BAB I PENDAHULUAN. sarana yang tak terpisahkan dari kehidupan demokrasi pasca Orde Baru di dua
|
|
- Susanto Sasmita
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Studi ini mengkaji hasil pemilu legistatif tahun 2009 dan 2014, sebagai sarana yang tak terpisahkan dari kehidupan demokrasi pasca Orde Baru di dua komunitas Kauman dan Sangkrah Kota Solo. Proses pemilu dalam suasana penuh keterbukaan, kebebasan berpendapat dan berorganisasi, akan tetapi partai politik peserta pemilu dan preferensi politik di Kauman dan Sangkrah mengingatkan pada pola politik aliran di era Di Sangkrah menjadikan partai politik nasionalis sekuler memperoleh suara mayoritas. Sedangkan di Kauman dikenal sebagai komunitas santri, sebagai basis partai politik aliran keislaman. Studi ini menempatkan arti pentingnya teori tentang pandangan dunia 1 dan pola kebudayaan 2 di komunitas masyarakat Jawa. 3 Geertz mengkategorikan masyarakat Jawa menjadi tiga sub budaya dalam partisipasi terhadap penghayatan agama Islam, 6 yaitu abangan, santri dan priyayi. 7 Faith (1989) Indonesia memiliki budaya politik yang dominan yaitu aristokrasi Jawa dan wiraswasta 1 Pandangan dunia mengandung berbagai gagasan tentang kepercayaan dan ritus religius yang saling meneguhkan. Pandangan dunia secara emosional dibuat dapat diterima dengan sebuah gambaran tentang masalah masalah aktual dari cara hidup yang merupakan suatu ekspresi otentik. (Geertz: Kebudayaan dan Agama, Kanisius, Yogyakarta, 1992, hal. 10). Pandangan dunia mengenai kenyataan apa adanya, konsep tentang alam, diri dan masyarakat 2 Pola-pola kebudayaan adalah sistem simbol sebagai sumber informasi yang ekstrinsik ke dalam (menuju) dunia inter subyektif dari pemahaman bersama. Pola kebudayaan menyediakan berbagai program. Seperti pranata (keraton) sebagai proses sosial dan psikologis yang membentuk tingkah laku publik. (Geertz: Kebudayaan dan Agama,Kanisius, Yogyakarta, 1992, hal. 10) 3 Jawa adalah kelompok etnik terbesar di Asia Tenggara, dengan jumlah populasi lebih dari empat puluh persen dari dua ratus delapan puluh juta penduduk Indonesia, sebagaian besar orang Jawa atau hampir 90% persen penduduknya beragama Islam, namun secara kultural berbeda-beda dalam penghayatan terhadap Islam. 6 Geertz, Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa, Pustaka Jaya,1981 Jakarta. 7 Ajaran Islam sebagai dasar pokok dari tingkah laku manusia dalam segala segi, abangan adalah kaum tani Jawa. Priyayi adalah kaum aristokratnya, bagi abangan dan priyayi agama hanya salah satu aspek dari kehidupan yang lebih kurang. 1
2 Islam. 8 Koentjaraningrat (1994) berpendapat bahwa religi orang Jawa terbagi dalam agama Jawi yang bersifat sinkritis menyatukan unsur-unsur pra-hindu, Hindu dan Islam. Sedangkan santri yaitu mengakui dan menjalankan ajaran Islam lebih taat. 9 Mulder (2001) membagi varian pemeluk dalam Islam menjadi orang putihan abangan. Putihan yaitu seseorang menjalankan peribadatan Islam dengan sungguh-sungguh dan abangan orang yang tidak menjalankan peribadatan Islam. 10 Kemudian Woodward (2008) membagi masyarakat di Jawa sebagai masyarakat Islam, Islam normatif dan kebatinan. 11 Pola-pola makna dan pengetahuan di masyarakat Jawa oleh Geertz direproduksi menjadi kristalisasi ideologi yang terekspresi dalam bentuk sikapsikap masyarakat dan dalam kadar tertentu mampu menuntun masyarakat untuk melakukan tindakan atau perubahan. 12 Ideologi merupakan pencarian sebuah kerangka simbolis yang merumuskan, memikirkan, mereaksi terhadap masalahmasalah politis. 13 Ia merupakan perwujudan strategi dengan memberikan tanggapan terhadap ketegangan kultural, sosial dan psiko-politis. Kemudian berusaha untuk merepresentasikan situasi-situasi atau ketegangan sosial yang sulit dipahami untuk direproduksi menjadi lebih bermakna, ideologi itu merupakan 8 Faith dalam Nazaruddin Sjamsudin, Integrasi Politik di Indonesia, Jakarta, Gramedia, Hal 34 9 Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa, Balai Pustaka, Jakarta, Mulder, Mistisisme Jawa: Ideologi Indonesia, LKiS, Jogjakarta, 2001, hal Mark R. Woodward, Islam Jawa: Kesalehan Normatif versus Kebatinan, LKiS, Jogjakarta, 2008, hal Geertz, Politik Kebudayaan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta 1992, hal Dalam bentuk nasionalisme, marxisme, liberalisme, populisme, rasisme, kaisarisme, ekklesiatisisme, atau berbagai tradisionalisme yang dibangun kembali (campur aduk) yang sangat giat dilakukan. (Geertz, Politik Kebudayaan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta 1992, hal 34). 2
3 peta, matriks atau cetak biru tentang kenyataan sosial yang problematis. 14 Artinya ideologi merupakan demensi kebudayaan yang membenarkan, mengacu pada bagian kebudayaan yang secara aktif memusatkan diri kemapanan dan pertahanan pola-pola kepercayaan nilai. Ideologi cenderung menjadi tumpukan tradisi yang bersaing, secara kebetulan menjadi kerangka-kerangka politis, direka menjadi kerangka kerja organis memperkembangkan peradaban- peradaban. 15 Deversitas kebudayaan dan agama Jawa mempresentasikan keberagaman dan membentuk dasar bagi struktur sosial dan organisasi politik. 16 Pengorganisasian partai politik tumbuh dan berkembang sejak jaman pergerakan nasional seiring dengan proses pembentukan negara Indonesia yang berawal dari politik etis. 17 Pemerintah kolonial Belanda mengindoktrinisasi pendidikan dan kebudayaan barat kepada penduduk pribumi yang dirancang sebagai elit baru yang memimpin masyarakat Indonesia. Gagasan politik asosiasi adalah bahwa Jawa (Indonesia) yang modern tidak akan menjadi negara Indonesia Islam atau Indonesia adat maka Indonesia yang disebut westernized Indonesia. Indonesia yang dibaratkan. 18 Bagi Geertz, pemilihan umum adalah arena memasukkan kesadaran politis modern ke dalam masyarakat, memberikan rangsangan dan pemeliharaan permasalahan pemerintahan tentang berbagai kepentingan rakyat atau sebagai dasar untuk melihat peristiwa masa depan. Akan tetapi sebagian besar perasaan 14 Geertz, Politik Kebudayaan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 1992, hal Ibib, hal Woodward, Islam Jawa: Kesalehan Normatif Versus Kebatinan, LKiS, Jogjakarta, 2008, hal Shiraishi, Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat di Jawa , Grafiti, Jakarta, Benda, Bulan Sabit dan Matahari Terbit: Islam Indonesia Pada Masa Pendudukan, Jepang, Pustaka Jaya, Jakarta, hal
4 kolektif yang melembaga pada dasarnya masih tetap bersifat primordial. Berbagai macam kepentingan memperhatikan yang diasimilasikan atau disosialisasikan dengan ikatan-ikatan primordial. 19 Untuk itu perlu dilihat orang tua-orang tua, tokoh tradisional, ke adat-adat atau legenda atau kecendikiawan sekuler, ke generasi penerus ke peristiwa yang sedang berlangsung atau media massa. 20 Artinya setiap kontestasi partai politik dalam pemilihan umum dilatarbelakangi dengan simbol kultural dan perasaan simbolik politik itu, kemudian oleh Geertz simbol kultural (primordial ) di reproduksi menjadi ideologi partai politik yang lebih dikenal sebagai teori politik aliran. Persaingan diantara aliran-aliran politis,dengan menyajikan usaha-usaha penggambaran dari hal-hal yang tidak terlihat ke dalam perubahan konseptual yang direproduksi menjadi bentuk-bentuk kultural yang tampak, sebagai bentuk perjuangan untuk meraih kekuasaan, tempat, privilege, kemakmuran, nama baik, dan segala sesuatu yang lainnya sebagai imbalan-imbalan nyata dalam hidup. 21 Oleh karena itu, Gaffar menguatkan pendapat Geertz pola pembentukan dukungan dan mobilisasi politik setiap periode pemilu lebih tepat menggunakan pendekatan kultural daripada pendekatan struktural. 22 Maka organisasi pergerakan di awal bad XX dapat dipahami sebagai produksi dari spesifikasi kebudayaan yang terdiri dari seluruh aspek sosial dan budaya. Identitas setiap organisasi merupakan produk dari katagori sosial dan keberadaanya terkait erat dengan katagorisasi budaya dan akulturasi Geertz, Politik Kebudayaan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 1992, hal Ibid, hal Geertz, Politik Kebudayaan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 1992, hal Gaffar, Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,hal Di awali oleh Budi Utomo yang secara pengorganisasian menerapkan pola rasionalisasi Barat (Eropa). Namun tetap mencita-citakan kekuatan ekonomi dan budaya Jawa sebagai bangunan sosialnya. Kemudian Sarekat Islam sebagai partai Islam pertama yang menyadari nilai Islam sebagai ideologi alternatif. Indische Partij yang didirikan oleh tiga serangkai Douwes Dekker, 4
5 Pada awal abad XX bermunculan berbagai organisasi pergerakan, kemudian di era kemerdekaan Indonesia proses pembentukan partai politik yang pertama ditandai dengan dikeluarnya maklumat Wakil Presiden No. X tahun 1945 tanggal 16 Oktober Adalah serangkian proses berbagai aliansi partai politik sebagai cerminan ideologi atau kepercayaan yang mempresentasikan serangkain aliansi di mana suatu kelompok berposisi terhadap pemimpin yang mengutamakan kepentingan nasional. Jadi legitimasi kultural, diperoleh melalui aneka ragam kehendak dan tujuan yang heterogen untuk secara bersama-sama mencapai satu tujuan tunggal tentang pandangan dunia yang adil dan alamiah. Geertz memaknainya sebagai berananeka aliran politik terekspresi dalam bentuk partai-politik yang beridentitas Islam, Nasionalis dan Komunis dan pada hakekatnya semakin memperjelas polarisasi kebudayaan partai politik di Indonesia. Bagi Geerzt partai politik merupakan peneguhan atau penanggalan konsepsi umum tentang pandangan dunia. Suatu aspek perjuangan ideologi atau kepercayaan yang melibatkan transformasi pemahaman melalui kritik terhadap Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat, dengan tujuan memperjuangkan suatu nasionalisme Hindia Timur untuk mencapai kemerdekaan dari kolonialisme. Keanggotaanya terbuka bagi semua orang yang menganggap tanah Hindia sebagai tanah airnya tanpa membedakan ras dan warna kulit. Kemudian berdirilah Perhimpunan Indonesia (PI). Dengan ideologi sosialisme untuk mencapai Indonesia Merdeka, dengan strategi untuk mencita-citakan perubahan politik, suatu masyarakat yang adil dan manusiawi akan tumbuh dan berkembang melalui upaya-upaya masa rakyat yang tertindas secara ekonomi. Pada tahun 1914 berdirilah Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) yang beberapa tahun kemudian bermetamorfosa menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI) dan menjadi gerakan politik paling radikal dan ideologi marxisme memikat bagi pergerakan. Setelah era PKI munculah Partai Nasional Indonesia (PNI), didirikan pada 4 Juli 1927 yang dipimimpin oleh Sukarno. PNI memberikan perspektif baru yang menyatukan gerak politik kepartaian berbagai jenis orientasi. (Takashi Shiraishi, Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat di Jawa , Grafiti, Jakarta. 1997, A.K. Pringgodigwo, Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, Jakarta: Dian Rakyat, 1984, hal. 12, William, Arit dan Bulan Sabit: Pemberontakan Komunis 1926 di Banten, Syarekat, Yogyakarta,2003, hal 3). 24 Meminjam pendapat Gramci berdirinya partai politik sebagai akibat dari kebijakan direspon dengan pendirian partai politik dan sebagai ekspresi budaya yang termanisfestasikan dalam aliran-aliran ideologi. Poros ini dipahami sebagai representasi ide, makna dan praktik ideologi di Indonesia. Meskipun masing-masing kelompok ideologi mengklaim sebagai kebenaran yang universal, namun realitasnya beridentitas kelompok sosial tertentu. (Barker, op.cit, hal. 62). 5
6 ideologi atau kepercayaan yang lain. 25 Penyederhanaan partai politik di era Orde Baru menggunakan pendekatan basis massa kultural yang telah direproduksi menjadi ideologi. 26 Partai politik dikelompokan menjadi tiga kategori partai politik yang beridentitas nasionalis, Islam (spiritual) dan kekaryaan. 27 Dalam perspektif legitimasi Orde Baru, strategi produksi kebijakan dengan yang mengekspresikan berbagai sumber daya (kultural dan ekonomi) dengan melakukan upaya agar partai-partai politik berkelompok sesuai pola pemikiran penguasa. Namun pada akhirnya partai-partai politik dapat berperan aktif atau menerima secara sadar dengan kepatuhan terhadap konstruksi penyederhanaan partai politik sesuai ikatan ideologis sampai berakhirnya dominasi Orde Baru, pada 19 Mei Berakhirnya Orde Baru lahirlah orde yang menamakan dirinya Orde Reformasi, memunculkan perubahan kebijakan dengan diawali proses wacana di ruang publik. Para tokoh politik mengorganisasikan diri dan membangun wacana melalui opini di masyarakat. Kebebasan untuk mengembangkan diri dan memperdebatkan tentang arah dan tujuan masyarakat pasca tumbangnya Orde Baru. 25 Misalnya Masyumi merupakan representasi partai politik yang berideologi Islam bertujuan untuk mengimplemantasikan Islam secara utuh, meskipun dalam perkembangnnya kemudian partai ini juga terpolarisasi berbagai pemahaman yang berbeda, dengan diawali ketidak sepakatan dengan keluarnya PSII pada tahun 1947, kemudian disusul oleh Nahdatul Ulama tahun 1952 sebagai representasi Islam tradisionalis. Di sisi yang lain Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Sosialis Indonesia (PSI), Partai Komunis Indonesia (PKI) merupakan kelompok partai yang tidak mendasarkan agama dan beraliran nasionalis, sosialis dan komunis. (Deliar Noer, Partai Islam di Pentas Nasional, Jakarta: Grafiti Pers, 1987 ) 26 Isu-isu atas nama Islam menjadi semangat penumbangkan Orde Lama, sehingga kemenangan Orde Baru kemenangan Islam. Dapat dipahami jika isu ideologi Islam dalam hal ini adalah Piagam Jakarta sempat mengemuka di samping mendirikan Masyumi ataupun Partai Islam Indonesia. Pemerintah Orde Baru tidak mengijinkan semua aspirasi, tapi justru melakukan kontrol lebih kuat terhadap kekuatan terhadap kekuatan politik. (Dhurorudin Mashad, Akar Konflik Politik Islam di Indonesia, Jakarta, Pustaka Al-Kausar, hal. 82). 27 Produk dari kebijakan tersebut pada 4 Maret 1970 terbentuk golongan nasionalis sebagai gabungan dari Partai Nasional Indonesia (PNI), Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI), Murba, Partai Kristen Indonesia (Parkindo) dan Partai Katolik. Selanjutnya dinamakan Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Dan disisi lain empat; partai Islam Nahdatul Ulama NU), Partai Muslimin Indonesia (Parmusi). Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) dan Perti menggabungkan diri dalam kelompok spiritual yang selanjutnya dinamakan diri Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Sedangkan Golkar sebagai partai pemerintah yang berbentuk kekaryaan berasaskan Pancasila. 6
7 Reformasi adalah proses secara terus menerus untuk menemukan konsensus sosial dan politik, dengan membedakan antara satu diskursus dengan diskursus lain. Era reformasi menawarkan kemungkinan bagi perluasan diri dan perbaikan kondisi masyarakat melalui berbagai perbandingan antara berbagai hal aktual yang berlainan. Reformasi menumbuh kembangkan pemikiran-pemikiran sebagai arena tumbuh dan menguatnya pandangan dunia yang menarik untuk perbaikan sosial politik, hal ini terjadi karena semakin berkembangnya diskursus yang di ruang publik sehingga dapat menambah pilihan kebijakan yang lebih sesuai dengan kondisi dan situasi bagi munculnya keyakinan dan keiinginan yang dimunculkan oleh berbagai wacana yang ada di masyarakat. Akibatnya lebih mendorong dan mendengarkan suara kelompok-kelompok di luar struktur kekuasaan yang dimungkinkan telah mengalami penderitaan atau ketidakadilan sosial, di mana penghindaran dari penderitaan dan ketidakadilan diimani sebagai nilai kebaikan politik tertinggi. 28 Meskipun demikian kelahiran partai politik 29 di era reformasi merupakan bagian dari apa yang disinyalir Geertz sebagai kelanjutan dari berbagai aliran ideologi. Berbagai kekuatan yang memperebutkan Islam sebagai basis sosial sekaligus ideologi bisa dikategorikan berbagai kelompok. Secara klasik terdapat di katagorikan ke dalam, sinkritisme di satu sisi serta Islam tradisional dan modern di sisi yang lain Ibid, hal Pertama, kelompok nasionalis yang mendapat kelembagaan melalui PDI Perjuangan, PNI Marhanis, Partai Patriot Pancasila, Partai Pelopor dengan basis sosial pemilih dalam masyarakat bertumpu pada kaum abangan yang menjadi basis sosial Partai Nasional Indonesia. Kedua, Partai Golkar, Partai Demokrat sekalipun secara ideologi berdasarkan Pancasila dan didukung oleh infrastruktur yang sudah mapan, sumber daya manusia yang kuat dan kesatuan basis material merupakan elemen yang akan mendukung eksistensi partai ini. Ketiga, kekuatan politik Islam yang menemukan kelembagaan dalam beberapa partai PBB, PKS, PAN, PPP. 30 Geertz, Politik Kebudayaan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 1992, hal
8 Proses dinamika kepartaian dapat di satu sisi dipahami dalam konteks strategi di mana pandangan dunia dan kekuasaan kelompok sosial sebagai panutan masih dipelihara baik Pancasila ataupun Islam dan disi lain dilihat secara relasional dan inheren yang tidak selalu terjadi kestabilan proses negoisasi ulang. Oleh karena itu, budaya politik sebagai lahan perbedaan ideologi dan perjuangan mencapai pemaknaan-pemaknaan. Ide kultural kepartaian tercermin dalam partai politik cenderung mengikuti struktur sosial di Jawa yang oleh Geerzt dikatagorikan menjadi tiga aliran abangan, santri dan priyayi. Kemudian banyak digunakan oleh para pakar politik untuk memahami dinamika pilihan politik masyarakat dalam pemilihan umum. Studi ini berusaha untuk menelusuri dinamika politik aliran meskipun politik aliran dalam rentang empat dekade otoritarianisme Orde Baru, secara sistematis telah membatasi kebebasan partai politik dan hak berpolitik masyarakat. Namun hasil pemilihan umum di era pasca Orde Baru yang dilaksanakan dengan penuh semangat berdemokrasi, partai politik peserta pemilu maupun hasil pemilu tahun 2009 dan 2014 ternyata tidak jauh berbeda dengan pemilu Kehadiran era reformasi begitu mendadak dan bahkan tidak terprediksi sebelumnya, disambut dengan antusias oleh masyarakat Indonesia. Bahkan melahirkan 141 partai politik dengan sistem demokrasi liberal. Kelahiran partai politik merupakan paradoks orde baru sebagai orde dengan pendekatan deparpolisasi dan depolitisasi yang sangat massif yang hanya mengenal tiga 8
9 partai Golongan Karya, Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Demokrasi Indonesia. Otoritarianisme selama empat dekade, baik di era demokrasi terpimpin maupun demokrasi Pancasila ala Orde Baru, secara subtansi mampu membatasi kebebasan berpolitik, akan tetapi ekspresi dari partai-partai masa lalu, kembali memasuki ranah politik setelah tahun Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI P) sebagai kelanjutan dari Partai Nasional Indonesia (PNI) adalah partai nasionalis sekuler mengidentifikasikan dengan pada kharisma Soekarno. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) merupakan kelanjutan dari partai pendahulunya yaitu Nahdatul Ulama (NU), menggunakan sebagian besar jaringan pedesaan dan para kyai-kyai kharismatik di pondok-pondok pesantren. Sedangkan modernis Masyumi memiliki penerus yaitu PBB, sebagian PPP, PAN, PKS. Meskipun politik aliran yang terjadi belakangan ini berbeda dengan yang ada pada tahun 1950-an, namun secara umum masih terstruktur ke dalam sistem partai. Membedakan antara abangan dan santri, seperti disampaikan oleh Geertz bagaikan membedakan antara pengikut sekularis dan Islam politik. Tidak kalah penting adalah katagorisasi penataan sistem partai secara keseluruhan sejak tahun 1998 dengan memisahkan antara sekuler dan Islam. Untuk memahami secara memadai tentang partai politik Indonesia Pasca Orde Baru sejak tahun 1998 apakah masih dapat dijelaskan dengan mengacu pada pengertian tentang aliran. Pemilu 2009 dan 2014, partai politik peserta pemilu dapat dikatagorikan menjadi partai politik sekuler dan Islam. Meskipun terdapat beberapa perbedaan dengan Pemilu Namun realitasnya politik aliran masih tetap lestari dalam 9
10 sistem kepartaian. Memunculkan pertanyaan, bagaimana realitas politik aliran dalam pemilu legislatif pasca Orde Baru? Apakah ada pergeseran preferensi politik di Sangkrah dan Kauman ditinjau dari perspektif politik aliran dalam pemilu pasca Orde Baru? B. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan penelitian yang telah dikemukakan di atas. Penelitian ini betujuan untuk memahami dinamika politik aliran dalam pemilu legislatif tahun 2009 dan 2014 di tingkat lokal dan pergeseran preferensi politik di Kampung Sangkrah dan Kauman ditinjau dari perspektif politik aliran dalam pemilu pasca Orde Baru. C. Manfaat Penelitian Pemahaman teoritik yang dihasilkan dalam studi ini diperolehnya yang lebih komprehensif tentang proses terjadinya politik aliran di era demokrasi Pasca Orde Baru. Studi ini fokus pada politik aliran yang cenderung konsisten setelah mengalami beberapa kali pemilihan umum bagi pemilih yang berlatar belakang ideologi partai Sekuler dan Islam meskipun dihadapkan sistem politik yang secara elementer telah mengalami perubahan-perubahan. Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat mengisi kajian tentang politik aliran di kota Solo dan melalui penelitian ini pula diharapkan dapat diperoleh sumbangan pemikiran konstrukstif mengenai preferensi politik aliran yang telah dikembangkan sebagai alat analisis sejak pemilihan umum
11 D. Sistematika Penulisan Penulisan disajikan dalam tujuh bab. Bab pertama merupakan pendahuluan berisikan latar belakang masalah atau konteks penelitian, masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab dua menyajikan analisis kajian pustaka yang relevan dengan penelitian ini. Tujuannya adalah untuk mengetahui perkembangan penelitian studi ini, yaitu politik aliran pasca Orde Baru dengan mendiskusikan beberapa teori politik aliran dan ideologi partai politik yang berguna membuka perspektif dan wawasan penelitian. Untuk mendapatkan pemecahan terhadap fokus studi ini, penulis menggunakan metode induksi kualitatif dengan menempatkan subyek penelitian sebagai sumber untuk memahami data sebagaimana yang dipahami oleh aktor sosial. Bab tiga akan menjelaskan tentang sistem kepartaian Indonesia di era pasca Orde Baru. Partai-partai politik tidak sepenuhnya didirikan atas dasar keyakinan agama tertentu. Partai politik terbagi ke dalam dua kategori, yakni partai sekuler yaitu Partai Golkar, PDI P, Partai Demokrat, Partai Gerindra, Partai Hanura,Partai Nasdem. Sedangkan Partai Islam yaitu PKB, PPP, PAN dan PKS. Namun demikian beberapa partai baru merupakan metamorfosis dari partaipartai lama, seperti PDI-P merupakan kelanjutan PNI, PKB kelanjutan dari partai NU, adapun PPP, PAN, PKS adalah kelanjutan partai Masyumi. Bab empat merupakan deskripsi kota Solo khususnya kebudayaan orang Solo. Kebudayaan memiliki makna penting dalam penelitian ini, karena berkaitan dengan kesadaran subyektif masyarakat dan pandangan dunia. Dijelaskan proses 11
12 perkembangan pembentukan kota Solo dari jaman kerajaan, kolonial dan sampai kemerdekaan. Bab lima, mendeskripsikan karakter sosial ekonomi dua kampung yang menjadi obyek dalam penelitian ini yaitu kampung Sangkrah dan Kauman. Bab enam membahas tentang nilai-nilai sosio-kultural masyarakat Kauman dan Sangkrah dalam merespon proses pemilu pasca Orde Baru. Bab ini memuat perbedaan karakter atau nilai-nilai komunitas Kauman dan Sangkrah dalam merespon isu-isu politik dalam pemilihan umum. Sedangkan bab tujuh merupakan kesimpulan politik aliran dan masa depan politik aliran pasca Orde Baru. 12
BAB VII PENUTUP. Dinamika politik Indonesia kontemporer peran politik aliran masih mewarnai
BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan Dinamika politik Indonesia kontemporer peran politik aliran masih mewarnai kompetisi politik kepartaian untuk meraih kekuasaan. Pada awal kemerdekaan, politik aliran sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang unik. Bali dipandang sebagai daerah yang multikultur dan multibudaya. Kota dari provinsi Bali adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan salah satu partai politik dengan basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004 mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia. Istilah tersebut baru muncul pada abad 19 Masehi, seiring dengan berkembangnya lembaga-lembaga
Lebih terperinciAKTUALISASI POLITIK ISLAM INDONESIA : BELAJAR DARI PEROLEHAN SUARA PARTAI ISLAM DALAM PEMILU 1. Yusuf Hamdan **
AKTUALISASI POLITIK ISLAM INDONESIA : BELAJAR DARI PEROLEHAN SUARA PARTAI ISLAM DALAM PEMILU 1 Yusuf Hamdan ** Abstrak Memahami Islam dapat dilakukan dalam tiga matra: Islam dalam cita, citra, dan fakta.
Lebih terperinciSEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA
SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Asas kerakyatan mengandung arti bahwa kedaulatan ada pada rakyat. Segala hukum (recht, peraturan perundang-undangan)
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PERGERAKAN KEBANGSAAN INDONESIA
PERKEMBANGAN PERGERAKAN KEBANGSAAN INDONESIA A. LATAR BELAKANG MUNCULNYA PERGERAKAN KEBANGSAAN Politik DRAINAGE Belanda mengeruk kekayaan dari negara Indonesia untuk kepentingan dan kesejahteraan negara
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pertarungan wacana politik Kasus Bank Century di media massa (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian menunjukkan berbagai temuan penelitian yang
Lebih terperinciPENGARUH LIMA ALIRAN TERHADAP KEPEMIMPINAN DI INDONESIA. Novia Kencana, MPA Universitas Indo Global Mandiri
PENGARUH LIMA ALIRAN TERHADAP KEPEMIMPINAN DI INDONESIA Novia Kencana, MPA Universitas Indo Global Mandiri LIMA ALIRAN PEMIKIRAN POLITIK DI INDONESIA Terdapat lima aliran pemikiran politik di Indonesia,
Lebih terperinciZAMAN PERGERAKAN NASIONAL
ZAMAN PERGERAKAN NASIONAL Faktor ekstern dan intern lahirnya nasionalisme Indonesia. Faktor ekstern: Kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1905 yang menyadarkan dan membangkitkan bangsa-bangsa Asia untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan elemen penting yang bisa memfasilitasi berlangsungnya sistem demokrasi dalam sebuah negara, bagi negara yang menganut sistem multipartai seperti
Lebih terperinciLATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 36 menit )
LATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 36 menit ) 1. Lembaga tinggi negara yang terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD adalah a. DPR c. DPD e. MK f. MA 2. Yang bukan Tugas MPR adalah a. Melantik Presiden
Lebih terperinciBAB III TEORI SOSIAL CLIFFORD GEERTZ DAN SEJARAH PERKEMBANGAN PARTAI POLITIK DI INDONESIA
BAB III TEORI SOSIAL CLIFFORD GEERTZ DAN SEJARAH PERKEMBANGAN PARTAI POLITIK DI INDONESIA 3.1 Teori Sosial Clifford Geertz Geertz adalah seorang Guru Besar di Universitas Chicago Amerika Serikat, ia melakukan
Lebih terperinciSEJARAH PEMILU DI INDONESIA. Muchamad Ali Safa at
SEJARAH PEMILU DI INDONESIA Muchamad Ali Safa at Awal Kemerdekaan Anggota KNIP 200 orang berdasarkan PP Nomor 2 Tahun 1946 tentang Pembaharuan KNIP (100 orang wakil daerah, 60 orang wakil organisasi politik,
Lebih terperinciKajian IPS Mengenai Zaman Pergerakan Nasional
Kajian IPS Mengenai Zaman Pergerakan Nasional Oleh: Didin Saripudin Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Konsep IPS-Sejarah dalam Memaknai Zaman Pergerakan Nasional di Indonesia
Lebih terperinciTentang Islam Yang Direstui Oleh Negara di Indonesia
State Islam: Tentang Islam Yang Direstui Oleh Negara di Indonesia 13 September 2017 https://indoprogress.com/2017/09/state-islam-tentang-islam-yang-direstui-oleh-negara-di-indonesia/ Dendy Raditya Atmosuwito
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. sosial-politik yang melingkupinya. Demikian pula dengan Islamisasi dan
1 BAB VI KESIMPULAN Sebagaimana proses sosial lainnya, proselitisasi agama bukanlah sebuah proses yang berlangsung di ruang hampa. Ia tidak bisa dilepaskan dari konteks sosial-politik yang melingkupinya.
Lebih terperinciHubungan Islam Dan Orde Baru. Written by Wednesday, 08 September :03
Mohammad Natsir, salah seorang tokoh Islam terkemuka pada tahun 1972 pernah mengatakan, mereka (penguasa) memperlakukan kita (Islam) seperti kucing kurap. Pada saat Natsir melontarkan kalimat seperti ini,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjuangan bangsa Indonesia untuk menciptakan keadilan bagi masyarakatnya sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun 1950-1959 di Indonesia berlaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanggal 25 Desember 1912 dibentuk oleh Douwes Dekker, Cipto Mangunkusumo dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia Partai Politik pertama berdiri adalah De Indische Partij pada tanggal 25 Desember 1912 dibentuk oleh Douwes Dekker, Cipto Mangunkusumo dan Ki
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan
201 BAB V PENUTUP A. Simpulan Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan historis antara Turki Utsmani dan Hindia Belanda sejatinya telah terjalin lama sebagaimana yang telah dikaji oleh banyak
Lebih terperinciLATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA
LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA 1. BPUPKI dalam sidangnya pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 membicarakan. a. rancangan UUD b. persiapan kemerdekaan c. konstitusi Republik Indonesia Serikat
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
172 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dipaparkan dalam bab ini merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis di dalam skripsi yang berjudul Peta
Lebih terperinci4 Alasan Mengapa Buku ini Penting?
Oleh : Suswanta 4 Alasan Mengapa Buku ini Penting? 1. Merupakan pengembangan dari skripsi beliau : Perkembangan PSII Sebelum Fusi Parpol : Analisis Konflik Kepemimpinan 1971-1973 2. Satu-satunya buku yang
Lebih terperinci2015 STRATEGI PARTAI ISLAM D ALAM PANGGUNG PEMILIHAN PRESID EN DI INDONESIA TAHUN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Partai politik sebagai kekuatan politik mempunyai hak dan bagian dalam setiap pemilihan umum. Pada setiap partai politik menganut ideologinya masing-masing
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENJADI TUAN DI NEGERI SENDIRI: PERSPEKTIF POLITIK. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENJADI TUAN DI NEGERI SENDIRI: PERSPEKTIF POLITIK Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan Pada Acara Konvensi Kampus VII dan Temu Tahunan XIII Forum Rektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pemilihan umum (Pemilu) dimaknai sebagai sarana kedaulatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pemilihan umum (Pemilu) dimaknai sebagai sarana kedaulatan rakyat. Melalui Pemilihan Umum juga diyakini akan melahirkan wakil dan pemimpin yang dikehendaki rakyatnya.
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM. Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke
IV. GAMBARAN UMUM A. Jurusan Ilmu Pemerintahan Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke governance pada dekade 90-an memberi andil dalam perubahan domain Ilmu Pemerintahan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang menerapkan prinsip-prinsip demokrasi, salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang menerapkan prinsip-prinsip demokrasi, salah satunya adalah dengan adanya pelaksanaan pemilihan umum. Esensi dari pemilihan umum adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan
Lebih terperinci2015 PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang didasarkan oleh suatu prinsip yaitu dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Demokrasi merupakan salah satu sistem
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad ke 20 bukan hanya menjadi saksi perjuangan bangsa Indonesia, akan tetapi dalam hal gerakan-gerakan anti penjajahan yang bermunculan di masa ini menarik perhatian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jatuhnya Soekarno telah membuat cita-cita partai politik tidak begitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jatuhnya Soekarno telah membuat cita-cita partai politik tidak begitu menguntungkan, karena munculnya parpol-parpol tersebut tidak dikehendaki oleh pemerintahaan
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN. penguatan institusi pesantren dan parti politik Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
BAB VII KESIMPULAN Semua dapatan kajian yang telah dijelaskan pada Bab sebelumnya dirumuskan kembali di dalam Bab ini secara ringkas bagi memudahkan pemahaman terhadap objektif, hasil dan manfaat kajian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan menduduki lembaga perwakilan rakyat, serta salah
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab V, penulis memaparkan simpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan. Simpulan yang dibuat oleh penulis merupakan penafsiran terhadap analisis hasil
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN. Kesimpulan
BAB VII KESIMPULAN Kesimpulan Setiap bangsa tentu memiliki apa yang disebut sebagai cita-cita bersama sebagai sebuah bangsa. Indonesia, negara dengan beragam suku, bahasa, agama dan etnis, juga pastinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan
BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan merupakan organisasi sosial kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan organisasi politik namun sepanjang
Lebih terperinciBAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel.
BAB VIII KESIMPULAN Puisi Maḥmūd Darwīsy merupakan sejarah perlawanan sosial bangsa Palestina terhadap penjajahan Israel yang menduduki tanah Palestina melalui aneksasi. Puisi perlawanan ini dianggap unik
Lebih terperinciRELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI ANWAR ILMAR
RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Lebih terperinci2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jepang merupakan negara maju yang terkenal dengan masyarakatnya yang giat bekerja dan juga dikenal sebagai negara yang penduduknya masih menjunjung tinggi
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia
101 BAB 5 KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya. Fokus utama dari bab ini adalah menjawab pertanyaan penelitian. Bab ini berisi jawaban yang dapat ditarik dari pembahasan dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gagalnya Konstituante dalam menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gagalnya Konstituante dalam menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) dan diikuti keadaan politik yang semakin rawan dengan munculnya rasa tidak puas dari daerah terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat dikatakan identik dengan asal usul dan pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asal usul dan pertumbuhan gerakan politik di kalangan Muslimin Indonesia dapat dikatakan identik dengan asal usul dan pertumbuhan Sarekat Islam, terutama pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia selalu saja menarik untuk diwacanakan, dikaji, diteliti, bahkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap upaya untuk menghadirkan ajaran Islam bagi perbaikan kualitas kehidupan manusia selalu saja menarik untuk diwacanakan, dikaji, diteliti, bahkan diwaspadai.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh bagi laki-laki, maupun perempuan atas dasar perinsip persamaan derajat, dalam semua wilayah
Lebih terperinciParpol Islam dan yang berbasis massa Islam, tak lagi terlihat menyuarakan Islam, bahkan seakan menghindar untuk diidentikkan dengan Islam.
Pengantar: Partai politik Islam selalu berkiprah dalam pesta demokrasi di Indonesia. Meski sudah 10 kali ikut pemilu, alih-alih menang, parpol Islam sepertinya hanya menjadi penggembira. Mengapa sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang dengan cepat,
Lebih terperinciPENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Ideologi Negara. Modul ke: 05Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen S1
Modul ke: 05Fakultas Gunawan EKONOMI PENDIDIKAN PANCASILA Pancasila Sebagai Ideologi Negara Wibisono SH MSi Program Studi Manajemen S1 Tujuan Perkuliahan Menjelaskan: Pengertian Ideologi Pancasila dan
Lebih terperinciSEBAB MUNCULNYA NASIONALISME
NASIONALISME Nasionalisme diartikan sebagai perangkat nilai atau sistem legitimasi baru yang mendasari berdirinya sebuah negara baru Dekolonisasi diartikan sebagai proses menurunnya kekuasaan negara-negara
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis
BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Dampak Nasakom Terhadap Keadaan Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun 1959-1966, penulis menarik kesimpulan bahwa Sukarno sebagi
Lebih terperinciPancasila Idiologi dan Identitas Nasional. D.H.Syahrial/PPKn
Pancasila Idiologi dan Identitas Nasional 1 D.H.Syahrial/PPKn Dr. H.Sy ahrial Pancasila sebagai Ideologi Negara Pemerimaan Pancasila sebagai konsensus (kesepakatan) politik, nilai-nilai cultural. Piagam
Lebih terperinciSosialisme Indonesia
Sosialisme Indonesia http://sinarharapan.co/news/read/140819049/sosialisme-indonesia 19 Agustus 2014 12:50 Ivan Hadar* OPINI Sosialisme-kerakyatan bisa diterapkan di Indonesia. Terpilihnya Jokowi sebagai
Lebih terperinci2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nasionalisme atau rasa kebangsaan tidak dapat dipisahkan dari sistem pemerintahan yang berlaku di sebuah negara. Nasionalisme akan tumbuh dari kesamaan cita-cita
Lebih terperinciPARTISIPASI POLITIK ANGGOTA SYARIKAT ISLAM BANJARNEGARA DALAM PILKADA KABUPATEN BANJARNEGARA 2017
PARTISIPASI POLITIK ANGGOTA SYARIKAT ISLAM BANJARNEGARA DALAM PILKADA KABUPATEN BANJARNEGARA 2017 Oleh: Syafrizal Prabowo Departemen Ilmu Pemerintahan FISIP UNDIP Abstrak Dewasa ini, dinamika politik di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi adalah suatu wadah berkumpulnya sekelompok orang yang memiliki tujuan bersama, kemudian mengorganisasikan diri dengan bekerja bersamasama dan merealisasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum Pengertian Budaya Politik adalah pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan bernegara, penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan, hukum,
Lebih terperinciIni Alasan Partai Islam Terseok-Seok
http://www.suarapembaruan.com/politikdanhukum/ini-alasan-partai-islam-terseok-seok/49944 Jumat, 21 Februari 2014 10:24 Politik Aliran Pemilu 2014 Ini Alasan Partai Islam Terseok-Seok Yasin Mohammad. Partai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat,
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem demokrasi. Di negara yang menganut sistem demokrasi rakyat merupakan pemegang kekuasaan, kedaulatan berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Organisasi Masyarakat merupakan suatu komponen kelompok yang ada di tengah masyarakat, dimana keberadaannya menjadi suatu kelompok yang akan memberikan kontribusi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu-isu dan kebijakan politik sangat menentukan perilaku pemilih, tapi terdapat pula sejumlah faktor penting lainnya. Sekelompok orang bisa saja memilih sebuah
Lebih terperinciKISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA. Standar Kompetensi Guru (SKG) Kompetensi Guru Mata Pelajaran (KD)
KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA No (IPK) 1 Pedagogik Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, kultural, emosional, dan intelektual Memahami karakteristik peserta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses. partisipasi masyarakat sebanyak-banyaknya dan dilaksanakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasca reformasi bangsa kita sudah berhasil melaksanakan pemilihan umum presiden yang di pilih langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses pengambilan hak suara
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. kebangkitan gerakan perempuan yang mewujud dalam bentuk jaringan. Meski
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kehadiran gerakan perempuan yang ada di Yogyakarta telah dimulai sejak rejim orde baru berkuasa. Dalam tesis ini didapatkan temuan bahwa perjalanan gerakan perempuan bukanlah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negarawan merupakan karakter yang sangat penting bagi kepemimpinan nasional Indonesia. Kepemimpinan negarawan diharapkan dapat dikembangkan pada pemimpin pemuda Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aam Amaliah Rahmat, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa rezim Orde Baru kebebasan individu, dalam menyatakan pendapat, kebebasan berorganisasi dan kebebasan pers sangat dibatasi oleh aturan yang ketat secara
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 7.1 Kesimpulan. mobilisasi tidak mutlak, mobilisasi lebih dalam hal kampanye dan ideologi dalam
BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1 Kesimpulan Berdasarkanpada rumusan masalah dan hasil penelitian yang telah dipaparkan oleh peneliti pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Lebih terperinciPANCASILA MENGATASI KONFLIK IDEOLOGI-IDEOLOGI NEGARA
PANCASILA MENGATASI KONFLIK IDEOLOGI-IDEOLOGI NEGARA Dosen Nama : M.Khalis Purwanto, Drs, MM : Dion Indra Mustofa NIM : 10.02.7763 Kelompok Jurusan : A : D3 - Manajemen Informatika SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kyai dan Jawara ditengah tengah masyarakat Banten sejak dahulu menempati peran kepemimpinan yang sangat strategis. Sebagai seorang pemimpin, Kyai dan Jawara kerap dijadikan
Lebih terperincipublik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama.
BAB VI. KESIMPULAN Perubahan-perubahan kebijakan sektor beras ditentukan oleh interaksi politik antara oligarki politik peninggalan rezim Orde Baru dengan oligarki politik reformis pendatang baru. Tarik
Lebih terperinciPemilu 2009: Kemenangan Telak Blok Partai Nasionalis Ringkasan
x 2.2.2. Pemilu 2009: Kemenangan Telak Blok Partai Nasionalis... 224 3. Ringkasan... 226 BAB IV. ELECTORAL VOLATILITY NASIONAL DAN LOKAL: SEBUAH PERBANDINGAN... 228 A. Membandingkan Electoral Volatility
Lebih terperinciBAB IV MEMAKNAI HASIL PENELITIAN BUDAYA POLITIK SANTRI
69 BAB IV MEMAKNAI HASIL PENELITIAN BUDAYA POLITIK SANTRI A. Santri dan Budaya Politik Berdasarkan paparan hasil penelitian dari beberapa informan mulai dari para pengasuh pondok putra dan putri serta
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejak masuknya bangsa Belanda dan tata-hukumnya di nusantara tahun 1596
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak masuknya bangsa Belanda dan tata-hukumnya di nusantara tahun 1596 berlakulah dualisme hukum di Indonesia, yaitu di samping berlakunya hukum Belanda kuno
Lebih terperinciPENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)
PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya) Apakah Sistem Demokrasi Pancasila Itu? Tatkala konsep
Lebih terperinciSILABUS DAN RPP MATA KULIAH SEJARAH INDONESIA BARU PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH S1
SILABUS DAN RPP MATA KULIAH SEJARAH INDONESIA BARU PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH S1 FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014 UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL SILABUS Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk kepedulian sebuah Negara terhadap rakyatnya. Di Indonesia sendiri,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan sosial adalah impian bagi setiap Negara dibelahan dunia termasuk di Indonesia. Upaya untuk mencapai mimpi tersebut adalah bentuk kepedulian sebuah Negara
Lebih terperinciPerkembangan Peradaban Islam di Indonesia Pasca Kemerdekaan
Perkembangan Peradaban Islam di Indonesia Pasca Kemerdekaan Islam mulai memasuki wilayah politik indonesia sejak pertama kali negara indonesia mengadakan pemilihan umum (pemilu). Dengan cara membuat suatu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat (anggota) yang menjadi cikal bakal dari partisipasi politik. Dalam meningkatkan
Lebih terperinciBab VI: Kesimpulan. 1 Pemilih idealis mengaktualisasikan suaranya berdasarkan ideologi untuk memperjuangkan nilai-nilai
Bab VI Kesimpulan Studi ini telah mengeksplorasi relasi dari kehadiran politik klan dan demokrasi di Indonesia dekade kedua reformasi. Lebih luas lagi, studi ini telah berupaya untuk berkontribusi terhadap
Lebih terperinciWawasan Kebangsaan. Dewi Fortuna Anwar
Wawasan Kebangsaan Dewi Fortuna Anwar Munculnya konsep Westphalian State Perjanjian Westphalia 1648 yang mengakhiri perang 30 tahun antar agama Katholik Roma dan Protestan di Eropa melahirkan konsep Westphalian
Lebih terperinciImaji Vol. 4 - No. 2/ Februari 2009 RESENSI BUKU
RESENSI BUKU JUDUL BUKU : Cultural Studies; Teori dan Praktik PENULIS : Chris Barker PENERBIT : Kreasi Wacana, Yogyakarta CETAKAN : Ke-IV, Mei 2008 TEBAL BUKU : xxvi + 470 halaman PENINJAU : Petrus B J
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Indonesia merupakan sebuah negara multikultural dan plural, yang terdiri dari
113 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Indonesia merupakan sebuah negara multikultural dan plural, yang terdiri dari bermacam-macam suku, agama, ras dan antar golongan. Berdasar atas pluralitas keislaman di
Lebih terperinciPemilu 2014, Partai Islam Bakal 'Keok'
Pemilu 2014, Partai Islam Bakal 'Keok' TEMPO.CO 15 Oktober 2012 Lihat Foto TEMPO.CO, Jakarta - Lingkaran Survei Indonesia memprediksi nasib partai Islam pada Pemilu 2014 bakal melemah.»partai dan tokoh
Lebih terperinciREFORMASI TENTANG UNDANG-UNDANG KEPARTAIAN DI INDONESIA. Drs. ZAKARIA
REFORMASI TENTANG UNDANG-UNDANG KEPARTAIAN DI INDONESIA Drs. ZAKARIA Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara A. Pendahuluan Kehidupan Kepartaian selama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad XX merupakan sebuah zaman baru dalam politik kolonial yang dengan diberlakukannya politik etis. Politik etis merupakan politis balas budi Kolonial dengan
Lebih terperinciKISI-KISI SEJARAH KELAS XI IPS
2.1. Menganalisis Kolonialisme dan Imperialisme Perkembangan Pengaruh Barat di Barat dan Perubahan Merkantilisme dan Ekonomi, dan Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat di pada masa Kolonial Demografi, Kapitalisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada awal abad ke-20, sewaktu mulai timbul akan kesadaran dan paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan pembuka jalan bagi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan oleh para
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sejarah fundamentalisme Islam di Indonesia mengalami perkembangan yang dinamis dari era orde lama sampai orde reformasi saat ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan organisasi politik yang dapat berperan sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan organisasi politik yang dapat berperan sebagai penyalur aspirasi masyarakat, dimana partai politik menjadi penghubung antara penguasa
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR PENYEBAB MENURUNNYA PEROLEHAN SUARA PARPOL ISLAM PADA PEMILU Triono. Abstrak
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB MENURUNNYA PEROLEHAN SUARA PARPOL ISLAM PADA PEMILU 2014 Triono Abstrak Dinamika keberadaan partai politik Islam dalam pentas sejarah demokrasi di Indonesia mengalami dinamika perpolitikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam negara demokrasi, Pemilu dianggap lambang, sekaligus tolak ukur, dari demokrasi. Hasil Pemilu yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan
Lebih terperinciTUGAS KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH
TUGAS KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. Disusun Oleh : Richi Ardianto 11.11.5468 Kelompok F S1 TI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
Lebih terperinciBerderma dan Sejarah Sosial Politik Islam Indonesia
BOOK REVIEW Berderma dan Sejarah Sosial Politik Islam Indonesia DOI 10.18196/AIIJIS.2015. 0052. 268-272 MUKHLIS RAHMANTO Dosen di Jurusan Muamalah (Ekonomi dan Perbankan Islam), Fakultas Agama Islam, Universitas
Lebih terperinciPancasila era Orde Lama reformasi
Pancasila era Orde Lama reformasi Modul ke: Pancasila terus berlanjut dari Orde Lama, Ore Baru, Orde Reformasi dan saat ini. Perjalanan Ideologi Pancasila mengalami Pasang surut dari Generasi ke generasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini globalisasi berkembang begitu pesat, globalisasi mempengaruhi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini globalisasi berkembang begitu pesat, globalisasi mempengaruhi segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Dilihat dari prosesnya, globalisasi
Lebih terperinciArti Penting Ideologi bagi Suatu Bangsa dan Negara
Arti Penting Ideologi bagi Suatu Bangsa dan Negara Ideologi berasal dari kata idea yang artinya pemikiran, khayalan. konsep, keyakinan, dan kata logos yang artinya logika, ilmu atau pengetahuan. Jadi,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan hasil kajian, dan analisis dari data-data yang diperoleh
BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan hasil kajian, dan analisis dari data-data yang diperoleh selama penelitian yaitu tentang bagaimana upaya PPP dalam meningkatkan perolehan hasil suara pada Pemilu tahun
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan
BAB VI PENUTUP Setelah menjelaskan berbagai hal pada bab 3, 4, dan 5, pada bab akhir ini saya akan menutup tulisan ini dengan merangkum jawaban atas beberapa pertanyaan penelitian. Untuk tujuan itu, saya
Lebih terperinci2.2 Fungsi Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara...7
DAFTAR ISI COVER DAFTAR ISI...1 BAB 1 PENDAHULUAN...2 1.1 Latar Belakang Masalah...2 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan Penulisan...3 BAB 2 PEMBAHASAN...4 2.1 Pancasila Sebagai Ideologi Nasional Bangsa...4
Lebih terperinci