BAB II TINJAUAN PUSTAKA. shareholder, namun juga stakeholder. Stakeholder merupakan individu,
|
|
- Sugiarto Tanuwidjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Stakeholder Theory Teori pertama yang mendasari penelitian ini adalah stakeholder theory. Dalam pandangan teori ini, perusahaan bukan hanya sekedar memiliki shareholder, namun juga stakeholder. Stakeholder merupakan individu, sekelompok manusia, komunitas, atau masyarakat baik secara keseluruhan maupun secara parsial yang memiliki hubungan serta kepentingan terhadap perusahaan. Individu, kelompok, maupun komunitas/masyarakat dikatakan sebagai stakeholder apabila memiliki 3 karakteristik, yaitu kekuasaan, legitimasi, dan kepentingan terhadap perusahaan. Riahi-Belkaoui (2003) mengatakan bahwa kelompok-kelompok stake tersebut meliputi pemegang saham, karyawan, pelanggan, pemasok, kreditor, pemerintah, dan masyarakat. Kelompok stakeholder inilah yang menjadi pertimbangan utama bagi perusahaan dalam megungkapkan dan atau tidak mengungkapkan suatu informasi dalam laporan keuangan (Ulum, 2008). Berdasarkan teori stakeholder, manajemen organisasi diharapkan untuk melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh stakeholder mereka dan melaporkan kembali aktivitas-aktivitas tersebut pada stakeholder. Teori ini menyatakan bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk disediakan informasi tentang bagaimana aktivitas organisasi mempengaruhi mereka,
2 bahkan ketika mereka memilih untuk tidak menggunakan informasi tersebut dan bahkan ketika mereka tidak dapat secara langsung memainkan peran yang konstruktif dalam kelangsungan hidup organisasi (Deegan, 2004). Deegan (2004) lebih lanjut menyatakan bahwa teori stakeholder menekankan akuntabilitas organisasi jauh melebihi kinerja keuangan atau ekonomi sederhana. Teori ini menyatakan bahwa organisasi akan memilih secara sukarela mengungkapkan informasi tentang kinerja lingkungan, sosial, dan intelektual mereka, melebihi dan di atas permintaan wajibnya, untuk memenuhi ekspektasi sesungguhnya atau yang diakui oleh stakeholder. Tujuan utama dari teori stakeholder adalah untuk membantu manajer korporasi mengerti lingkungan stakeholder mereka dan melakukan pangelolaan dengan lebih efektif di antara keberadaan hubungan-hubungan di lingkungan perusahaan mereka. Namun demikian, tujuan yang lebih luas dari teori stakeholder adalah untuk menolong manajer korporasi dalam meningkatkan nilai dari dampak aktivitas-aktivitas mereka, dan meminimalkan kerugian-kerugian bagi stakeholder. Pada kenyataannya, inti keseluruhan teori stakeholder terletak pada apa yang akan terjadi ketika korporasi dan stakeholder mejalankan hubungan mereka. Menurut Guthrie et al. (2006), laporan keuangan merupakan cara yang paling efisien bagi organisasi untuk berkomunikasi dengan kelompok stakeholder yang dianggap memiliki ketertarikan dalam pengendalian aspekaspek strategis tertentu dalam organisasi. Content analysis atas pengungkapan
3 Intellectual Capital dapat digunakan untuk menentukan apakah komunikasi tersebutbenar-benar terjadi. Terdapat dua jenis informasi yang disediakan oleh perusahaan dalam laporan tahunan, yaitu informasi yang bersifat wajib (mandatory) dan informasi yang bersifat sukarela (voluntary). Informasi yang bersifat wajib lebih mengungkapkan informasi mengenai keuangan perusahaan, sedangkan informasi yang bersifat sukarela mengungkapkan informasi non-keuangan perusahaan. Salah satu informasi yang bersifat sukarela adalah informasi mengenai Intellectual Capital. Informasi tersebut mengungkapkan adanya suatu value added yang dimiliki oleh perusahaan akibat adanya pengelolaan dari Intellectual Capital itu sendiri. Dengan adanya pengungkapan mengenai informasi Intellectual Capital tersebut, diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan stakeholder dan dapat mengurangi tingkat resiko dan ketidakpastian yang dihadapi oleh investor. Bidang manajerial dari Stakeholder Theory berpendapat bahwa kekuatan stakeholder untuk memengaruhi manajemen korporasi harus dipandang sebagai fungsi dari tingkat pengendalian stakeholder atas sumber daya yang dibutuhkan organisasi. Ketika para stakeholder berupaya untuk mengendalikan sumber daya organisasi, maka orientasinya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Kesejahteraan tersebut diwujudkan dengan semakin tingginya return yang dihasilkan oleh organisasi.
4 Selain itu, para stakeholder berkepentingan untuk memengaruhi manajemen dalam proses pemanfaatan seluruh potensi yang dimiliki oleh organisasi. Sebab hanya dengan pengelolaan yang baik dan maksimal atas seluruh potensi inilah organisasi akan dapat menciptakan value added untuk kemudian mendorong kinerja keuangan perusahaan yang merupakan orientasi para stakeholder dalam mengintervensi manajemen Resource Based Theory Selama akhir tahun 1960-an, para manajer, ilmuwan keperilakuan, analis keuangan, dan akuntan menjadi semakin tertarik terhadap gagasan akuntansi bagi manusia sebagai sumber daya organisasional. Pada awalnya, gagasan tersebut adalah untuk memasukkan manusia ke dalam neraca karena diakui bahwa manusia adalah sumber daya yang berharga dan laporan keuangan perusahaan tidaklah lengkap jika laporan tersebut tidak mencerminkan status dari aktiva manusia. Daft (1983) mendefinisikan sumber daya perusahaan sebagai semua aset, kemampuan, proses organisasional, informasi dan pengetahuan yang dikendalikan oleh perusahaan yang menyebabkan perusahaan mampu untuk mengimplementasikan berbagai strategi untuk mengingkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan. Resource based theory dikembangkan untuk memahami bagaimana perusahaan mencapai keunggulan kompetitif. Resource based theory dipelopori oleh Penrose (1959) yang mengemukakan bahwa sumber daya perusahaan bersifat heterogen, tidak homogen, dan jasa
5 produktif yang berasal dari sumber daya perusahaan yang memberikan karakter unik bagi tiap-tiap perusahaan. Dalam Resource based theory, sumber daya dapat secara umum didefinisikan untuk memasukkan aset, proses organisasi, atribut perusahaan, informasi, atau pengetahuan yang dikendalikan oleh perusahaan yang dapat digunakan untuk memahami dan menerapkan strategi mereka. Sumber daya perusahaan yang sukar untuk dimiliki atau yang membutuhkan proses yang rumit untuk mendapatkannya dapat menjadi keunikan perusahaan tersebut. Dan untuk mengembangkan keunggulan kompetitif, perusahaan harus memiliki sumber daya dan kemampuan yang superior dan melebihi para pesaingnya. Resource based theory berfokus pada sumber daya dan pengelolaannya dalam organisasi yang akhirnya mengarahkan pada penciptaan nilai dan disiplin manajemen strategis (Peppard dan Rylander, 2001). Keunggulan kompetitif dan business performance yang baik berhubungan dengan bagaimana perusahaan mendapatkan, mengelola, dan menggunakan aset-aset yang bersifat strategis, baik yang berwujud maupun tidak berwujud, yang berperan vital dalam mengembangkan keunggulan kompetitif perusahaan dan mencapai kinerja finansial yang baik. Untuk mencapai keunggulan kompetitif serta berkelanjutan, sumber daya harus memenuhi kriteria VRIN yang dikembangkan oleh Jay Barney (1991) yaitu :
6 1. Valuable (V): Sumber daya akan menjadi berharga jika dapat memberikan nilai strategis pada perusahaan. Sumber daya memberikan nilai jika sumber daya tersebut membantu perusahaan dalam mengeksploitasi peluang pasar atau membantu mengurangi ancaman pasar. Tidak ada keuntungan memiliki sumber daya juka sumber daya tersebut tidak menambah atau menaikkan nilai perusahaan. 2. Rare (R): Sumber daya harus sulit ditemukan diantara para pesaing maupun pesaing potensial. Oleh karena itu sumber daya harus langka atau unik agar memberikan keunggulan kompetitif. Sumber daya yang dimiliki oleh beberapa perusahaan di pasar tidak dapat memberikan keunggulan kompetitif, karena mereka tidak dapat mendesain dan melaksanakan strategi bisnis yang unik dibandingkan dengan kompetitor yang lain. 3. Imperfect Imitability (I): Imperfect Imitability dapat berarti tidak dimungkinkannya untuk memperbanyak atau membuat imitasi sumber daya tersebut. Hambatan-hambatannya dapat bermacam-macam, seperti kesulitan mengakuisisi sumber daya tersebut, hubungan yang tidak jelas antara kemampuan dengan keunggulan konpetitif, dan kompleksitas sumber dayanya. Sumber daya dapat menjadi sumber keunggulan kompetitif yang berlanjut jika perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki sumber daya ini dapat memiliki sumber daya tersebut. 4. Non-Substitution (N): Non-Substitution berarti bahwa sumber daya tidak dapat disubstitusikan oleh sumber daya alternatif lainnya. Disini, para pesaing
7 tidak dapat mencapai kinerja yang sama dengan menggantikan sumber daya dengan sumber daya alternatif lainnya. Intellectual Capital merupakan salah satu sumber daya yang dimiliki perusahaan. Intellectual Capital terbagi tiga bagian, yaitu human capital, structural capital, dan customer capital (Stewart, 1997). Menurut Resource based theory, Intellectual Capital memenuhi kriteria-kriteria sebagai sumber daya unik yang mampu menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan. Oleh karena itu Intellectual Capital digunakan untuk menyusun dan menerapkan strategi perusahaan sehingga dapat meningkatkan business performance Knowledge Based Theory Pandangan berbasis pengetahuan perusahaan (Knowledge based theory) adalah eksistensi baru dari pandangan berbasis sumber daya perusahaan (Resource based Theory). Resource based theory menjelaskan adanya dua pandangan mengenai perangkat penyusunan strategi perusahaan. Yang pertama yaitu pandangan yang berorientasi pada pasar (market-based), dan yang kedua adalah pandangan yang berorientasi pada sumber daya (resource-based). Pengembangan dari kedua perangkat tersebut menghasilkan pandangan baru, yaitu pandangan yang berorientasi pada pengetahuan (knowledge-based). Knowledge based theory merupakan pandangan yang berbasis sumber daya manusia tetapi menekankan pada pentingnya pengetahuan perusahaan. Teori ini memberikan dukungan yang kuat pada pengakuan Intellectual Capital sebagai salah satu aset perusahaan.
8 Knowledge based theory menganggap pengetahuan sebagai sumber daya yang sangat penting bagi perusahaan, karena pengetahuan merupakan aset yang apabila dikelola dengan baik akan meningkatkan kinerja perusahaan. Apabila kinerja perusahaan meningkat, otomatis nilai perusahaan akan ikut meningkat pula Intellectual Capital Definisi Intellectual Capital Istilah Intellectual Capital pertama kali dikemukakan oleh John Kenneth Galbraith yang menuliskan surat yang ditujukan kepada teman sejawatnya, Michal Kalecki pada tahun Dalam tulisannya, Galbraith mengemukakan berikut ini : I wonder if you realize how much those of us the world around have owed to the Intellectual Capital you have provided over these last decades (Bontis, 2000). Definisi Intellectual Capital yang ditemukan dalam beberapa literatur cukup kompleks dan beragam. Istilah Intellectual Capital diperkenalkan oleh Thomas A. Stewart dengan tulisannya yang diterbitkan pada Juni 1991 berjudul Brain Power How Intellectual Capital is Becoming America s Most Valuable Asset, yang mengantarkan Intelletual Capital kepada agenda manajemen. Stewart mendefinisikan Intellectual Capital sebagai bahan baku intelektual seperti pengetahuan, informasi, properti intelektual, dan pengalaman yang bersama-sama digunakan untuk menciptakan kesejahteraan dalam perusahaan.
9 Brooking (1996) menawarkan definisi yang lebih komprehensif dengan menyatakan bahwa Intellectual Capital adalah istilah yang diberikan untuk mengkombinasikan intangible asset dari pasar, properti intelektual, infrasruktur dan pusat manusia yang menjadikan suatu perusahaan menjadi berfungsi. Roos et al. (1997) menyatakan bahwa IC includes all the processes and the assets which are not normally shown on the balance-sheet and all the intangible assets (trademark, patent, and brands) which modern accounting methods consider Sedangkan Bontis (1998) mengakui bahwa IC bersifat eksklusif, tetapi sekali ditemukan dan dieksploitasi akan memberikan organisasi basis sumber baru untuk berkompetisi dan menang (Ulum, 2009). Lebih lanjut, Edvinsson dan Malone (1997) mengidentifikasikan Intellectual Capital sebagai nilai yang tersembunyi (hidden value) dari bisnis. Mereka menyebutkan bahwa IC adalah suatu jenis kontrol atas pengetahuan, pengalaman yang bersifat empiris, teknik organisasi, hubungan dengan pelanggan, dan keahlian pfrofesional. Hingga saat ini belum ada definisi Intellectual Capital secara pasti. Namun, secara garis besar, Intellectual Capital dapat diartikan sebagai aset yang tidak berwujud dan merupakan sumber daya berisi pengetahuan, yang dapat mempengaruhi kinerja suatu perusahaan baik dalam pembuatan keputusan saat ini maupun manfaat masa depan, Perbandingan konsep Intellectual Capital menurut beberapa peneliti dapat dilihat pada tabel 2.1.
10 Tabel 2.1 Perbandingan Konsep Intellectual Capital Menurut Beberapa Peneliti Brooking (UK) Roos (UK) Stewart (USA) Bontis (Kanada) Human-centered assets Human Capital Competence, Human Capital Employees are an Human Capital The individu level Skills, abilities and attitude, and organization s knowledge that expertise, intellectual agility most important each employee Problem solving asset possesses abilities and leadership styles Infrastructure assets Structural capital Structural capital All the Knowledge Non-human assets technologies, process and methodologies that enable company to function Intellectual property Know-how, trademarks patents and Market assets Brands, customers, customer loyalty and distribution channels Organisational capital All organizational, innovation, processes, intellectual property, and cultural assets Renewal and development capital New patents and training efforts Relational capital Relationship which include internal and external stakeholders Sumber: Bontis et al. (2000) dalam Ulum (2009) embedded information technology in Structural capital All patents, plans and trademarks Customer Capital Market information used to capture and retain customers or organizational capabilities used to meet market requirements Intellectual property Unlike, IC, IP is a protected asset and has a legal definition Relational capital Customer capital is only one feature of the knowledge embedded in organizational relationships Selama ini, terdapat ketidakjelasan dalam membedakan antara Intellectual Capital, intangible assets, dan kekayaan intelektual
11 (intellectual property). Intangible assets telah dirujuk sebagai goodwill (ASB, 1997; IASB, 2004), dan Intellectual Capital adalah bagian dari goodwill. Kekayaan intelektual dapat didefinisikan sebagai aset tidak berwujud, seperti hak paten, merek dagang dan hak cipta, yang dapat dimasukkan dalam laporan keuangan tradisional. Dewasa ini, sejumlah skema telah berusaha mengidentifikasi perbedaan tersebut dengan secara spesifik memisahkan Intellectual Capital ke dalam kategori External (customer related) capital, internal (structural) capital, dan human capital (Brennan dan Connell, 2000; Edvinsson dan Malone, 1997).Mengukur kekayaan intelektual adalah penting karena sebuah organisasi mengetahui apa yang dimiliki tetapi tidak mengetahui proses yang diperlukan untuk mencapainya. Intellectual Capital dapat dikatakan sebagai hasil dari proses transformasi ilmu pengetahuan atau ilmu pengetahuan yang bertransformasi menjadi kekayaan intelektual (Ting dan Lean, 2009). Banyak praktisi yang menyatakan bahwa Intellectual Capital terdiri dari tiga elemen utama (Stewart 1998; Sveiby 1997; Bontis 2000) yaitu : 1. Human Capital Human capital merupakan kombinasi dari pengetahuan, keahlian (skill), kemampuan melakukan inovasi, dan kemampuan menyelesaikan tugas, meliputi nilai perusahaan, kultur dan filsafatnya (Bontis, 2000). Human capital berhubungan dengan keahlian, bakat dan
12 sikap karyawan yang dilaporkan secara luas. Chen et al. (2005) lebih jauh menyatakan bahwa Human capital berhubungan dengan pengetahuan dan keahlian yang ada dalam pikiran karyawan, dan apabila perusahaan tidak dapat memanfaatkan karyawan tersebut, pengetahuan dan keahlian karyawan tersebut akan terbuang sia-sia dan tidak dapat diterjemahkan menjadi suatu nilai bagi perusahaan. Sawarjuwono dan Kadir (2003) menyatakan bahwa human capital adalah lifeblood dalam modal intelektual. human capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut. Human capital akan meningkat jika perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya. Brinker (dalam Sawarjuwono dan Kadir, 2003) memberikan beberapa karakteristik dasar yang dapat diukur dalam modal ini, yaitu training programmes, credential, experience, competence, recruitment, mentoring, learning progamme, individual potential, and personality. Stewart (1997) mengartikan human capital sebagai manusia itu sendiri yang secara personal dipinjamkan kepada perusahaan dengan kapabilitas individunya, komitmen, pengetahuan, dan pengalaman pribadi. Walaupun tidak semata-mata dilihat dari individual tapi juga sebagai tim kerja yang memiliki hubungan pribadi baik di dalam maupun luar perusahaan.
13 Human capital penting karena merupakan sumber inovasi dan pembaharuan strategi yang dapat diperoleh dari brainstorming melalui riset laboratorium, impian manajemen, process reengineering, dan perbaikan atau pengembangan keterampilan pekerja. Selain itu, Human capital memberikan nilai tambah dalam perusahaan setiap hari, melalui motivasi, komitmen, kompetensi serta efektivitas kerja tim. Nilai tambah yang dapat diatribusikan oleh pegawai berupa pengembangan kompetensi yang dimiliki oleh perusahaan, pemindahan pengetahuan dari pegawai ke perusahaan serta perubahan budaya manajemen (Mayo, 2000). 2. Structural Capital Structural capital merupakan sarana dan trasarana yang mendukung karyawan untuk menciptakan kinerja yang optimum, meliputi struktur organisasi, paten, dan trade mark (Hartono, 2001). Wang dan Chan (2008) mendeskripsikan bahwa structural capital memiliki hubungan dengan sistem dan struktur perusahaan yang dapat membantu karyawan untuk mecapai kinerja intelektual maksimal mereka, sehingga kinerja perusahaan secara keseluruhan dapat meningkat. Structural capital dapat diklasifikasikan menjadi budaya perusahaan, struktur organisasi, pembelajaran organisasi, proses operasional perusahaan dan sistem informasi. Structural capital merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan
14 strukturnya, yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan. Seorang individu dapat memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, tetapi jika organisasi memiliki sistem dan prosedur yang buruk, maka Intellectual Capital tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal (Sawarjuwono dan Kadir, 2003). Strucutural capital dalam suatu perusahaan terdiri atas empat elemen, yaitu : 1. System, merupakan cara dimana proses organisasi (informasi, komunikasi, dan pembuatan keputusan) dan output (product, service, dan capital proceed) dijalankan. 2. Structure, merupakan penyusunan tanggung jawab dan penghitungan yang mengidentifikasikan posisi dan hubungan di antara anggota-anggota organisasi. 3. Strategy, merupakan tujuan-tujuan organisasi dan cara untuk mencapatnya. 4. Culture, merupakan penjumlahan opini-opini individual, pemikiran bersama, nilai-nilai dan norma dalam organisasi. 3. Customer Capital Customer capital mencerminkan hubungan dengan pihak luar dari organisasi, seperti koneksi, loyalitas pelanggan, dan hubungan yang baik dengan supplier. Elemen ini merupakan komponen modal intelektual yang memberikan nilai secara nyata. Customer capital
15 merupakan hubungan yang harmonis/association network yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal dari para pemasok yang andal dan berkualitas, berasal dari pelanggan yang loyal dan merasa puas akan pelayanan perusahaan yang bersangkutan ataupun berasal dari hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun dengan masyarakat sekitar (Sawarjuwono dan Kadir, 2003). Customer capital dapat muncul dari berbagai bagian di luar lingkungan perusahaan yang dapat menambah nilai bagi perusahaan tersebut. Dengan melakukan pengelolaan Intellectual Capital, perusahaan akan memiliki keunggulan kompetitif. Selain itu, pengelolaan Intellectual Capital juga memberikan pendapat sebagai berikut : 1. Memberikan informasi mengenai kemampuan perusahaan dan bagaimana perusahaan tersebut mampu melakukan aktivitas dengan baik. 2. Memberikan informasi untuk bisa mengenali usaha-usaha manajemen dalam pengembangan kondisi pengetahuan yang dimiliki perusahaan. 3. Memberikan informasi mengenai pengembangan sumber pengetahuan yang dimiliki oleh perusahaan Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) Metode pengukuran Intellectual Capital dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori (Tan et al., 2007), yaitu : 1. Metode pengukutan non moneter
16 a. The Balance Scorecard, dikembangkan oleh Kaplan dan Norton (1992); b. Brooking s Technology Broker method (1996); c. The Skandia IC Report method oleh Edvinsson dan Malone (1997); d. The IC-Index dikembangkan oleh Roos et al. (1997); e. Intangible Asset Monitor approach oleh Sveiby (1997); f. The Heuristic Frame dikembangkan oleh Joia (2000); g. Vital Sign Scorecard dikembangkan oleh Vanderkaay (2000); dan h. The Ernst & Young Model oleh Barsky dan Marchant (2000). 2. Metode pengukuran moneter a. The EVA and MVA model (Bontis et al., 1999); b. The Market to Book Value model (beberapa penulis); c. Tobin s q method (Luthy, 1998); d. Pulic s VAIC model (1998, 2000); e. Calculated intangible value (Dzinkowski, 2000); dan f. The Knowledge Capital Earnings model (Lev dan Feng, 2001) Pulic (1998) menjelaskan bahwa value added adalah indikator yang paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai (value
17 creation).vaic merupakan metode pendekatan yang memiliki potensi aplikasi praktis dalam analisis data dari laporan keuangan suatu perusahaan. Model ini unik karena menggunakan data dari laporan keuangan konvensional. Firer dan Williams (2003) menjelaskan bahwa tidak seperti pendekatan lain untuk mengukur Intellectual Capital, yang telah dikritik karena tingkat subjektivitas terhubung dengan indikator dasar mereka, model ini menggunakan data dari sumber yang mudah diidentifikasi berasal dari informasi yang telah diaudit. Pulic mendesain model ini dengan tujuan untuk memberikan informasi mengenai efisiensi penciptaan nilai dari tangible asset dan intangible asset dalam suatu perusahaan. Pulic memikirkan aspek lain yang dianggap penting dalam penciptaan nilai yang belum terjawab metode lain. Metode VAIC digunakan untuk mengukur Intellectual Capital, dengan berawal dari kemampuan suatu perusahaan untuk dapat menciptakan value added (VA). Value added inilah yang menjadi kunci yang sangat objektif dalam penilaian kinerja bisnis suatu perusahaan. Selain itu, value added juga dapat membuktikan bahwa adanya kemampuan yang dimiliki perusahaan untuk menciptakan nilai. Value added dapat dihitung sebagai selisih antara output dengan input (Pulic, 1999). Output dalam VA mempresentasikan revenue dan mencakup seluruh produk dan jasa yang dijual ke pasar, sedangkan input
18 mencakup seluruh beban yang digunakan untuk memperoleh revenue (Tan et al., 2007). Hal penting dalam model VAIC ini adalah bahwa beban karyawan tidak termasuk dalam input. Karena peran aktifnya dalam proses value creation, intellectual potential (yang dipresentasikan dalam labour expenses) tidak dihitung sebagai biaya (cost) dan tidak masuk dalam komponen input (Pulic, 1999). Karena itu, aspek kunci dalam model Pulic adalah memperlakukan tenaga kerja sebagai entitas penciptaan nilai (value creating entity). Metode VAIC mengukur efisiensi tiga jenis input perusahaan yaitu modal manusia, modal struktural, serta modal fisik dan finansial yang terdiri dari : 1. Human Capital Efficiency (HCE) adalah indikator efisiensi nilai tambah modal manusia. HCE merupakan rasio dari value added (VA) terhadap Human Capital (HC). Hubungan ini mengindikasikan kemampuan modal manusia membuat nilai pada sebuah perusahaan. HCE dapat diartikan juga sebagai kemampuan perusahaan menghasilkan nilai tambah untuk setiap kontribusi rupiah yang dikeluarkan pada modal manusia. HCE menunjukkan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja (Ulum, 2008). 2. Structural Capital Efficiency (SCE) adalah indikator efisiensi nilai tambah modal struktural. SCE merupakan rasio Structural Capital (SC) terhadap VA. Rasio ini mengukur jumlah SC yang
19 dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai (Tan et al., 2007). 3. Capital Employed Efficiency (CEE) adalah indikator efisiensi nilai tambah modal yang digunakan. CEE merupakan rasio VA terhadap Capital Employed (CE). CEE menggambarkan berapa banyak nilai tambah perusahaan yang dihasilkan dari modal fisik yang digunakan. Menurut asumsi Pulic, jika satu unit CE dalam suatu perusahaan menghasilkan return yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan lain, maka perusahaan tersebut dapat dikatakan telah memanfaatkan CE sebagai bagian dari Intellectual Capital yang lebih baik. CEE menjadi indikator dari kemampuan intelektual perusahaan untuk lebih memanfaatkan modal fisik Kinerja Keuangan Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika (Prawirosentono, 1997). Kinerja perusahaan merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai tambah bagi kelangsungan perusahaan di masa depan. Kinerja perusahaan merupakan suatu tampilan keadaan perusahaan selama periode tertentu.
20 Untuk mengetahui kinerja yang dicapai maka dilakukan pengukuran kinerja. Ukuran kinerja yang umum digunakan adalah ukuran kinerja keuangan. Kinerja keuangan dapat diukur dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik yang memberikan suatu gambaran tentang posisi keuangan perusahaan. Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan digunakan rasio-rasio keuangan. Berbagai rasio dapat digunakan, tetapi dalam penelitian ini digunakan satu macam rasio keuangan yang mencerminkan efisiensi perusahaan terhadap total aktiva yang didefinisikan sebagai berikut : 1. Return on total asset (ROA) merefleksikan keuntungan bisnis dan efisiensi perusahaan dalam pemanfaatan total aset (Chen et al., 2005). Rasio ini mewakili rasio profitabilitas, yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aset yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi nilai ROA, semakin efisien perusahaan dalam menggunakan asetnya, baik aset fisik maupun aset non-fisik (Intellectual Capital) akan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan Efisiensi Efisiensi berarti biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan keuntungan lebih kecil daripada keuntungan yang diperoleh dari penggunaan aset tersebut. Efisiensi dapat diartikan sebagai perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan (input), atau jumlah keluaran yang dihasilkan dari satu input yang digunakan. Suatu perusahaan dapat dikatakan efisiensi apabila :
21 1. Mempergunakan jumlah unit input yang lebih sedikit dibandingkan jumlah unit input yang dipergunakan oleh perusahaan lain dengan menghasilkan jumlah output yang sama. 2. Menggunakan jumlah menurut unit input yang sama, tetapi dapat menghasilkan jumlah output yang lebih besar. Efisiensi dalam perbankan salah satunya adalah efisiensi biaya. Efisiensi biaya mencerminkan seberapa besar diperlukan pengeluaran biaya untuk melaksanakan kegiatan yang ditentukan. Bank yang sehat adalah bank yang dapat diukur secara rentabilitas yang terus meningkat. 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu telah banyak menemukan bukti bahwa terdapat hubungan antara Intellectual Capital dengan kinerja perusahaan, antara lain Bontis (2000), Firer dan Williams (2003), Chen et al. (2005), Tan, Plowman, dan Hancock (2007), Ulum (2008), dan Clark et al. (2011). Bontis (2000) mengukur hubungan tiga elemen IC yaitu Human Capital (HC), Structural Capital (SC), dan Customer Capital (CC) dengan kinerja pada sektor industri di Kanada dan Malaysia. Dari hasil kedua penelitian tersebut disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara IC dengan kinerja industri walau terdapat perbedaan dimana SC dan CC perusahaan berhubungan dengan kinerja industri Kanada, dan hanya elemen SC yang berhubungan dengan kinerja industri Malaysia. Firer dan Williams (2003) menggunakan pendekatan VAIC untuk mengukur hubungan antara IC dan pengukuran tradisional kinerja perusahaan
22 pada perusahaan public di Afrika Selatan. Penelitian ini menunjukkan bahwa tiga komponen efisiensi tidak berdampak dengan variabel dependen (profitabilitas, produktivitas, dan nilai pasar). Chen et al. (2005) melakukan investigasi empiris terhadap hubungan antara IC, market value dan financial performance. Penelitian ini menggunakan sampel dari perusahaan yang listing di Taiwan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa IC merupakan aset strategis yang signifikan karena berhubungan positif dengan nilai pasar perusahaan dan kinerja perusahaan. Tan, Plowman, dan Hancock (2007) menggunakan pendekatan VAIC untuk mengolah data dari 150 perusahaan yang terdaftar di Singapore Stock Exchange, menyimpulkan bahwa IC dan kinerja perusahaan positif terkait dan IC berhubungan dengan kinerja perusahaan mendatang. Clarke et al. (2011) juga meneliti hubungan IC dengan kinerja perusahaan yang terdaftar di Australia tahun Penelitian ini tidak hanya mengukur VAIC tetapi juga tiap komponennya yang terdiri dari human, structural, dan capital employed efficiencies (HCE, SCE, CEE) dan juga variabel kontrol yang diukur dengan Leverage, Research Intensity, Year, Industry. Hasil penelitian ini adalah VAIC dan tiap komponennya (HCE, SCE, CEE) tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (ROA, ROE, RG, EP). Di Indonesia, Ulum (2008) melakukan penelitian terhadap 130 perusahaan perbankan Indonesia dengan metode Partial Least Square (PLS). Sektor perbankan digunakan karena karyawannya lebih homogen dibandingkan sektor ekonomi lainnya. Hasilnya menunjukkan bahwa IC berpengaruh terhadap kinerja
23 keuangan perusahaan masa kini maupun kinerja keuangan perusahaan di masa datang, namun pertumbuhan Intellectual Capital (ROGIG) tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan di masa datang. Tabel 2.2 Penelitian-Penelitian Empiris tentang Hubungan Intellectual Capital dan Kinerja Perusahaan Peneliti Negara Metode Hasil Bontis (1998) Kanada Kuesioner, PLS HC berhubungan dengan SC dan CC, CC berhubungan dengan SC, CC dan SC berhubungan dengan kinerja industri. Bontis et al. (2000) Firer dan Williams (2003) Chen et al. (2005) Clarke et al. (2011) Malaysia Kuesioner, PLS HC berhubungan dengan SC dan CC; CC berhubungan dengan SC; SC berhubungan dengan kinerja industri. Afrika Selatan VAIC, Regresi Linier Berganda Taiwan VAIC, Korelasi, Regresi Australia VAIC, Regresi Linier VAIC berhubungan dengan kinerja perusahaan (ROA, ATO, MBA). IC berpengaruh terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan; RD & AD berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. IC tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, baik masa kini maupun masa mendatang; VAIC tidak berhubungan dengan kinerja perusahaan (ROA, ROE, RG, EP) dan HCE, SCE, CEE tidak berhubungan pula dengan kinerja perusahaan. Ulum (2008) Indonesia VAIC, PLS IC berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan masa kini maupun masa mendatang, namun ROGIG tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan di masa mendatang. Sumber : Beberapa Hasil Penelitian (diolah)
24 2.3 Kerangka Konseptual Mengacu pada teori Resource Based Theory yang menyatakan bahwa semakin baik perusahaan mengelola sumber dayanya maka akan menciptakan nilai bagi perusahaan yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Sumber daya yang dimaksud dalam hal ini adalah Value Added Intellectual Coefficient yang pada penelitian ini tidak hanya VAIC saja yang diukur tetapi juga tiap komponennya yang terdiri dari Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE), dan Capital Employed Efficiency (CEE). Penelitian tentang hubungan antara Intellectual Capital dengan kinerja perusahaan pernah dilakukan oleh Bontis (1998). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa IC memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dan untuk pengembangan hipotesis, maka untuk menggambarkan hubungan dari variabel independen dan dependen dalam penelitian kali ini dikemukakan suatu kerangka pemikiran teoritis yang mengenai pengaruh IC terhadap kinerja perusahaan pada industri perbankan di Indonesia. Gambar 2.1 menjelaskan kerangka pemikiran teoritis 1, dalam model ini variabel dependen yang digunakan adalah Return on Asset (ROA). Sedangkan variabel independennya adalah Value Added Intellectual Efficiency (VAIC), Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE), dan Capital Employed Efficiency (CEE).
25 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual VAIC HCE ROA SCE CEE 2.4 Hipotesis Hubungan Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) dengan Return on Asset (ROA) Resource Based Theory dan Knowledge Based Theory menyatakan bahwa perusahaan yang mampu mengelola sumber daya dan pengetahuannya dengan baik maka perusahaan tersebut akan memiliki keunggulan kompetitif yang berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan dapat diukur melalui beberapa rasio profitabilitas. Return on Asset (ROA) merupakan rasio profitabilitas yang mengukur jumlah laba yang diperoleh dari tiap rupiah aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Semakin tinggi nilai ROA maka akan semakin efisien perusahaan dalam menggunakan asetnya, baik berupa aset fisik maupun nonfisik.
26 Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Chen et al. (2005), Tan et al. (2007), dan Ting dan Lean (2009) tentang Intellectual Capital berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara IC dengan kinerja perusahaan. Oleh karena itu, dengan pengelolaan IC yang baik dapat menciptakan value added yang berguna dalam peningkatan ROA perusahaan. Berdasarkan penelitian terdahulu maka diajukan hipotesis sebagai berikut : H1 : Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) berpengaruh positif terhadap Return on Asset Hubungan Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE), dan Capital Employed Efficiency (CEE) dengan Return on Asset (ROA) Human Capital merupakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan seseorang yang dapat digunakan untuk menghasilkan layanan profesional. Sesuai dengan Resource Based Theory dan Knowledge Based Theory yaitu pengetahuan yang dimiliki oleh karyawan dipandang sebagai aset perusahan. Human Capital diukur dengan sebuah indikator yaitu Human Capital Efficiency (HCE). HCE menunjukkan berapa banyak value added (VA) yang dapat dihasilkan oleh suatu perusahaan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja (Ulum, 2008). HCE diperoleh jika gaji dan tunjangan yang lebih rendah dapat menghasilkan penjualan yang meningkat atau dengan gaji dan tunjangan yang lebih besar diiringi pula dengan penjualan yang semakin
27 meningkat lagi. Gaji dan tunjangan yang lebih besar kepada karyawan diharapkan dapat memotivasi karyawan tersebut untuk meningkatkan produktivitasnya dalam proses produksi. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik dalam perusahaan dapat meningkatkan produktivitas karyawan yang nantinya juga akan meningkatkan pendapatan dan profit perusahaan. Produktivitas karyawan yang semakin meningkat menunjukkan bahwa karyawan semakin baik dalam mengelola aset perusahaan. Hal ini dapat meningkatkan laba atas sejumlah aset yang dimiliki perusahaan yang diukur dengan Return on Asset (ROA). Semakin tinggi HCE, maka semakin tinggi pula ROA perusahaan tersebut. Oleh karena itu, HCE berpengaruh positif berpengaruh positif terhadap ROA. Berdasarkan uraian tersebut, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut : H2a : Human Capital Efficiency (HCE) berpengaruh positif terhadap Return on Asset (ROA). Structural Capital mencakup semua pengetahuan dalam perusahaan selain pengetahuan yang ada pada modal manusia, yang mencakup database, bagan organisasi, proses manual, strategi, rutinitas, dan sesuatu yang nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan nilai materi (Bontis et al., 2000). Strucutral Capital merupakan sarana pendukung Human Capital dalam meningkatkan kinerja perusahaan.
28 Dalam mengukur Structural Capital digunakan suatu indikator yaitu Structural Capital Efficiency (SCE). SCE dapat mengukur jumlah Structural Capital yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari value added dan merupakan indikasi bagaimana Structural Capital dalam penciptaan nilai (Tan et al., 2007). Structural Capital dapat diukur dari value added dikurangi Human Capital. Value added adalah hasil penjualan (total pendapatan) dikurangi dengan total beban. SCE menunjukkan berapa banyak jumlah Structural Capital yang dibutuhkan untuk menghasilkan value added secara efisien. Semakin tinggi SCE maka akan semakin tinggi pula ROA perusahaan tersebut. Oleh karena itu, Structural Capital Efficiency berpengaruh positif terhadap ROA. Penelitian yang dilakukan Firer dan Williams (2003) menunjukkan bahwa Structural Capital Efficiency berpengaruh positif terhadap Return on Asset. Berdasarkan uraian di atas maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut : H2b : Structural Capital Efficiency(SCE) berpengaruh secara positif terhadap Return on Asset (ROA). Capital Employed menggambarkan berapa banyak nilai tambah perusahaan yang dihasilkan dari modal yang digunakan. Capital Employed Efficiency (CEE) melengkapi Human Capital Efficiency (HCE) dan Structural Capital Efficiency (SCE) sehingga efisiensi pengelolaan CEE juga merupakan penentuan pengelolaan aset (Clarke et al., 2011).
29 Pulic (1998) mengemukakan bahwa Intellectual Capital tidak dapat menciptakan nilainya sendiri dan harus dikombinasikan dengan modal (fisik dan keuangan) karyawan (CE). CEE diperoleh jika modal yang digunakan lebih sedikit maka dapat menghasilkan penjualan yang meningkat atau modal yang digunakan lebih besar diiringi pula dengan penjualan yang semakin meningkat lagi. Modal yang digunakan merupakan nilai aset yang berkontribusi pada kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan, sehingga pendapatan perusahaan pun akan meningkat pula. Hal ini dapat meningkatkan laba dari aset yang diukur dengan ROA dan berarti perusahaan telah mempunyai kinerja keuangan yang baik. Semakin tinggi CEE maka akan semakin tinggi pula ROA perusahaan tersebut. Oleh karena itu, Capital Employed Efficiency berpengaruh positif terhadap ROA. Penelitian Chen et al. (2005) menunjukkan bahwa Capital Employed Efficiency berpengaruh positif terhadap Return on Asset. Berdasarkan uraian di atas maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: H2c : Capital Employed Efficiency (CEE) berpengaruh secara positif terhadap Return on Asset (ROA).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rerangka Teori dan Penurunan Hipotesis 1. Rerangka Teori a. Teori Stakeholder Teori yang mendasari penelitian ini, yaitu stakeholder theory yang merupakan teori yang paling tepat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. beserta persamaan dan perbedaannya yang mendukung penelitian ini:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang diungkap pada penelitian ini merujuk pada penelitianpenelitian sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu beserta
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Endang Saryanti (2010) meneliti hubungan intellectual capital dengan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 1. Endang Saryanti (2010) meneliti hubungan intellectual capital dengan menggunakan metode VAIC dari Pulic terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Stakeholder Pada teori ini, manajemen perusahaan melakukan aktivitas-aktivitas yang diharapkan para stakeholders dan melaporkannya kepada mereka. Kelompok stakeholders inilah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang diperoleh dengan membandingkan nilai pasar perusahaan (market value-
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Market to Book Value (MtBV) Market to Book Value (MtBV) menunjukkan nilai sebuah perusahaan yang diperoleh dengan membandingkan nilai pasar perusahaan (market value- MV) dengan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Menurut teori ini, tanggung jawab yang paling mendasar dari direksi adalah
11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Shareholder Theory Menurut teori ini, tanggung jawab yang paling mendasar dari direksi adalah bertindak untuk kepentingan meningkatkan nilai (value) dari pemegang saham. Jika
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Resources based theory menyatakan bahwa sumber daya perusahaan adalah
7 BAB II LANDASAN TEORI, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Resources Based Theory (RBT) Resources based theory menyatakan bahwa sumber daya perusahaan adalah heterogen, tidak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era ekonomi modern saat ini menuntut persaingan ketat dalam penciptaan nilai. Seluruh perusahaan berusaha melakukan pengelolaan modalnya demi meningkatkan nilai perusahaan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sebuah organisasi diharapkan melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Teori Stakeholder Teori stakeholder lebih mempertimbangkan posisi para stakeholder yang dianggap powerfull daripada hanya posisi shareholder
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Knowledge-based economyditandai dengan kemajuan di bidang teknologi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Knowledge-based economy adalah sebuah istilah yang luas digunakan untuk mendeskripsikan ekonomi global masa kini (Ting dan Lean, 2009). Knowledge-based economyditandai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN HIPOTESIS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Stakeholder Teori stakeholder menjelaskan bahwa perusahaan melayani tujuan publik yang lebih luas yaitu untuk menciptakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada kepemilikan aktiva berwujud, tetapi lebih pada inovasi, sistem informasi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam bidang ekonomi membawa dampak perubahan yang cukup signifikan terhadap pengelolaan suatu bisnis dan penentuan strategi bersaing. Para pelaku bisnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadinya pergeseran paradigma dari penekanan paradigma physical capital
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan di dunia bisnis pada era modern saat ini, menuntut perusahaan untuk lebih inovatif, dalam menggunakan teknologi baru dan keterampilan karyawan dibandingkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1990 an, perhatian terhadap praktik pengelolan asset tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak tahun 1990 an, perhatian terhadap praktik pengelolan asset tidak berwujud (intangible asset) telah meningkatkan secara dramatis. Salah satu pendekatan
Lebih terperinciBAB II. oleh perusahaan. Modal intelektual (IC) pada umumnya didefinisikan sebagai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intellectual Capital 2.1.1 Pengertian Intellectual Capital Modal intelektual (IC) merupakan salah satu sumber daya yang di miliki oleh perusahaan. Modal intelektual (IC) pada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1 (butir 2) tentang perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Perbankan Defenisi bank berdasarkan Undang-Undang No. 10 tahun 1998 pada pasal 1 (butir 2) tentang perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisnisnya yang sebelumnya berdasarkan pada tenaga kerja (labor-based business)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan makin ketatnya persaingan antar perusahaan akibat adanya pasar bebas dan globalisasi yang menuntut perusahaan untuk mengubah strategi bisnisnya
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Intellectual Capital (IC) Ketertarikan akan IC bermula ketika Tom Stewart, pada Juni 1991, menulis sebuah artikel ( Brain Power - How Intellectual Capital Is Becoming America s
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat telah mengalami empat fase ekonomi-sosial sepanjang sejarah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat telah mengalami empat fase ekonomi-sosial sepanjang sejarah yang meliputi masyarakat primitif, masyarakat pertanian, masyarakat industri dan masyarakat informasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengharuskan perusahaan-perusahaan mengubah cara mereka menjalankan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa globalisasi dan persaingan yang ketat pada saat ini mengharuskan perusahaan-perusahaan mengubah cara mereka menjalankan bisnisnya agar dapat terus bertahan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori Ada 6 teori yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu teori Stakeholder, Hipotesis Pasar Efisien (Efficient Market Hypothesis), Resources Based Theory (RBT), Knowledge
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Wernerfelt pada tahun 1984 dalam artikel pionernya berjudul A Resourcesbased
BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Resource Based Theory Resources Based Theory (RBT) pertama kali disampaikan oleh Wernerfelt pada tahun 1984 dalam artikel pionernya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisnisnya supaya dapat survive menghadapi persaingan yang ada. Perubahan cara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi saat ini pertumbuhan perekonomian dunia telah berkembang. Perusahaan-perusahaan harus dengan cepat mengubah cara strategi bisnisnya supaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mampu bersaing dalam mencapai tingkat kompetitif jangka panjang. Untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan pesatnya pesaingan dalam era globalisasi, organisasi dituntut agar mampu bersaing dalam mencapai tingkat kompetitif jangka panjang. Untuk mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saing yang lebih tinggi, dan pertumbuhan inovasi yang luar biasa mendorong
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perekonomian dunia berkembang dengan begitu pesatnya, yang antara lain ditandai dengan kemajuan di bidang teknologi informasi, tingkat daya saing
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Bontis et al. (2000) menyatakan bahwa secara umum, para peneliti
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Modal Intelektual Bontis et al. (2000) menyatakan bahwa secara umum, para peneliti mengidentifikasi tiga konstruk utama dari IC, yaitu: Human Capital (HC),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan inovasi secara terus-menerus. Dalam rangka untuk dapat bertahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Saat ini perekonomian dunia telah berkembang dengan pesat, yaitu ditandai dengan adanya kemajuan di bidang teknologi, persaingan yang ketat, dan pertumbuhan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intellectual terhadap Kinerja Keuangan dan Nilai Pasar. Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan berhubungan dengan topik tentang Intellectual Capital antara lain : 1. Novelina Yunita (2012) Topik dalam penelitian
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIS
7 BAB II LANDASAN TEORITIS A. TEORI - TEORI 1. Pengertian, Karakteristik, dan Pengukuran Intellectual Capital a. Pengertian Intellectual Capital Hingga saat ini definisi intellectual capital seringkali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian dari peneliti di berbagai negara (Chen et al. 2005; Firer dan Williams,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan selisih antara nilai pasar dan nilai buku perusahaan mendapat perhatian dari peneliti di berbagai negara (Chen et al. 2005; Firer dan Williams, 2003).
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. cepat perusahaan-perusahaan yang mengunakan tenaga kerja (labor-based
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi, inovasi teknologi,informasi yang begitu cepat di peroleh dan persaingan yang ketat pada abad ini memaksa perusahaan-perusahaan untuk mengubah cara mereka
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Stakeholder Theory (Teori Stakeholder) hubungan serta kepentingan terhadap perusahaan. Individu, kelompok,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Stakeholder Theory (Teori Stakeholder) Stakeholder merupakan individu, sekompok manusia, komunitas atau masyarakat baik secara keseluruhan maupun secara parsial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modal, dan tenaga kerja terampil di kawasan Asia Tenggara. Sebagai salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ASEAN Economic Community (AEC) merupakan kesepakatan di bidang ekonomi sebagai upaya meningkatkan perekonomian di kawasan ASEAN dengan membentuk pasar tunggal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Resources Based Theory/Resources Based View (RBV) awalnya, gagasan tersebut adalah untuk memasukkan manusia kedalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Resources Based Theory/Resources Based View (RBV) Selama akhir tahun 1960-an, para manajer, ilmuwan keperilakuan, analisis keuangan, dan akuntan menjadi
Lebih terperinci2 intelektual dan manajemen modal adalah kunci keberhasilan dianggap di bidang lingkungan yang bergejolak dan menantang akhir-akhir ini. Laporan keuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada pertengahan abad ke-20, ekonom keuangan telah mencoba untuk menarik perhatian pendekatan baru perusahaan untuk bisnis. Pendekatan ini didasarkan pada gagasan bahwa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Resources Based Theory/Resources Based View (RBV) perusahaan yang memberikan karakter unik bagi tiap-tiap perusahaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Resources Based Theory/Resources Based View (RBV) Resources Based View berfokus pada konsep atribut perusahaan yang difficult-to-imitatesebagai sumber daya
Lebih terperinciPENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA) PERBANKAN. Damar Asih Dwi
Akuntansi.Jakarta: Erlangga PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA) PERBANKAN Damar Asih Dwi Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh bukti empiris tentang pengaruh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Resources Based Theory/Resources Based View
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Resources Based Theory/Resources Based View Resource Based View (RBV) memandang bahwa sumber daya perusahaan sebagai pengemudi utama di balik daya saing
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PENELITIAN, DAN HIPOTESIS. Resources Based Theory dipelopori oleh Penrose (1959) yang mengemukakan
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PENELITIAN, DAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Resources Based Theory (RBT) Resources Based Theory dipelopori oleh Penrose (1959) yang mengemukakan bahwa sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hadirnya World Trade Organization (WTO) pada tingkat global dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi dan perdagangan bebas yang mengharuskan setiap negara harus siap dengan adanya persaingan dunia bisnis yang semakin meningkat. Hadirnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbisnisnya yang berdasarkan tenaga kerja (labor based business) menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era ekonomi global saat ini, pertumbuhan perekonomian berkembang dengan pesat yang ditandai dengan kemajuan di bidang teknologi informasi. Dan ditambah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian dunia dan Indonesia sedang mengalami pergeseran kompetisi dari perekonomian yang berbasis sumber daya (resource-based economy) menjadi perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi. Perusahaan dapat mencapai keunggulan kompetitif apabila dilakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, ilmu pengetahuan dan teknologi informasi mengalami kemajuan yang amat pesat. Hal ini berdampak pada semakin ketatnya persaingan bisnis antar perusahaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Resources Based Theory (RBT) Resource based theory adalah teori yang menjelaskan tentang kinerja perusahaan akan optimal jika perusahaan memiliki keunggulan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. diaplikasikan dalam pekerjaan untuk menciptakan nilai. Intellectual Capital
BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Kerangka Teori dan Literatur 2.1.1. Intellectual Capital a. Definisi Intellectual Capital Intellectual Capital adalah informasi dan pengetahuan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyebaran teknologi yang begitu pesat serta pertumbuhan jaringan komputer
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Globalisasi telah membuka begitu banyak pasar dan pesaing baru, penyebaran teknologi yang begitu pesat serta pertumbuhan jaringan komputer yang luar biasa.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Resource Based Theory Resource Based Theory (RBT) menganalisis dan menginterpretasikan sumber daya organisasi untuk memahami bagaimana organisasi mencapai
Lebih terperinciPENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN DASAR DAN KIMIA DI INDONESIA Oleh : Munfaiqotun Nikmah
PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN DASAR DAN KIMIA DI INDONESIA Oleh : Munfaiqotun Nikmah 11520100 PENDAHULUAN Modal intelektual sebenarnya mencakup hal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini, ekonomi dan teknologi informasi semakin berkembang dengan pesat. Berkembangnya ekonomi dan teknologi informasi menyebabkan barang,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan di dunia usaha saat ini semakin ketat, terutama sejak memasuki era globalisasi yang memungkinkan perdagangan antarnegara semakin mudah dilakukan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kinerja manajemen dari berbagai aspek. Penilaian kinerja merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dari waktu ke waktu perusahaan selalu ingin meningkatkan keuntungan yang didapatnya dari kegiatan bisnis yang dijalankan. Perusahaan terus berupaya untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini membentuk iklim persaingan yang ketat bagi perusahaan-perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Agar dapat bertahan, perusahaan harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisnis yang didasarkan pada tenaga kerja (labor-based business) menuju
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada jaman sekarang, perkembangan teknologi meningkat secara pesat. Agar dapat terus bertahan dengan cepat perusahaan-perusahaan mengubah dari bisnis yang didasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Globalisasi, inovasi teknologi dan persaingan yang ketat pada abad ini memaksa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi, inovasi teknologi dan persaingan yang ketat pada abad ini memaksa perusahaan-perusahaan mengubah cara mereka menjalankan bisnisnya, dari bisnis yang didasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (2010), dengan perubahan yang terjadi ini, perusahaan-perusahaan semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi yang tengah kita alami saat ini, hampir semua sektor mengalami perubahan dan perkembangan, salah satu sektor yang tak luput turut mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan) ke ekonomi berbasis pengetahuan telah terjadi selama dua abad
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan tren dari ekonomi tradisional (tanah, tenaga kerja, dan keuangan) ke ekonomi berbasis pengetahuan telah terjadi selama dua abad terakhir. Dalam ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persaingan yang semakin tinggi antar perusahaan. Dalam menghadapi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman pada saat ini menyebabkan terjadinya globalisasi dan ekonomi inovasi telah menghasilkan ekonomi global yang memiliki tingkat persaingan yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk melakukan kegiatan mereka. Sumber daya dan kemampuan internal
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Resource Based Theory Sumber daya dapat dianggap sebagai input yang memungkinkan perusahaan untuk melakukan kegiatan mereka. Sumber daya dan kemampuan internal
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Teori yang mendasari penelitian ini adalah Teori Pemangku Kepentingan.
8 BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Teori Pemangku Kepentingan Teori yang mendasari penelitian ini adalah Teori Pemangku Kepentingan. Teori pemangku kepentingan lebih mempertimbangkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. keunggulan bersaing. Intellectual capital adalah materi intelektual-pengetahuan,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intellectual Capital 1. Pengertian Intelectual Capital Menurut Stewart (1998) intellectual capital adalah jumlah semua hal yang diketahui dan diberikan oleh semua orang dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perekonomian dunia telah berkembang dengan begitu pesatnya yang antara lain ditandai dengan kemajuan dibidang teknologi informasi, persaingan dan pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik ke arah dominasi pengetahuan dengan penerapan manajemen
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dewasa ini memunculkan perubahan pandangan mengenai sumber daya yang bersifat stratejik bagi perusahaan. Perubahan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini persaingan ketat yang terjadi dalam dunia bisnis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini persaingan ketat yang terjadi dalam dunia bisnis menutut perusahaan perusahaan untuk mengubah cara mereka dalam menjalankan bisnisnya agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dibidang teknologi informasi, persaingan ketat dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan dibidang teknologi informasi, persaingan ketat dan pertumbuhan inovasi yang luar biasa dewasa ini, mengharuskan perusahaan memiliki keunggulan kompetitifnya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA Technology Organization Environment (TOE) Theory. faktor organisasi, dan unsur-unsur lingkungan makro (Ifinedo, 2012).
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori dan Pengertian Variabel 2.1.1 Technology Organization Environment (TOE) Theory Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah technology organization environment
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dengan teknologi yang berkembang saat ini, banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dengan teknologi yang berkembang saat ini, banyak perusahaan dituntut agar bisa berkembang dengan inovasi inovasi terbaru untuk menghadapi tantangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan pesaing. Dalam upaya pertahanan diri, perusahaan berupaya untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini persaingan usaha menjadi semakin ketat, sehingga perusahaan dituntut untuk memiliki senjata pamungkas agar dapat tetap unggul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk. memaksimumkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan mencerminkan nilai aset
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan mencerminkan nilai aset yang dimiliki perusahaan seperti surat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. physical capital ke paradigma baru yang memfokuskan pada intellectual capital.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adanya fenomena perdagangan bebas yang menciptakan struktur ekonomi global menyebabkan arus lalu lintas barang, jasa, modal dan tenaga kerja dapat berpindah
Lebih terperinciPENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN, PERTUMBUHAN DAN NILAI PASAR PADA PERUSAHAAN YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA
PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN, PERTUMBUHAN DAN NILAI PASAR PADA PERUSAHAAN YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh derajat S2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, kondisi lingkungan usaha cenderung turbulent dan penuh
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini, kondisi lingkungan usaha cenderung turbulent dan penuh persaingan. Seiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang mendorong pada era globalisasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian-penelitian terdahulu. Berikut ini uraian dari beberapa penelitian
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini menggunakan acuan dengan keterkaitan teori dari penelitian-penelitian terdahulu. Berikut ini uraian dari beberapa penelitian terdahulu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. signifikan pada keberhasilan dan kelangsungan hidup suatu organisasi, sehingga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, penggunaan aset tidak berwujud memiliki dampak yang signifikan pada keberhasilan dan kelangsungan hidup suatu organisasi, sehingga menciptakan bidang studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan pada hakekatnya didirikan dengan tujuan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu perusahaan pada hakekatnya didirikan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan, going concern dan meningkatkan kesejahteraan stakeholders. Tujuan perusahaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Andry Kurniawan (2014) Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. strategi bisnis dari bisnis yang didasarkan pada tenaga kerja (laborbased business)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi, inovasi, teknologi dan persaingan bisnis yang ketat terus menerus memaksa perusahaan-perusahaan untuk mengubah cara mereka dalam menjalankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berusaha memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya dengan cara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Seiring dengan adanya perkembangan zaman, semua sektor mengalami perubahan dan perkembangan, salah satu sektor yang mengalami perkembangan paling signifikan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari resources-based business menjadi knowledge based business. Organisasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi, inovasi, teknologi dan persaingan yang ketat pada abad ini memaksa perusahaan-perusahaan mengubah cara mereka menjalankan bisnisnya dari resources-based
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intellectual capital
4.1 Deskripsi Objek Penelitian BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan. Penelitian dilakukan pada industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2001: 231). Ini sesuai dengan resource based theory (Wernerfelt, 1984: 174)
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Perkembangan ekonomi telah tumbuh semakin pesat ditandai dengan berkembangnya teknologi informasi yang semakin cepat, persaingan bisnis yang makin ketat,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dibidang ekonomi saat ini cukup membawa banyak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dibidang ekonomi saat ini cukup membawa banyak dampak perubahan yang signifikan terhadap pengelolaan suatu bisnis sehingga membutuhkan banyak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Intellectual Capital Ketertarikan mengenai Intelectual Capital berawal ketika Tom Stewart, juni 1991, menulis sebuah artikel yang berjudul Brain-How Intellectual
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. intellectual capital di Indonesia mulai berkembang setelah munculnya PSAK No.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan dalam era globalisasi terakhir ini mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik dalam skala kecil, menengah maupun besar dan juga menghasilkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tenaga kerja menjadi bisnis yang berdasarkan pengetahuan. menerapkan sistem manajemen pengetahuan (knowledge management) maka
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Globalisasi menuntun perusahaan untuk melakukan pembaharuan dengan cara berfikir global dan bertindak secara lokal. Inovasi teknologi yang makin mempercepat
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIS. A. Landasan Teori 1. Resources Based Theory/View (Pendekatan Berbasis Sumber Daya)
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Landasan Teori 1. Resources Based Theory/View (Pendekatan Berbasis Sumber Daya) Pada tahun 1959, Penrose mengemukakan bahwa sumber daya perusahaan adalah heterogen, tidak homogen,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Banyak definisi mengenai modal intelektual menurut peneliti dan kalangan bisnis.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Modal Intelekual Banyak definisi mengenai modal intelektual menurut peneliti dan kalangan bisnis. Sebagai sebuah konsep, modal
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Teori yang menjadi landasan penulis adalah stakeholder theory,
BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Teori yang menjadi landasan penulis adalah stakeholder theory, Resource Based Teori (RBT), intellectual capital (IC), Value Added
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kinerja perusahaan. Menurut (Suntoso 1999 dalam Wadhikorin, 2010).
1 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Zaman globalisasi pelaku bisnis dihadapi tantangan yang sangat berat dan beragam. Persaingan antar pelaku bisnis yang meningkat serta bertambahnya tuntutan
Lebih terperinciPENGARUH MODAL INTELLEKTUAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN SEKTOR PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
PENGARUH MODAL INTELLEKTUAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN SEKTOR PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) Nama Mahasiswa Rudy Hartoyo NPM : 13209814 Kelas : 4EA06 Pembimbing : Dr,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan menjadi semakin tinggi dan tidak dapat di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi pada saat sekarang ini menyebabkan terjadinya persaingan antar perusahaan menjadi semakin tinggi dan tidak dapat di hindarkan. Dalam menghadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi saat ini berkembang sangat pesat. Hal ini disebabkan adanya globalisasi serta teknologi informasi yang setiap tahunnya berkembang. Berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia menjadi perhatian utama pada abad XX-an. Hal ini berkaitan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia menjadi perhatian utama pada abad XX-an. Hal ini berkaitan dengan perkembangan dalam ilmu ekonomi pembangunan dan sosiologi. Para ahli di kedua bidang tersebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. membangun, mengembangkan, dan mempertahankan sebuah perusahaan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai perusahaan akan terus mengalami perubahan dalam menjalankan bisnisnya. Hal ini dikarenakan adanya globalisasi, teknologi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian kinerja keuangan perusahaan adalah penentuan ukuran ukuran
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Kinerja Keuangan Perusahaan 2.1.1.1. Pengertian Kinerja Keuangan Perusahaan Pengertian kinerja keuangan perusahaan adalah penentuan ukuran ukuran tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perlakuan bisnis di zaman sekarang menghadapi tantangan yang sangat berat dan beragam. Persaingan antar pelaku bisnis yang meningkat serta bertambahnya tuntutan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Stakeholder Teori stakeholder menyatakan bahwa manajemen atau pihak perusahaan haruslah memberikan informasi mengenai aktivitas perusahaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan ini akan lebih menerapkan manajemen pengetahuan (knowlegde
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era ekonomi global saat ini pertumbuhan perekonomian berkembang dengan pesat ditandai dengan kemajuan di bidang teknologi informasi. Persaingan bisnis yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Globalisasi memberi perubahan pada seluruh aspek kehidupan, dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, gaya hidup, sistem pertukaran informasi dan perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipungkiri dengan kinerja yang baik diharapkan berdampak pada kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi globlalisasi saat ini menuntut pelaku ekonomi bersaing sangat ketat, cara kerja yang solid akan menghasilkan kinerja yang bagus. Tidak dapat dipungkiri dengan
Lebih terperinci