1.1. Latar Belakang BAB I PEND AHULU AN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1.1. Latar Belakang BAB I PEND AHULU AN"

Transkripsi

1 BAB I PEND AHULU AN 1.1. Latar Belakang Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLPBK) adalah suatu kegiatan untuk mencapai kondisi pemukiman yang ideal di masa datang yang dicita-citakan oleh masyarakat dari suatu Desa/desa dalam kurun waktu 3 5 tahun kedepan dengan memanfaatkan semaksimal mungkin kondisi yang ada dan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan fisik dan sosial. Pemetaan Swadaya merupakan salah satu siklus dalam PLPBK, Pemetaan swadaya adalah suatu pendekatan parisipatif yang dilakukan masyarakat untuk menilai serta merumuskan sendiri berbagai persoalan yang dihadapi dan potensi yang dimilliki sehingga hasil dari identifikasi masalah dan potensi yang dimiliki, masyarakat dapat kebutuhan nyata (riil) untuk menanggulangi berbagai persoalan tersebut utamanya kemiskinan, dengan berbasis pada kekayaan informasi kualitatif yang bersifat lokal. Teknik teknik yang dipakai dalam Pemetaan Swadaya diadopsi dari teknik teknik yang biasa dipakai dalam PRA, artinya dalam pelaksanaannya menggunakan prinsip prinsip dalam metodologi PRA. Teknik teknik ini berupa visual (gambar atau bentuk yang bisa dilihat) yang dipergunakan sebagai media diskusi masyarakat tentang keadaan diri mereka sendiri dan lingkungannya. Setiap teknik bisa digunakan untuk mengkaji keadaan tingkat kelompok, tingkat kampung/dusun, tingkat Desa/desa. Setiap teknik bisa digunakan untuk mengkaji informasi dengan keluasan dan tingkat kedalaman yang berbeda : 1) informasi umum ( semua keadaan ) 2) informasi topik khusus (misal kesehatan) 3) informasi sub topik (misal : aspek aspek kesehatan) Desa Samborejo merupakan Desa yang berada di perbatasan antara Kabupaten Pekalongan dan Kotamadya Pekalongan. Keadaan yang demikian menjadikan Desa Samborejo secara ekonomi terkait dengan perkembangan kota Pekalonganm khususnya di bidang industri produksi batik. Dengan potensi yang ada, secara tidak langsung menjadi penopang perekonomian masyarakat Samborejo. Namun di dalam perkembangan yang begitu cepat muncul permasalahan dari berbagai aspek tata ruang, misalnya kependudukan, penataan permukiman, lingkungan dan sebagainya. Untuk itu Desa Samborejo sebagai bagian dari Kabupaten Pekalongan memandang perlu untuk mewujudkan hal tersebut di atas melalui tahapan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat menuju masyarakat yang Madani. I-1

2 Permasalahan yang ada di Samborejo dapat dipetakan menjadi beberapa masalah, antara lain terkait pemanfaatan fungsi lahan yang tidak semestinya, masih banyak pemukiman yang menempati bantaran sungai termasuk balai desa, kemudian kondisi sarana dan prasarana yang kurang memadai, salah satunya di dukuh Sringgit tidak adanya sarana drainase dan pelayanan air bersih, kemudian terkait fasilitas umum seperti ruang publik-taman bermain dimasing-masing RT hampir tidak ada. Yang berhubungan dengan kondisi lingkungan hidup, pembuangan sampah dan limbah tanpa pengelolaan, jadi kekhawatiran tentang terus menurunnya kualitas lingkungan hidup yang bersih termasuk akses air tanah yang layak dikonsumsi untuk masa yang akan datang perlu mendapat respon yang lebih. Berdasarkan konsep penataan ruang pada suatu wilayah maka dapat diketahui fungsi dan peran masing-masing kawasan yang menjadi ciri dari kawasan tersebut. Fungsi dan peranan setiap kawasan terkait erat dengan aktivitas yang dominan pada wilayah tersebut. Desa adalah institusi dan entitas masyarakat hukum tertua yang bersifat asli. Keaslian desa terletak pada kewenangan otonomi dan tata pemerintahannya, yang diatur dan dikelola berdasarkan atas hak asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui sah oleh UUD Tahun 1945 berdasarkan Pasal 18B ayat (2). Kedudukan dan fungsi desa dalam kerangka otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang (UU) No. 32 tahun 2004 membawa garis kebijakan baru dalam tata kelola pemerintahan daerah dan desa. UU ini memberi ruang begitu besar bagi terlaksananya otonomi bagi daerah dalam menata dan mengelola rumah tangganya sendiri, dalam arti kedudukan desa adalah setara dan karenanya harus diperlakukan sama dengan Provinsi dan Kabupaten atau Kota. UU No. 32 tahun 2004 dengan didasarkan pada ketentuan Pasal 18B ayat (2) UUD Tahun 1945, telah membuka dan memberikan ruang bagi desa untuk mengembangkan dan menjadikan hak asal-usul dan adatistiadat desa sebagai salah satu sendi nilai bagi pemerintahan desa. Dan keberadaan Undang-Undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa (UU Desa) diharapkan membawa penduduk di Desa lebih sejahtera melalui 4 (empat) aspek utama, yaitu pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana, pengembangan potensi ekonomi lokal, dan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan (Pasal 78 ayat 1). Rencana Penataan Lingkungan Pemukiman (RPLP) adalah rencana pembangunan ditingkat Desa untuk kurun waktu 5 tahun yang disusun berdasarkan aspirasi, kebutuhan dan citacita masyarakat untuk memperbaiki kondisi lingkungan permukimannya. RPLP merupakan acuan pembangunan permukiman yang berisi panduan pengembangan permukiman yang terkait dengan aspek lingkungan seperti penataan ruang, pengelolaan dan pengadaan prasarana dan sarana lingkungan, aspek sosial berupa kondisi pelayanan sosial masyarakat dan kelembagaan, pelayanan publik serta aspek ekonomi yang menggali potensi dan komoditi ekonomi yang sejalan dengan kebutuhan prasarana pendukung dan lembaga pengelolanya RPLP merupakan pedoman dan alat kontrol/pengawasan pembangunan Desa bagi masyarakat, pemerintah, swasta, LSM dan donor yang ingin berpartisipasi dalam pembangunan permukiman di tingkat Desa/desa. Serangkaian program pembangunan yang dimuat dalam RPP harus dilengkapi dengan estimasi besaran dan biaya yang diperlukan, sumber dana, serta koordinasi lembaga-lembaga terkait baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan pengawasan. Dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP), secara substansi sama dengan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) merupakan bagian dari Rencana Pengembangan Permukiman (RPP) yang secara substansi mengatur kawasan kawasan dalam bentuk rencana detail. Dari kawasan kawasan yang teridentifikasi dalam RPP, maka terpilih satu kawasan prioritas yang disusun RTBL nya berdasarkan kesepakatan warga dengan meninjau berbagai kriteria permasalahan dan potensi pengembangan dengan mengacu pada rambu rambu PLP BK. Sedangkan aturan bersama adalah aturan yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembangunan lingkungan nantinya. Hal terpenting setelah Peraturan Pemerintah No. 15/2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (PP PPR) ditetapkan adalah memonitor implement asinya di daerah. Penyelenggaraan penataan ruang ke depan harus lebih menekankan pada tingkatan mikro, yaitu bagaimana Pemerintah dan masyarakat mampu mengimplementasikan penataan ruang dengan baik Maksud dan Tujuan Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLP-BK) di wilayah Desa Samborejo telah menghasilkan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) sebagai acuan pelaksanaan pembangunan di Desa Samborejo. Wilayah ini merupakan salah satu wilayah sasaran program PNPM Mandiri Perkotaan. Adapun maksud dan tujuan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) adalah sebagai berikut: Maksud RPLP sebagai alat untuk mencapai kondisi masa depan yang diinginkan dengan memanfaatkan semaksimal mungkin kondisi eksisting yang ada dan meminimalkan dampak I-2

3 negative terhadap lingkungan fisik dan sosial,yang dituangkan dalam serangkaian program pembangunan yang dilengkapi dengan estimasi besaran dan biaya yang diperlukan, sumberdana, serta koordinasi pelaksanaan, monitoring dan pengawasan lembaga lembaga terkait baik dalam tahap perencanaan, 1.3. Ruang Lingkup Ruang Lingkup Materi Lingkup materi dalam Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) meliputi: Tujuan RPLP diperlukan sebagai acuan tentang apa yang dapat dibangun, dimana letak pembangunan, kapan perlu dibangun, besaran yang perlu dibangun, oleh semua pihak yang membangun suatu Desa agar tertata dengan baik, efisien dan bermanfaat bagi masyarakat. Kondisi permukiman dan infrastruktur desa. Identifikasi kebijakan, strategi dan program pengembangan/pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman Identifikasi potensi, permasalahan, hambatan dan tantangan pembangunan RPLP merupakan alat kontrol/pengawasan bagi pembangunan yang tidak sesuai dengan aturan dan kesepakatan masyarakat dan menjadi pegangan bagi masyarakat, swasta, LSM dan donor yang ingin berpartisipasi dalam pembangunan berbagai macam infrastruktur, fasilitas serta utilitas lingkungan agar terintegrasi dan terkoordinasi sesuai kebutuhan masyarakat. RPLP sebagai acuan untuk pentahapan program pembangunan Desa setiap tahun, sehingga pada akhirnya seluruh program pembangunan dapat menciptakan tata ruang dan kehidupan masyarakat yang harmonis. Tersusunnya indikasi program pembangunan kelurahan sampai 5 (lima) tahun yang akan datang yang merupakan solusi dari permasalahan dan pengembangan lebih lanjut dari potensi fisik, lingkungan, ekonomi dan sosial kemasyarakatan Sasaran Untuk mencapai tujuan diatas ada beberapa sasaran yang akan dicapai, yaitu: Analisa kebutuhan pengembanganidentifikasi rencana pengembangan kawasan permukiman prioritas Tujuan, arahan dan strategi penataan lingkungan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Penentuan struktur dan pola ruang serta rencana perbaikan lingkungan. Rencana Program Penataan Lingkungan Permukiman Ruang Lingkup Waktu Berdasarkan petunjuk teknis Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLPBK), Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) disusun sebagai Pedoman Pembangunan Kelurahan sampai dengan 5 (lima) tahun yang akan datang yaitu dari tahun 2014 sampai dengan tahun Mengidentifikasi karakteristik wilayah tingkat Desa melalui identifikasi di tingkat RW Menjelaskan potensi dan permasalahan di tingkat Desa melalui identifikasi di tingkat RW Menganalisis permasalahan lingkungan dan permukiman di tingkat Desa melalui analisis di tingkat RW Membuat arahan pengembangan sarana dan penggunaan lahan di tingkat Desa melalui analisis RW dan Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah RPLP adalah pada tingkat desa yang secara administratif berada di wilayah desa Samborejo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan. Desa Samborejo terdiri atas 5 (lima) Rukun Warga (RW) dan 15 (lima belas) Rukun Tangga (RT), yaitu : Menganalisis stakeholder yang terkait Rukun Warga (RW) I, terdiri dari 3 RT Rukun Warga (RW) II, terdiri dari 3 RT Rukun Warga (RW) III, terdiri dari 3 RT I-3

4 Rukun Warga (RW) IV, terdiri dari 3 RT Rukun Warga (RW) V, terdiri dari 3 RT Orientasi Desa Samborejo dapat dilihat pada gambar berikut ini. mendapatkan kesempatan untuk terlibat dalam proses pemetaan kondisi masyarakat. potensi dan sumberdaya yang dimiliki dan peran dalam usulan solusi atau pemecahan masalah atas kondisi yang dimiliki masyarakat itu sendiri secara bersama dengan pihak lain untuk mewujudkan perencanaan Desa yang dituju. Mewadahi hak masyarakat lersebut menjadi proses yang penting untuk menimbulkan rasa memilikii atas perencanaan dan program yang dihasilkan. Produk Rencana Pengembangan Permukiman Desa ini merupakan hasil kesepakatan seluruh pelaku pembangunan/pelaku kepentingan. termasuk masyarakat. Untuk itu semua pihak berkewajiban mentaati dan melaksanakan Rencana Pengembangan Permukiman Desa ini sebagai hasil kesepakatan secara sungguh-sungguh Metode Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Pada dasarnya perencanaan yang dilakukan tetap mengacu kepada perencanaan yang diatasnya, Rencana Umum Tata Ruang Kecamatan Tirto dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Pekalongan. Proses perencanaan melibatkan partisipatif masyarakat baik dari tahapan input, analisis sampai dengan tahap output. Tahapan proses perencanaan adalah sebagai berikut : Gambar 0-1 Peta Orientasi Desa Samborejo Terhadap Kota Pekalongan (sumber: RDTRK Kecamatan TIRTO) 1.4. Hak dan Kewajiban Masyarakat dalam Rencana Pengembangan Permukiman Perencanaan pembangunan yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat tidak akan berhasil tanpa peran serta masyarakat didalam pembuatan perencanaan tersebut. Menyadari akan pentingnya peran serta masyarakarakat, pemerintah mengharuskan didalam pembuatan perencanaan pembangunan baik pusat maupun daerah dilakukan musyawarah secara berjenjang dari tingkat bawah (bottom up). Hak masyarakat dalam penataan ruang desa antara lain hak sebagai warga negara yang mendapatkan ruang untuk hidup berkeluarga, mendapatkan dan mengembangkan ide karya, ataupun bersosialisasi dalam proses perencanaan partisipatif hak masyarakat adalah Tahapan Input Pengambilan data dan informasi perencanaan dilakukan melalui suatu kegiatan PemetaanSwadaya. Pelaksanaan dari kegiatan ini adalah warga masyarakat yang secara sukarela tergabung dalam Tim Inti Perencanaan Partisipatif (TIPP) dan Pokja yang bertugas mencari data dan informasi yang terkait dengan potensi dan masalah lingkungan, tata ruang, sarana dan prasarana, ekonomi dan sosial kelembagaan di tingkat RT. Pemetaan swadaya dilakukan untuk mengumpulkan data primer maupun sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode observasi langsung ke lapangan dan wawancara dengan narasumber yaitu Ketua RT, Ketua RW, tokoh masyarakat, dll. Setelah pemetaan swadaya selesai, TIPP dan Pokja merangkum data dari kedalaman RT menjadi kedalaman RW sekaligus verifikasi dan klarifikasi data. Tahapan Analisis Hasil dari kegiatan pemetaan swadayaa dalah Profil Desa Samborejo. Hasil pemetaan swadaya ini kemudian diklarifikasi dan diverifikasi kembali oleh Ketua RT dan Ketua RW dalam kegiatan rembug warga. Dalam kegiatan rembug warga ini pula dilakukan analisis terhadap potensi dan permasalahan di masing-masing RW. Tahapan Output I-4

5 Gambar 0-2 Siklus PLPBK I-5

6 Hasil dari analisis terhadap potensi dan permasalahan adalah berupa solusi atau kegiatan tindak lanjut. Tahap ini dilakukan masih dalam kegiatan rembug warga. Selain rencana tindak lanjut, ditentukan pula lokasi kegiatan rencana dan tahapan waktu pelaksanaan yang tertuang dalam Indikasi Program Pembangunan. SNI tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan. SNI tentang Pengelolaan Sampah di Permukiman. Peraturan Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Pekalongan Tahun Berdasarkan petunjuk teknis dari PLP-BK bahwa salah satu keluaran dari kegiatan ini adalah pemilihan lokasi prioritas yang selanjutnya di lokasi prioritas tersebut akan dilaksanakan pembangunan fisik. Melalui rembug warga kemudian terpilih lokasi yang akan menjadi prioritas pelaksanaan pembangunan fisik. Lokasi yang terpilih adalah RW 1, adapun pembangunan yang akan di laksanakan adalah pembanguan sarana prasarana lingkungan, peningkatan pemanfaatan RTH dan pengelolaan sampah Kedudukan Dokumen Dalam perencanaan kawasan dokumen RPLP mempunyai kedudukan yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini Acuan Normatif Acuan -acuan yang digunakan sebagai dasar maupun rujukan referensi dalam penyusunan dokumen RPLP ini adalah sebagai berikut: Undang-undang No 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman. Undang-undang No 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-undang No 38 Tahun 2004 tentang Jalan. Undang-undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Undang-undang No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Undang undang No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Peraturan Pemerintah No 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta Bentuk Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang. Gambar 0-3 Kedudukan Dokumen RPLP Peraturan Pemerintah No 34 Tahun 2006 tentang Jalan. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 1 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan. SNI tentang Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan. SNI tentang Persyaratan Umum Sistem Jaringan dan Geometrik Jalan Perumahan Manfaat Dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) merupakan keluaran dari pelaksanaan kegiatan PLPBK di Desa Samborejo yang berupa dokumen perencanaan tingkat Kelurahan/Desa (makro). Dokumen RPLP setara dengan dokumen perencanaan jangka menengah Kelurahan/Desa yang berfungsi sebagai dokumen legal perencanaan Kelurahan/Desa yang selaras dengan kebijakan pembangunan Kabupaten/Kota. Dokumen RPLP ini memuat rencana penataan lingkungan I-6

7 permukiman dan strategi pemasaran yang disepakati oleh masyarakat, perangkat kelurahan dan para pemangku kepentingan lainnya dan disyahkan oleh Walikota/Bupati. Dalam hal ini RPLP adalah Rencana Penataan Lingkungan Permukiman dan menjadi payung rencana penataan seluruh Kelurahan/Desa. Menyajikan potensi dan permasalahan yang ada di Desa Samborejo berdasarkan hasil pemetaan swadaya (PS) oleh warga, yang meliputi Aspek Penggunaan Lahan Dan Distribusi Fasilitas, Aspek Kegiatan Ekonomi Masyarakat, Aspek Kegiatan Sosial Budaya Masyarakat dan Aspek Sarana Prasarana Lingkungan Permukiman Bab V Tujuan, Arahan Dan Strategi Penataan Lingkungan 1.9. Sistematika Penyajian Bab I Pendahuluan Bab ini menguraikan hal-hal yang mendasari perlunya kegiatan penyusunan RPLP di Desa Samborejo, yang mencakup latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, kedudukan dokumen RPLP, metode pelaksanaan, Acuan Normatif dan sistematika penyajian. Bab II Gambaran Umum Wilayah Perencanaan Menyajikan tentang Kondisi Desa, Kondisi Permukiman Desa, dan Kondisi Infrastruktur Desa Samborejo Akan digambarkan mengenai berbagai hal terkait dengan substansi dan strategi dalam melakukan penataan pemukiman. Bab VI Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Memuat rencana pembangunan desa di berbagai bidang dan analisis stakeholder terkait dengan pembangunan yang akan dilakukan. Bab VII Rencana Program Penataan Lingkungan Permukiman Menyajikan mengenai indikasi program penataan Desa baik secara makro, yaitu rencana pembangunan permukiman se-desa hingga rincian secara mikro program pembangunan jangka menengah per RW, selama 5 tahun ke depan. Bab III Identifikasi Kebijakan, Strategi Dan Program Pengembangan/Pembangunan Permukiman Dan Infrastruktur Permukiman Menyajikan Identifikasi Kebijakan, Strategi Dan Program Pengembangan /Pembangunan Permukiman Dan Infrastruktur Permukiman Kabupaten Pekalongan, Identifikasi Peraturan Perundangan terkait pengembangan dan pembangunan permukiman dan infrastruktur Bab VIII Rencana Kelembagaan Pengelolaan Pembangunan Desa Bab ini akan menguraikan makna tentang peran masyarakat dan pemangku kepentingan yang ada di desa dan kelompok swadaya yang terbentuk melalui program PLPBK Bab IX Kesimpulan dan rekomendasi Bab IV Identifikasi Potensi, Permasalahan, Hambatan Dan Tantangan Pembangunan Dan Analisa Kebutuhan Pengembangan I-7

8 BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN 2.1. Konstelasi Wilayah Lokasi kegiatan penyusunan RPLP (Rencana Penataan Lingkungan Permukiman) Berbasis Komunitas ini dilaksanakan di Desa Samborejo yang secara administratif wilayahnya termasuk wilayah Kabupaten Pekalongan, Kecamatan Tirto dimana jarak Desa Samborejo dengan Ibukota Propinsi Jawa Tengah (Semarang) ± 118 Km,jarak dengan Kota Pekalongan ± 8 Km dan jarak terhadap Ibukota kecamatan Tirto ± 1 Km. Secara Geografis Desa Samborejo terletak pada 6 53'44,95 Lintang Selatan dan '34,75 Bujur Timur yaitu:` Wilayah Kabupaten pekalongan dibagi menjadi tiga Sub Wilayah Pembangunan (SWP) SWP I dengan pusat Kota Kajen yang meliputi :Kecamatan Kajen, Karanganyar, Kesesi, Lebakbarang,Kandangserang dan Paninggaran. Potensi yang perlu dikembangkan adalah sektor pembangunan jasa, pertanian, pariwisata dan sosial budaya (pendidikan). SWP II dengan pusat Kota Kedungwuni meliputi Kecamatan Kedungwuni,Doro,Buaran,Petungkriyono, Talun dan Wonopringgo. Potensi yang perlu dikembangkan adalah sektor pengembangan pertanian, industri dan sosial budaya (pendidikan). SWP III dengan pusat Kota Wiradesa meliputi Kecamatan Wiradesa, Tirto, Sragi dan Bojong. Potensi yang perlu dikembangkan adalah sektor perdagangan, industri dan perikanan. II-8

9 Desa samborejo yang termasuk dalam SWP III wilayah administrasi Kecamatan Tirto memiliki fungsi sebagai pusat : 1. perdagangan, 2. industri 3. perikanan 2.1 Wilayah Administrasi Wilayah desa Samborejo termasuk dataran rendah dengan ketinggian sekitar 27 meter dari permukaan air laut (DPAL). Desa mempunyai curah hujan sebesar mm/tahun dengan suhu rata-rata mencapai C. Luas wilayah Desa Samborejo mencakup 82,367 Ha, dengan batas batas wilayah yang meliputi : Utara : Desa Pacar Selatan: Kelurahan Bumirejo Kota Pekalongan Barat : Desa Tanjung Timur : Kelurahan Tegalrejo Kota Pekalongan Secara administratif Desa Samborejo terbagi menjadi 3 RW dan 9 RT sedangkan Secara kewilayahan Desa Samborejo terdiri dari 3 ( Tiga) Dusun, yaitu : 1. Dusun Sringgit 2. Dusun Sambo Tengah 3. Dusun Mijen 4. Dusun Cokrah SAMBOREJO Gambar 2.1 Konstelasi Wilayah Eksternal (Sumber Dol. RDTR Kec. Tirto) II-9

10 2.2 Kondisi Fisik Wilayah Topografi & Geomorfologi Desa samborejo memiliki kelerengan 0-8% dengan karakteristik lahan yang relatif datar dengan ketinggian 27 meter di atas permukaan laut, Desa Samborejo memiliki kondisi lahan yang relatif cocok sebagai pengembangan kawasan permukiman, perdagangan dan jasa, ataupun industri Klimatologi & Curah Hujan Desa Samborejo memiliki suhu rata-rata ± 28º -31 º C dengan kelembaban yang rendah. Intensitas hujan di Desa Samborejo tergolong ke dalam curah hujan sedang, dengan rata-rata curah hujan berkisar mm/tahun Jenis Tanah. Jenis tanah yang ada di Desa Samborejo adalah jenis tanah Alluvial yang sangat cocok diperuntukkan sebagai kawasan budidaya (kawasan permukiman, perdagangan dan jasa, industri dan lain sebagainya) karena karakteristiknya yang tidak peka terhadap erosi. Gambar 2.2 Peta Kerawanan Bencana Desa Samborejo (Sumber : Pemetaan Swadaya 2014) Gambar 2.1 Peta Desa Samborejo (Sumber : Pemetaan Swadaya 2014) II-10

11 2.2.4 Kerawanan Bencana Desa Samborejo termasuk dalam kawasan yang rawan bencana banjir. Lokasi Gambar 2.4 Land Use Desa Samborejo (Sumber : Pemetaan Swadaya 2014) yang berada dekat dengan sungai, adanya titik-titik cekungan tanpa ada jalur keluaran air ketika ditambah dengan curah hujan yang tinggi dapat menimbulkan bencana banjir. Hal ini diperparah dengan kondisi masyarakat yang terbiasa 2.3 Kondisi Kependudukan membuang sampah di sungai Jumlah, Distribusi, Kepadatan Penduduk Pemanfaatan Lahan Secara keseluruhan berdasarkan data hasil pemetaan swadaya, Desa Samborejo memiliki wilayah administrasi seluas 82,367 Ha dengan pembagian sebagai berikut: Jumlah penduduk warga Samborejo adalah 4301 jiwa dengan komposisi, jumlah penduduk laki-laki 2117 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 2184 jiwa. Distribusi penduduk terbanyak berada di RT 3 dengan penduduk 427 jiwa. Sementara untuk jumlah penduduk paling sedikit berada di RT 13 dengan jumlah 1. Pemukiman : m2 2. RTH(non sawah) : m2 3. Industri/Pabrik : m2 4. Areal Persawahan : m2 penduduk 141 jiwa. Untuk wilayah RW, jumlah penduduk paling banyak berada di RW I dengan jumlah penduduk 1143 jiwa. Untuk RW dengan jumlah penduduk paling sedikit berada di RW V dengan 624 jiwa. Untuk kepadatan penduduk paling tinggi berada di wilayah RW I dengan kepadatan ,008/km2. Tabel 2.1 Kepadatan Penduduk Lokasi Jml Penduduk (jiwa) Luas (Km²) KEPADATAN per km2 per ha Kategori RW I , rendah (< 150/ha) RW II , rendah (< 150/ha) RW III , rendah (< 150/ha) RW IV , rendah (< 150/ha) RW V , rendah (< 150/ha) (Sumber: Pemetaan swadaya 2014) Tabel 2.2 Distribusi Penduduk Samborejo RT Laki-laki Perempuan Jumlah II-11

12 Jumlah (Sumber: Pemetaan swadaya 2014) Untuk wilayah RW, jumlah KK miskin terbanyak di RW II dengan 86 KK miskin. Kemudian yang paling sedikit dengan jumlah KK miskin 25 berada di wilayah RW V. Tabel 2.3 Distribusi Jumlah KK per RT RW RT KK I II III IV V Jumlah 1142 (Sumber: Pemetaan swadaya 2014) Jumlah KK miskin yang berada di Samborejo hampir merata di setiap RT. Jumlah KK miskin paling banyak berada di RT 5 dengan jumlah 52 KK, kemudian di ikuti oleh RT 3 dengan jumlah KK miskin 31. Sementara jumlah KK miskin paling sedikit berada di RT 13 dengan jumlah 5 KK miskin. Gambar 2.5 Sebaran KK Miskin Desa Samborejo (Sumber : Pemetaan Swadaya 2014) Tabel 2.4 KK Miskin berdasarkan RT RT KK MISKIN II-12

13 Jumlah 260 (Sumber: Pemetaan swadaya 2014) Tabel 2.5 KK Miskin berdasarkan RW RW KK MISKIN I 70 II 86 III 43 IV 36 V 25 Jumlah 260 (Sumber: Pemetaan swadaya 2014) Kriteria II III IV V JUMLAH 1001 (Sumber: Pemetaan swadaya 2014) Kondisi Fisik Rumah Kondisi perumahan warga Samborejo yang harus mendapat perhatian khusus berada di RT 2 dengan fakta bahwa rumah yang masih menggunakan dinding rumah dari papan/bambu sebanyak 27 rumah, yang masih beralaskan tanah ada 28 rumah, yang belum mempunyai jamban atau dengan jamban jomblong berjumlah 17 rumah dan untuk listrik yang masih menyambung ke tetangga ada 20 rumah. Tabel 2.7 Tabel kondisi fisik rumah di desa Samborejo Kondisi Permukiman Jumlah dan Sebaran Kondisi Perumahan Kondisi perumahan di Samborejo tidak cukup merata. Jumlah rumah paling banyak berada di RT 3 dengan 89 rumah, paling sedikit dengan jumlah 40 rumah berada di RT 13. Dengan perbedaan jumlah rumah yang paling banyak dengan jumlah rumah yang paling sedikit lebih dari 2 kali lipat. Berikut rincian jumlah rumah dan persebarannya. Tabel 2.6 Tabel Jumlah Rumah di desa Samborejo RW RT Jumlah Rumah I Dinding Rumah Dari Papan/Bambu Lantai Tanah Jamban (Jomblong) Listrik Nyambung (Sumber: Pemetaan swadaya 2014) Kepemilikan Lahan dan Bangunan Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan beberapa warga, bahwa banyak warga yang menempati lahan milik negara, dalam hal ini lahan milik P.T KAI yaitu di bekas rel kereta api, tapi yang menarik adalah banyak warga di RW I yang sudah mempunyai sertifikat tanah, walaupun bukan kejadian langka, tetapi dibutuhkan ketegasan dari pemerintah untuk mengambil sikap terkait dengan status II-13

14 JUMLAH tanah yang ditempati. Menjadi milik warga karena negara tidak membutuhkan atau warga hanya boleh menempati dalam jangka waktu tertentu. Selain di lahan milik PT. KAI, banyak warga yang menempati lahan milik Dinas Irigasi, di sepanjang sungai Meduri, termasuk Balai Desa Samborejo. Lahan yang dimaksud berada di wilayah RT 15 dan RT 5. Tabel 2.8 Tabel administrasi tanah ADMINISTRASI TANAH Bersertifikat Letter C Belum Bersertifikat (Sumber: Pemetaan swadaya 2014) Fasilitas Umum (Pendidikan, Kesehatan, Perdagangan, EKonomi, Sosial budaya) Untuk fasilitas pendidikan dan peribadatan di desa Samborejo total ada 30 (tiga puluh) unit dengan distribusi sebagai berikut: Tabel 2.9 Fasilitas Pendidikan dan Peribadatan No PENDIDIKAN DAN PERIBADATAN JUMLAH 1 PAUD 2 Unit 2 Taman Kanak Kanak 1 Unit 3 Sekolah Dasar 1 Unit 4 Madrasah Ibtidaiyah 2 Unit 5 Majlis Ta lim 2 Unit 6 Masjid 1 Unit 7 Musholla 18 Unit 8 TPQ 2 U nit 9 Madrasah Diniyah 1 Unit JUMLAH 30 Unit (Sumber: Pemetaan swadaya 2014) Sarana pendidikan di Samborejo untuk pendidikan usia dini sudah cukup memadai, terdapat 1 unit SD, 2 MI dan 2 TK. Juga ditambah untuk pendidikan non formal. Untuk lebih detailnya lihat tabel dibawah ini: Tabel 2.10 Lembaga pendidikan non formal Formal Non Formal Jadwal Pertemuan Non formal SD KB (KELOMPOK BERMAIN) MUSLIMAT NU SABTU RABU (SORE HARI) MI I PAUD SAMBO MANDIRI SABTU KAMIS (PAGI HARI) MI II MAJELIS TAKLIM BAITUSSALAM JUMAT RABU (MALAM HARI) TK TPQ DARUSSALAM SABTU KAMIS (SORE HARI) MADIN DARUSSALAM PKBM PALAPA POKJAR SAMBO MINGGU, SENIN, SELASA BIMBEL ARITMATIKA SEMPOA MINGGU - KAMIS BIMBEL 111 BIMBEL 3 MBAK ROSI (Sumber: Pemetaan swadaya 2014) Jumlah Kelembagaan yang ada di desa Samborejo baik di bidang pemerintahan dan keagaman sebagai berikut: Tabel 2.10 Lembaga-lembaga Desa No Lembaga 1 BPD 2 LPMD 3 BKM 4 KARANG TARUNA 5 PKD 6 POSYANDU 7 PKK 8 FKD 9 FOKUM KOMUNIKASI POLISI DAN MASYARAKAT (FKPM) II-14

15 10 NU 11 IPPNU 12 IPNU 13 GP ANSOR 14 FATAYAT 15 MUSLIMAT 16 TAMAN BACA MASYARAKAT (TBM) Di sektor Ekonomi, jumlah UMKM yang ada di Samborejo, baik di sektor Jasa, Perdagangan maupun Produksi ada 236. Untuk Industri Jasa Produksi Batik ada 123, baik dengan skala kecil maupun besar. Tabel SISTEM KESEHATAN DESA (SKD) (Sumber: Pemetaan swadaya 2014) Terkait fasilitas kesehatan, Desa Samborejo sudah mempunyai Poliklinik Desa (PKD) dan terdapat 6 (enam) posyandu yang tersebar di seluruh desa. Tabel 2.11 Daftar Posyandu dan jadwal kegiatan POSYANDU PESERTA JADWAL JUMLAH KADER Posyandu Melati I 50 balita Minggu Pertama Pagi Posyandu Melati II 20 balita Minggu Pertama Sore Posyandu Melati III 32 balita Minggu Ketiga Pagi Posyandu Melati IV 35 balita Minggu Kedua Sore Posyandu Melati V 70 balita ( Lansia) Minggu Kedua Pagi Posyandu Melati VI 28 balita Minggu Keempat Pagi (Sumber: Pemetaan swadaya 2014) 24 kader (Sumber: Pemetaan swadaya 2014) Tabel 2.14 Perbandingan Industri Batik dan Non Batik Batik 34% Tabel 2.12 Jadwal kegiatan lembaga kesehatan LEMBAGA JADWAL PKD Senin dan Rabu, Jumat Kliwon POSYANDU Setiap Minggu FKD (FORUM KESEHATAN DESA) - SKD - Non Batik 66% (Sumber: Pemetaan swadaya 2014) Tabel 2.15 Sebaran bidang mata pencaharian RT Kriteria Jumlah Jasa RUMAH BERSALIN SITI BAROKAH Insidental Perdagangan (Sumber: Pemetaan swadaya 2014) Produksi II-15

16 Total (Sumber: Pemetaan swadaya 2014) Persebaran kegiatan ekonomi lokal per wilayah di Samborejo terlihat dalam tabel di bawah ini Tabel 2.16 Jumlah UMKM per wilayah RT 1 RT 2 Sosial Keagamaan sangat masif, Pertemuan Rutin Fatayat, Tahlilan Muslimat (1 Minggu Sekali), Pengajian Jumat Kliwon, Pengajian Waqi ah (Malam Senin), Pengajian Nariyah (Ibu -Ibu), Kelompok Yasinan (Malam Jumat), IPPNU Pertemuan Rutin Yasinan, IPNU Pertemuan Rutin Yasinan Rumah Kuno/ Bernilai Sejarah yang dimaksud disini adalah rumah dengan pembuatan dibawah tahun 1960, total rumah tua di Samborejo berjumlah 22 rumah, dengan persebaran di masing-masing RT sebagai berikut: RT 3 RT 4 RT 5 Tabel 2.18 Sebaran Rumah kuno (bernilai sejarah) RT 6 RT 7 RT RT 9 RT 10 RT 11 RT 12 (Sumber: Pemetaan swadaya 2014) RT 13 RT 14 RT 15 Jumlah 0 RT 1 RT 2 RT 3 RT 4 RT 5 RT 6 RT 7 RT 8 RT 9 RT 10 RT 11 RT 12 RT 13 RT 14 RT 15 Jumlah UMKM Per Wilayah (Sumber: Pemetaan swadaya 2014) Kegiatan ekonomi yang potensial di Samborejo di tabel terlihat bahwa sektor produksi terlihat dominan, hal ini tidak lepas dari sumbangsih industri produksi batik. 2.4 Kondisi Infrastruktur Desa Kondisi Jaringan Jalan Panjang jalan yang ada di desa Samborejo adalah 5216 m, kemudian untuk jalan rusak dengan panjang 3970 m dan jalan dengan kondisi baik panjangnya 1246 meter. Gambar 2.4 Jalan Rusak Tabel 2.17 KEGIATAN EKONOMI POTENSI Jasa Perdagangan Produksi (Sumber: Pemetaan swadaya 2014) (Sumber: Pemetaan swadaya 2014) II-16

17 Kondisi Drainase Panjang Saluran Drainase dengan segala ukuran adalah 4377 m, hampir setiap gang sudah mempunyai saluran, tetapi karena tidak ada sistem perawatan, beberapa saluran sudah tidak berfungsi dengan baik. Tabel Kondisi Sanitasi Jika merujuk pengertian bahwa sanitasi merupakan perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia, maka usaha yang harus dilakukan butuh ekstra keras dan menerus, sedangkan untuk pengertian dari sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyedian air bersih dan sebagainya mendapat rapor merah, karena hampir setiap rumah tidak mempunyai Saluran Pembuangan Air Limbah. Tabel 2.20 (Sumber: Pemetaan swadaya 2014) Gambar 2.5 Kondisi Drainase (Sumber: Pemetaan swadaya 2014) (Sumber: Pemetaan swadaya 2014) II-17

18 Gambar 2.6 Kondisi Sanitasi Tabel 2.22 (Sumber: Pemetaan swadaya 2014) Kondisi Persampahan Dengan ketersediaan lahan disekitar rumah yang masih memadai, maka pilihan untuk menangani persampahan dengan cara ditimbun, kemudian dibakar. Untuk warga disekitar sungai pilihannya adalah dibuang ke sungai. Tabel 2.21 Tempat membuang sampah 523 (Sumber: Pemetaan swadaya 2014) Kondisi Pengadaan Air Bersih Untuk pengadaan air bersih banyak sebagian masyarakat menggunakan sumur Tabel 2.23 Sumber Air bersih Lahan kosong Sungai Kubangan Bersama Kubangan Indivifu (Sumber: Pemetaan swadaya 2014) Tempat sampah sumur sumur dan PDAM Lainnya 11 (Sumber: Pemetaan swadaya 2014) II-18

19 Kondisi Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka hijau di Samborejo cukup banyak, dengan luas m2. Dari segi pemanfaatannya kurang optimal, banyak RTH menjadi lahan tidur. Tabel 2.24 Ruang terbuka hijau TPU (Tempat Pemakaman Umum) Pekarangan/Kebun/ Sawah/Tegalan Taman (Sumber: Pemetaan swadaya 2014) II-19

20 BAB III IDENTIFIKASI KEBIJAKAN, STRATEGI DAN PROGRAM PENGEMBANGAN/PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN KABUPATEN PEKALONGAN 3.1 Identifikasi Kebijakan, Strategi Dan Program Pengembangan/Pembangunan Permukiman Dan Infrastruktur Permukiman Batas Administratif Kabupaten Pekalongan RPJPD (Kecamatan Tirto) Pengembangan wilayah Kabupaten Pekalongan terbagi dalam tiga Sub Wilayah Pembangunan (SWP), yaitu: 1. SWP I dengan pusat Kota Kajen yang meliputi Kecamatan Kajen, Karanganyar, Kesesi, Lebakbarang, Kandangserang dan Paninggaran. Potensi yang perlu dikembangkan adalah sektor pembangunan jasa, pertanian, pariwisata dan sosial budaya (pendidikan). 2. SWP II dengan pusat Kota Kedungwuni meliputi Kecamatan Kedungwuni, Doro, Buaran, Petungkriyono, Talun, Wonopringgo dan Karangdadap. Potensi yang perlu dikembangkan adalah sektor pengembangan pertanian, industri dan sosial budaya (pendidikan). 3. SWP III dengan pusat Kota Wiradesa meliputi Kecamatan Wiradesa, Tirto, Sragi, Bojong, Wonokerto dan Siwalan. Potensi yang perlu dikembangkan adalah sektor perdagangan, industri dan perikanan. Kawasan strategis dalam RTRW Kabupaten Pekalongan dibagi menjadi lima, yaitu: kawasan strategis untuk kepentingan pertahanan dan keamanan; pertumbuhan ekonomi; pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tinggi; sosial budaya; dan fungsi dan daya dukung lingkungan. 1. Sebagai Kawasan Pertahanan dan Keamanan perencanaan pengembangannya merupakan kewenangan pemerintah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Sebagai Kawasan Pertumbuhan Ekonomi meliputi Kawasan Perkotaan Kajen; Kawasan Agropolitan (Doro, Talun, Karanganyar dan Petungkriyono); Kawasan di Sepanjang Jalur Pantura (Tirto, Wiradesa dan Siwalan) yang berkembang berbagai industri serta perdagangan dan jasa; Zona Industri Kecil dan Menengah (Siwalan, Buaran, Kedungwuni, Wonopringgo, Wiradesa, Bojong dan Tirto. Dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) III-20

21 3. Sebagai Kawasan Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan Teknologi Tinggi meliputi pengembangan PLTMH di Kecamatan Doro, Kandangserang, Petungkriyono dan Lebakbarang. 4. Sebagai Kawasan Sosial Budaya meliputi Kecamatan Bojong, Doro, Kesesi, Paninggaran, Petungkriyono dan Kajen. 5. Sebagai Kawasan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan yang merupakan kawasan konservasi hutan lindung dan mata air meliputi Kecamatan Kandangserang, Paninggaran, Doro, Kajen, Karanganyar, Kesesi, Lebakbarang, Petungkriyono, Talun, Bojong, Wonopringgo, Kedungwuni, Kesesi. Catatan: Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa konsentrasi pembangunan berdasarkan pembagian SWP Kabupaten Pekalongan, maka di wilayah Kecamatan Tirto meliputi sektor perdagangan, industri dan perikanan. Maka pembangunan Desa Samborejo harus merujuk pada pengembangan sektor diatas. Kemudian dalam pembagian kawasan strategis Kabupaten Pekalongan, Kecamatan Tirto masuk dalam Kawasan di Sepanjang Jalur Pantura, maka Desa Samborejo harus juga menangkap peluang di bidang industri, perdagangan dan jasa; karena masuk dalam zona Industri Kecil dan Menengah RTRW Kabupaten Pekalongan A. Gambaran Umum a. Rencana Proyeksi Dan Kepadatan Penduduk Pada akhir tahun perencanaan yaitu tahun 2031 proyeksi penduduk Kabupaten Pekalongan di proyeksikan sebesar jiwa. Jumlah penduduk yang direncanakan paling banyak berada di Kecamatan Kedungwuni yaitu sejumlah jiwa dan Kecamatan Tirto yaitu sejumlah jiwa, sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk terendah direncanakan di Kecamatan Petungkriyono dengan jumlah penduduk jiwa. Kepadatan penduduk sampai akhir tahun perencanaan dengan kepadatan tinggi berada di Kecamatan Tirto dengan kepadatan penduduknya sebesar jiwa/km2 dan kepadatan terendah direncanakan di Kecamatan Petungkriyono dengan kepadatan penduduk 257 jiwa/km2. b. Keadaan Bencana Alami Di Kabupaten Pekalongan terdapat beberapa daerah yang rawan potensi bencana seperti banjir, tanah longsor, angin ribut dan abrasi. Untuk bencana bajir terdapat di Kecamatan Tirto, Wiradesa, Siwalan, Wonokerto, Sragi, Kesesi, Bojong, Kajen, Karangdadap dan Talun. Sedangkan untuk tanah longsor di Kecamatan Kesesi, Kajen dan Karanganyar. Sementara untuk bencana angin ribut ada di Kecamatan Tirto, Wiradesa, Siwalan, Wonokerto, Sragi, Kesesi, Bojong, Kajen, Karanganyar, Karangdadap dan Talun. Tabel 3.1 Lokasi Kerawanan Terhadap Bencana Di Kecamatan Tirto No Kecamatan Jenis Bencana Keterangan 1 Tirto 1. Banjir - Karangjompo - Tegaldowo - Samborejo - Mulyorejo - Jeruksari - Tanjung - Dadirejo - Semua wilayah berpotensi rawan bencana 2. Angin Ribut angin ribut (sumber : RDTR Kecamatan Tirto) c. Sektor Pertanian i. Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura ii. Untuk penghasil melon merah terdapat di Kecamatan Kajen, Kesesi, Bojong, Doro, Wiradesa, Karanganyar, Tirto, Sragi, Talun, Kedungwuni, Wonokerto dan Wonopringgo. Perkebunan Penghasil melati putih terdapat di Kecamatan Tirto dan Siwalan d. Kelompok Industri Tekstil i. Batik Industri batik menjadi produk unggulan Kabupaten Pekalongan terutama di Kecamatan Wiradesa, Wonokerto, Tirto, Buaran, Wonopringgo, Kedungwuni, Karangdadap, Bojong, Sragi dan Karanganyar. Produk Dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) III-21

22 ii. utamanya berupa batik sutra, batik tulis, cap, printing, jeans, bordir, kerai, sajadah dan lain-lain Percetakan Kain Sentra di Siwalan, Buaran dan Tirto dengan produk yang dihasilkan berupa kain panjang long dress, daster, kemeja, sarung tenun/ palekat, sprey, taplak meja, aneka ragam bahan pakaian untuk laki-laki dan perempuan. Catatan: Di bidang pertanian, Kecamatan Tirto menjadi wilayah yang masuk dalam kategori ketersediaan tanaman pangan dan holtikultura, dengan terbatasnya lahan yang terbatas di Desa Samborejo, maka peluang ini dapat disiasati dengan memanfaatkan pekarangan atau sisa lahan di sekitar rumah untuk ditanami tanaman pangan, misal, cabai, jahe, sayur-sayuran dll. Di bidang industri jelas bahwa Samborejo merupakan salah satu Desa dengan produksi batik yang tinggi, manajemen produksi, pengelolaan, pemasaran maupun pengorganisasian jasa produksi batik merupakan hal mendasar untuk dilakukan dalam rangka menyongsong era perdagangan bebas Asia Tenggara. e. Wisata Air Kali Pencongan Kawasan wisata yang berada dalam wilayah administrasi 3 (tiga) kecamatan yakni Kecamatan Wiradesa, Kecamatan Tirto dan Kecamatan Wonopringgo. B. Rencana Struktur Ruang Wilayah Rencana Sistem Perkotaan. Dalam rencana sistem pusat pelayanan terdiri dari PKN, PKW dan PKL yang berada pada wilayah kabupaten serta pusat-pusat lain di dalam wilayah kabupaten yang terdiri dari PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa serta PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan) yang berfungsi melayani kegiatan skala antar desa. Selain itu Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan pusat kegiatan yang di kemudian hari dapat dipromosikan segagai PKL (dengan notasi PKLp). Berdasarkan kondisi tersebut pembagian sistem pusat pelayanan di Kabupaten Pekalongan adalah sebagai berikut: Dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Sistem Perkotaan PPL PKL yang mencakup wilayah Kecamatan Kajen dan Kecamatan Wiradesa PKLp yang mencakup wilayah Kecamatan Kedungwuni PPK yang mencakup wilayah Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Sragi PPL yang mencakup wilayah Kecamatan Doro, Kecamatan Siwalan, Kecamatan Wonokerto, Kecamatan Kesesi, Kecamatan Bojong, Kecamatan Buaran, Kecamatan Wonopringgo, Kecamatan Tirto, Kecamatan Talun, Kecamatan Karangdadap, Kecamatan Paninggaran, Kecamatan Kandangserang, Kecamatan Petungkriyono dan Kecamatan Lebakbarang Tabel 3.2 Hirarki Kota Dan Fungsi Pusat Pelayanan Dalam Rencana Struktur Tata Ruang Kabupaten Pekalongan Fungsi Pusat Kecamatan Pelayanan Pusat Pemerintahan Skala Kecamatan Pusat pengembangan sosial ekonomi dan jasa tingkat kecamatan Tirto Pusat Permukiman Pengembangan Perdagangan dan jasa Pengembangan kegiatan perikanan Pengembangan Industri Besar, Menengah dan Kecil (sumber : RDTR Kecamatan Tirto) C. Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Wilayah a. Sistem Jaringan Transportasi Untuk mendukung keseimbangan antara kebutuhan sarana dengan kesediaan prasarana yang diukur dari kapasitas jalan yang ada, dapat juga dikembangkan dengan pelebaran jalan maupun pengembangan jalan baru. Pengembangan jaringan jalan yang digunakan untuk pelebaran antara lain pada jalan yang menghubungkan antara Kecamatan Kedungwuni Sragi Kesesi, Tirto Kedungwuni - Kajen, dan Buaran Karangdadap Doro Petungkriyono, serta Wiradesa Wonokerto Siwalan. b. Jaringan Bahan Bakar Minyak Kabupaten Pekalongan direncanakan untuk pembangunan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umun (SPBU) dan juga SPBE di setiap kecamatan untuk penyediaan dan pemenuhan kebutuhan bahan bakar di Kabupaten Pekalongan Sedangkan untuk kebutuhan bahan bakar gas di Kabupaten Pekalongan disuplai melaui pipa gas Cirebon-Semarang yang direncanakan akan dibangun melalui Kecamatan Siwalan, Kecamatan Wiradesa, Kecamatan Wonokerto dan Kecamatan Tirto. III-22

23 c. Sistem Pengendali Banjir Rencana sistem pengendalian banjir di wilayah Kabupaten Pekalongan antara lain adalah: a. Normalisasi Sungai Pencongan, Sungai Meduri, dan Sungai Mrican; b. Melakukan penataan sistem jaringan drainase di wilayah ibukota kecamatan; c. Membangun polder di Kecamatan Tirto dan Kecamatan Wonokerto. Catatan: Terkait dengan sistem Jaringan Jalan, Samborejo yang terletak antara jalur Tirto-Kedungwuni jelas akan mendapatkan manfaat langsung, karena akan terdapat pelebaran jalan diantara kedua wilayah tersebut. Untuk jaringan bahan bakar minyak akan diproyeksikan setiap Kecamatan akan dibangun SPBU dan SPBE, peluang selanjutnya adalah rencana akan dibangunnya jalur gas Cirebon-Semarang yang salah satunya melewati Kecamatan Tirto. Dalam sistem pengendali banjir sudah termaktub bahwa akan ada normalisasi Sungai Meduri yang melewati Samborejo. Hal ini harus sinkron dengan RPJMDes Desa Samborejo. Tabel 3.3 Rencana Penyediaan Fasilitas Perumahaan Tahun 2014 dan 2019 Di Kabupaten Pekalongan Kecamatan Jmlh Pnddk Jumlah Rumah Jmlh Jumlah Rumah Besar Sedang Kecil Total Pnddk Besar Sedang Kecil Total Tirto 77, , (sumber : RDTR Kecamatan Tirto) Tabel 3.4 Rencana Kebutuhan Fasilitas Pendidikan Tahun 2014 dan 2019 Di Kabupaten Pekalongan SMA/ SMA/ PT Kecamatan Jmlh SD / SLTP / Jmlh SD / SLTP / TK SMK PT TK SMK Pnddk MI MTs Pnddk MI MTs / MA / MA Tirto 77, , (sumber : RDTR Kecamatan Tirto) Tabel 3.5 Rencana Kebutuhan Fasilitas Peribadatan Tahun 2014 dan 2019 Di Kabupaten Pekalongan Kecamatan Masjid Musholla Gereja Pura Vihara Masjid Musholla Gereja Pura Vihara Tirto (sumber : RDTR Kecamatan Tirto) Tabel 3.6 Rencana Kebutuhan Fasilitas Perekonomian Tahun 2014 dan 2019 Di Kabupaten Pekalongan Kecamatan Jumlah Kios/ Jumlah Pasar Pertokoan Kios/ Penduduk Pasar Pertokoan Warung Penduduk Warung Tirto 77, , (sumber : RDTR Kecamatan Tirto) D. Rencana Pola Ruang Wilayah a. Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan Sempadan PantaiAdalah deretan sepanjang tepian yang lebarnya proposional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai. Kawasan sempadan pantai berfungsi untuk melindungi wilayah pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai. Kawasan sempadan pantai yang ada di Kabupaten Pekalongan terletak di Kecamatan Siwalan, Wonokerto dan Tirto dengan jarak minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. b. Peruntukan Hortikultura Sentra-sentra pengahasil tanaman pangan yang dapat dikembangkan antara lain: Kecamatan Tirto dengan komoditas jagung, ubi kayu,kacang tanah dan kedelai. Sentra-sentra pengembangan tanaman buah-buahan dan tanaman hias adalah: Kecamatan Tirto dengan komoditas tomat, mentimun, manggis, buah mangga. Untuk pengembangan lebih lanjut ditentukan sentra-sentra pengembangan sebagai berikut: Kecamatan Tirto dengan komoditas kelapa. c. Kawasan Perikanan Kawasan Perikanan di Kabupaten Pekalongan terdapat di daerahdaerah aliran sungai yang ada di wilayah Daerah dengan peruntukan kawasan budidaya kolam air tawar yaitu terletak di Kecamatan Paninggaran, Kecamatan Petungkriyono, Kecamatan Doro, Kecamatan Talun, Kecamatan Kandangserang, Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Sragi, Kecamatan Siwalan, Kecamatan Wonokerto dan Kecamatan Wonopringgo. Selain itu juga di Kecamatan Tirto. d. Kawasan Peruntukan Industri Dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) III-23

24 Peruntukan industri diarahkan di seluruh wilayah kabupaten Pekalongan terutama untuk industri besar tersebar di sepanjang pantura seperti di Kecamatan Siwalan dan Kecamatan Wiradesa, sedangkan industri menengah terdapat di Kecamatan Siwalan, Kecamatan Wiradesa, Kecamatan Tirto. E. Penetapan Kawasan Strategis a. Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Pekalongan kawasan yang merupakan kawasan strategis pertumbuhan ekonomi antara lain: Kawasan Strategis Provinsi (KSP), yaitu Kota Pekalongan Kabupaten Batang - Kabupaten Pekalongan (Petanglong); Kawasan Strategis Kabupaten (KSK), yaitu: - Kawasan di sepanjang jalur Pantura yang melewati Kecamatan Tirto, Kecamatan Wiradesa dan Kecamatan Siwalan yang berkembang berbagai industri serta perdagangan dan jasa; - Kawasan pesisir untuk perkembangan perikanan tangkap dan pariwisata di Kecamatan Siwalan, Kecamatan Wonokerto dan Kecamatan Tirto; - Kawasan industri menengah, kecil dan rumah tangga yang tersebar di seluruh wilayah kabupaten, terutama di Kecamatan Siwalan, Kecamatan Buaran, Kecamatan Kedungwuni, Kecamatan Wonopringgo, Kecamatan Wiradesa, Kecamatan Bojong dan Kecamatan Tirto. b. Kawasan Strategis Untuk Kepentingan Fungsi Dan Daya Dukung Lingkungan Di Kabupaten Pekalongan kawasan yang dikembangkan sebagai kawasan strategis untuk kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan, Kawasan perbatasan dengan Kota Pekalongan di Kecamatan Tirto guna penanganan masalah rob dan banjir. 3.2 Identifikasi Peraturan Perundangan terkait pengembangan dan pembangunan permukiman dan infrastruktur Kabupaten Pekalongan Indonesia telah memasuki suatu tahap transformasi pemerintahan dari sentralistik menjadi bersifat desentralistik yang ditandai dengan adanya pembagian Dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) kewenangan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan amanat dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan PP Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, tidak berarti menjadikan kewenangan Pemerintah Pusat berlawanan dengan Pemerintah Daerah atau bahkan berjalan sendiri-sendiri. Koordinasi dan sinergi perencanaan pembangunan antartingkatan pemerintahan (Kementerian/Lembaga, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota) merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam mendukung keberhasilan pembangunan di daerah sebagai bagian dari keberhasilan pembangunan nasional. Instruksi keempat oleh Presiden RI yang disampaikan dalam penutupan Raker III di Istana Kepresidenan Bogor terkait dengan bidang ke-pu-an yaitu instruksi kepada Menteri PU dan menteri-menteri yang terkait dengan pembangunan infrastruktur, bersama dengan unsur daerah untuk menentukan kembali prioritas pembangunan infrastruktur sekaligus merumuskan sisi penganggaran, paduan antara APBN, APBD Provinsi, dan APBD Kabupaten/Kota sesuai dengan kemampuan masing-masing. Kementerian PU dalam dokumen Renstra tahun menyebutkan bahwa untuk dapat mengimplementasikan program dan kegiatan yang tertuang di dalamnya, diperlukan koordinasi, konsolidasi, dan sinergi antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah, dan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan dunia usaha agar sumber daya yang tersedia dapat dimanfaatkan secara optimal dan dapat mencapai kinerja yang maksimal dalam rangka meningkatkan ketersediaan dan kualitas pelayanan infrastruktur yang lebih merata. Berikut ini akan dijelaskan beberapa kebijakan yang terkait dengan kegiatan kajian kebijakan Penyelenggaraan Infrastrukur PU dan Permukiman melalui Sinergi Pusat dan Daerah, yaitu antara lain: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun merupakan kelanjutan dari pembangunan sebelumnya untuk mencapai tujuan pembangunan sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan kurun waktu 20 (dua puluh) tahun. Tujuan yang ingin dicapai dengan ditetapkannya Undang-Undang tentang RPJP Nasional Tahun adalah untuk: (a) mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan dalam pencapaian tujuan nasional, (b) menjamin terciptanya integrasi, III-24

25 sinkronisasi dan sinergi baik antardaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah, (c) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan, (d) menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan, dan (e) mengoptimalkan partisipasi masyarakat. 2. Undang Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bidang pekerjaan umum adalah salah satu urusan pemerintahan yang bersifat concurrent atau dilaksanakan bersama oleh Pemerintah dan Pemerintahan Daerah. Dengan landasan ketentuan tersebut, penyelenggaran urusan yang dilaksanakan oleh Kementerian PU adalah menangani urusan-urusan pemerintahan yang merupakan kewenangan Pemerintah, baik yang akan dilaksanakan sendiri maupun yang akan dilakukan melalui dekonsentrasi dan tugas pembantuan dalam rangka peningkatan kapasitas dan percepatan pelembagaan penyelenggaraan urusan bidang pekerjaan umum di daerah secara sinerjik dengan peran Pemerintah. Ke depan, peran Kementerian PU akan lebih dititikberatkan untuk melakukan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan (TURBINWAS) di bidang pekerjaan umum, serta pembinaan dan pengendalian pelaksanaan DAK infrastruktur bidang pekerjaan umum dan permukiman. 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) Pada pasal 4 ayat (2) disebutkan bahwa RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Nasional, yang memuat strategi pembangunan Nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif; Pasal 5 ayat (2): RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan Daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. 4. PP Nomor 19 Tahun 2010 tentang Penguatan Peran Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat di Daerah Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah, gubernur memiliki tugas dan wewenang: a. pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota; b. koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan kabupaten/kota; dan c. koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan di daerah provinsi dan kabupaten/kota. 5. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 Dalam PP ini disebutkan bahwa pemerintahan daerah (provinsi/kabupaten/kota) menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota didasarkan atas prinsip-prinsip penyelenggaraan desentralisasi dan tugas pembantuan. 6. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun Dalam upaya mewujudkan visi dan misi pembangunan yang tertuang dalam Buku I RPJMN perlu dirumuskan dan dijabarkan secara operasional dan terukur ke dalam program dan kegiatan prioritas kementerian/lembaga dan satuan kerja perangkat daerah. Dalam upaya mewujudkan prioritas nasional tersebut, berbagai program aksi akan dilaksanakan di seluruh wilayah dengan memperhatikan fokus, potensi, dan permasalahan di setiap wilayah. 7. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2010 tentang RKP 2011 Pasal 2 ayat (2): RKP tahun 2011 berfungsi sebagai: a. Pedoman bagi Kementerian/Lembaga dalam menyusun RencanaKerja Kementerian/Lembaga tahun 2011; b. Acuan bagi Pemerintah Daerah dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah tahun 2011; Dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) III-25

26 c. Pedoman bagi Pemerintah dalam menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010 Instruksi Presiden yaitu mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing, dalam rangka percepatan pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun Untuk mengambil langkah-langkah tersebut berpedoman kepada program-program sebagaimana tercantum dalam Lampiran Instruksi Presiden. terwujud sinkronisasi antara kebijakan, program dan kegiatan antar sektor, antar waktu, antar wilayah, dan antara pusat dan daerah. Selain itu, Musrenbang juga diharapkan dapat lebih mendorong terciptanya proses partisipasi semua pelaku pembangunan dan berkembangnya transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. 9. Rencana Strategis Kementerian PU Tahun Di dalam Renstra Kementerian Pekerjaan Umum dinyatakan bahwa upaya sinergi menjadi faktor penting terutama dalam mewujudkan Visi Kementerian Pekerjaan Umum yakni tersedianya Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Permukiman yang Andal untuk Mendukung Indonesia Sejahtera Sinergi yang dilakukan diantaranya Strategi Pengembangan Wilayah dan Dukungan Terhadap Lintas Sektor. 10. Sinergi antara Pusat-Daerah dan antar daerah Sinergi pusat-daerah dan antardaerah merupakan penentu utama kelancaran pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang tercantum dalam RPJMN Sinergi pusat-daerah dan antardaerah dilakukan dalam seluruh proses mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi yang mencakup kerangka kebijakan, regulasi, anggaran, kelembagaan, dan pengembangan wilayah. Sinergi kebijakan pembangunan antara pusat dan daerah dan antardaerah diperlukan untuk: (1) memperkuat koordinasi antar pelaku pembangunan di pusat dan daerah; (2) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah; (3) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; (4) mengoptimalkan partisipasi masyarakat di semua tingkatan pemerintahan; serta (5) menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Sinergi dalam perencanaan kebijakan pembangunan pusat dan daerah baik lima tahunan maupun tahunan akan dilaksanakan dengan mengoptimalkan penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di semua tingkatan pemerintahan (desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi dan nasional) sehingga Dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) III-26

27 BAB IV IDENTIFIKASI POTENSI, MASALAH DAN ANALISA PENGEMBANGAN Analisis Potensi dan Masalah bertujuan untuk mengetahui permasalahan dan potensi yang ada di Desa Samborejo Aspek Penggunaan Lahan dan Kebutuhan Fasilitas Samborejo menggunakan lahan yang tersedia untuk pemukiman, industri, perumahan, RTH. Dari luas lebih kuran 82,367 Ha yang tersedia, digunakan untuk : 1. Pemukiman (campuran) : m2 2. RTH (non-sawah) : m2 3. Industri/Pabrik : m2 4. Areal Persawahan : m2 Gambar 4.1 Penggunaan lahan di desa Samborejo PERMUKIMAN (CAMMPURAN) RTH PABRIK SAWAH (sumber : Pemetaan Swadaya 2014) IV-27

28 Gambar 4.2 Pola penggunaan lahan di desa Samborejo (sumber : Pemetaan Swadaya 2014) IV-1

29 JUMLAH Dalam rangka menerapkan penataan ruang untuk pada akhirnya mewujudkan pengembangan wilayah seperti yang diharapkan, maka terdapat paradigma yang harus Gambar 4.3 diperhatikan yaitu sebagai berikut: Kondisi administrasi tanah Desa Samborejo 1. Otonomi Daerah (UU 32/2004), mengatur kewenangan Pemerintah Daerah dalam pembangunan Globalisasi 2. Pembangunan wilayah tidak terlepas dari pembangunan dunia, investor akan ADMINISTRASI TANAH menanamkan modalnya di daerah yang memiliki kondisi politik yang stabil dan didukung 500 sumberdaya yang memadai 3. Pemberdayaan masyarakat 4. Pendekatan pemberdayaan masyarakat merupakan tuntutan yang harus dipenuhi Good Governance 5. Iklim dan kinerja yang baik dalam pembangunan perlu dijalankan. Karakteristiknya Bersertifikat Letter C Belum Bersertifikat adalah partisipasi masyarakat, transparasi, responsif dan akuntabilitas. (Sumber: Pemetaan swadaya 2014) Masalah yang dan hambatan dalam pembangunan terkait dengan penggunaan lahan, ketersediaan lahan dan status kepemilikan lahan. Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan beberapa warga, bahwa banyak warga yang menempati lahan milik negara, dalam hal ini lahan milik P.T KAI yaitu di bekas rel kereta api, tapi yang menarik adalah banyak warga di RW I yang sudah mempunyai sertifikat tanah, walaupun bukan kejadian langka, tetapi dibutuhkan ketegasan dari pemerintah untuk mengambil sikap terkait dengan status tanah yang ditempati. Menjadi milik warga karena negara tidak membutuhkan atau warga hanya boleh menempati dalam jangka waktu tertentu. Selain di lahan milik PT. KAI, banyak warga yang menempati lahan milik Dinas Irigasi, di sepanjang sungai Meduri, termasuk Balai Desa Samborejo. Lahan yang dimaksud berada di wilayah RT 15 dan RT 5. Selain itu masih terdapat tanah yang belum memiliki sertifikat. Untuk administrasi tanah dapat dilihat pada tabel 4.1 (administrasi tanah).. Perhitungan kebutuhan ruang berdasarkan Standar Nasional Indonesia No tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Permukiman di Perkotaan untuk lingkungan permukiman perkotaan skala desa. Karena jangka waktu rencana ini Untuk sampai 5 (lima) tahun yang akan datang, maka proyeksi kebutuhan ruang untuk tahun Untuk itu perlu diperhitungkan juga jumlah penduduk untuk lima tahun ke depan dengan tujuan agar perencanaan dapat diproyeksikan untuk segala bidang aspek kehidupan seperti cakupan kebutuhan sarana dan fasilitas kelurahan. Untuk menghitung rencana jumlah penduduk lima tahun ke depan harus diketahui angka pertumbuhan ratarata per tahun. Untuk angka rata-rata pertumbuhan diasumsikan menurut angka pertumbuhan Kabupaten Pekalongan, yaitu 0.5 % Untuk perhitungannya dapat digunakan pendekatan sebagai berikut: Pn = Po (1+r) n Pn = Jumlah penduduk pada tahun rencana Po = Jumlah penduduk pada tahun dasar r = Rata-rata pertumbuhan penduduk n = Tahun ke-n IV-2

30 RT Laki-laki Perempuan Tabel 4.1 Tabel Proyeksi Jumlah Penduduk Samborejo berdasarkan RT ANGKA PERTUMBUHAN (%) JUMLAH PENDUDUK (JIWA) Jumlah RW RT Tabel 4.2 Tabel Proyeksi Jumlah Penduduk Samborejo berdasarkan RW ANGKA PERTUMBUHAN (%) JUMLAH PENDUDUK (JIWA) I 1,2, II 4,5, III 7,8, IV 10,11, V 12,14, JUMLAH TOTAL (sumber : Pemetaan Swadaya 2014, Analisa TIm PLPBK 2014) Kebutuhan ruang yang akan di analisis adalah kebutuhan ruang untuk fasilitas peribadatan fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan fasilitas perdagangan, dan fasilitas ruang terbuka, taman dan olahraga. Untuk aspek distribusi fasilitas dapat di bedakan menjadi 4 kategori umum: Pertama, kawasan pendidikan dan pemerintahan berada di RT. 6. Kedua area peribadatan, berpusat di Masjid utama, yaitu di RT 5 dan tersebar di mushola-mushola seluruh RT. Ketiga, area industri produksi batik paling banyak berada di RW II khususnya di RT. 6 dan RT. 5. Keempat area pertanian dan olahraga berada di RW I. (sumber : Pemetaan Swadaya 2014, Analisa TIm PLPBK 2014) IV-2

31 Fasilitas Peribadatan Gambar 4.4 Sebaran Fasilitas Ibadah (Masjid) Desa Samborejo (sumber : Pemetaan Swadaya 2014) IV-3

32 Untuk mengetahui kebutuhan fasilitas ibadah untuk tingkat kelurahan dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.3 Tabel kebutuhan sarana peribadatan Gambar 4.5 Masjid terbesar di Samborejo terletak di RT Fasilitas Pendidikan (sumber : pemetaan Swadaya 2014) Dalam setiap penduduk idealnya terdapat 1 unit TK, untuk Sekolah Dasar, idealnya di setiap jiwa terdapat satu unit SD, sedangkan untuk SMP idealnya dalam jiwa penduduk terdapat 1 unit Sekolah Menengah Pertama dengan jangkauan pencapaian 1 Km, dan kebutuhan sekolah SMA Idealnya di setiap jumlah jiwa 4.800, terdapat 1 unit SMA dalam radius 3 Km. Tabel 4.4 Tabel kebutuhan sarana pendidikan dan pembelajaran (sumber : SNI tahun 2004) Untuk standar kelurahan dengan penduduk pendukung berjumlah minimal jiwa terdapat 1 unit masjid desa. Jumlah masjid di desa Samborejo adalah 1 unit dan jumlah musholla ada 18 Unit. Di Desa Samborejo mayoritas penduduknya beragama Islam, hasil PS menunjukkan jumlah warga Samborejo berjumlah 4301 jiwa dan hasil proyeksi pada tahun 2019 mencapai 4635 jiwa. Ada beberapa masjid yang jaraknya cukup dekat dengan desa (kurang dari 5 KM), seperti di desa Sepacar dengan daya tampung yang cukup besar yang dapat menampung masyarakat yang ada disekitarnya sehingga tidak tidak diperlukan lagi sarana tempat ibadah. (sumber : SNI tahun 2004) IV-1

33 Karakter masyarakat Samborejo mempunyai kecenderungan menyekolahkan anakanaknya ke sekolah Islam daripada ke sekolah Negeri. Sarana pendidikan di Samborejo untuk pendidikan usia dini sudah cukup memadai, terdapat 1 unit SD, 2 MI dan 2 TK. Juga ditambah untuk pendidikan non formal sejumlah 27 unit. Jumlah penduduk Desa Samborejo pada tahun 2019 diperkirakan mencapai 4635 jiwa. Gambar 4.6 Fasilitas pendidikan formal & non formal di Samborejo Tabel 4.3 Tabel kebutuhan sarana kesehatan (sumber : pemetaan Swadaya 2014) (sumber : SNI tahun 2004) Gambar 4.7 Posyandu sebagai fasilitas pelayanan kesehatan baik bagi anak maupun lansia Untuk menambah jumlah minat membaca bagi anak dan remaja, keberadaan taman baca akan menjadi penting dalam rangka sebagai wadah alternatif bagi warga terutama anak usia sekolah Fasilitas Kesehatan Jenis fasilitas kesehatan yang telah ada di Desa Samborejo adalah, praktek bidan, PKD, Posyandu, Ambulance warga. Di sini belum terdapat Apotek, tetapi akses ke apotek terdekat terjangkau oleh masyarakat demikian halnya dengan Puskesmas. IV-2

34 Di Desa Samborejo terdapat fasilitas warung sudah tercukupi sampai dengan tahun Sedangkan kondisi sekarang di Desa Samborejo belum terdapat 1 unit pasar tradisional. Namunterdapat 1 supermarket yang dapat membantu melayani kebutuhan sehari-hari masyarakat setempat Ruang Terbuka Hijau, Olaraga dan Taman (sumber : pemetaan Swadaya 2014) Menurut SNI tahun 2004 untuk jumlah penduduk jiwa harus disediakan posyandu dan hasil proyeksi jumlah penduduk Samborejo pada tahun 2019 mencapai 4635 jiwa, dengan jumlah posyandu yang sekarang sudah ada 6 (enam) unit maka kebutuhan posyandu sudah melebihi apa yang ditentukan dalam SNI tersebut. Dalam tabel tersebut juga dapat diketahui bahwa jumlah balai pengobatan warga, klinik bersalin,aupun puskesmas sudah lebih dari cukup Fasilitas Pasar Menurut standar, idealnya dalam setiap RT dengan jumlah penduduk pendukung minimal 250 jiwa, terdapat 1 unit taman dengan luas 250 M2 yang akan memberikan kesegaran pada desa sekaligus sebagai tempat bermain anak-anak. Ruang terbuka berupa taman dan lapangan olahraga dengan luas M2 dibutuhkan dalam skala pelayanan RW dengan penduduk pendukung jiwa. Untuk skala kelurahan, taman dan lapangan olahraga memerlukan lahan seluas M2. Tabel 4.5 Tabel kebutuhan sarana taman, lapangan olahraga & RTH Berdasarkan standar, di setiap lingkungan Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah penduduk penduduk minimal 250 jiwa, dibutuhkan 1 unit toko/warung. Untuk skala kelurahan, dibutuhkan 1 unit pasar atau pusat pertokoan Tabel 4.4 Tabel kebutuhan sarana niaga (sumber : SNI tahun 2004) (sumber : SNI tahun 2004) IV-3

35 Gambar 4.8 Sebaran terbuka hijau (RTH) Gambar 4.9 Ruang terbuka hijau di Samborejo (sumber : pemetaan Swadaya 2014) (sumber : Pemetaan Swadaya 2014) Desa Samborejo mempunyai banyak RTH (Ruang Terbuka Hijau) Secara umum digunakan atau dimanfaatkan dimanfaatkan sebagai kebun, pekarangan rumah, dibiarkan begitu saja (lahan tidur) dan ada yang digunakan warga untuk menimbun & membakar sampah/limbah (non-cair) rumah tangga. Fasilitas olah raga juga tersedia namun belum dapat digunakan secara optimal karena masih membutuhkan pengurukan. Banyaknya lahan terbuka ini berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai public space sehingga memiliki kemanfaatan terhadap masyarakat samborejo secara luas. Sebagai contoh lahan tidur yang ada diolah atau ditata ulang menjadi taman pintar atau sejenisnya sehingga bisa dimanfaatkan mewadahi kegiatan sekolah alam ataupun taman baca, setidaknya bisa dimanfaatkan untuk tempat nongkrong warga. Secara umum dapat mewadahi kegiatan warga dalam bersosialisasi Aspek Kegiatan Ekonomi Masyarakat Ekonomi Sektor ekonomi yang mendominasi di Desa Samborejo adalah sektor industri batik, yang tersebar di seluruh desa, paling banyak terdapat di wilayah RT.5 dan IV-4

36 RT. 6. Sebagian besar masyarakat menggantungkan hidupnya dengan bekerja di sektor ini dengan menjadi buruh. Gambar 4.10 Sebaran ekonomi Desa Samborejo (sumber : pemetaan Swadaya 2014) IV-5

37 Gambar 4.11 Industri batik sebagai penyerap tenaga kerja terbesar. Membuat unit usaha bersama tingkat RT dengan cara memanfaatkan lahan tidur dan memanfaatkan pekarangan untuk dimanfaatkan dengan menanam sayuran, buah dan bahan makanan lain atau dengan beternak. Persoalan terbesar adalah pemberdayaan masyarakat. Ini perlukesabaran dan kegiatan menerus oleh kelompok peduli. Hubungannya dengan aspek kesehatan & sanitasi, banyaknya industry batik manimbulkan persolan limbah. Kondisi saat ini limpahan air limbah dibuang ke saluran air dan dibuang ke kebun. Gambar 4.12 Pembuangan limbah industri batik (sumber : pemetaan Swadaya 2014) Persoalan utama yang di hadapi UMKM industri produksi batik adalah ketidakstabilan harga bahan baku pembuatan batik, bahkan harga cenderung naik dalam kurun waktu yang tidak begitu lama. Dalam mata rantai perdagangan batik, pelaku produksilah yang berada dalam posisi yang sulit. Asumsi pertama terkait bahan baku, yang kedua adalah dampak limbah yang dihasilkan. Keberadaan limbah yang mencemari air tanah dan sungai meduri tidak bisa semua di bebankan pada pelaku industri batik, karena dalam paradigma pengelolaan lingkungan hidup tidak terbatas pada wilayah administrasi. Pedagang atau Juragan batik yang sebagian besar secara administrasi berada di wilayah Kotamadya Pekalongan tidak mengetahui bahwa setiap lembar batik yang dijual membawa dampak sistemik terhadap persoalan sosial dan lingkungan. Regulasi penanganan limbah, hubungan kerjasama antar pengusaha dan kestabilan harga bahan baku batik mendesak untuk segera dibuat oleh pemangku kepentingan, perlu komitmen yang kuat khususnya Kepala Daerah terkait untuk menjembatani permasalahan ini. Dari faktor intern pelaku industri batik di Samborejo belum mempunyai wadah komunikasi sebagai kanal-kanal informasi, sebagai tempat konsolidasi dan berbagi. Rekomendasi ke depan adalah pelaku industri batik di Samborejo harus mempunyai Paguyuban Batik yang kuat sebagai basisi silaturahmi dan komunikasi. Sedangkan pembentukan Koperasi adalah langkah setelahnya yang berfungsi sebagai tulang punggung perputaran roda ekonomi pengusaha batik, khususnya terkait bahan baku. (sumber : pemetaan Swadaya 2014) 4.3. Aspek Kegiatan Sosial Budaya Masyarakat Dalam usaha beradaptasi dengan lingkungannya, manusia bekerjasama dengan sesamanya. akan tetapi kerjasama itu hanya akan berjalan baik di dalam tertib sosial budaya serta didalam wadah organisasi sosial. Organisasi sosial ini merupakan produk sosial budaya, sekaligus merupakan wadah perwujudan dan pertumbuhan kebudayaan. Di dalam organisasi sosial manusia hidup berkelompok dan mengembangkan norma sosial yang meliputi kehidupan normatif, status, kelompok asosiasi, dan institusi. Organisasi sosial mencakup aspek fungsi yang berwujud dalam aktivitas bersama anggota masyarakat dan aspek struktur. Aspek struktur terdiri dari struktur kelompok di dalam pola umum kebudayaan dan seluruh kerangka lembaga sosial. Setiap masyarakat mempunyai 4 unsur penting yang menentukan eksistensinya yaitu struktur sosial, pengawas sosial, media sosial dan standar sosial. a. Struktur sosial: setiap masyarakat terdiri dari kelompok-kelompok untuk memudahkan pelaksanaan tugas; b. Pengawas sosial: pengawas sosial mencakup sistem dari ketentuan-ketentuan yang mengatur kegiatan dan tindakan anggota masyarakat, pengetahuan empiris yang IV-1

38 digunakan manusia untuk menanggulangi lingkungan, dan pengetahuan empiris yang mengatur sikap dan tingkah laku manusia seperti agama, kepercayaan, ideologi dan sebagainya. c. Media sosial: Dalam pelaksanaan tugas dan kegiatan sosial, diperlukan adanya komunikasi dan relasi antar anggota masyarakat. Komunikasi dan relasi itu dilangsungkan dengan menggunakan bahasa dan alat transportasi. d. Standar sosial: standar sosial merupakan ukuran untuk menilai tingkah laku anggota masyarakat serta nilai tingkah cara masyarakat mencapai tujuan. Terkait dengan organisasi sosial, Samborejo mempunyai banyak organisasi sosial kemasyarakatan, keagamaan. Kelompok-kelompok yang ada di masyarakat yang lebih menonjol adalah kegiatan keagamaan. Sebagai contoh, kelompok tahlilan yasinan terdapat berbagai kelompok sesuai dengan umur, wilayah dan gender. Masyarakat Samborejo dalam satu minggu, bertemu setidaknya 3 (tiga kali), yaitu dalam acara Yasinan_Tahlilan, Membaca surat Waki ah, dan Membaca Surat Nariyah. Untuk kegiatan sosial, santunan terhadap anak yatim piatu berjalan setahun sekali. Dalam perayaan keagamaan di meriahkan dengan kegiatan sunatan massal, pengajian, dan lain sebagainya. Modal sosial masyarakat sudah terbentuk, untuk menuju pembangunan bidang sosial budaya merupakan hal yang tidak mudah, karena terkait dengan persoalan filsafat hidup bangsa, pandangan hidup masyarakat, persepsi, cara berfikir, sistem nilai dan orientasi pada masyarakat. Sasaran dari pembangunan bidang sosial budaya adalah membangun negara bangsa sehingga menjadi negara modern tanpa kehilangan jati dirinya. Strategi yang dapat ditempuh untuk melakukan pembangunan sosial budaya adalah dengan pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya. Yang dimaksudkan dalam pendidikan yang seluas-luasnya adalah segala upaya yang dilakukan demi terwujudnya masyarakat madani yang didambakan. Artinya bahwa proses pendidikan dapat bersifat formal, informal dan non formal Aspek Sarana Prasarana Lingkungan Permukiman 1. Jalan Lokal Jalan lokal yang yang ada di desa Samborejo pada ada umumnya tidak dalam kondisi baik, disebelah kiri kanan belum terdapat trotoar, sedangkan untuk jalan lingkungan menggunakan paving blok. Apalagi setelah banjir melanda pada bulan Februari yng lalu mengakibatkan jalan yang ada di desa rusak parah. Jalan perumahan yang baik, harus memberikan rasa yang aman dan nyaman bagi pergerakan pejalan kaki, pengendara sepeda dan kendaraan bermotor. Selain itu, harus didukung pula oleh ketersediaan prasarana pendukung jalan seperti perkerasan jalan, trotoar, drainase, lansekap, rambu lalu lintas, parkir dan lain-lain. Idealnya jalan lokal dengan lebar perkerasan 6-7 Meter mempunyai bahu jalan selebar 1,5 2 M, trotoar lebar 1 M dan drainase lebar 0,5 M. Sedangkan jalan lingkungan dengan lebar perkerasan 1,2 2 M mempunyai bahu jalan dan drainase yang masing-masing lebarnya adalah 0,5 M. Gambar 4.13 Kondisi Jalan (sumber : pemetaan Swadaya 2014) IV-2

39 Gambar 4.14 Jaringan jalan di desa samborejo (sumber : pemetaan Swadaya 2014) IV-2

40 2. Drainase, sistem drainase di lingkungan Samborejo pada umumnya tidak berfungsi baik. Hal ini disebabkan karena adanya sampah yang membuat sistem drainase tidak berfungsi dengan baik, di beberapa titik drainase yang mengalir ke sungai, posisi Gambar 4.16 Sistem jaringan Drainase desa Samborejo drainase lebih rendah atau sama dengan posisi sungai, yang mengakibatkan jika sungai meluap, maka dipastikan akan terjadi banjir. Dan tidak semua jalan utama yang ada di desa Samborejo terdapat drainase. (sumber : pemetaan Swadaya 2014) IV-1

41 Gambar 4.15 Kondisi Drainase Tidak layak 3. Air Bersih Sumber air bersih warga sebagian besar dari air sumur, sementara hanya ada sedikit lokasi yang sumber airnya masih baik dan layak. Air dari sumur sudah tidak layak karena tercemar oleh air limbah dari proses produksi batik. Sementara Menara air (DAK) di desa hanya ada satu buah, untuk pengelolaannya belum menemukan metode yang tepat sehingga sering tidak lancar. Mengingat air merupakan kebutuhan utama setiap insan, maka kedepan perlu ditambah beberapa tower air. Gambar 4.17 Menara air (DAK) sebagai sumber air bersih (sumber : pemetaan Swadaya 2014) Gambar 4.16 Kondisi jalan tanpa saluran drainase (sumber : pemetaan Swadaya 2014) (sumber : pemetaan Swadaya 2014) IV-1

42 Gambar 4.18 Jaringan air bersih dan area pelayanannnya (sumber : pemetaan Swadaya 2014) IV-1

43 4. Sampah Menurut Standar Nasional Indonesia, setiap orang dalam 1 hari menghasilkan sampah 2,5 lt. Di Samborejo sampah merupakan permasalahan utama. Petugas sampah dari Pemerintah belum masuk sampai ke desa, dengan lahan terbuka masih banyak, maka warga banyak membuang sampah di pekarangan, ada yang ditimbun, ada yang dibakar. Untuk warga yang tinggal di sekitar sungai Meduri sudah sangat terbiasa membuang sampah di sungai. Gambar 4.19 Kondisi sampah 5. Talud Kejadian banjir membawa peringatan untuk segera membuat talud, agar air yang meluap tidak sampai melampaui bibir sungai. Selain berfungsi sebagai penahan tanah agar air tidak tergerus air, juga berfungsi sebagai taman. Gambar 4.20 Sungai tanpa talud (sumber : pemetaan Swadaya 2014) 6. Jembatan Jembatan yang ada saat ini hanya bisa dilalui satu mobil, bahkan truk besar tidak bisa masuk. Karena perkembangan mobilitas penduduk yang semakin tinggi. Gambar 4.21 Kondisi Jembatan yang kurang lebar. (sumber : pemetaan Swadaya 2014) (sumber : pemetaan Swadaya 2014) IV-1

44 7. Penerangan Jalan Area gelap di Samborejo terdapat di semua titik di wilayah RT, selain berfungsi sebagai penerangan, bersosialisasi. juga dapat berfungsi sebagai tempat berkumpul warga dengan Gambar 4.22 Kondisi penerangan yang masih kurang. 8. Identitas desa Samborejo tidak mempunyai pintu gerbang sebagai penanda atau identitas desa dari semua pintu masuk desa. Gambar 4.12 Jalan masuk dengan penanda yang kurang jelas (sumber : pemetaan Swadaya 2014) (sumber : pemetaan Swadaya 2014) IV-2

45 Tabel 4.1 Matriks Permasalahan dan Potensi NO PERMASALAHAN POTENSI LOKASI RENCANA PENGEMBANGAN A Hunian (rumah) Kondisi rumah terkait dinding rumah, masih banyak yang terbuat dari papan/bambu Jumlah warga yang masih menggunakan lantai tanah masih banyak Hampir seluruh warga desa tidak mempunyai Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) Masih terdapat rumah yang tidak layak atau sehat karena kurangnya sirkulasi udara dan cahaya masuk kedalam rumah Paling banyak berada di RT 2 dengan jumlah 27 rumah, RT 5, 22 rumah dan RT 3 17 rumah Tertinggi berada di RT 2 dengan jumlah 28, kemudian di RT 5 dan 10 dengan jumlah 16 Merata di seluruh wilayah Dengan jumlah paling banyak berada diwlilayah RW I Mengoptimalkan peran lembaga keuangan desa dan program bedah rumah dan memberikan program ekonomi tambahan Mengoptimalkan peran lembaga keuangan desa dan program bedah rumah memberikan program ekonomi tambahan Memberikan desain tentang rumah yang sehat Memberikan usulan desain tentang rumah yang sehat. B Infrastruktur (Sarana & Prasarana) 1 Kelompok Jalan Banyak ruas jalan dngan kondisi aspal rusak. Pada sebagian besar ruas jalan masih/sudah Merata di seluruh wilayah Perbaikan jalan dengan pengaspalan atau Hanya sedikit yang masih dalam kondisi bagus. terdapaat lapisan pondasi bawah jalan sehingga peningkatan jalan. untuk perbaikannya lebih murah. Banyak ruas jalan paving yang rusak baik Jalan paving dapat diperbaiki tanpa harus Merata di seluruh wilayah Perbaikan paving (tambal sulam) dengan tercongkel atau ambles. mengganti keseluruhan. Hanya mengganti pemadatan tanah & penambalan/pengurugan bagian yang rusak & area disekitarnya saja. lapisan bawah pondasi paving. Jembatan kurang lebar (tidak dapat digunakan Jembatan kali Meduri Memperlebar jembatan menjadi sama dengan untuk simpangan mobil) lebar jalan dua lajur. Belum ada penanda pada simpul jalan masuk ke Desa Samborejo. Masih tersedia lahan Titik simpul jalan masuk ke Desa Samborejo Pembangunan gapura-gapura masuk desa. IV-3

46 Lorong-lorong/gang belum tertata dengan baik Semua RW Dilakukan penataan lorong dengan membentuk jalur hijau dan pengecatan pagar dan rumah 2 Kelompok Air Air Bersih Air bersih, terdapat beberapa rumah yang belum memiliki air bersih Drainase Terdapat sumur umum Membuat sumur umum, penampungan air bersih umum Sebagian drainase tidak berfungsi dengan baik dikarenakan sampah Pertisipasi warga Hampir semua RW Melakukan gotong royong untuk memperbaiki saluran drainase. Melakukan kordinasi dengan instansi pemerintah yang terkait. Beberapa gorong-gorong yang tidak berfungsi Pertisipasi warga RW I dan titik tertentu Melakukan gotong royong untuk memperbaiki saluran drainase. Jarak antara jalan dan drainase sangat dekat (bahu jalan) RW I dan titik tertentu Memberikan sosialisai penataan jalan, bahu jalan dan drainase Kondisi sungai tanpa talud Sungai Meduri Membangun Talud sungai. 3 Kelompok pengelolaan limbah Desa Samborejo tidak mempunyai tempat Kesadaran masyarakat sudah mulai terbangun Desa Membentuk kelompok pengelola sampah pengelolaan sampah Sudah terbentuk Kelompok Pengelola Sampah Sapu Bumi Belum terdapat Instalasi Pengelolaan Air Limbah, Sudah terbentuk Paguyuban Batik Rakyat Desa Membuat daerah percontohan pengelolaan IPAL baik perusahaan yang berada di desa Samborejo Samborejo (BARSA) di satu titik maupun para industri produksi batik Sanitasi, sebagian masyarakat tidak memiliki bak Sebagian warga desa Mengembangkan peresapan komunal terutama peresapan pada lingkungan yang padat. 4 Kelompok energi Minimnya penerangan jalan Semua RW Di buat desain per 20 meter harus ada penerangan dengan model zig zag IV-4

47 5 Kelompok bangunan kota Poliklinik desa dan Posyandu belum memiliki alat pelayanan kesehatan yang memadai (timbangan, alat tes asam urat dll) Kader yandu dan Poliklinik desa aktif Posyandu dan poliklinik desa Memeberikan usulan pada dinas terkait Ruang terbuka hijau belum tertata dengan baik Menata pekarangan rumah warga Semua RT Memanfaatkan pekarangan rumah untuk Menghijaukan lorong kecil ditanami pohon atau kembang untuk Sudut-sudut jalan yang kosong Terdapat ruang di Jalan Petta Punggawa buntu menghijaukan lingkungan Samborejo ini Terdapat ruang di depan ktr kelurahan dilakukan penataan taman dengan memanfaatkan sempadan sungai. Tempat olah raga dan Taman Terdapat ruang di pinggir Jalan desa (RW I) RW I Mengoptimalkan lapangan desa C Penggunaan Lahan Banyak warga menggunakan sempadan sungai untuk bangunan rumah. Masih terdapat lahan kosong Sempadan sungai kali Meduri Lahan milik PJKA bekas jalur rel kereta Api Menerbitkan aturan (perdes) agar tidak ada bangunan baru yang berdiri di sempadan sungai Memberikan sosialisasi pada warga Mencarikan lahan relokasi. Kantor Balai Desa menempati lahan yang termasuk sempadan sungai Penyalahgunaan fungsi lahan sepanjang sempadan sungai kali Meduri Masih banyak tanah tanpa sertifikat Masih terdapat lahan kosong Sempadan sungai kali Meduri Memindah lokasi balai desa ke tempat yang lebih strategis Sempadan sungai kali Meduri Normalisasi sungai. Pemanfaatan sempadan sungai sebagai taman & zona pendukung ekonomi (semi permanen) Sertifikasi lahan. D Sosial dan kelembagaan Belum ada program jam wajib belajar bagi anak sekolah Partisipasi warga Membuat gerakan bersama, bekerjasama dengan Sekolah dan menggagas kelompok masyarakat yang berfungsi mengkampanyekan program jam belajar Tidak ada Forum pertemuan desa dengan Partisipasi warga dan lembaga desa Memahamkan pentingnya Pertemuan warga IV-5

48 RT/RW Tidak ada koordinasi ketika terjadi bencana (banjir) Tidak ada Forum Komunikasi Warga-Rapat RT dan kerja bakti Partisipasi warga dan lembaga desa Partisipasi warga dan lembaga desa (Warga/ RT/RW/Pemdes/BPD/LPMD) Membentuk lembaga atau komunitas penanggulangan bencana Kelompok peduli bersama dengan Ulama /tokoh dan Pemdes melakukan safari RT/RW Aset desa belum terkelola dengan baik Pemerintah desa dan lembaga desa Menggali potensi desa, pertemuan bersama terhadap wacana pembentuka BUMDesa Minimnya Akses Informasi Publik Media warga, Karang taruna 1. Membentuk Kelompok Melek Teknologi yang berfungsi sebagai bank data/pusat Data dan Informasi terkait dengan kepentingan desa bekerjasama dengan DIFKOM 2. Membuat web desa, Kelompok ini juga sebagai admin dalam rangka memberikan informasi maupun menyampaikan informasi 3. Bekerjasama dengan Paguyuban batik untuk memasarkan batik anggota paguyuban IV-6

49 BAB V TUJUAN, ARAHAN DAN STRATEGI PENATAAN LINGKUNGAN 5.1 Tujuan Penataan Lingkungan Desa Samborejio Tujuan penataan ruang wilayah desa merupakan arahan perwujudan ruang wilayah desa yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (5 tahun). Tujuan penataan ruang wilayah desa memiliki fungsi: 1. sebagai dasar untuk memformulasikan kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah desa; 2. memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RPJMDes; dan 3. sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah desa. Tujuan penataan ruang wilayah desa dirumuskan berdasarkan: a. visi dan misi pembangunan wilayah desa; b. karakteristik wilayah desa; c. isu strategis; dan d. kondisi objektif yang diinginkan. Tujuan penataan ruang wilayah desa dirumuskan dengan kriteria: a. tidak bertentangan dengan tujuan penataan ruang wilayah kabupaten, provinsi dan nasional; b. jelas dan dapat tercapai sesuai jangka waktu perencanaan; dan c. tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Berpegang pada prinsip bahwa rencana tata ruang adalah perwujudan ruang dari rencana pembangunan jangka panjang daerah maka tujuan penataan ruang Desa Samborejo diturunkan dari visi misi. Selain berpegang pada RPJPD dan RPJM Kabupaten Pekalongan, perumusan tujuan penataan ruang juga mempertimbangkan berbagai aspek seperti hasil analisis dalam pemetaan swadaya, isu-isu strategis dan peran serta fungsi desa yang dikembangkan pada Kabupaten Pekalongan untuk jangka waktu 5 tahun Kebijakan Penataan Ruang Desa Samborejo Kebijakan penataan ruang wilayah desa merupakan arah tindakan yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah desa. Kebijakan penataan ruang wilayah desa berfungsi sebagai:

50 a. sebagai dasar untuk memformulasikan strategi penataan ruang wilayah desa; b. sebagai dasar untuk merumuskan struktur dan pola ruang wilayah desa; c. memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW desa; dan d. sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah desa. Kebijakan penataan ruang wilayah desa dirumuskan berdasarkan: a. tujuan penataan ruang wilayah desa; b. karakteristik wilayah desa; c. kapasitas sumber daya wilayah desa dalam mewujudkan tujuan penataan ruangnya; dan d. ketentuan peraturan perundang-undangan terkait. Kebijakan penataan ruang wilayah desa dirumuskan dengan kriteria: a. mengakomodasi kebijakan penataan ruang wilayah nasional dan kebijakan penataan ruang wilayah provinsi yang berlaku pada wilayah desa bersangkutan; b. jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada wilayah desa; c. mampu menjawab isu-isu strategis baik yang ada sekarang maupun yang diperkirakan akan timbul di masa yang akan datang; dan d. tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan Strategi Penataan Ruang Wilayah Desa Samborejo Strategi penataan ruang wilayah desa merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang wilayah desa ke dalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi penataan ruang wilayah desa berfungsi: a. sebagai dasar untuk penyusunan rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan penetapan kawasan strategis desa; b. memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RPJMDesa; dan c. sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah desa. Strategi penataan ruang wilayah desa dirumuskan berdasarkan: a. kebijakan penataan ruang wilayah desa; b. kapasitas sumber daya wilayah desa dalam melaksanakan kebijakan penataan ruangnya; dan c. ketentuan peraturan perundang-undangan. Strategi penataan ruang wilayah desa dirumuskan dengan kriteria: a. memiliki kaitan logis dengan kebijakan penataan ruang; b. tidak bertentangan dengan tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah nasional dan provinsi; c. jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada wilayah desa bersangkutan secara efisien dan efektif; d. harus dapat dijabarkan secara spasial dalam rencana struktur ruang dan rencana pola ruang wilayah desa; dan e. tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. 5.2 VISI MISI DESA SAMBOREJO Visi desa Samborejo adalah Samborejo Yang Mandiri dan Berakhlaqul Karimah Terdapat 2 (dua) kata kunci dalam visi desa, pertama, mandiri dan kedua berakhlaqul karimah. Mandiri disini mempunyai pengertian kemandirian dalam tataran desa yang meliputi, pemerintahan desa, kelembagaan desa dan kemandirian masyarakat. Kemandirian ini bermakna luas, terkait dengan kewenangan, pengelolaan, maupun kesejahteraan. Kalimat berakhlaqul karimah merujuk pada nilai-nilai dalam Islam, terkait dengan sikap. Sikap yang baik, terpuji, yang berdasarkan pada ketentuan Ilahi. Jadi visi diatas mengandung makna, mencapai kemandirian desa dengan cara atau sikap yang baik, tidak menghalalkan segala cara (baik yang tertuang dalam hukum positif maupun hukum agama), baik dalam segi perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan maupun pemberdayaannya. 5.3 Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Desa Samborejo Adapun beberapa komponen utama yang menjadi unsur dalam skenario rencana pengembangan permukiman sebagai berikut: 1) Pola penataan dan perbaikan permukiman warga, sehingga dapat menciptakan pola permukiman warga yang aman, tertib, bersih dan sehat; 2) Pembanguan prasarana, jalan dan pengembangan pola jalan yang mempunyai pengaruh sangat kuat untuk membentuk pola ruang kelurahan; 3) Penggunaan lahan secara umum harus di tata sedemikian rupa agar dalam penggunaannya secara fungsional dapat saling menunjang/menguntungkan warga; 4) Peningkatan pelayanan fasilitas umum yang ada;

51 5) Sosialisasi langkah penyadaran masyarakat yang berada di kawasan bantaran sungai untuk menjaga, mengoptimalkan dan mengelola secara mandiri untuk meningkatkan kualitas hidup warga. 5.4 Konsep Pengembangan Desa Samborejo Konsep perencanaan pengembangan desa mencakup lima dimensi sebagai pilar utama, yaitu menyangkut tata ruang, perekonomian, sosial budaya, mitigasi bencana dan lingkungan hidup. Tata ruang mencakup rehabilitasi, rekonstruksi dan pengembangan desa. Selain itu juga mampu menampung pertumbuhan ruang di masa yang akan datang secara fleksibel dan mampu menampung kebutuhan perbaikan struktur ruang kelurahan melaui konsolidasi lahan (jika diperlukan). Konsep ini sesuai dengan PP No. 2 Tahun Perekonomian, yaitu meningkatkan penghidupan masyarakat dan pembangunan sarana ekonomi berbasis potensi lokal, pengembangan usaha mikro, kelembagaan ekonomi, dikaitkan dengan pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Sosial budaya, yaitu pembangunan pendidikan, sosial dan penguatan adat istiadat setempat dalam rangka pengembangan partisipasi masyarakat yang melibatkan segenap lapisan masyarakat, termasuk didalamnya kelompok anak-anak, pemuda dan wanita. Mitigasi Bencana, yaitu penataan ruang kelurahan dengan fungsi khusus mitigasi bencana, berupa pembangunan daerah-daerah yang rawan bencana dan tempat-tempat yang digunakan untuk penampungan evakuasi warga ketika terjadi bencana. Lingkungan Hidup, yaitu penataan lingkungan yang menjaga keseimbangan holistik antara kawasan budidaya dengan kawasan lindung dalam upaya menjaga kelestarian penghidupan sebagian besar masyarakat.

52 BAB VI RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA SAMBOREJO 5.1. Visi dan Misi Desa Samborejo Visi misi yang akan dibuat harus selaras dengan visi atau kebijakan perencanaan Kabupaten Pekalongan dan Visi Provinsi Jawa Tengah. Secara formal penyusunan visi, misi dan tujuan dilakukan dengan melibatkan para pemangku kepentingan, yang terdiri dari Pemerintah Desa, BPD, LPMD, BKM, PKK, FKD, Karang Taruna, IPNU dan Tokoh Masyarakat. Visi adalah Gagasan yang melampaui waktu, Gagasan yang melampaui umur, Gagasan yang melampaui zaman, adalah sesuatu yang diimpikan dan menjadi tujuan kegiatan/kehidupan setiap warga. Visi merupakan pandangan jauh ke depan tentang impian yang ingin dicapai, maka visi akan menjawab pertanyaan sebenarnya kita mau menjadi apa dan hasil seperti apa yang ingin kita raih di masa depan. Visi harus menggetarkan semangat dan membantu masyarakat menjadi bangga, bergerak dan merasakan sebagai bagian dari sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri mempertajam dan mengarahkan organisasi ke masa depan yang bersifat strategis. Sedangkan misi menyatakan apa yang perlu dilakukan dan apa yang perlu dituju memberi arah maupun batasan tentang hal atau tindakan yang boleh dan tidak boleh dilakukan secara eksplisit. Pernyataan misi : usaha formal untuk memperjelas apa yang dikehendaki dan menjadi panduan untuk pengendalian selanjutnya dikaitkan dengan kondisi saat ini. Gambar 5.1 Alur Pembuatan Visi Misi MISI Mengapa kita ada? NILAI-NILAI Apa yang kita percayai? PERNYATAAN Kita ingin menjadi apa? STRATEGI Implementasi dan fokus? (sumber : Analisis Tim PLP-BK 2014) Dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) V-17

53 Visi desa Samborejo adalah Samborejo Yang Mandiri dan Berakhlaqul Karimah Terdapat 2 (dua) kata kunci dalam visi desa, pertama, mandiri dan kedua berakhlaqul karimah. Mandiri disini mempunyai pengertian kemandirian dalam tataran desa yang meliputi, pemerintahan desa, kelembagaan desa dan kemandirian masyarakat. Kemandirian ini bermakna luas, terkait dengan kewenangan, pengelolaan, maupun kesejahteraan. Kalimat berakhlaqul karimah merujuk pada nilai-nilai dalam Islam, terkait dengan sikap. Sikap yang baik, terpuji, yang berdasarkan pada ketentuan Ilahi. Jadi visi diatas mengandung makna, mencapai kemandirian desa dengan cara atau sikap yang baik, tidak menghalalkan segala cara (baik yang tertuang dalam hukum positif maupun hukum agama), baik dalam segi perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan maupun pemberdayaannya. 1. Mandiri: Sedangkan Misi desa Samborejo adalah sebagai berikut: a. Mewujudkan Ekonomi Kerakyatan (UMKM -- Industri Batik, Peternakan, Pertanian) b. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan c. Meningkatkan potensi Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan sejahtera d. Kemandirian Lembaga-lembaga yang ada di Desa e. Meningkatkan pembangunan infrastruktur yang mendukung peningkatan sosial ekonomi masyarakat secara proporsional, berkualitas dan berkelanjutan 2. Berakhlaqul Karimah a. Menumbuhkembangkan rasa toleransi dan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat b. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam kepedulian terhadap lingkungan c. Meningkatkan tanggung jawab dalam beragama dan bermasyarakat d. Mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan desa yang bersih, jujur, transparan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik e. Meningkatkan profesionalitas aparatur desa bagi pemenuhan pelayanan publik f. Mewujudkan lingkungan desa yang bersih, sehat, aman, nyaman dan asri 5.2. Skenario Pengembangan Desa Samborejo Desa Samborejo terletak di Kecamatan Tirto menurut fungsi kawasan termasuk dalam SWP (Sub Wilayah Pembangunan) III yang mempunyai potensi pengembangan di sektor perdagangan, industri dan perikanan. Dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Adapun beberapa komponen utama yang menjadi unsur dalam skenario rencana pengembangan permukiman sebagai berikut: 1) Pola penataan dan perbaikan permukiman warga, sehingga dapat menciptakan pola permukiman warga yang aman, tertib, bersih dan sehat; 2) Pembanguan prasarana, jalan dan pengembangan pola jalan yang mempunyai pengaruh sangat kuat untuk membentuk pola ruang kelurahan; 3) Penggunaan lahan secara umum harus di tata sedemikian rupa agar dalam penggunaannya secara fungsional dapat saling menunjang/menguntungkan warga; 4) Peningkatan pelayanan fasilitas umum yang ada; 5) Sosialisasi langkah penyadaran masyarakat yang berada di kawasan bantaran sungai untuk menjaga, mengoptimalkan dan mengelola secara mandiri untuk meningkatkan kualitas hidup warga Konsep Pengembangan Konsep perencanaan pengembangan desa mencakup lima dimensi sebagai pilar utama, yaitu menyangkut tata ruang, perekonomian, sosial budaya, mitigasi bencana dan lingkungan hidup. Tata ruang mencakup rehabilitasi, rekonstruksi dan pengembangan desa. Selain itu juga mampu menampung pertumbuhan ruang di masa yang akan datang secara fleksibel dan mampu menampung kebutuhan perbaikan struktur ruang kelurahan melaui konsolidasi lahan (jika diperlukan). Konsep ini sesuai dengan PP No. 2 Tahun Perekonomian, yaitu meningkatkan penghidupan masyarakat dan pembangunan sarana ekonomi berbasis potensi lokal, pengembangan usaha mikro, kelembagaan ekonomi, dikaitkan dengan pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Sosial budaya, yaitu pembangunan pendidikan, sosial dan penguatan adat istiadat setempat dalam rangka pengembangan partisipasi masyarakat yang melibatkan segenap lapisan masyarakat, termasuk didalamnya kelompok anak-anak, pemuda dan wanita. Mitigasi Bencana, yaitu penataan ruang kelurahan dengan fungsi khusus mitigasi bencana, berupa pembangunan daerah-daerah yang rawan bencana dan tempattempat yang digunakan untuk penampungan evakuasi warga ketika terjadi bencana. V-18

54 Lingkungan Hidup, yaitu penataan lingkungan yang menjaga keseimbangan holistik antara kawasan budidaya dengan kawasan lindung dalam upaya menjaga kelestarian penghidupan sebagian besar masyarakat. diperuntukkan untuk kawasan industri dan pemukiman. Permukiman mempunyai kepadatan Rencana Bidang Pertanahan rendah (<150/ha) Di bidang pertanahan sebagian besar status pertanahan yang ada di Desa Samborejo adalah hak milik pribadi. Sedangkan untuk administrasi tanahnya sebagian besar sudah bersertifikat, namun masih ada yang belum bersertifikat, yaitu ± 16%. Untuk itu perlu adanya pendataan dan pengukuran ulang bagi tanah warga yang belum bersertifikat, sehingga bisa diusulkan dalam program sertifikasi massal. Adapun rencana jangka menengah yang ada di Desa Samborejo di bidang pertanahan, yaitu; rencana bidang pertanahan dari instansi Kantor Pertanahan Kota Pekalongan, yaitu program sertifikasi massal dengan skema swadaya masyarakat dan program lainnya; Zona Kawasan Pendidikan dan Pemukiman RW II RT 4 (belakang perumahan Sapphire) RT 6 RPJP Kabupaten Pekalongan yang menetapkan bahwa wilayah Kecamatan Tirto, yang juga termasuk wilayah desa Samborejo diperuntukkan untuk kawasan industri dan pemukiman. Permukiman mempunyai kepadatan rendah (<150/ha) Pengembangan fasilitas pendidikan. program peningkatan kesadaran masyarakat tentang catur tertib pertanahan serta sadar akan bangunan sehat. Zona Kawasan RW I (tepatnya pada lahan Lokasi strategis (pinggir jalan besar). Melihat kondisi penggunaan lahan di Desa Samborejo sekarang, maka rencana arahan pengembangan kawasan pada desa Samborejo dibagi menjadi 4 zona campuran (mixedzone) yaitu : 1. Zona Kawasan Pemukiman dan Industri 2. Zona Kawasan pendidikan dan Pemukiman Pemerintahan dan Komersil/Niaga bengkok desa) Lahan luas. Terdapat fasilitas lapangan bola namun masih perlu pengurugan lebih lanjut agar bisa digunakan secara maksimal. 3. Zona Kawasan Pemerintahan dan Komersil 4. Zona Kawasan Pertanian dan Perkebunan Zona Kawasan RW I (areal persawahan) Potensi tanaman padi pada Tabel 5.1 Pertanian dan Perkebunan RW IV persawahan di wilayah RW I untuk ketahanan pangan, maka kawasan ini Arahan pengembangan zona kawasan tidak boleh berganti fungsi menjadi LOKASI Zona Kawasan Pemukiman dan Industri Peruntukan (Arah pengembangan) DUKUH MIJEN / RW IV. (RT 10, 11, 12) Diutamakan RT 12. Keterangan RPJP Kabupaten Pekalongan yang menetapkan bahwa wilayah Kecamatan Tirto, yang juga termasuk wilayah desa Samborejo (sumber : Analisis PLPBK-2014) kawasan pemukiman dan industri. Areal perkebunan memanfaatkan lahan kosong (lahan tidur) yang berada di wilayah RW IV. Dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) V-19

55 Rencana Peningkatan Kegiatan Ekonomi Kawasan 1. Karena bicara Samborejo tidak terlepas dari industri batik, maka untuk meningkatkan kesejahteraan akan dibuat Koperasi khusus untuk pengusaha batik yang ada di Samborejo, baik yang produksi maupun yang penjualan. Target tahun pertama dan kedua adalah penguatan kelembagaan dan kebersamaan anggota, dan pada tahun ketiga sampai kelima paguyuban BARSA akan bermetamorforsis menjadi Koperasi. 2. Dengan ketersediaan lahan yang luas di sela-sela pekarangan rumah, untuk meningkatkan ekonomi warga akan dibuat Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Peternakan Kambing sebagai tambahan penghasilan warga. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Peternakan Kambing, dari 2 kelompok yang terbentuk di tahun pertama dan kedua akan di gulirkan dan target pada tahun ketiga sampai kelima sudah terdapat 5 kelompok dengan total berarti 7 kelompok. 3. Untuk menangkap peluang dengan banyaknya industri konveksi, maka akan dibuat KUBE penjualan alat dan bahan jahit (benang dll), nantinya bisa dikelola oleh KSM atau Pemuda. Dari 1 kelompok yang terbentuk di tahun pertama dan kedua dengan modal 5 juta, harapannya pada tahun ketiga sampai kelima perputaran uang di kelompok sudah mencapai angka juta 4. Budidaya Cabai Rawit Merah atau tanaman pangan mengadopsi dari program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yang mempunyai 2 (dua) fungsi, pertama sebagai fungsi ekonomi terutama penghematan bahan makanan dan yang kedua fungsi penghijauan, yang secara otomatis akan membuat desa tampak lebih asri. Penambahan lokasi akan di lakukan dengan melihat respon masyarakat terhadap perkembangan budidaya cabai, targetnya ada penambahan 3 lokasi sampai tahun kelima. Tabel 5.2 Rencana Pengembangan Kegiatan Ekonomi KEGIATAN SASARAN TARGET MEKANISME LEMBAGA Kelompok Usaha Warga Miskin Tahun Pertama 1 Kelompok DKPP UPK BKD Bersama (KUBE) PETERNAKAN KAMBING Menengah Dan Kedua Membentuk 2 Kelompok Terdiri Dari 10 Org Dengan Modal 15 Juta KUBE Penjualan alat dan bahan jahit UMKM di bidang jasa Tahun pertama dan kedua 1 Kelompok Terdiri Dari 5 DISPERINDAGKOP/UP K/BKD (benang dll) penjahitan 1 kelompok Orang Dengan Modal KRPL Warga di Wilayah RT Tahun Pertama Dan Kedua 2 Lokasi Di Kelola Oleh Kelompok Masyarakat Di Wilayah RT DPPK (sumber : Analisis PLPBK-2014) Rencana Peningkatan Kegiatan Sosial Budaya. Kesenian dan kebudayaan merupakan aset yang berharga bagi suatru daerah, sehingga keberadaannya harus dilestarikan dan ditingkatkan biar tidak punah begitu saja. Kesenian yang ada di desa Samborejo antara lain : a. Seni musik Hadrah (musik islami) b. Seni batik. (Batik termasuk proses seni yang menghasilkan produk yang dapat diperjual belikan sehingga berkaitan erat dengan industri) Untuk rencana ke depan perlu adanya suatu wadah warga (pemuda-pemudi) yang menampung dan mengelola seni kebudayaan yang ada di Desa Samborejo. Wadah ini bisa dibentuk dalam tiap RW atau dalam cakupan desa, misalnya melalui kegiatan karang taruna dan lembaga kepemudaan lain seperti IPPNU. Secara umum, seni dan budaya dapat diperkuat melalui tiga jalur yaitu : a. Edukasi, merupakan proses pendidikan atau memberikan ilmu baik praktek maupun teori tentang seni dan budaya itu sendiri. Pendidikan bisa dilakukan secara formal maupun informal. Sebagai contoh pelatihan atau kursus. Dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) V-20

56 b. Promosi, merupakan usaha untuk memperkenalkan atau menawarkan produk atau jasa dalam hal ini seni dan budaya dengan tujuan menarik minat konsumen untuk membeli atau mengkonsumsinya. Contoh: iklan baik di media cetak maupun media audio visual. Dengan kecanggihan teknologi nir-kabel sekarang ini, bahkan promosi bisa dilakukan melalui sms, maupun social media seperti facebook, twitter, blackberry messenger, what'sapp dsb. c. Apresiasi merupakan kegiatan penghargaan terhadap suatu karya seni atau produk budaya. Proses apresiasi lebih kepada proses menghargai atas kerja keras dalam membuat produk seni atau budaya tersebut. Sifatnya lebih ke penghargaan nonmaterial daripada material. Sebagai contoh : pameran lukisan karya A, pameran produk kerajinan batik asli Samborejo, pentas seni musik islami dll. Dengan adanya suatu wadah/kelembagaan peduli dan mau menampung dan mengelola seni kebudayaan diharapkan dapat melestarikan dan meningkatka seni kebudayaan yang ada. Untuk meningkatkan seni kebudayaan yang ada di Desa Samborejo, yang perlu dilakukan adalah: a. Perkuatan organisasi pemuda (karang taruna, IPPNU dll) yang komit terhadap pengembangan seni dan budaya. b. Kerjasama dengan dinas terkait untuk melakukan proses edukasi, dan promosi. c. Kerjasama dengan media informasi warga (Radio Suara Sambo) sebagai sarana promosi dan apresiasi. d. Peningkatan peran orang tua dalam pendidikan seni terhadap kaum muda e. Kerjasama dengan sponsor f. Mengadakan kegiatan-kegiatan seni dan budaya yang bisa menjadi daya tarik wisata. g. Inovasi (pembaharuan) produk. Menambah jenis dan keragaman produk budaya yang dihasilkan dapat membantu dalam proses promosi keluar, sedangkan ke dalam dapat mencapai titik dimana ke-khas an muncul dan dapat menjadi TOP BRAND. Setiap tahun jumlah penduduk Desa Samborejo semakin bertambah, sementara ketersediaan lahan terbatas (tidak bertambah). Dari proyeksi jumlah penduduk ( ) diketahui bahwa jumlah penduduk desa Samborejo bertambah dari 4301 jiwa menjadi 4694 jiwa. Pertambahannya adalah 393 jiwa. Dari jumlah jiwa tersebut dapat diketahui jumlah lahan kavling yang dibutuhkan untuk melayani penambahan jumlah penduduk tersebut adalah 7963 m² pada tahun Detail analisa pengembangannya dapat dilihat pada tabel 5.1 Adapun rencana jangka menengah yang ada di Desa Samborejo di bidang peningkatan kualitas fisik bangunan, yaitu; Program bantuan rehab rumah tidak layak huni bagi MBR (masyarakat berpenghasilan rendah); Program bantuan jambanisasi untuk meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan rumah. Program sosialisasi desain rumah sehat kepada warga. Gambar 5.6 Desain Rumah Sehat Rencana Peningkatan Kualitas Fisik permukiman Kondisi bangunan yang ada di Desa Samborejo dapat dikatakan ±i 80% dalam kondisi baik. Kategori baik yang dimaksud adalah rumah yang tidak masuk kriteria rumah tidak layak huni. Di lapangan masih ditemukan kondisi bangunan yang kurang atau tidak layak huni, yaitu ± 20 %. Prasarana penunjang sanitasi pun masih banyak yang belum ada, terutama pada rumah yang kurang layak huni. Untuk itu perlu adanya suatu program yang dikaitkan program kota yang sudah dijalankan beberapa waktu yang lalu, misalnya program rehap rumah dan program-program lainnya. Dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) V-21

57 Rencana Sarana Prasarana Lingkungan 1. Drainase perencanaan drainase di bagi menjadi 2 jenis yaitu pembuatan dan perbaikan/pelebaran. Pembuatan saluran baru ada di 13 tempat. Sementara perbaikan/pelebaran ada di 2 lokasi. Gambar 5.7 Ilustrasi Pembangunan drainase Gambar 5.8 Lokasi Pembangunan Drainase Dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) V-22

58 2. Jembatan dan Talud Untuk jembatan dilakukan pelebaran untuk memudahkan akses keluar masuk desa. Pelebaran dilakukan sekitar 1 meter. Untuk talud, dibuat dari jembatan sampai batas desa. Untuk tahap pertama di buat sampai balai desa, dengan panjang sekitar 150 m. Gambar 5.10 Lokasi Pelebaran Jembatan, Pembangunan talud sungai & shelter PKL Gambar 5.9 Ilustrasi Jembatan Dan Talud Perencanaan lokus ini terkait dengan pembangunan talud sungai Meduri dan adanya permasalahan kemacetan akibat sempitnya badan jalan dan banyaknya PKL yg menempati badan jalan. Kondisi jalan yang rusak berat dan menjadi berlumpur ketika hujan ditambah lagi lokasi berdekatan dengan sekolah menyebabkan jalan tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya terutama pada jam istirahat sekolah. Gambar 5.11 Ilustrasi shelter PKL Penataan PKL dengan dibuatkan shelter diharapkan dapat mengembalikan fungsi jalan sebagaimana mestinya. Adanya shelter PKL tentu saja menimbulkan masalah baru yaitu masalah parkir. Lebar jalan yang hanya 3 meter tentu akan habis jika dipakai sebagian untuk parkir kendaraan. Untuk menanggulangi kemacetan akibat parkir kendaraan (terutama roda dua) dalam penataannya shelter PKL juga akan menempatkan zona (kantong parkir). Sebagai contoh bisa menggunakan rasio 2:1; dua modul (los) dan satu modul (los) untuk parkir. Parkir ini selain menampung parkir pembeli/konsumen dapat juga menampung kendaraan penjual PKL itu sendiri. Taman direncanakan menempati area-area yang tidak dapat digunakan sebagai shelter terkait dengan kebutuhan luasan ruang sebagai shelter. Dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) V-23

59 Gambar 5.12 Ilustrasi Kantong Parkir Gambar 5.13 Ilustrasi Jalan Desa Gambar 5.14 Gambar rencana ruas jalan yang akan diaspal 3. Aspal dan Paving Perbaikan jalan ada di 8 titik dengan rincian,jalan aspal 5 titik dan 3 titik perbaikan paving. Pembuatan jalan aspal ada 8 lokasi dg rincian jalan aspal baru 2 titik dan jalan paving ada 6 titik Dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) V-24

60 Gambar 5.15 Ilustrasi Jalan paving 4. Taman Bermain (Public Space) Taman bermain masing-masing RW wajib ada, untuk khusus area hotspot (internet) ada di area pendidikan (jadi satu dengan taman RW II). Taman ada yang jadi satu dengan area untuk Pedagang Kaki Lima yang terletak dekat dengan MI dan rencana pembangunan talud (lihat gambar 5.9). Gambar 5,17 Ilustrasi Taman Bermain Gambar 5.16 Gambar rencana paving 5. Air Bersih/Pamsimas Pelayanan air bersih PAMSIMAS yang ada saat ini hanya berada di RT 6 dengan volume sekitar 22 meter kubik. Wilayah pelayanannya meliputi sebagian RT 3, 5,7, 9, 10, 11, 13 dan 15. Untuk mencukupi kebutuhan air bersih yang belum terlayani PAMSIMAS yang sudah ada maka perlu ditambah PAMSIMAS lagi. Penambahan jumlah PAMSIMAS baru yang direncanakan adalah 3, yaitu di Dusun cokrah, Sringgit dan Mijen. Dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) V-25

61 Gambar 5,18 Lokasi Air Bersih 6. Taman Baca Untuk taman baca dibuat bangunan sederhana di 2 lokasi, yaitu di lahan bapak Ulinuha dan bapak H Khudlori. Gambar 5,12 Lokasi Taman Baca Gambar 5,19 Ilustrasi menara PAMSIMAS Dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) V-26

62 Gambar 5,13 Ilustrasi Taman Baca Gambar 5,15 Rencana jalur penerangan 7. Penerangan Jalan Kondisi penerangan jalan di desa Samborejo secara umum sangat kurang. Oleh karena itu penerangan jalan perlu direncanakan di hamper semua ruas jalan desa Samborejo.. Penerangan jalan untuk semua jalan utama di Samborejo direncanakan dengan jarak pemasangan antar tiang lebih kurang 20 meter. Lampu dan tiang lampu yang terletak di ruas jalan utama menggunakan lampu yang memiliki nilai estetika/seni. Untuk yang tidak berada di jalan utama atau yang berada di jalan paving bisa menggunakan tiang lampu biasa atau polos tanpa hiasan. Gambar 5,14 Ilustrasi Penerangan Jalan Dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Penetapan Kawasan Prioritas sebagai basis penyusunan Rencana Tindak Penataan Lingkungan Kawasan Prioritas Penetapan kawasan prioritas sesuai dengan petunjuk dari PLPBK, yaitu mencari kawasan dengan 3 (tiga) kriteria, yaitu, padat, kumuh, dan miskin. Persoalan kepadatan menjadi ciri khas kawasan perkotaan, demikian halnya di Samborejo. Untuk kriteria kumuh, ada di beberapa lokasi dengan kondisi yang memprihatinkan. Kemiskinan menjadi petunjuk terakhir dalam penetapan kawasan prioritas. Dari hasil PS (pemetaan swadaya) sudah ditetapkan kawasan prioritas berada di wilayah dusun Sringgit/RW I. Lokasi kawasan prioritas penyusunan dokumen Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) berbasis komunitas Desa Samborejo Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan terletak di Dusun Sringgit. Kawasan Prioritas tersebut secara administratif berada di RW I meliputi RT.1, RT. 2 dan RT. 3.Kawasan ini merupakan V-27

63 kawasan kumuh, sebagian besar kondisi saluran/drainase sudah sangat memprihatinkan. Sanitasi untuk saluran pembungan air limbah (mandi-cuci) tidak terkoneksi langsung dengan saluran yang ada, menjadikan kawasan Sringgit kumuh dan berpotensi menimbulkan penyakit bagi warga sekitar. Secara sosial ekonomi warga yang menempati kawasan Sringgit adalah warga dengan penghasilan menengah ke bawah. Secara umum permasalahan yang ada di kawasan prioritas yang dapat diidentifikasi antara lain adalah sebagai berikut: Terkait dengan infrastruktur, sosial dan lingkungan hidup : 1. Genangan Air 2. Jalan aspal rusak berat 3. Paving banyak yang rusak dan amblas 4. Plang Desa/Identitas desa belum ada 5. Sampah warga yang belum dikelola dengan baik 6. Kondisi air tidak layak minum 7. Jalan gelap karena tidak ada penerangan 8. SPAL Rumah tangga belum ada 9. Tidak ada taman warga/ruang terbuka hijau Terkait dengan kelembagaan/pemerintahan 1. Komunitas kegiatan keagamaan berjalan dengan baik 2. Kelompok lain yang konsen dibidang kepemudaan, sosial belum ada 3. Minimnya peran serta warga terlibat dalam kelembagaan yang ada di tingkat Desa Melihat permasalahan yang ada di Samborejo secara umum pendekatan perencanaan yang akan dilakukan mengarah pada perbaikan dan pembangunan infrastruktur desa dan fasilitas desa yaitu : 1. Drainase 2. Pengaspalan Jalan 3. Pavingisasi dan Perbaikan 4. Pengelolaan Sampah 5. Pengadaan air bersih 6. Pembuatan kebun keluarga 7. Pembuatan gerbang desa Terkait dengan pengembangan ekonomi 1. Pelaku UMKM belum bisa mengelola keuangan dengan baik 2. Tidak adanya Kelompok Usaha Bersama 3. Akses modal masih minim 4. Kegiatan pemasaran terpaku dipasar lokal Terkait dengan pengembangan sosial budaya 1. Kegiatan rapat RT tidak berjalan teratur 2. Kerja bakti membersihkan lingkungan belum ada Terkait dengan peningkatan kesehatan 1. Akses informasi terkait kesehatan masih terbatas 2. Belum ada pemahaman bahwa kesehatan juga dipengaruhi oleh kepedulian terhadap lingkungan 3. Sosialisasi pola hidup sehat masih kurang Dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) V-28

64 Gambar 5,13 Posisi dusun Sringgit terhadap desa Samborejo Gambar 5,14 Peta Kawasan Prioritas DUSUN SRINGGIT SEBAGAI KAWASAN PRIORITAS Dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) V-29

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Daerah telah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH KEPUTUSAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 050.6/261.1 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH KEPUTUSAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 050.6/261.1 TAHUN 2015 TENTANG PROVINSI JAWA TENGAH KEPUTUSAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 050.6/261.1 TAHUN 2015 TENTANG PENGESAHAN RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BUPATI PEKALONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi kebijakan pelaksanaan pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral dalam pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif, Desa Tangkil Kulon merupakan salah satu desa di

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif, Desa Tangkil Kulon merupakan salah satu desa di BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Fisik Secara administratif, Desa Tangkil Kulon merupakan salah satu desa di Kecamatan Kedungwuni, yang terletak di sebelah utara Kecamatan Kedungwuni

Lebih terperinci

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang MPS Kabupaten Bantaeng 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi di Indonesia memang tertinggal cukup jauh dari negara-negara tetangga, apalagi dibandingkan dengan Malaysia atau Singapura yang memiliki komitmen

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016 Created on 10/3/2016 at 9:8:38 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan

Lebih terperinci

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2011-2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN II CONTOH PETA RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 2 LAMPIRAN III CONTOH PETA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN L

Lebih terperinci

PERENCANAAN PARTISIPATIF DALAM PLPBK

PERENCANAAN PARTISIPATIF DALAM PLPBK PERENCANAAN PARTISIPATIF DALAM PLPBK APA PERENCANAAN PARTISIPATIF? Proses perumusan dan penyepakatan produk perencanaan dengan melibatkan partisipasi aktif warga dan Pemda Proses penyelarasan perencanaan

Lebih terperinci

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi Ketentuan Umum 2.1. Istilah dan Definisi Penyusunan RDTR menggunakan istilah dan definisi yang spesifik digunakan di dalam rencana tata ruang. Berikut adalah daftar istilah dan definisinya: 1) Ruang adalah

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2011-2031 I. UMUM Proses pertumbuhan dan perkembangan wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DESA DONOROJO

GAMBARAN UMUM DESA DONOROJO GAMBARAN UMUM DESA DONOROJO KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Desa Donorojo terletak di dataran rendah yang memiliki luas wilayah ± 232.900 Ha dengan ketinggian 3 m diatas permukaan laut dan beriklim

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

ATURAN BERSAMA (AB) BKM KAHANJAK TENTANG PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLP-BK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ATURAN BERSAMA (AB) BKM KAHANJAK TENTANG PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLP-BK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ATURAN BERSAMA (AB) BKM KAHANJAK TENTANG PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLP-BK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA TIPP PLP-BK DAN WARGA MASYARAKAT KELURAHAN KAMELOH BARU Menimbang :

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya

Lebih terperinci

BAB. II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK

BAB. II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK BAB. II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK 2.1 KONDISI AWAL KAWASAN PRIORITAS 2.1.1 Delineasi KawasanPrioritas Masalah kemiskinan adalah masalah yang kompleks dan komprehensif, sehingga upaya penanggulangan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM 4.1. DKI Jakarta

KONDISI UMUM 4.1. DKI Jakarta 30 KONDISI UMUM 4.1. DKI Jakarta Kota Jakarta sebagai ibukota negara merupakan kota yang dinamis. Setiap waktu fisik kota tampak berubah oleh kegiatan pembangunan sarana dan prasarana kota seiring pertambahan

Lebih terperinci

Kata Pengantar. dan kesabaran, sehingga penyusunan laporan akhir tahun ini dapat selesai

Kata Pengantar. dan kesabaran, sehingga penyusunan laporan akhir tahun ini dapat selesai Page 0 Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan ke Tuhan yang telah memberikan kekuatan dan kesabaran, sehingga penyusunan laporan akhir tahun ini dapat selesai sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK

BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK 2.1 KONDISI AWAL KAWASAN PRIORITAS 2.1.1 Delineasi Kawasan Prioritas Berdasarkan 4 (empat) indikator yang telah ditetapkan selanjutnya dilakukan kembali rembug

Lebih terperinci

MEWUJUDKAN PENGEMBANGAN DESA YANG BERKELANJUTAN MELALAUI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN YANG BERKELANJUTAN (P2KPB)

MEWUJUDKAN PENGEMBANGAN DESA YANG BERKELANJUTAN MELALAUI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN YANG BERKELANJUTAN (P2KPB) MEWUJUDKAN PENGEMBANGAN DESA YANG BERKELANJUTAN MELALAUI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN YANG BERKELANJUTAN (P2KPB) Disampaikan Oleh: Bupati Agam Indra Catri Disampaikan pada acara Dialog Nasional

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA BANJARMASIN 2013-2032 APA ITU RTRW...? Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan Pola Ruang Wilayah Kota DEFINISI : Ruang : wadah yg meliputi

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA

RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA Gambaran Umum Wilayah Luas wilayah Kota Yogyakarta: 3.250 Ha (32,5 Km 2 ) Kota Yogyakarta memiliki 14 Kecamatan, 45 Kelurahan, 614 Rukun Warga (RW), dan 2.524 Rukun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penduduk dapat ditampung dalam ruang-ruang sarana sosial dan ekonomi, tetapi tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh pelayanan infrastruktur yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen Memorandum Program Sanitasi ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup serta kondisi lingkungan yang dapat memberikan

Lebih terperinci

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF Nama Alamat : Ronggo Tunjung Anggoro, S.Pd : Gendaran Rt 001 Rw 008 Wonoharjo Wonogiri Wonogiri

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang 1. Keadaan Fisik a. Letak 62 Kelurahan Proyonangan Utara merupakan kelurahan salah satu desa pesisir di Kabupaten Batang Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 2032merupakan suatu rencana yang disusun sebagai arahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Banyuasin untuk periode jangka panjang 20

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2013-2018 1.1. Latar Belakang Lahirnya Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1490, 2014 KEMENPERA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Daerah. Pembangunan. Pengembangan. Rencana. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui

Kata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui Kata Pengantar Kabupaten Bantul telah mempunyai produk Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul yang mengacu pada Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007. Produk Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PLPBK RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS KELURAHAN BASIRIH BANJARMASIN BARAT

PLPBK RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS KELURAHAN BASIRIH BANJARMASIN BARAT BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS 3.1. ekonominya. RT. 37 ini merupakan salah satu kantong "PAKUMIS" (Padat, Kumuh, Miskin) dari seluruh kawasan Kelurahan Basirih yakni pada RT. 37 ini pula yang

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan, adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Hasil identifikasi kerentanan

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN 2012, No.205 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN, PANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi dilapangan serta analisis yang dilaksanakan pada bab terdahulu, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk merumuskan konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Penyebab utama buruknya kondisi sanitasi karena lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi : tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai kebutuhan, dan tidak berkelanjutan,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PROFIL DESA CIHIDEUNG ILIR. Kondisi Geografis. Struktur Kependudukan. ]. k

PROFIL DESA CIHIDEUNG ILIR. Kondisi Geografis. Struktur Kependudukan. ]. k 13 PROFIL DESA CIHIDEUNG ILIR Profil Desa Cihideung Ilir memuat informasi mengenai desa yang dijadikan tempat penelitian. Adapun informasi yang tersaji dalam bab ini adalah mengenai kondisi geografis Desa

Lebih terperinci

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Latar Belakang Aspek Sanitasi adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui lokasi sesungguhnya dari Kelurahan Pandeyan. Hasil survei ini

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui lokasi sesungguhnya dari Kelurahan Pandeyan. Hasil survei ini BAB I PENDAHULUAN A. DESKRIPSI WILAYAH Hasil survei ini merupakan pengamatan langsung di lapangan untuk mengetahui lokasi sesungguhnya dari Kelurahan Pandeyan. Hasil survei ini juga diperoleh dengan mengacu

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA GEOGRAFIS KABUPATEN BANGKA PKL Sungailiat PKW PKNp PKWp PKW PKW Struktur Perekonomian Kabupaten Bangka tanpa Timah Tahun 2009-2013 Sektor 2009 (%)

Lebih terperinci

TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 10/PRT/M/2015 TANGGAL : 6 APRIL 2015 TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR BAB I TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA

Lebih terperinci

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN Bab 1 ENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memorandum Program Sanitasi (MPS) merupakan tahap ke 4 dari 6 (enam) tahapan program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Setelah penyelesaian dokumen

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 08 Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Tata Ruang Tujuan Sosialisasi Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik ik & Lingkungan,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh 39 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial,

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA...

BAB II KAJIAN PUSTAKA... DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Permasalahan... 4 1.3 Tujuan dan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH ( R P J P D ) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2005-2025 PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2010

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Naskah Akademis untuk kegiatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan dapat terselesaikan dengan baik

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 9 2011 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PERIZINAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI,

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN GUNUNG KIJANG 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1419 Katalog BPS : 1101001.2102.061 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : Naskah:

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kabupaten Kampar 4.1.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang Selatan, 100º 23' - 101º40' Bujur Timur.

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL DAFTAR ISI DAFTAR ISI ii DAFTAR LAMPIRAN I iv DAFTAR LAMPIRAN

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN Rancangan Sekolah Luar Biasa tipe C yang direncanakan berlokasi di Kabupaten Klaten. Perencanaan suatu pembangunan haruslah mengkaji dari berbagai aspek-aspek

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMANFAATAN LAHAN UNTUK PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dinamika perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan untuk mengetahui lokasi dari Dusun Klegung, Desa Ngoro-oro, baik

BAB I PENDAHULUAN. lapangan untuk mengetahui lokasi dari Dusun Klegung, Desa Ngoro-oro, baik BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Wilayah Berdasarkan hasil survey dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan untuk mengetahui lokasi dari Dusun Klegung, Desa Ngoro-oro, baik melalui wawancara, curah

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Daerah. Hal ini tertuang dalam pasal 6 ayat (1) dan (2) yang. berbunyi:.daerah dapat dihapus dan digabung dengan daerah lain, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Daerah. Hal ini tertuang dalam pasal 6 ayat (1) dan (2) yang. berbunyi:.daerah dapat dihapus dan digabung dengan daerah lain, dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak kebijakan otonomi daerah di Indonesia dicanangkan banyak daerahdaerah yang cenderung untuk melaksanakan pemekaran wilayah. Peluang secara normatif untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik 47 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Profil Kabupaten Pringsewu 1. Sejarah Singkat Kabupaten Pringsewu Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu Daerah Otonom Baru (DOB) di Provinsi Lampung yang

Lebih terperinci

Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana. APBD Prov. APBD Kab.

Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana. APBD Prov. APBD Kab. LAMPIRAN IV PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOALEMO NOMOR : 3 TAHUN 2012 TANGGAL : 11 SEPTEMBER 2012 TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BOALEMO TAHUN 2011-2031 I. RENCANA STRUKTUR RUANG No Rencana

Lebih terperinci

KELURAHAN SELINDUNG BARU

KELURAHAN SELINDUNG BARU Tabel II.21 Ruang Terbuka Hijau Kelurahan Selindung Baru N0. JENIS RTH LOKASI LUAS (M 2 ) 1. Pekarangan SMP 7 RT.01 10.000,0 2. Pekarangan Kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan RT.01 4.771,0 3. Kuburan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, yang terletak di dataran pantai Utara Jawa. Secara topografi mempunyai keunikan yaitu bagian Selatan berupa pegunungan

Lebih terperinci

PROFIL SANITASI SAAT INI

PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG A. Letak Geografis Wilayah Kecamatan Srumbung terletak di di seputaran kaki gunung Merapi tepatnya di bagian timur wilayah Kabupaten Magelang. Kecamatan Srumbung memiliki

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERUMAHAN

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG Bab 1 Sektor sanitasi merupakan sektor yang termasuk tertinggal jika dibandingkan dengan sektor lain. Berdasarkan data yang dirilis oleh UNDP dan Asia Pacific MDGs Report 2010, disampaikan

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI KUDUS, Menimbang :

Lebih terperinci

DAFTAR ISI TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR SUBSTANSI DALAM PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 1. 2.

DAFTAR ISI TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR SUBSTANSI DALAM PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 1. 2. DAFTAR ISI Halaman: Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar LAMPIRAN I LAMPIRAN II LAMPIRAN III LAMPIRAN IV...... TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 1. Umum 2. Lampiran 1a: Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci