wisatawan. Selain lokasinya yang strategis, yaitu di kawasan Malioboro, gaya bangunannya yang khas identik dengan bangunan Belanda ini juga dapat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "wisatawan. Selain lokasinya yang strategis, yaitu di kawasan Malioboro, gaya bangunannya yang khas identik dengan bangunan Belanda ini juga dapat"

Transkripsi

1 wisatawan. Selain lokasinya yang strategis, yaitu di kawasan Malioboro, gaya bangunannya yang khas identik dengan bangunan Belanda ini juga dapat menarik wisatawan untuk datang berkunjung. Seorang wisatawan memiliki motif dan tujuan yang berbeda-beda dalam melakukan suatu perjalanan wisata, ada yang tujuannya untuk bersenang-senang, perjalanan bisnis, dan lainnya. Setiap wisatawan yang melakukan perjalanan memiliki cara yang unik dan berbeda satu dengan yang lain. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan kepuasan dan pengalaman berwisata. Berdasarkan latar belakang tersebut, membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Analisis Tingkat Kepuasan Wisatawan Nusantara Di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Bagaimana tingkat kepuasan wisatawan domestik di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepuasan wisatawan domestik di Museum Benteng Vredeburg. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Dapat memberikan kontribusi pada perkembangan ilmu pariwisata mengenai tingkat kepuasan wisatawan; b. Dapat memberikan informasi mengenai tingkat kepuasan wisatawan domestik di Museum Benteng Vredeburg; 4

2 c. Dapat memberikan referensi bagi Program Studi Vokasi Kepariwisataan dalam pengkajian masalah-masalah mengenai tingkat kepuasan wisatawan; d. Menjadi bahan rujukan dan referensi untuk penelitian-penelitian yang relevan di masa yang akan datang. 2. Manfaat Praktis a. Menambah keterampilan dan pengetahuan dalam menganalisis suatu masalah. b. Memberikan kontribusi bagi Museum Benteng Vredeburg dalam meningkatkan kualitasnya untuk memberikan kepuasan kepada wisatawan, khususnya wisatawan domestik. c. Menambah pengalaman penulis dan dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan selama duduk di bangku kuliah ke dalam dunia nyata. E. Tinjauan Pustaka Penulis menggunakan berbagai pustaka sebagai acuan untuk menganalisis permasalahan dalam penelitian ini, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Dian Aning Pratami (2013) yang berjudul Penggunaan Metode Analisis SWOT dalam Pengembangan Potensi dan Daya Tarik Wisata Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta menyimpulkan bahwa salah satu kelemahan dari Museum Benteng Vredeburg adalah kurangnya SDM yang mampu menangani wisatawan asing. 5

3 Menurut Pradyasinta (2010) Museum Benteng Vredeburg melalui bentuk penyajian diorama sangat mengundang ketertarikan wisatawan untuk mengunjunginya. F. Landasan Teori 1. Pengertian Pariwisata Pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan tujuan keluar dari pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya. Aktivitas dilakukan selama mereka tinggal ditempat yang dituju dan fasilitas dibuat untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sedangkan WTO mengartikan pariwisata sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah tujuan di luar lingkungan kesehariannya. Perjalanan wisata ini berlangsung dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun secara berturut-turut untuk tujuan bersenang-senang, bisnis, dan lainnya. Pariwisata adalah istilah yang diberikan apabila seorang wisatawan melakukan perjalanan itu sendiri, atau dengan kata lain aktivitas dan kejadian yang terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan (Sutrisno, 1998 : 23). Pariwisata secara singkat dapat dirumuskan sebagai kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan (Soekadijo, 2000 : 2). Organisasi Pariwisata Dunia mendefinisikan pariwisata atau turisme sebagai suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan, dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan atau turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi. 6

4 2. Pengertian Wisatawan Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. Menurut WTO yang dimaksud dengan wisatawan adalah pengunjung yang menginap atau pengunjung yang tinggal di daerah tujuan setidaknya satu malam di akomodasi umum ataupun pribadi. Menurut Smith (Kusumaningrum, 2009 : 16) menjelaskan bahwa wisatawan adalah orang yang sedang tidak bekerja, atau sedang berlibur dan secara sukarela mengunjungi daerah lain untuk mendapatkan sesuatu yang lain. Wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah biasanya benar-benar ingin menghabiskan waktunya untuk bersantai, menyegarkan fikiran dan benar-benar ingin melepaskan diri dari rutinitas kehidupan sehari-hari. Jadi bisa juga dikatakan wisatawan adalah seseorang yang melakukan perjalanan dari suatu tempat lain yang yang jauh dari rumahnya bukan dengan alasan rumah atau kantor. 3. Pengertian Wisatawan Domestik Wisatawan domestik adalah wisatawan yang melakukan perjalanan wisata di dalam negara tempat ia berdomisili. Wisata domestik adalah kegiatan perjalanan seseorang menuju ke, kembali dari dan selama di daerah tujuan di luar tempat tinggal dan bekerja, yang masih di dalam suatu negara domisilinya. 2 Dengan kata lain wisata domestik dilakukan antardaerah di dalam suatu negara, yang daerah tujuannya tetap di luar lingkungan tempat tinggal dan bekerja yang bertujuan untuk bersenang-senang. 2 Ismayanti, 2010, Pengantar Pariwisata, Penerbit PT Grasindo, Jakarta, hlm

5 4. Pengertian Museum Secara etimologis, museum berasal dari kata Yunani, Μουσεῖον atau mouseion, yang sebenarnya merujuk kepada nama kuil untuk sembilan Dewi Muses, anak-anak Dewa Zeus yang melambangkan ilmu dan kesenian. 3 Berdasarkan uraian di atas, maka pengertian museum adalah sebagai tempat menyimpan benda-benda kuno yang dapat digunakan untuk menambah wawasan dan juga sebagai tempat rekreasi. Menurut ICOM (International Council of Museums) mengartikan museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, terbuka untuk umum, melayani masyarakat dan perkembangannya, tidak mencari keuntungan, yang memperoleh, merawat, menghubungkan dan memamerkan barang-barang pembuktian manusia dan lingkungannya, untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan keluarga. Association of Great Britain menjelaskan bahwa museum merupakan lembaga yang melaksanakan pengumpulan, pendokumentasian, perawatan, pameran, dan penafsiran atau interpretasi tentang bukti material dan informasi yang terkait untuk kepentingan publik. Selanjutnya dalam UU Cagar Budaya Nomor 11 Tahun 2010 pasal 18 ayat 2 disebutkan bahwa museum merupakan lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi berupa benda, bangunan, dan/atau struktur yang telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya, dan mengkomunikasikannya kepada masyarakat diakses pada tanggal 5 Maret 2014 pukul WIB. 4 Buletin Museum Benteng Vredeburg, hlm. 1. 8

6 5. Pengertian Kepuasan Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan hasil/kinerja yang dirasakan dengan harapan (Supranto, 2006 : 233). Sedangkan menurut Kotler mendefinisikan kepuasan sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang yang dialami setelah membandingkan antara persepsi kinerja atau hasil suatu produk dengan harapan-harapannya. Kata kepuasan atau satisfaction berasal dari Bahasa Latin satis yang artinya cukup baik, memadai, dan facio yang artinya melakukan atau membuat. Richard Oliver mengajukan definisi kepuasan sebagai tanggapan pelanggan atas terpenuhinya kebutuhannya. Hal itu berarti penilaian bahwa suatu bentuk keistimewan dari suatu barang atau jasa ataupun barang atau jasa itu sendiri, memberikan tingkat kenyamanan yang terkait dengan pemenuhan suatu kebutuhan, termasuk pemenuhan kebutuhan di bawah harapan atau pemenuhan kebutuhan melebihi harapan pelanggan. Menurut Tjiptono secara sederhana kepuasan diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu memadai. 5 Faktor-faktor yang dapat menciptakan kepuasan wisatawan antara lain adalah fasilitas yang ada, aksesibilitas, biaya, kualitas pelayanan. G. Metode Penelitian 1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Pada tanggal 1 Februari 2014 sampai 5 diakses pada tanggal 5 Maret 2014 pukul wib. 9

7 dengan 30 April Penulis bekerja setiap hari Selasa sampai dengan Jumat pukul dan hari Sabtu pukul , sedangkan setiap hari Minggu dan Senin libur. 2. Cara Pengambilan Data a. Observasi Langsung Observasi Langsung adalah pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa sehingga observer berada bersama objek yang diselidiki. Dalam penelitian ini observasi/pengamatan langsung dilakukan di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. b. Angket/Kuesioner Kuesioner adalah suatu daftar yang berisi pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang yang ingin diselidiki atau responden (Bimo Walgito, 1987). Angket adalah suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian pertanyaan yang diajukan pada responden untuk mendapat jawaban (Depdikbud : 1975). 6 Dengan menyebarkan angket/kuesioner kepada wisatawan akan mempermudah penulis dalam menganalisis puas atau tidaknya wisatawan tersebut terhadap Museum Benteng Vredeburg. c. Studi Pustaka Studi pustaka adalah sebuah metode atau cara pengumpulan data dengan membaca sebuah buku atau mencari referensi buku yang berkaitan 6 diakses pada tanggal 10 April pukul wib. 10

8 dengan judul. M. Nazir mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Dan dalam penelitian ini penulis menggunakan referensi buku yang terkait dengan Museum Benteng Vredeburg. d. Jenis Data Jenis data yang akan digunakan penulis adalah Kualitatif dan Kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka. Data kuantitatif adalah data yang berupa angka. Data kuantitatif tersebut yang nanti akan menentukan apakah seorang wisatawan merasa puas terhadap Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. e. Analisis Data Analisis data yang digunakan oleh penulis disini adalah analisis statistik deskriptif. Analisis Deskriptif adalah suatu cara menggambarkan persoalan yang berdasarkan data yang dimiliki yakni dengan cara menata data tersebut sedemikian rupa sehingga dengan mudah dapat dipahami tentang karakteristik data, dijelaskan dan berguna untuk keperluan selanjutnya diakses pada tanggal 16 Juni wib. 11

9 H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan tugas akhir ini terdiri atas empat bab yang masing-masing dijabarkan sebagai berikut: 1. BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan meliputi penjelasan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penulisan tugas akhir dan sistematika penulisan. 2. BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN Bab ini berisi profil Museum Benteng Vredeburg, yang menjelaskan lokasi, visi dan misi, sejarah, fasilitas, koleksi museum, dan kegiatan museum. 3. BAB III PEMBAHASAN Pembahasan berisi tentang analisis tingkat kepuasan wisatawan yang berkunjung ke Museum Benteng Vredeburg. 4. BAB IV PENUTUP Penutup yang berisi kesimpulan dan saran yang membangun untuk Museum Benteng Vredeburg. 12

10 BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Profil Museum Benteng Vredeburg Museum Benteng Vredeburg berlokasi di Jl. Ahmad Yani No. 6, Yogyakarta. Benteng ini terletak di depan Gedung Agung. Benteng Vredeburg berbentuk tembok tinggi persegi melingkari areal di dalamnya dengan menara pemantau di keempat penjurunya yang digunakan sebagai tempat patrol (Yulianingsih, 2010 : 218). Pada 16 April 1985, benteng ini dipugar menjadi Museum Perjuangan dan baru dibuka untuk umum pada tahun Pada 23 November 1992, resmi menjadi Museum Khusus Perjuangan Nasional dengan nama Museum Benteng Yogyakarta. Museum Benteng Vredeburg buka setiap hari Selasa sampai dengan Jumat, pukul pagi hingga sore dan hari Sabtu-Minggu pukul pagi hingga sore. Sedangkan hari Senin, Museum Benteng Vredeburg tutup. Tiket masuk Museum Benteng Vredeburg tergolong sangat murah, untuk wisatawan domestik harga tiket untuk orang dewasa adalah sebesar Rp 2.000,- dan Rp 1.000,- untuk anak-anak. Untuk wisatawan mancanegara dikenakan harga sebesar Rp ,-. Untuk rombongan dewasa dikenakan harga Rp 1.000,- per orang dan untuk rombongan anak-anak Rp 500,- per orang. Museum Benteng Vredeburg memiliki berbagai fasilitas yang dapat dinikmati diantaranya adalah toilet, perpustakaan, wifi, mushola, kursi roda bagi yang membutuhkan, dan ruang audio visual. 13

11 B. Visi dan Misi Visi Museum Benteng adalah terwujudnya peran museum sebagai pelestari nilai sejarah dan kejuangan rakyat Indonesia di Yogyakarta dalam mewujudkan NKRI. Sedangkan, Misi dari Museum Benteng Vredeburg adalah : a. Mewujudkan peran museum sebagai pelestari benda-benda peninggalan sejarah perjuangan bangsa Indonesia di Yogyakarta. b. Mewujudkan peran museum sebagai sumber informasi sejarah perjuangan rakyat Indonesia di Yogyakarta. c. Mewujudkan peran museum sebagai media pendidikan nonformal bagi pengembangan ilmu pengetahuan sejarah dan nuansa edutainment. d. Mewujudkan museum sebagai wahana peningkatan apresiasi masyarakat terhadap nilai-nilai luhur yang terkandung dalam semangat juang rakyat Indonesia di Yogyakarta. C. Sejarah Museum Benteng Vredeburg 8 Benteng Vredeburg merupakan sebuah bangunan peninggalan masa kolonial Belanda yang dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I atas permintaan Gubernur Belanda. Dahulu, bangunan ini digunakan sebagai markas pertahanan Belanda. Benteng tersebut telah berdiri sejak tahun 1760, merupakan hasil kesepakatan Belanda dengan pihak Sultan Hamengku Buwono I sebagai imbalan atas jasa-jasa Belanda dalam mendamaikan Sultan Hamengku Buwono I dengan Sunan Paku Buwono II yang menyebabkan Sultan mendapatkan wilayah 8 Buku Panduan Museum Benteng Vredeburg 14

12 kekuasaan di Yogyakarta. Pada saat pembangunan benteng berlangsung, Cornelis Donkel ( ) selaku residen pertama di Yogyakarta, mengadakan kesepakatan dengan Sultan Hamengku Buwono I, bahwa Sultan akan memberikan bantuan kayu dan tenaga yang mengerjakannya. Sementara itu pihak VOC akan menggantinya dengan biaya yang disepakati bersama. Pembangunan benteng dimulai tahun 1756, empat tahun kemudian Nicolas Harting melaporkan bahwa kondisi benteng masih sangat sederhana. Bangunan-bangunan di dalamnya tersusun dari kayu dan bambu dan beratapkan daun ilalang yang mudah terbakar. Melihat kondisi tersebut, Willem Hendrik van Ossenberch (pengganti Nicollas Harting) merasa tidak puas. Tahun 1765 mengajukan permohonan kepada Sultan untuk menyempurnakan bangunan benteng. Dua tahun kemudian, proyek penyempurnaan benteng baru dapat dilaksanakan. Pembangunan benteng tersebut berjalan dibawah pengawasan seorang ahli bangunan berkebangsaan Belanda yang bernama Ir. Frans Haag. Meskipun empat tahun penyempurnaan benteng telah berjalan, Johannes Vos (pengganti Willem Hendrik van Ossenberch) melaporkannya bahwa hingga tahun 1771 pembangunan Benteng di Yogyakarta belum banyak mengalami kemajuan yang berarti. Menurut Residen Yogyakarta Van Rhijn, lambatnya pembangunan benteng di Yogyakarta ini disebabkan oleh adanya proyek-proyek Sultan Hamengku Buwono I dan putra mahkotanya, Raden Mas Sundoro, yang menyita bahan dan tenaga yang seharusnya dialokasikan untuk pembangunan benteng. Pada tahun 1781, menurut laporan Johannes Sieberg, gubernur pantai utara Jawa, bentuk bangunan benteng sudah mulai terwujud meski masih jauh untuk 15

13 dikatakan sempurna karena rumah komandan belum selesai dan beberapa gedung masih belum diberi langit-langit. Oleh karena itu VOC memberikan pinjaman Real kepada Sultan agar pembangunan benteng dapat dipercepat penyelesaiannya. Tahun 1785, kembali Johannes Sieberg melaporkan bahwa pembangunan benteng di Yogyakarta hampir selesai dan mutunya juga bagus. Pada tahun itu pula Johannes Sieberg meresmikan keberadaan benteng VOC di Yogyakarta. Selanjutnya VOC menamakannya Rustenberg yang berarti benteng peristirahatan. Benteng Rustenberg mampu menampung 100 orang pasukan yang berada di bawah pimpinan seorang kapten atau letnan. Bahkan pimpinan VOC di Yogyakarta waktu itu yaitu Residen Van Rhijn tinggal di dalam benteng. Meski demikian, hingga tahun 1787, Johannes Sieberg menganggap bahwa pembangunan benteng di Yogyakarta ini tidak sukses. Satu tahun kemudian, ketika Jan Greeve berkunjung kembali ke Yogyakarta, ia mendapatkan kondisi benteng dalam keadaan bersih dan sangat teratur. Selanjutnya benteng dimanfaatkan oleh VOC sebagai benteng pertahanan. Ketika berlangsung pembangunan benteng di Yogyakarta, setiap hari Sultan Hamengku Buwono I selalu menengok. Setelah pembangunan benteng itu selesai tempat penjagaan yang berjumlah empat di setiap sudut benteng diberi nama oleh Sultan. Jayawisesa untuk sebelah barat laut, Jayaprayitna untuk sebelah tenggara, Jayapurusa untuk sebelah timur laut, dan Jayaprakosaningprang di sebelah barat daya. Tanggal 31 Desember 1799 VOC bubar. Selanjutnya kekuasaan berada dibawah Bataafsche Republiek (Republik Bataf) dibawah Gubernur Van Den 16

14 Berg hingga tahun Dalam perkembangan selanjutnya , benteng dikuasai oleh Koninklijk Holland (Kerajaan Belanda) dibawah Gubernur Daendels. Pada masa pemerintahan Daendels ini, Benteng Vredeburg yang waktu itu terbuat dari bahan dominan kayu diperkuat dengan batu sehingga lebih kuat. Ukuran bangunan dibuat lebih tinggi dan dindingnya dipertebal. Pada keempat sudutnya dibangun pos penjagaan dengan lubang menembak. Perkembangan benteng menjadi ancaman bagi kraton, karena meriam bisa diangkat ke tembok benteng dengan jangkauan tembak mencapai lingkungan dalam Kraton. Daendels mengganti nama benteng menjadi Vredeburg, yang berarti benteng perdamaian. Dari kekuasaan Belanda, pemanfaatan Benteng Vredeburg pernah berpindah tangan kepada pasukan Inggris. Hal ini ditandai dengan menyerahnya Jan Willem Janssens (pengganti Daendels) kepada pasukan Inggris di Tuntang pada tanggal 18 September Sejak itu Jawa, termasuk Benteng Vredeburg, berada di bawah penguasaan kolonial Inggris dengan Thomas Stamford Raffles sebagai letnan gubernur jenderal. Kekuasaan Inggris di Jawa berlangsung sejak Tahun 1815 di Eropa diselenggarakan Kongres Wina yang dihadiri oleh wakil semua negara yang terlibat dalam Perang Napoleon. Salah satu dari hasil kongres tersebut adalah memulihkan kondisi negara-negara yang terlibat dalam Perang Napoleon ke dalam kondisi sebelum Oleh karena itulah Inggris wajib mengembalikan Jawa kepada Belanda. Pada tanggal 9 Agustus 1816, serah terima kekuasaan dari Inggris kepada Belanda berlangsung. Sejak itulah Benteng Vredeburg kembali berada dibawah kekuasaan Belanda sampai 17

15 dengan tahun 1942 ketika Jepang menggantikan Belanda sebagai penjajah Indonesia. Tanggal 6 Maret 1942, pasukan Jepang tiba di Yogyakarta. Mereka menempati bangunan-bangunan penting yang ada dan dimanfaatkan sebagai markas. Salah satu bangunan tersebut adalah Benteng Vredeburg. Pada masa ini benteng dimanfaatkan sebagai markas tentara Jepang, penjara dan gudang senjata. Kondisi ini berlangsung sampai dengan tahun Pada tanggal 17 Agustus 1945, hari dimana proklamasi kemerdekaan dikumandangkan terjadi gerakan pelucutan senjata Jepang di berbagai daerah, salah satunya di Yogyakarta. Setelah berhasil dirampas dari tentara Jepang, Benteng Vredeburg pengelolannya diserahkan pada pasukan APRI (Angkatan Perang Republik Indonesia). Pada tanggal 19 Desember 1948, pasukan Belanda berhasil menguasai Yogyakarta melalui agresi militernya yang kedua. Belanda juga berhasil menguasai kembali Benteng Vredeburg dan dimanfatkan sebagai gudang senjata berat maupun ringan, asrama prajurit dan markas pasukan yang tergabung dalam IVG (Informatie Voor Geheimen) yaitu semacam pasukan rahasia. Setelah terjadi peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 dan perundingan Roem Royen yang berhasil disepakati tanggal 7 Mei 1949, Yogyakarta kembali di bawah kekuasaan pemerintah RI. Selanjutnya pengelolaan benteng diserahkan kepada Militer Akademi (MA) dan dimanfaatkan sebagai asrama dan tempat belajar siswa hingga tahun Tahun 1965 Benteng Vredeburg dimanfaatkan sebagai tempat penahanan tahanan politik G 30 S/PKI, yang langsung berada dalam pengawasan HANKAM. Kemudian 18

16 pemanfaatan Benteng Vredeburg berlanjut sebagai asrama Batalyon 403 yang dibentuk sejak bulan Agustus Awal pemugaran Benteng Vredeburg dilakukan oleh Yayasan Budaya Nusantara yang dituangkan dalam akte notaris RM. Soeryanto Partaningrat No. 81 tanggal 15 September 1979, dalam berita negara No. 90 tanggal 9 November Dalam akte tersebut Benteng Vredeburg akan dijadikan pusat informasi dan pengembangan budaya Nusantara. Pemugaran Benteng Vredeburg dijalankan pada tahun anggaran 1980/1981 dengan sumber dana dari bantuan presiden dan dana pembangunan. Dengan pertimbangan bahwa bangunan tersebut merupakan bangunan bersejarah maka pada tahun 1981 bangunan Benteng Vredeburg ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya. Tanggal 11 Maret 1987, hasil pemugaran Benteng Vredeburg mulai dibuka untuk umum oleh Direktur Jenderal Kebudayaan RI Prof. Dr. Haryati Soebadio. Dan pada 23 November 1992 secara resmi Museum Benteng Vredeburg menjadi Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Dalam perkembangan selanjutnya, sejak 20 Juli 2012 Museum Benteng Vredeburg berada di bawah naungan Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktoral Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. D. Koleksi Museum Koleksi merupakan bagian penting dari sebuah museum. Koleksi museum menentukan karakteristik dari museum yang bersangkutan. Melalui koleksi pula 19

17 museum berusaha mencapai visi dan misinya. Adapun koleksi dari Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta adalah : a. Bangunan Bangunan yang berada dalam kompleks Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta merupakan bangunan yang bergaya Indis, yaitu gaya arsitektur yang memadukan gaya arsitektur barat (Belanda) dengan arsitektur lokal (Jawa). Dalam perkembangannya bangunan-bangunan di dalam komplek museum, pernah mengalami pergantian pengelolaan. Hal itu sejalan dengan kondisi polituk di Indonesia terkait dengan berlangsungnya praktek penjajahan oleh bangsa asing (Belanda, Inggris, dan Jepang). Sekarang bangunan-bangunan tersebut dialih fungsikan sebagai ruang-ruang yang mendukung tugas dan fungsi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. b. Diorama peristiwa bersejarah Secara keseluruhan diorama yang disajikan di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta menceritakan peristiwa-peristiwa bersejarah di Yogyakarta sejak meletusnya Perang Diponegoro sampai dengan masa Orde Baru yang divisualkan dalam bentuk diorama Pencanangan P4 (Pedoman Pelaksanaan Pengamalan Pancasila) oleh Presiden Soeharto tahun Adegan tersebut diwujudkan dalam 55 buah diorama yang disajikan dalam 4 ruang pameran tetap. c. Lukisan Ada 13 koleksi lukisan yang dimiliki Museum Benteng Vredeburg. Lukisan ini selain indah, juga memiliki nilai sejarah yang sangat kuat. Lukisan- 20

18 lukisan tersebut menceritakan sebuah peristiwa sejarah dan nilai luhur kejuangannya. d. Maket Museum Benteng Vredeburg memiliki 3 koleksi maket yaitu, Maket Balai Mataram Yogyakarta, Maket Senisono Yogyakarta, dan Maket Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Maket-maket ini diletakkan di depan pintu masuk Diorama 1 dan Diorama 2. e. Peta Ada 7 koleksi peta bernilai sejarah yang dimiliki oleh Museum Benteng Vredeburg dan kebanyakan adalah peta interaktif, yang merupakan peta hasil interpretasi dari sumber atau data literatur. Kebanyakan peta-peta tersebut dibuat dari bahan fiberglass. f. Miniatur Miniatur juga menjadi salah satu koleksi dari Museum Bneteng Vredeburg. Miniatur adalah tiruan sesuatu dalam skala yang diperkecil. Museum Vredeburg sendiri memiliki 3 koleksi miniatur, salah satunya adalah miniatur kapal yang digunakan oleh pelaut Belanda hingga berhasil mendarat di pelabuhan Banten pada tahun Dibawah pimpinan Cornelis de Houtman, yang berangkat dari Tessel tanggal 21 Maret 1595 dengan empat buah kapal. Mereka sampai di Bantam (sekarang Banten) pada tanggal 22 Juni g. Patung Ada 27 koleksi patung yang dimiliki Museum Benteng Vredeburg yang tersebar di masing-masing diorama. Patung yang dimiliki oleh Museum Benteng 21

19 Vredeburg Yogyakarta dan dijadikan koleksi museum terdiri dari patung utuh dari kepala sampai kaki, yaitu patung Letjen Oerip Soemohardjo dan Patung Jenderal Soedirman dan selebihnya patung dada. Bahannya ada yang terbuat dari perunggu maupun fiberglass. h. Benda-benda realia Banyak koleksi benda realia yang dimiliki Museum Benteng Vredeburg. Benda-benda realia adalah benda-benda asli yang menjadi saksi bisu dan data peristiwa yang terjadi. Ketika peristiwa sejarah terjadi, benda-benda tersebut berperan langsung dalam peristiwa tersebut. Benda-benda tersebut terdiri dari peralatan dapur, mata uang, peralatan makan dan minum, peralatan kesehatan, pakaian, senjata kemudian ada juga perlengkapan pribadi milik Prof. Dr. Sarjito dan perlengkapan milik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, serta peralatan dan perlengkapan lainnya. i. Benda replika Benda replika merupakan benda tiruan dengan ukuran yang sama 1:1, bisa dengan bahan sama maupun berbeda. Koleksi replika yang disimpan di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, antara lain replika meriam, replika senjata, replika pakaian zaman perjuangan, replika wayang yang mengisahkan tentang perang Diponegoro, dan replika lambang organisasi maupun kesatuan bersenjata. j. Foto Koleksi foto mendominasi koleksi Museum Benteng Vredeburg. Dari foto-foto tersebut ada yang dibuat duratra, yaitu foto yang tembus cahaya yang 22

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu aset yang menguntungkan bagi suatu negara. Dalam UU

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu aset yang menguntungkan bagi suatu negara. Dalam UU BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan sebuah industri yang memiliki jaringan yang luas. Pariwisata adalah kegiatan dinamis yang melibatkan banyak manusia serta menghidupkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah

Lebih terperinci

Mengenal Beberapa Museum di Yogyakarta Ernawati Purwaningsih Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta

Mengenal Beberapa Museum di Yogyakarta Ernawati Purwaningsih Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta Mengenal Beberapa Museum di Yogyakarta Ernawati Purwaningsih Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta Diantara banyak peninggalan bangunan bersejarah di Kota Yogyakarta adalah museum. Sebenarnya di Yogyakarta

Lebih terperinci

2015 PERANAN MEDIA VISUAL TERHADAP DAYA TARIK WISATA DI MUSEUM GEOLOGI BANDUNG

2015 PERANAN MEDIA VISUAL TERHADAP DAYA TARIK WISATA DI MUSEUM GEOLOGI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daya tarik wisata berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009 merupakan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prima Charismaldy Ramadhan, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Prima Charismaldy Ramadhan, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki banyak daya tarik didalamnya, termasuk pariwisata. Selain memiliki banyak nilai sejarah dan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata sehingga meningkatkan produktifitas. Dalam hal ini yang. Museum Benteng Vredeburg untuk mengembangkan fasilitas museum.

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata sehingga meningkatkan produktifitas. Dalam hal ini yang. Museum Benteng Vredeburg untuk mengembangkan fasilitas museum. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan pariwisata adalah upaya untuk lebih meningkatkan sumber daya yang dim iliki oleh suatu obyek wisata dengan cara melakukan pembangunan unsur-unsur

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dahulu wisata dianggap kegiatan untuk kalangan tertentu dan bukan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dahulu wisata dianggap kegiatan untuk kalangan tertentu dan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dahulu wisata dianggap kegiatan untuk kalangan tertentu dan bukan termasuk kebutuhan utama. Tapi sekarang wisata menjadi suatu kebutuhan, setiap orang perlu berwisata

Lebih terperinci

2015 PENGEMBANGAN RUMAH BERSEJARAH INGGIT GARNASIH SEBAGAI ATRAKSI WISATA BUDAYA DI KOTA BANDUNG

2015 PENGEMBANGAN RUMAH BERSEJARAH INGGIT GARNASIH SEBAGAI ATRAKSI WISATA BUDAYA DI KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa yang besar adalah bangsa yang yang menghargai sejarah. Mempelajari sejarah berarti belajar dari pengalaman tentang hal yang telah terjadi di masa lalu. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM 2.1 Pengertian dan Sejarah Museum Dalam era pembangunan teknologi yang cepat berkembang dewasa ini, peranan museum sangat diharapkan untuk mengumpulkan, merawat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah merupakan hal penting dalam berbangsa karena sejarah adalah bagian dari kehidupan yang dapat dijadikan sebuah pelajaran untuk menjadi bangsa yang lebih baik.

Lebih terperinci

KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati

KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati Yogyakarta memiliki peninggalan-peninggalan karya arsitektur yang bernilai tinggi dari segi kesejarahan maupun arsitekturalnya, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Monumen Palagan Dan Museum Isdiman Di Ambarawa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Monumen Palagan Dan Museum Isdiman Di Ambarawa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1 Monumen Palagan Dan Museum Isdiman Di Ambarawa Kota Ambarawa merupakan kota yang terletak di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Kecamatan ini luasnya mencapai

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata saat ini menjadi sebuah kebutuhan bagi berbagai elemen masyarakat. Pariwisata dalam UU NOMOR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Museum Sejarah Jakarta merupakan museum sejarah yang diresmikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Museum Sejarah Jakarta merupakan museum sejarah yang diresmikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Museum Sejarah Jakarta merupakan museum sejarah yang diresmikan pada tanggal 4 April 1974. Nama lain dari museum ini adalah Museum Fatahillah. Sesuai dengan nama resminya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keragaman budaya, alam dan sejarah peninggalan dari nenek moyang sejak zaman dahulu, terbukti dengan banyaknya ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik tersendiri karena penduduknya yang beragam budaya dan agama. Untuk memasuki kota Semarang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi.

BAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi. PENDAHULUAN BAB 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Museum Negeri Provinsi Papua telah dirintis sejak tahun 1981/ 1982 oleh Kepala Bidang Permuseuman, Sejarah dan Kepurbakalaan Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber data Data data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proyek tugas akhir ini akan diambil dari berbagai sumber, diantaranya: 1. Literatur: artikel dari media elektronik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun. Dari tahun wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun. Dari tahun wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki daya tarik wisata dan merupakan kota tujuan wisata yang paling diminati oleh wisatawan, dilihat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata budaya diyakini memiliki manfaat positif secara ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata budaya diyakini memiliki manfaat positif secara ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata budaya diyakini memiliki manfaat positif secara ekonomi dan sosial budaya. Jenis pariwisata ini dapat memberikan keuntungan ekonomi kepada masyarakat lokal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan daerah tujuan wisata utama setelah Bali.

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan daerah tujuan wisata utama setelah Bali. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yogyakarta merupakan daerah tujuan wisata utama setelah Bali. Berbagai jenis obyek wisata dikembangkan di wilayah ini, seperti wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya,

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2. Bahan Ajar 2. Ruang Lingkup dan Pengertian Museologi, Museum Dan Permuseum

PERTEMUAN 2. Bahan Ajar 2. Ruang Lingkup dan Pengertian Museologi, Museum Dan Permuseum PERTEMUAN 2 Bahan Ajar 2. Ruang Lingkup dan Pengertian Museologi, Museum Dan Permuseum A. PENDAHULUAN Dalam sejarah museum dapat dilihat terjadinya perubahan-perubahan yang bersifat perluasan fungsi museum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bernadib, 1982:28). Departemen Pendidikan Nasional RI (2003:5)

BAB I PENDAHULUAN. Bernadib, 1982:28). Departemen Pendidikan Nasional RI (2003:5) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bertujuan untuk membimbing peserta didik dalam mempelajari, menggunakan dan sedapat mungkin menciptakan semuanya (Imam Bernadib, 1982:28). Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 ( balai pustaka Kamus Bahasa Indonesia 1988 ) 2 Ibid 3 Ibid

BAB I PENDAHULUAN. 1 ( balai pustaka Kamus Bahasa Indonesia 1988 ) 2 Ibid 3 Ibid BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL Pengertian judul : MUSEUM MUSIK TRADISONAL JAWA TENGAH DI BENTENG VASTENBURG SURAKARTA adalah sebagai berikut : Museum : Gedung yang digunakan sebagai tempat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara yang sangat unik di dunia. Suatu Negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara yang sangat unik di dunia. Suatu Negara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia salah satu negara yang sangat unik di dunia. Suatu Negara kepulauan dengan beraneka ragam kekayaan alam dan budaya, berbagai produk agrikultur iklim

Lebih terperinci

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55 Jakarta bermula dari sebuah bandar kecil di muara Sungai Ciliwung sekitar 500 tahun silam. Selama berabad-abad kemudian kota bandar ini berkembang menjadi pusat perdagangan internasional yang ramai. Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Banyak fasilitas yang dibangun oleh Belanda untuk menunjang segala aktivitas Belanda selama di Nusantara. Fasilitas yang dibangun Belanda dapat dikategorikan ke dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang mempunyai keistimewaan tersendiri. DIY dipimpin oleh seorang sultan dan tanpa melalui pemilihan

Lebih terperinci

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu bisa menjadi bosan dan hasil kerjanya tidak akan maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu bisa menjadi bosan dan hasil kerjanya tidak akan maksimal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap manusia membutuhkan hiburan untuk melepaskan diri dari padatnya aktivitas sehari-hari. Pekerjaan dan rutinitas yang dilakukan setiap hari membutuhkan konsentrasi

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Data kunjungan wisatawan ke kota Bandung Tahun

Tabel 1.1. Data kunjungan wisatawan ke kota Bandung Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kota Bandung merupakan kota pariwisata di Indonesia karena kota Bandung sudah menjadi tujuan wisata para wisatawan baik itu wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang menganggap bahwa perkembangan sektor pariwisata selama ini

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang menganggap bahwa perkembangan sektor pariwisata selama ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan di Indonesia telah tumbuh dan berkembang menjadi suatu industri yang berdiri semenjak beberapa tahun terakhir ini. Namun rupanya ada pendapat yang menganggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri pada akhir dekade pertama abad ke-19, diresmikan tanggal 25 September 1810. Bangunan

Lebih terperinci

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan sebuah negara maritim karena memiliki wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah daratan. Hal ini menjadikan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malioboro adalah jantung Kota Yogyakarta yang tak pernah sepi dari pengunjung. Membentang di atas sumbu imajiner yang menghubungkan Kraton Yogyakarta, Tugu dan puncak

Lebih terperinci

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki sejarah panjang untuk mendapatkan kemerdekaannya di tahun Hanya saja, tidak banyak yang

Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki sejarah panjang untuk mendapatkan kemerdekaannya di tahun Hanya saja, tidak banyak yang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki sejarah panjang untuk mendapatkan kemerdekaannya di tahun 1945. Hanya saja, tidak banyak yang tertarik untuk mempelajari sejarah karena terkesan membosankan.

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. tahun Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta telah melaksanakan

BAB VI PENUTUP. tahun Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta telah melaksanakan BAB VI PENUTUP Untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat terhadap museum, pada tahun 2006-2012 Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta telah melaksanakan program publik. Keterlibatan masyarakat dalam program

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dinobatkan sebagai sultan kemudian menjadi Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun

BAB V KESIMPULAN. dinobatkan sebagai sultan kemudian menjadi Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun BAB V KESIMPULAN Sri Sultan Hamengkubuwono IX naik tahta menggantikan ayahnya pada tanggal 18 Maret 1940. Sebelum diangkat menjadi penguasa di Kasultanan Yogyakarta, beliau bernama Gusti Raden Mas (GRM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung merupakan sebuah kota yang terletak di Propinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu bagian wilayah di Negara Indonesia. Kota ini dalam sejarahnya

Lebih terperinci

2014 PENGARUH KUALITAS PRODUK WISATA TERHADAP KEPUTUSAN PENGUNJUNG UNTUK BERKUNJUNG KE MUSEUM SENI RUPA DAN KERAMIK DI JAKARTA

2014 PENGARUH KUALITAS PRODUK WISATA TERHADAP KEPUTUSAN PENGUNJUNG UNTUK BERKUNJUNG KE MUSEUM SENI RUPA DAN KERAMIK DI JAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu industri yang banyak diandalkan oleh negara-negara di dunia. Pariwisata juga merupakan salah satu faktor ekonomi yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan kegiatan ekonomi yang cukup potensial bagi Indonesia. Akselerasi globalisasi yang terjadi sejak tahun 1980-an semakin membuka peluang bagi kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya karena dapat membantu melestarikan warisan budaya sebagai jati diri

BAB I PENDAHULUAN. budaya karena dapat membantu melestarikan warisan budaya sebagai jati diri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata budaya merupakan salah satu jenis pariwisata yang memanfaatkan perkembangan potensi hasil budaya manusia sebagai objek daya tariknya. Jenis wisata ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan yang dapat menjadi suatu aset dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain sektor pertanian,

Lebih terperinci

MUSEUM AFFANDI YOGYAKARTA

MUSEUM AFFANDI YOGYAKARTA MUSEUM AFFANDI YOGYAKARTA Oleh : Theresiana Ani Larasati Objek wisata budaya yang banyak dikunjungi oleh wisatawan ketika datang di Yogyakarta adalah Museum Affandi. Museum ini mengingatkan kita pada kegigihan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN

BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN 2.1 Tinjauan Umum 2.1.1 Definisi Museum Kata museum berasal dari mouseion, yang berarti kuil untuk Sembilan dewi muses, anak-anak Zeus, yang melambangkan ilmu dan kesenian. Kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan. Pariwisata secara

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan. Pariwisata secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah istilah yang diberikan apabila seseorang wisatawan melakukan perjalanan itu sendiri, atau dengan kata lain aktivitas dan kejadian yang terjadi

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN PLANETARIUM TIM JAKARTA

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN PLANETARIUM TIM JAKARTA LAPORAN HASIL KUNJUNGAN PLANETARIUM TIM JAKARTA MITOLOGI YUNANI Oleh: Rizqa Ridina 0906642790 Kelas B Sastra Prancis FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA DAFTAR ISI Daftar Isi... 2 BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG 1.1 MUSEUM Dalam suatu lingkaran kehidupan tentu ada yang mati dan ada yang lahir, bertahan hidup dan mati meninggalkan dunia. Seni dan budaya yang tumbuh bersama manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh Menteri Pariwisata kepada Kompas.com, bahwa berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh Menteri Pariwisata kepada Kompas.com, bahwa berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakan oleh pemerintah. Hal ini disebabkan pariwisata mempunyai peran yang sangat penting

Lebih terperinci

BAGAIMANA MENDIRIKAN SEBUAH MUSEUM

BAGAIMANA MENDIRIKAN SEBUAH MUSEUM BAGAIMANA MENDIRIKAN SEBUAH MUSEUM Wawan Yogaswara A. Apakah itu museum? Museum menurut International Council of Museums (ICOM) adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani

Lebih terperinci

Benteng Fort Rotterdam

Benteng Fort Rotterdam Benteng Fort Rotterdam Benteng Fort Rotterdam merupakan salah satu benteng di Sulawesi Selatan yang boleh dianggap megah dan menawan. Seorang wartawan New York Times, Barbara Crossette pernah menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Kota Sibolga juga memiliki kapalkapal

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Kota Sibolga juga memiliki kapalkapal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sibolga merupakan satu kota yang dikenal sebagai Kota Bahari, Sibolga memilki sumber daya kelautan yang sangat besar. Selain pemandangan alamnya yang begitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Studio Konsep Perancangan Arsitektur (SKPA) ini berjudul Ambarawa Heritage Resort Hotel. Untuk mengetahui maksud dari judul dengan lebih jelas maka perlu diuraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara maritim atau kepulauan terbesar didunia dengan 70% wilayahnya terdiri atas laut. Sehingga banyak pulau-pulau yang ada di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berbhinneka tunggal ika. Terdapat banyak suku di Indonesia yang memiliki ciri khas dan keunikan yang berbedabeda. Selain memiliki

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain:

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain: 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain: Pencarian bahan melalui buku, artikel, dan literatur dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat dengan banyaknya perkembangan bisnis industri dan pembangunannya. Namun dimata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, museum sudah telah menjadi bagian dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, museum sudah telah menjadi bagian dari kehidupan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada saat ini, museum sudah telah menjadi bagian dari kehidupan modern manusia. Hampir setiap kota setidaknya memiliki satu atau bahkan beberapa museum. Mayoritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Destinasi pariwisata merupakan daya tarik bagi kedatangan wisatawan.

BAB I PENDAHULUAN. Destinasi pariwisata merupakan daya tarik bagi kedatangan wisatawan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Destinasi pariwisata merupakan daya tarik bagi kedatangan wisatawan. Ketertarikan wisatawan untuk mengunjungi destinasi wisata berbeda satu dengan yang lainnya. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya, salah satu bentuk pemanfaatan cagar budaya yang diperbolehkan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Budaya, salah satu bentuk pemanfaatan cagar budaya yang diperbolehkan adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, salah satu bentuk pemanfaatan cagar budaya yang diperbolehkan adalah untuk kepentingan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 menjadi hari bersejarah dalam kehidupan bangsa Indonesia. Peristiwa yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut beberapa data statistik dan artikel di berbagai media, pariwisata di Indonesia sejauh ini dapat dikatakan kurang dikenal di mancanegara, maupun di Indonesia

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PENEKANAN DESAIN TIPOLOGI PADA ARSITEKTUR BANGUNAN SETEMPAT Diajukan

Lebih terperinci

2 Indonesia, baik pada masa lalu, masa kini, maupun yang akan datang, perlu dimanfaatkan sebagai modal pembangunan. Sebagai karya warisan budaya masa

2 Indonesia, baik pada masa lalu, masa kini, maupun yang akan datang, perlu dimanfaatkan sebagai modal pembangunan. Sebagai karya warisan budaya masa TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEHUTANAN. Museum. Cagar Budaya. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 195) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia kaya akan keragaman warisan sejarah, seni dan budaya yang tercermin dari koleksi yang terdapat di berbagai museum di Indonesia. Dengan tujuan untuk mempromosikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang turut mengembangkan perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki kekayaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG MUSEUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG MUSEUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG MUSEUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 18 ayat (5)

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan,

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.195, 2015 KEHUTANAN. Museum. Cagar Budaya. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5733). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Gudeg, Kota Pelajar, Kota Budaya dan Kota Sejarah. Dari julukan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Gudeg, Kota Pelajar, Kota Budaya dan Kota Sejarah. Dari julukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi di berbagai negara. Banyak negara menjadikan pariwisata sebagai sektor ungglan dalam memperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kota Balikpapan di pulau Kalimantan Timur Sumber: RTRW Kota Balikpapan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kota Balikpapan di pulau Kalimantan Timur Sumber: RTRW Kota Balikpapan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Balikpapan merupakan salah satu kota yang terletak di pulau Kalimantan, tepatnya di provinsi Kalimantan Timur. Balikpapan terdiri dari 5 kecamatan, diantaranya kecamatan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang telah dikemukakan. Kesimpulan tersebut merupakan jawaban dari pertanyaanpertanyaan penelitian

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan,

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.195, 2015 KEHUTANAN. Museum. Cagar Budaya. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5733). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG MUSEUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG MUSEUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG MUSEUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 18

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, selain itu juga dikenal sebagai kota

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, selain itu juga dikenal sebagai kota BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, selain itu juga dikenal sebagai kota budaya dan juga pariwisata. Salah satu sektor yang berperan penting dalam pendapatan daerah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. secara serius melibatkan industri lainnya yang terkait. Pengenalan potensi

BAB 1 PENDAHULUAN. secara serius melibatkan industri lainnya yang terkait. Pengenalan potensi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pariwisata merupakan sektor penting di dunia yang saat ini telah menjadi kebutuhan bagi masyarakat sehingga dalam penanganannya harus dilakukan secara serius melibatkan

Lebih terperinci

L2B Ahmad Farid R Museum Armada TNI AngkatanLaut Surabaya 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

L2B Ahmad Farid R Museum Armada TNI AngkatanLaut Surabaya 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang dua pertiga wilayahnya berupa perairan. Nenek moyang bangsa Indonesia juga pada mulanya bermigrasi dari daratan China Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah hotel berbintang yang ada di Pantai Sorake sampai saat ini baru berjumlah

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah hotel berbintang yang ada di Pantai Sorake sampai saat ini baru berjumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. Kelayakan 1.1.1.1. Hotel Resort di Pantai Sorake Nias Selatan. Jumlah hotel berbintang yang ada di Pantai Sorake sampai saat ini baru berjumlah 1 (satu) buah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Observasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Observasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Observasi 1.1.1 Sejarah Cafe Lawangwangi Cafe Lawangwangi Creative Space merupakan salah satu tempat dimana para seniman dapat memamerkan sekaligus menjual hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Keadaan Museum di Indonesia Keberadaan museum di dunia dari zaman ke zaman telah melalui banyak perubahan. Hal ini disebabkan oleh berubahnya fungsi dan tugas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari pengaruh saat Keraton Yogyakarta mulai dibuka sebagai salah satu obyek kunjungan pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan hidup sebuah bangsa dan menyimpan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang mencerminkan kekayaan

Lebih terperinci

1.Sejarah Berdiri Istana Maimun, terkadang disebut juga Istana Putri Hijau, merupakan istana kebesaran Kerajaan Deli. Istana ini didominasi warna

1.Sejarah Berdiri Istana Maimun, terkadang disebut juga Istana Putri Hijau, merupakan istana kebesaran Kerajaan Deli. Istana ini didominasi warna 1.Sejarah Berdiri Istana Maimun, terkadang disebut juga Istana Putri Hijau, merupakan istana kebesaran Kerajaan Deli. Istana ini didominasi warna kuning, warna kebesaran kerajaan Melayu. Pembangunan istana

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017 SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG ARSITEKTUR BANGUNAN BERCIRI KHAS DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan Kota Yogyakarta tidak dapat dilepaskan dari keberadaan Keraton Yogyakarta yang didirikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1756. Berdirinya Keraton

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sosial dan ekonomi. Menurut undang undang kepariwisataan no 10

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sosial dan ekonomi. Menurut undang undang kepariwisataan no 10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sebuah aktivitas atau kegiatan yang kini telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di dunia. Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan

Lebih terperinci

Penyebarluasan Proklamasi yang cukup efektif dilakukan juga melalui media siaran radio.

Penyebarluasan Proklamasi yang cukup efektif dilakukan juga melalui media siaran radio. Tugas IPS. Drama : Sejak pagi hari sebelum naskah Proklamasi dikumandangkan, sejumlah pemuda yang mengikuti pertemuan di kediaman Maeda disibukkan dengan kegiatan menyebarkan berita Proklmasi. Dengan semangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata telah tumbuh menjadi suatu industri yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata telah tumbuh menjadi suatu industri yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata telah tumbuh menjadi suatu industri yang sangat menguntungkan dan memiliki prospek yang sangat cerah. Hal ini bisa di lihat dari berbagai indikator, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi, arus penyampaian informasi berkembang dengan cepat, apalagi didukung dengan teknologi canggih melalui berbagai media. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan

BAB I PENDAHULUAN. alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Bobonaro merupakan sebuah kabupaten yang memiliki kekayaan alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan banyaknya potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beragam budaya dan tradisi Indonesia membuat banyaknya kerajinan tradisional di Indonesia. Contohnya yang saat ini lagi disukai masyarakat Indonesia yaitu kerajinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh masyarakat khusunya generasi muda. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi membuat bangunan-bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dikutip dari pada Kamis, 10 April 2014 pukul WIB. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Dikutip dari  pada Kamis, 10 April 2014 pukul WIB. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandung merupakan daerah yang terkenal dengan berbagai macam wisata, seperti wisata kuliner dan belanja, selain itu Bandung juga menawarkan keindahan alam dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghasilkan devisa negara dengan mendatangkan wisatawan domestik

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghasilkan devisa negara dengan mendatangkan wisatawan domestik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu industri yang berkembang sangat pesat dan mampu menghasilkan devisa negara dengan mendatangkan wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia di Desa Panggungrejo sebagai berikut: 1. Perlawanan Terhadap Belanda Di Lampung ( )

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia di Desa Panggungrejo sebagai berikut: 1. Perlawanan Terhadap Belanda Di Lampung ( ) 58 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan maka, dapat disimpulkan bahwa Proses Perjuangan Lettu CPM Suratno dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Desa Panggungrejo

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Lokasi dan Letak Geografis Taman Rekreasi Kampoeng Wisata Cinangneng terletak di Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Lokasi ini berjarak 11 km dari Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan di Indonesia tahun terakhir ini makin terus digalakkan dan ditingkatkan dengan sasaran sebagai salah satu sumber devisa andalan di samping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata atau tourism adalah suatu perjalanan yang di lakukan untuk rekreasi atau liburan, dan juga persiapan yang di lakukan untuk melakukan aktivitas tersebut.

Lebih terperinci