BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN"

Transkripsi

1 BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 3.1. Gambaran Perusahaan Sejarah Perusahaan Sejarah awal berdirinya Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi DKI Jakarta adalah sebagai Laboratorium Pemeriksaan Doping Provinsi DKI Jakarta(LDJ) yang diresmikan pada tanggal 30 Agustus 1996 yang didukung dengan Keputusan Gubernur nomor 685 Tahun 1997 tanggal 7 Mei 1997 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Laboratorium Doping Daerah Khusus Ibukota Jakarta ;Keputusan Gubernur nomor 2162 Tahun 1997 tanggal 30 Desember 1997 tentang Peraturan Kepegawaian Laboratorium Doping Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Selanjutnya pada Tahun 2002,organisasi dan tata kerja Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi DKI Jakarta diatur kembali sebagai Unit Pelaksana Teknis melalui Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta nomor 106 Tahun 2002 tanggal 6 Agustus 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.Pada Tahun 2006 diatur kembali sebagai BLUD melalui Peraturan Gubernur nomor 29 tahun 2006 tanggal 24 Maret 2006 dalam Bab IX ketentuan Peralihan pasal 39 mengenai penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah(PPK BLUD). Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi DKI Jakarta menyediakan pelayanan pemeriksaan Laboratorium kesehatan dan sistem rujukan laboratorium

2 66 kesehatan masyarakat bagi masyarakat Provinsi DKI Jakarta dengan memperhatikan kemajuan teknologi dan kemampuan masyarakat. Dalam rangka meningkatkan kinerja dan akuntabilitas pelayanan baik kepada masyarakat pengguna jasa layanan laboratorium maupun seluruh instansi stake holder,laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi DKI Jakarta telah menerapkan standar internasional untuk Sistem Manajemen Mutu(ISO ),dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusianya. Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi DKI Jakarta telah melaksanakan kerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia(LIPI) dan institusi-institusi pelatihan dalam bentuk pendidikan dan pelatihan Tugas dan Fungsi Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi DKI Jakarta Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi DKI Jakarta mempunyai tugas melaksanakan pemeriksaan doping,mutu obat,makanan,air,dan toksilogi serta kesehatan masyarakat secara laboratoris. Untuk melaksanakan tugas tersebut maka Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi DKI Jakarta mempunyai fungsi antara lain : 1. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran(RKA) dan Dokumen Pelaksana Anggaran(DPA). 2. Pelaksanaan Dokumen Pelaksana Anggaran(DPA) 3. Penyusunan rencana strategis 4. Penyusunan Standar dan prosedur pelayanan Laboratorium 5. Pelaksanaan pemeriksaan doping dan lain-lain

3 67 6. Pemeriksaan mutu obat,makanan/minuman,air(air bersih,air minum dan air limbah) dan toksilogi 7. Pemeriksaan NAPZA,mikrobiologi,kimia klinik serta pemeriksaan penunjang penyakit epidomologi 8. Pelaksanaan pemeliharaan dan perawatan peralatan teknis laboratorium prasarana dan sarana 9. Pemeriksaan sampel yang berasal dari masyarakat umum,instansi dan lainlain 10. Pelaksanaan publikasi kegiatan dan pengaturan acara 11. Pemungutan penerimaan pelayanan laboratorium kesehatan 12. Pelaksanaan koordinasi,kemitraan dan kerjasama pelayanan laboratorium dengan sarana pelayanan kesehatan milik Daerah,milik pemerintah /BUMN/swasta/masyarakat 13. Pelaksanaan fasilitasi kegiatan pendidikan,pelatihan,penelitian dan pengembangan 14. Pengelolaan teknologi informasi laboratorium kesehatan 15. Pengelolaan kepegawaian,keuangan,dan barang 16. Pelaksanaan kegiatan ketatausahaan dan rumah tangga 17. Penyusunan bahan pelaporan Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas dan fungsi Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi DKI Jakarta. 18. Pelaporan dan pertanggung jawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Laboratorium Kesehatan Daerah.

4 Visi dan Misi Visi Laboratorium terpercaya dengan pelayanan terbaik dan mampu bersaing secara Nasional dan Internasional Misi 1. Melaksanakan pemeriksaan doping, mutu obat dan makanan,air,toksikologi,napza,serta menunjang pemeriksaan penyakit epidemologi dengan hasil yang akurat terpercaya,dapat dipertanggung jawabankan serta tidak dipengaruhi pihak lain. 2. Menjadi laboratorium rujukan dengan kemampuan teknologi tinggi dan sumber daya manusia yang handal. 3. Meningkatkan mutu pengujian,sumber daya manusia dan sarana prasarana penunjang secara terus menerus sejalan dengan pengembangan IPTEK. 4. Menjalin kemitraan dengan institusi terkait dan masyarakat lainnya.

5 Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas Laboratorium Kesehatan Daerah Gambar 3.1 Struktur Organisasi Labkesda

6 70 1. Kepala Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi DKI Jakarta. Tugas Kepala meliputi : 1. Kepala Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi DKI Jakarta mempunyai tugas memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi DKI Jakarta. 2. Kepala Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi DKI Jakarta mempunyai tugas mengkoordinasikan pelaksanaan tugas Subbagian dan Seksi. 3. Kepala Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi DKI Jakarta mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah,Unit Kerja Perangkat Daerah dan/atau pihak terkait 4. Kepala Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi DKI Jakarta melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi Laboratorium Kesehatan Daerah. 2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha Melakukan pelaksanaan administrasi Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi DKI Jakarta Tugasnya meliputi : 1. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran(RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran(DPA) Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi DKI Jakarta sesuai dengan lingkup tugasnya

7 71 2. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi DKI Jakarta sesuai dengan lingkup tugasnya 3. Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran(DPA) Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi DKI Jakarta 4. Mengkoordinasikan rencana strategis Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi DKI Jakarta 5. Melaksanakan pengelolaan kepegawaian,keuangan dan barang 6. Melaksanakan kegiatan pemasaran pelayanan Laboratorium Kesehatan Daerah 7. Melaksanakan pengelolaan teknologi informasi Laboratorium Kesehatan Daerah 8. Melaksanakan kegiatan kerumahtanggan,surat menyurat dan kerarsipan 9. Melaksanakan pemeliharaan dan perawatan prasarana dan sarana kerja 10. Memelihara keamanan,ketertiban,keindahan,dan kebersihan kantor 11. Melaksanakan kegiatan koordinasi,kemitraan dan kerja sama pelayanan laboratorium dengan sarana pelayanan kesehatan milik Daerah,milik pemerintah/bumn/swasta/masyarakat 12. Melaksanakan publikasi kegiatan dan pengaturan acara Laboratorium Kesehatan Daerah 13. Mengkoordinasikan penyusunan Laporan(keuangan,kinerja,kegiatan dan akuntabilitas) Laboratorium Kesehatan Daerah

8 Menyiapkan bahan laporan Laboratorium Kesehatan Daerah yang terkait dengan tugas Sub Bagian Tata Usaha 15. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan Tugas Sub Bagian Tata Usaha 3. Kepala Seksi Pemeriksaan Kimia Doping Melaksanakan pengelolaan pemeriksaan sampel-sampel doping dan kimia dan kegiatan yang berhubungan laboratorium pemeriksaan doping dan kimia. Tugasnya meliputi : 1. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Laboratorium Kesehatan Daerah sesuai lingkup tugasnya 2. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Laboratorium Kesehatan Daerah sesuai dengan lingkup tugasnya. 3. Menyusun standar dan prosedur pelayanan pemeriksaan doping dan kimia. 4. Melaksanakan pemeriksaan senyawa steroid/beta blocker,stimulan,diuretik,narkotik dan senyawa doping didalam cuplikan urin,darah atau lainnya 5. Melaksanakan pemeriksaan mutu obat,makanan,minuman dan senyawa lainnya 6. Melaksanakan pemeriksaan skrining dan konfirmasi NAPZA dan alkohol 7. Melaksanakan pemeriksaan toksilogi

9 73 8. Merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan laboratorium untuk kegiatan penelitian 9. Menyusun dan melaksanakan pengembangan metode dan teknik pemeriksaan laboratorium 10. Melaksanakan kegiatan pemantapan mutu internal dan eksternal 11. Melakukan penyiapan alat media dan reagensia yang diperlukan 12. Menyusun rencana kebutuhan penyediaan,pemeliharaan dan perawatan peralatan laboratorium 13. Melaksanakan monitoring dan evaluasi kelaiyakan peralatan laboratorium 14. Melaksanakan pemeliharaan perawatan peralatan laboratorium 15. Mengelola limbah laboratorium kesehatan 16. Melaksanakan K3(Kesehatan,Keamanan,dan Keselamatan kerja) di Laboratorium Kesehatan Daerah 17. Melaksanakan kegiatan pelayanan fasilitasi,pendidikan,pelatihan,penelitian,dan pengembangan dalam lingkup tugas dan fungsi Laboratorium Kesehatan Daerah 18. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi hasil pelayanan pemeriksaan 19. Menyiapkan bahan laporan Laboratorium Kesehatan Daerah yang terkait dengan tugas Seksi Pemeriksaan Doping dan Kimia 20. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Pemeriksaan Doping dan Kimia.

10 74 4. Kepala Seksi Pemeriksaan Kesehatan Masyarakat Melaksanakan pelayanan pemeriksaan Laboratorium Kesehatan Masyarakat. Tugasnya meliputi : 1. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Laboratorium Kesehatan Daerah sesuai lingkup tugasnya 2. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Laboratorium Kesehatan Daerah sesuai dengan lingkup tugasnya. 3. Menyusun standar dan prosedur pelayanan pemeriksaan kesehatan masyarakat 4. Melaksanakan pemeriksaan mutu air(kimia dan mikrobiologi) 5. Melaksanakan pemeriksaan penunjang penyakit epidemiologi (serelogi,imunologis,virologis,bakteriologis,dan lainnya) 6. Melaksanakan pemeriksaan di bidang patologi klinik (hematologi,kimia klinik,mikrobiologi,imunologi,parasitologi dan lainnya) 7. Melaksanakan pemeriksaan pencemaran kesehatan lingkungan 8. Merencanakan dan melaksanakan pemeriksaaan laboratorium untuk kegiatan penelitian 9. Menyusun dan melaksanakan pengembangan metode dan teknik pemeriksaan laboratorium 10. Melaksanakan kegiatan pemantapan mutu internal dan eksternal 11. Melakukan penyiapan alat media dan reagensia yang diperlukan 12. Melaksanakan pemeliharaan perawatan peralatan laboratorium

11 Mengelola limbah laboratorium kesehatan 14. Melaksanakan K3(Kesehatan,Keamanan,dan Keselamatan kerja) di Laboratorium Kesehatan Daerah 15. Melaksanakan pemeriksaan laboratorium untuk kegiatan KLB (Kejadian Luar Biasa),bencana dan New RE Emergency discase 16. Melaksanakan kegiatan pelayanan fasilitasi,pendidikan,pelatihan,penelitian dan pengembangan dalam lingkup tugas dan fungsi Laboratorium Kesehatan Daerah 17. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi hasil pelayanan pemeriksaan 18. Menyiapkan bahan laporan Laboratorium Kesehatan Daerah yang terkait dengan tugas Seksi Pemeriksaan Kesehatan Masyarakat 19. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksaanan Tugas Seksi Kesehatan Masyarakat Proses Bisnis Berjalan Proses bisnis didalam Labkesda dapat dikatakan cukup sederhana akan tetapi masih terdapat beberapa masalah yang terjadi didalamnya. Berikut proses-proses yang berjalan didalam Labkesda. 1. Customer datang dengan membawa sampel dan mengajukan permohonan pengujian Analisis, Napza, dan Doping. Customer harus membayar uang muka sebesar 50% dari total pembayaran yang akan dilakukan. 2. Bagian Loket yang menerima permohonan customer, membuatkan form pengajuan Analisis, Napza dan Doping dan menyerahkan pada bagian Lab yang dituju.misalnya Bagian Lab Kesmas untuk pengujian Analisis, Bagian

12 76 Lab Napza untuk pengujian Skrining Napza atau Konfirmasi Napza dan Bagian Lab Doping untuk pengujian Doping. 3. Bagian Lab yang sudah menerima form pengajuan, membuatkan sebuah distribusi sampel sebagai tanda terima bahwa bagian Loket telah menyerahkan sampel untuk diuji. Apabila sudah melakukan pengujian, akan membuatkan form hasil pemeriksaan sementara. 4. Bagian Quality Control akan membuatkan form distribusi hasil untuk penyerahan dari bagian lab ke bagian Quality Control dan mengecek semua prosedur dan permintaan pemohon apakah sesesuai dengan yang diuji untuk menghindari kesalahan. Bagian Quality Control membuatkan hasil pemeriksaan dan menyerahkan pada Bagian Tata usaha. 5. Bagian Tata Usaha membuatkan Laporan Hasil uji Lab untuk customer. Laporan tersebut membutuhkan approval dari Manager Teknis Lab. 6. Bagian Tata Usaha juga membuatkan Surat Pengantar untuk mendukung laporan hasil uji lab yang membutuhkan approval dari Kepala Labkesda. 7. Manager Teknis mengapprove Laporan Hasil uji lab, dan menyerahkannya kembali pada bagian Tata Usaha. 8. Kepala Labkesda mengapprove Surat Pengantar dan menyerahkannya kembali pada bagian Tata Usaha. 9. Bagian Tata Usaha Mengcrosscheck kembali surat-surat yang diperlukan dan menyerahkannya pada bagian Loket. 10. Bagian Loket menyerahkan laporan hasil dan surat pengantar pada customer. Customer mendapatkan hasil tersebut dan melakukan pelunasan pembayaran atas jasa yang dilakukan. Bagian loket yang menerima pembayaran tersebut

13 77 akan membuatkan laporan penerimaaan dan menyerahkan pada bendahara penerimaan. 11. Bendahara penerimaan menerima laporan penerimaan dan mengauditnya kembali dan membuatkan laporan keuangan penerimaan dan menyerahkannya pada bagian Keuangan. 12. Bagian Gudang untuk mengadakan barang kembali meminta pada bagian Pembelian dengan menyerahkannya form Permintaan Pembelian Barang. 13. Bagian Pembelian membuatkan surat Pembelian yang ditujukan pada supplier dengan dasar dari form Permintaan pembelian barang. 14. Setelah mengajukan surat pembelian yang ditujukan pada supplier, bagian pembelian membuat laporan pembelian yang ditujukan pada bendahara Pengeluaran. 15. Supplier memberikan tagihan pada bagian pembelian atas semua pembelian yang diajukan oleh bagian pembelian. Dan mengirim barang ke bagian Gudang. 16. Bendahara pengeluaran melakukan pembayaran pada supplier. Sebelum melakukan pembayaran, pertama kali melakukan audit dengan laporan pembelian agar tidak terjadi kesalahan pembayaran. 17. Bendahara penerimaan membuatkan laporan keuangan pengeluaran yang sesuai dengan laporan pembelian yang ada. Dan menyerahkan pada bagian keuangan. 18. Gudang yang telah menerima barang-barang dari supplier akan membuatkan kartu barang pada setiap barang yang baru masuk. Gudang juga akan mengupdate persediaan barang dan mengirimkannya pada bagian keuangan.

14 78 dibawah ini. Keseluruhan proses bisnis Labkesda dapat dilihat pada Rich Picture yang tersedia

15 Gambar 3.2 Alur Proses Bisnis Labkesda 79

16 Diagram Alur Proses Tahapan Permohonan Pengujian Sampel Gambar 3.3 Diagram Alur Proses Pengajuan Sampel

17 81 Keterangan : Proses pengajuan sampel dimulai dari dibuatnya Form Permohonan Lab yang dibuat oleh Bagian Loket. Bagian Loket akan membawakan sampel serta form permohonan ke Bagian Lab untuk diserahkan. Pada saat penyerahan, Bagian Lab membuatkan Distribusi Sampel sebagai tanda terima bahwa Sampel telah diterima oleh bagian Lab. Setelah itu proses uji lab berlangsung dan setelah hasil keluar, akan dibuatkan Hasil Pemeriksaan Sementara. Laporan Hasil tersebut diserahkan pada bagian Quality Control untuk di cek ulang. Apabila terjadi ada kesalahan, pengujian akan dilakukan ulang. Apabila lolos uji kualitas, bagian Quality Hasil Pemeriksaan yang lolos uji kualitas. Hasil tersebut diserahkan pada bagian Tata Usaha. Bagian Tata Usaha akan membuatkan laporan Hasil Pemeriksaan untuk Customer dan surat pengantar untuk di setujui oleh kepala Labkesda. Pada saat semua dokumen sudah ditandatangani, bagian Tata Usaha mengecek kembali dan menyerahkannya pada bagian Loket. Bagian Loket akan menyerahkan pada Customer.

18 Tahapan Akuntansi Gambar 3.4 Diagram Alur Akuntansi

19 83 Keterangan : Bagian Loket menyerahkan laporan hasil dan surat pengantar pada customer. Customer mendapatkan hasil tersebut dan melakukan pelunasan pembayaran atas jasa yang dilakukan. Bagian loket yang menerima pembayaran tersebut akan membuatkan laporan penerimaaan dan menyerahkan pada bendahara penerimaan.bendahara penerimaan menerima laporan penerimaan dan mengauditnya kembali dan membuatkan laporan keuangan penerimaan dan menyerahkannya pada bagian Keuangan.Bagian Gudang untuk mengadakan barang kembali meminta pada bagian Pembelian dengan menyerahkannya form Permintaan Pembelian Barang. Bagian Pembelian membuatkan surat Pembelian yang ditujukan pada supplier dengan dasar dari form Permintaan pembelian barang.setelah mengajukan surat pembelian yang ditujukan pada supplier, bagian pembelian membuat laporan pembelian yang ditujukan pada bendahara Pengeluaran.Supplier memberikan tagihan pada bagian pembelian atas semua pembelian yang diajukan oleh bagian pembelian. Dan mengirim barang ke bagian Gudang.Bendahara pengeluaran melakukan pembayaran pada supplier. Sebelum melakukan pembayaran, pertama kali melakukan audit dengan laporan pembelian agar tidak terjadi kesalahan pembayaran.bendahara penerimaan membuatkan laporan keuangan pengeluaran yang sesuai dengan laporan pembelian yang ada. Dan menyerahkan pada bagian keuangan.gudang yang telah menerima barang-barang dari supplier akan membuatkan kartu barang pada setiap barang yang baru masuk. Gudang juga akan mengupdate persediaan barang dan mengirimkannya pada bagian keuangan.

20 Masalah yang dihadapi Perhitungan Gap Analysis Dalam pengunaan perhitungan Gap Analysis yang mengukur seberapa jauh tingkat kesenjangan maupun kesesuaian antara kinerja dan harapan karyawan. dan kemudian dapat dilakukan pengukuran menggunakan metode Chase Approach yang dimana merupakan pendekatan dalam melakukan business process reengineering pada suatu perusahaan dalam hal ini ialah Labkesda. dengan menggunakan metode ini, akan menilai apakah perusahaan dalam melakukan BPR (Business Process Reengineering) sebelumnya telah melakukan metode Chase Approach dengan baik atau tidak. Dalam merancang dan membuat quesioner berdasarkan analisis Chase Approach digunakan metode Lickert berdasarkan Kontinuum Jelek Bagus, yaitu : SS S KS TS STS SP P KP TP STP = Sangat Setuju(Bobot=5) = Setuju(Bobot=4) = Kurang Setuju(Bobot=3) = Tidak Setuju(Bobot=2) = Sangat Tidak Setuju(Bobot=1) = Sangat Penting(Bobot=5) = Penting(Bobot=4) = Kurang Penting(Bobot=3) = Tidak Penting(Bobot=2) = Sangat Tidak Penting(Bobot=1)

21 85 Rumus : % Keterangan : Tki = Tingkat Keseuaian Koresponden Xi = Skor Penilaian Kepuasan Kinerja Karyawan Yi = Skor Penilaian Harapan Karyawan Setelah melakukan perhitungan analisis pembobotan kuesioner yang berupa kepuasan karyawan maka akan dibuat suatu diagram kartesius yang dimana memiliki rumus sebagai berikut yaitu : Rumus : Keterangan : X = Skor rata-rata tingkat kepuasan kinerja karyawan Y = Skor rata-rata tingkat harapan karyawan n = Jumlah responden Analisis Penilaian Chased Approach Dalam mengetahui hasil dari suatu pencapaian BPR yang dilakukan sebelumnya oleh Labkesda dilakukan kuesioner dari tahapan-tahapan dalam Chase aprroach yang dimana agar dapat mengetahui bobot dan tingkat kesesuain akan suatu kinerja BPR yang dilakukan di Labkesda dengan kinerja dan pengharapan karyawan yang ada. variable yang terdapat Chased approach adalah Energize, Focus, Invent dan Launch yang menjadi tolak ukur akan pencapaian BPR yang sukses didalam proses bisnis Labkesda.

22 86 Kuesioner dibagikan kepada seluruh karyawan berjumlah 60 karyawan Labkesda yang terlibat secara penuh didalam proses bisnis labkesda. Tabel 3.1 Tabel Tingkat Kesesuaian Kinerja dan Harapan berdasarkan Analisis Chase Approach

23 Tingkat Kesesuaian Kinerja dan Harapan terhadap Energize Labkesda Tabel 3.2 Tingkat Kesesuaian Kinerja dan Harapan terhadap EnergizeLabkesda Tabel diatas mengindikasikan proses persiapan melakukan BPR yaitu Energize yang dilakukan di Labkesda. Penjelasan akan dilakukan per masing-masing variable dan pernyataan. 1. Mendapat dukungan dari pihak eksekutif mendapatkan hasil tingkat kesesuaian sekitar 69% dan memiliki kesenjangan sebesar 31%. Hal ini dianggap bahwa Labkesda perlu memerhatikan adanya dukungan pihak eksekutif untuk mendapatkan hasil dari BPR yang baik. 2. Adanya suatu alasan untuk mengadakan perubahan suatu proses management juga mendapatkan hasil tingkat kesesuaian sekitar 74% dan memiliki kesenjangan sebesar 26%.Labkeda perlu memerhatikan hal ini agar perubahan yang terjadi menjadi sia-sia dan tidak membuang waktu. 3. Penentuan anggota tim proyek mendapatkan hasil tingkat kesesuaian sekitar 77% dan memiliki kesenjangan sebesar 23%. Hal ini berarti adanya

24 88 ketidakjelasan dalam penentuan anggota tim proyek sehingga mengakibatkan proses BPR tidak berjalan dengan lancar. 4. Rancangan proses management tingkat kesesuaian sekitar 75% dan memiliki kesenjangan 25%.Hal ini merupakan hasil dari gagalnya penentuan anggota tim proyek sehingga rancangan yang dihasil masih kurang dari yang diharapkan. 5. Sama dengan diatas, alur komunikasi dalam proyek juga tidak berjalan lancar,mendapat tingkat kesesuaian sekitar 75% dan kesenjangan sebesar 25%. Rancangan yang tidak jelas maka mengakibatkan komunikasi tidak lancar. Labkesda perlu memerhatikan hal ini agar BPR yang dijalankan sesuai dengan yang diharapkan Tingkat Kesesuaian Kinerja dan Harapan terhadap Focus Labkesda Tabel 3.3 Tingkat Kesesuaian Kinerja dan Harapan Terhadap Focus Labkesda

25 89 Tabel diatas mengindikasikan proses persiapan melakukan BPR yaitu Focus yang dilakukan di Labkesda. Penjelasan akan dilakukan per masing-masing variable dan pernyataan. 1. Process Assesment yang terjadi didalam labkesda ternyata masih memiliki hambatan. Dengan ditunjukkan tingkat kesesuaian sekitar 66% dan kesenjangan sebesar 34%.Dalam Process assesment masih memiliki hambatan. Labkesda masih harus meninjau dalam faktor ini. 2. Kesadaran perubahan lingkungan bisnis memiliki tingkat kesesuaian sekitar 92% dan memiliki kesenjangan sebesar 8%.Menunjukan bahwa Labkesda masih bisa meningkatkan kesadaran perubahan lingkungan bisnis. 3. Aspek-aspek dalam proses bisnis menjadi pertimbangan penting memiliki tingkat kesesuaian sekitar 79% dan memiliki kesenjangan yang cukup besar yaitu sebesar 21%. Hal ini menunjukan bahwa sampai saat ini Labkesda tidak memerhatikan berbagai aspek dalam proses bisnis yang dapat menjadi pertimbangan untuk mengadakan perubahan. Untuk menutup kesenjangan yang ada, Labkesda harus mulai memerhatikan aspek-aspek tersebut. 4. Penting untuk memperbaharui proses bisnis memiliki tingkat kesesuaian sekitar 86% dan memiliki kesenjangan sebesar 14%. Tingkat kesenjangan yang tidak terlalu besar yang dapat berarti bahwa Labkesda masih merasakan pentingnya untuk melakukan perubahan proses bisnis. 5. Kinerja Keuangan mendasari perubahan proses bisnis memiliki tingkat kesesuaian sekitar 71% dan memiliki kesenjangan 29%. Dapat dikatakan bahwa selama ini Labkesda dalam melakukan perubahan, hanya sedikit suatu aspek dalam kineja keuangan yang menjadi dasar dari perubahan.

26 90 Faktanya penting sekali melibatkan kinerja keuangan untuk menjadi suatu dasar dalam melakukan perubahan proses bisnis. 6. Pengadaan IT yang berkualitas memiliki tingkat kesesuaian sekitar 85% dan memiliki kesenjangan sebesar 15%. Hasil yang tidak cukup besar dalam kesenjangan. Hal ini dapat dikatakan bahwa Labkesda masih bisa untuk meningkatkan pengadaan IT yang berkualitas Tingkat Kesesuaian Kinerja dan Harapan terhadap Invent Labkesda Tabel 3.4 Tingkat Kesesuaian Kinerja dan Harapan terhadap Invent Labkesda Tabel diatas mengindikasikan proses persiapan melakukan BPR yaitu Invent yang dilakukan di Labkesda. Penjelasan akan dilakukan per masing-masing variable dan pernyataan. 1. Terciptanya rancangan proses bisnis yang berorientasi masa depan memiliki tingkat kesesuaian sekitar 93% dan memiliki kesenjangan sebesar 7%. Tingkat kesenjangan yang cukup kecil sehingga Labkesda masih dapat meningkat rancangan-rancangan yang berorientasi masa depan.

27 91 2. Misi dinyatakan dengan jelas memiliki tingkat kesesuaian sekitar 77% dan memiliki kesenjangan sebesar 23%. Hal ini dapat diartikan kurangnya pemahaman yang jelas tentang misi yang ada di Labkesda. Maka dari itu perlu adanya suatu sosialisasi akan pentingnya misi-misi Labkesda yang perlu dijalankan agar dapat meningkatkan nilai Labkesda itu sendiri. 3. Muncul ide baru yang berorientasi masa depan memiliki tingkat kesesuaian sekitar 85% dan memiliki kesenjangan 15%. Labkesda perlu lebih meningkatkan pengembangan ide-ide baru yang berorientasi masa depan dan jadikan sebagai konsep dasar dalam melakukan perubahan proses bisnis Tingkat Kesesuaian Kinerja dan Harapan terhadap Launch Labkesda Tabel 3.5 Tingkat Kesesuaian Kinerja dan Harapan Terhadap Launch Labkesda Tabel diatas mengindikasikan proses persiapan melakukan BPR yaitu Launch yang dilakukan di Labkesda. Penjelasan akan dilakukan per masing-masing variable dan pernyataan. 1. Menghasilkan Manfaat yang berwujud(tangible) memiliki tingkat kesesuaian sekitar 84% dan memiliki kesenjangan sebesar 16%. Hal ini menunjukan bahwa Labkesda tetap melakukan pengukuran yang bersifat berwujud(tangible) sebagai suatu dasar dalam melakukan evaluasi.

28 92 Labkesda perlu meningkatkan pengukuran tersebut agar kesenjangan yang ada dapat tertutup. 2. Menghasilkan Manfaat yang tidak berwujud(itangible) memiliki tingakt kesesuaian sekitar 82% dan memiliki kesenjangan sebesar 12%. Terdapat adanya manfaat-manfaat dalam perubahan yang dirasakan oleh para karyawan. Labkesda perlu meningkatkan kinerja dalam proses bisnisnya agar dapat meningkatkan kepuasan kerja untuk para karyawan Labkesda.

29 Diagram Kartesius untuk Analisis Chased Approach Tabel 3.6 Rata-rata Jumlah Kinerja dan Harapan

30 94 Gambar 3.5 Diagram Kartesius Keterangan : Nilai rata-rata Chase Approach di sumbu Y adalah 3,92 Nilai rata-rata Chase Approach di sumbu X adalah 3,10 Dari diagram kartesius diatas terdapat 4 kuadran.dapat menjelaskan sebagai berikut : 1. Kuadran 1 (Prioritas Utama) Didalam kuadran pertama terdapat poin 1,2,5,6,10,dan 13 yang dimana angka tersebut mengacu pada faktor P1,P2,P5,Q1,Q5,dan R2 yang berada di tabel Chase Approach. Keenam poin tersebut yaitu Mendapat dukungan

31 95 pihak eksekutif,adanya suatu alasan untuk mengalami perubahan, alur komunikasi lancar,process Assesment dillakukan tanpa hambatan, Kinerja keuangan sebagai dasar dalam perubahan, misi dinyatakan dengan jelas. Faktor-faktor tersebut masih harus dikembangkan dikarenakan management yang bersangkutan masih belum memanage dengan optimal sehingga tidak mencapai harapan karyawan. 2. Kuadran 2 (Dipertahankan) Didalam kuadran 2 terdapat poin 3,4,dan 16 yang dimana merupakan faktor P3,P4,dan S2 yang berada di tabel Chase Approach. Poin-poin tersebut ialah Penentuan anggota Tim Proyek sudah jelas, Rancangan Proses Bisnis management sudah jelas,dan Menghasilkan manfaat yang tidak berwujud /tidak dapat dihitung(itangible). Faktor-faktor tersebut sudah cukup bagus sehingga keputusan bagi management ialah mempertahankan kualitasnya. 3. Kuadran 3 (Prioritas Rendah) Didalam kuadran 3 terdapat poin 7,8,dan 11 yang dimana merupakan faktor Q2,Q3 dan Q6 yang berada di tabel Chase Approach. Poin-poin tersebut ialah Terjadinya perubahan lingkungan bisnis, Aspek-aspek dalam Proses Bisnis management menjadi pertimbangan penting dan Pengadaan IT yang berkualitas.faktor-faktor tersebut tidak menjadi suatu hal yang harus diprioritaskan. Karena secara garis besar ketiga faktor tersebut masih cukup bagus dan tidak perlu harus segera diprioritaskan. 4. Kuadran 4 (Berlebihan) Didalam kuadran 4 terdapat poin 9,12,14 dan 15 yang dimana merupakan faktor Q4,R1,R3 dan S1 yang berada di tabel Chase Approach. Poin-poin

32 96 tersebut ialah Penting untuk memperbaharui Proses Bisnis Management,Terciptanya rancangan proses bisnis yang berorientasi masa depan,muncul ide baru yang berorientasi masa depan dan Menghasilkan Manfaat Yang berwujud / dapat dihitung(tangible). Hal-hal tersebut dirasakan tidak terlalu perlu untuk para karyawan tetapi pihak management labkesda menangani secara berlebihan Masalah secara Detail Setelah adanya wawancara yang dilakukan dengan Kepala Labkesda,Kepala Bagian Tata Usaha dan Kepala SubLab didapatkan adanya beberapa masalah yang terjadi yang dapat menurukan efisiensi kinerja Labkesda. Masalah-masalah tersebut akan dihubungkan dengan faktor-faktor dari Chase Approach Analisis dan solusi yang dapat ditawarkan. Penjelasannya dapat dilihat dibawah ini Masalah di Kuadran 1(Prioritas Utama) Seperti yang kita lihat didalam Diagram Kartesius pada kuadran pertama terdapat poin 1,2,5,6,10,dan 13 yang dimana angka tersebut mengacu pada faktor P1,P2,P5,Q1,Q5,dan R2 yang berada di tabel Chase Approach. Keenam poin tersebut yaitu : 1. Kurangnya dukungan pihak eksekutif, didalam Labkesda para pihak eksekutif dalam hal ini merupakan atasan di Departmen Kesehatan menerapkan suatu kebijakan-kebijakan dimana para karyawan Labkesda belum tentu dapat melakukannya. Solusi yang dapat ditawarkan ialah pihak eksekutif mendukung cara kerja yang ditawarkan oleh pihak

33 97 ReengineeringLabkesda dengan menawarkan beberapa dokumen yang berisikan proses bisnis yang diharapkan oleh para karyawan Labkesda. 2. Dianggap tidak ada suatu alasan untuk mengalami perubahan, Didalam Labkesda proses kerja masih manualisasi dalam pembuatan dokumen dan penyimpanan dokumen. Juga aliran proses yang dirasa dapat dipercepat dengan menghilangkan beberapa aspek. Hal-hal ini dirasa harus berubah agar proses keja Labkesda dapat menjadi lebih baik yang dapat memuaskan karyawan dalam bekerja. Perubahan dapat dilakukan dengan menambah suatu sistem komputerisasi yang dapat membantu kinerja Labkesda dan melakukan perubahan proses bisnis. 3. Alur komunikasi tidak lancar, Didalam Labkesda komunikasi antar bagian/divisi masih terdapat hambatan. Sebagai contoh komunikasi Jumlah Sample antara Bagian Loket dan Bagian Lab sering terjadi perbedaan karena sistem antara loket dengan lab tidak terintegrasi satu sama lain.hal-hal inilah yang dapat merusak waktu kerja yang menjadi moto Labkesda itu sendiri. Solusi yang ditawarkan ialah dengan mencatat waktu disetiap pelayanan di bagian Loket dan waktu pengerjaan di bagian Lab. Dengan menambah fitur pencatatan waktu dan fitur penyimpan database yang saling terintegrasi didalam sistem, hal ini dapat dilakukan. 4. Process Assesmentmasih ada hambatan, didalam Labkesda penilaian/pengkajian proses sering kali tidak dilakukan. Dikarenakan para karyawan tidak menyadari pentingnya dalam melakukan perubahan dengan mengkaji ulang proses bisnis. Yang harus dilakukan ialah melakukan

34 98 evaluasi kerja dan melakukan beberapa perubahan yang dirasa dapat meningkatkan kinerja proses bisnis Labkesda. 5. Kinerja keuangan tidak dijadikan sebagai dasar dalam perubahan, didalam Labkesda kinerja Keuangan dirasa cukup bagus. Karena telah menghasilkan laporan-laporan keuangan yang cukup bagus dan akurat. Akan tetapi hal itu membuat karyawan Labkesda merasa cukup puas dan merasa tidak memerlukan melakukan perubahan. Hal ini cukup terhambat sehingga perubahan-perubahan yang ingin dilakukan dirasa tidak perlu. Ini ada hubungannya dengan adanya dukungan dari pihak atas. Pihak atas harus memberi pengertian pada karyawan Labkesda bahwa penting untuk melakukan perubahan agar dapat mencapai hasil yang lebih tinggi. 6. Misi suatu proses dinyatakan tidak dengan jelas, didalam Labkesda penyataan misi mungkin sudah ditulis dengan jelas akan tetapi makna dari misi tersebut masih belum dapat dipahami oleh seluruh karyawan Labkesda. Kembali lagi dengan peran dari pihak eksekutif yang harus menyampaikan misi-misi Labkesda secara jelas dan kebijakan-kebijakan yang akan diberlakukan di Labkesda Masalah di Kuadran 2(Dipertahankan) Seperti yang kita lihat didalam Diagram Kartesius pada kuadran 2 terdapat poin 3,4,dan 16 yang dimana merupakan faktor P3,P4,dan S2 yang berada di tabel Chase Approach. Poin-poin tersebut ialah 1. Penentuan anggota Tim Proyek sudah jelas, didalam Labkesda tim yang menangani proyek untuk melakukan perubahan sudah dinyatakan dengan jelas dan disampaikan dengan jelas ke seluruh karyawan Labkesda. Akan

35 99 tetapi karena beberapa masalah yang ada didalam kuadran pertama, realisasi dalam melakukan perubahan sering terhambat. Oleh karena itu perlu menyelesaikan masalah-masalah dalam kuadran pertama supaya dapat menyelesaiankan perubahan yang diinginkan. 2. Rancangan Proses Bisnis management sudah jelas, didalam Labkesda rancangan proses bisnis sudah sering dinyatakan dengan jelas dalam rapat evaluasi dan laporan evaluasi. Hal ini harus dipertahankan dalam kinerja Labkesda. 3. Menghasilkan manfaat yang tidak berwujud /tidak dapat dihitung(itangible), saat ini Labkesda sudah menghasilkan manfaat Itangible yaitu berupa keunggulan kompetitif. Dibanding Laboratorium lain yang juga pesaing dari Labkesda, Labkesda memberikan beberapa keunggulan yang berbeda dari laboratorium lain. Hal ini juga memberikan kepuasan bagi pelangganpelanggan Labkesda. Hal-hal tersebut harus dipertahankan bahkan harus meningkatkan mutu kualitasnya Masalah di Kuadran 3(Prioritas Rendah) Seperti yang kita lihat didalam Diagram Kartesius pada kuadran 3 terdapat poin 7,8,dan 11 yang dimana merupakan faktor Q2,Q3 dan Q6 yang berada di tabel Chase Approach. Poin-poin tersebut ialah 1. Kesadaran akan terjadinya perubahan lingkungan bisnis sudah bagus, Bagi Labkesda perubahan-perubahan lingkungan bisnis tidak terlalu berpengaruh. Karena Labkesda bekerja sesuai dengan aturan pemerintah sehingga perhatian pada perubahan-perubahan lingkungan bisnis tidak menjadi suatu prioritas utama.

36 Masih sedikit orang yang sadar dalam mempertimbangkan aspek-aspek dalam proses bisnis management, hal ini dirasa oleh Labkesda tidak terlalu penting. Sama seperti masalah diatas, dikarenakan bekerja dengan aturan pemerintah, beberapa aspek tersebut tidak diperhatikan atau tidak menjadi prioritas utama. 3. Pengadaan IT yang berkualitas dirasa sudah cukup, Labkesda merasakan bahwa untuk melakukan proses bisnisnya tidak memerlukan kemampuan IT yang hebat. Labkesda hanya ingin mempunyai IT yang dapat membantu kinerja Labkesda sehingga dirasa tidak memerlukan IT yang terlalu berkualitas Masalah di Kuadran 4(Berlebihan) Seperti yang kita lihat didalam Diagram Kartesius pada kuadran 4 terdapat poin 9,12,14 dan 15 yang dimana merupakan faktor Q4,R1,R3 dan S1 yang berada di tabel Chase Approach. Poin-poin tersebut ialah 1. Kesadaran akan pentingnya untuk memperbaharui proses bisnis cukup tinggi, kelemahan Labkesda dalam menyikapi kepentingan dalam perubahan proses bisnis masih berlebihan yang kadang tidak berpengaruh dalam peningkatan kinerja. Labkesda hanya memerhatikan beberapa perubahan tanpa memerhatikan efek-efek samping dalam peningkatan kinerja. Sehingga mengakibatkan efisiensi kinerja menjadi berkurang. Solusinya ialah Labkesda harus mengetahui kepentingan, kelebihan dan kekuatan dan bagaimana melakukan perubahan proses bisnis agar tidak dianggap berlebihan dalam melakukan perubahan proses bisnis.

37 Terciptanya rancangan proses bisnis yang berlebihan, meski Labkesda sudah menciptakan rancangan proses bisnis yang baru, kadang tidak sesuai dengan kemampuan bekerja Labkesda itu sendiri. Sehingga dapat dikatakan rancangan tersebut hanyalah rancangan belaka dikarenakan berlebihan dalam merancang proses bisnis. 3. Terlalu banyak ide baru yang berorientasi masa depan, Ide-ide baru yang dihasilkan oleh Labkesda dirasakan berlebihan dikarenakan ide-ide tersebut ingin dijalankan tanpa melihat kemampuan Labkesda sekarang ini. Labkesda sebaiknya menghasilkan ide-ide baru yang dirasa dapat berguna untuk pengembagan Labkesda yang memungkinkan dapat dijalankan. 4. Banyaknya Manfaat Yang berwujud / dapat dihitung(tangible), manfaat tangible yang dirasakan oleh Labkesda cukup banyak,contohnya yaitu pendapatan yang bertambah. Hal ini berdampak, Labkesda hanya fokus dalam peningkatan manfaat tangible, padahal ada manfaat Itangible yang harus dicapai oleh Labkesda agar dapat memiliki manfaat seimbang yang dirasakan oleh Labkesda itu sendiri. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa masih kurangnya kepuasan yang dirasakan oleh karyawan Labkesda sehingga menghasilkan karyawan merasa tidak termotivasi. Hal ini berakibat banyaknya kekurangan pada proses bisnis sehingga BPR yang dihasilkan menjadi tidak berguna. Dapat ditunjukan pada data Standar Penilaian Mutu yang terakhir ditunjukan pada gambar 3.6

38 102 Gambar 3.6 Standart Penilaian Mutu Labkesda. Pada gambar 3.6 ditunjukan masih banyaknya kinerja yang tidak sesuai dengan standar yang ada. Hal ini bisa dikatakan karyawan Labkesda kurang termotivasi dalam proyek BPR ini. Padahal meningkatnya motivasi karyawan merupakan kunci sukses dalam proyek BPR. Bila kepuasan kerja karyawan masih buruk atau kurang, maka proyek BPR yang dijalankan oleh Labkesda masih kurang berjalan maksimal.oleh karena itu Labkesda perlu melakukan perbaikan dengan mengadakan BPR kembali agar kinerja proses bisnis yang buruk tersebut menjadi lebih baik dan berjalan dengan maksimal sesuai yang diharapkan dan juga karyawan Labkesda dapat termotivasi dengan adanya konsep Change Management yang diterapkan pada perancangan BPR.

39 Usulan yang diajukan Usulan yang diajukan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dalam proses bisnisnya ialah melakukan BPR dengan merancang ulang proses bisnisnya dengan menggunakan langkah-langkah dari teori menurut R.E Indrajit dan R.Djokopranoto dan merancang suatu sistem informasi management agar dapat mengurangi ketidakefiensian proses bisnis akibat cara yang dilakukan masih sistem manualisasi dan dapat menyimpan data-data yang diperlukan didalam komputer.

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh banyak kalangan, baik kalangan masyarakat ataupun para pihak-pihak

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh banyak kalangan, baik kalangan masyarakat ataupun para pihak-pihak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini, ketepatan akan informasi dan waktu sangatlah dibutuhkan oleh banyak kalangan, baik kalangan masyarakat ataupun para pihak-pihak yang

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan 3.1.1 Sejarah PT. Putra Mas Prima PT. Putra Mas Prima merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jual beli bijih plastik yang berdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umumnya dalam memilih alat transportasi harian sebagian besar masyarakat Indonesia menggunakan kendaraan pribadi roda dua ataupun roda empat. Salah satu perusahaan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 114 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 114 TAHUN 2008 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 114 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DIREKTUR, WAKIL DIREKTUR, BIDANG, BAGIAN SEKSI DAN SUB BAGIAN Dl RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA PROVINSI JAWA

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 100 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS LABORATORIUM KESEHATAN DAERAH PADA DINAS KESEHATAN

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1968 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 dan Pelaksanaan Pemerintahan di Propinsi Ben

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1968 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 dan Pelaksanaan Pemerintahan di Propinsi Ben - 2-3. 4. 5. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1968 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 dan Pelaksanaan Pemerintahan di Propinsi Bengkulu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 138 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 138 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 138 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, FUNGSI, TUGAS DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA

BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA 3.1 DASAR HUKUM Dalam menetapkan tujuan, sasaran dan indikator kinerja Balai Besar Laboratorium menggunakan acuan berupa regulasi atau peraturan sebagai berikut : 1) Peraturan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 72 TAHUN 2015

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 72 TAHUN 2015 WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 72 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN, KEDUDUKAN, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT PELAKSANA TEKNIS RUMAH SAKIT PRATAMA

Lebih terperinci

-1- BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG

-1- BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG -1- BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA RSUD DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KELAS B DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH

Lebih terperinci

bawahan sesuai dengan peraturan dan prosedur yang berlaku;

bawahan sesuai dengan peraturan dan prosedur yang berlaku; BAB XV BALAI LABORATORIUM KESEHATAN DAERAH PADA DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN Pasal 63 Susunan Organisasi Balai Laboratorium Kesehatan DaerahPada Dinas Kesehatan Provinsi Banten terdiri dari : a. Kepala

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 100 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PENGELOLA DANA BERGULIR PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT KELURAHAN DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROF. DR. SOEKANDAR KABUPATEN MOJOKERTO DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA O G K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2015

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA O G K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2015 WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA O G K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA KANTOR PENGELOLAAN TAMAN PINTAR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 67 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROF.

Lebih terperinci

menyesuaikan dengan kebutuhan perusahaan ini sendiri.

menyesuaikan dengan kebutuhan perusahaan ini sendiri. BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan Perusahaan Rent n Play merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa yaitu penyewaan mainan bagi anak-anak dan balita. Usaha ini dibangun

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, FUNGSI, TUGAS DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PENGELOLAAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH) KOTA YOGYAKARTA. Sebelum di bentuknya Badan Lingkungan Hidup, Instansi ini pernah

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH) KOTA YOGYAKARTA. Sebelum di bentuknya Badan Lingkungan Hidup, Instansi ini pernah BAB II GAMBARAN UMUM BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH) KOTA YOGYAKARTA A. Sejarah Sebelum di bentuknya Badan Lingkungan Hidup, Instansi ini pernah mengalami beberapa perubahan antara lain : Dinas kebersihan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA UPT RUMAH SAKIT KUSTA SUMBERGLAGAH TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA UPT RUMAH SAKIT KUSTA SUMBERGLAGAH TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA UPT RUMAH SAKIT KUSTA SUMBERGLAGAH TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR RUMAH SAKIT KUSTA SUMBERGLAGAH JL.SUMBERGLAGAH PACET, MOJOKERTO Telp. (0321) 690441 Kode Pos. 61374 Fax

Lebih terperinci

BAB II PEMBENTUKAN BAB III SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Balai Laboratorium Kesehatan. Bagian Kedua Balai Pelatihan Kesehatan

BAB II PEMBENTUKAN BAB III SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Balai Laboratorium Kesehatan. Bagian Kedua Balai Pelatihan Kesehatan SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 97 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATAKERJA UNIT PELAKSANA

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN KOPERASI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG BH INNEKA TU NGGAL IKA BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

Pembentukan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan didasarkan pada

Pembentukan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan didasarkan pada 1.1. Gambaran Umum Pembentukan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan didasarkan pada Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan Nomor 2 Tahun 2001 tentang Pembentukan Susunan Organisasi Dinas-Dinas

Lebih terperinci

7. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia;

7. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia; 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008; 7. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode-metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode-metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode-metode deskriptif. Penelitian ini menganalisis tingkat kepentingan dan penerapan Sistem

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi Penelitian dilakukan di kantor Badan Pengelola Keuangan Daerah DKI

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi Penelitian dilakukan di kantor Badan Pengelola Keuangan Daerah DKI BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Objek Penelitian III.1.1 Badan Pengelola Keuangan Daerah Lokasi Penelitian dilakukan di kantor Badan Pengelola Keuangan Daerah DKI Jakarta, Jl. Medan Merdeka

Lebih terperinci

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, SALINAN GAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN PROVINSI

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS,

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 59 TAHUN 2008

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 59 TAHUN 2008 BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 59 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA KANTOR PENANAMAN MODAL KABUPATEN SUKOHARJO BUPATI SUKOHARJO,

Lebih terperinci

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999;

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999; ~. PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 68 TAHU N 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH, DAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pusat Kesehatan Masyarakat berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2015 merupakan salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama memiliki

Lebih terperinci

BKN. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan.

BKN. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan. No.998, 2014 BKN. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 84 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERIJINAN KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL,

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 84 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERIJINAN KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 84 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERIJINAN KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : Mengingat : bahwa sebagai tindak lanjut Peraturan

Lebih terperinci

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta BAB IX DINAS KESEHATAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 158 Susunan Organisasi Dinas Kesehatan, terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; 2. Sub

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG BH INNEKA TU NGGAL IKA BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK, KELUARGA BERENCANA, PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 89 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KEPEMUDAAN DAN OLAH RAGA

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 89 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KEPEMUDAAN DAN OLAH RAGA SALINAN BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 89 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KEPEMUDAAN DAN OLAH RAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

Lebih terperinci

BAB III ARAH DAN PRIORITAS STRATEGIS. Balai Besar laboratorium Kesehatan Makassar sebagai salah satu

BAB III ARAH DAN PRIORITAS STRATEGIS. Balai Besar laboratorium Kesehatan Makassar sebagai salah satu BAB III ARAH DAN PRIORITAS STRATEGIS A. Rumusan Pernyataan Visi, Misi dan Tata Nilai Balai Besar laboratorium Kesehatan Makassar sebagai salah satu penyelenggara pembangunan kesehatan telah menetapkan

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN.

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN. GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 103 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

Kepala Dinas mempunyai tugas :

Kepala Dinas mempunyai tugas : Kepala Dinas mempunyai tugas : a. menyelenggarakan perumusan dan penetapan program kerja Dinas; d. menyelenggarakan perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan; e. menyelenggarakan urusan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 69 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan UD. Sri Rejeki adalah usaha dagang yang bergerak dalam bidang ceramics houseware. Berawal dari keinginan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENULISAN

BAB III METODE PENULISAN BAB III METODE PENULISAN 3.1 Sumber Data Data sekunder adalah data yang di peroleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada ( peneliti sebagai tangan kedua ). Data sekunder dapat diperoleh

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. RASIDIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 45 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS CIPTA KARYA, KEBERSIHAN DAN TATA RUANG KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Uraian Tugas Rumah Sakit

Uraian Tugas Rumah Sakit Uraian Tugas Rumah Sakit Direktur (1) Direktur mempunyai tugas memimpin, menyusun kebijaksanaan, membina, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas pelayanan rumah sakit sesuai peraturan perundang-undangan.

Lebih terperinci

Nomor 9 Tahun 2015; 5. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Kesehatan; 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2005 Tentang

Nomor 9 Tahun 2015; 5. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Kesehatan; 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2005 Tentang BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 58 TAHUN 2017 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS LABORATORIUM KESEHATAN DAERAH PADA

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GARUT Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi, khususnya di era globalisasi saat ini tidak dapat dielakkan lagi. Untuk dapat berkembang dan bertahan di dunia bisnis, suatu perusahaan harus

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR : LAMPIRAN : 3 (TIGA) TENTANG TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN KEUANGAN DAERAH

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR : LAMPIRAN : 3 (TIGA) TENTANG TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN KEUANGAN DAERAH BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR : LAMPIRAN : 3 (TIGA) TENTANG TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 99 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENILAIAN USULAN PENERAPAN POLA PENGELOLAAN

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 99 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENILAIAN USULAN PENERAPAN POLA PENGELOLAAN PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 99 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENILAIAN USULAN PENERAPAN POLA PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (PPK-BLUD) DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 35 TAHUN 2016

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 35 TAHUN 2016 BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI, Mengingat

GUBERNUR BALI, Mengingat GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 89 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KEPENDUDUKAN, PENCATATAN SIPIL DAN KELUARGA BERENCANA PROVINSI

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 109 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS SUMBER DAYA AIR DAN BINA MARGA KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban secara tertulis atas pelaksanaan tugas-tugas Kesehatan Surabaya yang telah dilaksanakan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLAAN LABORATORIUM PENGUJIAN KUALITAS LINGKUNGAN PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian untuk penulisan skripsi ini berlangsung pada 31 Oktober 2012 sampai dengan selesai. Bertempat pada Unit Pelayanan dan Perbendaharaan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS BASIS DATA YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS BASIS DATA YANG SEDANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS BASIS DATA YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang Puskesmas 3.1.1 Sejarah Puskesmas Puskesmas Kecamatan Penjaringan berdiri tahun 1992 yang terletak di Jalan Raya Teluk Gong No. 2, Jakarta

Lebih terperinci

TUPOKSI DINAS PERINDUSTRIAN, KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH KOTA MATARAM

TUPOKSI DINAS PERINDUSTRIAN, KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH KOTA MATARAM TUPOKSI DINAS PERINDUSTRIAN, KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH KOTA MATARAM Tugas dan Fungsi Kepala Dinas Kepala Dinas mempunyai tugas pokok memimpin, merencanakan, mengawasi, mengendalikan dan mengkoordinasikan

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH PADA

Lebih terperinci

KEDUDUKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI KECAMATAN MATARAM

KEDUDUKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI KECAMATAN MATARAM KEDUDUKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI KECAMATAN MATARAM 1. Kecamatan Mataram merupakan wilayah kerja Camat Mataram sebagai Perangkat Daerah. 2. Kecamatan Mataram merupakan kecamatan tipe A. 3. Kecamatan Mataram

Lebih terperinci

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi IV.1 Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi dengan Val IT Perencanaan investasi TI yang dilakukan oleh Politeknik Caltex Riau yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Tentang Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PD. Cahaya Fajar adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur. Perusahaan ini menjalankan usahanya dalam

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN KABUPATEN GARUT Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1018, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Balai Besar Lanoratorium Kesehatan. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 70 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. dengan melakukan survei pendahuluan guna memperoleh informasi seputar latar

BAB IV PEMBAHASAN. dengan melakukan survei pendahuluan guna memperoleh informasi seputar latar BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Survei Pendahuluan Evaluasi Sistem Pengendalian Internal pada PT Bondor Indonesia diawali dengan melakukan survei pendahuluan guna memperoleh informasi seputar latar belakang perusahaan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI INSTANSI

BAB III DESKRIPSI INSTANSI BAB III DESKRIPSI INSTANSI A. Sejarah Singkat Diterbitkannya Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 8 Tahun 2014 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 4 Tahun 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Industri jasa pada saat ini merupakan sektor ekonomi yang sangat besar dan tumbuh sangat pesat. Pertumbuhan tersebut selain diakibatkan oleh pertumbuhan jenis

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG GUBERNUR KEPULAUAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS SERTA TATA KERJA DINAS KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH KABUPATEN KUNINGAN DENGAN

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 105 TAHUN 2013 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SOEKARDJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 32 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, KEHUTANAN DAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN BANYUMAS DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 541 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT

PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 541 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT 1 PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 541 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT KERJA PUSKESMAS TAMAMAUNG TAHUN 2014

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT KERJA PUSKESMAS TAMAMAUNG TAHUN 2014 PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT KERJA PUSKESMAS TAMAMAUNG TAHUN 2014 PEMERINTAH KOTA MAKASSAR DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS TAMAMAUNG DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN...... 2 BAB II GAMBARAN UMUM PUSKESMAS...

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANYUMAS BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah Singkat PDAM Sejarah pendirian PDAM Kota Bandung dimulai sejak zaman penjajahan Belanda di Indonesia. Pembentukan PDAM Kota Bandung sebagai

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 79 TAHUN 2016

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 79 TAHUN 2016 PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERDAGANGAN, KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 115 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 115 TAHUN 2008 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 115 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DIREKTUR, WAKIL DIREKTUR, BIDANG, BAGIAN, SEKSI DAN SUB BAGIAN Dl RUMAH SAKIT UMUM Dr. SOEDONO MADIUN PROVINSI

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 534 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS DINAS KEHUTANAN KABUPATEN GARUT

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 534 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS DINAS KEHUTANAN KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 534 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS DINAS KEHUTANAN KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN Deskripsi Umum Ruang Lingkup Penelitian

BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN Deskripsi Umum Ruang Lingkup Penelitian BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 4.1. Deskripsi Umum Ruang Lingkup Penelitian Dengan berlandaskan Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang pembentukan 8 (delapan) Kabupaten di Provinsi Riau yang

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS CIPTA KARYA, KEBERSIHAN DAN TATA RUANG KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG BH INNEKA TU NGGAL IKA BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. PT. BIKA SOLUSI PERDANA adalah perusahaan yang bergerak. pelanggan dan pihak yang berkepentingan lainnya (stakeholder), PT.

BAB IV PEMBAHASAN. PT. BIKA SOLUSI PERDANA adalah perusahaan yang bergerak. pelanggan dan pihak yang berkepentingan lainnya (stakeholder), PT. BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan PT. BIKA SOLUSI PERDANA adalah perusahaan yang bergerak dibidang jasa konsultasi dan pelatihan sistem manajemen dan teknologi. Perusahaan ini beroperasi dengan

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU KOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG CIPTA KARYA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BATU KOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG CIPTA KARYA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB 3. Analisa Kebutuhan Basisdata

BAB 3. Analisa Kebutuhan Basisdata 68 BAB 3 Analisa Kebutuhan Basisdata 3.1 Riwayat Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan CV. Mitratama Uniplast merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang mendaur ulang biji plastik, lalu menjualnya.

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya

Walikota Tasikmalaya Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat alikota PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KOTA

Lebih terperinci

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 31/M-DAG/PER/7/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, setiap pelaku bisnis pasti membutuhkan sebuah alat yang dapat mendukung kegiatan operasional bisnisnya dalam menjalankan usaha.

Lebih terperinci