PERHITUNGAN DISTORSI RADIAL KAMERA CASIO EXILIM EX-ZS5

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERHITUNGAN DISTORSI RADIAL KAMERA CASIO EXILIM EX-ZS5"

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberi kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum perhitungan distorsi radial pada kamera Casio Exilim EX-ZS5 ini dengan baik. Dalam menyelesaikan laporan ini, kami mendapat banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Ibu Hepi Hapsari Handayani, S. T, M. Sc. 2. Angkatan Serta semua pihak yang ikut membantu dalam menyelasikan laporan ini Kami sadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Semoga laporan ini, dapat bermanfaat bagi kita semua. Surabaya, 9 November 2014 Tim Penyusun ii

2 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR TABEL... v DAFTAR LAMPIRAN... vi ABSTRAK... vii BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG TUJUAN MANFAAT... 3 BAB II DASAR TEORI KAMERA LENSA KAMERA DISTORSI LENSA KALIBRASI KAMERA SENSOR KAMERA DIGITAL BAB III METODOLOGI WAKTU DAN LOKASI PRAKTIKUM ALAT DAN BAHAN METODOLOGI PRAKTIKUM BAB IV HASIL DAN ANALISA HASIL ANALISA BAB V KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iii

3 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Ukuran ukuran sensor lensa Gambar 2.2 Color Filter Array Sensor Gambar 3.1 Kamera Casio Exilim EX-ZS Gambar 3.2 Tripod Gambar 3.3 Kertas A Gambar 3.4 Bolpoint Gambar 3.5 Penggaris dan Busur Gambar 3.6 Selotip Gambar 3.7 Software AutoCAD LandDekstop Diagram 3.1 Tahapan Keseluruhan Praktikum Gambar 3.8 Jarak Kamera Ke Kertas Gambar 3.9 Posisi Kamera pada Saat Pemotretan Diagram 3.2 Langkah-langkah pemotretan papan kolimator Diagram 3.3 Langkah-langkah pengolahan data Gambar 4.1 Foto pemotretan Gambar 4.2 Foto pemotretan Gambar 4.3 Foto pemotretan Gambar 4.4 Error Vector Distorsi Radial pada foto pemotretan Gambar 4.5 Error Vector Distorsi Radial pada foto pemotretan Gambar 4.6 Error Vector Distorsi Radial pada foto pemotretan iv

4 DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Jarak Foto Pemotretan Tabel 4.2 Jarak Foto Pemotretan Tabel 4.3 Jarak Foto Pemotretan Tabel 4.4 EFL dari 3 foto Tabel 4.5 Distorsi Radial (Δϒ (EFL)) dari foto pemotretan Tabel 4.6 Distorsi Radial (Δϒ (EFL)) dari foto pemotretan Tabel 4.7 Distorsi Radial (Δϒ (EFL)) dari foto pemotretan Tabel 4.8 CFL dari 3 foto Tabel 4.9 Uji Statistik CFL interval kepercayaan 90% Tabel 4.10 Uji Statistik CFL interval kepercayaan 95% Tabel 4.11 Uji Statistik CFL interval kepercayaan 99% Tabel 4.12 Distorsi Radial (Δϒ (CFL)) dari foto pemotretan Tabel 4.13 Distorsi Radial (Δϒ (CFL)) dari foto pemotretan Tabel 4.14 Distorsi Radial (Δϒ (CFL)) dari foto pemotretan Tabel 5.1 Nilai EFL dan CFL Tabel 5.2 Hasil Akhir Perhitungan Distorsi Radial v

5 DAFTAR LAMPIRAN Dokumentasi Foto pengukuran jarak dengan software AutoCAD LandDekstop Papan kolimator vi

6 ABSTRAK Distorsi Radial dapat menyebabkan posisi pada suatu titik dalam foto mengalami perubahan dari lokasi yang sebenarnya, sehingga kualitas spasial serta geometrik menjadi berkurang. Untuk mendapatkan informasi spasial yang akurat dari suatu foto hasil pemotretan kamera maka setiap jenis koreksi harus diberikan, salah satu di antaranya yaitu kalibrasi kamera. Kalibrasi kamera merupakan suatu proses untuk menentukan elemen orientasi dalam dan distorsi lensa pada suatu objek. Secara umum terdapat dua metode yang digunakan dalam kalibrasi kamera yaitu laboratorium dan test field. Metode yang digunakan untuk mengevaluasi distorsi radial yang terjadi pada foto dalam praktikum ini yaitu dengan cara kalibrasi kamera berdasarkan data hasil tes laboratorium. Metode ini dimulai dengan memotret papan kolimator yang dibuat dari kertas A2 dengan ukuran 42cm x 59.4 cm. Dengan menentukan titik tengah kertas dan menandai titik-titik yang membentuk sudut 7.5 0, 15 0, , 30 0 dan Pada saat pemotretan diasumsikan sumbu-sumbu optik dari kamera tegak lurus papan kolimator. Pemotretan ini dilakukan dengan jarak 48cm dengan pemotretan dilakukan sebanyak 3 kali. Kemudian jarak rata-rata antar titik dicari dengan menggunakan software AutoCAD LandDekstop Setelah itu menghitung Equivalent Focal Length (EFL), Calibrated Focal Length (CFL), Distorsi Radial dan menentukan arah error vector distorsi radial. Kata kunci : Distorsi Radial, Kalibrasi Kamera vii

7 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi penginderaan jauh dan SIG yang sangat pesat pada saat ini sangat membantu untuk pengaplikasian dalam berbagai bidang seperti mapping, navigasi, perencanaan, dll. Salah satunya yaitu perkembangan sensor (kamera, scanner,hingga hiperspectral). Pengelolaan dan penanganan data, maupun keragaman aplikasinya (Hartono, 2004). Salah satu aplikasi dari penginderaan jauh adalah pada bigang ilmu fotogrametri. Fotogrametri ialah ilmu, seni dan teknologi untuk memperoleh ukuran terpercayadari foto udara (Kiefer, 1993). Fotogrametri dapat didefinisikan sebagai suatu seni, pengetahuandan teknologi untuk memperoleh data dan informasi tentang suatu objek serta keadaandisekitarnya melalui suatu proses pencatatan, pengukuran dan interpretasi bayangan fotografis(hasil pemotretan). Seiring dengan perkembangan teknologi geospasial, fotogrametri juga semakin berkembang. Hal ini disebabkan data-data dan informasi dari fotogrametri semakin dibutuhkan, sehingga teknologi dibidang fotogrametri terus ditingkatkan untuk kemudahan dalam akses dan pemrosesan datanya. Teknologi digital sudah mulai dilibatkan sejak penghujung abad ke-20. Kegiatan fotogrametri berupa pengukuran dan pembuatan peta berdasarkan foto udara bisamenggunakan proses program aplikasi. Dalam fotogrametri, kamera merupakan alat yang krusial karena digunakan untuk menghasilkan photo. Dalam proses fotogrametri, setiap pengambilan foto dengan kameradimungkinkan terjadinya error (salah pengoperasian/hasil). oleh karena itu, perlu dilakukan kalibrasi kamera, agar hasil pemotretan yang dilakukan oleh kamera tepat dan diminimalisir dari kesalahan. 1

8 Jenis kamera yang digunakan dalam praktikum ini adalah kamera digital. Kamera jenis ini merupakan kamera yang dapat bekerja tanpa menggunakan film. Si pemotret dapat dengan mudah menangkap suatu objek tanpa harus susah-susah membidiknya melalui jendela pandang karena kamera digital sebagian besar memang tidak memilikinya. Sebagai gantinya, kamera digital menggunakan sebuah layar LCD yang terpasang di belakang kamera. Lebar layar LCD pada setiap kamera digital berbeda-beda. Sebagai media penyimpanan, kamera digital menggunakan internal memory ataupunexternal memory yang menggunakan memory card. Kalibrasi kamera dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu : kalibrasi berdasarkan data hasil tes laboratorium dan kalibrasi berdasarkan data hasil tes lapangan Pengambilan gambar pada praktikum kali ini menggunakan kamera digital non metrik merk Casio Exilim EX-ZS5. Alasan kelompok kami menggunakan kamera ini karena spesifikasinya relatif bagus dengan harga yang relatif murah Tujuan Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah: 1. Mahasiswa mampu memahami konsep dan proses kalibrasi pada kamera digital 2. Untuk menentukan EFL (Equivalent Focal Length) dan CFL (Calibrated Focal Length) pada kamera Casio Exilim EX-ZS5. 3. Untuk menghitung distorsi radial pada foto hasil pemotretan dengan kamera Casio Exilim EX-ZS5. 4. Untuk mengetahui arah vector Radial dari foto hasil pemotretan dengan kamera Casio Exilim EX-ZS5. 2

9 1.3. Manfaat Adapun manfaat dilaksanakannya praktikum ini adalah: 1. Mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep, proses dan melakukan kalibrasi pada kamera digital 2. Mahasiswa mampu menghitung EFL (Equivalent Focal Length) dan CFL (Calibrated Focal Length) pada kamera. 3. Mahasiswa mampu menghitung distorsi radial pada kamera. 4. Mahasiswa mengetahui mengetahui arah vector Radial pada foto. 3

10 BAB II DASAR TEORI 2.1. Kamera Dalam ilmu fotogrametri, dilihat dari teknik pengambilan datanya, foto dibedakan menjadi dua kategori yaitu foto udara dan foto terestrial. Pada foto terestrial proses perekaman data (pemotretan) dilakukan di permukaan bumi. Pada metode ini kamera dapat dipegang dengan tangan, dipasang pada kaki kamera (statif), dipasang pada menara, atau alat penyangga lain yang dirancang secara khusus. Fotogrametri terestrial digunakan untuk pemetaan objek-objek khusus yang membutuhkan ketelitian detail seperti, bangunan, daerah galian, lubang-lubang pertambangan, timbunan material, dan lain sebagainya. Pada foto udara proses perekaman data dilakukan di udara melalui sebuah wahana terbang seperti balon udara, pesawat miniatur dengan kendali radio,dan pesawat ringan berawak. Metode ini dikembangkan untuk memetakan daerah-daerah yang relatif sulit dijangkau dengan metode terrestrial, seperti daerah bergununggunung, daerah berawa, hutan, dan daerah-daerah yang padat penduduk. Dalam fotogrametri kamera merupakan salah satu instrumen paling penting, karena kamera digunakan untuk membuat foto yang merupakan alat utama dalam foto grametri. Olehkarena itu dapat dikatakan pula bahwa foto yang akurat (mempunyai kualitas geometri yang tinggi) diperoleh dari kamera yang teliti. Baik untuk keperluan foto udara maupun foto terestrial, kamera diklasifikasikan menjadi dua kategori umum yaitu : a. Kamera metrik Kamera metrik merupakan kamera yang dirancang khusus untuk keperluan fotogrametrik. Kamera metrik yang umum digunakan mempunyai ukuran format 23cm 23cm, kamera metrik dibuat stabil dan dikalibrasi secara menyeluruh sebelum digunakan. Nilai-nilai kalibrasi dari kamera metrik seperti panjang 4

11 fokus, distorsi radial lensa, koordinat titik utama foto diketahui dan dapat digunakan untuk periode yang lama. Untuk kamera metrik berformat normal dikenal tiga sudut bukaan ( angle field of fiew), yakni: [ Dipokusumo, 1999] - Normal angle (NA), dengan panjang fokus 210mm, - Wide Angle (WA), dengan panjang fokus 152mm, dan - Super Wide Angle, dengan panjang fokus 88mm. Sebagian besar kamera metrik biasanya dirancang dengan panjang fokus tetap untuk objek tak terhingga. Jika kamera metrik diterapkan untuk foto terrestrial (pemotretan pada jarak pendek) tidak dapat menghasilkan gambar yang tajam. Sehingga diperlukan modifikasi khusus pada panjang fokusnya agar diperoleh gambar yang tajam pada saat melakukan pemotretan pada jarak yang sangat pendek. b. Kamera non metrik Kamera non-metrik dirancang untuk foto profesional maupun pemula, dimana kualitas lebih diutamakan daripada kualitas geometrinya. Kamera non-metrik memiliki dua keterbatasan utama yaitu : - Ketidakstabilan geometrik Masalah terbesar penggunaan kamera non-metrik adalah ketidakstabilan geometrik. Kamera non-metrik memiliki lensa yang tidak sempurna, sehingga foto udara yang dihasilkan dari perekaman kamera non-metrik mengalami kesalahan. Kamera ini tidak memiliki tanda-tanda fidusial, namun dapat dilakukan modifikasi untuk membuat tanda fidusial. Selain itu pada kamera non-metrik tidak diketahui secara pasti besarnya panjang fokus dan posisi principal point, sehingga pengkuran pada foto udara menjadi kurang teliti. Kamera non-metrik dapat dikalibrasi dengan teknik tertentu sehingga parameter-parameter internal yang berpengaruh pada ketelitian geometrik foto dapat diketahui, dan kamera non-metrik dapat digunakan untuk aplikasi fotogrametri. 5

12 - Ukuran film Keterbatasan lain dalam penggunaan kamera non-metrik adalah terbatasnya ukuran film. Untuk mengcover area dengan luas dan skala yang sama, penggunaan kamera format kecil 24mm 36mm membutuhkan jumlah foto lebih banyak dibandingkan jika pemotretan itu dilakukan dengan menggunakan kamera metrik format besar 23 cm 23cm. Selain itu seringkali dalam pemetaan metode foto udara dibutuhkan foto dengan ukuran asli yang besar, sehingga penggunaan kamera format kecil menjadi masalah. Penggunaan foto udara metrik format besar (23cm 23cm) akan mampu memberikan ketelitian yang baik, akan tetapi untuk area pemetaan yang relatif kecil dipandang tidak ekonomis. Pertimbangan penggunaan kamera non-metrik untuk keperluan pemetaan (foto udara) adalah adanya efisiensi biaya pemetaan untuk area yang relatif kecil. Selain itu dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, keterbatasanketerbatasan penggunaan kamera format kecil dapat diatasi, sehingga kamera non-metrik menjadi instrumen yang layak digunakan untuk foto udara. 2.2 Lensa Kamera Karakteristik lensa Lensa kamera merupakan bagian yang paling penting dan paling mahal dalam foto udara. Fungsi utama lensa adalah mengumpulkan berkas sinar dari seluruh titik yang membentuk sebuah objek dan mengumpulkannya ke arah titik api (f) yang terletak pada jarak tertentu di sisi lain di balik lensa untuk membentuk gambaran objek secara keseluruhan (Gambar 2-1). Sifat lensa ini mengikuti prinsip pembiasan sinar sesuai dengan Hukum Snellius. Menurut hukum ini, jika ada seberkas sinar melintasi sebuah permukaan yang berada diantara dua medium yang mempunyai nilai indeks bias yang berbeda, maka sinar tersebut akan dibelokan atau 6

13 dibiaskan. Jika sinar datang dari medium renggang ke medium rapat, maka sinar tersebut akan dibelokan mendekati garis normal, sebaliknya jika sinar datang dari medium rapat ke medium renggang, maka sinar akan dibelokan menjauhi garis normal. Seberkas sinar datang yang berasal dari suatu objek pada jarak tak terhingga jauhnya dari lensa akan saling sejajar. Bayangan yang dibentuk oleh sinar-sinar ini akan jatuh pada bidang fokus tidak terhingga, sehingga bayangan tersebut akan terlihat jelas. Semakin dekat jarak objek dari sebuah lensa, maka akan semakin jauh jarak bayangan yang dibentuk dari lensa tersebut (Gambar 2-3). Oleh karena itu untuk aplikasi foto udara banyak digunakan kamera dengan panjang fokus tetap untuk objek tak terhingga Bidang Fokus Lensa Bidang fokus lensa adalah suatu bidang dimana seluruh berkas sinar datang melalui lensa difokuskan. Dalam foto udara, jarak objek relatif lebih besar daripada jarak bayangan, oleh karena itu fokusnya ditetapkan untuk jarak objek tak terhingga. Hal ini dapat dicapai dengan meletakkan bidang fokus setepat mungkin pada jarak sebesar panjang fokus di belakang titik nodal belakang lensa kamera. Panjang pendeknya jarak fokus dari suatu lensa memberikan pengaruh pada jangkauan medan (daerah jelajah bagi objek yang dapat diterima oleh lensa tanpa menimbulkan kemunduran nilai yang berarti bagi kejelasan bayangan) semakin pendek jarak fokus suatu lensa, maka semakin besar jangkauan medan dan demikian pula sebaliknya Penyimpangan bayangan Kamera non-metrik mempunyai desain dan susunan lensa yang tidak sempurna. Ketidaksempurnaan lensa pada kamera non-metrik menyebabkan adanya penyimpangan pada foto yang dihasilkan yaitu : berkurangnya ketajaman gambar (aberasi) dan berkurangnya kualitas geometric (distorsi lensa). 7

14 Aberasi lensa Aberasi lensa menyebabkan berkurangnya kualitas ketajaman foto udara yang dihasilkan. Goresan dan kotoran pada lensa tidak menyebabkan terjadinya penyimpangan, penyimpangan terjadi karena ketidaksempurnaan desain lensa yang digunakan. Ada empat gejala aberasi yang paling utama dan dikenal dengan nama chromatic aberrations yaitu : Wolf, 1983] a. Aberasi sferis Aberasi sferis terjadi karena tidak sempurnanya penggosokan permukaan lensa, sehingga kelengkungan pada lensa tersebut tidak sempurna. Akibatnya sinar yang datang yang melalui lensa (dekat dengan bagian tepi lensa) akan dibiaskan mendekati lensa, dan sebaliknya sinar datang yang melalui lensa (bagian tengah lensa) akan dibiaskan menjauhi lensa b. Coma Pada aberasi coma sinar datang yang masuk melalui lensa dengan jarak yang sama terhadap lensa tidak difokuskan pada satu titik. Sehingga bayangan yang dibentuk oleh objek berbentuk lingkaran menjadi elips. c. Astigmatisme Astigmatisme merupakan keadaan dimana sinar datang yang tegak lurus terhadap objek tidak dibiaskan melalui titik yang sama. Bayangan yang dibentuk akibat aberasi ini tidak jelas pada satu bidang gambar yang sama. Gambar yang menggambarkan titik pada objek dengan jarak yang sama panjang tetapi garis sinarnya membentuk sudut yang berbeda-beda terhadap sumbu optic tidak akan membentuk gambar yang jelas. Astigmatisme dapat diperkecil pegaruhnya dengan menggabungkan benda yang disusun dari elemen yang mengumpulkan dan menyebarkan sinar. d. Aberasi kromatik Aberasi kromatik terjadi karena adanya perbedaan pembiasan terhadap karakteristik warna yang berbeda. Sinar biru 8

15 dibiaskan lebih banyak daripada sinar merah sehingga kedua sinar ini tidak dibiaskan pada titik yang sama 2.3. Distorsi Lensa Kamera fotogrametri tidak mempunyai lensa yang sempurna, sehingga proses perekaman yang dilakukan akan memiliki kesalahan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengkalibrasian kamera untuk dapat menentukan besarnya penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Kalibrasi adalah kegiatan untuk memastikan hubungan antara hargaharga yang ditunjukkan oleh suatu alat ukur dengan harga yang sebenarnya dari besaran yang diukur. Kalibrasi kamera dilakukan untuk menentukan parameter distorsi, meliputi distorsi radial dan distorsi tangensial, serta parameter-parameter lensa lainnya, termasuk juga principal distance (c), serta titik pusat fidusial foto. Pada Software Austalis, model kalibrasi terdiri dari element interior orientasi (xo, yo, c), koefisien distorsi lensa (K1, K2, K3, P1 and P2) serta koefisen untuk perbedaan penyekalaan dan ketidak ortogonal antara sumbu X dan Y (b1, b2) Distorsi lensa dapat menyebabkan bergesernya titik pada foto dari posisi yang sebenarnya, sehingga memberikan ketelitian pengukuran yang tidak baik, namun tidak mempengaruhi kualitas ketajaman citra yang dihasilkan Distorsi Radial Distorsi radial adalah pergeseran linier titik foto dalam arah radial terhadap titik utama dari posisi idealnya. Distorsi lensia biasa diekspresikan sebagai fungsi polonomial dari jarak radial (dr) terhadap titik utama foto Distorsi tangensial adalah pergeseran linier titik di foto pada arah normal (tegak lurus) garis radial melalui titik foto tersebut Distorsi Tangensial Distorsi tangensial disebabkan kesalahan sentering elemenelemen lensa dalam satu gabungan lensa dimana titik ousat elemenelemen lensa dalam gabuang lensa tersebut tidak terletak pada satu 9

16 garis lurus. Pergeseran ini biasa dideskripsikan dengan 2 persamaan polonomial untuk pergeseran pada arah x (dx) dan y (dy). Kalibrasi kamera dapat dilakukan dengan berbagai metode. Secara umum kalibrasi kamera biasa dilakukan dengan tiga metode, yaitu laboratory calibration, on-the-job calibration dan self-calibration (Atkinson, 1987). Metode lain yang dapat digunakan antara lain analytical plumb-line calibration dan stellar calibration (Fryer, 1989). Laboratory calibration dilakukan di laboratorium, terpisah dengan proses pemotretan objek. Metode yang termasuk di dalamnya antara lain optical laboratory dan test range calibration. Secara umum metode ini sesuai untuk kamera jenis metrik.on-the-job calibration merupakan teknik penentuan parameter kalibrasi lensa dan kamera dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pemotretan objek. Pada self-calibration pengukuran titik-titik target pada objek pengamatan digunakan sebagai data untuk penentuan titik objek sekaligus untuk menentukan parameter kalibrasi kamera Kalibrasi Kamera Untuk memperoleh posisi 3D yang akurat dari sebuah foto, parameter internal dari sebuah kamera harus diketahui. Parameter internal kamera meliputi panjang fokus ekivalen (panjang fokus efektif di dekat pusat lensa), panjang fokus terkalibrasi, distorsi lensa (radial dan tangensial), lokasi titik utama foto, jarak antara dua fidusial yang berhadapan, sudut perpotongan garis-garis fidusial dan kerataan bidang fokal. Parameter internal ini kemudian dijadikan input orientasi dalam.(wolf, 1983) Nilai parameter-parameter internal dapat diketahui dengan melakukan kalibrasi pada kamera udara yang akan digunakan untuk proses pemotretan. Metode kalibrasi kamera dibedakan dalam tiga kategori dasar, yaitu : (1) metode laboratorium, (2) metode lapangan, dan (3) metode stellar. Miltikolimator dan goniometer merupakan metode kalibrasi kamera laboratorium, kedua metode ini masing-masing memerlukan alat yang 10

17 khusus dan mahal. Pada metode multikolimator objek (berupa tanda silang kotak) yang akan dipotret, diletakkan diatas sebuah pelat kaca, objek tersebut diproyeksikan melalui sejumlah kolimator individual yang dipasang dengan sudut θ tertentu (yang nilainya sudah diketahui) ke bidang fokus kamera. Dari tanda silang kotak yang terproyeksi pada bidang fokus dapat diukur panjang fokus ekivalen dan radial lensa pada tiap pertambahan sudut θ. Pada metode goniometer objek berupa pelat grid yang disinari dari belakang, grid ini kemudian diproyeksikan melalui lensa kamera pada arah berlawanan. Sudut dimana sinar grid yang timbul, diukur dengan goniometer. Besarnya panjang fokus ekivalen dan distorsi radial lensa ditentukan dengan membandingkan sudut terukur sebenarnya terhadap sudut yang benar menurut teori. Keunggulan metode bintang adalah tidak diperlukan alat khusus dan mahal. Pada metode bintang dilakukan pemotretan atas sasaran yang terdiri dari bintang yang dapat di identifikasi, dilakukan pencatatan waktu pemotretan. Sehingga akan diperoleh sudut perpanjangan bintang pada letak kamera. Sudut ini kemudian dibandingkan terhadap sudut yang diperoleh dari pengukuran tepat atas gambar bintang. Ukuran sensor kamera digital diilustrasikan sebagai berikut Gambar 2.1 ukuran ukuran sensor lensa 11

18 Cara Kalibrasi Kamera Kalibrasi kamera manual (metode laboratorium) Langkah langkah yang harus dilakukan adalah EFL (Equivalent Focal Length) EFL adalah sudut terdekat, hampir tidak ada distorsi EFL = of 1 + of 2 + of 3 + of 4 4 tan θ f CFL (Calibration Focal Length) CFL adalah panjang fokus yang terkalibrasi max ˠ = min ˠ Max positif ˠ + max negatif ˠ = 0 Distorsi Radial dari Calibrated Focal Length (CFL) Δϒ (CFL) = Jarak rata-rata CFL tanθ Error Vektor Distorsi Error Vektor Distorsi adalah arah distorsi masuk atau keluar 2.5. Sensor Kamera Digital Pada kamera konvensional, dimana cahaya yang masuk diproses secara kimia pada masing-masing layer pada lembar film, sehingga objek dapat terekam. Sedangkan pada kamera digital cahaya yang masuk ke dalam lensa akan difokuskan ke dalam sebuah sensor, sensor akan mengubah cahaya tersebut ke dalam bentuk aliran-aliran listrik. Aliran-aliran ini kemudian disimpan ke dalam memory secara cepat. Seperti pada film di kamera konvensional yang merekam gambar objek ketika ada cahaya, Sensor merekam gambar secara elektronik, dan merubah cahaya menjadi electron-elektron. Elektron ini kemudian dikonversi ke dalam bentuk digital, yang menghasilkan sebuah file yang mengandung informasi digital dimana ukuran bit gambar mewakili nilai warna. Tipe sensor biasanya mengacu pada penyebutan yang umum seperti 1/1.8" atau 2/3", pengukuran tersebut biasanya lebih besar dari ukuran diameter actual dari sebuah sensor tersebut. Penamaan ini tidak mengacu pada diameter diagonal 12

19 dari area sensor tersebut, tetapi lebih kepada diameter luar dari gelas yang menutupi tabung. Para peneliti juga menemukan alasan-alasan yang memungkinkan penamaan ini adalah besarnya area yang dapat digunakan sebesar 2/3 dari total area yang ada. Penamaan ini bukan penamaan yang benar-benar jelas, karena tidak ada relasi yang jelas antara penamaan dengan perhitungan secara matematika, walaupun biasanya area yang dapat digunakan adalah sebesar 2/3 dari total area Gambar 2.2 Color Filter Array Sensor Salah satu jenis sensor pada kamera digital adalah Charge Coupled Device (CCD). CCD adalah suatu alat pencitraan untuk menkonversikan cahaya menjadi arus elektrik yang proporsional (analog). Sebuah CCD memiliki lapisan-lapisan filter yang membagi spektrum warna menjadi warna merah, hijau, biru agar bisa diproses secara digital oleh kamera. Ada dua macam jenis CCD, yaitu rangkaian linier yang digunakan dalam scanner datar, alat pengcopy digital dan Scanner Graphic Arts; serta rangkaian datar yang dipakai dalam comcorders, kamera video tidak bergerak, dan kamera-kamera digital. Setiap pixel didalam sensor kamera digital terdiri dari photodiode yang sensitif terhadap cahaya yang mampu mengukur tingkat brightness dari cahaya itu sendiri. Karena photodiode adalah device monokrom, maka tidak mungkin sensor mengenali perbedaan dari 13

20 setiap panjang gelombang cahaya yang diterima. Oleh karena itu, dibuatlah sebuah system filter warna berupa pola-pola mosaik yang disebut dengan Color Filter Array (CFA). CFA diletakkan dibagian atas sensor kamera dan akan bekerja dengan melakukan proses filterisasi cahaya yang jatuh keatas sensor, khusus untuk komponen warna red, green dan blue. Pola-pola ini dinamakan dengan RGB Bayer Pattern yang ditunjukkan pada Gambar

21 BAB III METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Praktikum Praktikum perhitungan distorsi radial pada kamera Casio Exilim EX- ZS5 ini dilakukan untuk melakukan kalibrasi kamera dengan metode laboratorium. Praktikum ini dilaksanakan pada: Hari, Tanggal : Sabtu, 8 November 2014 Waktu : s.d BBWI Lokasi : Depan Ruang GM Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini diantaranya: a. Kamera Gambar 3.1 Kamera Casio Exilim EX-ZS5 Kamera yang digunakan adalah kamera Casio Exilim EX-ZS5 yang diproduksi oleh CASIO COMPUTER CO.,LTD. Kamera ini mempunyai spesifikasi sebagai berikut: Focal length 5 mm Exposure time 1/100 sec ISO speed 100 Maximal aperture 2,97 Total pixel million Shutter speed auto 1/2 to 1/2000 second and night scene 4 to 1/2000 second 15

22 b. Tripod Gambar 3.2 Tripod Secara umum tripod memiliki beberapa fungsi diantaranya adalah: Untuk meningkatkan ketajaman pada hasil potretan dan bisa disetting dengan ISO rendah. Untuk memotret obyek dengan speed rendah dan mengurangi guncangan. Diperlukan untuk komposisi angle atau aturan rule of third, juga berfungsi untuk menahan guncangan atau memotret tempattempat yang tidak dapat dijangkau oleh sang fotografer. Untuk foto panorama atau foto HDR, untuk menetapkan kamera pada sumbunya. Untuk foto makro, tripod digunakan agar bisa meminimalisir guncangan. c. Kertas A2 Gambar 3.3 Kertas A2 16

23 Kertas A2 berukuran 420mm x 594 mm digunakan sebagai papan kolimator. d. Bolpoint Gambar 3.4 Bolpoint Bolpoint digunakan untuk menandai titik-titik yang selanjutnya akan dipotret dan diukur jaraknya sehingga distorsi radial bisa dihitung. e. Penggaris dan busur Gambar 3.5 Penggaris dan Busur Penggaris digunakan untuk menggaris silang pada kertas A2 yang selanjutnya titik pertemuan antar dua garis silang tersebut akan dijadikan titik tengah ( principal point ). Selain itu, penggaris juga digunakan untuk mengukur jarak papan kolimator dengan lensa kamera. Busur digunakan untuk membantu penggaris dalam mengukur sudut antar titik. Sehingga jarak antar titik akan membentuk sudut yang sama. 17

24 f. Selotip Gambar 3.6 Selotip Selotip digunakan untuk menempelkan kertas A2 yang dijadikan papan kolimator ke dinding dengan tinggi sejajar dengan kamera yang berdiri diatas tripod. g. Software AutoCAD LandDesktop 2009 Gambar 3.7 Software AutoCAD LandDekstop 2009 Software AutoCAD LandDesktop 2009 digunakan untuk mengukur jarak antar titik dari foto papan kolimator yang telah dipotret sebelumnya. Langkah-langkah untuk mencari jarak antar titik pada software ini adalah: Buka program AutoCad LandDesktop 2009 Klik menu Map > Image> Insert > pilih gambar/foto yang akan disisipkan Adersheet foto agar memiliki koordinat sesuai dengan kondisi dilapangan (koordinat titik kolimator pada kertas A2) Mengukur jarak tiap titik pada foto dari titik pusat dengan menu Aligned pada Toolbar Dimension 18

25 3.3. Metodologi Praktikum Pelaksanaan Praktikum Secara Keseluruhan Tahapan yang akan dilaksanakan dalam praktikum ini adalah seperti pada diagram alir berikut: persiapan Tahap Persiapan Pemasangan kertas A2 Pemasangan kamera Jarak kamera terhadap kolimator Sumbu kamera segaris pusat kolimator Pembuatan papan kolimator kelipatan 7,5 0 sudut Pemotretan papan kolimator Pengolahan data Analisa Tahap pelaksanaan Penyusunan laporan Tahap pelaporan Penyetakan laporan Diagram 3.1 Tahapan Keseluruhan Praktikum 19

26 Penjelasan: a. Tahap Persiapan Pada tahap ini, kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain : Menentukan kamera yang akan digunakan untuk menentukan distorsi radialnya. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan o Menyiapkan kertas A2 yang akan dijadikan papan kolimator o Tripod untuk mendirikan kamera o Bulpoin untuk menandai titik o Selotip untuk menempelkan papan kolimator Mencari literature-literatur mengenai perhitungan distorsi radial dan kalibrasi kamera metode laboratorium. b. Tahap Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan ini meliputi: Pemasangan kertas A2 o Kertas A2 yang akan dijadikan papan kolimator o Membuat garis silang yang menghubungkan sudut-sudut kertas kemudian titik yang menjadi pertemuan kedua garis tersebut ditandai dan dijadikan sebagai titik tengah ( principal point ) o Menempelkan kertas A2 tersebut pada dinding yang datar dengan menggunakan selotip. Pemasangan kamera Mendirikan tripod lalu memasang kamera diatas tripod. Selanjutnya tripod digeser kedepan atau kebelakang sesuai jarak yang sudah ditentukan sehinggaseluruh bagian kertas yang telah ditempel terlihat secara menyeluruh. Kemudian mengatur sumbu lensa kamera agar segaris titik pusat kolimator. Pembuatan papan kolimator Mengukur sudut menggunakan busur dengan titik kamera sebagai titik sudut dan sumbu kamera sebagai salah satu kaki sudut. Kemudian menarik sudut sebesar 7,5 0, 15 0, 22,5 0, 30 0 dan 37,5 0 dari 20

27 sumbu kamera ke garis silang yang telah dibuat sebelumnya kemudian menandai titik tersebut. Pemotretan papan kolimator Setelah 20 titik ditandai kemudian potret papan kolimator. Pada tahap ini disarankan menggunakan timer untuk mengurangi kemungkinan terjadi guncangan akibat fotogafer menekan tombol shutter button. Gambar 3.8 Jarak Kamera Ke Kertas Gambar 3.9 Posisi Kamera pada Saat Pemotretan Pengolahan data Pengolahan data meliputi penentuan EFL (Equivalent Focal Length) dan CFL (Calibrated Focal Length) Analisa Setelah dilakukan Pengolahan maka dilakukan analisa untuk menarik sebuah kesimpulan. 21

28 c. Tahap Pelaporan 1. Penyusunan laporan, dilakukan dengan menuliskan dan menyajikan hasil penelitian ke dalam bentuk laporan tertulis. 2. Pencetakan laporan Pemotretan Mula i INPUT Kertas A2 Menandai titik tengah kertas Menempelkan kertas pada dinding Mendirikan tripod dengan jarak yang sudah ditentukan PROSES Menandai titik-titik dengan kelipatan sudut 7,5 0 Memotret kertas Foto OUTPUT Diagram 3.2 Langkah-langkah pemotretan papan kolimator 22

29 Penjelasan: Menyiapkan kertas A2 yang akan dijadikan papan kolimator Membuat garis silang yang menghubungkan sudut-sudut kertas kemudian titik yang menjadi pertemuan kedua garis tersebut ditandai dan dijadikan sebagai titik tengah ( principal point ) Papan kolimator yang sudah diketahui titik tengahnya kemudian ditempelkan ke dinding dengan ketinggian menyesuaikan tinggi umum tripod Mendirikan tripod lalu memasang kamera diatas tripod. Selanjutnya tripod digeser kedepan atau kebelakang sesuai jarak yang sudah ditentukan kemudian mengatur fokus lensa agar titik nadzir jatuh tepat di titik tengah papan kolimator Mengukur sudut menggunakan busur dengan titik tengah sebagai titik 0 0. Kemudian tandai titik pada sudut 7,5 0, 15 0, 22,5 0, 30 0 dan 37,5 0. Setelah 20 titik ditandai kemudian potret papan kolimator. Pada tahap ini disarankan menggunakan timer untuk mengurangi kemungkinan terjadi guncangan akibat fotogafer menekan tombol shutter button Didapatlah sebuah foto dari papan kolimator yang selanjutnya akan diolah 23

30 Pengolahan Data Foto dari Papan Kolimator INPUT Mengukur jarak antar titik dengan software Autocad 2009 Menghitung EFL Menghitung CFL PROSES Menghitung Distorsi Radial Menentukan Error Vektor Radial Analisa Akhir OUTPUT Laporan Selesai Diagram 3.3 Langkah-langkah pengolahan data Penjelasan: Foto kolimator hasil pemotretan dilakukan pengolahan untuk menentukan EFL (Equivalent Focal Length) dan CFL (Calibrated Focal Length) sehingga dapat diketahui besarnya distorsi radialnya. 24

31 Pengukuran jarak dengan AutoCAD LandDekstop 2009 Setelah dapat foto dari papan kolimator yang selanjutnya akan dilakukan pengukuran jarak dengan menggunakan software AutoCAD LandDekstop Jarak yang diukur merupakan jarak antara pusat kertas ke tiap-tiap titik sudut yang telah ditandai. Menghitung EFL (Equivalent Focal Length) Berdasarkan data jarak hasil pengukuran dengan software AutoCAD, maka selanjutnya dilakukan perhitungan EFL (Equivalent Focal Length). EFL (Equivalent Focal Length) dihitung berdasarkan jarak yang pertama (7.5 o ). Menghitung CFL (Calibrated Focal Length) Setelah didapat EFL (Equivalent Focal Length), dilakukan perhitungan distorsi radial berdasarkan EFL tersebut. Nilai tertinggi dan terendah dari distorsi radial berdasarkan EFL digunakan sebagai dasar untuk menghitung CFL (Calibrated Focal Length). Menghitung Distorsi Radial Berdasarkan CFL yang didapat pada langkah 4 maka selanjutnya dilakukan perhitungan besar dari distorsi radial berdasarkan CFL (Calibrated Focal Length). Menentukan Error Vektor Radial Berdasarkan hasil hitungan distorsi radial kemudian ditentukan arah distorsi menurut tanda positif/negative pada nilai distorsi radial. Analisa Akhir Setelah dilakukan Pengolahan maka dilakukan analisa akhir untuk menarik sebuah kesimpulan dan saran. Laporan Setelah dilakukan penarikan kesimpulan dan saran, kemudian dibuatlah laporan praktikum ini. 25

32 BAB IV HASIL DAN ANLISA 4.1 Hasil Hasil pemotretan Gambar 4.1 Foto pemotretan 1 Gambar 4.2 Foto pemotretan 2 26

33 Gambar 4.3 Foto pemotretan Hasil Pengolahan Data a. Jarak Jarak antar titik pada setiap foto diukur dengan menggunakan software AutoCAD LandDesktop Sudut f (7.5 ) g (15 ) h (22.5 ) i (30 ) j (37.5 ) Jarak Jumlah Rata-rata Tabel 4.1 Jarak Foto Pemotretan 1 27

34 Sudut f (7.5 ) g (15 ) h (22.5 ) i (30 ) j (37.5 ) jarak Jumlah Ratarata Tabel 4.2 Jarak Foto Pemotretan 2 Sudut f (7.5 ) g (15 ) h (22.5 ) i (30 ) j (37.5 ) jarak Jumlah Rata-rata Tabel 4.3 Jarak Foto Pemotretan 3 b. Equivalent Focal Length ( EFL ) EFL(Equivalent Focal Length) dihitung dengan menggunakan persamaan berikut: EFL = of 1 + of 2 + of 3 + of 4 4 tan θ f Dari persamaan tersebut didapatkan nilai EFL masing-masing dari tiga foto sebagai berikut: 28

35 EFL foto pemotretan EFL foto pemotretan EFL foto pemotretan Tabel 4.4 EFL dari 3 foto Setelah EFL dihitung selanjutnya menghitung distorsi radial dari EFL dengan persamaan Δϒ (EFL) = Jarak rata-rata EFL tanθ Dari persamaan diatas didapatkan distorsi radial Δϒ (EFL) dari masingmasing adalah sebagai berikut: EFL EFLtanθ Δϒ (EFL) Tabel 4.5 Distorsi Radial (Δϒ (EFL)) dari foto pemotretan 1 EFL EFLtanθ Δϒ (EFL) Tabel 4.6 Distorsi Radial (Δϒ (EFL)) dari foto pemotretan 2 EFL EFLtanθ Δϒ (EFL) Tabel 4.7 Distorsi Radial (Δϒ (EFL)) dari foto pemotretan 3 c. Calibrated Focal Length CFL(C.. Focal Length) dihitung dengan menggunakan persamaan berikut: 29

36 CFL = Jarak ϒmax + Jarak ϒmin tan θ max + tan θ min Dari persamaan tersebut didapatkan nilai CFL masing-masing dari tiga foto sebagai berikut: CFL foto pemotretan CFL foto pemotretan CFL foto pemotretan CFL Rata-rata (μ) Tabel 4.8 CFL dari 3 foto Berdasarkan Table 4.8 kemudian dilakukan uji statistik terhadap CFL dengan menghitung persamaan: s. t C = n Kemudian menghitung standar deviasi (ơ) ơ = (CFL CFL Rata rata)2 (n 1) didapatkan ơ = , kemudian CFL diuji apabila nilai CFL berada diantara μ C dan μ +C maka nilai CFL dinyatakan masuk tolerasi/diterima. Tetapi jika kurang dari μ C atau lebih dari μ +C maka nilai CFL dinyatak tidak masuk toleransi/ditolak o Interval Kepercayaan 90% Dengan t = 2.92 Foto μ -C CFL μ +C keterangan Foto Pemotretan Diterima Foto Pemotretan Diterima Foto Pemotretan Diterima Tabel 4.9 Uji Statistik CFL interval kepercayaan 90% 30

37 o Interval Kepercayaan 95% Dengan t =4.3 Foto μ -C CFL μ +C keterangan Foto Pemotretan Diterima Foto Pemotretan Diterima Foto Pemotretan Diterima Tabel 4.10 Uji Statistik CFL interval kepercayaan 95% o Interval Kepercayaan 99% Dengan t = 9.92 Foto μ -C CFL μ +C keterangan Foto Pemotretan Diterima Foto Pemotretan Diterima Foto Pemotretan Diterima Tabel 4.11 Uji Statistik CFL interval kepercayaan 99% d. Distorsi Radial ( ϒ (CFL)) Distorsi Radial ( ϒ (CFL)) dihitung dengan menggunakan persamaan berikut: ( ϒ (CFL)) = EFL EFL tan θ Dari persamaan tersebut didapatkan nilai ( ϒ (CFL)) masing-masing dari tiga foto sebagai berikut: CFL CFLtanθ Δϒ (CFL) Tabel 4.12 Distorsi Radial (Δϒ (CFL)) dari foto pemotretan 1 31

38 CFL CFLtanθ Δϒ (CFL) Tabel 4.13 Distorsi Radial (Δϒ (CFL)) dari foto pemotretan 2 CFL CFLtanθ Δϒ (CFL) Tabel 4.14 Distorsi Radial (Δϒ (CFL)) dari foto pemotretan 3 e. Error Vector Distorsi Radial Gambar 4.4 Error Vector Distorsi Radial pada foto pemotretan 1 32

39 Gambar 4.4 Error Vector Distorsi Radial pada foto pemotretan 2 Gambar 4.4 Error Vector Distorsi Radial pada foto pemotretan 3 33

40 4.2. Analisa Berdasarkan hasil pemotretan dan pengolahan data, dianalisis bahwa meskipun dengan jarak yang sama namun jarak antar titik pada foto satu dengan foto yang lainnya berbeda meskipun perbedaannya tidak signifikan. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan juga pada nilai Calibrated Focal Length (CFL) dan Equivalent Focal Length (EFL). Karena pada saat pengambilan tiap foto asumsi bahwa pada saat pemotretan berada dalam kondisi tegak lurus, sumbu-sumbu optik kamera tidak miring, jarak kamera dan kolimator yang sama, maka perbedaan pada nilai EFL dan CFL yang terjadi disebabkan oleh proses adersheet dan pengukuran jarak pada software AutoCAD LandDekstop CFL yang dihasilkan dari setiap perhitungan pada masing-masing foto perlu diuji secara statistik agar CFL tersebut teruji keabsahannya. Pengujian yang dilakukan terhadap CFL yang diperoleh dari hasil hitungan, bertujuan untuk mengetahui nilai CFL pada foto mana saja yang memberikan hasil terbaik dari setiap jarak pemotretan yang berbeda. Uji Statistika dilakukan dengan nilai interval kepercayaan 90%, 95% dan 99%. Berdasarkan hasil perhitungan Calibrated Focal Length (CFL) didapat foto hasil pemotretan dengan kamera Casio Exilim EX-ZS5 mengalami Distorsi Radial yang besarnya hampir sama antara pemotretan 1,2 dan 3. Arah dan besarnya distorsi radial berbeda-beda tiap sudut. Dari titik pusat kearah sudut 7.5 o, 15 o kemudian sudut 22.5 o nilai distorsi radial semakin besar yang berarah keluar menjauhi titik pusat. Pada sudut 30 o nilai distorsi radial mengalami penurunan dengan arah yang sama. Pada sudut 37.5 o nilai distorsi radial mengalami kenaikkan namun memiliki arah yang berlawanan yaitu menuju titik pusat 34

41 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisa hasil yang telah dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya: a. Berdasarkan 3 foto hasil pemotretan dengan kamera Casio Exilim EX-ZS5 dihasilkan 3 nilai EFL dan CFL sebagai berikut. Foto Ke- EFL CFL mm mm mm mm mm mm Tabel 5.1 Nilai EFL dan CFL b. Hasil dari perhitungan distorsi radial pada kamera Casio Exilim EX- ZS5 adalah sebagai berikut: Sudut Foto Pemotretan 1 Foto Pemotretan 2 Foto Pemotretan 3 f (7.5 0 ) g (15 0 ) h ( ) i (30 0 ) j ( ) Tabel 5.2 Hasil Akhir Perhitungan Distorsi Radial c. Berdasarkan hasil distorsi radial yang didapat menunjukkan bahwa titik-titik yang membentuk sudut 7.5 0, 15 0, dan 30 0 mempunyai tanda positif. Hal ini menunjukkan bahwa pada titik-titik tersebut terjadi distorsi radial yang mengarah keluar atau menjauhi titik pusat. Sebaliknya, pada titik-titik yang membentuk sudut mempunyai tanda negatif yang menunjukkan bahwa pada titik-titik tersebut terjadi distorsi radial yang mengarah ke dalam atau mendekati titik pusat 35

42 5.2 Saran Adapun saran-saran untuk praktikum ini adalah sebagai berikut: a. sumbu-sumbu optik kamera sebaiknya tidak diasumsikan tegak lurus pada saat pemotretan terhadap papan kolimator, tetapi diukur dengan seksama tinggi dari lantai sampai ke pusat lensa sama dengan tinggi titik tengah papan kolimator yang menempel di dinding sehingga sumbu-sumbu optik kamera menjadi tegak lurus pada saat pemotretan b. Papan kolimator sebaiknya dibuat dengan bahan dan peralatan yang mempunyai ketelitian yang tinggi sehingga kesalahan dari papan kolimatornya sendiri bisa diminimalisir/direduksi c. Dalam pengambilan foto sebaiknya menggunakan timer untuk meminimalisir terjadinya guncangan kamera karena pemotret menekan tombol shutter 36

43 DAFTAR PUSTAKA Hanifa, Nuraini Rahma STUDI PENGGUNAAN KAMERA DIGITAL LOW- COST NON-METRIC AUTO-FOCUS UNTUK PEMANTAUAN DEFORMASI. Bandung: Institut Teknologi Bandung Nurwijayanti, Amalia, dkk. LAPORAN PRAKTIKUM FOTOGRAMETRI I KALIBRASI KAMERA DENGAN BANTUAN SOFTWARE PHOTOMODELER SCANNER. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Rudianto, IR., MT, Bambang, dkk PENERAPAN METODE DIRECT LINEAR TRANSFORMATION DALAM PENENTUAN DISTORSI KAMERA NON METRIK. Bandung: Institut Teknologi Nasional Bandung Wijayanti, Miim UJICOBA PENENTUAN UNSUR-UNSUR ORIENTASI DALAM KAMERA DIGITAL NON-METRIK DENGAN METODE PENDEKATAN SEDERHANA STUDI KASUS : Kamera Nikon Coolpix Bandung: Institut Teknologi Bandung

44 LAMPIRAN I. Dokumentasi Menempelkan kertas A2 pada dinding Menandai titik tengah kertas 38

45 Mengukur jarak kamera dengan papan kolimator Menandai titik-titik dengan busur ketelipatan sudut

46 Menandai titik-titik dengan busur ketelipatan sudut II. Foto pengukuran jarak dengan software AutoCAD LandDekstop 2009 Hasil pengukuran jarak pada foto pemotretan 1 40

47 41

48 Hasil pengukuran jarak pada foto pemotretan 2 Hasil pengukuran jarak pada foto pemotretan 41

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Kamera

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Kamera BAB II DASAR TEORI.1 Kamera Dalam ilmu fotogrametri, dilihat dari teknik pengambilan datanya, foto dibedakan menjadi dua kategori yaitu foto udara dan foto terestrial. Pada foto terestrial proses perekaman

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FOTOGRAMETRI I (Individu)

LAPORAN PRAKTIKUM FOTOGRAMETRI I (Individu) LAPORAN PRAKTIKUM FOTOGRAMETRI I (Individu) KALIBRASI KAMERA DENGAN SOFTWARE PHOTOMODELER SCANNER TANGGAL PRAKTIKUM : 2 Desember 2014 Disusun Oleh NAMA NIM KELAS : Nur Izzahudin : 13/347558/TK/40748 :

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Jenis Peta menurut Skala. Secara umum, dasar pembuatan peta dapat dinyatakan seperti Gambar 2.1

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Jenis Peta menurut Skala. Secara umum, dasar pembuatan peta dapat dinyatakan seperti Gambar 2.1 BB II DSR TEORI 2.1. Pemetaan Peta adalah penyajian grafis dari seluruh atau sebagian permukaan bumi pada suatu bidang datar dengan skala dan sistem proyeksi peta tertentu. Peta menyajikan unsurunsur di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Efisiensi biaya pada pemetaan menggunakan metode foto udara sangat dipengaruhi oleh jenis kamera yang digunakan. Untuk luas area yang relatif lebih kecil (±100ha) pemotretan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM DIGITAL FOTOGRAMETRI DASAR ACARA II DIGITAL

LAPORAN PRAKTIKUM DIGITAL FOTOGRAMETRI DASAR ACARA II DIGITAL LAPORAN PRAKTIKUM DIGITAL FOTOGRAMETRI DASAR ACARA II DIGITAL Nama : Rukiyya Sri Rayati Harahap NIM : 12/334353/GE/07463 Asisten : 1. Erin Cakratiwi 2. Lintang Dwi Candra Tanggal : 26 November 2013 Total:

Lebih terperinci

TAHAPAN STUDI. Gambar 3-1 Kamera Nikon D5000

TAHAPAN STUDI. Gambar 3-1 Kamera Nikon D5000 BAB 3 TAHAPAN STUDI Dalam bab ini akan dibahas rangkaian prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini yang dimulai dari peralatan yang digunakan, proses kalibrasi kamera, uji coba, dan pengambilan data

Lebih terperinci

UJICOBA PENENTUAN UNSUR-UNSUR ORIENTASI DALAM KAMERA DIGITAL NON-METRIK DENGAN METODE PENDEKATAN SEDERHANA STUDI KASUS : Kamera Nikon Coolpix 7900

UJICOBA PENENTUAN UNSUR-UNSUR ORIENTASI DALAM KAMERA DIGITAL NON-METRIK DENGAN METODE PENDEKATAN SEDERHANA STUDI KASUS : Kamera Nikon Coolpix 7900 UJICOBA PENENTUAN UNSUR-UNSUR ORIENTASI DALAM KAMERA DIGITAL NON-METRIK DENGAN METODE PENDEKATAN SEDERHANA STUDI KASUS : Kamera Nikon Coolpix 7900 TUGAS AKHIR Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

Analisa Kalibrasi Kamera Sony Exmor Pada Nilai Orientasi Parameter Interior untuk Keperluan Pemetaan (FUFK)

Analisa Kalibrasi Kamera Sony Exmor Pada Nilai Orientasi Parameter Interior untuk Keperluan Pemetaan (FUFK) A160 Analisa Kalibrasi Kamera Sony Exmor Pada Nilai Orientasi Parameter Interior untuk Keperluan Pemetaan (FUFK) Mohammad Avicenna, Agung Budi Cahyono, dan Husnul Hidayat Departemen Teknik Geomatika, Fakultas

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Fotogrametri dapat didefisinikan sebagai ilmu untuk memperoleh

2. TINJAUAN PUSTAKA. Fotogrametri dapat didefisinikan sebagai ilmu untuk memperoleh 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fotogrametri Fotogrametri dapat didefisinikan sebagai ilmu untuk memperoleh pengukuran-pengukuran yang terpercaya dari benda-benda di atas citra fotografik (Avery, 1990). Fotogrametri

Lebih terperinci

2. SISTEM OPTIK DALAM FOTOGRAMETRI

2. SISTEM OPTIK DALAM FOTOGRAMETRI 2. SISTEM OPTIK DALAM FOTOGRAMETRI Agar dapat berfungsi dengan balk, maka secara praktis semua piranti fotometri dalam beberapa hal tergantung kepada bagian-bagian optiknya. Jumlah serta jenis bagian optik

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAMERA NON-METRIK UNTUK KEPERLUAN PEMODELAN BANGUNAN

PENGEMBANGAN KAMERA NON-METRIK UNTUK KEPERLUAN PEMODELAN BANGUNAN Presentasi Tugas Akhir PENGEMBANGAN KAMERA NON-METRIK UNTUK KEPERLUAN PEMODELAN BANGUNAN Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember 213 Oleh: Muhammad Iftahul

Lebih terperinci

II.1. Persiapan II.1.1. Lokasi Penelitian II.1.2. Persiapan Peralatan Penelitian II.1.3. Bahan Penelitian II.1.4.

II.1. Persiapan II.1.1. Lokasi Penelitian II.1.2. Persiapan Peralatan Penelitian II.1.3. Bahan Penelitian II.1.4. DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... v PERNYATAAN... vi PERSEMBAHAN... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv DAFTAR ISTILAH... xvi INTISARI...

Lebih terperinci

Perbandingan Penentuan Volume Suatu Obyek Menggunakan Metode Close Range Photogrammetry Dengan Kamera Non Metrik Terkalibrasi Dan Pemetaan Teristris

Perbandingan Penentuan Volume Suatu Obyek Menggunakan Metode Close Range Photogrammetry Dengan Kamera Non Metrik Terkalibrasi Dan Pemetaan Teristris JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (20XX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 1 Perbandingan Penentuan Volume Suatu Obyek Menggunakan Metode Close Range Photogrammetry Dengan Kamera Non Metrik Terkalibrasi

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENGUKURAN DAN HITUNGAN VOLUME METODE FOTOGRAMETRI RENTANG DEKAT DAN METODE TACHYMETRI

PELAKSANAAN PENGUKURAN DAN HITUNGAN VOLUME METODE FOTOGRAMETRI RENTANG DEKAT DAN METODE TACHYMETRI BAB 3 PELAKSANAAN PENGUKURAN DAN HITUNGAN VOLUME METODE FOTOGRAMETRI RENTANG DEKAT DAN METODE TACHYMETRI Bab ini menjelaskan tahapan-tahapan dari mulai perencanaan, pengambilan data, pengolahan data, pembuatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Ditorsi radial jarak radial (r)

BAB IV ANALISIS. Ditorsi radial jarak radial (r) BAB IV ANALISIS 4.1. Analisis Kalibrasi Kamera Analisis kalibrasi kamera didasarkan dari hasil percobaan di laboratorium dan hasil percobaan di lapangan. 4.1.1. Laboratorium Dalam penelitian ini telah

Lebih terperinci

METODE KALIBRASI IN-FLIGHT KAMERA DIGITAL NON-METRIK UNTUK KEPERLUAN CLOSE- RANGE PHOTOGRAMMETRY

METODE KALIBRASI IN-FLIGHT KAMERA DIGITAL NON-METRIK UNTUK KEPERLUAN CLOSE- RANGE PHOTOGRAMMETRY METODE KALIBRASI IN-FLIGHT KAMERA DIGITAL NON-METRIK UNTUK KEPERLUAN CLOSE- RANGE PHOTOGRAMMETRY Husnul Hidayat*, Agung Budi Cahyono, Mohammad Avicenna Departemen Teknik Geomatika FTSLK-ITS, Kampus ITS

Lebih terperinci

PENGINDERAAN JAUH. --- anna s file

PENGINDERAAN JAUH. --- anna s file PENGINDERAAN JAUH copyright@2007 --- anna s file Pengertian Penginderaan Jauh Beberapa ahli berpendapat bahwa inderaja merupakan teknik yang dikembangkan untuk memperoleh data di permukaan bumi, jadi inderaja

Lebih terperinci

jenis lensa : lensa normal, lensa wide, lensa tele, dan lensa macro. Pada umumnya kamera video sudah dilengkapi dengan lensa zoom.

jenis lensa : lensa normal, lensa wide, lensa tele, dan lensa macro. Pada umumnya kamera video sudah dilengkapi dengan lensa zoom. Apakah kamu sudah siap untuk mempelajari lebih lanjut tentang bagian-bagian kamera? Pada saat diskusi 2-2 tentunya kamu telah mengetahui bagian-bagian kamera beserta fungsinya. Untuk melengkapi pemahaman

Lebih terperinci

Analisis Kesalahan Pengukuran Kecepatan Akibat Distorsi Lensa

Analisis Kesalahan Pengukuran Kecepatan Akibat Distorsi Lensa JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (21) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) A9 Analisis Kesalahan Pengukuran Akibat Distorsi Lensa Yudha Hardhiyana Putra dan Yusuf Kaelani Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Defry Mulia

Defry Mulia STUDI CLOSE RANGE PHOTOGRAMMETRY DALAM PENENTUAN VOLUME SUATU OBJEK Defry Mulia 35 09100011 PROGRAM STUDI TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

Basic Photography. Setting & Composition PART II

Basic Photography. Setting & Composition PART II Basic Photography Setting & Composition PART II Bagaimana Melakukan Setting Pada Kamera Komposisi dan penempatan subyek dalam foto 2 Anatomi Kamera DSLR Anatomi Kamera DSLR Creative Mode CREATIVE MODE

Lebih terperinci

APLIKASI CLOSE RANGE PHOTOGRAMMETRY UNTUK PERHITUNGAN VOLUME OBJEK

APLIKASI CLOSE RANGE PHOTOGRAMMETRY UNTUK PERHITUNGAN VOLUME OBJEK APLIKASI CLOSE RANGE PHOTOGRAMMETRY UNTUK PERHITUNGAN VOLUME OBJEK Oleh : Sarkawi Jaya Harahap 3511 1000 04 Dosen Pembimbing : Hepi Hapsari Handayani, S.T, Ms.C Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Digital Scoring System adalah sebuah Software scanner periksa nilai ujian dari lembar jawaban komputer (LJK) dengan teknologi computer graphic dan image recognition yang memberikan

Lebih terperinci

BAB 3 TAHAPAN STUDI. 3.1 Percobaan Videogrametri di Laboratorium

BAB 3 TAHAPAN STUDI. 3.1 Percobaan Videogrametri di Laboratorium BAB 3 TAHAPAN STUDI Dalam penelitian ini terdapat dua tahapan studi, yaitu percobaan metode videogrametri di laboratorium dan pengaplikasian metode videogrametri di lapangan. 3.1 Percobaan Videogrametri

Lebih terperinci

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN : PENGUKURAN DENGAN TOTAL STATION

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN : PENGUKURAN DENGAN TOTAL STATION SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 13-14 : PENGUKURAN DENGAN TOTAL STATION UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 DEFINISI Fotogrametri berasal dari

Lebih terperinci

Dasar-Dasar Fotografi. Multimedia SMKN 1 Bojongsari

Dasar-Dasar Fotografi. Multimedia SMKN 1 Bojongsari Dasar-Dasar Fotografi Multimedia SMKN 1 Bojongsari Pengenalan Fotografi Fotografi artinya melukis dengan cahaya. Tanpa cahaya, tidak akan ada fotografi. Seni fotografi pada dasarnya adalah melihat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan berkembangnya permintaan akan pemetaan suatu wilayah dalam berbagai bidang, maka semakin berkembang pula berbagai macam metode pemetaan. Dengan memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI METODE CRP UNTUK PEMETAAN

BAB III IMPLEMENTASI METODE CRP UNTUK PEMETAAN BAB III IMPLEMENTASI METODE CRP UNTUK PEMETAAN 3.1. Perencanaan Pekerjaan Perencanaan pekerjaan pemetaan diperlukan agar pekerjaan pemetaan yang akan dilakukan akan berhasil. Tahap pertama dalam perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemodelan tiga dimensi suatu obyek di atas permukaan bumi pada saat ini dapat dilakukan dengan cara teristris maupun non-teristris, menggunakan sensor aktif berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada era pembangunan dewasa ini, kebutuhan akan informasi mengenai posisi suatu obyek di muka bumi semakin diperlukan. Posisi suatu obyek terkait langsung dengan kualitas

Lebih terperinci

Lampiran I. Soal. 2. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya! 3. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya!

Lampiran I. Soal. 2. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya! 3. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya! LAMPIRAN Tahap I : Menggambarkan garis normal dari bidang batas yang datar No. Soal No. Soal 1. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya! 2. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar

Lebih terperinci

Fotografi digital. A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si

Fotografi digital. A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si Fotografi digital A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si Pengertian fotografi digital Fotografi yang memanfaatkan data digital dalam proses pengolahan dan penyimpanannya. Data digital adalah data berupa angkaangka

Lebih terperinci

PROSES DIGITAL II mendesain dengan digital, half tone screen, scanner

PROSES DIGITAL II mendesain dengan digital, half tone screen, scanner PROSES DIGITAL II mendesain dengan digital, half tone screen, scanner Reprografika DKV Unika SOEGIJAPRANATA b@yu widiantoro Mendesain dengan DIGITAL Alat yang dibutuhkan Perangkat yang dapat menghasilkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH. ACARA 2 Mozaik Foto Udara dan Pengamatan Sterioskop. Oleh : Muhamad Nurdinansa [ ]

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH. ACARA 2 Mozaik Foto Udara dan Pengamatan Sterioskop. Oleh : Muhamad Nurdinansa [ ] LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH ACARA 2 Mozaik Foto Udara dan Pengamatan Sterioskop Oleh : Muhamad Nurdinansa [120722420614] FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU GEOGRAFI UNIVERSITAS NEGERI MALANG Februari 2013

Lebih terperinci

LCC LP3I Balikpapan 20 Maret

LCC LP3I Balikpapan 20 Maret LCC LP3I Balikpapan 20 Maret 2017 Fotografi berasal dari kata photos yang artinya cahaya dan Graphos yang artinya melukis. Jadi Fotografi artinya melukis dengan cahaya. Tanpa cahaya, tidak akan

Lebih terperinci

BAB III REKONTRUKSI 3D MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK PHOTOMODELER.

BAB III REKONTRUKSI 3D MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK PHOTOMODELER. BAB III REKONTRUKSI 3D MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK PHOTOMODELER. 3.1 Perangkat lunak PhotoModeler Photomodeler adalah salah satu perangkat lunak yang mempunyai kemampuan yang cukup unggul dan umum dipakai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang American Society of Photogrammetry (Falkner dan Morgan, 2002) mendefinisikan fotogrametri sebagai seni, ilmu dan teknologi mengenai informasi terpercaya tentang objek fisik

Lebih terperinci

3. KAMERA UDARA. 12 inchi=304,8mm 8,25 inchi = 209,5 mm 6 inchi = 152,4 mm 3,5 inch = 88,9 mm Universitas Gadjah Mada

3. KAMERA UDARA. 12 inchi=304,8mm 8,25 inchi = 209,5 mm 6 inchi = 152,4 mm 3,5 inch = 88,9 mm Universitas Gadjah Mada 3. KAMERA UDARA Di dalam fotogrametri terdapat sedemikian banyak instrumen penting, hingga tidak mudah untuk menyatakan mana yang paling penting. Akan tetapi ra merupakan salah satu instrumen terpenting

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KAMERA WIRELESS SEBAGAI PEMANTAU KEADAAN PADA ANTICRASH ULTRASONIC ROBOT

PEMANFAATAN KAMERA WIRELESS SEBAGAI PEMANTAU KEADAAN PADA ANTICRASH ULTRASONIC ROBOT PEMANFAATAN KAMERA WIRELESS SEBAGAI PEMANTAU KEADAAN PADA ANTICRASH ULTRASONIC ROBOT 1 Hilridya Sagita, 2 Eri Prasetyo dan 3 Arifin 1,2 Sistem Komputer, Universitas Gunadarma Jakarta 3 STMIK Bidakara,

Lebih terperinci

APA ITU FOTO UDARA? Felix Yanuar Endro Wicaksono

APA ITU FOTO UDARA? Felix Yanuar Endro Wicaksono APA IT FOTO DARA? Felix Yanuar Endro Wicaksono Abstrak Penginderaan jauh adalah suatu ilmu yang digunakan untuk memperoleh informasi suatu daerah atau obyek yang diinginkan dengan analisis data yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB III KALIBRASI DAN VALIDASI SENSOR KAMERA UNTUK PENGEMBANGAN RUMUS POSISI TIGA DIMENSI OBYEK

BAB III KALIBRASI DAN VALIDASI SENSOR KAMERA UNTUK PENGEMBANGAN RUMUS POSISI TIGA DIMENSI OBYEK BAB III KALIBRASI DAN VALIDASI SENSOR KAMERA UNTUK PENGEMBANGAN RUMUS POSISI TIGA DIMENSI OBYEK A. Pendahuluan Latar Belakang Perhitungan posisi tiga dimensi sebuah obyek menggunakan citra stereo telah

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi BB 2 DSR TEORI 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi Pemetaan objek tiga dimensi diperlukan untuk perencanaan, konstruksi, rekonstruksi, ataupun manajemen asset. Suatu objek tiga dimensi merupakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 81 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Manusia selalu berjuang untuk memeuhi kebutuhan hidupnya dengan terus menggali potensi sumber daya alam yang ada. Dengan memanfaatkan sumber daya alam serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, menyebutkan Cagar Budaya merupakan kekayaan budaya bangsa sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS. 4.1 Percobaan Metode Videogrametri di Laboratorium

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS. 4.1 Percobaan Metode Videogrametri di Laboratorium BAB 4 HASIL DAN ANALISIS 4.1 Percobaan Metode Videogrametri di Laboratorium Dalam percobaan metode videogrametri di laboratorium ini dilakukan empat macam percobaan yang berbeda, yaitu penentuan posisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Objek tiga dimensi (3D) merupakan suatu objek yang direpresentasikan dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi. Data objek tiga dimensi secara spasial umumnya diperoleh

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus :

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus : Tujuan Instruksional Umum : 1. Memberikan pemahaman mengenai sejarah teknologi fotografi. 2. Memberikan pemahaman mengenai pengelompokan dekade teknologi fotografi. 3. Memberikan pemahaman mengenai peralatan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Aditya Wikan Mahastama mahas@ukdw.ac.id Sistem Optik dan Proses Akuisisi Citra Digital 2 UNIV KRISTEN DUTA WACANA GENAP 1213 v2 Bisa dilihat pada slide berikut. SISTEM OPTIK MANUSIA

Lebih terperinci

Ni Luh Putu Kurniawati, S.Kom. SMK PGRI 2 Badung Jurusan Multimedia 2011

Ni Luh Putu Kurniawati, S.Kom. SMK PGRI 2 Badung Jurusan Multimedia 2011 Ni Luh Putu Kurniawati, S.Kom SMK PGRI 2 Badung Jurusan Multimedia 2011 Merawat Peralatan Multimedia 1. Menjelaskan Langkah-langkah perawatan peralatan Multimedia 2. Membuat kartu perawatan Peralatan Multimedia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud 1.2 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud 1.2 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud 1.1.1 Mengetahui perhitungan paralaks dengan menggunakan pengukkuran lembar per lembar dan orientasi stereoskopik 1.1.2 Menghitung base photo, tinggi terbang, serta skala foto

Lebih terperinci

JENIS CITRA

JENIS CITRA JENIS CITRA PJ SENSOR Tenaga yang dipantulkan dari obyek di permukaan bumi akan diterima dan direkam oleh SENSOR. Tiap sensor memiliki kepekaan tersendiri terhadap bagian spektrum elektromagnetik. Kepekaannya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan selama bulan Maret hingga Juli 2011, bertempat di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen

Lebih terperinci

SEKILAS TENTANG PHOTOGRAPHY

SEKILAS TENTANG PHOTOGRAPHY SEKILAS TENTANG PHOTOGRAPHY Kata photography berasal dari kata photo yang berarti cahaya dan graph yang berarti gambar. Jadi photography bisa diartikan menggambar/melukis dengan cahaya. Kamera film, sekarang

Lebih terperinci

BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA

BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA 3.1 Kebutuhan Peta dan Informasi Tinggi yang Teliti dalam Pekerjaan Eksplorasi Tambang Batubara Seperti yang telah dijelaskan dalam BAB

Lebih terperinci

15B08064_Kelas C TRI KURNIAWAN OPTIK GEOMETRI TRI KURNIAWAN STRUKTURISASI MATERI OPTIK GEOMETRI

15B08064_Kelas C TRI KURNIAWAN OPTIK GEOMETRI TRI KURNIAWAN STRUKTURISASI MATERI OPTIK GEOMETRI OPTIK GEOMETRI (Kelas XI SMA) TRI KURNIAWAN 15B08064_Kelas C TRI KURNIAWAN STRUKTURISASI MATERI OPTIK GEOMETRI 1 K o m p u t e r i s a s i P e m b e l a j a r a n F i s i k a OPTIK GEOMETRI A. Kompetensi

Lebih terperinci

Fotografi 1 Dkv215. Bayu Widiantoro Progdi Desain Komunikasi Visual Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Katolik SOEGIJAPRANATA

Fotografi 1 Dkv215. Bayu Widiantoro Progdi Desain Komunikasi Visual Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Katolik SOEGIJAPRANATA Fotografi 1 Dkv215 Bayu Widiantoro Progdi Desain Komunikasi Visual Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Katolik SOEGIJAPRANATA kamera Analog Film kamera Digital Sensor Sangat berpengaruh pada kamera

Lebih terperinci

Konsep Dasar Pengolahan Citra. Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI

Konsep Dasar Pengolahan Citra. Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI Konsep Dasar Pengolahan Citra Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI Definisi Citra digital: kumpulan piksel-piksel yang disusun dalam larik (array) dua-dimensi yang berisi nilai-nilai real

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU Kegiatan penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,

Lebih terperinci

JURNAL PRAKTIKUM FISIKA DASAR MENENTUKAN FOKUS LENSA

JURNAL PRAKTIKUM FISIKA DASAR MENENTUKAN FOKUS LENSA JURNAL PRAKTIKUM FISIKA DASAR MENENTUKAN FOKUS LENSA Disusun oleh : Nama : 1. Richard Erbachan (141810301003) 2. Evan Agus M (141810301019) 3. Muhammad Ilham F. (141810301025) 4. Diramisti P. (141810301026)

Lebih terperinci

Komposisi dalam Fotografi

Komposisi dalam Fotografi Tujuan: mengorganisasikan berbagai komponen foto yang saling berlainan, menjadi sedemikian rupa sehingga gambar tersebut menjadi suatu kesatuan yang saling mengisi, serta mendukung satu sama lainnya; dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan salah satu sarana transportasi darat yang penting untuk menghubungkan berbagai tempat seperti pusat industri, lahan pertanian, pemukiman, serta sebagai

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDESAIN KARTU UCAPAN

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDESAIN KARTU UCAPAN PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDESAIN KARTU UCAPAN Rudy Adipranata 1, Liliana 2, Gunawan Iteh Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Informatika, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

Drawing, Viewport, dan Transformasi. Pertemuan - 02

Drawing, Viewport, dan Transformasi. Pertemuan - 02 Drawing, Viewport, dan Transformasi Pertemuan - 02 Ruang Lingkup Definisi Drawing Viewport Transfomasi Definisi Bagian dari grafik komputer meliputi: 1. Citra (Imaging) : mempelajari cara pengambilan dan

Lebih terperinci

Lensa Tele (Telephoto)

Lensa Tele (Telephoto) Lensa Tele (Telephoto) Telephoto Zoom Lenses These high-magnification lenses cover a broad range of focal lengths from wide to telephoto and exhibit outstanding performance whether shooting faraway athletes

Lebih terperinci

Supaya Foto Tidak Blur

Supaya Foto Tidak Blur Supaya Foto Tidak Blur Supaya Foto Tidak Blur Perhatikan gambar diatas, bagian sisi kanan subjek sangat blur. Biasanya, kesalahan fotografer pemula adalah salah memperhitungkan shutter speed (kecepatan

Lebih terperinci

ACARA I SIMULASI PENGENALAN BEBERAPA UNSUR INTERPRETASI

ACARA I SIMULASI PENGENALAN BEBERAPA UNSUR INTERPRETASI ACARA I SIMULASI PENGENALAN BEBERAPA UNSUR INTERPRETASI Oleh: Nama Mahasiswa : Titin Lichwatin NIM : 140722601700 Mata Kuliah : Praktikum Penginderaan Jauh Dosen Pengampu : Alfi Nur Rusydi, S.Si., M.Sc

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang diperlukan agar dapat. Graphic Card dengan memory minimum 64 mb

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang diperlukan agar dapat. Graphic Card dengan memory minimum 64 mb BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Driver 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang diperlukan agar dapat menjalankan driver ini adalah: Prosesor Pentium

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN START DATA KALIBRASI PENGUKURAN OFFSET GPS- KAMERA DATA OFFSET GPS- KAMERA PEMOTRETAN DATA FOTO TANPA GPS FINISH

BAB 3 PEMBAHASAN START DATA KALIBRASI PENGUKURAN OFFSET GPS- KAMERA DATA OFFSET GPS- KAMERA PEMOTRETAN DATA FOTO TANPA GPS FINISH BAB 3 PEMBAHASAN Pada bab ini dibahas prosedur yang dilakukan pada percobaan ini. Fokus utama pembahasan pada bab ini adalah teknik kalibrasi kamera, penentuan offset GPS-kamera, akuisisi data di lapangan,

Lebih terperinci

JUSUSAN AKUNTAN INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM JURUSAN FISIKA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

JUSUSAN AKUNTAN INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM JURUSAN FISIKA UNIVERSITAS BRAWIJAYA JUSUSAN AKUNTAN SI INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM JURUSAN FISIKA UNIVERSITAS BRAWIJAYA INSTRUKSI KERJA Percobaan Difraksi Cahaya Lab Fisika Lanjutan JURUSAN FISIKA, FMIPA, UNIVERSITAS BRAWIJAYA 00903 07009

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2010 sampai dengan Oktober 2010. Perancangan alat dilaksanakan pada bulan Mei 2010 sampai Agustus 2010 di Bengkel Departemen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra digital adalah citra yang bersifat diskrit yang dapat diolah oleh computer. Citra ini dapat dihasilkan melalui kamera digital dan scanner ataupun citra yang

Lebih terperinci

Perancangan dan Implementasi Pengukuran Jarak dan Tinggi Objek Berbasis Kamera pada Perangkat Mobile

Perancangan dan Implementasi Pengukuran Jarak dan Tinggi Objek Berbasis Kamera pada Perangkat Mobile Jurnal Teknologi Informasi dan Telematika Vol.5, Desember 2012, 63-73 63 Perancangan dan Implementasi Pengukuran dan Tinggi Objek Berbasis Kamera pada Perangkat Mobile Zulkhairi 1, Yohana Dewi Lulu W 2,

Lebih terperinci

11/15/2013 JENIS KAMERA FOTOGRAFI KAMERA TWIN LENS REFLEX ( TLR )

11/15/2013 JENIS KAMERA FOTOGRAFI KAMERA TWIN LENS REFLEX ( TLR ) JENIS KAMERA Kamera sederhana FOTOGRAFI JENIS KAMERA Rangefinder (RF) Camera RANGEFINDER (RF) CAMERA Menggunakan dua buah alat untuk menyatukan gambar yang kita lihat. Gambar dilihat melalui viewfinder

Lebih terperinci

3.1.3 menganalisis pembentukan bayangan pada lup,kacamata, mikroskop dan teropong

3.1.3 menganalisis pembentukan bayangan pada lup,kacamata, mikroskop dan teropong ALAT-ALAT OPTIK UNTUK SMk KELAS XII SEMESTER 1 OLEH : MUJIYONO,S.Pd SMK GAJAH TUNGGAL METRO MATERI : ALAT-ALAT OPTIK TUJUAN PEMBELAJARAN : Standar Kompetensi: 3. Menerapkan prinsip kerja alat-alat optik

Lebih terperinci

SURVEYING (CIV -104)

SURVEYING (CIV -104) SURVEYING (CIV -104) PERTEMUAN 15 : PERENCANAAN FOTO UDARA UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 Format foto udara BEDA FOTO UDARA DAN PETA STEREOSKOPIS

Lebih terperinci

CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 10 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM

CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 10 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 0 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM Cahaya Cermin 0. EBTANAS-0-2 Bayangan yang terbentuk oleh cermin cekung dari sebuah benda setinggi h yang ditempatkan pada jarak lebih kecil

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2013 s/d Mei 2014.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2013 s/d Mei 2014. 22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2013 s/d Mei 2014. Pembuatan dan pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium Eksperimen

Lebih terperinci

Pembentukan Citra. Bab Model Citra

Pembentukan Citra. Bab Model Citra Bab 2 Pembentukan Citra C itra ada dua macam: citra kontinu dan citra diskrit. Citra kontinu dihasilkan dari sistem optik yang menerima sinyal analog, misalnya mata manusia dan kamera analog. Citra diskrit

Lebih terperinci

Pemodelan Bangunan Dengan Memanfaatkan Kamera Non-Metrik

Pemodelan Bangunan Dengan Memanfaatkan Kamera Non-Metrik JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2013) ISSN: 2301-9271 1 Pemodelan Bangunan Dengan Memanfaatkan Kamera Non-Metrik Muhammad Iftahul Jannah dan Hepi Hapsari Handayani Jurasan Teknik Geomatika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Perbandingan Posisi Titik Perbandingan Posisi Titik dari Elektronik Total Station

BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Perbandingan Posisi Titik Perbandingan Posisi Titik dari Elektronik Total Station BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Perbandingan Posisi Titik Kualitas koordinat dari suatu titik dalam suatu sistem koordinat dapat dilihat setelah melakukan trasformasi koordinat ke suatu sistem koordinat yang

Lebih terperinci

Fotografi I. Oleh : A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn., M.Si

Fotografi I. Oleh : A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn., M.Si Fotografi I Oleh : A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn., M.Si Kamera Berasal dari bahasa latin Camera Obscura yang berarti kamar gelap/kotak gelap (tidak tembus sinar/cahaya) Kamera foto yg paling sederhana dpt

Lebih terperinci

Bab III TEORI PENUNJANG

Bab III TEORI PENUNJANG Bab III TEORI PENUNJANG 3.1. Pengertian Fotografi Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata Yunani yaitu "photos" : Cahaya dan "Grafo" : Melukis/menulis.) adalah proses melukis/menulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Foto Udara Format Kecil (FUFK) banyak dipakai oleh instansi pemerintah dalam menyediakan informasi geospasial untuk mendukung program pemerintah dalam menyediakan

Lebih terperinci

PEMOTRETAN CAGAR BUDAYA

PEMOTRETAN CAGAR BUDAYA PEMOTRETAN CAGAR BUDAYA Oleh : Suparno Pembinaan Tenaga Pendaftaran Cagar Budaya Makasar, Juli 2013 PENGERTIAN PEMOTRETAN Pemotetan adalah seni dan pengetahuan yang dalam praktek kegiatannya menghasilkan

Lebih terperinci

HASIL DAN ANALISIS. Tabel 4-1 Hasil kalibrasi kamera Canon PowerShot S90

HASIL DAN ANALISIS. Tabel 4-1 Hasil kalibrasi kamera Canon PowerShot S90 BAB 4 HASIL DAN ANALISIS Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil dari setiap proses yang telah dilakukan dan dibahas pada bab sebelumnya baik dari kalibrasi kamera sampai pada pengolahan data yang telah

Lebih terperinci

*cermin datar terpendek yang diperlukan untuk dapat melihat seluruh bayangan adalah: SETENGAH dari TINGGI benda itu.

*cermin datar terpendek yang diperlukan untuk dapat melihat seluruh bayangan adalah: SETENGAH dari TINGGI benda itu. OPTIK A. OPTIKA GEOMETRI Optika geometri adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena perambatan cahaya seperti pemantulan dan pembiasan. 1. Pemantulan Cahaya Cahaya adalah kelompok sinar yang kita lihat.

Lebih terperinci

PENGUKURAN GETARAN PADA POROS MODEL VERTICAL AXIS OCEAN CURRENT TURBINE (VAOCT) DENGAN METODE DIGITAL IMAGE PROCESSING

PENGUKURAN GETARAN PADA POROS MODEL VERTICAL AXIS OCEAN CURRENT TURBINE (VAOCT) DENGAN METODE DIGITAL IMAGE PROCESSING PRESENTASI TESIS (P3) PENGUKURAN GETARAN PADA POROS MODEL VERTICAL AXIS OCEAN CURRENT TURBINE (VAOCT) DENGAN METODE DIGITAL IMAGE PROCESSING HEROE POERNOMO 4108204006 LATAR BELAKANG Pengaruh getaran terhadap

Lebih terperinci

KALIBRASI KAMERA NON METRIK DIGITAL PADA KEGIATAN FOTOGRAMETRI BAWAH AIR. Abstrak. Abstract

KALIBRASI KAMERA NON METRIK DIGITAL PADA KEGIATAN FOTOGRAMETRI BAWAH AIR. Abstrak. Abstract KALIBRASI KAMERA NON METRIK DIGITAL PADA KEGIATAN FOTOGRAMETRI BAWAH AIR CALIBRATION OF NON METRIC DIGITAL CAMERA FOR UNDERWATER PHOTOGRAMMETRY ACTIVITY Muhammad Fikri Anshari 1, Agung Budi Cahyono 1 1

Lebih terperinci

Eko Purwanto WEBMEDIA Training Center Medan

Eko Purwanto WEBMEDIA Training Center Medan Menguasai Adobe Photoshop 7.0 Eko Purwanto epurwanto@webmediacenter.com WEBMEDIA Training Center Medan www.webmediacenter.com Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 14 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu pengukuran iluminasi cahaya pada medium udara, pengoperasian bagan apung, dan pengukuran iluminasi

Lebih terperinci

LENSA TELE. Sejauh ini, bukaan terbesar sebuah lensa vario adalah f/2,8 dan tidak sedikit. umumnya f/3,5 sampai

LENSA TELE. Sejauh ini, bukaan terbesar sebuah lensa vario adalah f/2,8 dan tidak sedikit. umumnya f/3,5 sampai LENSA Lensa terdiri dari beberapa keping kaca khusus yang sifatnya cembung, cekung arau kombinasi keduanya. Fungsi lensa adalah untuk menyalurkan cahaya dari luar tubuh kamera ke dalam kamera. Lensa bertugas

Lebih terperinci

BAB 2 STUDI REFERENSI

BAB 2 STUDI REFERENSI BAB 2 STUDI REFERENSI Pada bab ini akan dijelaskan berbagai macam teori yang digunakan dalam percobaan yang dilakukan. Teori-teori yang didapatkan merupakan hasil studi dari beragai macam referensi. Akan

Lebih terperinci

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 1 A. PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH B. PENGINDERAAN JAUH FOTOGRAFIK

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 1 A. PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH B. PENGINDERAAN JAUH FOTOGRAFIK GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 08 Sesi NGAN PENGINDERAAN JAUH : 1 A. PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH Penginderaan jauh (inderaja) adalah cara memperoleh data atau informasi tentang objek atau

Lebih terperinci

Pemetaan Foto Udara Menggunakan Wahana Fix Wing UAV (Studi Kasus: Kampus ITS, Sukolilo)

Pemetaan Foto Udara Menggunakan Wahana Fix Wing UAV (Studi Kasus: Kampus ITS, Sukolilo) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-403 Pemetaan Foto Udara Menggunakan Wahana Fix Wing UAV (Studi Kasus: Kampus ITS, Sukolilo) Ahmad Solihuddin Al Ayyubi, Agung

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM METROLOGI INDUSTRI MODUL 5 : PROFIL PROYEKTOR. Disusun Oleh : JOSSY KOLATA ( ) KELOMPOK 5

LAPORAN PRAKTIKUM METROLOGI INDUSTRI MODUL 5 : PROFIL PROYEKTOR. Disusun Oleh : JOSSY KOLATA ( ) KELOMPOK 5 LAPORAN PRAKTIKUM METROLOGI INDUSTRI MODUL 5 : PROFIL PROYEKTOR Disusun Oleh : JOSSY KOLATA (1007121681) KELOMPOK 5 LABORATORIUM PENGUKURAN PROGRAM STUDI SARJANA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA

PERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA PERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA I. Citra Foto Udara Kegiatan pengindraan jauh memberikan produk atau hasil berupa keluaran atau citra. Citra adalah gambaran suatu objek yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. bagian penting untuk dapat mengetahui sifat aliran fluida pada medium berpori.

BAB III METODOLOGI. bagian penting untuk dapat mengetahui sifat aliran fluida pada medium berpori. 16 BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Serial Sectioning Pengetahuan tentang struktur pori tiga dimensi secara komputasi menjadi bagian penting untuk dapat mengetahui sifat aliran fluida pada medium berpori.

Lebih terperinci

Jurus Komposisi dan Lensa

Jurus Komposisi dan Lensa Jurus Komposisi dan Lensa Foto yang bagus tak lepas dari peran dari dua hal berikut, yaitu komposisi yang rapi dan penggunaan lensa yang tepat. Komposisi itu sendiri artinya adalah seni meletakkan objek

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian 22 METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Sukabumi, Jawa Barat pada 7 wilayah kecamatan dengan waktu penelitian pada bulan Juni sampai November 2009. Pada lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Peta adalah sebuah media untuk menampilkan atau merepresentasikan sebuah tempat diatas permukaan bumi ke bidang datar. Peta yang disajikan selama ini masih berupa peta

Lebih terperinci