Abstrak. Kata kunci: pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah, pajak kendaraan, daya beli

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Abstrak. Kata kunci: pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah, pajak kendaraan, daya beli"

Transkripsi

1 Judul : Pengaruh Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, dan Pajak Kendaraan Bermotor dengan Tarif Progresif Pada Daya Beli Konsumen Kendaraan Bermotor Roda Empat di Kota Denpasar Nama : Sang Ayu Putu Devi Pramesti NIM : Abstrak Pajak merupakan kewajiban yang harus dibayar oleh masyarakat baik pribadi maupun badan dari penghasilan yang diterima kepada pemerintah ditujukan untuk kegiatan pembangunan di segala bidang. Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta bagi masyarakat khususnya wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pengenaan Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, dan Pajak Kendaraan Bermotor dengan tarif progresif pada daya beli konsumen kendaraan bermotor roda empat. Penelitian ini dilakukan di kantor SAMSAT Bersama Kota Denpasar dan Showroom kendaraan bermotor roda empat di Kota Denpasar tahun Sampel penelitian yang diperoleh sebanyak 100 dengan metode nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebar kuesioner dan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil analisis menemukan bahwa pengenaan Pajak Pertambahan Nilai berpengaruh positif signifikan pada daya beli konsumen kendaraan bermotor roda empat, pengenaan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah berpengaruh positif signifikan pada daya beli konsumen kendaraan bermotor roda empat, dan pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dengan tarif progresif berpengaruh negatif signifikan pada daya beli konsumen kendaraan bermotor roda empat. Kata kunci: pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah, pajak kendaraan, daya beli vi

2 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I BAB II PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Sistematika Penulisan KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Teori Asas Daya Beli Teori Prestise Teori Daya Beli Pengertian Pajak Fungsi Pajak Sistem Pemungutan Pajak Definisi Pajak Pertambahan Nilai Subjek Pajak Pertambahan Nilai Objek Pajak Pertambahan Nilai Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai Sifat Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Tarif Pajak Pertambahan Nilai Mekanisme Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai Definisi Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Karakteristik Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Objek Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Tarif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Mekanisme Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Definisi Pajak Kendaraan Bermotor Objek Pajak Kendaraan Bermotor Subjek Pajak Kendaraan Bermotor Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor Tarif Pajak Kendaraan Bermotor vii

3 Penerapan Tarif Progresif Pada Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Daya Beli Hipotesis Penelitian BAB III BAB IV BAB V METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Lokasi atau Ruang Lingkup Wilayah Penelitian Objek Penelitian Identifikasi Variabel Definisi Operasional Variabel Jenis dan Sumber Data Jenis Data Sumber Data Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel Populasi Sampel Metode Penentuan Sampel Metode Pengumpulan Data Teknik Analisis Data Intervalisasi Data Uji Statistik Deskriptif Uji Kualitas Data Uji Asumsi Klasik Uji Regresi Linier Berganda PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian Data Penelitian Deskripsi Responden Karakteristik Responden Hasil Penelitian Uji Statistik Deskriptif Uji Kualitas Data Uji Asumsi Klasik Uji Regresi Linier Berganda Pembahasan Hasil Penelitian SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Saran DAFTAR RUJUKAN LAMPIRAN-LAMPIRAN viii

4 DAFTAR TABEL No. Tabel Halaman 1.1 Jumlah Kendaraan Bermotor Roda Empat Rekapitulasi Rincian Penerimaan Pajak Progresif Variabel Penelitian, Indikator, dan Skala Pengukuran Jumlah Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner Data Pengambilan dan Pengembalian Kuesioner Karakteristik Responden Hasil Uji Statistik Deskriptif Hasil Uji Validitas Hasil Uji Reliabilitas Hasil Uji Normalitas Hasil Uji Heteroskedatisitas Hasil Uji Multikolonieritas Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda ix

5 DAFTAR GAMBAR No. Gambar Halaman 3.1 Desain Penelitian x

6 DAFTAR LAMPIRAN No. Lampiran Halaman 1. Kuesioner Penelitian Tabulasi Data Ordinal Tabulasi Data Interval Hasil Uji Statistik Deskriptif Hasil Uji Validitas Hasil Uji Reliabilitas Hasil Uji Normalitas Hasil Uji Heteroskedatisitas Hasil Uji Multikolinieritas Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda xi

7 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang mempunyai kontribusi besar pada pembangunan suatu negara. Menurut Pandelaki (2013) pajak merupakan kewajiban yang harus dibayar oleh masyarakat baik pribadi maupun badan dari penghasilan yang diterima kepada pemerintah ditujukan untuk kegiatan pembangunan di segala bidang. Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta bagi masyarakat khususnya wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional (Claudya, 2015). Penerimaan negara yang bersumber dari pajak, baik pajak pusat maupun pajak daerah digunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan di segala bidang. Pemerintah terus berusaha menaikkan target penerimaan pajak dari tahun ke tahun, hal ini dimaksudkan agar pemerintah dapat menjalankan roda pemerintahan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Andrew, 2014). Upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan penerimaan pajak, adalah membuat kebijakan untuk menggali potensi pajak atas sektor unggulan, mengembangkan satuan/unit quality insurance untuk peningkatan kualitas pemeriksaan dan penyidikan perpajakan, optimalisasi teknologi informasi seperti pengintegrasian sistem informasi Direktorat Jenderal Pajak dengan program reformasi administrasi pajak Indonesia, menyempurnakan program sensus pajak 1

8 nasional, dan penguatan infrastruktur penerimaan pajak dengan memanfaatkan sinkronisasi sistem kliring nasional antara Bank Indonesia dengan Modul Penerimaan Negara ( 2012) Pajak Pertambahan Nilai merupakan salah satu pajak yang memberikan kontribusi cukup besar pada penerimaan suatu Negara. Pajak Pertambahan Nilai yang menggantikan Pajak Penjualan sejak 1 April 1985 yang ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM). Dalam Undang-Undang tersebut dijelaskan Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di Daerah Pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi. Dasar pemikiran pengenaan pajak ini pada dasarnya adalah untuk mengenakan pajak pada tingkat kemampuan masyarakat untuk berkonsumsi. Pajak Pertambahan Nilai lebih dikenal dengan sebutan sebagai pajak atas konsumsi (tax on consumption). Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak tidak langsung. Ketiga unsur pajak, yaitu penanggungjawab pajak, penanggung pajak, dan pemikul pajak dalam pengenaan Pajak Pertambahan Nilai ditemukan terpisah-pisah. Karakter ini memberikan konsekuensi yuridis bahwa antara pemikul beban pajak dengan penanggungjawab atas pembayaran pajak ke kas negara berada pada pihak yang berbeda. Pemikul beban pajak merupakan pembeli barang kena pajak (BKP) atau penerima jasa kena pajak (JKP), sedangkan penanggungjawab atas pembayaran pajak ke kas negara adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang bertindak sebagai 2

9 penjual barang kena pajak atau pengusaha jasa kena pajak (Untung Sukardji, 2011:19). Pajak Pertambahan Nilai tidak membedakan tingkat kemampuan konsumennya. Konsumen yang memiliki kemampuan tinggi dengan konsumen yang memiliki kemampuan rendah diperlakukan sama. PPN mengandung unsur regresif, yaitu semakin tinggi kemampuan konsumen semakin ringan beban pajak yang dipikul, semakin rendah kemampuan konsumen semakin berat beban pajak yang dipikul. Sehingga dalam upaya mencapai keseimbangan pembebanan pajak dan mengendalikan pola konsumsi yang tidak produktif dari masyarakat, maka atas penyerahan atau atas impor barang-barang berwujud yang tergolong mewah, selain dikenakan Pajak Pertambahan Nilai juga dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Diharapkan dengan pengenaan pajak tambahan berupa PPnBM terhadap konsumen yang mengkonsumsi barang kena pajak yang tergolong mewah, maka dampak regresif ini dapat ditekan (Dyah, 2010). Claudya (2015) dan Febe (2015) menyatakan bahwa Pajak Pertambahan Nilai tidak berpengaruh terhadap daya beli konsumen. Penelitian yang dilakukan oleh Dyah (2010) menyatakan bahwa Pajak Pertambahan Nilai berpengaruh secara positif terhadap daya beli konsumen. Fandy (2014) dan Raja (2014) menemukan hasil yang sama bahwa Pajak Pertambahan Nilai berpengaruh secara positif terhadap daya beli konsumen. Menurut Fadilah (2012) Pajak Penjualan Atas Barang Mewah merupakan pajak yang kurang populer di masyarakat umum, karena karakter dari PPnBM itu sendiri adalah pungutan tambahan disamping PPN dan hanya dipungut satu kali 3

10 yaitu pada saat impor dan penyerahan oleh Pengusaha Kena Pajak pabrikan, yang selanjutnya tidak ada mekanisme pajak keluaran dan pajak masukan. PPnBM oleh distributor akan dimasukkan ke harga pokok barang kena pajak yang tergolong mewah tersebut. Konsumen yang mengkonsumsi barang kena pajak yang tergolong mewah tersebut bahkan ada yang tidak mengetahui bahwa dirinya telah dipungut PPnBM. Direktorat Jenderal Pajak hanya mensosialisasikan PPnBM ke importir dan PKP pabrikan. Adapun pihak yang memungut Pajak Penjualan Atas Barang Mewah adalah pabrikan BKP yang tergolong mewah pada saat melakukan penyerahan atau penjualan BKP yang tergolong mewah. Sementara itu, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah atas impor BKP yang tergolong mewah dilunasi oleh importir (Raja Abdurrahman, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Fadilah (2012) menemukan hasil bahwa Pajak Penjualan Atas Barang Mewah tidak berpengaruh terhadap daya beli konsumen. Namun penelitian yang dilakukan oleh Raja (2014) menemukan hasil yang berbeda yaitu Pajak Penjualan Atas Barang Mewah berpengaruh secara positif terhadap daya beli konsumen. Penelitian yang dilakukan oleh Yunita (2015) menemukan hasil yang sama yaitu Pajak Penjualan Atas Barang Mewah berpengaruh positif terhadap daya beli konsumen. Selain Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, pajak yang memberikan kontribusi pada pendapatan suatu negara khususnya pada Daerah Tingkat I adalah Pajak Kendaraan Bermotor (PKB). Menurut Undang- Undang No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pasal 1 ayat 12, Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau 4

11 penguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan yang dimaksud yaitu semua kendaraan beroda, serta gandengannya yang digunakan disemua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak. Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pasal 6 menyebutkan bahwa tarif PKB adalah untuk kepemilikan kendaraan bermotor yang pertama paling rendah sebesar 1% (satu persen) dan paling tinggi sebesar 2% (dua persen), untuk kepemilikan kendaraan bermotor yang kedua dan seterusnya tarif kendaraan bermotor dapat ditetapkan secara progresif paling rendah sebesar 2% (dua persen) dan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen), kepemilikan kendaraan bermotor didasarkan atas nama dan/atau alamat yang sama. Pajak Kendaraan Bermotor merupakan pajak daerah yang pemungutannya dilakukan oleh masing-masing Pemerintah Daerah Tingkat I. Pajak Kendaraan Bermotor ini sangat berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah yang berguna untuk membiayai pelaksanaan tugas rutin pemerintah daerah (Yunus, 2010). Hasil pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor ini berfungsi untuk pembangunan daerah. Alasan teoritis pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dengan tarif progresif adalah adanya penggunaan jalan raya yang merupakan barang publik oleh masyarakat. Jumah kendaraan bermotor roda empat di Kota Denpasar dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 mencapai unit (Dispenda Provinsi Bali, 2016). Banyaknya jumlah kendaraan bermotor roda empat di Kota Denpasar di satu 5

12 pihak menambah pendapatan Pajak Daerah Kota Denpasar dan di lain pihak menambah kemacetan di Kota Denpasar. Jumlah kendaraan bermotor roda empat di Kota Denpasar dari tahun 2011 sampai tahun 2015 disajikan dalam Tabel 1.1 berikut ini. Tabel 1.1 Jumlah Kendaraan Bermotor Roda Empat di Kota Denpasar dari Tahun 2011 sampai dengan 2015 Tahun Jumlah (Unit) Sumber: Dinas Pendapatan Provinsi Bali, 2016 Berdasarkan surat edaran Gubernur Bali Nomor 119/1718/Dispenda, tanggal 6 April 2011 tentang Sosialisasi Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, tarif progresif bagi pemilik kendaraan bermotor yang lebih dari satu berdasarkan atas nama dan/alamat yang sama sesuai dengan kartu keluarga dengan tarif kepemilikan sebesar 1,5 persen terhadap nilai jual untuk kepemilikan pertama, 2 persen untuk kepemilikan kedua, 2,5 persen untuk kepemilikan ketiga, 3 persen untuk kepemilikan keempat, 3,5 persen untuk kepemilikan kelima, dan seterusnya. Dengan pengenaan pajak ini, pemilik kendaraan pribadi membayar pajak lebih mahal untuk kepemilikan kendaraan yang kedua dan seterusnya (Emawati, 2013). Penerapan pajak progresif di Kota Denpasar dimulai pada bulan Juni Data yang diperoleh dari Dinas Pendapatan Provinsi Bali, jumlah kendaraan bermotor roda empat yang sudah dikenai pajak progresif sebanyak unit pada 6

13 tahun 2014 dan pada tahun Rekapitulasi rincian penerimaan pajak progresif di Kota Denpasar disajikan dalam Tabel 1.2 berikut ini. Tabel 1.2 Rekapitulasi Rincian Penerimaan Pajak Progresif Per Jenis Kendaraan Bermotor Roda Empat di Kota Denpasar No Jenis Juni Desember 2014 Januari Desember 2015 Kendaraan Unit Jumlah Unit Jumlah 1 Sedan Jeep Minibus Bus Microbus Pick Up Jumlah Sumber: Dinas Pendapatan Provinsi Bali, 2016 Berdasarkan Tabel 1.2 menunjukkan bahwa jumlah kendaraan bermotor roda empat yang tercatat membayar Pajak Kendaraan Bermotor dengan tarif progresif dari bulan Juni Desember tahun 2014 sebanyak unit dengan jumlah pajak progresif yang terbayar sebesar Rp dan jumlah kendaraan bermotor roda empat yang tercatat membayar Pajak Kendaraan Bermotor dengan tarif progresif dari bulan Januari Desember tahun 2015 sebanyak unit dengan jumlah pajak progresif yang terbayar sebesar Rp Penelitian yang dilakukan oleh Wisnu (2015) menunjukkan hasil bahwa pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dengan tarif progresif tidak berpengaruh terhadap perilaku konsumtif masyarakat di Bali. Namun penelitian yang dilakukan oleh Ratnasari (2015) menunjukkan hasil yang berbeda, yaitu pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dengan tarif progresif berpengaruh negatif signifikan terhadap daya beli konsumen. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor yang meningkat 7

14 sesuai dengan kepemilikan kendaraan bermotor mengakibatkan konsumen merasa terbebani dengan tarif pajak yang tinggi, sehingga konsumen akan menekan pembelian untuk kendaraan bermotor roda empat. Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, dan Pajak Kendaraan Bermotor dengan tarif progresif akan memengaruhi daya beli konsumen untuk membeli kendaraan bermotor khususnya kendaraan bermotor roda empat. Pengenaan pajak-pajak tersebut tentunya akan memengaruhi harga jual kendaraan bermotor dan peningkatan beban pajak yang dapat ditimbulkan dari Pajak Kendaraan Bermotor dengan tarif progresif. Masyarakat akan lebih memperhitungkan untuk membeli kendaraan bermotor roda empat apabila mereka merasa terdapat peningkatan harga karena dikenakan Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, serta kenaikan untuk membayar pajak kendaraan bermotor dengan menggunakan tarif pajak progresif (Putri, 2015). Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, peneliti merasa bahwa penelitian ini penting untuk dilakukan kembali karena hasil penelitian sebelumnya tentang hubungan antara Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, Pajak Kendaraan Bermotor dengan tarif progresif dan daya beli masyarakat menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Daya beli merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi konsumen dalam membeli suatu barang, dalam hal ini adalah barang kena pajak. Penelitian ini merupakan pengembangan dari peneliti sebelumnya Putri Ratnasari (2015) yang mengamati tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Kendaraan Bermotor terhadap daya beli konsumen. Peneliti 8

15 menambahkan satu variabel independen yaitu Pajak Penjualan Atas Barang Mewah karena Pajak Penjualan Atas Barang Mewah merupakan pajak yang mempunyai keterkaitan dengan Pajak Pertambahan Nilai. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah tidak dapat dikenakan tersendiri tanpa adanya Pajak Pertambahan Nilai. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti kembali tentang Pengaruh Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, dan Pajak Kendaraan Bermotor dengan Tarif Progresif Pada Daya Beli Konsumen Kendaraan Bermotor Roda Empat di Kota Denpasar. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah pengenaan Pajak Pertambahan Nilai berpengaruh pada daya beli konsumen kendaraan bermotor roda empat di Kota Denpasar? 2. Apakah pengenaan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah berpengaruh pada daya beli konsumen kendaraan bermotor roda empat di Kota Denpasar? 3. Apakah pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dengan tarif progresif berpengaruh pada daya beli konsumen kendaraan bermotor roda empat di Kota Denpasar? 9

16 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dalam yang disajikan, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh pengenaan Pajak Pertambahan Nilai pada daya beli konsumen kendaraan bermotor roda empat di Kota Denpasar. 2. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh pengenaan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah pada daya beli konsumen kendaraan bermotor roda empat di Kota Denpasar. 3. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dengan tarif progresif pada daya beli konsumen kendaraan bermotor roda empat di Kota Denpasar. 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bahwa teori asas daya beli, teori prestise, dan teori daya beli dapat menjelaskan pengaruh pengenaan Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, dan Pajak Kendaraan Bermotor dengan tarif progresif pada daya beli konsumen kendaraan bermotor roda empat. Serta menambah studi literatur akuntansi khususnya topik tentang Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, Pajak Kendaraan Bermotor dengan tarif progresif, dan daya beli konsumen. 10

17 Memberikan tambahan pengetahuan mengenai pengaruh pengenaan Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, dan Pajak Kendaraan Bermotor dengan tarif progresif pada daya beli konsumen kendaraan bermotor roda empat di Kota Denpasar 2. Manfaat Praktis 1. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan mengenai tujuan dan dampak dikenakannya Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, dan Pajak Kendaraan Bermotor dengan tarif progresif pada kendaraan bermotor roda empat. 2. Bagi Pengambil Kebijakan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi para pengambil kebijakan mengenai dampak Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, dan Pajak Kendaraan Bermotor dengan tarif progresif pada daya beli konsumen kendaraan bermotor roda empat. 11

18 1.5 Sistematika Penulisan Pembahasan skripsi disusun berdasarkan urutan beberapa bab secara sistematis sehingga antara bab satu dengan bab lainnya mempunyai hubungan yang erat. Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini menguraikan pendahuluan yang mengemukakan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, dan kegunaan penelitian serta menguraikan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Bab ini menguraikan berbagai landasan teori yang terkait dengan pokok permasalahan yaitu Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, Pajak Kendaraan Bermotor dengan tarif progresif, serta daya beli konsumen dan hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini disajikan mengenai metodologi penelitian yang meliputi desain penelitian, lokasi dan ruang lingkup wilayah penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data serta teknik analisis data. BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini dikemukakan tentang gambaran umum daerah penelitian, deskripsi data hasil penelitian serta pembahasan hasil penelitian. 12

19 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini memuat simpulan yang diperoleh dari hasil penulisan yang telah dibahas dalam bab sebelumnya serta saran-saran yang diharapkan dapat digunakan oleh pihak yang berkepentingan. 13

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sumber pendapatan negara yang memiliki pengaruh cukup besar pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sumber pendapatan negara yang memiliki pengaruh cukup besar pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber pendapatan negara yang memiliki pengaruh cukup besar pada pembangunan suatu negara adalah pajak. Dengan membayar pajak, masyarakat secara langsung dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu Negara sangat bergantung kepada sektor pajaknya. Pajak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu Negara sangat bergantung kepada sektor pajaknya. Pajak merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan suatu Negara sangat bergantung kepada sektor pajaknya. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan perundang-undangan yang bersifat paksaan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: kepatuhan wajib pajak, kesadaran wajib pajak, kewajiban moral, pengetahuan pajak, persepsi tentang sanksi perpajakan.

ABSTRAK. Kata kunci: kepatuhan wajib pajak, kesadaran wajib pajak, kewajiban moral, pengetahuan pajak, persepsi tentang sanksi perpajakan. Judul : Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kewajiban Moral, Pengetahuan Pajak dan Persepsi Tentang Sanksi Perpajakan pada Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) di Kantor Bersama

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pendapatan Asli Daerah

Kata Kunci: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pendapatan Asli Daerah Judul : Pengaruh Kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor pada Pendapatan Asli Daerah Provinsi Bali Periode 2013-2016 Nama : Putu Nadya Kardevi Rakatitha NIM : 1315351088

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci: Peraturan Pajak, Pelayanan Fiskus, Persepsi. vii

Abstrak. Kata Kunci: Peraturan Pajak, Pelayanan Fiskus, Persepsi. vii Judul : Pengaruh Pengetahuan Dan Pemahaman Tentang Peraturan Pajak, Pelayanan Fiskus dan Persepsi Atas Efektivitas Sistem Perpajakan Terhadap Kemauan Membayar Pajak (Studi Pada Wajib Pajak Orang Pribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Cina dan India sebagai penggeraknya serta negara industri maju lainnya

BAB I PENDAHULUAN. dengan Cina dan India sebagai penggeraknya serta negara industri maju lainnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi didorong oleh kawasan Asia dengan Cina dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai primadona dalam membiayai pembangunan nasional. Pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. sebagai primadona dalam membiayai pembangunan nasional. Pembangunan nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerimaan pajak dari tahun ke tahun terus meningkat dan memberi andil besar dalam penerimaan Negara. Penerimaan dari sektor pajak selalu dikatakan sebagai

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : IDA AYU PUTRI RATNASARI NIM :

SKRIPSI. Oleh : IDA AYU PUTRI RATNASARI NIM : PENGARUH PENGENAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DENGAN TARIF PAJAK PROGRESIF TERHADAP DAYA BELI KONSUMEN PADA KENDARAAN BERMOTOR (STUDI KASUS PADA KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR RODA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional adalah kegiatan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka pemerintah perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan Negara dan pembangunan nasional. memenuhi kewajiban dalam bentuk fasilitas telah diberikan untuk mempermudah

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan Negara dan pembangunan nasional. memenuhi kewajiban dalam bentuk fasilitas telah diberikan untuk mempermudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan dan dinamika masyarakat yang kian meningkat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara menuntut adanya ketersediaan anggaran yang cukup tinggi. Salah satu

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : IDA AYU DEWI WIDNYANI NIM : PROGRAM EKSTENSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

SKRIPSI. Oleh : IDA AYU DEWI WIDNYANI NIM : PROGRAM EKSTENSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, SANKSI PERPAJAKAN, DAN PERSEPSI TENTANG AKUNTABILITAS PELAYANAN PUBLIK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK KENDARAAN BERMOTOR SKRIPSI Oleh : IDA AYU DEWI

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci: kemudahan pengisian SPT, pengetahuan peraturan perpajakan, kualitas pelayanan, kepatuhan wajib pajak.

Abstrak. Kata kunci: kemudahan pengisian SPT, pengetahuan peraturan perpajakan, kualitas pelayanan, kepatuhan wajib pajak. Judul : Pengaruh Kemudahan dalam Pengisian Surat Pemberitahuan, Pengetahuan Peraturan Perpajakan, dan Kualitas Pelayanan pada Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci: administrasi perpajakan, kesadaran, kepatuhan, Wajib Pajak.

Abstrak. Kata Kunci: administrasi perpajakan, kesadaran, kepatuhan, Wajib Pajak. Judul : Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern dan Kesadaran Wajib Pajak pada Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gianyar Nama : I Wayan Sugi Astana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber-sumber pendapatan negara yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber-sumber pendapatan negara yang digunakan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai suatu negara yang senantiasa menjalankan rumah tangganya, Indonesia memiliki sumber-sumber pendapatan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran negara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merata baik dalam bidang ekonomi, kemakmuran, dan kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. merata baik dalam bidang ekonomi, kemakmuran, dan kesejahteraan rakyat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pada hakekatnya, pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan oleh negara Indonesia sebagai negara yang berkembang, merupakan pembangunan nasional yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dari sektor pajak diharapkan partisipasi aktif masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dari sektor pajak diharapkan partisipasi aktif masyarakat dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat besar pengaruhnya terhadap peningkatan pembangunan dan kelangsungan jalannya

Lebih terperinci

A.A Inten Yulitasari NIM : ABSTRAK

A.A Inten Yulitasari NIM : ABSTRAK Judul : Pengaruh Tanggung Jawab Moral, Sanksi Perpajakan dan Penerapan Sistem E-Filing pada Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur Nama : A.A Inten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber dalam negeri lebih diutamakan dari pada luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. sumber dalam negeri lebih diutamakan dari pada luar negeri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wujud pelayanan pemerintah kepada masyarakat. berasal dari iuran rakyat yang berdasarkan Undang Undang (dapat

BAB I PENDAHULUAN. wujud pelayanan pemerintah kepada masyarakat. berasal dari iuran rakyat yang berdasarkan Undang Undang (dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak adalah sumber utama pembiayaan Negara. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar sumber pembiayaan Negara berasal dari dari sektor pajak. Pengadaan dana merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di perlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasiaonal. Tanggung

BAB I PENDAHULUAN. di perlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasiaonal. Tanggung BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pajak merupakan perwujudan dari pengabdian dan peranan serta wajib pajak untuk secara langsung dan sama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang di perlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Kementrian Keuangan (2014)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Kementrian Keuangan (2014) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Perkembangan dan dinamika kebutuhan masyarakat yang kian meningkat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara menuntut adanya ketersediaan anggaran yang

Lebih terperinci

SKRIPSI I MADE WAHYU CAHYADI NIM :

SKRIPSI I MADE WAHYU CAHYADI NIM : PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, SOSIALISASI PERPAJAKAN, AKUNTABILITAS PELAYANAN PUBLIK DAN SANKSI PERPAJAKAN PADA KEPATUHAN WAJIB PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI KANTOR BERSAMA SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di berbagai bidang tumbuh dengan pesat khususnya pada pembangunan di bidang ekonomi yang merupakan salah satu aspek penting dalam kemajuan suatu negara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan tujuan Pembangunan Nasional demi masyarakat adil

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan tujuan Pembangunan Nasional demi masyarakat adil BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mewujudkan tujuan Pembangunan Nasional demi masyarakat adil dan makmur, tentu dibutuhkan dana pembangunan yang tidak sedikit untuk keberhasilan program pembangunan

Lebih terperinci

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, KARAKTER PERSONAL, DAN INFORMATION ASYMMETRY

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, KARAKTER PERSONAL, DAN INFORMATION ASYMMETRY PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, KARAKTER PERSONAL, DAN INFORMATION ASYMMETRY PADA SENJANGAN ANGGARAN DI SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN GIANYAR SKRIPSI Oleh : GUSTI AYU MADE CIKA PUTRI NIM

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Pajak II.1.1 Definisi Pajak Definisi pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: Pajak

Lebih terperinci

BAHAN MATERI MATA PELAJARAN EKONOMI DAN BISNIS KOMPETENSI DASAR KETENTUAN PERPAJAKAN KELAS XI AP TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAHAN MATERI MATA PELAJARAN EKONOMI DAN BISNIS KOMPETENSI DASAR KETENTUAN PERPAJAKAN KELAS XI AP TAHUN PELAJARAN 2014/2015 BAHAN MATERI MATA PELAJARAN EKONOMI DAN BISNIS KOMPETENSI DASAR KETENTUAN PERPAJAKAN KELAS XI AP TAHUN PELAJARAN 2014/2015 A. Pengertian Pajak Beberapa ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai pajak,

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTORDAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR DINAS PENDAPATAN PROVINSI BALI TAHUN 2015 DAFTAR

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci: PP no. 46 tahun 2013, pertumbuhan wajib pajak, pertumbuhan penerimaan PPh pasal 4 ayat (2)

Abstrak. Kata kunci: PP no. 46 tahun 2013, pertumbuhan wajib pajak, pertumbuhan penerimaan PPh pasal 4 ayat (2) Judul : Analisis Tingkat Pertumbuhan Wajib Pajak dan Pertumbuhan Penerimaan PPh Pasal 4 Ayat (2) Sebelum dan Sesudah Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Nama : Ida Ayu Lidya Kusuma Dewi

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG Draft Final GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat bersaing dengan negara-negara lain. Dalam hal ini peran masyarakat Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat bersaing dengan negara-negara lain. Dalam hal ini peran masyarakat Indonesia, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pada era globalisasi seperti sekarang, persaingan antar negara semakin ketat. Oleh karena itu, Negara Indonesia dengan gencar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beragam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Beragam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beragam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dilakukan oleh negara melalui pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemungut pajak yang disebut Publican (Rahayu, 2010). Sedangkan sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemungut pajak yang disebut Publican (Rahayu, 2010). Sedangkan sekarang ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan pendapatan sebuah negara yang dibayarkan oleh wajib pajak, pada zaman dahulu pajak dipungut oleh kerajaan untuk memenuhi kebutuhan istana tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan barang dan jasa yang kita konsumsi sehari-haripun dikenai pajak. Hal tersebut dikarenakan Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan salah satu wujud nyata secara partisipasi dalam rangka ikut membiayai pembangunan nasional. Adapun definisi pajak menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Apabila kita berbicara mengenai Otonomi Daerah, maka kita akan teringat dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Seiring dengan era globalisasi dan kemajuan ilmu pengetahuan serta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Seiring dengan era globalisasi dan kemajuan ilmu pengetahuan serta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan era globalisasi dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi belakangan ini, telah membawa dampak positif terhadap kehidupan bangsa dan negara

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan kctentuan dalam Pasal 10

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Faktur Pajak merupakan bukti pemungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) karena penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP)

Lebih terperinci

pemungutan pajak dimana wajib pajak menghitung sendiri pajak terutangnya serta secara mandiri menyetorkan ke bank atau kantor pos dan melaporkannya

pemungutan pajak dimana wajib pajak menghitung sendiri pajak terutangnya serta secara mandiri menyetorkan ke bank atau kantor pos dan melaporkannya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

Lebih terperinci

: Pengaruh Kualitas Pelayanan, Sanksi Perpajakan Dan Kesadaran Wajib Pajak Pada Kepatuhan Wajib Pajak Air Tanah di Dinas Pendapatan Kabupaten Badung

: Pengaruh Kualitas Pelayanan, Sanksi Perpajakan Dan Kesadaran Wajib Pajak Pada Kepatuhan Wajib Pajak Air Tanah di Dinas Pendapatan Kabupaten Badung Judul Nama : Pengaruh Kualitas Pelayanan, Sanksi Perpajakan Dan Kesadaran Wajib Pajak Pada Kepatuhan Wajib Pajak Air Tanah di Dinas Pendapatan Kabupaten Badung : I Putu Eka Adiputra NIM : 1215351037 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Pembangunan diberbagai bidang tumbuh dengan pesat khususnya pembangunan dibidang ekonomi yang merupakan salah satu aspek penting dalam kemajuan suatu

Lebih terperinci

iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang yang dapat dipaksakan

iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang yang dapat dipaksakan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Definisi atau pengertian pajak menurut Mardiasmo (2011:1), pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dewasa ini bangsa di dunia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan menuju kemakmuran, begitu juga halnya dengan bangsa Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diperjualbelikan, telah dikenai biaya pajak selain dari pada harga pokoknya

BAB I PENDAHULUAN. yang diperjualbelikan, telah dikenai biaya pajak selain dari pada harga pokoknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Faktur Pajak merupakan bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Andriani yang telah diterjemahkan oleh Santoso Brotodiharjo (Waluyo,2003:3): Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan)

Lebih terperinci

ABSTRAK. DAFTAR ISI Halaman

ABSTRAK. DAFTAR ISI Halaman Judul : Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan, Persepsi atas Efektivitas Sistem Perpajakan, Kewajiban Moral, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan pada Kemauan Ikut Tax Amnesty Nama : Ni Luh Elya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Soemitro (1990:5, dalam Waluyo, 2010:3) pajak didefinisikan sebagai iuran wajib yang dibayar oleh wajib pajak orang pribadi maupun badan kepada kas Negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pajak ialah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pajak ialah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pajak Pertambahan Nilai 1. Definisi Pajak Definisi pajak menurut Rachmat Soemitro (1990 : 5) menyatakan Pajak ialah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

Lebih terperinci

: I GEDE PRAYUDA BUDHIARTAMA NIM

: I GEDE PRAYUDA BUDHIARTAMA NIM PENGARUH SIKAP, KESADARAN WAJIB PAJAK DAN PENGETAHUAN PERPAJAKAN PADA KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN YANG TERDAFTAR DI DINAS PENDAPATAN KOTA DENPASAR SKRIPSI Oleh : I GEDE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi, pemberian otonomi luas kepada

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: kesadaran wajib pajak, kualitas pelayanan, kepatuhan wajib pajak, dan sosialisasi perpajakan.

ABSTRAK. Kata Kunci: kesadaran wajib pajak, kualitas pelayanan, kepatuhan wajib pajak, dan sosialisasi perpajakan. Judul : Sosialisasi Perpajakan sebagai Pemoderasi Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Kualitas Pelayanan pada Kepatuhan Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gianyar Nama : Cokorda Agung Meggy

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk

B A B I P E N D A H U L U A N. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk B A B I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Hal ini tertuang dalam Anggaran

Lebih terperinci

PERPAJAKAN LANJUTAN. by Ely Suhayati SE MSi Ak

PERPAJAKAN LANJUTAN. by Ely Suhayati SE MSi Ak PERPAJAKAN LANJUTAN by Ely Suhayati SE MSi Ak PPN yang ditetapkan dengan UU no.18 tahun 2000 merupakan pajak yang dikenakan terhadap pertambahan nilai (Value Added) yang timbul akibat dipakainya faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah saatnya diletakkan suatu landasan yang dapat menjamin tersedianya dana

BAB I PENDAHULUAN. sudah saatnya diletakkan suatu landasan yang dapat menjamin tersedianya dana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk melaksanakan pembangunan nasional dalam membiayai keperluannya, pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Untuk mencapai tujuan pembangunan nasional tersebut

Lebih terperinci

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH PPN dan PPnBM

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH PPN dan PPnBM PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH PPN dan PPnBM UU No.18 Tahun 2000 => 42 Th 2009 Tentang Pengenaan PPN dan PPnBM atas BKP dan JKP yang dikonsumsi di dalam negeri Definisi Pajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus-menerus dalam pembangunan nasional. Tujuan pembangunan nasional adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT

GUBERNUR SULAWESI BARAT GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PERHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2009 DALAM WILAYAH

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA

LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA PROSEDUR PELAKSANAAN DAN PENGENAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) ATAS PENGADAAN BARANG DAN JASA PADA PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA X KEBUN KERTOSARI JEMBER LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA Diajukan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN KERINGANAN TARIF PENGENAAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR PENYERAHAN PERTAMA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG Draft Final GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 90 TAHUN 2017 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2017 DAN TAHUN 2018 DENGAN

Lebih terperinci

Kata Kunci : Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, SAKIP, Good Governance, Kinerja Pemerintah.

Kata Kunci : Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, SAKIP, Good Governance, Kinerja Pemerintah. Judul : Kinerja Pemerintah Provinsi Bali dalam Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Penerapan Good Governance Nama : I Gede Dany Satriya Upadana Nim : 136305125 ABSTRAK Masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya. Analisis Perhitungan..., Nurhasanah, Fakultas Ekonomi 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya. Analisis Perhitungan..., Nurhasanah, Fakultas Ekonomi 2016 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu sumber utama Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan adalah pajak. Sehingga dalam pelaksanaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ). Pada era gliobalisasi seperti sekarang, persaingan antar negara semakin ketat. Oleh karena itu, Negara Indonesia dengan gencar

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: kualitas pelayanan, sistem elektronik perpajakan, kompetensi pegawai pajak, kepuasan wajib pajak.

ABSTRAK. Kata Kunci: kualitas pelayanan, sistem elektronik perpajakan, kompetensi pegawai pajak, kepuasan wajib pajak. Judul : Pengaruh Kualitas Pelayanan Sistem Elektronik Perpajakan dan Kompetensi Pegawai Pajak Terhadap Kepuasan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Terdaftar Di Kantor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya keadaan dan kondisi suatu negara, tentunya semakin besar pula pengeluaran-pengeluaran yang dibutuhkan oleh negara tersebut. Semakin besarnya

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN, SANKSI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN PAJAK, DAN PENERAPAN E-FILING

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN, SANKSI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN PAJAK, DAN PENERAPAN E-FILING PENGARUH KUALITAS PELAYANAN, SANKSI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN PAJAK, DAN PENERAPAN E-FILING PADA KEPATUHAN PELAPORAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA DENPASAR TIMUR SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi saat ini di negara

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi saat ini di negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi saat ini di negara Indonesia dan semakin bertambahnya jumlah penduduk bangsa Indonesia maka, harus diiringi dengan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul ,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul , BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Pembangunan nasional merupakan salah satu faktor terpenting dalam memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara menuju terwujudnya masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

G U B E R N U R SUMATERA BARAT No. Urut: 27, 2015 G U B E R N U R SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi saat ini, Pemerintah Indonesia telah mengubah sistem sentralisasi menjadi desentralisasi yang berarti pemerintah daerah dapat mengurus keuangannya

Lebih terperinci

NI WAYAN PRIDAYANTI NIM

NI WAYAN PRIDAYANTI NIM PENGARUH BIAYA PENINGKATAN PELAYANAN, BIAYA PENGAWASAN PEMUNGUTAN, BIAYA PEMBINAAN PELAKSANAAN SAMSAT, DAN BIAYA SOSIALISASI SISTEM PADA PENERIMAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN/KOTA SE- PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pajak Kendaraan Bermotor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pajak Kendaraan Bermotor i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pajak Kendaraan Bermotor Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada pemda tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan

Lebih terperinci

Judul : Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan,

Judul : Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan, Judul : Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan, Kualitas Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Tingkat Kepatuahn Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tabanan. Nama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pajak Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan Nomor 28 tahun 2007 pasal 1 ayat 1: Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebelum kita mengetahui pengertian with holding system kita harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebelum kita mengetahui pengertian with holding system kita harus BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. With Holding System a. Pengertian With Holding System Sebelum kita mengetahui pengertian with holding system kita harus mengetahui bahwa with holding system

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI WAJIB PAJAK TERHADAP PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR DI UNIT PELAYANAN

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI WAJIB PAJAK TERHADAP PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR DI UNIT PELAYANAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI WAJIB PAJAK TERHADAP PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR DI UNIT PELAYANAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TESIS WAHJOE WIDODO NIM : R 100030066

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr.

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Dasar - dasar Perpajakan Indonesia II.1.1 Definisi dan Unsur Pajak Dibawah ini terdapat beberapa definisi-definisi dan unsur pajak yang terangkum tentang pajak yang dikemukakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian pajak berdasarkan Undang-undang Nomor 16 Tahun. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian pajak berdasarkan Undang-undang Nomor 16 Tahun. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pajak 1. Pengertian Pajak a. Pengertian pajak berdasarkan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada Negara

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT n20 PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 18 TAHUN 2015 u TENTANG TAMBAHAN PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembagian pajak menurut pemungutnya terbagi menjadi dua kelompok, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pembagian pajak menurut pemungutnya terbagi menjadi dua kelompok, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan kontribusi yang paling penting dalam pembangunan suatu negara. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar. Pembagian pajak menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dalam porsi penerimaan negara dari sektor perpajakan (www.pajak.go.id).

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dalam porsi penerimaan negara dari sektor perpajakan (www.pajak.go.id). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang terbesar. Salah satu jenis pajak yang turut berperan dalam penerimaan negara adalah Pajak Pertambahan Nilai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan kontribusi yang diberikan oleh Wajib Pajak (WP) kepada negara yang berdasarkan undang-undang bersifat wajib dan memaksa tanpa ada kontraprestasi (imbalan)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perkembangan yang terjadi. Dampak perubahan dan perkembangan ini sangat berpengaruh

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perkembangan yang terjadi. Dampak perubahan dan perkembangan ini sangat berpengaruh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini menuntut masyarakat untuk siap menerima perubahan dan perkembangan yang terjadi. Dampak perubahan dan perkembangan ini sangat berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan Negara dari sektor perpajakan merupakan sumber utama. untuk pembangunan nasional dan penyelenggaraaan pemerintahan.

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan Negara dari sektor perpajakan merupakan sumber utama. untuk pembangunan nasional dan penyelenggaraaan pemerintahan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan Negara dari sektor perpajakan merupakan sumber utama untuk pembangunan nasional dan penyelenggaraaan pemerintahan. Penerimaan Negara yang terdiri atas penerimaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut : BAB II LANDASAN TEORI II.1. Perpajakan II.1.1. Definisi Pajak Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut : Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Umum Tentang Pajak II.1.1 Definisi Pajak dan Ciri Ciri Pajak Menurut Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) No. 6 Tahun 1983 sebagaimana telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan oleh kemampuan bangsa untuk dapat memajukan kesejahteraan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya. Analisis Penerapan..., Sulaeman, Fakultas Ekonomi 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya. Analisis Penerapan..., Sulaeman, Fakultas Ekonomi 2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah negara yang berasal dari pajak tidak menimbulkan risiko, melainkan memberikan keuntungan karena pungutan pajak ini akan digunakan untuk membiayai kepentingan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Judul : Pengaruh Pengendalian Intern Kredit, Likuiditas, dan Ukuran Perusahaan pada Kemampulabaan Lembaga Perkreditan Desa di Kota Denpasar Nama : Ni Wayan Jessy Janawati NIM : 1306305045 Abstrak Lembaga

Lebih terperinci

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, PELAYANAN FISKUS, DAN SANKSI PAJAK PADA KEMAUAN MENGIKUTI TAX AMNESTY

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, PELAYANAN FISKUS, DAN SANKSI PAJAK PADA KEMAUAN MENGIKUTI TAX AMNESTY PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, PELAYANAN FISKUS, DAN SANKSI PAJAK PADA KEMAUAN MENGIKUTI TAX AMNESTY TAHAP I (SATU) WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG TERDAFTAR DI KPP PRATAMA BADUNG UTARA SKRIPSI Oleh: NI

Lebih terperinci

SKRIPSI. Nama : Wiwi Susana NIM : Program Studi Akuntansi FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA 2016

SKRIPSI. Nama : Wiwi Susana NIM : Program Studi Akuntansi FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA 2016 PENGARUH PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPnBM) TERHADAP DAYA BELI KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA (Studi Empiris Pada PT Astra International Tbk-Honda Tahun 2016)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN DAFTAR ISI LEMBARAN PENGESAHAN MOTTO ABSTRAK i KATA PENGANTAR...... ii DAFTAR ISI. v DAFTAR TABEL..... ix DAFTAR GAMBAR xi DAFTAR LAMPIRAN xii BAB I PENDAHULUAN. 1 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 1.2 Rumusan

Lebih terperinci

PROFESIONALISME, KOMITMEN ORGANISASI, DAN INTENSITAS MORAL SEBAGAI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINDAKAN AKUNTAN UNTUK MELAKUKAN WHISTLEBLOWING

PROFESIONALISME, KOMITMEN ORGANISASI, DAN INTENSITAS MORAL SEBAGAI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINDAKAN AKUNTAN UNTUK MELAKUKAN WHISTLEBLOWING PROFESIONALISME, KOMITMEN ORGANISASI, DAN INTENSITAS MORAL SEBAGAI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINDAKAN AKUNTAN UNTUK MELAKUKAN WHISTLEBLOWING SKRIPSI Oleh : LUH PUTU SETIAWATI NIM : 1206305109 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Perpajakan II.1.1 Definisi Pajak Adriani seperti dikutip Brotodihardjo (1998) mendefinisikan, Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang

Lebih terperinci

PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPn BM)

PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPn BM) PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPn BM) UU PPnBM UU No. 8/1983 UU No. 11/1994 UU No. 18/2000 Meningkatkan kepastian hukum & keadilan Menciptakan sistem perpajakan yang sederhana tanpa mengabaikan pengawasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pajak 1. Berdasarkan Undang-undang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 ayat 1, pajak adalah kontribusi wajib

BAB I PENDAHULUAN. dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 ayat 1, pajak adalah kontribusi wajib BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 ayat 1, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut terus menerus terjadi dan berkelanjutan.

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut terus menerus terjadi dan berkelanjutan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat suatu wilayah yang dapat diukur dengan berbagai indikator tingkat kesejahteraan akan dapat dicapai apabila pembangunan dan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci