DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN"

Transkripsi

1 DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Sejarah dan Kedaan Alam Desa Lagasa Desa Lagasa didirikan tahun 1977, hasil relokasi penduduk sebanyak 130 kk oleh pemerintah setempat dari Kelurahan Wamponiki, 8 km sebelah utara wilayah Lagasa sekarang ini. Belum jelas mengapa pemerintah melakukan relokasi penduduk tersebut. Menurut pegawai pada Kantor Kecamatan Katobu pemindahan dilakukan karena wilayah tersebut menjadi sasaran perluasan dan pengembangan Kota Raha berupa program Reklamasi Pantai. Menurut Kepala Desa Lagasa Abidin, pada awalnya penduduk keberatan untuk direlokasi dan bertahan untuk tidak pindah. Hal tersebut disebabkan karena wilayah desa Lagasa dianggap tidak layak untuk dijadikan sebagai pemukiman penduduk. Selain itu penduduk juga harus meninggalkan lokasi yang strategis bagi pemasaran ikan hasil tangkapan. 16 Pada awal relokasi sejumlah 60 orang penduduk meninggal karena berbagai macam penyakit. Penduduk juga tidak diberikan ganti rugi yang layak sebagai kompensasi relokasi. 17 Secara administratif Desa Lagasa berada dalam wilayah Kecamatan Duruka Kabupaten Muna. Desa tersebut terletak di sebelah utara Raha, Ibukota Kabupaten Muna. Penamaan Lagasa adalah untuk mengganti nama desa di sebuah kecamatan yang ditinggalkan penduduknya pada tahun 1975 karena krisis air. Kecamatan Duruka merupakan kecamatan pemekaran Kecamatan Kota Katobu. Seluruh wilayah desa terletak di pesisir pantai dengan batas wilayah: Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Raha I, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Ghone Balano, sedangkan sebelah Barat dengan Kelurahan Palangga dan sebelah Timur berbatasan dengan Selat Buton. Kondisi jalan darat cukup baik dengan jarak tempuh 4 km menjadikan Lagasa mudah dijangkau dari dan ke pusat Kota Raha ibukota kabupaten sebagai pusat ekonomi, sosial dan perdagangan. Penduduk desa lebih memilih melakukan aktivitas ekonomi langsung ke ibukota kabupaten daripada ke ibukota kecamatan yang jaraknya juga sekitar 4 km. Dekatnya jarak dengan pusat kota serta tersedianya sarana transportasi umum membuka kesempatan bagi 16 Lokasi Kelurahan Wamponiki satrategis karena sangat dekat dengan Pasar Sentral Raha serta TPI setempat. 17 Wawancara dengan Kades Lagasa, Agustus 2007

2 penduduk desa untuk melakukan interaksi dengan penduduk kota maupun desadesa sekelilingnya. Oleh karena letaknya di sepanjang pantai, serta kondisi tanah yang kurang subur, menyebabkan mayoritas penduduk desa Lagasa memiliki mata pencaharian sebagai nelayan. Dominannya pantai dan perairan menyebabkan beberapa fasilitas desa dibangun pula di atas air. Bahkan anak-anak memanfaatkan waktu air laut surut (metti) untuk dapat bermain bola dan olahraga lainnya di tepi pantai. Tabel 1 berikut menunjukkan topografi desa didominasi (80%) oleh pantai dan pesisir. Wilayah seluas itu diperuntukkan bagi pemukiman umum seluas 230 Ha, tempat ibadah 10 Ha serta perkantoran dan sekolah masing-masing 5 Ha. Tabel 1. Topografi/Bentang Lahan Desa Lagasa Tahun No Bentang Lahan Luas (Ha) % 1. Daratan Pantai/Perairan Jumlah Sumber: Profil Desa Lagasa, Tahun Iklim di desa Lagas sama dengan pada umumnya iklim di Kabupaten Muna yakni iklim tropis dengan suhu rata-rata 25 o C - 27 o C berada pada katagori Iklim tipe D (agak kering), terdapat di Muna Utara dan bagian Timur. Perbandingan antara musim hujan dan musim kemarau relatif seimbang. Oleh karena dominannya wilayah perairan, penduduk desa harus membeli sebidang tanah seluas 1 Ha yang terletak di desa Ghone Balano untuk fasilitas pemakaman umum. Tanah tersebut dibeli secara swadaya masyarakat atas inisiatif tokoh masyarakat serta Kepala Desa. Fasilitas Lingkungan Desa Fasilitas lingkungan Desa Lagasa terdiri dari perkantoran, tempat ibadah, pendidikan dan kesehatan, perhubungan dan fasilitas umum lainnya. Fasilitas Perkantoran terdapat sebuah kantor Kepala Desa dilengkapi dengan gedung pertemuan, dan sebuah kantor Koperasi Unit Desa. Koperasi tersebut dimanfaatkan oleh penduduk desa baik simpan pinjam maupun berbelanja kebutuhan pokok yang disediakan. Sementara itu terdapat 3 buah masjid sebagai fasilitas ibadah penduduk. Masjid dibangun atas swadaya masyarakat serta sumbangan dari berbagai pihak. Fasilitas pendidikan di Desa Lagasa terdapat 2 buah Sekolah Dasar dan 1 buah Taman Kanak-Kanak. Sedangkan fasilitas kesehatan terdapat 1 buah

3 Puskesmas Pembantu (Pustu), serta 1 buah Posyandu. Di Desa Lagasa dilengkapi pula sebuah pelabuhan bagi armada penangkapan ikan. Desa Lagasa terdiri dari 5 dusun yakni Wabahara, Tanjung Karang, Kantea, Kasaka dan Kontu Kadea. Dusun tersebut dibatasi masing-masing oleh dua buah jalan utama, Bahari I dan Bahari II yang menghubungkan desa Lagasa dengan desa lainnya serta akses utama ke kota Raha. Kondisi jalan saat ini sementara dalam proses pengaspalan melalui proyek APBD Kab. Muna. Batas dusun lainnya adalah jembatan konstruksi kayu dengan lebar 1,5 meter dapat dilalui oleh sebuah sepeda motor (gambar 2). Jembatan tersebut berfungsi pula sebagai jalan desa bagi penduduk yang bermukim pada rumah yang dibangun di atas air. Jembatan tersebut merupakan bantuan Program Pengembangan Kecamatan (PPK), P 2 KP maupun NUSSP sejak tahun Sebelumnya jembatan dibuat penduduk sendiri dengan kontruksi bambu dengan diikat rotan ataupun dengan paku. Gambar 2. Jembatan yang Berfungsi Sebagai Jalan dan Batas Dusun Rumah pemukiman penduduk rata-rata pada kondisi baik, bahkan untuk ukuran desa dalam wilayah Kecamatan Duruka kondisi rumah penduduk tergolong paling baik. Rumah penduduk dengan posisi ponggawa rata-rata permanen yang tinggal pada wilayah daratan. Sedangkan ponggawa yang membuat rumah di atas air menggunakan kayu kelas 1 dan kelas 2 serta perabot rumah tangga yang lengkap serta cukup mahal untuk ukuran penduduk desa. Bagi penduduk dengan posisi sawi biasanya ditandai dengan bentuk rumah semi permanen. Bentuk arsitektur rumah bergantung pada keinginan masing-masing pemilik rumah. Akan tetapi rumah tersebut tetap mencirikan kediaman suku Bajo. Walaupun demikian bentuk dan ukuran rumah sawi tersebut rata-rata dilengkapi oleh alat perabot rumah tangga yang tergolong lengkap serta cukup memenuhi syarat kesehatan. Rumah tersebut pada umumnya dibangun di atas

4 air dengan kontruksi sebuah kayu menancap pada dasar laut. Hanya beberapa rumah dalam wilayah Lagasa yang keseluruhan rumah berdiri di atas tanah. Pada umumnya bentuk rumah Suku Bajo secara tradisional maupun modern adalah berbentuk segi empat dan berbentuk rumah panggung. Pola tersebut menurut Peribadi (2000) melambangkan empat arah mata angin. Rumah-rumah penduduk disamping sebagai tempat tinggal dan sosialisasi bagi anggota rumah tangga, juga dapat difungsikan untuk mendukung kegiatan nelayan. Pada umumnya di dalam rumah terdapat ruangan tempat menyimpan mesin maupun pukat atau perlengkapan melaut sewaktu dilakukan perbaikan pada musim terang. Biasanya rumah tersebut ditata secara bertingkat yakni: 1. Dia ruma, yakni lapisan bawah rumah. 2. Dialan ruma, yakni bagian tengah rumah terdiri dari ruang tamu dan ruang keluarga dengan menggunakan sekat dari papan ataupun dari tripleks. Sedangkan rumah modern dibuat tembok pemisah. Pada bagian belakang terdapat dapurang (dapur). Bagi rumah tangga luas (extended family) menurut Hafid, et.al (1996) terdapat ruangan tempat tidur orang tua, kakek (Mbo) dan nenek (Nnek). 3. Pamuakang ruma, lapisan paling atas sebagai tempat menyimpan alat melaut serta benda-benda warisan leluhur mereka. 18 Rumah serta bangunan lain yang dibangun di atas air memiliki tinggi ratarata 2 meter (Gambar 3). Hal tersebut dimaksudkan agar kolong rumah dapat difungsikan sebagai tempat menambat perahu boddy batang/padomba maupun kapal mini pursein (gae) jika kondisi dok. Hal tersebut dilakukan pada saat musim terang untuk memperbaiki pukat, pengecatan ulang serta perlakuan ritual menunggu musim gelap selanjutnya. Gambar 3. Rumah Penduduk Dibangun di atas Air. 18 Saat ini jarang ditemukan benda pusaka pada setiap rumah penduduk.

5 Fasilitas air bersih (PDAM) sudah menjangkau beberapa keluarga di sepanjang jalan Bahari I. Setiap dua hari sekali air mengalir ke rumah-rumah pelanggan. Beberapa warga yang tidak memiliki fasilitas air bersih mengambil air di rumah pelanggan PDAM. Setiap kali giliran air PDAM, mengalir biasanya pagi hari, terlihat di setiap rumah pelanggan ramai orang mengambil air sambil bergurau ataupun memperbincangkan masalah sehari-hari. Pada umumnya dilakukan oleh perempuan dan anak-anak. Hal itu disebabkan waktu tersebut digunakan oleh kaum laki-laki untuk beristirahat pulang melaut dan persiapan melaut sore harinya. Sebagian warga lainnya pergi mengambil kebutuhan air bersih dan air tawar di beberapa sungai di Raha dengan menggunakan perahu koli-koli maupun body batang. Di beberapa tempat terlihat penduduk melakukan kegiatan penambangan pasir di tepi pantai pada saat air surut. Penambangan dilakukan oleh nelayan pada pagi hari sepulang melaut dengan armada gae taupun seharian penuh pada saat musim terang. Penambangan tersebut dibantu pula oleh isteri dan anggota keluarga lainnya. Untuk menambah PAD desa, menurut Kades Lagasa para penambang pasir dikenakan retribusi sebesar Rp setiap ret penjualan. Para pembeli pasir berasal dari kota Raha dan sekitarnya baik untuk kebutuhan rumah maupun proyek pemerintah. Setiap hari para penambang pasir menunggu pembeli di bibir pantai. Mudahnya akses informasi dan komunikasi menyebabkan perubahan masyarakat yang relatif cepat, berbeda dengan masyarakat Suku Bajo di tempat lain pada umumnya. Jaringan komunikasi sudah masuk dan tersedia bagi penduduk desa. Beberapa warga sudah memilki pesawat telepon rumah serta terjangkaunya jaringan telepon selular mempermudah akses komunikasi dan informasi. Kependudukan Sejak zaman dahulu Suku Bajo dikenal sebagai suku yang suka mengembara di lautan dengan menggunakan perahu yang berfungsi juga sebagai rumah tempat tinggal. Menurut Hafid et.al (1996) keadaan tersebut berlangsung sampai kira-kira seabad yang lalu kemudian mereka mulai menetap di pinggir pantai. Kehidupan menetap tersebut menjadikan suku Bajo mulai mengenal dan mendirikan perkampungan di tepi pantai. Penamaan Bajo sendiri menurut ceritera yang berkembang, bahwa Raja Sawerigading dari Luwu Sulawesi Selatan mengalami kecelakaan saat berlayar akibat banjir besar. Banjir tersebut menghanyutkan penduduk yang tinggal di tepi

6 pantai. Ketika itu penduduk tersebut terombang-ambing di lautan. Keadaan tersebut membuat orang yang melihat dari kejauhan memanggil mereka dengan sebutan Ta bajo-bajo yang artinya nampak seperti bayang-bayang. Suku Bajo di Sulawesi Tenggara berasal dari Sulawesi Selatan menyeberang ke dataran Kendari, Tiworo Kepulauan (Muna) dan menyebar serta tinggal di tepi pantai pada daerah-daerah tersebut (Peribadi, 2000; Tayyib). Dari Tiworo suku Bajo kemudian menyebar di berbagai pantai di Muna. Suku Bajo di desa Lagasa (sebelumnya di Wamponiki) berasal dari desa Bontu-Bontu Kecamatan Napabalano. Kehidupan Suku Bajo di Lagasa telah mengalami perubahan baik perubahan cepat maupun lambat pada berbagai bidang. Salah satu perubahan mencolok adalah pesatnya perkembangan sarana kegiatan penangkapan ikan baik modifikasi kapal, maupun alat tangkap. Modifikasi kapal maupun alat tangkap tersebut dilakukan penduduk dengan harapan dapat memperoleh hasil tangkapan yang lebih banyak karena daya jelajah kapal yang mampu mencapai daerah dengan populasi ikan lebih banyak. Di Muna terdapat perbedaan musim ikan pada beberapa tempat sebagai sentra kebutuhan ikan. Untuk wilayah Lagasa dan sekitarnya, musim ikan berkisar antara bulan Maret - Juli setiap tahunnya. Sedangkan di luar bulan tersebut sebagian armada pergi melaut di tempat lain. Gerak sirkulasi harian penduduk Lagasa ke daerah perkotaan juga cukup tinggi. Setiap hari terdapat puluhan penduduk yang bepergian ke kota Raha dengan berbagai tujuan. Dalam realitas, sehari-hari terjadi gerak penduduk desa ke kota untuk urusan ekonomi, sosial maupun pendidikan anak usia sekolah. Demikian pula sebaliknya penduduk kota yang memiliki kepentingan serta urusan dengan penduduk desa. Jumlah penduduk desa Lagasa sebanyak jiwa dengan rincian 889 lakilaki dan 926 perempuan untuk 373 jumlah kepala keluarga (Monografi Desa Lagasa, 2006). Jumlah tersebut umumnya terdapat pada golongan penduduk usia produktif. Adapaun jumlah penduduk menurut Golongan usia dan Jenis Kelamin ditampilkan pada tabel berikut:

7 Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Lagasa Menurut Usia dan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Umur (Tahun) Laki-Laki % Wanita % Jumlah Total % Jumlah Sumber: Profil Desa Lagasa tahun 2006 diolah Dari segi umur proporsi penduduk golongan muda (<15 tahun) relatif agak tinggi. Jumlah penduduk usia produktif (15-50 tahun) tersebut tersebar pada beberapa jenis pekerjaan dengan mayoritas pekerjaan sebagai nelayan. Reit perkembangan penduduk sebesar 1.15% pertahun (BPS Kab. Muna, 2003). Secara rata-rata kepadatan penduduk Kecamatan Duruka adalah sebesar 247 jiwa/km 2. Pada tahun 2005 jumlah kelahiran mencapai 65 orang sedangkan angka kematian hanya mencapai 14 orang sehingga menghasilkan pertambahan penduduk secara alami sebanyak 51 orang (Wawancara Kades Lagasa). Pertambahan penduduk alami tersebut berdampak pada bertambahnya jumlah beban tanggungan pada anggota rumah tangga nelayan. Bagi nelayan dengan status ponggawa bertambahnya anggota keluarga tersebut tidak terlalu dirasakan sebagai beban berat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Akan tetapi bagi nelayan sawi penambahan tersebut sangat berpengaruh pada distribusi pendapatan yang akan dikelola setiap bulannya. berikut: No Pada aspek pendidikan, penduduk Desa Lagasa dapat dilihat pada tabel 3 Tabel 3. Jumlah Penduduk Desa Lagasa Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat Jumlah Pendidikan Laki-Laki % Perempuan % Jumlah 1 SD Sederajat SLTP Sederajat SLTA Sederajat Perguruan Tinggi Putus Sekolah Jumlah Sumber: Profil Desa Lagasa tahun 2006 diolah

8 Walaupun terdapat sejumlah penduduk yang putus sekolah, tidak penduduk yang buta huruf. 19 Orientasi pendidikan belum terlalu dihayati dan dimaknai oleh penduduk desa. Aktivitas Sosial dan Ekonomi Penduduk Desa Lagasa dihuni oleh mayoritas Suku Bajo dengan pekerjaan nelayan dan menangkap ikan ditunjang oleh mayoritas yang memiliki kecenderungan hidup dan menetap di wilayah pantai dan pesisir. Aktivitas sosial tergambar terdapatnya pranata kerjasama serta sifat gotong royong penduduk. Lembaga kegotongroyongan yang ada di wilayah desa ini antara lain adalah gotong royong dalam membangun fasilitas umum dan dalam pelaksanaan upacara adat setempat, misalnya dalam proses penguburan mayat. Kelembagaan lain yang ada antara lain Kelompok Nelayan, Karang Taruna, Kelompok Dasa Wisma, Kelompok UP2K PKK (Usaha Program Pemberdayaan Keluarga Program Kesejahteraan Keluarga) Desa, rukun kematian, RISMA (Remaja Islam Masjid), LKMD (Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa), Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), PKK (Program Kesejahteraan Keluarga), Kader Pembangunan Desa, Lembaga Keuangan (KUD). Pada aspek keagamaan 100% penduduk desa beragama Islam. Kegiatan keagamaan masih sangat kental meliputi kehidupan sehari-hari penduduk desa ini. Beberapa kegiatan keagamaan tersebut antara lain adalah pengajian rutin, perayaan hari besar agama serta kegiatan keagamaan lainnya. Beberapa kegiatan tersebut masih dipengaruhi oleh kepercayaan serta budaya Bajo. Hal tersebut tergambar pada penyelenggaraan upacara ritual keagamaan baik berkaitan dengan penangkapan ikan maupun tradisi kaum muslim. Ritual yang berkaitan dengan penangkapan ikan adalah berhubungan dengan kepercayaan akan kekuatan ghaib yang dianggap sebagai penunggu karang di laut. Upacara tersebut antara lain: 1. Maccerak lopi yakni upacara bagi kapal atau perahu baru dengan melumuri perahu dengan darah ayam. Sedangkan daging ayam dimakan oleh undangan yang melaksanakan hajatan. Upacara dipimpin oleh tokoh agama dan orang tua-tua. 2. Maccerak masine yakni upacara mengoleskan darah hewan sembelian pada mesin kapal. 19 Wawancara Kades Lagasa

9 3. Pappasabbi ri nabitta, yakni upacara selamatan pada saat tibanya musim ikan atau mulai melaut setelah musim terang. Tujuan upacara ini agar nelayan mendapat berkah dari Allah melalui Nabi Muhammad SAW. 4. Tolak Balaa Hampir semua ritual tersebut sama seperti halnya penelitian Hafid et al (1996) mengenai keadaan sosial ekonomi Suku Bajo di Bone Sulawesi Selatan. Sehingga dapat dikatakan bahwa Suku Bajo memiliki kebudayaan yang sama dimanapun mereka menetap. Kesamaan tersebut dapat menjadi bahan kajian bahwa Suku Bajo di Sulawesi Tenggara berasal dari Suku Bajo di Sulawesi Selatan. Upacara dipimpin oleh modji atau imang yang dimulai dengan pembacaan shalawat Nabi Muhammad SAW. Setelah itu segenap keluarga, undangan serta sawi yang segera melaut makan bersama. Tradisi tersebut menurut Peribadi (2000) dan Hafid, et.al (1996) tetap terpelihara di beberapa daerah dimana Suku Bajo menetap. Disamping itu nelayan Desa Lagasa juga mengenal pantangan ketika melaut dan menangkap ikan yakni pantang menyebut nama binatang darat, membuang abu dapur, menggunakan peralatan masak untuk mengambil air laut. Akan tetapi bagi Suku Bajo generasi saat ini menurut Peribadi (2000) kurang mengerti makna serta maksud upacara maupun ritual tersebut. Mereka melakukannya sekedar rutinitas belaka. Aspek nelayan sangat dominan dalam aktivitas ekonomi penduduk. Secara umum aktivitas penduduk dimulai pada pagi hari. Aktivitas berhubungan dengan penangkapan ikan maupun penjualan hasil tangkapan. Pada musim tangkap ikan (gelap) 20 penduduk yang tergabung dalam beberapa armada penangkapan yang dipimpin oleh seorang ponggawa pulang dari melaut sekitar pukul pagi. Mereka kemudian mengantar ikan tersebut di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang berlokasi di samping Pasar Sentral Kota Raha. Ikan dimuat diatas body batang (padomba) dengan kekuatan mesin 10 PK yang juga berfungsi melingkarkan badan pukat pada malam harinya. Setelah aktivitas bongkar muat ikan serta transaksi dengan pedagang ikan selesai sekitar jam 6.30 pagi nelayan kembali ke desa Lagasa bersistirahat untuk persiapan melakukan akivitas penangkapan yang dimulai pada pukul sore 20 Biasanya tanggal 18 sampai tanggal 6 atau 7 bulan berikutnya dalam Tahun Hijriah.

10 hari. Sebagian kecil dari warga melakukan aktivitas ekonomi non nelayan seperti warung sembako, bengkel serta tugas-tugas pemerintahan dan pelayanan masyarakat yakni Kantor Kepala Desa, Puskesmas Pembantu serta Sekolah. Pada musim terang (terang bulan) yakni 7-10 hari, nelayan yang tergabung dalam kelompok penangkapan (pagae) melakukan aktivitas perbaikan dan pembersihan pukat maupun perbaikan kapal. Untuk menunjang ekonomi rumah tangga, nelayan melakukan aktivitas penambangan pasir di sepanjang pantai ataupun memancing ikan di sepanjang pantai. Para isteri dan perempuan pada umumnya membuat ikan asin yang dijual di pasar kecamatan. Pada saat musim terang tersebut, dilakukan bagi hasil tangkapan yang diperoleh selama musim gelap. Bagi hasil dilakukan sesuai dengan pranata yang berlaku bagi nelayan di desa Lagasa. Sistem bagi hasil tersebut adalah hasil kotor dikurangi pengeluaran bahan bakar dan retribusi tahunan. 21 Sisa pengeluaran tersebut selanjutnya dibagi dua masing-masing 1 bagian untuk ponggawa dan 1 bagian lagi dibagi sebanyak sawi yang dipekerjakan, biasanya orang. Seorang ponggawa yang turut melaut juga akan memperoleh bagian yang diperuntukkan bagi sawi. Sektor kenelayanan di desa Lagasa memberikan peluang pekerjaan lain yang masih terikat dengan bahan baku perikanan seperti ikan asin serta es batu ataupun penyediaan bahan bakar serta kebutuhan melaut lainnya. Kegiatan penangkapan ikan juga mampu menyerap tenaga kerja yang tersedia pada desadesa sekitar Lagasa dengan penduduk bukan Suku Bajo. Pekerjaan lainnya lebih banyak ditempati oleh pendatang, maupun suku lainnya yang melakukan ikatan perkawinan dengan penduduk setempat. Jenis pekerjaan tersebut dapat dikelompokkan dengan rincian pada tabel 3 berikut ini. Tabel 4. Jumlah Penduduk Desa Lagasa Menurut Jenis Pekerjaan. No Jenis pekerjaan Jumlah (Orang) 1. Nelayan PNS/TNI-POLRI Perdagangan 4 4. Tukang kayu/batu 6 Jumlah 390 Sumber: Profil Desa Lagasa, 2006 diolah 21 Ponggawa tidak menanggung biaya makan selama melaut, karena diusahakan sendiri oleh sawi

11 Dari tebel 3 tersebut dapat dilihat penduduk desa Lagasa ada pula yang mempunyai mata pencaharian bukan sebagai nelayan. Pekerjaan tersebut ditempati oleh pendatang selain suku Bajo maupun aparat yang ditugaskan di desa tersebut misalnya anggota TNI dan POLRI. Disamping itu terjadi ikatan perkawinan dengan Suku lainnya misalnya Muna, Bugis, dan lain-lain. Struktur Sosial Penduduk Penduduk desa Lagasa menganut sistem kekerabatan berdasarkan garis kerabat laki-laki (patrilineal). Suatu hal yang penting dalam mengkaji sistem kekerabatan adalah dengan mempelajari prinsip dan ikatan perkawinan. Penduduk desa Lagasa mengikuti aturan perkawinan pada umumnya Suku Bajo yakni berdasarkan syariat Islam maupun aturan adat. Suku Bajo di Lagasa mengenal dua lapisan sosial penduduk yakni Lolo Bajo dan Atta Bajo. Sebenarnya masyarakat Bajo menurut Hafid et.al (1996) mengenal empat lapisan sosial, yakni Lolo Bajo, Ponggawa Bajo, Anak Bajo dan Atta Bajo. Posisi sosial tersebut dibedakan berdasarkan keturunan. Lolo Bajo adalah penduduk yang berasal dari keturunan bangsawan dimana dalam penentuan mahar perkawinan terdapat perbedaan dengan kaum lainnya. Kaum Lolo Bajo akan memperoleh mahar sebesar 88 real sedangkan kaum Atta Bajo sebesar 44 real. 22 Suku Bajo di desa Lagasa dapat menerima perkawinan silang beda status, dimana anak yang dilahirkan mengikuti status Bapak. Budaya Suku Bajo juga tidak mempermasalahkan perkawinan dengan suku lain (sipanda-darna-sukutta). Perkawinan terjadi dengan suku Muna, Bugis, Makassar dan Jawa. Terdapat pula perkawinan antar suku Bajo tetapi berasal dari desa lain (amalgamasi) misalnya dari desa Bontu-Bontu, Latawe dan Tiworo. 23 Suku Bajo di Desa Lagasa juga tidak membedakan serta mempermasalahkan status sosial seseorang untuk menduduki posisi pemerintahan, maupun pimpinan kelompok sosial lainnya. 24 Status sosial tersebut hanya digunakan dalam pembayaran mahar perkawinan untuk setiap status. Dalam kehidupan sehari-hari kaum bangsawan ditandai dengan pemberian gelar Lo. Misalnya Kades Lagasa dengan nama Lo Abidin. Sedangkan kaum bukan bangsawan tidak berhak menyandang gelar seperti itu. 22 Real; istilah untuk mata uang/mahar perkawinan dengan konversi 1 real= Rp untuk kawin normal dan Rp untuk kawin lari. 23 Bahasa Bajo: sipanda singkite dakao hampo. 24 Wawancara dengan Kades Lagasa, Agustus 2007

12 Seperti pada umumnya Suku Bajo, penduduk Lagasa mengenal perkawinan ideal berlangsung antara sepupu dua kali (dengkalakian mindua) keatas. Perkawinan antara sepupu sekali (dengkalakian mittidde) dianggap masih hubungan sedarah terlalu dekat. Sedangkan perkawinan dianggap tidak layak (tabo) adalah perkawinan masih sedarah, sama halnya pada syariat Islam. Menurut kepercayaan sesuatu bencana besar bagi keluarga apabila perkawinan tabo tersebut dilaksanakan. Dahulu pemilihan jodoh sepasang pengantin ditentukan oleh orang tua (dipasororang). Berbeda pada saat sekarang ini, jodoh dipilih sendiri oleh sepasang pengantin (dampa dirina). Prosesi dimulai dengan utusan keluarga laki-laki ke pihak keluarga perempuan untuk menanyakan status si gadis. Biasanya pertanyaan dilakukan dengan syair dan sindiran. Tahap kedua pelamaran apabila si gadis masih berstatus belum dilamar, yakni pelamaran (masuro). Hal tersebut dilakukan dengan menyerahkan uang pesta (uang yang dimakan api) serta penentuan waktu pernikahan. Pada waktu yang telah ditentukan pernikahan berlangsung meriah sesuai kemampuan dan kesanggupan biaya pernikahan utamanya oleh pihak laki-laki. Walaupun pernikahan berlangsung di rumah keluarga perempuan, keseluruhan biaya dibebankan kepada pihak laki-laki. Terkecuali ada pembicaraan khusus lainnya ataupun keluarga perempuan dengan kerelaan menambah biaya. Setelah melakukan pernikahan, pada umumnya mereka tinggal pada keluarga suami (tambang marumah matuakulillah) secara bergantian dengan keluarga isteri (tambang marumah matuakkudinda). Hal tersebut berlangsung hingga pasangan dianggap bisa untuk hidup mandiri. Hubungan kekerabatan merupakan unsur yang berperan dalam mempermudah akses seseorang terhadap peluang atau sumberdaya ekonomi dan sosial seperti perekrutan sawi. Perekrtutan sawi dari unsur kerabat ini didasarkan pada pertimbangan bahwa untuk ketenangan dan ketenteraman dalam bekerja, dapat membantu keluarga yang belum bekerja. Menurut Kasim (1985) bahwa sawi lebih senang bekerja dengan kerabat/saudara sendiri daripada harus diperintah oleh orang lain. Dengan sistem perekrutan tersebut, dapat mempermudah mobilisasi tenaga kerja dalam mengoperasikan kapal maupun alat tangkap. Jika perekrutan sawi dari unsur kerabat sulit diperoleh, ponggawa akan mempekerjakan sawi dari luar kerabat bahkan dari luar desa/bukan Suku Bajo dengan syarat jujur serta

13 disiplin. Dalam proses tersebut jaringan kekerabatan, ketetanggaan serta hubungan komunal lainnya turut berperan. Pada dasarnya hal tersebut dimaksudkan sebagai cara untuk mengamankan operasi armada sehingga terwujud kepentingan bersama. Seorang ponggawa tidak mempermasalahkan perpindahan sawi pada armada dengan ponggawa lain, sepanjang tidak ada perjanjian yang mengikat sawi serta tidak terdapat ikatan hutang piutang. Hal tersebut terjadi oleh karena hubungan ponggawa-sawi pada nelayan Suku Bajo di desa Lagasa tidak menerapkan hubungan yang bersifat mengikat bagi kedua pihak. Seorang ponggawa sangat khawatir apabila terjadi sabotase maupun kondisi dimana sawi tidak turun melaut atau bekerja tidak maksimal. Suku Bajo sangat memperhatikan kerjasama antara anggota keluarga sehingga lambat laun posisi sawi dapat bergeser menjadi ponggawa. Yang dimaksud kerjasama disini utamanya saling membantu dalam pengembangan sektor kenelayanan. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Peribadi (2000) bahwa apapun predikat yang melekat pada suku Bajo mereka akan hidup berdampingan untuk saling membantu dan saling melengkapi. Sebagai gambaran pada tahun 2003 jumlah pemilik kapal dan alat tangkap gae sebanyak 35 orang. Saat ini sudah berjumlah 45 orang. Terjadi pertambahan sebanyak 10 orang dari sebelumnya sebagai sawi, artinya setiap tahun terjadi penambahan 2 orang ponggawa atau 2 armada penangkapan. Salah seorang pencetus pembuatan alat tangkap gae, H. Achmad menuturkan bahwa beberapa ponggawa dalam desa adalah mantan sawi yang bekerja pada armadanya. Semua berasal dari keluarga dekat termasuk 2 orang anaknya, serta bekerja pada armadanya yang dimulai tahun Mereka pada umumnya diberi bantuan modal untuk bisa mengadakan kapal dan alat tangkap oleh ponggawa yang sudah berhasil. Bahkan beberapa ponggawa memberikan bantuan cuma-cuma bagi anak-anaknya yang berniat untuk mengadakan sarana armada penangkapan tersebut. Dalam satu armada, sistem bagi hasil tidak membedakan antara sawi anggota maupun bukan anggota keluarga, walaupun anak kandungnya sendiri. Akan tetapi seorang anak yang bekerja sebagai sawi dipersiapkan khusus oleh orang tuanya untuk bisa menjadi ponggawa. Persiapan tersebut menyangkut keterampilan motoris, nakhoda, kepemimpinan maupun modal usaha untuk membeli mesin dan alat tangkap nantinya.

14 Struktur sosial penduduk desa Lagasa bercirikan struktur pesisir/nelayan serta struktur komunal. Struktur pesisir mewarnai pola hubungan dalam sistem produksi penangkapan hasil laut. Pola hubungan ponggawa-sawi sebagai konsekuensi dari sifat saling membutuhkan antara pemilik sarana produksi (ponggawa) serta penjual jasa tenaga kerja (sawi). Pola hubungan produksi tersebut memiliki sisi positif dan tidak terjadi eksploitasi oleh pihak ponggawa. Hal tersebut disebabkan: 1. Hubungan tersebut tidak terikat kontrak kerja. 2. Ponggawa tidak menanggung biaya perbekalan serta jaminan piutang secara khusus bagi sawi. 3. Konsekuensi poin 1 menyebabkan pihak sawi dapat berganti ponggawa kapan saja sesuai keinginannya. 4. Sistem bagi hasil yang menjamin kehidupan sawi. Struktur komunal tergambar dari pola hubungan tetangga, kerabat serta keagamaan. Struktur tersebut melibatkan tokoh agama (Pua imang, modji), tokoh adat dan pejabat desa (Kades dan aparatnya). Dalam kehidupan Suku Bajo desa Lagasa mengenal dan menerapkan sistem pengelompokan anggota kerabat yang terbagi menjadi: b. Kerabat jauh (dansiantang teo) yakni hubungan kekerabatan sudah terhitung jauh yakni sepupu keempat dan seterusnya. c. Kerabat dekat (dansiatang tutuku) yakni hubungan kekerabatan mulai sepupu dua kali dan tiga kali. d. Kerabat dekat sekali (tutuku sikali) mencakup saudara kandung sampai sepupu sekali. Potensi Sumberdaya Perikanan Kabupaten Muna memiliki luas perairan ±5.625 Km² dengan panjang pantai ±857 Km, terdapat 50 buah pulau yang terdiri dari 2 buah pulau besar dan 48 pulau kecil dimana 23 pulau tidak berpenghuni dan sisanya 27 buah pulau berpenghuni. Potensi lestari perikanan laut diperkirakan sekitar ± ton/tahun. Bila dilihat dari produksi penangkapan ikan di laut pada tahun 2004 mencapai ±32.491,3 ton/tahun, ini berarti bahwa yang termanfaatkan sudah sekitar 80 % (DPK Kab. Muna, 2006).

15 Agar produksi yang ditargetkan dapat dicapai, langkah yang ditempuh adalah penambahan jumlah alat tangkap yang menggunkan armada penangkapan yang dapat beroperasi di daerah penangkapan yang lebih jauh. Tabel. 5 Perkembangan Unit Alat Tangkap Yang Digunakan Menurut Jenisnya Jumlah Alat Tangkap (Unit) No Jenis Alat Tangkap Pukat Udang Payang Pukat Pantai Mini Purse seine (Gae) Jaring Insang hanyut Jaring Insang tetap Bagan Perahu Bagan Tancap Sero Lain-Lain (Jaring Angkat) Rawai Tetap Pancing yang Lain Pancing Tonda B u b u Lain-Lain (Perangkap) , , , , , , Sumber: Data DPK Kab.Muna, 2007 Perkembangan produksi perikanan Kabupaten Muna gambar 4 berikut ini. dapat dilihat pada Produksi Perikanan Laut Hasil (ton) Tahun Sumber: DPK Kab. Muna 2007 Gambar 4. Produksi Perikanan Laut Kabupaten Muna Tahun

16 Dari produksi tersebut, kontribusi hasil tangkapan yang diperoleh nelayan desa Lagasa adalah: Produksi Nelayan Lagasa Hasil (ton) Tahun Sumber: Profil Desa Lagasa, 2006 diolah Gambar 5. Produksi Perikanan Laut Desa Lagasa Tahun Dari grafik pada gambar 3 tersebut terlihat bahwa produksi nelayan dalam kurun 4 tahun ( ) mengalami peningkatan rata-rata ton atau %. Peningkatan tersebut tidak lepas dari meningkatnya penggunaan teknologi penangkapan yang lebih modern yang telah mencapai 45 armada mini pursein. Menurut Rua (2003) tahun 2001 di desa Lagasa terdapat 33 buah armada pukat cincin, dan memperoleh tangkapan rata-rata ton untuk satu Kecamatan Katobu. 25 Hasil tangkapan nelayan Desa Lagasa pada umumnya terdiri dari jenis ikan Cakalang, Tongkol, Tenggiri, Kembung, Julung-julung, Bawal Putih Kakap, Pari, Layang, Balanak, Tembang, Layur, Tembang, Udang serta jenis ikan pelagis lainnya (PPI Raha dalam Rua, 2003). Keseluruhan hasil tangkapan dijual di TPI/PPI Raha yang terdapat di lokasi Pasar Sentral Raha ibukota kabupaten. Ikan tersebut diperoleh nelayan pada daerah penangkapan Selat Buton (sebelah timur Desa Lagasa), Selat Tiworo (sebelah barat Desa Lagasa) maupun wilayah Teluk Kendari (sebelah utara Desa Lagasa). Wilayah tersebut dikenal memiliki potensi sumberdaya ikan yang cukup subur (DPK Kab. Muna 2006). 25 Tahun 2001, Desa Lagasa masih dalam wilayah Kecamatan Katobu.

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Seram Bagian Timur memiliki luas wilayah 20.656.894 Km 2 terdiri dari luas lautan 14,877.771 Km 2 dan daratan 5,779.123 Km 2. Dengan luas

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Desa Lebih terletak di Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali dengan luas wilayah 205 Ha. Desa Lebih termasuk daerah dataran rendah dengan ketinggian

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

RESPONS TERHADAP MODERNISASI

RESPONS TERHADAP MODERNISASI RESPONS TERHADAP MODERNISASI Karakteristik Adopter Karakteristik responden penelitian ini meliputi umur, pengalaman usaha, pendapatan, lama pendidikan, dan status sosial. Secara ringkas responden tersebut

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman i ii iii iv v vi

DAFTAR ISI. Halaman i ii iii iv v vi DAFTAR ISI RINGKASAN... DAFTAR TABEL.... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI... PRAKATA... PENDAHULUAN Latar Belakang... Pertanyaan dan Masalah penelitian... Tujuan dan Kegunaan Penelitian...

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan 24 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Desa Merak Belantung

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan 78 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan 1. Keadaan Geografis Kecamatan Teluk Betung Selatan merupakan salah satu dari 20 kecamatan yang terdapat di Kota Bandar

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN aa 16 a aa a 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Secara geografis Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107 52' 108 36' BT dan 6 15' 6 40' LS. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa 17 BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN A. Sejarah Perkembangan Desa Koto Perambahan Desa Koto Perambahan adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geofrafis dan Demografis Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di wilayah Kecamatan Inuman Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau.

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kota Serang 4.1.1 Letak geografis Kota Serang berada di wilayah Provinsi Banten yang secara geografis terletak antara 5º99-6º22 LS dan 106º07-106º25

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang 1. Keadaan Fisik a. Letak 62 Kelurahan Proyonangan Utara merupakan kelurahan salah satu desa pesisir di Kabupaten Batang Provinsi

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah 4.1.1 Geografi, topografi dan iklim Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak pada 108 o 20 sampai dengan 108 o 40 Bujur Timur (BT) dan 7 o

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai 31 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan

Lebih terperinci

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Kota Serang Kota Serang adalah ibukota Provinsi Banten yang berjarak kurang lebih 70 km dari Jakarta. Suhu udara rata-rata di Kota Serang pada tahun 2009

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR I. PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kelurahan Nunhila memiliki 4 wilayah RW dan 17 wilayah RT, dengan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

Nurlaili Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Nurlaili Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Permasalahan Sosial Budaya dalam Implementasi Peraturan tentang Perlindungan Spesies Hiu di Tanjung Luar, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat Nurlaili Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian secara purposive di kecamatan Medan Labuhan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan data sekunder daerah tersebut merupakan salah satu

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Daerah Penelitian Kabupaten Kupang merupakan kabupaten yang paling selatan di negara Republik Indonesia. Kabupaten ini memiliki 27 buah pulau, dan 19 buah pulau

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB III GAMBARAN LOKASI PENELITIAN BAB III GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Geografis Desa Lebung Gajah Desa Lebung Gajah adalah merupakan salah satu desa yang termasuk dalam wilayah hukum Kecamatan Tulung Selapan Kabupaten Ogan Komering Ilir

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat, secara geografis terletak di antara 6 0.57`- 7 0.25`

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. daerah transit kegiatan perekonomian antara Pulau Sumatera dan Jawa, B. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Barat

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. daerah transit kegiatan perekonomian antara Pulau Sumatera dan Jawa, B. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Barat IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung 1. Keadaan umum Kota Bandar Lampung merupakan ibu kota Provinsi Lampung. Kota Bandar Lampung terletak di wilayah yang strategis karena

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP.. Rumahtangga Nelayan Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang berperan dalam menjalankan usaha perikanan tangkap. Potensi sumberdaya

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 15 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Kabupaten Indramayu terletak di pesisir utara Pantai Jawa, dengan garis pantai sepanjang 114 km. Kabupaten Indramayu terletak pada

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Daerah Penelitian 5.1.1. Letak Geografis Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah perikanan potensial di perairan selatan Jawa

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis III. KEADAAN UMUM 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bangka Selatan, secara yuridis formal dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh 39 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial,

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang

V. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang V. KEADAAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang Wilayah Kelurahan Pulau Panggang terdiri dari 12 pulau dan memiliki kondisi perairan yang sesuai untuk usaha budidaya. Kondisi wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN

PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN 35 PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN Lokasi Kelurahan Cipageran merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Cimahi Utara Kota Cimahi. Adapun orbitasi, jarak dan waktu tempuh dengan pusat-pusat

Lebih terperinci

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm 102 108 ISSN 0126-4265 Vol. 41. No.1 PERANAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) DALAM PEMASARAN IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KEC.

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK SEWA SUNGAI KALIANYAR DAN PEMANFAATANNYA DI DESA SUNGELEBAK KECAMATAN KARANGGENENG KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PRAKTEK SEWA SUNGAI KALIANYAR DAN PEMANFAATANNYA DI DESA SUNGELEBAK KECAMATAN KARANGGENENG KABUPATEN LAMONGAN 43 BAB III PRAKTEK SEWA SUNGAI KALIANYAR DAN PEMANFAATANNYA DI DESA SUNGELEBAK KECAMATAN KARANGGENENG KABUPATEN LAMONGAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dalam pembahasan bab ini, penulis akan memaparkan

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA

4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA 4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA 4.1 Gambaran Umum Kecamatan Tobelo 4.1.1 Kondisi kewilayahan Kecamatan Tobelo 1) Letak geografis Kabupaten Halmahera Utara terletak pada posisi koordinat 0 o 40

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 8 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4. Keadaan Wilayah Kepulauan Seribu merupakan sebuah gugusan pulaupulau kecil yang terbentang dari teluk Jakarta sampai dengan Pulau Sibera. Luas total Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan 78 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan UU No.33 Tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 Agustus

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Daerah Kecamatan Pulau Tiga merupakan salah satu bagian dari wilayah Kabupaten Natuna yang secara geografis berada pada posisi 3 o 34 30 3 o 39

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU Wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada posisi geografis 107 o 52 sampai 108 o 36 Bujur Timur (BT) dan 6 o 15 sampai

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB III PRAKTIK UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG BAB III PRAKTIK UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG A. Letak Geografis 1. Letak Lokasi Desa Ragang merupakan satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Waru Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Deskripsi Umum tentang Desa Kepudibener 1. Letak Geografis Desa Kepudibener merupakan satu desa yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( ) BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR (1998-2005) 2.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam Kecamatan Ajibata merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Toba Samosir dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha. BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK A. Letak Geografis dan Demografis 1. Geografis Desa Teluk Batil merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Sungai Apit

Lebih terperinci

IV. PETA SOSIAL KELURAHAN SUKAMISKIN DAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN SUKAMISKIN BANDUNG

IV. PETA SOSIAL KELURAHAN SUKAMISKIN DAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN SUKAMISKIN BANDUNG IV. PETA SOSIAL KELURAHAN SUKAMISKIN DAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN SUKAMISKIN BANDUNG 4.1. Keadaan Umum Lokasi 4.1.2. Kelurahan Sukamiskin Kelurahan Sukamiskin merupakan tipologi perkotaan, memiliki luas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Lokasi Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karimun No. 16 tahun 2001 tanggal 16 Agustus 2001 tentang pembentukan dan struktur organisasi tata kerja Kecamatan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial. 18 BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG A. Keadaan Geografis 1. Letak, Batas, dan Luas Wilayah Letak geografis yaitu letak suatu wilayah atau tempat dipermukaan bumi yang berkenaan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara Sumber: Chapman, D. J (2004) Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur 94 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur 1. Keadaan Geografis Kecamatan Teluk Betung Timur merupakan salah satu dari 20 kecamatan yang terdapat di Kota Bandar

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNBAUN SABU KEC. ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNBAUN SABU KEC. ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNBAUN SABU KEC. ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR I. PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Dari sisi geografis Kota Kupang memiliki luas 260,127 km² atau

Lebih terperinci

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten BAB II KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, yang terdapat komunitas Islam Aboge merupakan ajaran Islam

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB III PRAKTEK HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN BAB III PRAKTEK HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak geografis, luas wilayah dan kependudukan Desa Petaonan merupakan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kabupaten Buton diperkirakan memiliki luas sekitar 2.509,76 km 2, dimana 89% dari luas wilayah tersebut merupakan perairan laut. Secara geografis Kabupaten Buton terletak

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 19 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Geografi Desa Sipak merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 558 194 ha. Desa Sipak secara geografis terletak

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 25 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Cirebon 4.1.1 Kondisi geografis dan topografi Kabupaten Cirebon dengan luas wilayah 990,36 km 2 merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini fokusnya adalah unsur arsitektur yang dipertahankan pada

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini fokusnya adalah unsur arsitektur yang dipertahankan pada BAB I PENDAHULUAN Penelitian ini fokusnya adalah unsur arsitektur yang dipertahankan pada rumah di kawasan permukiman tepi laut akibat reklamasi pantai. Kawasan permukiman ini dihuni oleh masyarakat pesisir

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Profil Kelurahan Mulyaharja 4.1.1. Keadaan Umum Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Mulyaharja terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah 46 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 sampai dengan 105 45 Bujur Timur dan 5 15 sampai

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis 29 4 KEADAAN UMUM 4.1 Letak dan Kondisi Geografis Keadaan geografi Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten yang memiliki luas laut yang cukup besar. Secara geografis Kabupaten Aceh Besar berada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Desa Punduh Sari merupakan bagian dari wilayah administratif di Kecamatan Manyaran

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi 16 4 KEADAAN UMUM 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Provinsi Jawa Barat dengan jarak tempuh 96 km dari Kota Bandung dan 119 km dari Kota Jakarta.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH. Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang

KEADAAN UMUM DAERAH. Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH A. Letak Geografi dan Topografi Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang memiliki luas sebesar 7551 Ha (BPS, 2015). Kecamatan Wonosari terbagi menjadi 14

Lebih terperinci

Rumah Susun Di Muarareja Kota Tegal

Rumah Susun Di Muarareja Kota Tegal BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Lokasi 3.1.1 Tinjauan Detail Lokasi a. Keadaan Geografis Kota Tegal sebagai salah satu daerah otonom di Provinsi Jawa Tengah yang terletak 109 o 08 sampai 109

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI. Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI. Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat 28 BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI A. Sejarah Singkat Kelurahan Way Dadi Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat berbatasan dengan wilayah Bandar Lampung maka pada

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah: : Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah: : Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Banjarsari terletak di Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah:

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu pulau. Kenyataan ini memungkinkan timbulnya struktur kehidupan perairan yang memunculkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN. dengan Dusun 1 Pauh jadi kebanyakan orang orang menyebut desa ini dengan

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN. dengan Dusun 1 Pauh jadi kebanyakan orang orang menyebut desa ini dengan BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN 2.1 Sejarah Desa Pauh Desa Pauh ini terletak di Jalan Jala X Lingkungan 14 Terjun Medan. Nama asli dari desa ini sebenarnya adalah Desa Terjun Jalan

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG A. Deskripsi Wilayah 1. Profil Desa Bantarjo merupakan salah satu pedukuhan yang berada di Desa Banguncipto Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulonprogo Yogykarata, luas wilayah 96.5 ha,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MUNA

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MUNA IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MUNA 4.1 Letak Geografis dan Kondisi Alam Kabupaten Muna merupakan daerah kepulauan yang terletak diwilayah Sulawesi Tenggara. Luas wilayah Kabupaten Muna adalah 488.700 hektar

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL LOKASI 4.1. Letak Geografis dan Kondisi Alam

BAB IV PROFIL LOKASI 4.1. Letak Geografis dan Kondisi Alam 34 BAB IV PROFIL LOKASI 4.1. Letak Geografis dan Kondisi Alam Desa Pulau Panjang merupakan salah satu desa yang termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi

Lebih terperinci

BAB III PENERAPAN ANTARA PEMILIK KAPAL DAN NELAYAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PENERAPAN ANTARA PEMILIK KAPAL DAN NELAYAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN BAB III PENERAPAN ANTARA PEMILIK KAPAL DAN NELAYAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN A. Gambaran Umum Desa Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan 1. Letak Geografis Desa Paloh merupakan

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 29 4. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Administrasi Pulau Sebesi Pulau Sebesi merupakan salah satu pulau yang terletak di teluk Lampung berdekatan dengan Krakatau tepatnya pada posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memerlukan permukiman untuk pelaksanaan aktivitas kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memerlukan permukiman untuk pelaksanaan aktivitas kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Permukiman merupakan salah satu masalah esensial dalam kehidupan. Setiap manusia memerlukan permukiman untuk pelaksanaan aktivitas kehidupan sehari-hari. Permukiman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada pertumbuhan tanaman, hewan, dan ikan. Pertanian juga berarti kegiatan pemanfaatan sumber daya

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA 2016 B A D A N P U S AT S TAT I S T I K KO TA B I T U N G Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 No. Publikasi : 7172.1616 Katalog

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Perawang Barat maju pesat dalam pembangunan maupun perekonomian, hal ini didukung

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Perawang Barat maju pesat dalam pembangunan maupun perekonomian, hal ini didukung BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Sejarah Desa Perawang Barat adalah salah satu Desa hasil dari pemekaran dari Desa Induk yaitu Desa Tualang berdasarkan peraturan

Lebih terperinci

Potensi Terumbu Karang Luwu Timur

Potensi Terumbu Karang Luwu Timur Potensi Terumbu Karang Luwu Timur Kabupaten Luwu Timur merupakan kabupaten paling timur di Propinsi Sulawesi Selatan dengan Malili sebagai ibukota kabupaten. Secara geografis Kabupaten Luwu Timur terletak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberlakuan Otonomi Daerah yang diamanatkan melalui Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang termaktub pada pasal 117, yang berbunyi : "Ibukota Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

ARAHAN LOKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KAWASAN PESISIR UTARA KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR TUGAS AKHIR

ARAHAN LOKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KAWASAN PESISIR UTARA KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR TUGAS AKHIR ARAHAN LOKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KAWASAN PESISIR UTARA KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR TUGAS AKHIR Oleh : FRANSISKUS LAKA L2D 301 323 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Desa Cikalong merupakan salah satu dari 13 desa di dalam wilayah Kecamatan Cikalong, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat yang terletak di

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Kemiskinan dan kesenjangan sosial pada kehidupan nelayan menjadi salah satu perhatian utama bagi kebijakan sektor perikanan. Menurut pemerintah bahwa kemiskinan dan

Lebih terperinci

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI 8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI Aktivitas-aktivitas perikanan tangkap yang ada di PPI Jayanti dan sekitarnya yang dapat dijadikan sebagai aktivitas wisata bahari

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa. 31 IV. KEADAAN UMUM DAERAH A. Letak Geografis Kecamatan Galur merupakan salah satu dari 12 kecamatan di Kabupaten Kulonprogo, terdiri dari 7 desa yaitu Brosot, Kranggan, Banaran, Nomporejo, Karangsewu,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi a. Letak Geografis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kota Gorontalo merupakan ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65 persen dari luas Provinsi

Lebih terperinci

DAMPAK MODERNISASI PERIKANAN

DAMPAK MODERNISASI PERIKANAN DAMPAK MODERNISASI PERIKANAN Perkembangan sarana penangkapan nelayan adalah hal penting untuk menganalisa dampak modernisasi perikanan terhadap pola kerja, struktur sosial dan kesejahteraan nelayan di

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Wilayah Banten berada pada batas astronomi 5º7 50-7º1 11 Lintang Selatan dan 105º1 11-106º7 12 Bujur Timur. Luas wilayah Banten adalah

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN

BAB III PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN 37 BAB III PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN A. Gambaran Umum Desa Kombangan 1. Letak Lokasi Desa Kombangan merupakan satu desa yang berada di wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain yang berada di Provinsi

dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain yang berada di Provinsi 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung 1. Keadaan Umum Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak penduduk dengan berbagai macam ragam mata pencaharian. Dimana mata pencaharian merupakan aktivitas manusia untuk dapat memperoleh taraf hidup

Lebih terperinci