BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Makna Referensial Pemakaian Nama Panggilan Mahasiswa Kos di

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Makna Referensial Pemakaian Nama Panggilan Mahasiswa Kos di"

Transkripsi

1 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian ini berjudul Kajian Semantik Nama Panggilan Unik dan Menarik pada Siswa di Sekolah Dasar Negeri 1 Gumiwang Kabupaten Wonosobo Tahun Pelajaran Penelitian sebelumnya disusun oleh Emi Herowati yang berjudul Makna Referensial Pemakaian Nama Panggilan Mahasiswa Kos di Purwokerto. Terdapat persamaan dan perbedaan dalam penelitian sebelumnya dengan penenlitian yang sekarang. Teori yang digunakan dalam menganalisis skripsi berjudul Makna Referensial Pemakaian Nama Panggilan Mahasiswa Kos di Purwokerto, oleh Emi Herowati adalah mengenai jenis makna, jenis makna yang meliputi makna sempit, makna meluas, makna kognitif, makna emotif, makna kontruksi, makana leksikal, makna gramatikal, makna ideasional, makna denotatif, makna pusat, makna piktorial, makna idiomatik, makna peribahasa, makna denotatif, makna konseptual, makna asosiatif, dan makna kiasan. Penelitian tersebut menggunakan teori penamaan seperti peniruan bunyi, penyebutan bagian, penyebutan sifat dan ciri khusus, penemu, dan pembuat, tempat asal, bahan, keserupaan, bentuk kependekan, penamaan baru, dan bentuk yang diplesetkan. Data yang digunakan adalah nama mahasiswa yang berada di kota Purwokerto, yaitu di kelurahan Dukuhwaluh, Karangwangkal, dan kelurahan Grendeng. Sumber data yang digunakan adalah mahasiswa kos atau tempat kos di Kelurahan Dukuhwaluh, Karangsalam, karangwangkal, dan Grendeng. Emi Herowati dalam mengumpulkan data menggunakan metode wawancara, metode simak dan metode catat. Data kemudian 8

2 9 dianalisis menggunakan metode padan, lalu disajikan dalam pemaparan hasil menggunakan metode penyajian informal. Dengan demikian, berdasarkan analisis Makna Referensial Pemakaian Nama Panggilan Mahasiswa Kos di Purwokerto, oleh Emi Herowati dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan mempunyai persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah pada metode analisis data menggunakan metode padan. Perbedaannya adalah pada teori, penelitian sebelumnya menggunakan teori makna menurut Chaer (1994: 62), Djajasudarma (1999: 79), Pateda (2001: 96) dan jenis penamaan menurut Chaer (1994: 44) dan Subroto (1992: 14), sedangkan pada penelitian sekarang menggunakan teori makna menurut Aminuddin (2011: 53), Chaer (2013: 59), menurut Djajasudarma (2009: 8), Pateda (2010:98), dan menurut Komaruddin (2007: 114), jenis penamaan menurut Chaer (2013: 168) dan menurut Sudaryat (2009: 59). Teori jenis penamaan menurut Chaer dan Sudaryat lebih mudah dipahami, tata isinya lebih ringkas, bahasa yang digunakan lebih mudah, dan penyampaian teori juga tidak berbelit-belit. Perbedaan selanjutnya terletak pada data dan sumber data. Penelitian sebelumnya menggunakan data nama-nama panggilan mahasiswa kos di Purwokerto dengan sumber data yaitu mahasiswa kos di Kelurahan Dukuhwaluh, Karangsalam, Karangwangkal, dan Grendeng. Penelitian yang sekarang menggunakan nama-nama panggilan siswa unik dan menarik di Sekolah Dasar Negeri 1 Gumiwang Kabupaten Wonosobo tahun pelajaran B. Semantik Aminuddin (2011: 15) berpendapat bahwa semantik berasal dari bahasa Yunani yang mengandung makna to signify atau memakai. Semantik sebagai istilah

3 10 teknis juga mengandung pengertian study tentang makna, dengan anggapan bahwa menjadi bagian dari bahasa, maka semantik merupakan bagian dari linguistik. Semantik merupakan bagian dari tiga tataran bahasa yang meliputi fonologi, tata bahasa (mofologi sintaksis) dan semantik (Djajasudarma, 2008: 1).Kridalaksana (2008:216) berpendapat bahwa pengertian semantik dibagi menjadi dua yaitu: (1) bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan dan juga dengan struktur makna suatu wicara dan (2) sistem dan penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya. Aminuddin, (2011:15) berpendapat semantik merupakan teori tentang makna. Semantik merupakan ilmu tentang makna kata atau dengan kata lain semantik merupakan ilmu tentang kata, pengetahuan mengenai seluk beluk dan pergeseran makna kata. Makna yang dipelajari dalam semantik antara lain makna konotatif, makna denotatif, makna referensial, dan lain sebagainya. Berkaitan dengan makna Ferdinand de Saussure (dalam Chaer, 2007: 286), mengatakan bahwa setiap tanda lingitik atau tanda bahasa terdiri dari dua komponen, yaitu kmponen significant atau yang mengartikan yang wujudnya berupa runtutan bunyi, dan kompoen signife atau yang diartikan yang wujudnya pengertian atau konsep (yang dimiliki oleh signifiant). Misalnya tanda linguistik yang ditampilkan dalam bentuk ortografis <kursii>, terdiri dari komponen signifiant, yaitu berupa runtutan fonem /k/, /u/, /r/. /s/, /i/; dan komponen signifienya, yaitu berupa konsep atau makna sejenis perabot rumah kantor atau rumah tangga. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa semantik adalah struktur bahasa yang berhubungan dengan makna dan arti sebuah tuturan. Semantik memfokuskan terhadap makna yang terkandung di dalam ungkapan dan wicara. Semantik juga dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna. Semantik merupakan cabang linguistik tentang makna yang berarti menandai atau melambangkan. Semantik

4 11 juga mempunyai hubungan yang sangat erat dengan sebuah ujaran atau tuturan yang diungkapkan oleh pemakai bahasa. C. Makna 1. Pengertian Makna Makna adalah hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersamaoleh para pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti. Batasan pengertian itu dapat diketahui tiga unsur pokok yang ada di dalamnya. Tiga unsur pokok tersebut antara lain: (a) makna adalah hasil hubungan antara bahasa dengan dunia luar, (b) penentuan hubungan terjadi karena kesepakatan para pemakai, (c) perwujudan makna itu dapat digunakan untuk menyampaikan informasi sehingga saling dimengerti (Aminuddin, 2011: 53). Depdiknas (2007: 703), pengertian makna terbagi menjadi dua yaitu: (a) arti mengandung maksud dan tujuan, juga merupakan konsep yang mencakup makna dan pengertian tentang sesuatu, (b) maksud dari pembicaraan atau penulis, pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Kridalaksana, (2008: 148) menjelaskan bahwa pengertian makna dibagi menjadi empat antara lain: (a) maksud pembicara agar mudah dimengerti oleh lawan bicara, (b) pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia, (c) hubungan dalam arti ksepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa dan alam di luar bahasa, atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukannya, (d) cara menggunakan lambang-lambang bahasa. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diambil sebuah simpulan bahwa makna adalah arti atau maksud yang tersimpul dari suatu kata.makna juga merupakan sebuah arti yang mengandung maksud dan tujuan.makna adalah pengertian atau

5 12 konsep yang terdapat pada tanda linguistik, yang memiliki hubungan dengan sistem sosial budaya, pemakai, dan konteks sosial-situasional.makna juga merupakan konsep atau ide yang melatarbelakangi sebuah pesan yang disampaikan oleh pembicara kepada lawan bicara.pemakai bahasa dapat saling mengerti dan memahami maksud dari sebuah ujaran karena di dalam semua bahasa mengandung makna. 2. Jenis Makna Chaer (2013: 59), menjelaskan bahwa jenis makna meliputi: (a) makna leksikal dan gramatikal, (b) makna referensial dan nonreferensial, (c) makna denotatif dan konotatif, (d) makna kata dan istilah, (e) makna konseptual dan asosiatif, (f) makna idiomatical dan peribahasa (g) makna kias, dan (h) makna kolusi, elokusi, dan perlokusi. Menurut Djajasudarma (2009: 8) mengungkapkan bahwa jenis makna meliputi: (a) makna sempit, (b) makna luas, (c) makna kognittif, (d) makna konotatif, (e) makna emotif, (f) makna referensial, (g) makna kontruksi, (h) makna leksikal, (i) makna gramatikal, (i) makna idesional, (k) makna poposisi, (i) makna pusat, (m) makna piktorial, dan (n) makna idiomatik.menurut Pateda (2010: 96), mengungkapkan bahwa jenis makna meliputi: (a) makna afektif, (b) makna denotatif, (c) makna deskriptif, (d) makna ekstensi, (e) makna emotif, (f) makna gereflekter, (g) makna gramatikal, (h) makna idesional, (i) makna intensi, (j) makna khusus, (k) makna kiasan, (l) makna kognitif, (m) makna kolokasi, (n) makna konotatif, (o) makna konseptual, (p) makna kontruksi, (q) makna kontekstual, (r) makna leksikal, (s) makna lokusi, (t) makna luas, (u) makna piktorial, (v) makna proposional, (w) makna pusat, (x) makna referensial, (y) makna stilistika, (z) makna tekstual, (aa) makna tematis, (bb) makna umum, dan (cc) makna sempit.berkaitan dengan data penelitan,

6 13 peneliti membatasi teori jenis makna untuk menganalisis data yang akan diteliti. Peneliti menggunakan beberapa teori jenis makna untuk memudahkan dalam menganalisis data yang diperoleh. Teori jenis makna yang digunakan meliputi: (a) makna denotatif, (b) makna konotatif, (c) makna referensial, dan (d) makna kias. a. Makna Denotatif Chaer (2013: 65-66), mendefinisikan bahwa makna denotatif (sering disebut makna denotasional, makna konseptual, atau makna kognitif karena dilihat dari sudut yang lain) pada dasarnya sama dengan makna referensial sebab makna denotatif ini lazim diberi penjelasan sebagai maka yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya. Jadi, makna denotatif ini menyangkut informasi-informasi faktual objektif. Lalu karena itu makna denotasi serong disebut sebagai makna sebenarnya umpamanya kata perempuan dan wanita kedua kata ini mempunyai makna denotasi yan sama, yaitu manusia dewasa bukan laki-laki. Dalam beberapa buku pelajaran makna denotatif sering disebut sebagai makna dasar, makna asli, atau makna pusat. Menurut Pateda (2010:98) makna denotatif adalah makna polosapa adanya yang bersifat objektif. Makna denotatif diartikan sebagai makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau didasarkan atas konvesi tertentu dan bersifat objektif (Komaruddin, 2007: 114). Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diambil sebuah simpulan bahwa makna denotatif adalah sebagai makna asli.makna denotatif mengacu pada kemurnian makna.makna denotatif disebut juga makna yang polos karena tidak tercampur oleh

7 14 unsur-unsur di luar makna itu sendiri. Makna denotatif juga diartikan makna yang apa adanya, yaitu bahwa yang tersirat di dalam makna tersebut adalah makna yang utuh tanpa merubah sedikitpun. Makna denotatif mengacu kepada makna yang sesungguhnya. b. Makna Konotatif Makna konotatif adalah makna yang muncul sebagai akibat perasaan pemakai bahasa terhadap kata yang didengar atau kata yang dibaca (pateda, 2010: 112). Menurut Komaruddin (2007: 114), makna konotatif adalah tautan pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika berhadapan dengan sebuah kata. Menurut Chaer (2013: 69), makna konotasi adalah sebuah kata dapat berbeda dari satu kelompok masyarakat yang satu dengan kelompok masyarakat yang lain, sesuai denan pandangan hidup dan norma-norma penilaian kelompok masyarakat tersebut. Makna kontatif dapat juga berubah dari waktu ke waktu. Misalnya kata ceramah dulu kata ini sering berkonotasi negatif karena berarti cerewet, tetapi sekarang konotasinya positif. Sebaliknya kata perempuan dulu sebelum zaman Jepang berkonotasi netral, tetapi kini berkonotasi negatif. Jadi, makna konotatif adalah makna yang muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap apa yang diucapkan atau apa yang didengar. Makna konotatif adalah makna yang telah mengalami penambahan makna atau makna yang muncul sebagai nilai rasa yang timbul setelah diucapkan. Kata putih memiliki makna dasar warna seperti salju atau kertas. Tetapi, kata putih juga dapat diacukan pada makna yang lain, misalnya, kesucian. Acuan makna kata yang pertama merupakan contoh dari makna dasar, sedangkan makna yang kedua merupakan contoh dari makna tambahan.

8 15 c. Makna Referensial Chaer (2013: 63-64) mengungkapkan bahwa bila kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar habasa yang diacu oleh kata itu maka kata tersebut kata bermakna referensial. Kalau kata-kata itu tidak mempunyai referen maka kata itu disebut kata nonreferensial. Pateda (2010: 125) menatakan bahwa makna referensial (referensial meaning) atau makna kognitif (cognitive meaning), atau makna deskriptif (descriptif meaning), atau makna proposional (propositional meaning), atau makna ideasional (ideational meaning) adalah makna yang langsung berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata. Referen atau acuan dapat berupa benda, peristiwa, proses atau kenyataan. Referen adalah sesuatu yang ditunjuk oleh satu lambang. Makna referensial mengisyaratkan tentang makna yang langsung menunjuk pada sesuatu, baik benda, geja;a, kenyataan, peristiwa maupun proses. Menurut Djajasudarma (2009: 14) makna referensial adalah makna yang berhubungan langsung dengan kenyataan atau referen (acuan). Makna referensial memiliki hubungan dengan konsep tentang sesuatu yang telah disepakati bersama (oleh masyarakat bahasa). Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa makna referensial adalah makna yang mempunyai hubungan dengan kenyataan yang sesungguhnya. Makna referensial berhubungan langsung dengan benda, peristiwa, kenyataan atau referen. Makna referen bisa kita bandingkan dengan benda yang ada disekitar kita. Kejadian atau peristiwa disekitar kita juga sangat membantu untuk mendapatkan makna yang referensial. Misalnya, kata meja termasuk kata bermakanreferensial karena ada acuannya dalam dunia nyata yaitu meja yang digunakan oleh masyarakat untuk menaruh atau meletakan sesuatu.

9 16 d. Makna Kias Penggunaan istilah arti kiasan ini sebagai oposisidarimaknayang sebenarnya. Oleh karena itu, semua bentuk bahasa (baik kata, frase, maupun kalimat) yang tidak merujuk pada arti sebenarnya (arti leksikal, arti konseptual, atau arti denotatif) disebut mempunyai arti kiasan (Chaer, 77: 2013). Pateda (2010: 108) mengungkapkan bahwa makna kias adalah makna kias yang tidak sesuai lagi dengan konsep yang terdapat di dalam kata tersebut. Makna kiasan sudah bergeser dari makna sebenarnya, namun kalau dipikir secara mendalam, masih ada kaitannya dengan makna sebenarnya. Jadi, makna kias adalah makna yang mengandug arti sebagai makna yang bukan sebenarnya. D. Penamaan 1. Pengertian Penamaan Chaer (2013: 43-44), mengatakan bahwa penamaan adalah proses perlambangan suatu konsep untuk mengacu kepada suatu referen yang berada di luar bahasa. Dalam kehidupannya seringkali manusia, tentu saja termasuk kita, sukar memberi nama-nama atau label-label terhadap benda-benda atau peristiwa yang ada di sekelilingnya karena sangat banyak dan beragamnya benda-benda atau peristiwaperistiwa tersebut. Oleh karena itu, lahirlah nama kelompok dari benda atau hal yang berjenis-jenis itu, misalnya nama binatang, nama tumbuh-tumbuhan, nama buahbuahan, dan sebagainya. Yang dinamai rumput, misalnya, adalah sejenis tumbuhan rendah, yang meliputi beratus mungkin beribu-ribu spices. Menurut Aristoteles (dalam Pateda, 2010:63), pemberian nama adalah soal perjanjian, konvensi. Yang dimaksud dengan soal perjanjian di sini bukan berarti bahwa dahulu ada sidang masalah nama

10 17 untuk sesuatu yang diberi nama. Nama tersebut biasanya dari seseorang nama pakar, ahli, penulis, pengarang, wartawan, pemimpin negara, tokoh masyarakat. Nama kemudian dipopulerkan oleh masyarakat, baik melalui media massa elektronik maupun non elektronik, atau boleh juga melalui pembicaraan tatap muka. Dalam ilmu fisika dikenal hukum Boyle dan Archimedes, karena penemu hukum tersebut adalah Boyle dan Archimedes. Menurut Pateda (2010:64) nama muncul akibat dari kehidupan manusia yang kompleks dan beragam serta alam sekitar manusia yang berjenis-jenis. Dalam hal ini manusia sulit memberikan label-label terhadap benda yang ada di sekelilingnya. Dengan demikian lahirlah nama kelompok, misalnya binatang, buah-buahan, ikan, burung, rumput, tumbuh-tumbuhan. Nama itu berbeda antara suku bangsa (etnic group)tertentu dengan suku bangsa yang lain. Pada umumnya orang Indonesia menamai rumah dengan sebutan rumah. Orang Gorontalo menamai rumah dengan sebutan bele /bélé/. Orang Suawa di Kabupaten Gorontalo menamai rumah dengan sebutan laaigo /la: igo/. Orang Inggris menamai rumah dengan sebutan house dan orang Belanda menamai rumah dengan menyebutnya huiss. Plato (dalam Pateda, 2010: 63) mengemukakan ada hubungan hayati antara nama dan benda. Untuk mengetahui hubungan makna yang terkandung di dalam sebuah nama, benda,peristiwa dengan acuannya kita harus menetapkan sebuah nama dengan perjanjian. Jadi, penamaan adalah merupakan pengganti kata benda, proses, peristiwa dan sifa. Penamaan termasuk di dalam aspek-aspek semantik karena di dalam penamaan terkandung sebuah makna yang berhubungan dengan sifat acuan yang diberi nama. Penamaan adalah kata-kata atau label yang melambangkan segala sesuatu yang berada pada kehidupan. Penaamaan yaitu sebuah kata atau label yang memudahkan manusia

11 18 untuk mengingat dan myebutkan sesuatu. Nama diberikan atau dicantumkan untuk menyebut benda, tempat, orang dan sebagainya. Oleh karena itu, nama adalah kata ganti untuk mnyebutkan kejadian, tempat, barang, hewan, serta nama untuk memanggil orang. 2. Jenis Penamaan Chaer, (2013: 44) mengklasifikasikan mengenai peristiwa yang melatarbelakangi terjadinya sistem penamaan ada 11 yang meliputi: (1) peniruan bunyi, (2) penyebutan bagian, (3) penyebutan sifat khas, (4) penemu dan pembuat, (5) tempat asal, (6) bahan, (7) keserupaan, (8) pemendekan, (9) penamaan baru, (10) pengistilahan, dan (11) pendefinisian.menurut Sudaryat (2008:59) ada 10 cara dalam proses penamaan. Proses penamaan tersebut diantaranya yaitu (1) peniruan bunyi, (2) penyebutan bagian (3) penyebutan sifat khas, (4) penyebutan aplevita, (5) penyebutan tempat asal, (6) penyebutan bahan, (7) penyebutan keserupaan, (8) penyebutan pemendekan, (9) penyebutan penamaan baru, dan (10) penyebutan pengistilahan. Penelitian ini menggunakan kedua teori yang dikemukakan oleh Chaer dan Sudaryat. Peneliti membatasi jenis penyebab proses terjadinya penamaan menjadi 11, antara lain: (1) peniruan bunyi, (2) penyebutan bagian, (3) penyebutan sifat khas, (4) penemu dan pembuat, (5) tempat asal, (6) bahan, (7) keserupaan, (8) pemendekan, (9) penamaan baru, (10) pengistilahan, dan (11) pendefinisian. a. Peniruan Bunyi Chaer (2013: 44) mengungkapkan bahwa dalam bahasa Indonesia ada sejumlah kata yang terbentuk sebagai hasil peniruan bunyi. Maksudnya, nama-nama

12 19 benda atas hal tersebut dibentuk berdasarkan bunyi dari benda tersebut atas suara yang ditimbulkan oleh benda tersebut. Misalnya, binatang sejenis reptil kecil yang melata di dinding disebut cecak karena bunyinya cak, cak, cak-,. Kata-kata yang dibentuk berdasaran tiruan bunyi ini disebut kata peniru bunyi atau onomatope. Menurut Sudaryat (2008: 59) penamaan dengan peniruan bunyi (onomatope) muncul jika kata atau ungkapan merupakan bunyi dari benda yang diacunya. Jadi, penamaan berdasarkan peniruan bunyi adalah dibentuk dan muncul jika kata atau ungkapan merupakan bunyi dari benda yang diacunya, benda tersebut memiliki bentuk yang menjadi ciri khusus. Penamaan ini terbbentuk dari kata-kata yang dihasilkan oleh bunyi yang dituju. b. Penyebutan Bagian Chaer (2013: 44-45), menjelaskan bahwa dalam bidang kesustraan ada istilah pars photo yaitu gaya bahasa yang menyebutkan bagian dari suatu benda atau hal, padahal yang dimaksud adalah keseluruhannya. Misalnya kata kepala dalam kalimat setiap kepala menerima bantuan seribu rupiah, bukankah dalam arti kepala itu saja, melainkan seluruh orangnya sebagai satu keutuhan. Penamaan sesuatu benda atau konsep berdasarkan bagian dari benda itu biasanya berdasarkan ciri yang khas atau yang menonjol dari benda itu dan yang sudah diketahui secara umum. Misalnya, pada tahun enam puluhan kalau ada orang mengatakan ingin membeli rumah tetapi tidak ada Sudirmannya maka dengan kata Sudirman yang dimaksudkan adalah uang karena pada waktu itu uang bergambar almarhum Jenderal Sudirman. Sekarang mungkin dikatakan orang tidak ada Soekarno-Hattanya sebab uang kertas sekarang bergambar Soekarno-Hatta (lembaran seratus ribu). Menrut Sudaryat (2008: 59) penamaan suatu benda dengan cara menyebutkan bagian dari suatu benda padahal

13 20 yang dimaksud keseluruhannya. Jadi, penamaan berdasarkan penyebutan bagian adalah penamaan suatu benda dengan cara menyebutkan bagian dari benda tersebut yang ditunjuk sebagai acuannya, padahal yang dimaksudkan adalah keseluruhannya. Maksudnya, bagian dari benda tersebut atau hal, bisa dari tubuh yang disebutkan mempunyai arti secara keseluruhan dari benda tersebut. Misalkan, ketika minta dibuatkan teh di rumah, pasti yang membuatkan tersebut tidak akan memberikanteh sajaa, melainkan teh yang sudah disesuh dengan air panas, diberi gula, dan ditempatkan di dalam cangkir. c. Penyebutan Sifat Khas Menurut Chaer (2013: 46-47) gejala ini merupakan peristiwa semantik karena dalam peristiwa itu terjadi transposisi makna dalam pemakaian yakni perubahan dari kata sifat menjadi kata benda. Di sini terjadi perkembangan yaitu berupa ciri makna yang disebut dengan kata sifat itu mendesak kata bendanya karena sifatnya yang amat menonjol itu; sehingga akhirnya, kata sifatnya itulah yang menjadi nama bendanya. Menurut Sudaryat (2008:59) penamaan dengan penyebutan sifat khas adalah penamaan sesuatu benda berdasarkan sifat khas yang ada pada benda itu. Jadi, penamaan berdasarkan penyebutan sifat khas adalah penamaan suatu benda berdasarkan sifat yang khas dari benda itu. Penamaan berdasarkan sifat khas dapat dibagi menjadi dua, yakni (1) sifat khas berdasarkan ciri fisik dan (2) sifat khas berdasarkan karakter. 1) Sifat Khas Berdasarkan Ciri Fisik Penamaan berdasarkan sifat khas karena ciri fisik yang dimiliki oleh suatu benda sering dijumpai dalam lingkungan masyarakat. Hat tersebut disebabkan karena

14 21 dari ciri fisik tersebut sangat menonjol sehingga mendesak bendanya. Sifat khas yang dimiliki itulah yang dijadikan nama benda tersebut. Sifat khas berdasarkan ciri fisik ini terbentuk adanya sesuatu yang khas dari fisik si penyandang nama unik dan menarik tersebut. Misalnya, orang yang tidak dapat tumbuh menjadi besar, tetap saja kecil, disebut si kerdil; yang kulitnya hitam disebut si hitam; dan yang keplanya botak disebut si botak. 2) Sifat Khas Berdasarkan Karakter Penamaan berdasarkan sifat khaskarena karakter yang dimiliki oleh suatu benda sering dijumpai dalam lingkungan masyarakat. Hat tersebut disebabkan karena dari ciri karakter tersebut sangat menonjol sehingga mendesak bendanya. Sifat khas yang dimiliki itulah yang dijadikan nama benda tersebut. Sifat khas berdasarkan karakter ini terbentuk adanya sesuatu yang khas dari karakter si penyandang nama unik dan menarik tersebut. Misalnya, orang yang sangat kikir lazim disebut si kikir atau si bakhil. d. Penyebutan Penemu dan Pembuat Banyak nama benda dalam kosakata bahasa Indonesia yang dibuat berdasarkan nama penemunya, nama pabrik pembuatnya, atau nama dalam peristiwa sejarah. Nama-nama benda yang demikian disebut dengan istilah appelativa. Nama orang atau nama pabrik dan merk dagang yang kemudian menjadi nama benda hasil produksi itu banyak pula kita dapati seperti aspirin obat sakit kepala, ciba obat sakit perut, tipp ex alat koreksi tulisan/ketikan, miwon bumbu masak, kodak potret dan lainnya. (Chaer, 2013: 47-48). Sudaryat (2013: 59) mengatakan bahwa penamaan

15 22 berdasarkan penemu dan pembuat adalah penamaan suatu benda yang diambil dari nama penemu, pabrik atau nama dalam peristiwa sejarah. Jadi, penamaan berdasarkan penemu dan pembuat adalah penamaan suatu benda yang diambil dari nama penemu, pabrik atau nama dalam peristiwa sejarah yang terjadi di masa lampau. Misalnya, kata Sandwich, yaitu roti dengan mentega dan daging di dalamnya, berasal dari nama seseorang bangsawan Inggris Sandwich. Dia seorang penjudi berat, yang selalu membawa bekal berupa roti di atas agar dia dapat makan sambil tetap bermain. e. Penyebutan Tempat Asal Menurut Chaer (2013: 48-49) sejumlah nama benda padat ditelusuri berasal dari mana tempat asal benda tersebut. Misalnya kata magnet berasal dari nama tempat Magnesia; kata kenari, yaitu nama sejenis burung, berasal dari nama Pulau Kenari di Afrika. Banyak juga nama piagam atau prasasti yang disebut berdasarkan nama tempat penemuannya seperti piagam kota Kapur, prasasti. Selain itu banyak juga kata kerja yang dibentuk dari nama tempat misalnya, didigulkan yang berarti dibuang ke Digul di Irian Jaya. Sudaryat (2008: 59) mengatakan bahwa penamaan berdasarkan tempat asal adalah penamaan suatu benda dari berdasarkan nama tempat asal benda tersebut. Jadi, penamaan berdasarkan tempat asal adalah penamaan suatu benda ditinjau dari nama tempat asal benda tersebut. f. Penyebutan Bahan Chaer (2013: 49) mengungkapkan ada sejumlah benda yang namanya diambil dari nama bahan pokok benda itu. Misalnya, karung yang dibuat dari goni yaitu sejenis serat tumbuh-tumbuhan yang dalam bahasa Latin disebut Corchours

16 23 capsularis, disebut juga goni atau guni. Kalau kita membeli beras dua goni, maksudnya adalah membeli beras dua karung. Menurut Sudaryat (2008: 60) penamaan berdasarkan penyebutan bahan adalah penamaan suatu benda berdasarkan nama bahan pokok benda tersebut. Jadi, penamaan berdasarkan bahan adalah penamaan suatu benda berdasarkan nama bahan pokok benda tersebut yang menjadi bahan utama dari benda tersebut. Contohnya, kata kaca merupakan nama bahan. Barang-barang lain yang terbuat dari kaca disebut juga kaca seperti kaca mobil, kaca mata. g. Penyebutan Keserupaan Menurut Chaer (2013: 50) dalam praktik berbahasa banyak kata yang digunakan secara metaforis. Artinya kata itu digunakan dalam suatu ujaran yan maknanya dipersamakan atau diperbandingkan dengan makna leksikal dari kata itu. Pemakaian bahasa sekarang banyak nama benda yang dibuat berdasarkan kesamaaan sifat atau ciri dari makna leksikal kata itu. Sifat metaforis dari kata-kata itu tampaknya sudah luntur karena kata-kata itu telah menjadi istilah umum dalam pemakaian bahasa sehari-hari. Menurut Sudaryat (2008: 60) penyebutan penyerupaan adalah penamaan suatu benda berdasarkan keserupaan suatu benda dengan benda lain. Jadi, penamaan suatu benda berdasarkan keserupaan suatu benda dengan benda lain yang maknanya dipersamakan atau diperbandingkan. Misalnya, kata kaki ada frase kaki meja, kaki kur, dan kaki gunung. Berdasarkan keserupaan fungsinya sama dengan kaki manusia. h. Penyebutan Pemendekan Chaer (2013: 51) mengatakan bahwa dalam perkambangan bahasa terakhir ini banyak kata-kata dalam bahasa Indonesia yang terbentuk sebagai hasil penggabungan

17 24 unsur-unsur huruf awal atau suku dari beberapa kata yang digabungkan menjadi satu. Kata-kata yang terbentuk sebagai hasil penyingkatan ini lazim disebut akronim. Katakata yang berupa akronim ini kita dapati hampir dalam semua bidang kegiatan. Pemendekan terbentuk dengan cara memendekan ujaran atau kata lain. Misalnya, abriyang berasal dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Sudaryat (2008: 60) mengungkapkan bahwa pemendekan adalah penamaan suatu benda dengan cara memendekan ujaran atau kata lain. Menurut Kridalaksana (2001: ), bentukbentuk pemendekan meliputi: (1) akronim dan kontraksi, (2) lambang huruf, (3) penggalan, dan (4) singkatan 1) Akronim dan Kontraksi Akronim yaitu proses pemendekan yang menggabungkan huruf tau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit banyak memenuhi kaidah fonotaktik Indonesia. Sedangakan kontraksi adalah pemendekan suatau kata, suku kata, atau gabungan kata dengan cara penghilangan huruf yang melambangkan fon di dalam kata tersebut. Persamaan keduanya adalah sama-sama bentuk kependekan yang memendek dua kata menjadi satu yang dapat dilafalkan sebagai kata wajar. Khusus kontraksi, satu kata dapat dipendekan lagi menjadi suku kata. Akronim dan kontraksi mempunyai sub klasifikasi antara lain: Pengekalan suku pertama dari tiap komponen, misalnya Nalo (Nasional Loter), pengekalan suku pertama komponen pertama dan pengekalan kata seutuhnya, misalnya banstir (banting stir), pengekalan suku kata terakhir dari tiap komponen, misalnya Lisin (ahli mesin, pengekalan suku kata peertama dari komponen pertama dan kedua serta huuruf pertama dari komponen selanjutnya, mislanya Gapani (Gabungan Pengusaha Apotik

18 25 Nasional Indonesia), pengekalan suku pertama tiap komponen dengan pelepasan konjungsi, misalnya Anpuda (Andalan Pusat dan Daerah), pengekalan huruf pertama tiap komponen, misalnya KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia), pengekalan huruf pertama tiap komponen frase dan pengekalan dua huruf pertama komponen terakhir, misalnya Aika (Arsitek Insinyur Karya), pengekalan dua huruf pertama tiap komponen, misalnya Unud (Universitas Udayana), pengekalan tiga huruf pertama tiap komponen, misalnya Konwil (komando wilayah), pengekalan dua huruf pertama komponen pertama dan tiga huruf pertama komponen kedua disertai pelepasan konjungsi, misalnya abnon (abang dan none), pengekalan dua huruf pertama komponen pertama dan ketiga serta pengekalan tiga huruf pertama komponen kedua, misalnya Odmilti (Oditur Militer Tinggi), pengekalan tiga huruf pertama komponen pertama dan ketiga serta pengekalan huruf pertama komponen kedua, misalnya Nasakom (Nasionalis, Agama, Komunis), pengekalan dua huruf pertama tiap komponen serta pelepasan konjungsi, misalnya Falsos (Falsafah dan Sosial), pengekalan dua huruf pertama komponen dan tiga hurif pertama komponen kedua, misalnya Jabar (Jawa Barat), pengekalan empat huruf pertama tiap komponen disertai pelepasan konjungsi, misalnya Agitprop (Agitasi dan Propaganda), dan pengekalan berbagai huruf dan suku kat ayng sukar dirumuskan, misalnya Akaba (Akademi Perbankan). 2) Lambang Huruf Lambang huruf adalah proses pemendekan yang menghasilkan satu huruf atau lebih yang menggambarkan konsep dasar kuantitas, satuan atau unsur. Lambang huruf mempunyai beberapa sub klasifikasi sebagai berikut: Lambang huruf yang menandai

19 26 bahan kimia atau bahan lain, misalnya Ca (kalsium), lambang huruf yan menandai ukuran, misalnya Km (kilometer), lambang huururf yang menyatakan bilangan, misalnya X (10), lambang huruf yang menandai kota/negara/alat angkutan, misalnya JKT (Jakarta), lambang huruf yang menandai mata uang, misalnya Rp. (rupiah), lambang huruf yang digunakan dalam berita kawat, misalnya DTG (datang). 3) Penggalan Penggalan adalah proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari leksem. Penggalan mempunyai beberapa sub klasifikasi sebagi berikut: Penggalan suku kata pertama dari suatu kata, misalnya Dok (dokter), penggalan suku terakhir suatu kata, misalnya Pak. (bapak), penggalan tiga huruf pertama dari suatu kata, misalnya Dep. (departemen), penggalan empat huruf pertama dari suatu kata, misalnya Prof. (profesor), penggalan kata terakhir dari suatu kata, misalnya harian (surat kabar harian), dan pelepasan sebagian kata, misalnya apabila (pabila). 4) Singkatan Singkatan adalah salah satu hasil pemendekan yang berupa huruf atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf (misalnya, KKN singkatan dari Kuliah Kerja Nyata) maupun yang tidak dieja huruf demi hurug (misalnya, dng singkatan dari dengan). Singkatan mempunyai beberapa sub klasifikasi sebagai berikut: Pengekalan huruf pertama tiap komponen, misalnya A (agama), pengekalan huruf pertama dengan pelepasan konjugngsi, preposisi, reduplikasi dan preposisi, artikulai dan kata, misalnya GTKI (Gabungan Taman Kanak-Kanak Indonesia), penggalan huruf pertama dengan bilangan, bila berulang misalnya D3 (Dinas

20 27 Dermawan Darah), pengekalan dua huruf pertama dari kata, misalnya Aj. (ajudan), pengekalan tiga huruf pertama dari sebuah kata, misalnya Okt. (Oktober), pengekalan empat huruf pertama dari kata, misalnya Sept. (September), pengekalan huruf pertama dan huruf terakhir, misalnya Ir. (Insinyur), pengekalan huruf pertama dan ketiga, misalnya Gn. (Gunung), pengekalan huruf pertama dan terakhir dari suku kata huruf pertama dari suku kata kedua, misalnya Kpt. (kapten), pengekalan kuruf pertama kata pertama dan huruf pertama kata kedua dari gabungan kata, misalnya a.d. (antedium), pengekalan huruf pertama dan diftong terakhir dari kata, misalnya Sei (sungai), pengekaalan huruf pertama dari kata pertama dan huruf pertama kata kedua dalam suatu gabungan kata, misalnya Swt (Swantra), pengekalan huruf pertama suku kata pertama dan huruf pertama dan terakhir duku kata kedau dari suatu kata, misalnya Bdg (Bandung), pengekalan huruf pertama dari tiap suku ata, misalnya hlm (halaman), pengekalan huruf pertama dan huruf keempat dari suati kata, misalnya DO (depot), dan pengekalan huruf yang tidak berartura, misalnya KDM (kopmandan), Ops (operasi). i. Penyebutan Penamaan Baru Chaer (2013; 51) mengungkapkan bahawa banyak kata atau istilah baru yang dbentuk untuk menggantikan kata atau istilah lama yang sudah ada. Penggantian katakata baru atau sebutan baru bisa disebabkan arena masyarakat menganggap kurang tepat, tidak rasional, tidak halus, atau kurang ilmiah sehingga masyarakat memilih untuk mengganti kata yang baru karena akasan tersebut. Jadi, penamaan berdasarkan penamaan baru adalah penamaan suatu benda berdasarkan masuknya kata-kata baru untuk mengganti kata-kata lama yang dirasakan kurang tepat. Proses penggantian

21 28 nama atau penyebutan baru masih akan terus berlangsung sesuai dengan perkembangan pandangan dan norma budaya di dalam masyarakat. Misalnya, kata pariwisata untuk menggantikan turisme. j. Penyebutan Pengistilahan Menurut Chaer (2013: 52-53) penyebutan pengistilahan berbeda dengan proses penamaan atau penyebutan yang lebih banyak berlangsung secara arbitrer maka pengistilahan lebih banyak berlangsung menurut suatu prosedur. Ini terjadi karena pengistilahan dilakukan untuk mendapatkan ketepatan dan kecermatan makna untuk suatu bidang kegiatan atau keilmuan. Jadi penamaan berdasarkan pengistilahan adalah penamaan suatu benda yang khusus dibuat untuk bidang kegiatan atau keilmuan tertentu. Pengistilahan ini untuk mendapatkan ketepatan dan kecermatan. Misalnya, kata lengan dan tangan dalam bidang kedokteran digunakan untuk istilah yang berbeda. Lengan adalah anggota tubuh dari bahu sampai pergelangan, dan tangan adalah dari pergelangan sampai ke jari-jari. k. Penyebutan Pendefinisian Chaer (2013: 53) mengungkapkan bahwa pendefinisian adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja untuk mengungkapkan dengan kata-kata akan suatu benda, konsep, proses, aktivitas, peristiwa, dan sebagainya. Banyak cara yang dapat digunakan untuk membuat definisi ini. Hasil yang didapat dari car-cara pendefinisian ini adalah adanya berbagai macam definisi, yang taraf kejelasannya tidak sama. Definisi yang paling rendah tingkat kejelasannya adalah yang disebut definisi sinominis. Artinya, suatu kata didefinisikan dengan sebuah kata lain yang merupakan

22 29 sinonim dari kata itu. Definisi dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis yaitu definisi sinonim, definisi formal, definisi logis, definisi ensiklopedia, dan definisi batasan. Jadi, penyebutan pendefinisian adalah upaya untuk mengungkapkan dengan kata-kata akan sesuatu untuk memudahkan manuiaa dalam menyebutkan sesuatu tersebut. Misalnya, pendefinisian kata air didefinisikan sebagai zat cair yang jatuh dari awan sebagai hujan, mengaliri sungai, mengenai danau dan lautan, meliputi dua pertiga bagian permukaan bumi. 3. Nama Panggilaan Unik dan Menarik Nama adalah kata untuk menyatakan panggilan atau sebutan orang, barang, tempat, dan lain sebagainya. Nama adalah kata untuk menyebutkan atau memanggil orang, tempat, barang, binatang (Depdiknas, 2007: 950). Nama merupakan doa, citacita, dan harapan bagi orang tuanya.nama yang diberikan kepada seseorang mempunyai arti sangat penting dalam kehidupannya. Nama yang baik merupakan kebanggaan bagi anak jika ia tumbuh dewasa, bahkan bisa menjadi motivasi bagi yang mempunyai nama untuk menjadi orang yang baik, pandai, dan sukses seperti makna dari nama itu sendiri. Nama panggilan adalah nama yang digunakan dalam penyapaan (Depdiknas, 2007: 950). Nama panggilan dapat diambil dari nama orang itu sendiri atau bahkan sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan nama orang tersebut. Nama panggilan seringkali diambil secara spontan atau tidak langsung oleh orang lain yang mengenali kita. Dengan adanya nama panggilan dapat memudahkan seseorang dalam bertutur sapa. Keunikan dalam pemberian nama panggilan itu yang menjadi ciri khas dan pambeda dari manusia satu dengan yang lainnya.

23 30 Unik berarti tersendiri dalam bentuk atau jenisnya; lain dengan yang lain; tidak ada persamaan dengan yang lain (Depdiknas, 2007: 1530). Nama panggilan unik berasal dari orang lain yang menghubungkan sosok si penyandang nama pangggilan unik dengan acuan atau referen seperti peniruan bunyi, penyebutan bagian, penyebutan sifat khas, penemu dan pembuat, tempat asal, bahan, keserupaan, pemendekan, penamaan baru, pengistilahan, dan pendefinisian. Nama panggilan yang diambil dari bagian nama asli tidak dikatakan sebgai nama panggilan unik. Nama panggilan unik diartikan sebagai nama untuk memanggil seseorang yang berbeda dari nama aslinya atau bukan dari nama asli. Misalnya, panggilan unik cungkring berasal dari penyebutan sifat khas yang dimiliki oleh penyandang nama panggilan unik tersebut yaitu memiliki bentuh tubuh yang kecil, kurus, dan tinggi. Menarik berarti memiliki daya tarik untuk memikat orang lain; memiliki ciri khas tersendiri (Depdiknas, 2007: 1498). Nama panggilan menarikberasal dari sesuatu yang ada pada diri penyandang nama panggilan menarik tersebut. Nama panggilan menarik mempunyai ciri khas sendiri yang beda dengan orang lain. Nama panggilan menarik tidak dapat disebut menarik jika orang lain memiliki kesamaaan pada penyandang nama panggilan menarik tersebut. Nama panggilan menarik memikat orang lain untuk mengingat nama yang disandangkannya kepada orang tersebut. Misalnya, nama panggilan menarik berbie berasal dari kemiripan yang dimili oleh penyandang nama panggilan menarik tersebut yaitu dengan sosok kartun berbie yang identik dengan kecantikan. Orang akan mengingatnya karena penyandang nama panggilan mearik itu memiliki daya tarik sendiri.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kabupaten Purbalingga (Kajian Semantik) ini berbeda dengan penelitian-penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kabupaten Purbalingga (Kajian Semantik) ini berbeda dengan penelitian-penelitian 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevan Penelitian yang berjudul Sistem Penamaan Tempat Pemakaman Umum di Kabupaten Purbalingga (Kajian Semantik) ini berbeda dengan penelitian-penelitian sejenis.

Lebih terperinci

BAB II LANDASSAN TEORI

BAB II LANDASSAN TEORI 6 BAB II LANDASSAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Analisis Semantik Nama-Nama Hotel di Kawasan Lokawisata Baturraden, Kabupaten Banyumas. Karya Wilantika Apriliani Tahun 2016

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Konsep Penamaan Rumah Makan di Daerah Purwokerto Kabupaten Banyumas, tahun 2010 oleh Danang Eko Prasetyo. Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. penelitian mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang berjudul

BAB II LANDASAN TEORI. penelitian mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang berjudul 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian ini berjudul Kajian Penamaan Tempat Fotokopi di Sekitar Lingkungan Kampus di Purwokerto Tahun 2015. Untuk membedakan penelitian sekarang dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sebuah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh masyarakat umum dengan tujuan berkomunikasi. Dalam ilmu bahasa dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Prasetya, NIM , tahun 2010 dengan judul Konsep Penamaan Rumah

BAB II LANDASAN TEORI. Prasetya, NIM , tahun 2010 dengan judul Konsep Penamaan Rumah 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Untuk membedakan penelitian yang berjudul Sistem Penamaan Toko di Purwokerto, Kabupaten Banyumas dengan penelitian yang sudah ada sebelumnya,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Masalah nama panggilan unik ini dikaji berdasarkan kajian semantik, yaitu ilmu tentang makna atau arti. Penelitian tentang penamaan sebelumnya sudah dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Pengkajian teori tidak akan terlepas dari kajian pustaka atau studi pustaka karena teori secara nyata dapat dipeoleh melalui studi atau kajian kepustakaan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pada bidang semantik yang mengkaji tentang nama diri. Perbedaannya dengan

BAB II KAJIAN TEORI. pada bidang semantik yang mengkaji tentang nama diri. Perbedaannya dengan BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian yang Berjudul Kajian Semantik Nama Diri Anak SD Negeri (Kelas Satu) di Eks Kota Administrasi Puwokerto Kabupaten Banyumas oleh Chandra Devani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial perlu untuk berinteraksi untuk bisa hidup berdampingan dan saling membantu. Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi dalam bertukar pendapat. Bahasa dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi dalam bertukar pendapat. Bahasa dapat diartikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan sarana untuk bertukar pendapat, ide, maupun gagasan. Alat yang digunakan dalam komunikasi yaitu bahasa. Bahasa menjadi hal pokok yang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. jenis kependekan dan proses pembentukan kependekan yang terdapat dalam judul

BAB II LANDASAN TEORI. jenis kependekan dan proses pembentukan kependekan yang terdapat dalam judul 13 BAB II LANDASAN TEORI Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya, penelitian ini mengemukakan jenis kependekan dan proses pembentukan kependekan yang terdapat dalam judul acara televisi. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan salah satu cara manusia berinteraksi dengan orang lain yang biasa disebut interaksi sosial. Interaksi sosial ini dapat mengungkapkan perasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang berbentuk lisan dan tulisan yang dipergunakan oleh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu kegiatan yang rutin dilakukan oleh pihak sekolah untuk menyambut kedatangan siswa baru. Kegiatan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semantik merupakan istilah yang digunakan dalam bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK 2.1 Teori-Teori Yang Relevan Dengan Variabel Yang Diteliti 2.1.1 Pengertian Semantik Semantik ialah bidang linguistik yang mengkaji hubungan antara tanda-tanda

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA. Drs. SUMARDI, M. Pd. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

BAHASA INDONESIA KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA. Drs. SUMARDI, M. Pd. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS BAHASA INDONESIA Modul ke: KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Drs. SUMARDI, M. Pd Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id A. Pengertian Bahasa 1. Bloch & Trager Bahasa adalah

Lebih terperinci

BAB VII TATARAN LINGUISTIK(4) SEMANTIK

BAB VII TATARAN LINGUISTIK(4) SEMANTIK Nama : Hasan Triyakfi NIM : 1402408287 BAB VII TATARAN LINGUISTIK(4) SEMANTIK Dalam berbagai kepustakaan linguistik disebutkan bidang studi linguistik yang objek penelitiannya makna bahasa juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses berbahasa adalah hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Dengan berbahasa, seseorang

Lebih terperinci

Diajukan Oleh: ALI MAHMUDI A

Diajukan Oleh: ALI MAHMUDI A ANALISIS MAKNA PADA STATUS BBM (BLACKBERRY MESSENGER) DI KALANGAN REMAJA: TINJAUAN SEMANTIK Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari oleh para penuturnya. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses berpikir maupun dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Dengan Judul Kajian Semantik Penamaan Kendaraan Dan Suku Cadang Di Kecamatan Moga, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah oleh Moch. Arifudin Penelitian yang akan

Lebih terperinci

Istilah Bangunan Rumah Panggung Sunda Di Pesisir Selatan Tasikmalaya Oleh Fiana Abdurahman. Abstrak

Istilah Bangunan Rumah Panggung Sunda Di Pesisir Selatan Tasikmalaya Oleh Fiana Abdurahman. Abstrak Istilah Bangunan Rumah Panggung Sunda Di Pesisir Selatan Tasikmalaya Oleh Fiana Abdurahman Abstrak Dalam seni bina, pembinaan, kejuruteraan, dan pembangunan harta tanah, bangunan merujuk kepada mana-mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi penting bagi manusia. Bahasa dapat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi penting bagi manusia. Bahasa dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi penting bagi manusia. Bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih

Lebih terperinci

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU Makalah Bahasa Indonesia KATA PENGANTAR Syukur alhamdulilah kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat yang telah di limpahkannya. Sehingga penyusunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri-sendiri. Keunikkan bahasa dalam pemakaiannya bebas dan tidak terikat.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri-sendiri. Keunikkan bahasa dalam pemakaiannya bebas dan tidak terikat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki keanekaragaman yang unik dan memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Keunikkan bahasa dalam pemakaiannya bebas dan tidak terikat. Pada dasarnya bahasa

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK (4) : SEMANTIK. meskipun sifat kehadirannya pada tiap tataran itu tidak sama.

TATARAN LINGUISTIK (4) : SEMANTIK. meskipun sifat kehadirannya pada tiap tataran itu tidak sama. Nama : Setyaningyan NIM : 1402408232 BAB 7 TATARAN LINGUISTIK (4) : SEMANTIK Makna bahasa juga merupakan satu tataran linguistik. Semantik, dengan objeknya yakni makna, berada di seluruh atau di semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia membutuhkan alat. komunikasi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia membutuhkan alat. komunikasi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan bermasyarakat manusia membutuhkan alat komunikasi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Sinonim Secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim berarti nama lain

Lebih terperinci

M.K SEMANTIK Pertemuan Ke-4 RAGAM MAKNA

M.K SEMANTIK Pertemuan Ke-4 RAGAM MAKNA M.K SEMANTIK Pertemuan Ke-4 RAGAM MAKNA Ragam Makna/Jenis Makna Berdasarkan jenis semantiknya Makna leksikal Makna gramatikal Berdasarkan ada tidaknya referen suatu kata Makna referensial Makna nonreferensial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran. Oleh karena itu, bahasa

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran. Oleh karena itu, bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki fungsi yang penting bagi manusia. Menurut Chaer (1994: 45), fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi bagi manusia, menyampaikan pesan, konsep, ide,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retno Eko Wulandari, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retno Eko Wulandari, 2013 BAB I PENDAHULUAN Pada bab I akan dipaparkan latar belakang, masalah penelitian yang meliputi identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nani Astuti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nani Astuti, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa dan masyarakat merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan. Bahasa akan selalu berhubungan dengan masyarakat penutur begitu pula sebaliknya, masyarakat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Kebudayaan Widhagdo (1988 : 21) menyatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupan. Semuanya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian tentang penamaan ini telah dilakukan oleh beberapa mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Purwokerto dalam rangka penyusunan skripsi. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat pemakai bahasa membutuhkan satu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mencakup dua aspek, yakni singkatan dan akronim baik berdasarkan bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. mencakup dua aspek, yakni singkatan dan akronim baik berdasarkan bentuk II. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Kridalaksana (2009: 161), abreviasi (kependekan) terdiri dari singkatan, penggalan, akronim, kontraksi, dan lambang huruf, tetapi penelitian ini hanya mencakup dua aspek, yakni

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. teori makna yang dimiliki seseorang pengguna bahasa telah memadai dan cukup.

BAB II KAJIAN TEORI. teori makna yang dimiliki seseorang pengguna bahasa telah memadai dan cukup. 8 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Semantik Semantik adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari tentang makna atau arti yang terkandung dalam bahasa, kode, atau jenis lain dari representasi. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013 BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian ini akan diuraikan, latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan. Adapun uraiannya sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari pada makhluk lainnya di muka bumi ini. Semua orang menyadari betapa pentingnya peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan berita-berita dan sebagainya (Sugono ed., 2015:872). Beritaberita dalam surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan manusia yang lain. Ia selalu berhubungan dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Hubungan ini dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kata, baik berbentuk gramatikal maupun leksikal. Bahasa yang digunakan seharihari

BAB 1 PENDAHULUAN. kata, baik berbentuk gramatikal maupun leksikal. Bahasa yang digunakan seharihari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kosakata bahasa Indonesia tidak terlepas dari proses pembentukan kata, baik berbentuk gramatikal maupun leksikal. Bahasa yang digunakan seharihari di masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting di dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, hampir semua kegiatan manusia bergantung pada dan bertaut dengan bahasa. Tanpa adanya bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem yang dibutuhkan bagi manusia untuk dapat saling berkomunikasi satu sama lain. Bahasa menyampaikan pesan, konsep, ide, perasaan atau pemikiran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kompas edisi Senin bulan Februari Data itu diambil dari rubrik politik dan hukum, opini,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kompas edisi Senin bulan Februari Data itu diambil dari rubrik politik dan hukum, opini, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Data dan Sumber Data 1. Data Data dalam penelitian ini yaitu singkatan dan akronim yang terdapat dalam surat kabar Kompas edisi Senin bulan Februari 2011. Data itu diambil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Silfi Pitriyanti, 2014 Penggunaan Abreviasi Pada Ranah Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Silfi Pitriyanti, 2014 Penggunaan Abreviasi Pada Ranah Kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berbahasa merupakan salah satu kegiatan sehari-hari manusia dalam berkomunikasi, yang artinya dengan berbahasalah manusia saling berkomunikasi dan berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

ANALISIS MAKNA DALAM KATA MUTIARA PADA ACARA TELEVISI HITAM PUTIH DI TRANS7 BULAN AGUSTUS 2011: TINJAUAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS MAKNA DALAM KATA MUTIARA PADA ACARA TELEVISI HITAM PUTIH DI TRANS7 BULAN AGUSTUS 2011: TINJAUAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI ANALISIS MAKNA DALAM KATA MUTIARA PADA ACARA TELEVISI HITAM PUTIH DI TRANS7 BULAN AGUSTUS 2011: TINJAUAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI NOVIA ESTI NINGSIH A 310 070 021 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI - 13010113140096 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 1. INTISARI Semiotika merupakan teori tentang sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan, manusia dikodratkan sebagai makhluk sosial karena manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya membutuhkan bantuan

Lebih terperinci

ABREVIASI BAHASA INDONESIA PADA BAHASA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) SISWA SMA DI KABUPATEN BANYUWANGI SKRIPSI. Oleh. Evie Tristianasari

ABREVIASI BAHASA INDONESIA PADA BAHASA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) SISWA SMA DI KABUPATEN BANYUWANGI SKRIPSI. Oleh. Evie Tristianasari ABREVIASI BAHASA INDONESIA PADA BAHASA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) SISWA SMA DI KABUPATEN BANYUWANGI SKRIPSI Oleh Evie Tristianasari 070210402100 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN

Lebih terperinci

KAJIAN BENTUK-BENTUK AKRONIM BAHASA INDONESIA DAN KAJIAN FONOTAKTIKNYA DALAM BERITA LIPUTAN KHUSUS PEMILU 2009 PADA SURAT KABAR SOLOPOS SKRIPSI

KAJIAN BENTUK-BENTUK AKRONIM BAHASA INDONESIA DAN KAJIAN FONOTAKTIKNYA DALAM BERITA LIPUTAN KHUSUS PEMILU 2009 PADA SURAT KABAR SOLOPOS SKRIPSI KAJIAN BENTUK-BENTUK AKRONIM BAHASA INDONESIA DAN KAJIAN FONOTAKTIKNYA DALAM BERITA LIPUTAN KHUSUS PEMILU 2009 PADA SURAT KABAR SOLOPOS SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat hidup bermasyarakat. Dengan bahasa orang dapat. lambang bunyi, suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf,

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat hidup bermasyarakat. Dengan bahasa orang dapat. lambang bunyi, suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari orang tidak dapat lepas dari pemakaian bahasa, apalagi dalam kehidupan masyarakat. Peranan bahasa dalam hidup bermasyarakat sangat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. manusia atau kelompok (Kridalaksana, 2001:1993). Makna kata merupakan bidang

BAB II KAJIAN TEORI. manusia atau kelompok (Kridalaksana, 2001:1993). Makna kata merupakan bidang BAB II KAJIAN TEORI A. Semantik Semantik adalah bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan dan dengan struktur makna suatu wicara. Makna adalah maksud pembicaraan, pengaruh satuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau label terhadap benda atau peristiwa yang ada di sekelilingnya karena terlalu

BAB I PENDAHULUAN. atau label terhadap benda atau peristiwa yang ada di sekelilingnya karena terlalu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sering sekali manusia termasuk kita sukar memberi nama atau label terhadap benda atau peristiwa yang ada di sekelilingnya karena terlalu banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Di dalam interaksi tersebut, terjadi adanya proses komunikasi dan penyampaian pesan yang

Lebih terperinci

2015 FENOMENA PENGGUNAAN NAMA-NAMA UNIK PADA MAKANAN DI BANDUNG

2015 FENOMENA PENGGUNAAN NAMA-NAMA UNIK PADA MAKANAN DI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, masalah penelitian yang meliputi pengidentifikasian masalahah, pembatasan masalah, dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. masyarakat untuk tujuan komunikasi (Sudaryat, 2009: 2). Dalam kehidupan

BAB II LANDASAN TEORI. masyarakat untuk tujuan komunikasi (Sudaryat, 2009: 2). Dalam kehidupan 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Makna Bahasa ialah sebuah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh masyarakat untuk tujuan komunikasi (Sudaryat, 2009: 2). Dalam kehidupan sehari-hari manusia

Lebih terperinci

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO Endang Sulistyaniningsih Program Studi Teknik Informatika, Universitas Indraprasta PGRI Email: esulistyaniningsih@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

Bidang linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa.

Bidang linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa. SEMANTIK Pengantar Linguistik Umum 3 November 2014 APAKAH SEMANTIK ITU? 1 2 Bidang linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa. Menurut Ogden & Richards (1923), makna tanda bahasa dapat dilihat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu identitas sebuah bangsa demikian juga halnya dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti bahasa Indonesia

Lebih terperinci

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mendapatkan Gelar S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer, konvensional, dan memiliki makna. Sifat dinamis itu muncul karena manusia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Chaer (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Chaer (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama manusia. Chaer (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak

Lebih terperinci

REALISASI STRUKTUR SINTAKSIS PROSES PEMBELAJARAN MAHASISWA IA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA STKIP PGRI BANGKALAN TAHUN AJARAN

REALISASI STRUKTUR SINTAKSIS PROSES PEMBELAJARAN MAHASISWA IA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA STKIP PGRI BANGKALAN TAHUN AJARAN REALISASI STRUKTUR SINTAKSIS PROSES PEMBELAJARAN MAHASISWA IA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA STKIP PGRI BANGKALAN TAHUN AJARAN 2016 Sakrim Surel: sakrim.madura@yahoo.com ABSTRAK Pembuktian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi secara tidak langsung yakni dalam bentuk tulisan. Pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi secara tidak langsung yakni dalam bentuk tulisan. Pada dasarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai alat komunikasi, bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan. Selain digunakan sebagai alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota

BAB II LANDASAN TEORI. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Bahasa Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesamanya,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran, hal-hal, atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46).

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Dalam bab dua ini penulis akan membahas tentang teori-teori yang akan digunakan

Bab 2. Landasan Teori. Dalam bab dua ini penulis akan membahas tentang teori-teori yang akan digunakan Bab 2 Landasan Teori Dalam bab dua ini penulis akan membahas tentang teori-teori yang akan digunakan dalam penelitian kali ini. Teori tersebut mencangkup teori semantik dan teori pengkajian puisi. Teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung nilai kesopanan, sehingga mudah dipahami oleh lawan bicara.

BAB I PENDAHULUAN. mengandung nilai kesopanan, sehingga mudah dipahami oleh lawan bicara. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap manusia hidup tidak akan lepas dari bahasa. Bahasa adalah alat komunikasi yang paling mudah cara penyampaiannya. Untuk menyampaikan komunikasi, atau

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA UMB. Penulisan Kata (Diksi) Dra. Hj. Winarmi. M. Pd. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi.

BAHASA INDONESIA UMB. Penulisan Kata (Diksi) Dra. Hj. Winarmi. M. Pd. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi. Modul ke: BAHASA INDONESIA UMB Penulisan Kata (Diksi) Fakultas Psikologi Dra. Hj. Winarmi. M. Pd. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Definisi Pilihan Kata (Diksi) Pilihan kata atau diksi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan komunikasi antar sesamanya. Setiap anggota masyarakat selalu terlibat dalam komunikasi, baik dia berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang bahasa. Bahasa adalah suatu sistem simbol bunyi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak ahli yang berpendapat mengenai makna kata. Soedjito (1990: 51)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak ahli yang berpendapat mengenai makna kata. Soedjito (1990: 51) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak ahli yang berpendapat mengenai makna kata. Soedjito (1990: 51) dalam bukunya yang berjudul Kosa Kata Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa makna kata ialah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian secara umum, bahasa merupakan suatu bentuk alat komunikasi manusia yang berupa lambang bunyi melalui alat ucap yang dikeluarkannya akan memunculkan sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan-aturan masing-masing yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan-aturan masing-masing yang baik dan BAB I PENDAHULUAN.1 Latar Belakang Masalah Robert Sibarani (1997: 65) mengemukakan, bahwa bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan oleh masyarakat sebagai alat komunikasi. Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui tuturan di dalamnya. Stiker juga merupakan salah satu media

BAB I PENDAHULUAN. melalui tuturan di dalamnya. Stiker juga merupakan salah satu media BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stikeradalah suatu tampilanberupa gambar maupun tulisan-tulisan atau kata-kata yang di dalamnya terdapat tuturan yang ditujukan bagi pembacanya. Stikerdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingua france bukan saja di kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir seluruh

BAB I PENDAHULUAN. lingua france bukan saja di kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek Bahasa Melayu. Sudah berabad-abad lamanya Bahasa Melayu digunakan sebagai alat komunikasi atau lingua france bukan saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semua benda, wilayah atau daerah yang ada di sekeliling kita pasti memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Semua benda, wilayah atau daerah yang ada di sekeliling kita pasti memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua benda, wilayah atau daerah yang ada di sekeliling kita pasti memiliki nama, baik benda mati, benda hidup, tempat, atau nama daerah tempat tinggal kita.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mempelajari bahasa Inggris terutama yang berkenaan dengan makna yang terkandung dalam setiap unsur suatu bahasa, semantik merupakan ilmu yang menjadi pengukur

Lebih terperinci

KAJIAN SEMANTIK LEKSIKAL PADA ANTOLOGI CERPEN BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai Derajat Sarjana S-1

KAJIAN SEMANTIK LEKSIKAL PADA ANTOLOGI CERPEN BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai Derajat Sarjana S-1 KAJIAN SEMANTIK LEKSIKAL PADA ANTOLOGI CERPEN BERBEDA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh : ANGGUN SRI YUDHIASTUTI

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang

Lebih terperinci

ANALISIS MAKNA DENOTATIF DAN KONOTATIF PADA TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI KARANGAN SISWA KELAS VII MTs NEGERI SURAKARTA II

ANALISIS MAKNA DENOTATIF DAN KONOTATIF PADA TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI KARANGAN SISWA KELAS VII MTs NEGERI SURAKARTA II ANALISIS MAKNA DENOTATIF DAN KONOTATIF PADA TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI KARANGAN SISWA KELAS VII MTs NEGERI SURAKARTA II UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu

Lebih terperinci

PEMBELAJARANKOSAKATA Oleh: (Khairil Usman, S.Pd., M.Pd.)

PEMBELAJARANKOSAKATA Oleh: (Khairil Usman, S.Pd., M.Pd.) A. Pengertian Kosakata PEMBELAJARANKOSAKATA Oleh: (Khairil Usman, S.Pd., M.Pd.) Guru Bahasa Indonesia SMAN 3 Parepare Kosakata menurut Kridalaksana (1993: 122) sama dengan leksikon. Leksikon adalah (1)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Rubik Ekonomi Majalah Tempo Edisi Bulan Maret 2016 berbeda dengan

BAB II LANDASAN TEORI. Rubik Ekonomi Majalah Tempo Edisi Bulan Maret 2016 berbeda dengan 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Penelitian Jenis-jenis Makna Istilah Bidang Ekonomi Makro-Mikro pada Rubik Ekonomi Majalah Tempo Edisi Bulan Maret 2016 berbeda dengan penelitian

Lebih terperinci

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Pilihan Kata (Diksi) Sri Rahayu Handayani, SPd. MM. 11Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Pilihan Kata (Diksi) Sri Rahayu Handayani, SPd. MM. 11Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi Modul ke: 11Fakultas Ekonomi dan Bisnis BAHASA INDONESIA Pilihan Kata (Diksi) Sri Rahayu Handayani, SPd. MM Program Studi Akuntansi Pilihan Kata (Diksi) Pilihan kata atau Diksi adalah pemilihan kata-kata

Lebih terperinci

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Judul Skripsi : Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Nama : Eli Rahmat Tahun : 2013 Latar Belakang Menurut Keraf bahasa memiliki empat fungsi, yaitu (1) sebagai alat untuk mengekpresikan diri, (2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati maupun yang dipikirkan. Selain itu, bahasa juga sebagai alat untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sosiolinguistik. Penelitian kualitatif di sini menggunakan jenis penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sosiolinguistik. Penelitian kualitatif di sini menggunakan jenis penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan sosiolinguistik. Penelitian kualitatif di sini menggunakan jenis penelitian yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lambang bunyi yang dipakai oleh suatu masyarakat untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. lambang bunyi yang dipakai oleh suatu masyarakat untuk berinteraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari peritiwa komunikasi.dalam berkomunikasi, manusia memerlukan bahasa.bahasa mempunyai peran penting dalam

Lebih terperinci

JENIS MAKNA DAN PERUBAHAN MAKNA

JENIS MAKNA DAN PERUBAHAN MAKNA JENIS MAKNA DAN PERUBAHAN MAKNA Oleh: Muzaiyanah *) Abstract: Meaning is an integral part of the semantics and always sticks of what we Tell the. Meaning, a form of language that should be analyzed within

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci