BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. ini teridentifikasi beberapa hal yang berimplikasi pada perkembangan wilayah

Transkripsi

1 138 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. KESIMPULAN Penelitian evaluasi pemanfaatan ruang berdasarkan RTRW di Kota Mataram pada kasus Kecamatan Sekarbela sudah diselesaikan sesuai dengan mekanisme yang sudah dirancang pada proposal penelitian. Dari hasil penelitian ini teridentifikasi beberapa hal yang berimplikasi pada perkembangan wilayah Kota Mataram saat ini. Dari hasil identifikasi deviasi pemanfaata ruang yang akhirnya ditemukan 15 spot lokasi yang merupakan bentuk deviasi pemanfaatan ruang dimana untuk 13 lokasi merupakan deviasi antara ditetapkannya sebagai lahan pertanian pada rencana pola ruang namun kondisi aktual sudah mengalami laih fungsi lahan menjadi kawasan permukiman, sedangkan 2 lokasi merupakan alih fungsi lahan RTH menjadi kawasan pembangkit tenaga listrik. Selanjutnya ditemukan beberapa faktor penyebab terjadinya deviasi pemanfaatan ruang yang telah dikaji berdasarkan kebijakan dan teori. Adapaun beberapa rumusan yang dihasilkan dari analisis faktor penyebab terjadinya deviasi pemanfaatan ruang di Kecamatan Sekarbela dibagi menjadi 3 sub penyebab. Penyebab yang pertama karena adanya penyimpangan prosedur perizinan, penyimpangan dalam prosedur monev dan ketidaktepatan tindakan pemerintah dalam pengendalian pemanfaatan ruang. A. Pemanfaatan ruang

2 139 Kesimpulan yang diambil dari hasil penelitian terkait evaluasi pemanfaatan ruang yang ada di Kota Mataram terutama pada kasus Kecamatan Sekarbela, diperoleh beberapa temuan berupa ini lebih merupakan implikasi dari perilaku masyarakat dalam upayanya memenuhi kebutuhan nya dalam beraktifitas. Umumnya penyimpangan dalam pemanfaatan ruang ini dipicu dari adanya : 1. Pemahaman dari masyarakat bahwa pengurusan izin khususnya dalam mendirikan bangunan harus melalui prosedur yang cukup panjang. Hal ini menunjukkan bahwa upaya Pemerintah dalam mensosialisasikan mekanisme perizinan yang baik dan efektif belum optimal. Oleh karena itu permasalahan ini yang menyebabkan masyarakat mengambil jalan pintas dengan mendirikan bangunan sesuai kebutuhan dengan mengesampingkan masalah perizinan dari Pemerintah Kota. 2. Kurangnya pemahaman masyarakat terkait tata ruang, sehingga hal ini yang menyebabkan masyarakat dengan lahan yang dimiliki merasa memiliki hak sepenuhnya terkait pemanfaatan yang akan dilakukan. 3. Banyaknya bangunan yang rata rata mengurus perizinan bangunannya setelah bangunan tersebut berdiri hingga membuat Pemerintah kesulitan dalam melaksanakan pengendalian pemanfaatan nya. Hal ini terus berlangsung hingga akhirnya terjadi deviasi pemanfaatan ruang secara sporadik di seluruh bagian wilayah. B. Penyimpangan pada prosedur perizinan dan pengawasan penertiban

3 140 Perizinan di Kota Mataram saat ini sudah menggunakan system satu pintu yaitu melalui BPMP2T (Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu). Badan yang dibentuk ini memiliki fungsi dan kewenangan untuk menerbitkan izin yang bersifat penanaman modal dan izin sektoral. Dengan dibentuknya Badan ini proses perizinan di Kota Mataram menjadi cukup efektif, dimana masyarakat si pemohon izin yang ingin melakukan permohonan segala bentuk izin dapat melalui badan ini. Dalam proses pelaksanaan penerbitan izin disini sudah diatur dalam Peraturan Walikota, sehingga kuat dari segi hukum. Namun kendala yang muncul pada saat penerbitan izin hingga terjadi penyimpangan adalah : 1. Kurangnya pemahaman tim teknis dari BPMP2T terkait materi yang akan verifikasi di lapangan terkait berkas permohonan izin termasuk kurangnya penguasaan ilmu GIS yang berimplikasi pada kurang akurat nya informasi hasil verifikasi lapangan yang akan ditindaklanjuti oleh tim perizinan yang ada di dalam BPMP2T. 2. Pengaruh kekuasaan juga terlihat pada proses penerbitan izin pada Badan ini. Pengaruh tersebut berupa adanya tindakan mengambil jalan pintas berupa permohonan kebijakan oleh pihak yang memiliki kedudukan hingga dapat mengintervensi tim perizinan dalam meloloskan izin yang sebelumnya ditolak. Hal ini berimplikasi pada penyimpangan terhadap pemanfaatan ruang yang sudah di susun dalam rencana pola ruang hingga 20 tahun kedepan. C. Upaya yang dilakukan developer

4 141 Beberapa hasil dari penelitian evaluasi pemanfaatan ruang berdasarkan RTRW Kota Mataram di Kecamatan Sekarbela ini teridentifikasi bahwa salah satu faktor yang menyebabkan adanya ketidaksesuaian antara pemanfaatan ruang dan rencana pola ruang yang ditetapkan adalah karena adanya upaya upaya yang dilakukan developer dalam memperoleh perizinan. Adapun upaya upaya tersebut setelah dilakukan analisis diperoleh dan disimpulkan sebagai berikut : 1. Developer melakukan lobby kepada pihak pihak (pejabat yang berwenang) untuk mengeluarkan izin mulai dari izin prinsip izin lokasi dan izin mendirikan bangunan (IMB) untuk beberapa pembangunan properti yang dianggap dipersulit proses perizinannya. 2. Dengan bermodal izin sebelumnya yang sudah ditetapkan, developer merasa dapat melakukan perluasan pemanfaatan selama hal tersebut menguntungkan dari segi ekonomis melihat lokasi dan akses yang strategis di kawasan tersebut. 3. Developer mengulur waktu panggilan apabila perluasan yang dilakukan dianggap melanggar dan dilaporkan oleh pengawas bangunan yang kemudian developer dapat sembari melakukan lobby kembali terhadap pejabat yang memiliki kedudukan lebih strategis untuk mengambil keputusan penindakan. D. Faktor Pengaruh Faktor pengaruh yang merupakan kesimpulan dari hasil penelitian evaluasi pemanfaatan ruang ini focus pada faktor faktor yang mempengaruhi

5 142 terjadinya ketidak sesuaian / deviasi dalam pemanfaatan ruang yang ada di Kecamatan Sekarbela yang beberapa diantaranya yaitu tindakan aparat pemerintah melakukan tindakan diluar acuan normative yang sudah ditetapkan dan upaya upaya yang dilakukan developer. Faktor pengaruh terjadinya tindakan diluar acuan normative yang ditetapkan a. Adanya dorongan yang bersifat politis terhadap Kepala Daerah yang mendorong keluarnya instruksi kepada pejabat yang berwenang dalam perizinan dan pengawasan dengan cara tertentu. b. Adanya intervensi bagi beberapa pihak yang dianggap memiliki ikatan yang kuat terhadap pejabat yang berada diatas nya sehingga para pelaksana tugas harus menjaga tindakan yang dilakukan agar hubungan dengan atasan atau pejabat yang lebih tinggi dapat terjaga dengan baik c. Kesalahan dalam pengambilan keputusan terkait perizinan juga dipengaruhi oleh kurangnya pemahaman terkait substansi materi yang harus dikuasai oleh tim lapangan, sehingga laporan yang akan dirapatkan selanjutnya memiliki data yang kurang dapat dipertanggungjawabkan. Faktor pengaruh developer melakukan upaya upaya yang melanggar aturan

6 143 a. Developer memiliki pola pikir yang sama dengan pengusaha lainnya dimana terus melakukan tindakan yang berdampak pada peningkatan keuntungan secara financial, hal ini yang membentuk developer harus memiliki hubungan yang erat dengan para pemangku kebijakan. b. Lokasi yang strategis dengan perkiraan keuntungan yang terus meningkat membentuk tindakan developer untuk melakukan kecurangan dengan menganggap hal tersebut merupakan kelonggaran dari kelalaian atas kemudahan yang diberikan oleh Pemerintah sebelumnya. Solusi pembenahan dan penertiban Dari permasalahan yang sudah teridentifikasi selanjutnya bentuk solusi pembenahan dan penertiban untuk mengatasi terjadinya deviasi pemanfaatan ruang di Kecamatan Sekarbela perlu dilakukan : a. Pelaku Pelaku dalam hal ini pelaku pembangunan yaitu developer dimana dilakukan pengawasan pada perilaku developer yang cenderung menyimpang terhadap peraturan, kemudian dilakukan penegasan terhadap peraturan melalui identifikasi menyeluruh dan pendataan terhadap developer yang sudah di temukan melakukan penyimpangan, selanjutnya dilakukan pemberian sangsi tegas yang dapat memberikan

7 144 faktor jera kepada developer yang tidak mengindahkan peraturan dan perizinan yang sudah diberikan. b. Peraturan Peraturan yang sudah ada dilakukan sosialisasi kepada seluruh pelaku pembangunan, sehingga peraturan dapat lebih transparan dan konsisten dalam pelaksanaannya. Peraturan yang merupakan dasar dalam perizinan belum memiliki tingkat keakuratan yang cukup dan setara dengan RDTR. Dengan demikian harus dilakukan penajaman interpretasi dalam rencana pola ruang yang sudah ditetapkan menjadi produk rencana yang lebih detail dan jelas agar dapat lebih mudah dipahami para pelaku pembangunan. c. Prosedur kerja Ditetapkannya SOP ( Standar operational procedure) yang jelas sehingga penyimpangan prosedur dalam verifikasi lapangan pada saat penerbitan izin hingga pengawasan perkembangan pemanfaatan ruang dapat terlaksana dengan baik dan dapat dipertanggung jawabkan REKOMENDASI Didalam study evaluasi pemanfaatan ruang berdasarkan RTRW Kota Mataram pada kasus Kecamatan Sekarbela terdapat beberapa rekomendasi antara lain, study lanjutan dan tindak lanjut dari hasil study. Yang kemudian dapat tercapainya tujuan dalam membentuk ruang yang memiliki keseimbangan secara

8 145 ekologis dengan tidak adanya penyimpangan dalam penerapan atau implementasi kebijakan yang sudah ditetapkan. A. Solusi Perbaikan Dari pandangan peneliti dalam hal ini bentuk solusi untuk perbaikan temuan ketidaksesuaian pemanfaatan ruang di Kecamatan Sekarbela adalah sebagai berikut : 1. Perbaikan mekanisme perizinan a. Menetapkan tim verifikasi lapangan yang memiliki dasar pengetahuan yang cukup dalam memahami materi verifikasi b. Memperlakukan pemohon izin sesuai dengan peraturan yang ditetapkan tanpa pengecualian c. Penegasan tugas pokok dan fungsi tim perizinan agar tidak terjadi penyimpangan prosedur 2. Perbaikan pelaku pengawasan a. Menetapkan SOP ( Standard Operational Procedure) kepada tim pengawas lapangan b. Penindakan langsung terhadap laporan tim pengawas lapangan c. Memperlakukan para pemegang izin dengan perlakuan yang sama apabila melakukan pelanggaran dalam penerapan izin 3. Perbaikan aturan pemanfaatan ruang a. Penetapan aturan insentif dan disinsentif yang tepat bagi para pelaku pembangunan

9 146 b. Sosialisasi peraturan yang baru ditetapkan terhadap seluruh pelaku pembangunan c. Konsistensi dalam implementasi kebijakan pemanfaatan ruang yang sudah ditetapkan. B. Tindak Lanjut Penelitian (rekomendasi program pemerintah) Adapun rekomendasi dalam studi ini adalah untuk menindaklanjuti hasil dari penelitian ini, dilakukan beberapa tindakan yang harus segera dilakukan oleh Pemerintah untuk mencari solusi dari permasalahan yang ditemukan. Adapun beberapa tindak lanjut yang direkomendasikan adalah sebagai berikut : 1. Kegiatan peningkatan kualitas sumber daya tenaga tim verifikasi perizinan. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir terjadinya kesalahan dalam memverifikasi berkas para pengaju izin, sehingga dapat diterapkan secara tegas peraturan peraturan yang berlaku di Kota Mataram. 2. Menerapkan sistem GIS dalam penyelenggaraan kegiatan implementasi perencanaan tata ruang yang kemudian dapat sejalan dengan kebijakan yang sudah ditetapkan dan dapat mengurangi resiko kesalahan dalam implementasi kebijakan. 3. Dibentuknya tim pengawas pemanfaatan ruang yang bersifat independent yang dapat memonitori mekanisme perencanaan hingga implementasi rencana dalam bentuk perizinan. 4. Dan apabila terdapat oknum oknum yang diindikasikan dapat mempengaruhi implementasi kebijakan maka harus disusun

10 147 kebijakan yang dapat menindak tegas oknum oknum tersebut dengan mekanisme pemberian insentif dan disinsentif yang tepat. C. Study Lanjutan Terdapat berbagai kekurangan dan kelebihan dalam studi ini, sehingga untuk memahami tentang studi evaluasi pemanfaatan ruang ini maka diperlukan adanya penelitian-penelitian selanjutnya, yaitu tentang: 1. Evaluasi pemanfaatan ruang di pusat pusat aktifitas di Kota Mataram. 2. Kajian penentuan mekanisme perizinan dan pengawasan pemanfaatan ruang di Kota Mataram. 3. Kajian peningkatan sumber daya dalam upaya meningkatkan kapasitas aparat pemerintah dalam implementasi kebijakan 4. Pengaruh kedudukan politik dalam implementasi kebijakan. 5. Kajian sinkronisasi kebijakan perencanaan tata ruang dengan kebijakan pembangunan di Kota Mataram 6. Study analisis kebijakan insentif dan disinsentif dalam pemanfaatan ruang di Kota Mataram.