BAB I PENDAHULUAN. pengertian, tujuan, fungsi dan jenis usahanya. Bank adalah lembaga keuangan
|
|
- Utami Gunawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank dan perusahaan asuransi adalah dua lembaga yang berbeda pengertian, tujuan, fungsi dan jenis usahanya. Bank adalah lembaga keuangan yang melakukan kegiatan usaha dengan cara menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan lalu menyalurkannya melalui kredit dan berbagai jasa keuangan yang diberikan, melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1 Sedangkan perusahaan asuransi adalah lembaga keuanganyang kegiatan usahanya memberikan perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup atau meninggalnya seseorang dengan menghimpun dana masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi. 2 Pada sistem hukum Indonesia, bank tidak diperbolehkan menjalankan usaha dibidang asuransi. Hal ini merupakan konsekuensi dari sistem perbankan Indonesia yang menganut sistem commercial banking. 3 Sistem commercial 1 Hermansyah, 2011, Hukum Perbankan Nasional Indonesia (Ditinjau Menurut UU Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Sebagaimana Telah Diubah dengan UU Nomor 10 Tahun 1998 dan UU Nomor 23 Tahun 1999 jo. UU Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia), Kencana, Jakarta, hlm Lihat Asuransi, diakses pada tanggal 19 Agustus 2015 pukul Secara garis besar, sistem perbankan terdiri dari 2 yaitu sistem perbankan komersial dan sistem perbankan universal. Sistem perbankan universal merupakan sistem perbankan yang dianut di 1
2 bankingmelarang bank melakukan kegiatan usaha seperti investasi dan jasa keuangan seperti asuransi. Hal ini berbeda dengan sistem universal banking yang dianut oleh beberapa negara-negara Uni Eropa, yang membolehkan bank melakukan kegiatan usaha seperti investment banking dan asuransi. 4 Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, larangan bagi bank untuk melakukan kegiatan asuransi diatur secara tegas dalam Pasal 10 Huruf bundang- Undang RI Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan (UU Perbankan). 5 Tujuan memisahkan kegiatan bank dan asuransi itu sendiri tidak lain adalah untuk menjaga kestabilan likuiditas dana bank dan menjaga kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan.seperti halnya bank, perusahaan asuransi juga tidak diperbolehkan menjalankan usaha seperti yang dilakukan oleh bank. Meski demikian, bank dan lembaga asuransi diperbolehkan untuk melakukan kerjasama pemasaran. Dalam hal ini bank dapat memasarkan produk asuransi yang bukan merupakan produk bank itu sendiri. Pola ini berbentuk kerjasama yang dikenal dengan istilah bancassurance.bancassurance berasal dari kata dalam bahasabahasa italia yaitubanca(bank) 6 dan beberapa negara di Eropa dimana bank-bank komersial tidak hanya memberikan pinjaman, tetapi juga memberikan modal di sekuritas-sekuritas perusahaan serta melakukan jasa keuangan seperti asuransi. Sistem perbankan komersial merupakan suatu institusi keuangan yang hanya menyediakan jasa untuk bisnis, organisasi dan individual yang meliputi akun simpanan dan pinjaman. Lihat diakses pada hari Kamis, 19 Agustus 2015 pukul WIB. 4 Zulkarnain Sitompul,Menyambut Kehadiran Otoritas Jasa Keuangan, Pilars No.02/Th.VII/12-18 Januari 2004, hlm Lihat pasal 10 Huruf b Undang-Undang Nomor 7 Tahun1992 tentang Perbankan. 6 Bankberasal dari bahasa Italia, banca yang berarti bence yaitu suatu bangku tempat duduk, kata ini dipilih karena padazaman pertengahan, para bankir Italia yang memberikan pinjaman-pinjaman melakukan usahanyatersebut dengan duduk di bangku-bangku di halaman pasar. lihat A. 2
3 insurance(asuransi).bancassurancesendiri dapat diartikan sebagaiaktivitas bisnis berupa kerjasama pemasaran antara perusahaan asuransi dengan pihak bank dimana bank bertindak sebagai agenasuransi yang menjual penjualan produkproduk asuransi mitranya di dalam jangkauan wilayah pemasaran bank. 7 Melalui kerjasama ini, pihak bank dan perusahaan asuransi sama-sama memperoleh keuntungan. Pihakbank akan memperoleh keuntungan dengan mendapatkan fee based income, 8 sementara pihak asuransi memperoleh mitra untuk memperluas lingkup pemasaran produknya. Dari sisi hukum, hubungan hukum yang terbentuk antara bank dan asuransi adalah berupa hubungan keagenan dimana pihak bank bertindak sebagai agen (sales representative) yang menjual produk-produk asuransi mitra berkontraknya, di wilayah pemasarannya sebagai bank. 9 Dari hasil penjualan produk asuransi tersebut, bank akan mendapatkan pembayaran dalam bentuk fee ataupun komisi dalam jumlah yang telah disepakati. Padaperkembangannya bisnis bancassurance mengalamipertumbuhan yang cukup pesat. Di Indonesia, pada semester I tahun 2006, bancassurance hanya menghasilkan premi Rp 2,3 triliun, lalu melonjak lebih dari 100% menjadi Abdurrahman, 1993, Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdagangan, Pradnya Paramita, Jakarta, hlm Diartikan oleh penulis dari cambridge dictionary pada 8 Fee Based Income merupakan pendapatan bank dari kegiatan pemberian jasa-jasa perbankan tertentu yang bersifat non bunga. (Munir Fuady, 1999, Hukum Perbankan Modern Berdasarkan Undang- Undang Tahun 1998 (Buku Kesatu), PT. Citra Aditya Bakti, Jakarta, hlm Ricardo Simanjuntak, Tinjauan Bancassurance di Indonesia, diakses pada tanggal 15 Agustus 2015 pukul
4 Rp 5 triliun setahun berikutnya. 10 Perkembangan bisnis ini sejalan dengan semakin banyaknya bank yang menjalankan bisnis bancassurance, oleh karena itu perlu suatu peraturan yang dapatmenjembatani serta melindungi kepentingankepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam bancassurance.salah satu peraturan perundang-undangan yang berperan penting adalah Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. UU Nomor 5 Tahun 1999diharapkan dapat menciptakan persaingan usaha yang sehat dan tercapai ekonomi pasar yang kompetitif dan efisien. 11 Dalam pasar yang kompetitif perusahaan-perusahaan akan saling bersaing untuk menarik lebih banyak konsumen dengan menjual produk mereka dengan harga yang serendah mungkin, meningkatkan mutu produk, dan memperbaiki pelayanan mereka terhadap konsumen. 12 Dalam kondisi ini konsumen dapat secara bebas memilih barang dan jasa dengan harga yang kompetitif dan kualitas yang optimal sesuai dengan kemampuannya, serta mempunyai kebebasan dalam merencanakan penggunaan barang dan jasa di masa yang akan datang. Untuk memenuhi tujuan tersebut pelaku usaha bersaingsecara jujur dan sehat. 10 Kontan Online, Bancassurance mengalahkan peranan agen asuransi, Diakses pada tanggal 20 Agustus 2015 pukul 22; Knud Hansen et all, Undang-Undang No. 5 Tahun 1999, Katalis, Jakarta, 2002, hlm Thee Kian Wie, Aspek-Aspek Ekonomi yang Perlu Diperhadikan dalam Implementasi Undang- Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Jurnal hukum bisnis Vol. 7 Tahun 1999, hal
5 Padapelaksanaannya, kerjasama bancassuranceberpotensi melanggar UU 5 Tahun 1999, hal ini terbukti dengan adanya pernyataan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tentang adanya 6 laporan terkait dugaan praktek exclusive dealing dalam kerjasama bancassurance yang dilakukan oleh bank dengan perusahaan asuransi mitranya. 13 Padahal, praktek bancassuranceseharusanya tidak dilakukan secara eksklusif. Sebab, pola kerjasama tersebut tidak hanya menyangkut bank dan asuransi,tetapi juga masyarakat sebagai nasabah sehingga impelementasinya harus dilakukan secara adil. Pada kesempatan ini, Penulis akan melakukan penelitian mengenai bancassurance ditinjau dari Hukum Persaingan Usaha serta dikaitkan dengan putusan KPPU Perkara Nomor 05/KPPU-I/2014 tanggal 11 November Perkara ini merupakan perkara perjanjian tertutup yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) dengan PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera (BJS) dan PT. Heksa Eka Life Insurance (HELI) dalam pemasaran produk KPR BRI.Sesuai dengan Putusan tersebut,bri, BJS dan HELI terbukti telah membuat suatu perjanjian yang memuat suatu ketentuan bahwa dalam penjualan produk KPR BRI, debitur diwajibkan membeli produk asuransi jiwa dari Konsorsium BJS dan HELI. KPPU menyatakan bahwa ketiga lembaga keuangan tersebut telah terbukti secara sah dan meyakinkan telah melanggar Pasal 15 ayat (2) dan 13 Kontan Online, OJK:6 bank lakukan exclusive deal bancassurance, dari diakses pada tanggal 23 Agustus 2015 pukul 13:41. 5
6 Pasal 19 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun Dalam tulisan ini Penulis hanya akan membahas pasal Pasal 15 ayat (2) yang mengatur mengenai larangan perjanjian tertutup dengan bentuk 15 tying arrangement 16. Kerjasama bancassuranceyang dilakukan BRI dengan perusahaan asuransi tersebutdianggap tertutupkarena BRI tidak memiliki perusahaanasuransi mitra selain BJS dan HELI. Hal ini berimplikasi pada terbatasnya kebebasan calon nasabah KPR untuk memilih produk asuransi jiwa yang menjadi persyaratan untuk memperoleh KPR, perilaku ini dianggap menghambat persaingan. Disamping itu, perilaku ini juga mengakibatkan tertutupnya pilihan bagi debitur KPR BRI untuk memilih perusahaan asuransi jiwa yang kompetitif sehingga memenuhi unsurtying arrangementsebagaimana diatur Pasal 15 ayat (2) UU nomor 5 tahun Setelah putusan dibacakan, BRI, HELI dan BJKkeberatan dengan putusan KPPU tersebut,ketiga perusahaan tersebut menyatakan bahwa perjanjian 14 Pasal 15 ayat (2): Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak lain yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa tertentu harus bersedia membeli barang dan atau jasa lain dari pelaku usaha pemasok. Pasal 19 Huruf a : Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat berupa: a. menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan. Lihat Pasal 15 Ayat (2) dan Pasal 19 Huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. 15 Bentuk-bentuk perjanjian tertutup terdiri dari exclusive distribution agreement (Pasal 15 Ayat (1)), tying arrangement (Pasal 15 ayat (2)), dan special discount (Pasal 15 Ayat (3)). Lihat Peraturan KPPU Nomor 5 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Pasal 15 UU No. 5 Tahun Tying arrangement terjadi ketika penjual memperlakukan penjualan suatu produk tertentu (the tying product) dengan mensyaratkan pembelian produk lainnya (the tied product). Lihat kasus Times- Picayune Publ g Co. v. United States, 345 U.S. 594, 611 (1953), lihat juga Andi Fahmi Lubiset all, 2009, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks, ROV creative media, Jakarta, hlm Lihat Putusan KPPU Perkara Nomor 05/KPPU-I/
7 kerjasama yang dilakukan adalah kerjasama penutupan asuransi jiwa dalam rangka KPR yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan manajemen risiko yang merupakan pengejewantahan dari prinsip kehati-hatian, bukan tying arrangement sebagaimana disimpulkan oleh KPPU. 18 BRI juga menyangkal telah menghalangi perusahaan asuransi lain untuk masuk kedalam pasar produk KPR BRI. Hanyasaja,BRI memilikiterms and conditionsyang harus dipenuhi oleh calon mitra. Selamarentang waktu antara tidakada perusahaan asuransi selain BJS dan HELI yang dapat memenuhi terms and conditions yang ditetapkan BRI sehingga mitra BRI hanya konsorsium BJS dan HELI.Ketiga perusahaan tersebut kemudian mengajukan banding melalui kepaniteraanpengadilan Negeri Jakarta Pusat. Pengadilan Negeri Jakarta Pusat mengabulkan permohonan banding dari para pemohon tersebut. Adapun alasan-alasan dikabulkannya banding tersebutdidasarkan pada beberapa pertimbangan. Pertama, kerjasama antara BRI dengan perusahaan asuransi BJS dan HELI tidak dapat dimaknai sebagai upaya untuk menghalangi perusahaan asuransi jiwa lainnya untuk melakukan kegiatan usaha yang sama, melainkan harus dimaknai sebagai kegiatan dalam rangka berbagi risiko.termand conditions yang terdapat di dalam perjanjian dilihat oleh majelis sebagai filter dan seleksi alam untuk bertahan dengan cara-cara yang fair.kedua, tujuan asuransi yang diberikan oleh BRI kepada nasabah KPR adalah untuk melindungi nasabah,serta untuk memperkecil risiko bagi BRI seandainya 18 Ibid. 7
8 risiko terhadap kredit timbul. Ketiga, tidak laporan dari masyarakat yang merasa dirugikan atas kerja sama asuransi tersebut. 19 Berdasarkan pertimbanganpertimbangan tersebut.putusan KPPU Nomor 05/KPPU-I/2014 dinyatakan batal dan tidak mempunyai kekuatan mengikat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskanpermasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanapraktekbancassuranceditinjau dari hukum persaingan usaha? 2. Bagaimana penerapan pasal 15 ayat (2) pada kerjasama bancassurancedalam Putusan KPPU Nomor 05/KPPU-I/2014? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Objektif a. Mengetahui praktek bancassurance dari sudut hukum persaingan usaha. b. Mengetahui dan menganalisis penerapan dari peraturan mengenai perjanjian tertutup pada kerjasama bancassurance antara PT. Bank 19 Dirangkum dari beberapa sumber internet yaitu Fitri N. Heriani, Terkait Asuransi KPR, Pengadilan Batalkan Putusan KPPU, Hukum Online, Ramidi, PN Jakarta Pusat Kabulkan Gugatan BRI atas Putusan KPPU. Gresnews, Benedictus Bina Naratama PN Jakpus batalkan putusan monopoli asuransi KPPU, Kontan, Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia, Putusan PN JAKARTA PUSAT Nomor 615/Pdt.KPPU/2014/PN.JKT.PST Tahun 2015, Direktori Putusan MA RI, pada tanggal 26 September 2015 pukul
9 Rakyat Indonesiadengan PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera (BJS) dan PT. Heksa Eka Life Insurance (HELI). 2. Tujuan Subjektif Untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. D. Keaslian Penelitian Sepanjang pengetahuan dan pengamatan Penulis berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan yang Penulis lakukan, belum pernah ada penelitian maupun Penulisan hukum yang mengangkat judul Perjanjian tertutuppada praktek bancassurance (Studi putusan KPPU Nomor 05/KPPU-I/2014). Meski demikian, telah ada beberapa penelitian yang mengangkat tema mengenaimengenai persaingan usaha, diantaranya : 1) Skripsi oleh Dhia Madudah, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada pada 2013 dengan judul Kewenangan KPPU dalam Menjatuhkan Sanksi atas Persekongkolan Horizontal dalam Tender Give Away Haji PT. Garuda Indonesia (Putusan KPPU No. 09/KPPU-L/2008). Penelitian ini membahas dasar wewenang KPPU dalam menjatuhkan sanksi sehubungan dengan dugaan persekongkolan tender give away haji. 2) Skripsi oleh Ihsan Robbani, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada pada 2013 dengan judul Tinjauan Terhadap Larangan Monopoli Kepemilikan Lembaga Penyiaran Swasta Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan 9
10 Usaha Tidak Sehat dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. Penelitian ini membahas implementasi ketentuan larangan monopoli kepemilikan lembaga penyiaran swasta yang berlaku di Indonesia. Selain beberapa judul penelitian di atas, masih terdapat beberapa penelitian hukum lain yang mengangkat tema terkait dengan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Namun, terdapat perbedaan mendasar antara penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan oleh Penulis, yaitu dalam hal fokus penelitian. Penelitian yang akan dilakukan Penulis kali ini akan berfokus pada Perjanjian tertutup pada praktek bancassurance (Studi Putusan KPPU Nomor 05/KPPU-I/2014). Kekhususan dalam hal fokus penelitian tersebut menunjukkan keaslian dari penelitian yang akan dilakukan oleh Penulis dan menjadi faktor pembeda dari penelitian-penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan. Penelitian ini dilakukan dengan itikad baik dengan menjunjung tinggi orisinalitas sesuai dengan etika akademik dengan tidak melakukan plagiasi ataupun kejahatan akademik lainnya. Akan tetapi, apabila ternyata ada penelitian lain diluar pengetahuan dan kehendak dari Penulis, ternyata ada penelitian serupa seperti yang Penulis teliti, maka diharapkan agar saling melengkapi antara penelitian ini dengan penelitian tersebut serta dapat menambah literatur dalam bidang yang akan diteliti. 10
11 E. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Akademis : hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi bagi perkembangan hukum secara umum, khususnya hukum bisnis yang mengkaji berbagai permasalahan larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat beserta instrumeninstrumen hukum untuk mencegah terjadinya pelanggaran dalam perjanjian kerjasama bancassurance. 2. Kegunaan Praktis : penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan atau gambaran tentang larangan persaingan usaha tidak sehat dalam perjanjian kerjasama bancassurance. 11
I. PENDAHULUAN. lahirnya perusahaan yang menjalani berbagai kegiatan usaha untuk memajukan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga mendorong lahirnya perusahaan yang menjalani berbagai kegiatan usaha untuk memajukan kegiatan ekonomi yang berdampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan suatu negara sangat ditentukan oleh tingkat perekonomian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan suatu negara sangat ditentukan oleh tingkat perekonomian negara tersebut. Apabila membahas tentang perekonomian suatu negara, maka tidak lepas
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. A. Dasar hukum Majelis Komisi Pengawas Persaingan Usaha dalam. memutus putusan perkara nomor 05/KPPU-I/2014
BAB IV PEMBAHASAN A. Dasar hukum Majelis Komisi Pengawas Persaingan Usaha dalam memutus putusan perkara nomor 05/KPPU-I/2014 Dalam putusan perkara nomor 05/KPPU-I/2014 pada halaman 136 poin 10 dan halaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan usaha yang diselenggarakan terus menerus oleh masing-masing orang,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan dinamika dunia usaha di tanah air dalam 12 tahun terakhir mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Kondisi tersebut banyak dipengaruhi oleh
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 1. Dasar Hukum dan Pengertian Hukum Persaingan Usaha. terbitnya Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1999 (selanjutnya disebut UU No.
11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Hukum Persaingan Usaha 1. Dasar Hukum dan Pengertian Hukum Persaingan Usaha Dalam perkembangan sistem ekonomi Indonesia, hukum persaingan usaha menjadi salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem perekonomian. Menurut Undang Undang Nomor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari pembayaran uang. Industri perbankan memegang peranan yang sangat penting dalam sistem perekonomian. Menurut Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu cara bagi pelaku usaha untuk dapat mengembangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, persaingan usaha dalam pasar perdagangan semakin ketat. Perusahaan dituntut untuk selalu mengembangkan strategi dan menciptakan inovasi-inovasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenai nasabah serta dana yang disimpannya dari pihak-pihak yang dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank sebagai suatu lembaga yang diberikan kepercayaan untuk mengelola dana masyarakat berkewajiban untuk menjaga kerahasiaan atas segala informasi mengenai nasabah serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu jasa yang diberikan bank adalah kredit. sebagai lembaga penjamin simpanan masyarakat hingga mengatur masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian nasional senantiasa bergerak cepat dengan tantangan yang semakin kompleks. 1 Peranan perbankan nasional perlu ditingkatkan sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produk dan ragam yang dihasilkan dan yang menjadi sasaran dari produk-produk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan industri dapat dilihat tolak ukur keberhasilannya dari beberapa faktor, antara lain ditandai dengan banyaknya produk dan ragam yang dihasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lembaga Keuangan Bank (Bank Financial Institution) merupakan salah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga Keuangan Bank (Bank Financial Institution) merupakan salah satu bagian dari lembaga keuangan yang menitikberatkan pada kegiatan menghimpun dana dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan kuota jemaah haji dan umrah terbanyak yang diberikan oleh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga tahun 2016, tercatat bahwa Indonesia merupakan negara dengan kuota jemaah haji dan umrah terbanyak yang diberikan oleh Pemerintah Arab Saudi. Setiap tahunnya,
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5896 KEUANGAN OJK. Efek. Perantara. Agen. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 127). PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membawa dampak perubahan tuntutan dalam kehidupannya. Perubahan. harus disesuaikan dengan kondisi yang melingkupinya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan manusia yang senantiasa berubah dari waktu ke waktu membawa dampak perubahan tuntutan dalam kehidupannya. Perubahan kehidupan manusia dapat terjadi karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.. Di dalam kondisi perekonomian saat ini yang bertambah maju, maka akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang berhak untuk melakukan suatu usaha, hal ini dilakukan untuk memenuhi suatu kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka seharihari. Di dalam kondisi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I. Perkembangan ekonomi Indonesia melalui perusahaan asuransi adalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi Indonesia melalui perusahaan asuransi adalah seiring dengan munculnya pemikiran dalam masyarakat mengenai suatu ketidakpastian mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupa membayarkan sejumlah harga tertentu. mencukupi biaya pendidikan dan lainnya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk ekonomi atau homo economicus memiliki berbagai macam kebutuhan yang harus dipenuhi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Kebutuhan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Kesejahteraan rakyat merupakan salah satu tujuan utama dalam Negara
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesejahteraan rakyat merupakan salah satu tujuan utama dalam Negara Indonesia. Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, mengamanatkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT. 2.1 Pengertian Persaingan Usaha dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT 2.1 Pengertian Persaingan Usaha dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Setiap Individu harus diberi ruang gerak tertentu dalam pengambilan keputusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menjadi langkah baru bagi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menjadi langkah baru bagi Indonesia dalam hal menyelesaikan permasalahan di bidang ekonomi khususnya dalam persaingan usaha.
Lebih terperinciDesy Septiani Putri, Ditha Wiradiputra. Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok
DUGAAN PRAKTEK ANTI PERSAINGAN YANG DILAKUKAN OLEH PT BANK RAKYAT INDONESIA DENGAN MELEKATKAN PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH DENGAN PT ASURANSI JIWA BRINGIN SEJAHTERA DAN PT HEKSA EKA LIFE INSURANCE
Lebih terperinciProsiding Ilmu Hukum ISSN: X
Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Penerapan Pengajuan Kepailitan Perusahaan Sekuritas dalam Putusan Nomor: 08/Pdt.Sus.PAILIT/2015/PN.Niaga.Jkt.Pst Dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004
Lebih terperinciYth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; dan 2. Direksi Perusahaan Asuransi Syariah, di tempat.
Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; dan 2. Direksi Perusahaan Asuransi Syariah, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.05/2016 TENTANG SALURAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia penuh dengan ketidakpastian. Ketidakpastian tersebut biasanya berhubungan dengan takdir dan nasib manusia itu sendiri yang telah ditentukan oleh Tuhan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi global dan kemajuan teknologi yang sedemikian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan ekonomi global dan kemajuan teknologi yang sedemikian cepat membawa dampak positif maupun negatif. Era globalisasi sekarang ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Untuk mencapai. pembangunan, termasuk dibidang ekonomi dan keuangan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Nasional yang dilaksanakan oleh Bangsa Indonesia selama ini adalah merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan cita-cita masyarakat
Lebih terperinciBAB II KEDUDUKAN BANK INDONESIA DALAM SISTEM KEUANGAN NEGARA. Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998
BAB II KEDUDUKAN BANK INDONESIA DALAM SISTEM KEUANGAN NEGARA A. Pengertian Bank Indonesia Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998, bank adalah badan usaha yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami banyak kemajuan yang didorong oleh kebijakan pembangunan di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini, pembangunan ekonomi dalam perkembangannya telah mengalami banyak kemajuan yang didorong oleh kebijakan pembangunan di berbagai sektor usaha,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah tengah berkembang secara pesat. Perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekonomi syariah tengah berkembang secara pesat. Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia sudah berjalan dua dekade lebih. Hal ini ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipungkiri tidak hanya berdampak pada peningkatan kondisi perekonomian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sektor kegiatan bisnis yang terjadi saat ini tidak dapat dipungkiri tidak hanya berdampak pada peningkatan kondisi perekonomian saja, tetapi juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam Undang-Undang Dasar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian merupakan landasan utama yang menopang kehidupan dari suatu negara. Pemerintah dalam melaksanakan pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN bagian Menimbang huruf (a). Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan
12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini juga sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah dan kebutuhan hidup manusia sejalan dengan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pertumbuhan jumlah dan kebutuhan hidup manusia sejalan dengan perkembangan teknologi modern yang begitu cepat membuat jumlah aktifitas dan cara manusia tersebut beraktifitas
Lebih terperinciRINGKASAN INFORMASI PRODUK DAN/ATAU LAYANAN SIGNATURE LIFE ASSURANCE
Signature Life Assurance merupakan produk asuransi unit link yang diterbitkan oleh PT. AIA FINANCIAL. Berikut ini adalah ringkasan informasi mengenai produk dan/atau layanan Signature Life Assurance. Harap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk menjadikan Indonesia harus dapat meningkatkan berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara kepulauan memiliki beberapa wilayah yang penduduknya tersebar dari Sabang sampai Merauke. Banyaknya penduduk menjadikan Indonesia harus
Lebih terperinciS U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA
No. 6/43/DPNP Jakarta, 7 Oktober 2004 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Kerjasama Pemasaran dengan Perusahaan Asuransi
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS
Lebih terperinciBAB III ANALISIS PERJANJIAN YANG DILAKUKAN OLEH PT. BANK AYAT (2) UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG
BAB III ANALISIS PERJANJIAN YANG DILAKUKAN OLEH PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK BERDASARKAN PASAL 15 AYAT (2) UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA
Lebih terperinciLARANGAN PERSEKONGKOLAN DALAM TENDER PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT
Persekongkolan Tender, Persaingan Usaha Tidak Sehat 56 LARANGAN PERSEKONGKOLAN DALAM TENDER PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. persaingan usaha yang sehat di sektor perunggasan telah menjalankan
162 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Peran Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dalam mendorong iklim persaingan usaha yang sehat di sektor perunggasan telah menjalankan perannya sesuai dengan tugas dan
Lebih terperinciSURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2016 TENTANG SALURAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI MELALUI KERJA SAMA DENGAN BANK (BANCASSURANCE)
Yth. 1.!Direksi Perusahaan Asuransi Umum; dan 2.!Direksi Perusahaan Asuransi Jiwa, di tempat SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2016 TENTANG SALURAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI MELALUI KERJA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh gabungan orang yang bukan badan hukum sekalipun. Tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan perekonomian terus berlangsung dimanapun dan oleh siapapun sebagai pelaku usaha, baik pribadi, badan hukum privat atau publik, bahkan oleh gabungan
Lebih terperinci- 3 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.
PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 17 /POJK.05/2017 TENTANG PROSEDUR DAN TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF DI BIDANG PERASURANSIAN DAN PEMBLOKIRAN KEKAYAAN PERUSAHAAN ASURANSI,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat di dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang berhubungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat di dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang berhubungan dengan lembaga keuangan dalam aktivititas terutama dalam bidang perbankan dalam hal menyimpan uang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan. dalam hidupnya. Kebutuhan itu berfungsi untuk mempertahankan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan itu berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu,
Lebih terperinciBAB IV UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Mengalami
BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI ELECTRONIC BILL PRESENTMENT AND PAYMENT DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BW JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK A. Perlindungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Melihat dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan pinjam-meminjam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pinjam-meminjam uang telah dilakukan sejak lama dalam kehidupan masyarakat yang telah mengenal uang sebagai alat pembayaran. Hampir semua masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah badan usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar 1945 setelah amandemen didalam Pasal 33 ayat 4 menginstruksikan bahwa perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. peraturan-peraturan dan teori-teori yang ada, dapat ditarik kesimpulan sebagai
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Setelah membahas lebih mendalam mengenai pertanggungjawaban pihak perbankan atas hilangnya dokumen agunan nasabah melalui komparasi peraturan-peraturan dan teori-teori yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibidang ekonomi merupakan salah satu yang mendapat prioritas utama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka menunjang pembangunan nasional, pembangunan dibidang ekonomi merupakan salah satu yang mendapat prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan. Atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan itu berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, pemenuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melahirkan perkembangan usaha yang dapat menunjang perekonomian suatu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan merupakan setiap bentuk usaha yang melakukan kegiatan secara tetap dan terus menerus dengan tujuan memperoleh keuntungan atau laba, baik yang diselenggarakan
Lebih terperinciPengantar Hukum Persaingan Usaha. Oleh: Ditha Wiradiputra Pelatihan Hukum Kontrak Konstruksi 11 Juni 2007
Pengantar Hukum Persaingan Usaha Oleh: Ditha Wiradiputra Pelatihan Hukum Kontrak Konstruksi 11 Juni 2007 Topics to be Discussed Manfaat Persaingan Asas & Tujuan Undang-undang Persaingan Usaha Prinsip-prinsip
Lebih terperinciRINGKASAN INFORMASI PRODUK DAN/ATAU LAYANAN BAHAGIA UTAMA
Bahagia Utama merupakan produk asuransi unit link yang diterbitkan oleh PT. AIA FINANCIAL. Berikut ini adalah ringkasan informasi mengenai produk dan/atau layanan Bahagia Utama. Harap dibaca dan dipelajari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan mendorong pelaku usaha untuk melakukan pengembangan dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam dunia usaha, para pelaku usaha sering melakukan upaya-upaya yang disebut dengan restrukturisasi perusahaan atau pengembangan usaha. Adanya keterbatasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia usaha di Indonesia. Asuransi merupakan sarana finansial dalam tata kehidupan rumah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan jasa perasuransian makin dirasakan, baik oleh perorangan maupun dunia usaha di Indonesia. Asuransi merupakan sarana finansial dalam tata kehidupan
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 85/PUU-XIV/2016 Kewajiban Yang Harus Ditaati Oleh Pelaku Usaha Dalam Melaksanakan Kerjasama Atas Suatu Pekerjaan
RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 85/PUU-XIV/2016 Kewajiban Yang Harus Ditaati Oleh Pelaku Usaha Dalam Melaksanakan Kerjasama Atas Suatu Pekerjaan I. PEMOHON PT. Bandung Raya Indah Lestari.... selanjutnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ekonomi terutama dalam sektor perdagangan sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ekonomi terutama dalam sektor perdagangan sangat mempengaruhi kegiatan bisnis di dunia, tidak terkecuali Indonesia sebagai negara yang ingin mencapai tujuannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era global dimana segala aspek mulai berkembang pesat salah satunya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era global dimana segala aspek mulai berkembang pesat salah satunya dalam bidang perekonomian suatu negara dapat dibuktikan dengan banyaknya pelaku usaha dalam negeri
Lebih terperinciSIARAN PERS Biro Hukum, Humas & Kerjasama Gd. KPPU, Lt. 1, Jl. Juanda 36, Jakpus, Telp /Fax
SIARAN PERS Biro Hukum, Humas & Kerjasama Gd. KPPU, Lt. 1, Jl. Juanda 36, Jakpus, 10120 Telp. 021-3507015/Fax. 021-3507008 www.kppu.go.id Persaingan Sehat Sejahterakan Rakyat Majelis Komisi Pengawas Persaingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Membahas isu persaingan usaha rasanya tak lengkap tanpa merger,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membahas isu persaingan usaha rasanya tak lengkap tanpa merger, konsolidasi dan akuisisi. Merger, konsolidasi dan akuisisi kerap berpengaruh terhadap persaingan
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7 / 36 / PBI / 2005 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7 / 36 / PBI / 2005 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Bank Indonesia mempunyai tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan tersebut terjadi di semua bidang, baik sosial, budaya, ekonomi, maupun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat telah membawa perubahan terhadap pola kehidupan masyarakat Indonesia. Perubahan pola kehidupan tersebut
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan analisis hukum terhadap perjanjian kredit yang dibakukan
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis hukum terhadap perjanjian kredit yang dibakukan oleh Bank Panin Cabang Gejayan masih menggunakan klausula baku dalam penetapan dan perhitungan dengan
Lebih terperinciBAB III TANGGUNG GUGAT BANK SYARIAH ATAS PELANGGARAN KEPATUHAN BANK PADA PRINSIP SYARIAH
BAB III TANGGUNG GUGAT BANK SYARIAH ATAS PELANGGARAN KEPATUHAN BANK PADA PRINSIP SYARIAH 3.1 Kegagalan Suatu Akad (kontrak) Kontrak sebagai instrumen pertukaran hak dan kewajiban diharapkan dapat berlangsung
Lebih terperinciPokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap koreksi DPP PPN Masa Pajak April sebesar Rp
Nomor Putusan Pengadilan Pajak Put.55229/PP/M.IB/16/2014 Jenis Pajak : PPN Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap koreksi DPP PPN Masa Pajak
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN I. UMUM Pasal 4 UU OJK menyebutkan bahwa
Lebih terperinciBAB IV KETENTUAN PENGECUALIAN PASAL 50 HURUF a UU NOMOR 5 TAHUN 1999 DALAM KAITANNYA DENGAN MONOPOLI ATAS ESSENTIAL FACILITY
62 BAB IV KETENTUAN PENGECUALIAN PASAL 50 HURUF a UU NOMOR 5 TAHUN 1999 DALAM KAITANNYA DENGAN MONOPOLI ATAS ESSENTIAL FACILITY A. Ketentuan Pengecualian Pasal 50 huruf a UU Nomor 5 Tahun 1999 1. Latar
Lebih terperinciSTUDI KASUS HUKUM. Oleh : CANDRA BUDI KURNIAWAN No. Mahasiswa : Program Studi : Ilmu Hukum
PERSEKONGKOLAN DALAM BEAUTY CONTEST PROYEK DONGGI-SENORO (Studi Kasus Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia Perkara Nomor : 35/KPPU-I/2010) STUDI KASUS HUKUM Oleh : CANDRA BUDI KURNIAWAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Setiap orang sering menderita kerugian akibat dari suatu peristiwa yang tidak
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang sering menderita kerugian akibat dari suatu peristiwa yang tidak terduga, misalnya mendapat kecelakaan dalam perjalanan di darat, di laut atau di udara. Jika
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik hukum, ekonomi, dan politik. Salah satu kegiatan usaha yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jenis polis, salah satunya pada saat sekarang ini yaitu BNI Life Insurance.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di zaman sekarang asuransi memegang peranan penting dalam memberikan kepastian proteksi bagi manusia yang bersifat komersial maupun bukan komersial. Asuransi dapat memberikan
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DI SEKTOR JASA KEUANGAN
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DI SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mendorong manusia untuk berbondong-bondong memenuhi kebutuhan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman yang terjadi seiring berjalannya waktu tentu banyak mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia di berbagai sektor kehidupannya. Tidak dapat dipungkiri
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktivitas ekonomi dapat berjalan dengan baik karena adanya unsur kepercayaan. Kepercayaan ini muncul karena adanya pelaksanaan hak dan kewajiban yang dilakukan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Persaingan dalam dunia bisnis merupakan salah satu bentuk perbuatan yang dapat
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Dasar Hukum Persaingan Usaha Persaingan dalam dunia bisnis merupakan salah satu bentuk perbuatan yang dapat mendatangkan keuntungan atau menimbulkan kerugian. Apabila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian Anak merupakan karunia yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada kedua orang tuanya. Setiap anak tidak hanya tumbuh dan berkembang dalam sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana diketahui bahwa pembangunan nasional merupakan upaya pembangunan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi termasuk sektor perbankan. Kelengkapan peraturan terutama
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian nasional yang senantiasa bergerak cepat dengan tantangan yang semakin kompleks, diperlukan berbagai penyesuaian kebijakan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggembirakan. Perbankan Syariah mampu tumbuh +/- 37% sehingga total
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank Indonesia dalam buku Outlook Perbankan Syariah 2013, menjelaskan perkembangan perbankan syariah sampai dengan bulan Oktober 2012 cukup menggembirakan. Perbankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan berkembangnya kehidupan manusia dalam bermasyarakat, banyak sekali terjadi hubungan hukum. Hubungan hukum tersebut, baik peristiwa hukum maupun perbuatan
Lebih terperinciTinjauan yuridis..., M.Salman Al-Faris, FHUI, 2009 Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Roda perekonomian bergerak diatur dan diawasi oleh perangkat hukum, baik perangkat hukum lunak maupun perangkat hukum keras. 1 Berdasarkan pemikiran tersebut, perangkat
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N. perusahaan atau badan usaha memerlukan sumber daya atau faktor faktor produksi
1 BAB I P E N D A H U L U A N Setiap perusahaan atau badan usaha mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut, harus melaksanakan berbagai macam kegiatan, agar kegiatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang No. 21 tahun 2011 tentang OJK. Pembentukan lembaga
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otoritas Jasa Keuangan (OJK), adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan,
Lebih terperinciFrequently Asked Question (FAQ) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31/POJK.05/2016 tentang Usaha Pergadaian
Frequently Asked Question (FAQ) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31/POJK.05/2016 tentang Usaha Pergadaian 1. Apa yang dimaksud dengan Perusahaan Pergadaian dalam POJK ini? Perusahaan Pergadaian adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kaitan dengan Muamalah, sebenarnya syariat Islam cukup terbuka dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kaitan dengan Muamalah, sebenarnya syariat Islam cukup terbuka dan mudah dipahami atau dalam bahasa yang sederhana dapat dikatakan semuanya boleh, kecuali yang
Lebih terperinciMAKALAH. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum. Dosen Pengampu : Ahmad Munir, SH., MH. Disusun oleh : Kelompok VII
Anti Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat MAKALAH Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum Dalam Bisnis Dosen Pengampu : Ahmad Munir, SH., MH. Disusun oleh : Kelompok VII Helda Nur Afikasari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (social control), akan tetapi juga menjalankan fungsi sebagai pendorong
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan hukum secara ideal tidak hanya dalam fungsi pengendalian sosial (social control), akan tetapi juga menjalankan fungsi sebagai pendorong perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membuat perubahan dalam segala hal, khususnya dalam hal perdagangan. Era
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah menjadi hal yang wajar apabila perkembangan peradaban manusia membuat perubahan dalam segala hal, khususnya dalam hal perdagangan. Era perdagangan global yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijanjikan oleh orang lain yang akan disediakan atau diserahkan. Perjanjian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam suasana abad perdagangan dewasa ini, boleh dikatakan sebagian besar kekayaan umat manusia terdiri dari keuntungan yang dijanjikan oleh orang lain yang akan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
91 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan analisis yang telah diuraikan, maka penulis berkesimpulan : 1. KPPU dalam melaksanakan tugasnya belum dapat berjalan secara efektif dalam
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN. A. Akibat Hukum terhadap Jabatan Notaris yang Dinyatakan Pailit Menurut UUJN DAN UU Kepailitan.
BAB III PEMBAHASAN A. Akibat Hukum terhadap Jabatan Notaris yang Dinyatakan Pailit Menurut UUJN DAN UU Kepailitan. Semua harta benda dari si pailit untuk kepentingan kreditur secara bersama-sama. Kedudukan
Lebih terperinciProsiding Ilmu Hukum ISSN: X
Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Akibat Hukum dari Wanprestasi yang Timbul dari Perjanjian Kredit Nomor 047/PK-UKM/GAR/11 Berdasarkan Buku III KUHPERDATA Dihubungkan dengan Putusan Pengadilan Nomor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting bagi masyarakat, terutama dalam aktivitas di dunia bisnis. Bank juga merupakan lembaga yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari suatu benda atau hak kepada benda atau hak lainnya. Secara umum dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah merger dapat didefinisikan sebagai suatu fusi atau absorbsi dari suatu benda atau hak kepada benda atau hak lainnya. Secara umum dapat dikatakan bahwa
Lebih terperinci2017, No Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.36, 2017 KEUANGAN OJK. Investasi Kolektif. Multi Aset. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6024) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum (rechtsstaat), bukan negara berdasarkan
1 BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Indonesia adalah negara hukum (rechtsstaat), bukan negara berdasarkan kekuasaan (macthstaat) yang berdasar atas kekuasaan belaka, sebagaimana telah diamanatkan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dimana sebagian besar masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asuransi atau pertanggungan merupakan sesuatu yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dimana sebagian besar masyarakat Indonesia sudah melakukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kebutuhannya begitu juga dengan perusahaan, untuk menjalankan suatu perusahaan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dunia yang semakin kompleks mengakibatkan semakin meningkatnya pula kebutuhan ekonomi masyarakat terutama para pelaku usaha. Dalam menjalani kehidupan
Lebih terperinci