I. PENDAHULUAN. lebih tinggi lagi penggunaannya (Kartasapoetra, 2000). Peningkatan nilai guna suatu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "I. PENDAHULUAN. lebih tinggi lagi penggunaannya (Kartasapoetra, 2000). Peningkatan nilai guna suatu"

Transkripsi

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri merupakan kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi lagi penggunaannya (Kartasapoetra, 2000). Peningkatan nilai guna suatu barang sangat penting dilakukan dalam industri manapun dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan ditengah tingginya persaingan industri saat ini. Pengelompokan industri di Indonesia dapat dibedakan kedalam beberapa kelompok. Salah satunya industri dibedakan berdasarkan jumlah tenaga kerja yaitu terdiri dari industri besar, industri sedang, industri kecil, maupun industri rumah tangga (BPS, 2002). Semua golongan industri memperlihatkan persaingan yang semakin ketat sehingga mengharuskan para pelaku industri berusaha untuk mempertahankan produknya mulai dari proses produksi hingga akhir. Industri rumah tangga atau industri kecil merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan yang bertujuan untuk memproduksi barang atau jasa untuk diperniagakan secara komersial (Sayuti, 2013). Pada umumnya industri rumah tangga memiliki jumlah tenaga kerja antara 1 s.d 4 orang (BPS, 2002). Walaupun industri rumah tangga dikatakan sebagai perusahaan kecil, namun saat ini banyak ditemui pengusaha yang mulai merintis usahanya melalui industri rumah tangga karena dianggap mampu bersaing dengan industri lainnya. Menurut Departemen Perdagangan (2008) industri rumah tangga 1

2 2 perlu dikembangkan di Indonesia karena memiliki peranan penting dalam pengembangan ekonomi negara dan daerah. Bagi para pengusaha sering menjadikan kebutuhan pokok mahluk hidup sebagai pilihan dalam memilih industri mana yang akan mereka jalani. Begitu banyak pilihan yang dapat dikembangkan oleh para pengusaha, sehingga mampu membuka peluang bisnis dalam berbagai jenis. Berbagai peluang bisnis yang dimanfaatkan sebagai kegiatan menjalin hubungan kemitraan kerap dilakukan oleh para pengusaha dalam mengembangkan bisnisnya. Salah satu kebutuhan pokok mahluk hidup adalah air. Demikian karena manusia tidak dapat dipisahkan dari air dalam kehidupan sehari-hari, karena air memiliki berbagai manfaat bagi kehidupan yaitu dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga yaitu sebagai air minum, kebutuhan industri, air irigasi untuk pertanian, dan sebagainya. Air dapat dimanfaatkan dan diolah untuk berbagai kegiatan baik secara langsung maupun sebagai alat penunjang suatu kegiatan. Muncul banyak usaha di bidang air minum saat ini. Salah satunya yaitu usaha air minum Kangen Water di Kelurahan Lukluk, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Usaha ini berdiri sejak tahun UD Kangen Water merupakan kegiatan usaha pembuatan air minum kemasan dengan ukuran produk dua liter. Air minum Kangen Water memiliki nilai kadar ph (derajat keasaman) basa. Kadar ph merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion hidrogen dalam air. Secara umum nilai ph menggambarkan seberapa besar tingkat keasaman atau kebasaan suatu air.

3 3 Pada usaha tersebut memproduksi air dengan kadar nilai ph mulai dari ph 8,5 s.d ph 9,5. Saat proses produksi dari air minum Kangen Water ini menghasilkan limbah, namun bukan limbah berbahaya yang sudah dilakukan pengujian sebelumnya. Pemilik usaha memanfaatkan limbah yang berupa air ini untuk dijadikan sebagai pupuk cair. Pupuk organik cair adalah pupuk yang dapat memberikan hara yang sesuai dengan kebutuhan tanaman pada tanah, karena bentuknya yang cair maka jika terjadi kelebihan kapasitas pupuk pada tanah maka dengan sendirinya tanaman akan mudah mengatur pemupukan jelas lebih merata, tidak akan terjadi penumpukan konsentrasi pupuk di satu tempat (Parnata, 2005). Pupuk tersebut dijual, dan dapat digunakan untuk menyiram tanaman hias. Selain itu juga dapat digunakan sebagai pengganti air untuk mencuci sayuran dan buah-buahan. Pemilik usaha air minum Kangen Water juga menjalin hubungan kerjasama, yang dimana produknya dipasarkan kepada pelaku usaha agribisnis seperti usaha penjualan jus, dan beberapa usaha pengobatan herbal yang menggunakan produk pertanian sebagai bahan baku utamanya. Upaya menjalin hubungan kemitraan dengan pelaku usaha agribisnis diharapkan mampu meningkatkan pendapatan pada sektor pertanian, dan diharapkan mampu menguntungkan kedua belah pihak yang bermitra. Pentingnya mutu dalam persaingan suatu usaha kerap dijadikan sebagai tolak ukur baik atau buruknya kualitas suatu produk pada suatu usaha. Karena kualitas yang baik merupakan prioritas utama pada kegiatan bisnis dalam keberlanjutan suatu

4 4 usaha. Kualitas merupakan tingkat yang menunjukkan serangkaian karakteristik yang melekat dan memenuhi ukuran tertentu (Dale, 2003). Usaha air minum Kangen Water sudah berusaha menerapkan kegiatan pengawasan mutu yang baik dalam menunjang standar produksi yang berkualitas. Kegiatan pengawasan mutu akan membantu perusahaan dalam menghasilkan produk yang berkualitas baik, meningkatkan kualitas produk secara terus-menerus, dan dapat menekan biaya produksi. Sehingga diharapkan dengan adanya kegiatan pengawasan mutu mampu mendorong keberlanjutan usaha tersebut. Berbagai upaya pengawasan mutu yang baik sudah berusaha dilakukan oleh UD Kangen Water. Mulai dari pengawasan saat proses produksi yaitu dengan tetap memperhatikan alat-alat penunjang produksi, ketepatan waktu untuk mengganti alatalat penyaringan, penggantian botol yang rutin, serta menjaga kebersihan dari botol dan tutup botol saat proses produksi. Berbagai pengawasan dan prosedur sudah dilakukan sebaik mungkin. Namun data yang diperoleh dari perusahaan, kenyataannya masih banyak ditemukan produk yang rusak. Produk rusak dapat disebabkan dengan berbagai jenis, sehingga produk rusak tersebut menjadi suatu kerugian bagi UD Kangen Water karena akan mengurangi keuntungan. Selain itu, perusahaan juga belum memiliki perincian catatan mengenai batas toleransi kerusakan dan manajemen biaya yang masih dilakukan secara standar dan manual. Dalam upaya memenuhi permintaan konsumen, pemilik usaha Kangen Water selalu berusaha meningkatkan jumlah produksi semenjak didirikanya usaha. Data

5 5 jumlah produksi beserta produk rusak pada tahun 2010 s.d tahun 2014 yaitu terjadi peningkatan, dan dengan peningkatan produk cacat yang akan dijelaskan sebagai berikut pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Jumlah Produksi, Jumlah Produk yang Cacat, dan Presentase Produk Kangen Water yang Cacat pada UD Kangen Water di Lukluk, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung Tahun 2010 s.d 2014 Tahun Produksi Kangen Water Produk yang Cacat Presentase Produk yang Cacat (Botol) (Botol) (%) , , , , ,9 Jumlah ,4 Rata-rata ,2 37,3 Sumber. UD Kangen Water Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa jumlah produksi Kangen Water selama lima tahun terakhir yaitu tahun 2010 s.d tahun 2014 mengalami peningkatan setiap tahun. Peningkatan jumlah produksi selama tahun 2010 s.d 2014 juga diiringi dengan peningkatan jumlah produk yang cacat selama lima tahun terakhir. Namun, dapat dilihat pada tabel presentase produk cacat selama tahun 2010 s.d tahun 2014 mengalami penurunan presentase produk cacat. Peningkatan produk yang cacat pada umumnya dikarenakan manajemen pengawasan mutu yang kurang teliti saat jumlah permintaan meningkat. Sehingga

6 6 meningkatnya jumlah produksi serta merta tidak diiringi dengan peningkatan pengawasan yang mengakibatkan produk yang diawasi kurang terdeteksi dengan baik seperti saat proses pembotolan dan longgarnya pengawasan saat penggantian alat-alat penyaringan. Melihat fenomena tersebut, maka perlu dilakukan penelitian seberapa jauh manajemen pengawasan mutu pada UD Kangen Water agar produk akhir yang dihasilkan mampu memenuhi standar kualitas yang sesuai. Melakukan perhitungan jumlah optimum kerusakan produk diupayakan agar pemilik usaha mampu melakukan manajemen perusahaan yang lebih baik, serta perhitungan biaya pengawasan yang harus dikeluarkan perusahaan agar mengetahui efisiensi biaya yang akan dikeluarkan dimasa mendatang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut. 1. Bagaimana proses produksi Kangen Water yang dilakukan oleh UD Kangen Water di Kelurahan Lukluk, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung? 2. Bagaimana sistem pengawasan mutu produk Kangen Water yang dilakukan oleh UD Kangen Water di Kelurahan Lukluk, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung? 3. Bagaimana biaya-biaya pengawasan atas mutu produk pada UD Kangen Water di Kelurahan Lukluk, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung?

7 7 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian pada permasalahan, maka tujuan dalam penelitian ini dalah untuk mengetahui. 1. Proses produksi Kangen Water yang dilakukan oleh UD Kangen Water di Lukluk, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. 2. Sistem pengawasan mutu produk Kangen Water yang dilakukan oleh UD Kangen Water di Lukluk, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. 3. Biaya-biaya pengawasan atas mutu produk pada UD Kangen Water di Lukluk, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu. 1. Peneliti Melalui penelitian ini, peneliti dapat mengaplikasikan pengetahuan pada konsentrasi Pengembangan Bisnis, dan mampu mengetahui strategi manajemen pengawasan mutu untuk keberlanjutan usaha Kangen Water di Kelurahan Lukluk, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. 2. Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan tolak ukur atau pertimbangan bagi pemilik usaha untuk mengembangkan manajemen pengawasan mutu dalam upaya keberlanjutan produk pada usaha Kangen Water di Kelurahan Lukluk, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.

8 8 3. Pemerintah Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan referensi tambahan yang berkaitan dengan masalah pengawasan mutu produk pada suatu usaha. 4. Peneliti lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan informasi bagi pelaku agribisnis yang berkepentingan khususnya dalam hal produk air minum Kangen Water. 1.5 Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini terfokus pada proses produksi secara deskritif. Sitem pengawasan mutu terfokus pada pengawasan saat proses produksi untuk meminumumkan kerusakan produk menggunakan analisis peta kontrol (control charts) untuk mengetahui batas tengah, batas atas dan batas bawah toleransi kerusakan. Analisis biaya pengawasan mutu untuk mengetahui berapa biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam pelaksanaan pengawasan mutu yang terdiri atas biaya pengawasan mutu (QCC), biaya jaminan mutu (QAC), dan total biaya pengawasan mutu (TQC). Data yang digunakan dalam penelitian yaitu data jumlah produksi, jumlah kerusakan produk, dan biaya-biaya pengawasan pada periode Januari s.d Desember tahun 2014.

Manajemen Pengawasan Mutu Produk PadaUD Kangen Water di Kelurahan Lukluk, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung

Manajemen Pengawasan Mutu Produk PadaUD Kangen Water di Kelurahan Lukluk, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung Manajemen Pengawasan Mutu Produk PadaUD Kangen Water di Kelurahan Lukluk, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung NI MADE DWIYANI CITA ARSANI, I KETUT SUAMBA,IDA AYU LISTIA DEWI Program Studi Agribisnis, Fakultas

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENGAWASAN MUTU PRODUK PADA UD KANGEN WATER DI KELURAHAN LUKLUK, KECAMATAN MENGWI, KABUPATEN BADUNG

MANAJEMEN PENGAWASAN MUTU PRODUK PADA UD KANGEN WATER DI KELURAHAN LUKLUK, KECAMATAN MENGWI, KABUPATEN BADUNG MANAJEMEN PENGAWASAN MUTU PRODUK PADA UD KANGEN WATER DI KELURAHAN LUKLUK, KECAMATAN MENGWI, KABUPATEN BADUNG SKRIPSI NI MADE DWIYANI CITA ARSANI KONSENTRASI PENGEMBANGAN BISNIS PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berbeda terdiri dari planning, organizing, actuating, dan controlling yang dilakukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. berbeda terdiri dari planning, organizing, actuating, dan controlling yang dilakukan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Menurut Terry, George R (1977) manajemen adalah suatu proses yang berbeda terdiri dari planning, organizing, actuating, dan controlling yang dilakukan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin ketat yang mengakibatkan perilaku konsumen dalam mengambil

I. PENDAHULUAN. semakin ketat yang mengakibatkan perilaku konsumen dalam mengambil I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha saat ini telah diwarnai dengan berbagai macam persaingan di segala bidang. Salah satunya adalah persaingan bisnis yang semakin ketat yang mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan bisnis semakin ketat dan sulit apalagi dengan bertambahnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan bisnis semakin ketat dan sulit apalagi dengan bertambahnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, persaingan bisnis semakin ketat dan sulit apalagi dengan bertambahnya perusahaan yang semakin banyak. Kondisi inilah yang menyebabkan perusahaanperusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri pada umumnya dan agro-industri pada khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri pada umumnya dan agro-industri pada khususnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan industri pada umumnya dan agro-industri pada khususnya saat ini meningkat dengan pesat tiap tahunnya. Perkembangan ini berdasarkan data dari Kementerian

Lebih terperinci

BIDANG KEGIATAN : PKM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

BIDANG KEGIATAN : PKM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PROPOSAL PROGRAM KEGIATAN MAHASISWA INTERVENSI TEKNOLOGI PUPUK CAIR ORGANIK BERBAHAN LIMBAH DALAM PENGOLAHAN INDUSTRI TAHU RUMAH TANGGA BIBIS, MOJOSONGO, KOTA SURAKARTA BIDANG KEGIATAN : PKM PENGABDIAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii ABSTRAK... ix I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan Penelitian... 2 1.3

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. No Lampiran Halaman

DAFTAR LAMPIRAN. No Lampiran Halaman DAFTAR LAMPIRAN No Lampiran Halaman 1 Foto-Foto Penelitian... 81 xvi 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan visi dan misi Provinsi Bali tahun 2009, prioritas pembangunan Provinsi Bali sesuai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era pasar bebas dimana situasi pasar yang semakin kompetitif serta penuh dengan ketidakpastian, setiap akan dihadapkan pada persaingan yang ketat. Hal ini yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Secara singkat menurut data BPS peranan sektor pertanian tercermin melalui kontribusinya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah populasi manusia di dunia. Hal ini menyebabkan kebutuhan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah populasi manusia di dunia. Hal ini menyebabkan kebutuhan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan semakin meningkatnya kemajuan zaman dan semakin banyaknya jumlah populasi manusia di dunia. Hal ini menyebabkan kebutuhan akan konsumsi jamu-jamu herbal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan tanaman perdu dan berakar tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya. Tomat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta mahkluk

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL Berdasarkan hasil pengamatan sarana pengolahan limbah cair pada 19 rumah sakit di Kota Denpasar bahwa terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Kesibukan dan rutinitas membuat orang harus pergi ke suatu tempat dengan

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Kesibukan dan rutinitas membuat orang harus pergi ke suatu tempat dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesibukan aktifitas seseorang adalah salah satu faktor yang menuntut orang memiliki mobilitas tinggi, membuat orang bergerak terus maju dan berpacu dengan waktu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku atau bahan siap pakai untuk memenuhi kebutuhan manusia, yang keberadaannya sangat

Lebih terperinci

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN (1)Yovi Kurniawan (1)SHE spv PT. TIV. Pandaan Kabupaten Pasuruan ABSTRAK PT. Tirta Investama Pabrik Pandaan Pasuruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencegah dan berupaya memperbaiki faktor-faktor penyebab kerusakan. menemui atau mendapati produk yang rusak.

BAB I PENDAHULUAN. mencegah dan berupaya memperbaiki faktor-faktor penyebab kerusakan. menemui atau mendapati produk yang rusak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk hasil pertanian, umumnya rawan akan kerusakan saat pengolahan maupun saat penanganan bahannya. Untuk menghindari hal tersebut, setiap perusahaan akan menerapkan

Lebih terperinci

BAB I I. PENDAHULUAN

BAB I I. PENDAHULUAN BAB I I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Kondisi lahan pertanian yang kian hari semakin berkurang sementara disisi lain pemenuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Pengertian agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi

I. PENDAHULUAN. pertanian. Pengertian agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Agribisnis merupakan suatu konsep yang utuh, mulai dari proses produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian. Pengertian

Lebih terperinci

Nur Rahmah Fithriyah

Nur Rahmah Fithriyah Nur Rahmah Fithriyah 3307 100 074 Mengandung Limbah tahu penyebab pencemaran Bahan Organik Tinggi elon Kangkung cabai Pupuk Cair Untuk mengidentifikasi besar kandungan unsur hara N, P, K dan ph yang terdapat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Mikroalga Laut Scenedesmus sp. Hasil pengamatan pengaruh kelimpahan sel Scenedesmus sp. terhadap limbah industri dengan dua pelakuan yang berbeda yaitu menggunakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR. Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agroindustri adalah salah satu subsistem yang bersama-sama subsistem lain

I. PENDAHULUAN. agroindustri adalah salah satu subsistem yang bersama-sama subsistem lain I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi menitikberatkan pada bidang pertanian dan industri yang berbasis pertanian atau biasa disebut agroindustri. Dalam sistem agribisnis, agroindustri adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman dan kelangsungan hidup mahluk hidup. Karakteristik unsur-unsur dalam

BAB I PENDAHULUAN. tanaman dan kelangsungan hidup mahluk hidup. Karakteristik unsur-unsur dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam berbagai segi kehidupan manusia, hewan dan tanaman. Tanah mengandung banyak bahan organik dan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010 PARAMETER BIOLOGIS BADAN AIR SUNGAI NGRINGO SEBAGAI DAMPAK INDUSTRI TEKSTIL Nanik Dwi Nurhayati Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Email: nanikdn@uns.ac.id ABSTRAK Berbagai bakteri

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN. rata-rata nilai BOD dapat dilihat pada Gambar 5.1. Gambar 5.1. Nilai BOD dari tahun 2007 sampai 2014.

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN. rata-rata nilai BOD dapat dilihat pada Gambar 5.1. Gambar 5.1. Nilai BOD dari tahun 2007 sampai 2014. BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisa Parameter Kualitas Air Limbah BOD 5.1.1. Parameter BOD Analisa terhadap nilai BOD pada instalasi pengolahan air limbah pada tahun 2007-2014 dilakukan dengan menganalisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sisa proses yang tidak dapat digunakan kembali. Sisa proses ini kemudian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sisa proses yang tidak dapat digunakan kembali. Sisa proses ini kemudian menjadi BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Limbah merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga atau yang lebih dikenal sabagai sampah), yang kehadirannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan zaman, ketergantungan manusia terhadap energi sangat tinggi. Sementara itu, ketersediaan energi fosil yang ada di bumi semakin menipis. Bila hal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. a b c. Pada proses pembentukan magnetit, urea terurai menjadi N-organik (HNCO), NH + 4,

HASIL DAN PEMBAHASAN. a b c. Pada proses pembentukan magnetit, urea terurai menjadi N-organik (HNCO), NH + 4, 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Magnetit Pembentukan magnetit diawali dengan reaksi reduksi oleh natrium sitrat terhadap FeCl 3 (Gambar 1). Ketika FeCl 3 ditambahkan air dan urea, larutan berwarna jingga.

Lebih terperinci

Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian maupun perikanan. mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatka pertumbuhan ekonomi

Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian maupun perikanan. mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatka pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian maupun perikanan mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatka pertumbuhan ekonomi negara. Pengaruh agroindustri

Lebih terperinci

PEMISAHAN LOGAM BERAT (PB DAN CD) DALAM BIOSOLID DENGAN PROSES EKSTRAKSI (LEACHING) ASAM BASA PENELITIAN OLEH :

PEMISAHAN LOGAM BERAT (PB DAN CD) DALAM BIOSOLID DENGAN PROSES EKSTRAKSI (LEACHING) ASAM BASA PENELITIAN OLEH : PEMISAHAN LOGAM BERAT (PB DAN CD) DALAM BIOSOLID DENGAN PROSES EKSTRAKSI (LEACHING) ASAM BASA PENELITIAN OLEH : ANDRY HERDIAN POMANTOUW NPM : 0731010013 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran industri (agroindustri),

I. PENDAHULUAN. rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran industri (agroindustri), I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas pertanian unggulan yang dianggap memiliki prospek yang baik. Hal ini terkait dengan semakin

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS TANAMAN ORGANIK. Disusun oleh : Petrus Wisnu Kurniawan NIM : S1TI2C

TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS TANAMAN ORGANIK. Disusun oleh : Petrus Wisnu Kurniawan NIM : S1TI2C TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS TANAMAN ORGANIK Disusun oleh : Petrus Wisnu Kurniawan NIM : 10.11.3688 S1TI2C STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Peluang Usaha: Berkebun Organik Kultur hidup sehat saat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terus bermunculannya berbagai jenis industri yang mengolah bahan baku yang

I. PENDAHULUAN. terus bermunculannya berbagai jenis industri yang mengolah bahan baku yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Perkembangan pada sektor industri pertanian dan perkebunan ditandai dengan terus bermunculannya berbagai jenis industri yang mengolah bahan baku yang berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Limbah dibedakan menjadi dua yaitu limbah anorganik dan limbah

BAB I PENDAHULUAN. Limbah dibedakan menjadi dua yaitu limbah anorganik dan limbah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya penduduk dan gaya hidup semakin modern sangat mempengaruhi terhadap volume limbah. Jumlah limbah yang meningkat dapat berdampak negatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Biogas merupakan salah satu energi berupa gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biogas merupakan salah satu energi terbarukan. Bahanbahan yang dapat

Lebih terperinci

Pengaruh Pencemaran Sampah Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal Di TPA Mojosongo Surakarta 1

Pengaruh Pencemaran Sampah Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal Di TPA Mojosongo Surakarta 1 Pengaruh Pencemaran Sampah Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal Di TPA ( Tempat Pembuangan Akhir ) Mojosongo Kota Surakarta Oleh : Bhian Rangga JR NIM K 5410012 P. Geografi FKIP UNS A. PENDAHULUAN Sebagian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian merupakan sumber penghasilan bagi sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. pertanian merupakan sumber penghasilan bagi sebagian besar penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor ekonomi penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan sumber penghasilan bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Subsektor hortikultura merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB II SYARAT DAN TATACARA PELAKSANAAN KERJASAMA

BAB I PENDAHULUAN BAB II SYARAT DAN TATACARA PELAKSANAAN KERJASAMA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian) dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi penelitian dan pengembangan di sektor pertanian memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan lingkungan hidup tidak bisa dipisahkan dari sebuah pembangunan. Angka pertumbuhan penduduk dan pembangunan kota yang makin meningkat drastis akan berdampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fosfor merupakan salah satu unsur hara makro esensial dan secara alami fosfor di dalam tanah berbentuk senyawa organik atau anorganik. Kedua bentuk tersebut merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kesehatan lingkungan. Hampir semua limbah binatu rumahan dibuang melalui. kesehatan manusia dan lingkungannya (Ahsan, 2005).

I. PENDAHULUAN. kesehatan lingkungan. Hampir semua limbah binatu rumahan dibuang melalui. kesehatan manusia dan lingkungannya (Ahsan, 2005). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah binatu mengandung sisa deterjen, pewangi, pelembut, pemutih, dan senyawa aktif metilen biru yang sulit terdegradasi dan berbahaya bagi kesehatan lingkungan. Hampir

Lebih terperinci

PELESTARIAN LINGKUNGAN MELALUI TATAJER

PELESTARIAN LINGKUNGAN MELALUI TATAJER PELESTARIAN LINGKUNGAN MELALUI TATAJER Anitarakhmi Handaratri, Yuyun Yuniati Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ma Chung Email: anita.hand@gmail.com, yuyun.yuniati@machung.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan fasilitas pelayanan kesehatan yang membuang air limbahnya tanpa

BAB I PENDAHULUAN. dan fasilitas pelayanan kesehatan yang membuang air limbahnya tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pencemaran lingkungan khususnya masalah pencemaran air di kota besar di Indonesia, telah menunjukan gejala yang cukup serius, penyebab dari pencemaran tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai keriting (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting

I. PENDAHULUAN. Cabai keriting (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai keriting (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting di Indonesia. Selain memiliki nilai gizi yang cukup tinggi, cabai juga memiliki

Lebih terperinci

Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan yang dikeluarkan

Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan yang dikeluarkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekarang ini dunia dihadapkan pada krisis air bersih. Sumber daya air yang tersedia tidak mampu mencukupi kebutuhan air bersih di beberapa negara. Selama lebih dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan atau kontribusi yang sangat besar dalam pembangunan ekonomi suatu negara terutama negara yang bercorak agraris seperti Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat maupun hubungan manusia dengan lingkungannya. makan, sandang dan perumahan. Bahan-bahan untuk kebutuhan itu semakin

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat maupun hubungan manusia dengan lingkungannya. makan, sandang dan perumahan. Bahan-bahan untuk kebutuhan itu semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan baik itu kekayaan yang berupa kekayaan alam maupun kekayaan yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin besarnya limbah yang di hasilkan dari waktu ke waktu. Konsekuensinya adalah beban badan air selama

Lebih terperinci

Oleh: ANA KUSUMAWATI

Oleh: ANA KUSUMAWATI Oleh: ANA KUSUMAWATI PETA KONSEP Pencemaran lingkungan Pencemaran air Pencemaran tanah Pencemaran udara Pencemaran suara Polutannya Dampaknya Peran manusia Manusia mempunyai peranan dalam pembentukan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berskala besar seperti limbah industri rokok, industri kertas, dan industri

BAB I PENDAHULUAN. yang berskala besar seperti limbah industri rokok, industri kertas, dan industri BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Semakin meningkatnya sektor industri di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan perekonomian dan taraf hidup penduduk Indonesia, akan tetapi dengan munculnya berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan penyusunan dan penelitian tugas akhir ini dilakukan di Usaha Kecil Menengah

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan penyusunan dan penelitian tugas akhir ini dilakukan di Usaha Kecil Menengah 20 BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan penyusunan dan penelitian tugas akhir ini dilakukan di Usaha Kecil Menengah (UKM) Chrisna Snack, Perumahan Josroyo 19 RT 7 RW

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan

BAB I PENDAHULUAN. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kawasan industri, perumahan dan gedung- gedung. perkebunan dapat meningkatkan penghasilan penduduk. Apabila ditinjau dari

BAB I PENDAHULUAN. kawasan industri, perumahan dan gedung- gedung. perkebunan dapat meningkatkan penghasilan penduduk. Apabila ditinjau dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki tanah yang sangat subur dan bisa dimanfaatkan untuk pertanian dan perkebunan, seperti padi, jagung, kopi, teh, cengkeh dan lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat diketahui dari persaingan antar perusahaan yang semakin ketat, baik

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat diketahui dari persaingan antar perusahaan yang semakin ketat, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi seperti saat ini, perkembangan industri menjadi sangat pesat. Hal ini dapat diketahui dari persaingan antar perusahaan yang semakin ketat,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JenisPenelitian, Rancangan Penelitian atau Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah quasi experiment (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian non randomized pretest-postest

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang sedang berkembang, sektor perekonomian di Indonesia tumbuh dengan pesat. Pola perekonomian yang ada di Indonesia juga berubah, dari yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik sludge 4.1.1. Sludge TPA Bantar Gebang Sludge TPA Bantar Gebang memiliki kadar C yang cukup tinggi yaitu sebesar 10.92% dengan kadar abu sebesar 61.5%.

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan informasi yang begitu cepat membawa pengaruh yang besar dalam dunia bisnis dan industri. Kebutuhan menangani data dan memperoleh informasi secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian mutu industri produk berbasis makanan dan minuman perlu

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian mutu industri produk berbasis makanan dan minuman perlu BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Kualitas produk berperan penting terhadap keberhasilan dalam menjalankan suatu bisnis terutama industri makanan dan minuman. Penerapan pengendalian mutu industri produk

Lebih terperinci

VII. ANALISIS SITUASI USAHA PERKEBUNAN DAN AGROINDUSTRI NENAS DI KABUPATEN SUBANG DAN KARAWANG

VII. ANALISIS SITUASI USAHA PERKEBUNAN DAN AGROINDUSTRI NENAS DI KABUPATEN SUBANG DAN KARAWANG VII. ANALISIS SITUASI USAHA PERKEBUNAN DAN AGROINDUSTRI NENAS DI KABUPATEN SUBANG DAN KARAWANG 1. Lokasi Penelitian Lapang Penelitian lapang dilakukan di Kabupaten Subang, Jawa Barat, khususnya usaha perkebunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup setiap manusia,

I. PENDAHULUAN. karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup setiap manusia, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan manuasia akan pangan merupakan hal yang sangat mendasar karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup setiap manusia, baik dipandang dari segi kualitas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI Proses produksi PT Amanah Prima Indonesia dimulai dari adanya permintaan dari konsumen melalui Departemen Pemasaran yang dicatat sebagai pesanan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN an. Namun seiring dengan semakin menurunnya produktivitas gula

BAB I PENDAHULUAN an. Namun seiring dengan semakin menurunnya produktivitas gula BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara dengan basis sumberdaya agraris, Indonesia pernah menjadi salah satu produsen dan eksportir gula pasir yang terbesar di dunia pada decade 1930-40 an.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkurangnya cadangan sumber energi dan kelangkaan bahan bakar minyak yang terjadi di Indonesia dewasa ini membutuhkan solusi yang tepat, terbukti dengan dikeluarkannya

Lebih terperinci

IPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK WANITA TANI DALAM PENGOLAHAN PRODUK BERBAHAN BAKU SUSU SAPI DI KELURAHAN CEPOKO KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG

IPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK WANITA TANI DALAM PENGOLAHAN PRODUK BERBAHAN BAKU SUSU SAPI DI KELURAHAN CEPOKO KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG IPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK WANITA TANI DALAM PENGOLAHAN... IPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK WANITA TANI DALAM PENGOLAHAN PRODUK BERBAHAN BAKU SUSU SAPI DI KELURAHAN CEPOKO KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG

Lebih terperinci

Pengawasan Bahan Baku dan Mutu yang Efektif Guna Mendukung Kelancaran Proses Produksi Pada PT Alove Bali

Pengawasan Bahan Baku dan Mutu yang Efektif Guna Mendukung Kelancaran Proses Produksi Pada PT Alove Bali E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2301-6523 Vol.5, No.1, Januari 2016 Pengawasan Bahan Baku dan Mutu yang Efektif Guna Mendukung Kelancaran Proses Produksi Pada PT Alove Bali ANAK AGUNG SAGUNG DESSY

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

I.PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata I.PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini pandangan perkembangan pertanian organik sebagai salah satu teknologi alternatif untuk menanggulangi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini pandangan perkembangan pertanian organik sebagai salah satu teknologi alternatif untuk menanggulangi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini pandangan perkembangan pertanian organik sebagai salah satu teknologi alternatif untuk menanggulangi persoalan lingkungan sangat diperlukan. Selain itu, permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dalam industri sangat ketat, khususnya dalam industri minuman, sehingga hanya perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dalam industri sangat ketat, khususnya dalam industri minuman, sehingga hanya perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dalam industri sangat ketat, khususnya dalam industri minuman, sehingga hanya perusahaan yang memiliki sistem distribusi dan produksi yang baik dapat bertahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menghadapi tingkat persaingan yang ketat di dunia bisnis saat ini, setiap perusahaan harus dapat mengolah bisnis dengan baik. Persaingan yang ketat ini memotivasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kulit pisang merupakan bagian pisang terluar yang tidak dapat dikonsumsi secara langsung sehingga kulit pisang menjadi limbah organik jika dibuang ke lingkungan.

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan yaitu : 1. Hasil analisis laboratorium terhadap unsur hara makro tanah vulkanik berupa ph tanah, unsur N, P,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki nilai ekonomi tinggi serta mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai usaha di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik itu perusahaan penghasil barang maupun perusahaan penghasil jasa.

BAB I PENDAHULUAN. baik itu perusahaan penghasil barang maupun perusahaan penghasil jasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dalam dunia bisnis semakin hari semakin ketat terjadi, salah satunya adalah dalam sektor industri, dimana terdapat persaingan yang ketat antara perusahaanperusahaan,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Surabaya, 24 Februari Penulis. Asiditas dan Alkalinitas Page 1

KATA PENGANTAR. Surabaya, 24 Februari Penulis. Asiditas dan Alkalinitas Page 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadiran allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayahnya kepada kita, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah Asiditas dan Alkalinitas.

Lebih terperinci

telah melakukan pengujian untuk mengetahui konsentrasi bahan-bahan kimia yang

telah melakukan pengujian untuk mengetahui konsentrasi bahan-bahan kimia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Uatar Belakang Laboratorium adalah salah satu sarana penunjang kegiatan akademik yang digunakan untuk kegiatan praktikum dan menunjang teori yang telah diberikan pada saat perkuliahan.

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.188, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Sampah. Rumah Tangga. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5347) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

Tentang Lingkungan Hidup. Wan Muhamad Idris Baros Management

Tentang Lingkungan Hidup. Wan Muhamad Idris Baros Management Tentang Lingkungan Hidup Wan Muhamad Idris Baros 201411098 Management Pengertian Lingkungan Hidup Pengertian Lingkungan Hidup adalah semua artikel yang berhubungan dengan lingkungan hidup. Seperti artikel

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang The Earth Summit (KTT Bumi) 1992 di Rio de Janeiro adalah indikator utama semakin besarnya perhatian dan kepedulian dunia internasional pada masalah lingkungan serta

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Proses ini yang memungkinkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan pertanian di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Selain

I. PENDAHULUAN. Perkembangan pertanian di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Selain I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pertanian di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Selain berbagai ancaman akibat bencana alam dan perubahan iklim, pertanian juga terancam oleh kerusakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air sangat diperlukan oleh tubuh manusia seperti halnya udara dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air sangat diperlukan oleh tubuh manusia seperti halnya udara dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air sangat diperlukan oleh tubuh manusia seperti halnya udara dan makanan. Jika manusia hidup tanpa udara manusia akan mati, sedangkan tanpa makanan manusia masih dapat

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) PENGEMBANGAN PRODUK IKM LIMBAH HASIL LAUT NON KONSUMSI JAWA TENGAH

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) PENGEMBANGAN PRODUK IKM LIMBAH HASIL LAUT NON KONSUMSI JAWA TENGAH KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) PENGEMBANGAN PRODUK IKM LIMBAH HASIL LAUT NON KONSUMSI JAWA TENGAH KEGIATAN PEMBINAAN LINGKUNGAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN EKONOMI DI WILAYAH IHT BIDANG IATEA TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan Industri Tahu 1. Faktor Penyebab Terjadinya Pencemaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perantara jamu gendong (Muslimin dkk., 2009).

I. PENDAHULUAN. perantara jamu gendong (Muslimin dkk., 2009). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamu merupakan warisan budaya bangsa yang sudah digunakan secara turun temurun. Indonesia memiliki keunggulan dalam hal pengembangan jamu dengan 9.600 jenis tanaman obat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Amartya Sen, peraih Nobel Ekonomi tahun 1998, menyatakan bahwa. bersama akan maksimal, dengan demikian kemakmuran sebuah bangsa dapat

I. PENDAHULUAN. Amartya Sen, peraih Nobel Ekonomi tahun 1998, menyatakan bahwa. bersama akan maksimal, dengan demikian kemakmuran sebuah bangsa dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Amartya Sen, peraih Nobel Ekonomi tahun 1998, menyatakan bahwa pembangunan adalah sesuatu yang bersahabat, pembangunan seharusnya merupakan proses yang memfasilitasi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 54 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DAN ZAT KIMIA PENGOPERASIAN PESAWAT UDARA DAN BANDAR UDARA DENGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang cepat dan perkembangan industri yang terus meningkat menyebabkan permintaan energi cukup besar. Eksploitasi sumber energi yang paling banyak

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 11: Cara uji derajat keasaman (ph) dengan menggunakan alat ph meter

Air dan air limbah Bagian 11: Cara uji derajat keasaman (ph) dengan menggunakan alat ph meter Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 11: Cara uji derajat keasaman (ph) dengan menggunakan alat ph meter ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan ekonomi nasional. Oleh karena itu sektor pertanian menjadi salah satu sektor

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Unit Operasi IPAL Mojosongo Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Mojosongo di bangun untuk mengolah air buangan dari kota Surakarta bagian utara, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekitar 80% air minum yang digunakan oleh manusia dibuang atau menjadi air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa pencucian barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Masalah sampah di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat Indonesia dalam membuang

Lebih terperinci