BAB I PENDAHULUAN. nomor dua di dunia, karena pada dasarnya masyarakat di Indonesia sendiri. gemar untuk berbelanja terutama hal-hal yang sedang trend

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bukan hal yang aneh apabila Indonesia dinilai sebagai negara konsumtif nomor dua di dunia, karena pada dasarnya masyarakat di Indonesia sendiri gemar untuk berbelanja terutama hal-hal yang sedang trend (suaramerdeka.com). salah satu barang yang sedang trend saat ini adalah motor gede Honda bigbike. Dewasa ini, perkembangan dunia otomotif semakin pesat. Perkembangan ini dimulai sejak munculnya motor gede Harley Davidson, diikutin dengan motor gede Honda bigbike dan motor-motor gede lainnya. Perkembangan semakin meningkat dengan berdirinya berbagai komunitas motor gede alias moge. Akibatnya penjualan motor-motor besar semakin meningkat dari tahun ketahun. PT Astra International Tbk adalah sebuah perusahaan besar yang bergerak dibidang otomotif dengan penjualan yang sangat bagus. Kenaikan penjualan menunjukan bahwa daya beli atas barang yang dijual meningkat, maka pajak yang dikenakan terhadap barang tersebut akan meningkat juga. Walaupun barang yang dibeli sudah dikenakan pajak, masyarakat Indonesia seakan tidak peduli lagi akan besarnya pajak yang harus dibayar. Terutama masyarakat berpenghasilan tinggi yang pada umumnya lebih sering mengkonsumsi barang yang tergolong mewah. Barang yang tergolong mewah inilah yang nantinya akan dikenakan Pajak Penjualan atas Barang mewah 1

2 2 (PPnBM). Mengacu pada Pasal 1 ayat (2) PMK 90/2015, kendaraan bermotor roda dua dan tiga dengan harga jual lebih dari Rp ,00 (tiga ratus juta rupiah) atau dengan kapasitas silinder lebih dari 250 cc. Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ini dipengaruhi oleh perkembangan transaksi bisnis serta pola konsumsi masyarakat yang merupakan objek Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Sedangkan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dikenakan hanya satu kali pada waktu penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) yang tergolong barang mewah oleh pengusaha yang menghasilkan. Penelitian ini dibuat dengan menggunakan acuan Hapsari (2010) dan Fadillah (2012) yang mengamati pengaruh Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) terhadap daya beli konsumen barang elektronika dapat disimpulkan bahwa secara simultan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) berpengaruh terhadap daya beli konsumen. Sedangkan secara parsial, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) berpengaruh terhadap daya beli konsumen sedangkan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) tidak. Hasil penelitian Abdurrahman (2014) yang mengamati pengaruh Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) terhadap daya beli konsumen kendaraan bermotor dapat disimpulkan bahwa secara simultan Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) berpengaruh cukup kuat yaitu sebesar 44,1%. Sedangkan secara parsial, hanya Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang berpengaruh terhadap daya beli konsumen. Sutra Evina (2015) hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat

3 3 pengaruh positif signifikan variabel Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) terhadap daya beli konsumen. Hasil koefisien determinasi sebesar 0,086 berarti kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen 8,6% sedangkan sisanya 91,4%. Berdasarkan hasil simpulan ketiga penelitian diatas, maka dapat dilihat bahwa rata-rata Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) ini memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap daya beli konsumen. Dalam penelitian ini, penulis mengambil objek penelitian di showroom motor Honda bigbike. Alasan dipilihnya showroom motor Honda bigbike karena penulis ingin melihat bagaimana pengaruh Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) terhadap daya beli Konsumen pada kendaraan bermotor roda dua yang berkapasitas 250cc. Daya beli yang dimaksud disini ada dua yaitu keinginan dan kebutuhan, disini penulis mengambil daya beli keinginan dimana jika dilihat dari harga jual kendaraan bermotor roda dua yang sangat fantastis yang dijadikan sebagai objek penelitian. Jika dilihat dari penelitian Hapsari (2010) berbeda dengan penelitian ini karena penelitian Hapsari (2010) lebih kepada daya beli untuk kebutuhan yaitu barang elektronika. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) terhadap Daya Beli Konsumen Kendaraan Bermotor Roda Dua (Studi Empiris pada PT Astra International Tbk-Honda tahun 2016)

4 4 B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) berpengaruh terhadap daya beli konsumen kendaraan bermotor roda dua? 2. Apakah Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) berpengaruh terhadap daya beli konsumen kendaraan bermotor roda dua? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan peneliti ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut : a. Untuk mengetahui pengaruh Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terhadap daya beli konsumen kendaraan bermotor roda dua. b. Untuk mengetahui pengaruh Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) terhadap daya beli konsumen roda dua. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, diantaranya : a. Bagi Akademis Dapat memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan ilmu pengetahuan perpajakan, khususnya yang terkait dengan pengaruh pengenaan Pajak.

5 5 b. Bagi Direktorat Jendral Pajak Dapat memberikan masukan bagi Direktorat Jendral Pajak dalam memahami pengaruh antara Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) terhadap daya beli konsumen. c. Bagi Penulis Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat mengaplikasikan dan mensosialisasikan teori yang telah diperoleh selama perkuliahan.