel merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan dan penganalisisan data hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan ungkapan atau hasil kreativitas pengarang yang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan ungkapan atau hasil kreativitas pengarang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan atau hasil kreativitas pengarang yang mempergunakan media bahasa dan diabadikan untuk kepentingan estetis (keindahan). Di dalam karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak makna dan banyak aspek didalamnya yang dapat kita gali. Karya sastra lahir karena ada daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologis sastra atau sastera berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari akar kata Cas atau sas dan tra. Cas dalam bentuk kata kerja yang diturunkan

Lebih terperinci

PERAN GURU BK/KONSELOR DALAM MENGENTASKAN PERILAKU BULLYING PARTICIPANT OF THE TEACHERS BK / COUNSELORS TO ALLEVIATE BULLYING BEHAVIOR

PERAN GURU BK/KONSELOR DALAM MENGENTASKAN PERILAKU BULLYING PARTICIPANT OF THE TEACHERS BK / COUNSELORS TO ALLEVIATE BULLYING BEHAVIOR CAHAYA PENDIDIKAN, 2(1): 84-91 Juni 2016 ISSN : 1460-4747 PERAN GURU BK/KONSELOR DALAM MENGENTASKAN PERILAKU BULLYING PARTICIPANT OF THE TEACHERS BK / COUNSELORS TO ALLEVIATE BULLYING BEHAVIOR Ramdani

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah gambaran kenyataan dari suatu peristiwa, nilai-nilai, dan norma-norma

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah gambaran kenyataan dari suatu peristiwa, nilai-nilai, dan norma-norma BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah gambaran kenyataan dari suatu peristiwa, nilai-nilai, dan norma-norma yang disepakati masyarakat. Sastra juga menyajikan gambaran kehidupan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bullying 1. Definisi Bullying Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang lebih kuat terhadap individu atau kelompok yang lebih lemah, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. batas kewajaran. Kekerasan yang mereka lakukan cukup mengerikan, baik di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. batas kewajaran. Kekerasan yang mereka lakukan cukup mengerikan, baik di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini masalah kenakalan di kalangan pelajar sekolah sedang hangat dibicarakan. Perilaku agresif dan kekerasan yang dilakukan pelajar sudah di luar batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Media komunikasi sudah makin berkembang, khususnya di bidang cybermedia. Sudah banyak situs, aplikasi dan media sosial yang telah diciptakan dengan harapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. aspek-aspek kemasyarakatannya, baik yang berhubungan denga penciptanya, gambaran

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. aspek-aspek kemasyarakatannya, baik yang berhubungan denga penciptanya, gambaran BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep A. Sosiologi Sastra Ratna (2004:339) mengatakan, Sosiologi sastra adalah analisis karya sastra dalam kaitannya dengan manusia. Jadi, sosiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun yang lalu. Kehadiran sastra di tengah peradaban manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra di Indonesia saat ini cukup pesat. Terbukti dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan drama. Hasil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bullying adalah perilaku melecehkan, menghina, mengintimidasi, memfitnah, mengucilkan, berselisih, dan bahkan menipu. Pada mulanya bullying hanya terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia, sebagai individual, pada dasarnya dilahirkan dalam proses sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia, sebagai individual, pada dasarnya dilahirkan dalam proses sosial, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan individu yang hidup dalam sebuah masyarakat. Manusia, sebagai individual, pada dasarnya dilahirkan dalam proses sosial, dan dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan sebutan aksi bullying. Definisi kata kerja to bully dalam Oxford

BAB I PENDAHULUAN. dengan sebutan aksi bullying. Definisi kata kerja to bully dalam Oxford BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tindak kekerasan dapat muncul dimana saja, seperti di rumah, di sekolah, maupun masyarakat. Kekerasan yang terjadi di sekolah dikenal dengan sebutan aksi bullying.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rasakan atau yang mereka alami. Menurut Damono (2003:2) karya sastra. selama ini tidak terlihat dan luput dari pengamatan.

BAB I PENDAHULUAN. rasakan atau yang mereka alami. Menurut Damono (2003:2) karya sastra. selama ini tidak terlihat dan luput dari pengamatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan salah satu bentuk media yang digunakan untuk menerjemahkan ide-ide pengarang. Di dalam karya sastra, pengarang merefleksikan realitas yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa. kata-kata yang indah dan gaya bahasa serta gaya cerita yang menarik,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa. kata-kata yang indah dan gaya bahasa serta gaya cerita yang menarik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa kesusastraan. Standar bahasa kesusastraan yang dimaksudkan adalah penggunaan

Lebih terperinci

PENGARUH LAYANAN DISKUSI KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PERILAKU BULLYING SISWA KELAS XI (Studi di SMA Negeri 5 Sigi )

PENGARUH LAYANAN DISKUSI KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PERILAKU BULLYING SISWA KELAS XI (Studi di SMA Negeri 5 Sigi ) PENGARUH LAYANAN DISKUSI KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PERILAKU BULLYING SISWA KELAS XI (Studi di SMA Negeri 5 Sigi ) Putri Wardhani 1 Muh. Mansyur Thalib Ridwan Syahran ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI Kehidupan sosial dapat mendorong lahirnya karya sastra. Pengarang dalam proses kreatif menulis dapat menyampaikan ide yang terinspirasi dari lingkungan sekitarnya. Kedua elemen tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra terbentuk atas dasar gambaran kehidupan masyarakat, karena dalam menciptakan karya sastra pengarang memadukan apa yang dialami dengan apa yang diketahui

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori BAB II LANDASAN TEORI Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori pendukungnya antara lain; hakekat pendekatan struktural, pangertian novel, tema, amanat, tokoh dan penokohan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya pendidikan yang efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti ini sering terjadi dalam berbagai aspek kehidupan di masyarakat, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. seperti ini sering terjadi dalam berbagai aspek kehidupan di masyarakat, baik itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Tidak jarang dalam bersosialisasi tersebut banyak menimbulkn perbedaan yang sering kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang. individu khususnya dibidang pendidikan. Bentuk kekerasan yang sering dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang. individu khususnya dibidang pendidikan. Bentuk kekerasan yang sering dilakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Kekerasan bukanlah fenomena baru yang mewarnai kehidupan sosial individu khususnya dibidang pendidikan. Bentuk kekerasan yang sering dilakukan siswa salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala. Kaitan tersebut dilakukan oleh peneliti berdasarkan observasinya.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala. Kaitan tersebut dilakukan oleh peneliti berdasarkan observasinya. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Untuk membahas sebuah karya sastra ada dua macam pendekatan, yaitu pendekatan intrinsik dan pendekatan ekstrinsik. Pendekatan intrinsik bertolak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukan hanya cerita khayal atau angan-angan dari pengarangnya, melainkan wujud

BAB I PENDAHULUAN. bukan hanya cerita khayal atau angan-angan dari pengarangnya, melainkan wujud BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan wujud gagasan pengarang dalam memandang lingkungan sosial yang berada di sekelilingnya dengan menggunakan bahasa yang indah. Sastra hadir sebagai hasil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Penulis melakukan telaah kepustakaan yang berhubungan dengan PDH dengan menelusuri penelitian sebelumnya. Telaah pustaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang fenomena kesusastraan tentu tidak lepas dari kemunculannya. Hal ini disebabkan makna yang tersembunyi dalam karya sastra, tidak lepas dari maksud pengarang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencatat unsur-unsur sosio-budaya. Setiap unsur di dalamnya mewakili secara

BAB I PENDAHULUAN. mencatat unsur-unsur sosio-budaya. Setiap unsur di dalamnya mewakili secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah karya sastra menurut Junus (1986: 11) dianggap sebagai dokumen yang mencatat unsur-unsur sosio-budaya. Setiap unsur di dalamnya mewakili secara langsung sosio-budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah ungkapan jiwa.sastra merupakan wakil jiwa melalui bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisi penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan preposisi-preposisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan ekspresi jiwa pengarang (Faruk, 2010: 44). Karya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan ekspresi jiwa pengarang (Faruk, 2010: 44). Karya digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan ekspresi jiwa pengarang (Faruk, 2010: 44). Karya sastra berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi secara nyata atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang ringan seperti mencontek saat ujian, sampai pada perkelahian

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang ringan seperti mencontek saat ujian, sampai pada perkelahian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhir-akhir ini, dunia pendidikan di Indonesia sedang dihadapkan dengan berbagai macam masalah yang menghadang di hadapannya.dari masalah yang ringan seperti mencontek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1977:109) dalam bukunya Teori Kesusastraan berpendapat

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1977:109) dalam bukunya Teori Kesusastraan berpendapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bagian tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Wellek dan Warren (1977:109) dalam bukunya Teori Kesusastraan berpendapat bahwa Sastra

Lebih terperinci

Pengaruh Role Play dalam Konseling Kelompok untuk Menurunkan Tingkat Bullying Siswa

Pengaruh Role Play dalam Konseling Kelompok untuk Menurunkan Tingkat Bullying Siswa Pengaruh Role Play dalam Konseling Kelompok untuk Menurunkan Tingkat Bullying Siswa 81 PENGARUH ROLE PLAY DALAM KONSELING KELOMPOK UNTUK MENURUNKAN TINGKAT BULLYING SISWA (Studi Kuasi Terhadap Siswa Kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaan pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaan pemikiran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaan pemikiran pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar (subconcius) setelah mendapat bentuk yang jelas

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memenuhi hal-hal

Lebih terperinci