BAB I PENDAHULUAN. pariwisata sehingga meningkatkan produktifitas. Dalam hal ini yang. Museum Benteng Vredeburg untuk mengembangkan fasilitas museum.
|
|
- Harjanti Leony Kusumo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan pariwisata adalah upaya untuk lebih meningkatkan sumber daya yang dim iliki oleh suatu obyek wisata dengan cara melakukan pembangunan unsur-unsur fisik maupun non fisik dari sistem pariwisata sehingga meningkatkan produktifitas. Dalam hal ini yang dimaksud dengan produktifitas obyek wisata berupa meningkatnya pendapatan daerah yang diperoleh dari kunjungan wisatawan yang masuk. Pengembangan pariwisata dalam penelitian ini adalah upaya tentang upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah, dalam hal ini pengelola Museum Benteng Vredeburg untuk mengembangkan fasilitas museum. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan dunia pariwisata dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan pariwisata dilakukan bukan hanya untuk kepentingan-kepentingan wisatawan mancanegara saja, namun juga untuk menggalakan kepentingan wisatawan dalam negeri. Pembangunan kepariwisataan pada hakekatnya untuk mengembangkan dan memanfaatkan obyek dan daya tarik wisata. Museum menurut ICOM (Internationale Council of Museums)(Buku Panduan Museum Benteng Vredeburg 2011) dalam kongresnya tanggal 14 Juni 1974 menyebutkan bahwa museum adalah sebuah lembaga yang 1
2 bersifat tetap dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda-benda materil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa. Museum juga merupakan lembaga non profit yang terbuka untuk umum, tempat memamerkan dan mengkomunikasikan benda-benda bukti keberadaan manusia dan lingkungannya untuk tujuan penelitian, pendidikan serta rekreasi yang sehat. (Drs. Djoko Dwiyanto dkk., 2004) Menurut definisi dalam Statuta ICOM, Kode Etik Museum dapat diartikan sebagai berikut: a) Museum adalah sebuah organisasi nirlaba dan merupakan institusi tetap yang bergerak di bidang jasa pelayanan masyarakat, dengan segala kegiatan pengembangannya, terbuka untuk umum dan memiliki fungsi konservasi, penelitian, komunikasi serta pameran, untuk tujuan-tujuan studi, edukasi dan rekreasi, berisi tentang bukti-bukti hasil budaya manusia dan lingkungannya. b) Definisi tersebut sebenarnya dapat diterapkan secara lebih fleksibel (tidak kaku) sesuai dengan peraturan yang berlaku, karakter lokalitas, struktur fungsional maupun orientasi pengelola terhadap koleksi yang akan dipamerkan. (Sumber: Drs. Djoko Dwiyanto dkk,, 2004) 2
3 Yogyakarta sebagai salah satu Daerah Istimewa di Indonesia yang terkenal sebagai kota pelajar dan kota budaya. Museum Benteng Vredeburg adalah bangunan bekas benteng yang berada di Jl. Ahmad Yani No.6 Yogyakarta di kawasan nol kilometer. Lokasinya berhadapan dengan Gedung Istana Presiden (Gedung Agung) dan bersebelahan dengan pasar tradisional Pasar Beringharjo. M useum menempati bangunan bekas benteng militer kolonial Belanda. Kompleks benteng tersebut didirikan pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamnegkubuwono I tahun Dulu, benteng itu bernama Rustenburg, yang berarti tempat peristirahatan dan kemudian berganti nama menjadi Vredeburg yang berarti benteng pertahanan. Keberadaan Museum Benteng Vredeburg yang kini menjadi sebuah museum khusus sejarah perjuangan nasional kebanggaan Bangsa Indonesia terutama rakyat Yogyakarta. Keberadaan Benteng Vredebrug Yogyakarta memantapkan Kota Yogyakarta sebagai kota sejarah, kota wisata, dan kota pendidikan. Museum ini menyimpan banyak informasi sejarah perjuangan dalam rangka merintis, mencapai, mempertahankan, dan mengisi kemerde kaan. Meskipun Benteng Vredeburg berdiri pada masa kejayaan Belanda, namun perlu di ingat bahwa bangunan yang megah, kokoh, dan indah ini diciptakan dari tangan-tangan rakyat Yogyakarta. Inilah poin yang membanggakan bangsa dan sudah selayaknya para generasi muda menghargainya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pelestarian terhadap museum Benteng Vredebrug yang juga ditetapkan sebagai Benda Cagar 3
4 Budaya (BCB). Pelestarian bukan berarti simbol pengagungan kejayaan kolonial Belanda, namun lebih kepada pelestarian untuk mendapatkan fungsi baru sebagai sumber informasi dan aspirasi perjuangan nasional bagi generasi yang akan datang. Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada pengunjung, Museum Benteng Vredeburg melakukan revitalisasi terhadap ruang audio visual Museum Benteng Vredeburg sebagai sarana utama pengenalan pengunjung mengenai sejarah dan pengenalan koleksi Museum Benteng Vredeburg. Salah satu ruangan yang masih harus dikembangkan dalam hal fasilitas untuk peningkatan pelayanan pengunjung adalah ruang audio visual. Ruang audio visual merupakan bentuk penyajian ruang mini studio yang berfungsi sebagai ruang penyimpanan dan menayangkan film dokumenter sejarah serta Pengenalan Museum Benteng Vredeburg. Selain sebagai ruang pemutaran film, dahulu pengunjung juga pernah memanfaatkan ruangan untuk diskusi film, bedah film, dan festival film. Ruang audio visual di Museum Benteng Vredeburg memiliki peranan yang sangat penting sebagai salah satu destinasi pengunjung Museum Benteng Vredeburg, akan tetapi fasilitas yang ada di ruang audio visual ini kurang menunjang untuk dalam hal penampilan dan penyajian di ruang audio visual memberikan kenyamanan bagi pengunjung. Oleh karena hal diatas, maka penulis akan menjadikan obyek penelitian untuk Tugas Akhir 4
5 dengan judul "Strategi Pengembangan Fasilitas di Ruang Audio Visual Pada Museum Benteng Vredeburg. B. Rumusan Masalah Hal mengenai Strategi Pengembangan Fasilitas Ruang Audio Visual di Museum Benteng Vredeburg menurut penulis dapat ditinjau sebagai suatu masalah yang akan diteliti dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penyajian Ruang Audio Visual Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta? 2. Apa saja potensi yang dimiliki Ruang Audio Visual Museum Benteng Vredeburg? 3. Strategi apa saja yang bisa dilakukan untuk mengembangkan fasilitas Ruang Audio Visual sehingga menjadi daya tarik wisatawan? C. Tujuan Penelitian Sebagaimana tersebut dalam Rumusan Masalah, maka tujuan penelitian yang penulis lakukan adalah dengan maksud: 1. Untuk mengetahui potensi dan penyajian Ruang Audio Visual dalam Museum Benteng Vredeburg dengan kondisi saat ini secara langsung berdasarkan pengamatan peneliti dan wawancara narasumber. 2. Untuk memberikan masukan bagi Museum Benteng Vredeburg dalam strategi pengembangan fasilitas Ruang Audio Visual. 5
6 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat pembuatan Tugas A khir ini, bagi pribadi penulis Selain untuk menambah wawasan, ilmu pengetahuan dan pengalaman kerja juga terutama guna memenuhi syarat meraih gelar Ahli Madya dari Progran Diploma III Kepariwisataan, Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada. 2. Manfaat bagi Museum Benteng Vredeburg Bermanfaat secara akademis maupun praktis di dunia kerja penulis dan masyarakat nantinya, terutama dalam sistem pengelolaan museum dan ruang audio visual secara umum dan khususnya di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. 3. Manfaat bagi Wisatawan Diharapkan dapat menginspirasiwisatawan khususnya generasi muda dalam membuat sejarah baru untuk nusa dan bangsanya. E. Tinjauan Pustaka Memahami kutipan Ika Setia Pambudi (Laporan Tugas Akhir, 2010) berdasarkan definisi yang diberikan ICOM (International Council of Museums), organisasi permuseuman di bawah Badan UNESCO Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), museum adalah lembaga bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani kepentingan umum dan perkembangannya, terbuka untuk umum yang mengumpulkan, merawat, meneliti, mengkonsum si dan memamerkan bukti-bukti material manusia dan lingkungannya untuk tujuan studi, pendidikan dan rekreasi. 6
7 F. Landasan Teori I. Dari pengertian museum menurut ICOM tersebut dapat diuraikan makna yang terkandung di dalamnya: 1. Museum merupakan sebuah lembaga tetap dan tidak mencari keuntungan 2. Museum melayani masyarakat untuk kepentingan perkembangannya dan terbuka untuk umum. 3. Museum menghimpun barang-barang pembuktian material manusia dan lingkungannya. 4. Museum memelihara dan mengawetkan koleksinya untuk dipergunakan sebagai sarana kom unikasi dengan pengunjungnya. 5. Kegiatan yang dilaksanakan oleh museum adalah untuk kepentingan studi, pendidikan dan rekreasi. Selanjutnya tugas-tugas museum menurut pengertian tersebut adalah memperoleh (acquire), melestarikan (conserve), meneliti (research), mengkomunikasikan (communicate) dan memamerkan (exhibit) bendabenda bukti material atau bukti bendawi manusia dan lingkungannya. Satu kata dalam uraian di atas yang sangat perlu mendapatkan perhatian adalah mengkomunikasikan. Seberapa besar informasi yang terkandung dalam benda-benda koleksi museum, tidak akan bermanfaat apa-apa jika gagal dikomunikasikan kepada masyarakat. Karena pada 7
8 dasarnya museum diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat bukan bendanya. Satu cara yang dipandang cukup efektif untuk mengkomunikasikan koleksi museum dengan cara pameran. Dalam ranah permuseuman, dikenal adanya museum umum dan museum khusus. Hal yang membedakannya adalah spesifikasi koleksi yang dikelolanya. Museum umum adalah museum yang mengelola koleksi yang dapat mendukung pengembangan berbagai macam ilmu pengetahuan. Yang menarik adalah museum khusus. Museum khusus adalah museum yang hanya mengelola koleksi yang hanya mendukung pengembangan satu ilmu pengetahuan saja. Misalnya sejarah perjuangan, biologi dan seni lukis. Oleh karena itu dalam museum khusus akan dikenal adanya museum seni lukis, museum sejarah perjuangan,museum transportasi dan m useum kereta api. (Buku Panduan Museum Benteng Vredeburg 2014) Kata museum berasal dari bahasa bangsa Yunani kuno museion yang artinya kuil untuk melakukan pemujaan terhadap sembilan dewi muse. Selanjutnya pengertian Museum dapat dipahami melalui definisi beberapa pendapat sebagai berikut: Menurut Boyer (1996), yang dikutip Techonly13 s Blog mengacu dari dunia kepurbakalaan, museum mempunyai dua pengertian yaitu tempat para muses serta tempat ilmu pengetahuan dan menuntut ilmu seperti pada museum Alexandria yang didirikan pada abad ke-3 sebelum Masehi. 8
9 Pada umumnya masyarakat masih memandang museum sebagai suatu tempat atau lembaga yang bersuasana statis. Namun seharusnya hal ini tidak menjadi suatu halangan bagi masyarakat untuk tidak mengunjungi museum. Karena di balik kekakuannya, museum juga memperkenalkan proses perkembangan sosial budaya dari suatu lingkungan (bahkan keberadaan suatu bangsa) kepada masyarakat. Masyarakat juga bisamenggunakan museum sebagai sarana belajar, selain sebagai tempat rekreasi. (Wikipedia Bahasa Indonesia) II. Museum Menurut Lingkungan Kedudukannya Sementara, berdasarkan lingkungan kedudukannya museum sebagai berikut: A. Museum Nasional adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal dari mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan lingkungannya dari seluruh wilayah Indonesia yang bernilai nasional. B. Museum Propinsi adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal dari mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan lingkungannya dari wilayah propinsi tertentu. C. Museum Lokal adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal dari mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan lingkungannya dari wilayah 9
10 kabupaten atau kotamadya tertentu.(pedoman Pengelolaan Museum 2004) III. Museum Menurut Penyelenggaranya Menurut penyelenggaranya museum sebagai berikut: A. Museum Pemerintah adalah museum yang diselenggarakan dan dikelola oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. B. Museum Swasta adalah museum yang diselenggarakan dan dikelola oleh swasta.(pedoman Pengelolaan Museum 2004) IV. Prinsip dasar yang harus dipenuhi museum dalam statuta ICOM: 1) Konstitusi (sesuai peraturan perundangan yang berlaku) Museum harus memiliki landasan konstitusional sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku. 2) Finansial Museum harus memiliki kemampuan keuangan untuk melindungi koleksi-koleksinya sekaligus operasionalnya. 3) Kerjasama museum dan organisasi pendukung lainnya Museum sangat tergantung pada masyarakat luas dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Banyak museum yang memiliki sahabat dan organisasi pendukung. Masing-masing institusi tersebut bertanggungjawab untuk turut serta dalam 10
11 mendukung, berkontribusi, dan membantu m useum untuk tetap dapat melaksanakan tugas-tugas dan fungsinya secara harmonis. 4) Edukasional dan peran komunitas terhadap museum Museum memiliki tanggungjawab terhadap komunitas terkait dengan fungsi-fungsinya sekaligus kedudukannya sebagai fasilitas umum. Demikian pula masyarakat yang juga memiliki kewajiban untuk turut serta dalam memelihara dan mengembangkan museum. 5) Dapat diakses untuk umum Museum baik secara fisik maupun intelektualitas harus dapat diakses untuk umum (sejauh dalam koridor yang masih dapa t dipertanggungjawabkan). 6) Penyediaan tenaga-tenaga pendukung yang memadai Museum seharusnya memiliki staf dengan kemampuan yang sesuai dan memadai guna mendukung bagi kepentingan museum itu sendiri. 7) Fungsi memamerkan, display dan kegiatan khusus lainnya Museum berfungsi sebagai tempat pameran koleksi sekaligus penyebarluasan informasi baik pendidikan maupun ilmu pengetahuan melalui kegiatan penelitian, pameran tetap maupun kegiatan-kegiatan lain yang bersifat temporer dan diselenggarakan secara khusus. 8) Aktivitas-aktivitas lain yang mampu menghasilkan pendapatan benda yang diduga 11
12 Museum diberikan kesempatan untuk dapat memperoleh pendapatan tambahan selain dari pendapatan tetap, misalnya dengan adanya kafetaria atau art shop dan lain sebagainya dalam batas-batas yang dapat dipertanggungjawabkan. (Pedoman Pengelolaan Museum 2004) Fasilitas dapat diperoleh dari pihak internal pengelola maupun dari pihak luar museum. Fasilitas ditujukan untuk meningkatkan fungsi museum sebagai salah satu ruang publik. Bentuk fasilitas misalnya penyediaan jasa bagi penelitian suatu benda yang diduga atau diidentifikasi sebagai benda peninggalan budaya, menjadikan museum sebagai sarana atau fasilitas kegiatan kemasyarakatan, contoh adalah pemanfaatan Museum Benteng Vredeburg untuk kegiatan festival kesenian dan pameran hasil kerajinan, peminjaman koleksi oleh instansi lain untuk kepentingan tertentu seperti pameran dan ceramah. Kegiatan tersebut perlu untuk dituangkan dalam suatu peraturan yang akan menjadi mekanisme kontrol museum sehingga tidak menyimpang dari prosedur dan tata laksana museum yang ada. G. Metode Penelitian dan Penulisan 1. Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang bukan berbentuk angka, akan tetapi berupa uraian kata -kata, ungkapan yang dipergunakan untuk pembahasan Strategi Pengembangan Fasilitas Ruang Audio Visual. Data kualitatif 12
13 dikum pulkan dengan teknik Observasi, Wawancara dan D okumen yang ada. 2. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dilakukan dengan teknik Observasi, Wawancara dan Studi Pustaka yaitu: a). Observasi Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung di lokasi penelitian untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai fasilitas ruang audio visual Museum Benteng Vredeburg. Observasi dilakukan dengan teknik pencatatan dan dilengapi dengan Dokumen foto. b). Wawancara Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan tanya jawab secara langsung antar peneliti dengan informasi. c). Studi Kepustakaan Studi Kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data dengan mengacu kepada dokumen-dokumen, terutama buku mengenai koleksi Museum Benteng Vredeburg serta hasil penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan permasalahan untuk memperkuat data penelitian. 3. Teknik Analisis Data a). Analisis Kualitatif 13
14 Analisis Kualitatif yaitu analisis yang menguraikan, menggambarkan dan menjelaskan mengenai potensi dan strategi pengembangan pengelolaan ruang audio visual Museum Benteng Vredeburg b). Analisis SWOT Analisis SWOT merupakan singkatan dalam Bahasa Inggris dari Strenghts(Kekuatan), Weaknesses (Kelemahan), Opportunities (Kesempatan) dan Threatss (Ancaman). Analisis SWOT mengidentifikasi strategi yang memungkinkan dilakukan dengan cara melihat peluang dan potensi yang ada dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki dan sekaligus memperbaiki kelemahan untuk mengatasi ancaman-ancaman yang mungkin terjadi dalam pengelolaan Strategi Pengembangan Fasilitas di Ruang Audio Visual. 4. Waktu dan Tempat Pelaksana Penulis melakukan praktik kerja lapangan/penelitian untuk Tugas Akhir ini selama 3 (tiga) bulan, terhitung mulai tanggal 01 Februari 2014 sampai dengan 30 April 2014 di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, dengan waktu kerja pukul WIB dan setiap hari kerja pada hari Selasa sampai Sabtu dalam melayani wisatawan. H..Sistematika Penulisan Penulisan Tugas Akhir ini akan disajikan dalam 4 Bab, meliputi: 14
15 Bab 1. Pendahuluan, yang akan menyajikan mengenai: Latar belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat penelitian, Tinjauan pustaka, Landasan teori dan Metode penelitian&penulisan. Bab II. Menguraikan tentang Museum Benteng Vredeburg mengenai hal-hal: Sejarah Benteng Vredeburg, Penetapan sebagai Museum Benteng Vredeburg, Sejarah Pemanfaatan Benteng Vredeburg, Profil Museum Benteng Vredeburg. Bab III. Menganalisi atas Rumusan Masalah Strategi Pengembangan Fasilitas di Ruang Audio Visual Museum Benteng Vredeburg, yang terdiri atasruang lingkup keberadaan ruang audio visual sebagai bagian fasilitas museum. Selain itu juga mengamati kondisi fasilitas audio visual sebagai penampilan dalam meningkatkan aktivitas pengunjung yang terdiri atas Penataan ruang & Kondisi fasilitas, serta Dukungan dan evaluasi hasil pengamatan (observasi). Bab IV. Penutup laporan Tugas Akhir dengan menyampaikan Kesimpulan dan Saran dari penulis. Selanjutnya berikut lembar-lembar halaman yang berhubungan dengan penyajian Tugas Akhir ini, berupa pengesahan akademik, persembahan penulis, kata pengantar, lampiran peta, fotografi, dokumentasi, dan data statistik. 15
BAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu aset yang menguntungkan bagi suatu negara. Dalam UU
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan sebuah industri yang memiliki jaringan yang luas. Pariwisata adalah kegiatan dinamis yang melibatkan banyak manusia serta menghidupkan berbagai
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM
BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM 2.1 Pengertian dan Sejarah Museum Dalam era pembangunan teknologi yang cepat berkembang dewasa ini, peranan museum sangat diharapkan untuk mengumpulkan, merawat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri pada akhir dekade pertama abad ke-19, diresmikan tanggal 25 September 1810. Bangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Budaya, salah satu bentuk pemanfaatan cagar budaya yang diperbolehkan adalah untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, salah satu bentuk pemanfaatan cagar budaya yang diperbolehkan adalah untuk kepentingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. budaya karena dapat membantu melestarikan warisan budaya sebagai jati diri
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata budaya merupakan salah satu jenis pariwisata yang memanfaatkan perkembangan potensi hasil budaya manusia sebagai objek daya tariknya. Jenis wisata ini
Lebih terperinciMengenal Beberapa Museum di Yogyakarta Ernawati Purwaningsih Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta
Mengenal Beberapa Museum di Yogyakarta Ernawati Purwaningsih Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta Diantara banyak peninggalan bangunan bersejarah di Kota Yogyakarta adalah museum. Sebenarnya di Yogyakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia itu bisa menjadi bosan dan hasil kerjanya tidak akan maksimal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap manusia membutuhkan hiburan untuk melepaskan diri dari padatnya aktivitas sehari-hari. Pekerjaan dan rutinitas yang dilakukan setiap hari membutuhkan konsentrasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keragaman budaya, alam dan sejarah peninggalan dari nenek moyang sejak zaman dahulu, terbukti dengan banyaknya ditemukan
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. tahun Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta telah melaksanakan
BAB VI PENUTUP Untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat terhadap museum, pada tahun 2006-2012 Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta telah melaksanakan program publik. Keterlibatan masyarakat dalam program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Prima Charismaldy Ramadhan, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki banyak daya tarik didalamnya, termasuk pariwisata. Selain memiliki banyak nilai sejarah dan menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul 1.2 Pengertian Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) ini mengambil judul Museum Telekomunikasi di Surakarta. Berikut ini adalah pengertian dari judul tersebut. 1.2 Pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Neufeld ed. in chief, 1988; Webster New World Dict
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. Museum dalam Sejarahnya Keberadaan museum sampai sekarang dipandang sebagai lembaga-lembaga konservasi, ruangan-ruangan pameran atas peninggalan dan tempat-tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan dunia pariwisata dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. seni dan budaya yang dimiliki merupakan ciri kepribadian bangsa. Salah satu
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki warisan dari nenek moyang berupa keanekaragaman seni dan budaya yang harus dilestarikan. Hal ini karena keanekaragaman seni dan budaya yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang mempunyai keistimewaan tersendiri. DIY dipimpin oleh seorang sultan dan tanpa melalui pemilihan
Lebih terperinci- 4 - MEMUTUSKAN: Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Daerah Provinsi adalah Pemerintah Daerah
- 2-4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jogi Morrison, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah museum di Indonesia dapat dikatakan yang paling tua dalam kegiatan mengumpulkan benda-benda aneh dan ilmu pengetahuan, menyimpan dan memamerkannya kepada masyarakat.
Lebih terperinciI. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik
Lebih terperinciBAB I Pengembangan Museum Kereta Api di Ambarawa Penekanan pada fasilitas museum yang Variatif dan atraktif
BAB I Pengembangan Museum Kereta Api di Ambarawa Penekanan pada fasilitas museum yang Variatif dan atraktif 1.1. Latar Belakang Pengertian museum kereta api yaitu suatu tempat atau lokasi dimana didalamnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Keadaan Museum di Indonesia Keberadaan museum di dunia dari zaman ke zaman telah melalui banyak perubahan. Hal ini disebabkan oleh berubahnya fungsi dan tugas
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 112 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapat yang menganggap bahwa perkembangan sektor pariwisata selama ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan di Indonesia telah tumbuh dan berkembang menjadi suatu industri yang berdiri semenjak beberapa tahun terakhir ini. Namun rupanya ada pendapat yang menganggap
Lebih terperinciRENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1
RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan daerah tujuan wisata utama setelah Bali.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yogyakarta merupakan daerah tujuan wisata utama setelah Bali. Berbagai jenis obyek wisata dikembangkan di wilayah ini, seperti wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain. Permintaan akan barang dan jasa ini terus meningkat sesuai dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan manifestasi gejala naluri manusia sejak purbakala, yaitu hasrat untuk mengadakan perjalanan, lebih dari itu pariwisata dengan ragam motivasinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Istilah atau nama museum sudah sangat dikenal oleh rakyat Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Istilah atau nama museum sudah sangat dikenal oleh rakyat Indonesia termasuk oleh rakyat yang ada di Sumatera Utara. Secara umum mereka sudah mengetahui bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 2009, Daya Tarik Wisata
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 2009, Daya Tarik Wisata dijelaskan sebagai Segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai yang berupa keanekaragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gina Noprianti, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri pariwisata di Indonesia kini semakin berkembang, dilihat dari Indonesia yang memiliki banyak potensi dan kekayaan alam dan kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dunia kepariwisataan merupakan salah satu industri yang dapat memberikan kontribusi sebagai pemasukan devisa bagi negara. Pariwisata diandalkan oleh banyak negara di
Lebih terperinciPERTEMUAN 2. Bahan Ajar 2. Ruang Lingkup dan Pengertian Museologi, Museum Dan Permuseum
PERTEMUAN 2 Bahan Ajar 2. Ruang Lingkup dan Pengertian Museologi, Museum Dan Permuseum A. PENDAHULUAN Dalam sejarah museum dapat dilihat terjadinya perubahan-perubahan yang bersifat perluasan fungsi museum.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan hidup sebuah bangsa dan menyimpan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang mencerminkan kekayaan
Lebih terperinci2015 PERANAN MEDIA VISUAL TERHADAP DAYA TARIK WISATA DI MUSEUM GEOLOGI BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daya tarik wisata berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009 merupakan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebuah bangsa dan menyimpanan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Museum merupakan tempat sangat bernilai dalam perjalanan hidup sebuah bangsa dan menyimpanan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang mencerminkan kekayaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan
Lebih terperinciBAGAIMANA MENDIRIKAN SEBUAH MUSEUM
BAGAIMANA MENDIRIKAN SEBUAH MUSEUM Wawan Yogaswara A. Apakah itu museum? Museum menurut International Council of Museums (ICOM) adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata atau tourism adalah suatu perjalanan yang di lakukan untuk rekreasi atau liburan, dan juga persiapan yang di lakukan untuk melakukan aktivitas tersebut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layaknya fenomena alam yang telah terjadi di dunia ini, evolusi makhluk hidup termasuk ke dalam subyek bagi hukum-hukum alam yang dapat di uji melalui berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogyakarta adalah kota yang sedang mengalami perkembangan pada sektor perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun dimana-mana. Akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, selain itu juga dikenal sebagai kota
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, selain itu juga dikenal sebagai kota budaya dan juga pariwisata. Salah satu sektor yang berperan penting dalam pendapatan daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi, arus penyampaian informasi berkembang dengan cepat, apalagi didukung dengan teknologi canggih melalui berbagai media. Globalisasi
Lebih terperinciMuseum Spiritualitas Kejawen
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MUSEUM SPIRITUALITAS KEJAWEN 2.1 Tinjauan Umum Permuseuman 2.1.1 Pengertian Museum Berdasarkan sejarahnya, istilah museum sebenarnya merujuk pada nama sebuah kuil yang diperuntukkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian museum adalah sebagai berikut : benda seni dan pengetahuan. bahwa : (Dirjen Kebudayaan Depdikbud, 1984)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian museum adalah sebagai berikut : 1. Dalam kamus Oxford disebut bahwa museum berasal dari kata mousa yang berarti arah. Pengertian ruang atau tempat untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh Menteri Pariwisata kepada Kompas.com, bahwa berdasarkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakan oleh pemerintah. Hal ini disebabkan pariwisata mempunyai peran yang sangat penting
Lebih terperinciMUSEUM BATIK YOGYAKARTA Oleh : Pinasthi Anindita, Bharoto, Sri Hartuti Wahyuningrum
MUSEUM BATIK YOGYAKARTA Oleh : Pinasthi Anindita, Bharoto, Sri Hartuti Wahyuningrum Kerajinan batik merupakan kerajinan khas Indonesia yang merupakan warisan budaya lokal dan menjadi warisan budaya yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Studio Konsep Perancangan Arsitektur (SKPA) ini berjudul Ambarawa Heritage Resort Hotel. Untuk mengetahui maksud dari judul dengan lebih jelas maka perlu diuraikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merawat, meneliti, dan memamerkan benda-benda yang bermakna penting bagi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Museum merupakan lembaga yang bertugas untuk mengumpulkan, merawat, meneliti, dan memamerkan benda-benda yang bermakna penting bagi kebudayaan dan ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I.1.1. Perkembangan Pos di Dunia. Pada Tahun 1505 munculah sebuah rute pengantar pos pertama di Eropa dan pada abad ke-19 lahirlah sebuah Kantor Pos yang melayani
Lebih terperinciMUSEUM GEOLOGI BLORA
TUGAS AKHIR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR MUSEUM GEOLOGI BLORA Diajukan sebagai Pelengkap dan Syarat Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun oleh :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Museum adalah suatu lembaga institusi yang permanen yang melayani kepentingan masyarakat dan kemajuannya, terbuka untuk umum, tidak mencari keuntungan, yang
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata
1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata saat ini menjadi sebuah kebutuhan bagi berbagai elemen masyarakat. Pariwisata dalam UU NOMOR
Lebih terperinciKAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D
KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sepatutnyalah potensi Sumberdaya Budaya (Culture Resources) tersebut. perlu kita lestarikan, kembangkan dan manfaatkan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki paling banyak warisan budaya dibandingkan dengan negara-negara tetangga atau setidaknya di kawasan Asia Tenggara. Jawa Barat sendiri memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam pemasaran. Menurut Carl I. Hovland 1, Ilmu komunikasi adalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan proses penting dalam segala proses kehidupan, termasuk dalam pemasaran. Menurut Carl I. Hovland 1, Ilmu komunikasi adalah upaya yang
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dahulu wisata dianggap kegiatan untuk kalangan tertentu dan bukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dahulu wisata dianggap kegiatan untuk kalangan tertentu dan bukan termasuk kebutuhan utama. Tapi sekarang wisata menjadi suatu kebutuhan, setiap orang perlu berwisata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Gudeg, Kota Pelajar, Kota Budaya dan Kota Sejarah. Dari julukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi di berbagai negara. Banyak negara menjadikan pariwisata sebagai sektor ungglan dalam memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara yang sangat unik di dunia. Suatu Negara
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia salah satu negara yang sangat unik di dunia. Suatu Negara kepulauan dengan beraneka ragam kekayaan alam dan budaya, berbagai produk agrikultur iklim
Lebih terperinci17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN
17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN A. KEBIJAKAN PROGRAM Kebijakan Program Urusan Wajib Kebudayaan dititikberatkan pada pengembangan seni dan budaya sebagai daya tarik wisata. Hal tersebut didasarkan dengan pertimbangan
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan kota dengan lintasan sejarah yang cukup panjang, dimulai pada tanggal 13 Februari 1755 dengan dilatari oleh Perjanjian Giyanti yang membagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata budaya diyakini memiliki manfaat positif secara ekonomi dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata budaya diyakini memiliki manfaat positif secara ekonomi dan sosial budaya. Jenis pariwisata ini dapat memberikan keuntungan ekonomi kepada masyarakat lokal,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi.
PENDAHULUAN BAB 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Museum Negeri Provinsi Papua telah dirintis sejak tahun 1981/ 1982 oleh Kepala Bidang Permuseuman, Sejarah dan Kepurbakalaan Departemen Pendidikan
Lebih terperinciTAHAPAN CAPAIAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 ESELON II DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KAB. HULU SUNGAI SELATAN
TAHAPAN CAPAIAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 ESELON II DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KAB. HULU SUNGAI SELATAN NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA 1 Meningkatkan Jumlah Persentase kunjungan wisatawan
Lebih terperinciTabel 1.1. Data kunjungan wisatawan ke kota Bandung Tahun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kota Bandung merupakan kota pariwisata di Indonesia karena kota Bandung sudah menjadi tujuan wisata para wisatawan baik itu wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara.
Lebih terperinciRINGKASAN DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH PEMERINTAH ACEH TAHUN ANGGARAN 2016
Halaman : RINGKASAN DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH PEMERINTAH ACEH TAHUN ANGGARAN 06 DPASKPA Urusan Pemerintahan Organisasi :.7. KEBUDAYAAN :.7.0. DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat dimana berbagai informasi yang berkaitan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Museum merupakan tempat dimana berbagai informasi yang berkaitan dengan sejarah dan budaya dikumpulkan dan disimpan. Pengertian tersebut sesuai dengan arti dari bahasa
Lebih terperincipokok arti atau hakekat arti Art Gallery, yaitu : merupakan
BAB III GALERI SENI LUKIS DI YOGYAKARTA 3.1. Pengertian Ada beberapa pengertian Galeri Seni (Art Gallery) yang antara lain : a. Menurut Amri Yahya.10 Galeri Seni adalah suatu tempat pemajangan benda-benda
Lebih terperinciPERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D
PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D 003 381 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Museum adalah lembaga permanen dan tempat terbuka yang bersifat umum. Museum memiliki fungsi sebagai tempat atau sarana untuk merawat, menyajikan, menyimpan, melestarikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Museum Sri Baduga merupakan Museum umum yang di dalamnya terdapat koleksi peninggalan sejarah ilmu, seni, dan budaya yang ada di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Museum adalah suatu tempat yang menyimpan benda-benda bersejarah yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran dan pariwisata. Menurut KBBI edisi IV,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Galeri Nasional Indonesia (GNI) merupakan salah satu lembaga kebudayaan berupa museum khusus dan pusat kegiatan seni rupa, sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Sebagai daerah terluas di Provinsi Gorontalo, Kabupaten Gorontalo memiliki beragam obyek wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi.
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan
BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Objek Wisata Candi Muaro Jambi Candi Muaro Jambi terletak di Kabupaten Muaro Jambi, tepatnya di Kecamatan Muaro Sebo, Provinsi Jambi. Lokasi candi
Lebih terperinciMEMUTUSKAN: : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA.
Menimbang Mengingat BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 61 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI : a. bahwa cagar budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bandung merupakan kota yang identik dengan pariwisata, mulai dari wisata alam, wisata kuliner, wisata belanja, wisata tempat bersejarah, dan masih banyak lagi.
Lebih terperinci2015 PENGEMBANGAN RUMAH BERSEJARAH INGGIT GARNASIH SEBAGAI ATRAKSI WISATA BUDAYA DI KOTA BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa yang besar adalah bangsa yang yang menghargai sejarah. Mempelajari sejarah berarti belajar dari pengalaman tentang hal yang telah terjadi di masa lalu. Keberhasilan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN OBJEK RANCANGAN. Judul Perancangan yang terpilih adalah Gorontalo Art Gallery Centre, dengan
BAB II TINJAUAN OBJEK RANCANGAN 2.1. Pengertian Judul Judul Perancangan yang terpilih adalah Gorontalo Art Gallery Centre, dengan pengertian sebagai berikut. Gorontalo adalah nama dari daerah Provinsi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permainan tradisional atau sering disebut dengan permainan rakyat yang merupakan permainan anak yang sudah ada pada zaman nenek moyang kita dan kemudian turun menurun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malioboro adalah jantung Kota Yogyakarta yang tak pernah sepi dari pengunjung. Membentang di atas sumbu imajiner yang menghubungkan Kraton Yogyakarta, Tugu dan puncak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ±
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ± 18.110 pulau yang dimilikinya dengan garis pantai sepanjang 108.000 km. Negara Indonesia memiliki potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan pariwisata di Indonesia dewasa ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan tersebut dilihat dari jumlah wisatawan mancanegara yang mengunjungi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1995 TENTANG PEMELIHARAAN DAN PEMANFAATAN BENDA CAGAR BUDAYA DI MUSEUM
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1995 TENTANG PEMELIHARAAN DAN PEMANFAATAN BENDA CAGAR BUDAYA DI MUSEUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 22
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di Negara Indonesia ini banyak sekali terdapat benda-benda
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Negara Indonesia ini banyak sekali terdapat benda-benda peninggalan bersejarah dan purbakala yang merupakan warisan dari nenek moyang bangsa ini. Peninggalan
Lebih terperinciSulawesi Selatan sebagai Tujuan Wisata Utama di Indonesia pada tahun 2018
BAB IV. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Visi merupakan cara pandang jauh ke depan mengenai gambaran keberhasilan yang ingin dicapai pada kurun waktu tertentu. Visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Lebih terperinciMUSEUM GUNUNG KRAKATAU DI ANYER, BANTEN
MUSEUM GUNUNG KRAKATAU DI ANYER, BANTEN MUSEUM GUNUNG KRAKATAU DI ANYER, BANTEN Oleh : Bayu Aditya Perdana, Resza Riskiyanto, Djoko Indrosaptono Gunung Krakatau terletak ditengah laut. Tepatnya di Selat
Lebih terperinciMUSEUM BATIK PEKALONGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR MUSEUM BATIK PEKALONGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik
Lebih terperinciBAB 2 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN NILAI-NILAI LUHUR
BAB 2 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN NILAI-NILAI LUHUR A. KONDISI UMUM bangsa yang dilandasi nilai luhur berdasarkan Pancasila dan bercirikan Bhinneka Tunggal Ika diupayakan agar senantiasa
Lebih terperinciLANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN SOBOKARTTI SEBAGAI JAVA HERITAGE CENTER
TUGAS AKHIR 111 PERIODE APRIL SEPTEMBER 2010 LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN SOBOKARTTI SEBAGAI JAVA HERITAGE CENTER OLEH : RAGIL RINAWATI NIM : L2B 006 067 DOSEN PEMBIMBING
Lebih terperinciBUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEPEMUDAAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengunjungi museum berasal dari berbagai kelompok pendidikan. Siswa baik dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Museum merupakan salah satu tempat belajar yang bisa dikunjungi oleh siapa pun baik pengunjung yang masih sekolah maupun orang dewasa. Pengunjung yang mengunjungi
Lebih terperinciKelompok I Kebijakan Pemerintah dalam Pengembangan Museum sebagai Penunjang Proses Belajar Mengajar.
Selasa 17 Mei 2017 Kelompok I Kebijakan Pemerintah dalam Pengembangan Museum sebagai Penunjang Proses Belajar Mengajar. Fasilitator: Gatot Ghautama Membuka diskusi pada pukul 14.00 WIB Mendiskusikan tiga
Lebih terperinciBAB 2 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN NILAI-NILAI LUHUR
BAB 2 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN NILAI-NILAI LUHUR BAB 2 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN NILAI-NILAI LUHUR A. KONDISI UMUM bangsa yang dilandasi nilai luhur berdasarkan Pancasila
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN PROYEK
BAB III PERENCANAAN PROYEK 3.2.1 Deskripsi Proyek Judul : Taman Budaya Sunda Lokasi : Wilayah Pasirlayung Cimenyan, Bandung Sifat Proyek : Non Institusional semi komersial Status : Fiktif, dikelola oleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia kaya akan keragaman warisan sejarah, seni dan budaya yang tercermin dari koleksi yang terdapat di berbagai museum di Indonesia. Dengan tujuan untuk mempromosikan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pengelolaan yang sejauh ini dilaksanakan hampir sebagian besar tidak sesuai
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Hasil evaluasi pengelolaan Menara Pakaya menunjukkan bahwa pengelolaan yang sejauh ini dilaksanakan hampir sebagian besar tidak sesuai dengan indikator pariwisata
Lebih terperinciTIPOLOGI MUSEUM, fachrimuhammadabror A. Definisi Museum
TIPOLOGI MUSEUM, fachrimuhammadabror A. Definisi Museum Museum berdasarkan definisi yang diberikan International Council of Museums, adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
103 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Museum Taman Prasasti adalah salah satu museum di Jakarta yang mempunyai daya tarik dan keunikan tersendiri. Daya tarik tersebut berupa lokasi museum yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. Perkembangan suatu kota dari waktu ke waktu selalu memiliki daya tarik untuk dikunjungi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Museum, menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995, adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda-benda bukti materil
Lebih terperinciLAMPIRAN XVII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010
LAMPIRAN XVII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 Q. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URUSAN 1. Kebijakan Bidang Kebudayaan
Lebih terperinciPresentasi SAKIP. Kabupaten Magetan SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Presentasi SAKIP Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Magetan SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH RENCANA STRATEGIS TRANSISI DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN MAGETAN TAHUN 017-018
Lebih terperinci