BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metode Ceramah Definisi Metode Ceramah Metode ceramah diartikan sebagai proses penyampaian informasi dengan jalan mengeksplanasi atau menuturkan sekelompok materi secara lisan dan pada saat yang sama materi itu diterima oleh sekelompok subjek (Nurhidayah, 2009). Sukses tidaknya metode ceramah sangat ditentukan oleh kemampuan dosen menguasai suasana kelas, cara berbicara dan sistematika pembicaraan, jumlah materi yang disajikan, kemampuan memberi ilustrasi, jumlah subjek yang mendengarkan, dan lain-lain. Ceramah biasanya disertai dengan tanya jawab. Pengertian yang lain metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar (Djamarah, 2013). Cara mengajar ceramah dapat dikatakan sebagai teknik kuliah, merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok persoalan lisan secara langsung terhadap siswa. Ceramah mengandalkan penuturan dari pengajar atau pembicara dan tidak banyak berharap atas respon dari para pesertanya (Setiawati, 2008). Dengan demikian, dapat dipahami bahwa metode ceramah adalah cara penyajian 10

2 11 pelajaran yang dilakukan guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa Tujuan Metode Ceramah Secara spesifik pesifik metode ceramah bertujuan untuk menciptakan landasan pemikiran melalui produk ceramah yaitu bahan tulisan sehingga mahasiswa dapat belajar melalui bahan tertulis hasil ceramah, menyajikan garisgaris besar isi materi dan permasalahan yang terdapat dalam isi pelajaran, merangsang mahasiswa untuk belajar mandiri dan menumbuhkan rasa ingin tahu melalui pemerkayaan belajar, memperkenalkan hal-hal baru dan memberikan penjelasan secara jelas, sebagai langkah awal untuk metode yang lain dalam upaya menjelaskan prosedur-prosedur yang harus ditempuh mahasiswa (Sanjaya, 2011) Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah Sanjaya (2011) adapun kelebihan-kelebihan penggunaan dari metode ceramah yaitu : 1. Ceramah merupakan metode yang murah dan mudah untuk dilakukan. Murah dalam hal ini berarti proses ceramah tidak memerlukan peralatan-peralatan yang lengkap, berbeda dengan metode yang lain seperti demonstrasi dan peragaan. Dikatakan mudah karena memang ceramah hanya mengandalkan suara pendidik, dengan demikian tidak terlalu memerlukan persiapan yang rumit.

3 12 2. Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas. Artinya materi pelajaran yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokok-pokoknya oleh pendidik dalam waktu yang singkat. 3. Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan. Artinya, pendidik dapat mengatur pokok-pokok materi yang mana yang perlu ditekankan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. 4. Melalui ceramah, pendidik dapat mengontrol keadaan kelas oleh karena itu sepenuhnya kelas merupakan tanggungjawab pendidik yang memberikan ceramah. 5. Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih sederhana. Ceramah tidak memerlukan setting kelas yang beragam, atau tidak memerlukan persiapan-persiapan yang rumit. Beberapa kelebihan-kelebihan diatas, penggunaan metode ceramah juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu: 1. Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai pendidik. Kelemahan ini memang kelemahan yang paling dominan, sebab apa yang diberikan pendidik adalah apa yang dikuasainya. 2. Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme. Verbalisme adalah penyakit yang sangat mungkin disebabkan oleh proses ceramah. Oleh karena itu dalam proses penyajiannya, pendidik hanya mengandalkan bahasa verbal dan siswa hanya mengandalkan kemampuan auditifnya. Sedangkan disadari bahwa setiap siswa memiliki

4 13 kemampuan yang berbeda termasuk dalam ketajaman menangkap materi pelajaran melalui pendengarannya. 3. Pendidik yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan; 4. Melalui ceramah sangat sulit diketahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan pendidik atau belum Faktor-Faktor Pembelajaran Metode Ceramah Agar pembelajaran menggunakan metode ceramah dapat dilakukan secara lebih baik, perlu mempertimbangkan faktor berikut perumusan tujuan secara jelas, kesesuaian metode ceramah dengan tujuan artinya metode pembelajaran ini dipandang lebih efektif untuk menyampaikan materi pembelajaran yang bersangkutan, memvariasikan metode ceramah dengan metode pembelajaran lain, menggunakan alat pelajaran yang relevan untuk membangkitkan minat belajar mahasiswa maupun, pengorganisasian materi pembelajaran harus dilakukan secara cermat, dengan menggunakan prinsip belajar dan mengajar. Untuk menambah tingkat keefektifan, diperlukan kemampuan memberi penjelasan. Hal yang harus diperhatikan dalam memberi penjelasan adalah kejelasan bahasa, baik dalam memilih kata-kata, sususan kalimat, maupun menghindari kekaburan memberikan batasan pengertian terhadap istilah baru, menggunakan contoh secara memadai dan relevan dengan ide, konsep atau generalisasi apa yang dijelaskan disesuaikan juga dengan tingkat kemampuan yang diberi penjelasan, melakukan penekanan terhadap bentuk-bentuk informasi tertentu penekanan ini dapat dilakukan dengan menggunakan suara, dengan

5 14 pengulangan (repetisi) penjelasan, mencari kata atau ungkapan lain yang mempunyai arti sama (paraphrase) dengan tindakan, dengan menggunakan gambar atau demonstrasi, penyusunan materi pembelajaran yang dijelaskan harus logis dan jelas pola penyusunan pun harus jelas dan menggunakan umpan balik (feedback) (Sumiati & Asra, 2016). Berdasarkan uraian diatas, pelaksanaan metode ceramah sebagai berikut: 1. Dosen menjelaskan tujuan dan topik yang akan diajarkan. 2. Memberi motivasi belajar dengan berbagai kegiatan seperti ungkapanungkapan verbal yang dapat memberikan suasana senang, humor dan sebagainya dan menyajikan petunjuk yang sesuai, seperti dengan alat-alat gambar, slide, film, infocus ataupun transparansi. 3. Memberikan penjelasan singkat tentang materi atau submateri pembelajaran dalam garis besar (dengan ceramah). 4. Menyelingi kuliah dengan berbagai contoh dan tanya jawab. 5. Setelah ceramah, dapat dilakukan diskusi tentang masalah yang dipelajari. 6. Untuk materi pembelajaran memantapkan dapat diberikan tugas atau kegiatan inquiry dan discovery. 7. Dilakukan evaluasi dengan prosedur dan teknik tertentu Kombinasi Metode Ceramah Metode Ceramah dan Media Instruksional Konsentrasi mahasiswa akan menurun dengan cepat setelah mendengarkan ceramah lebih dari 20 menit secara terus-menerus (E.J.Thomas, 1972, dalam Nurhidayah, 2011). Media visual seperti Over Head Projector (OHP) dan papan

6 15 tulis dapat mengurangi menurunnya konsentrasi belajar mahasiswa dalam mendengarkan ceramah. Selain itu dengan menggunakan metode ceramah yang dikombinasikan dengan media visual, daya ingat mahasiswa terhadap materi yang baru menjadi meningkat. Untuk memudahkan dan mengarahkan konsentrasi mahasiswa, tulisan yang ditulis pada papan tulis atau Over Head Transparancies (OHT) harus terbaca oleh semua mahasiswa. Media visual lain yang dapat dipakai sewaktu berceramah adalah video, film, slide. Hand-outs yang berisi berupa ringkasan materi atau inti materi pembelajaran juga media visual yang dapat membantu dan memusatkan perhatian mahasiswa pada materi melalui penjelasan dosen, dan tidak menjadi sibuk mencatat Metode Ceramah dan Diskusi Metode diskusi memungkinkan adanya interaksi antara dosen dengan mahasiswa atau mahasiswa dengan mahasiswa. Di sinilah keunggulan metode diskusi yang tidak dimiliki metode ceramah. Melalui metode diskusi dosen dapat membaca pikiran mahasiswa tentang konsep yang baru dipelajarinya, seperti menilai pemahaman mereka terhadap konsep baru. Demikian pula reaksi terhadap konsep tersebut dapat melihat kesiapan menerima inovasi atau konsep-konsep baru. Namun, karena metode diskusi baru dapat berjalan dengan baik bila mahasiswa telah memiliki pengalaman atau konsep dasar tentang masalah yang akan didiskusikan, maka metode ceramah dapat dimanfaatkan untuk menerangkan teori atau konsep sebelum diskusi dilaksanakan (Budiardjo, 2001).

7 Evaluasi Pembelajaran Definisi Evaluasi Pembelajaran Evaluasi adalah suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai keputusan-keputusan yang dibuat dalam merancang suatu sistem pengajaran (Hamalik, 2003, dalam Nurhidayah, 2011). Masih menurut Hamalik evaluasi belajar mengajar merupakan bagian integral dalam proses pendidikan, oleh karena itu evaluasi harus dilakukan oleh setiap pendidik atau dosen sebagai bagian dari tugasnya dalam merancang pembelajaran. Evaluasi pembelajaran merupakan salah satu kegiatan mengoreksi hal-hal yang telah terjadi atau dilakukan selama kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung. Evaluasi pembelajaran dapat diartikan sebagai salah satu kegiatan mereka ulang kegiatan pembelajaran. Evaluasi pembelajaran dilakukan untuk mengetahui hal-hal penting, baik yang berupa kelebihan maupun kekurangan yang terjadi pada kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung. Kegiatan evaluasi cenderung diidentifikasi sama dengan menilai, karena aktifitas mengukur sudah termasuk didalamnya. Pengukuran, penilaian dan evaluasi merupakan kegiatan yang bersifat hierarki yang akan selalu ada dalam pembelajaran. Evaluasi adalah kegiatan mengukur dan menilai. Penilaian (assessment) merupakan cara memperoleh informasi tentang hasil belajar atau ketercapaian kompetensi mahasiswa dengan menggunakan beragam alat penilaian. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif) dan nilai kuantitatif (berupa angka).

8 17 Evaluasi tidak hanya akan dilakukan terhadap hasil belajar tetapi juga harus dilakukan terhadap pembelajaran itu sendiri. Hal ini bertujuan untuk menilai tingkat pencapaian kompetensi mahasiswa. Evaluasi dipandang penting sebab hasil evaluasi akan menjadi masukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan berbagai komponen yang terdapat dalam pembelajaran. Informasi-informasi yang didapat dari evaluasi ini akan dipergunakan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran yang sekaligus berfungsi sebagai indikator yang menentukan kualitas pembelajaran dan mutu sebuah program pendidikan (Nurhidayah, 2011) Fungsi dan Manfaat Evaluasi Pembelajaran Fungsi evaluasi adalah untuk mengetahui apakah tujuan yang dirumuskan dapat tercapai, evaluasi merupakan salah satu faktor penting dalam proses pembelajaran. Keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai mahasiswa. Kriteria keberhasilan dosen dan mahasiswa dalam melaksanakan program pembelajaran dilihat dari kompetensi dasar yang dimiliki oleh mahasiswa. Informasi ini diperoleh melalui kegiatan evaluasi. Evaluasi pada prinsipnya bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan tujuan, ini bisa dicapai jika ada tindak lanjut dari kegiata evaluasi. Evaluasi akan memberikan informasi tingkat pencapaian belajar mahasiswa, dan jika dianalisis lebih rinci akan diperoleh informasi tentang kesulitan belajar mahasiswa yaitu konsep-konsep yang belum dikuasai oleh sebagian besar mahasiswa (Djamarah, 2013). Penilaian yang diselenggarakan oleh dosen mempunyai banyak kegunaan, baik bagi mahasiswa ataupun bagi dosen sendiri. Bagi mahasiswa hasil tes yang diselenggarakan oleh dosen mempunyai banyak kegunaan antara lain

9 18 mengetahui apakah mahasiswa sudah menguasai materi pembelajaran yang disajikan oleh dosen, mengetahui bagian mana yang belum dikuasainya sehingga mahasiswa berusaha untuk mempelajarinya lagi sabagai upaya perbaikan, penguatan bagi mahasiswa yang sudah memperoleh skor tinggi dan menjadi dorongan atau motivasi untuk belajar lebih baik lagi, mendiagnosa kondisi mahasiswa, bagi dosen untuk memperbaiki metode pembelajaran. Informasi keberhasilan belajar mahasiswa dalam aspek kognitif dan psikomotor diperoleh melalui penilaian, sedangkan aspek afektif diperoleh melalui angket dan pengamatan di kelas. Evaluasi itu lebih dari hanya sekedar untuk menentukan angka keberhasilan belajar yang paling penting adalah sebagai dasar untuk umpan balik (feedback) dari proses pembelajaran yang dilaksanakan (Sumiati & Asra, 2016). Evaluasi dalam proses belajar mengajar memiliki tiga manfaat sebagai berikut : 1. Memahami sesuatu, setiap pendidik dalam hal ini dosen membutuhkan banyak informasi agar proses pembelajaran yang akan dilakukannya berjalan secara optimal. Seorang dosen membutuhkan informasi yang cukup tentang kemampuan awal (entry behavior) calon mahasiswanya agar ia mampu menentukan tujuan pembelajaran berdasarkan kebutuhan mahasiswa bukan hanya mengejar ketercapaian kurikulum semata. 2. Membuat keputusan, setiap proses pembelajaran harus dilakukan evaluasi. Evaluasi yang dilakukan meliputi banyak aspek diantaranya media dan metode pembelajaran yang dipilih, kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan, materi yang disampaikan dan ketercapaian kurikulum.

10 19 3. Mengoptimalkan pembelajaran, sebagian atau seluruh hasil evaluasi biasanya digunakan sebagai bahan informasi untuk memperbaiki pembelajaran di pembelajaran berikutnya Prinsip-Prinsip Evaluasi Ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan di dalam menyusun tes hasil belajar agar tes tersebut benar-benar dapat mengukur tujuan dan kemampuan mahasiswa seperti yang tercantum dalam kompetensi yang harus dicapai yang tertuang dalam tujuan instruksional (Nurhidayah, 2011). Beberapa hal yang menjadi prinsip evaluasi yaitu: 1. Mengukur sampel yang representatif dari hasil belajar dan bahan pelajaran yang telah diajarkan. 2. Mencakup bentuk soal yang benar-benar cocok untuk mengukur hasil belajar sesuai dengan metode dan media yang digunakan. 3. Desain evaluasi disesuaikan dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan. 4. Dibuat seandal mungkin agar mudah diinterpretasikan dengan baik. 5. Evaluasi digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dari sudut pandang mahasiswa maupun dosen. Strategi evaluasi dalam program profesi kesehatan tradisional sangat mengandalkan ujian yang menggunakan metode soal pilihan ganda atau Multiple Choice Question (MCQ) sebagai ukuran perubahan dalam pengetahuan. Ketergantungan pada model MCQ bertentangan dengan metode problem based learning (PBL) karena dua alasan peserta didik menyakini bahwa belajar adalah

11 20 untuk ujian bukan untuk pembelajaran diri sendiri, ujian MCQ tidak mengkaji hasil akhir pembelajaran karena lebih berorientasi pada proses. Untuk bentuk Multiple Choice Questionbeberapa faktor yang mendukung yaitu : 1. Tes obyektif sifatnya lebih representatif dalam hal mencakup dan mewakili materi yang telah diajarkan kepada peserta didik atau mahasiswa. 2. Dari soal yang banyak, maka berbagai aspek psikologis yang seharusnya diungkap lewat tes hasil belajar, seperti aspek pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dapat dicakup secara lengkap melalui tes hasil belajar tersebut. Tes objektif lebih memungkinkan untuk bertindak lebih objektif baik dalam mengoreksi lembar maupun dalam menentukan nilai hasil tesnya. 3. Butir-butir soal jauh lebih mudah dianalisi dari segi kesukarannya, daya pembedanya. Berdasar hasil analisis tinggi rendahnya mutu tes dapat diusahakan perbaikan-perbaikan dan penyempurnaanya, sehingga dari waktu ke waktu butir soal tes objektif dapat ditingkatkan mutunya dan sebagai alat ukur hasil belajar yang baik. Jika pengetahuan faktual merupakan hasil akhir yang ditetapkan dan pengajar yakin bahwa MCQ metode yang paling efektif maka MCQ tersebut harus dilibatkan. Namun, poin kuncinya adalah memasukkan metode lain untuk mengkaji hasil akhir yang ditetapkan, misalnya pengambilan keputusan klinis dan pembelajaran mandiri (Nurhidayah, 2009) Proses dan Hasil Evaluasi Keberhasilan Belajar Kegiatan awal pembelajaran dimana memeriksa kesiapan mahasiswadanmelakukan kegiatan apersepsi. Kegiatan inti pembelajaran

12 21 penguasaan materi pembelajaran menunjukkan penguasaan materi pembelajaran, mengaitkan materi pembelajaran dengan pengetahuan lain yang relevan, menyampaikan materi pembelajaran dengan jelas dan sesuai dengan hirarki belajar dan mengaitkan materi pembelajaran dengan realitas kehidupan. Pendekatan atau strategi pembelajaran dengan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai, melaksanakan pembelajaran secara runtut, menguasai kelas, melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual, melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan. Pemanfaatan sumber belajar atau media pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran secara efektif dan efesien, menghasilkan pesan yang menarik dan melibatkan mahasiswa dalam pemanfaatan media pembelajaran. Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan mahasiswa menumbuhkan partisipasi aktif mahasiswa dalam pembelajaran, menunjukkan sikap terbuka terhadap respon mahasiswa, menumbuhkan keceriaan sdan antusiasme mahasiswa dalam belajar, penilaian proses dan hasil belajar, memantau kemajuan belajar selama proses, melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi dan tujuan, penggunaan bahasa, menggunakan bahasa lisan dan tulisan secara jelas, baik dan benar serta menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai (Sumiati & Asra, 2016).

13 22 Evaluasi keberhasilan belajar mahasiswa merupakan proses evaluasi mahasiswa dalam mengikuti proses perkuliahan dengan ketentuan : Tabel 2.1 Proses dan Hasil Evaluasi Persyaratan mengikuti ujian Menghadiri perkuliahan minimal 80% dari total perkuliahan Bentuk evaluasi Model soal Predikat kelulusan Multy Discliplinary Examination (MDE) Multiple Choice Questions (MCQ) Lulus jika nilai akhir blok minimal 60 ( C ) Nilai prestasi, bobot prestasi dan kualitas prestasi serta hasil evaluasi belajar dapat ditetapkan berdasarkan indeks prestasi kumulatif mahasiswa dengan ketentuan : Tabel 2.2 Indeks Prestasi Kumulatif Berdasarkan Peraturan Rektor USU Nilai Prestasi Bobot Prestasi Kualitas Prestasi A 4,00 Sangat Baik B+ 3,50 Baik B 3,00 Baik C+ 2,50 Cukup C 2,00 Cukup D 1,00 Kurang E 0,00 Gagal

14 Indikator dan Tingkat Keberhasilan Indikator keberhasilan yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah hal hal sebagai berikut : daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran atau instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh mahasiswa baik secara individual maupun kelompok (Djamarah, 2013). Tingkat Keberhasilan setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi (hasil) belajar yang telah dicapai. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan proses mengajar itu dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf. Tingkatan keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Istimewa/maksimal, apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh mahasiswa. 2. Baik sekali/optimal, apabila sebagian besar (76% - 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh mahasiswa. 3. Baik/minimal, apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60 % - 75 % saja dikuasai oleh mahasiswa. 4. Kurang, apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh mahasiswa. Dengan melihat data yang terdapat dalam format daya serap mahasiswa dalam pelajaran dan persentase keberhasilan mahasiswa dalam mencapai TIK

15 24 dapatlah diketahui keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilakukan mahasiswa dan dosen (Djamarah,2013). 2.2 Hubungan Metode Instruksional dan Prinsip Belajar Prinsip belajar berguna untuk melihat kelemahan dan keunggulan metode instruksional. Kelemahan dan keunggulan metode dilihat dari prinsip-prinsip belajar tidak sepenuhnya menjamin kelancaran proses belajar-mengajar di ruang kuliah. Variabel lain seperti kepribadian dosen serta perilaku awal mahasiswa juga turut menentukan kelancaran proses belajar-mengajar. Cara menentukan keunggulan dan kelemahan metode instruksional dilihat dari prinsip-prinsip belajar (Budiardjo, 2001). 1. Motivasi Dalam prinsip belajar, motivasi didefinisikan sebagai pendorong tingkah laku mahasiswa ke arah tujuan tertentu. Pendorong tersebut dapat diciptakan dosen dalam proses belajar mengajar melalui metode instruksional. Bila metode yang dipilih menarik maka mahasiswa akan berminat belajar, ingin bekerja keras dan berusaha menyelesaikan tugas hingga selesai. Dengan menggunakan berbagai variasi metode mengajar kebosanan mahasiswa dapat dikurangi dan minat belajar dapat ditingkatkan. Misalnya untuk menerangkan sebuah konsep baru, selain menggunakan metode ceramah dapat dipakai metode studi kepustakaan dikombinasikan dengan metode diskusi kelompok. 2. Keaktifan berpikir mahasiswa Setiap mahasiswa mengikuti aktivitas belajar dengan berbagai macam pengalaman yang berbeda-beda. Apabila pengalaman itu relevan dengan

16 25 pengetahuan yang baru, maka mahasiswa cenderung akan mengaitkan pengalaman mereka dengan pengetahuan baru. Metode diskusi adalah salah satu contoh metode yang mampu mengaktifkan proses berpikir mahasiswa dengan menghubungkan pengalaman lama dan pengetahuan yang baru diajarkan. 3. Umpan balik dan penguatan Keaktifan mahasiswa dalam belajar cenderung menurun bila mahasiswa tidak diberi umpan balik atau terlambat diberi umpan balik. Implikasi dari prinsip belajar ini adalah dalam memilih metode instruksional perlu dipertimbangkan kemampuan metode tersebut dalam memberikan umpan balik. Adanya feedback para dosen dan mahasiswa dapat mencapai beberapa tujuan yaitu membangkitkan minat dan rasa ingin tahu mahasiswa, memusatkan perhatian mahasiswa terhadap pokok bahasan, mendiagnosis kesulitan khusus yang menghambat proses belajar, mendorong mahasiswa mengemukakan pendapat dan mengasimilasikan informasi. 4. Kecepatan belajar Ditinjau dari kecepatan belajar, mahasiswa dikategorikan menjadi dua yaitu mahasiswa yang cepat dan mahasiswa yang lambat. Bila mahasiswa yang cepat dan lambat digabung dalam satu kelas, akan timbul perbedaan kecepatan belajar. Perbedaan kecepatan belajar yang sangat besar akan menyebabkan mahasiswa frustasi. Metode belajar mandiri memiliki keunggulan dalam mengatasi kesenjangan tersebut. Metode ini memungkinkan mahasiswa belajar sesuai dengan waktu dan kecepatan yang dibutuhkan.

17 Tinjauan Penguasaan Kata penguasaan tersusun dari kata kuasa yang berarti mampu, mengerti benar dan mempelajari bolak-balik supaya paham. Maka kata penguasaan secara operasional dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mempelajari dengan sungguh-sungguh sesuatu hal agar dipahami, sedangkan penguasaan menurut ahli pendidikan merupakan salah satu bentuk perubahan tingkah laku yang didapat dari hasil belajar, seperti yang dikemukakan oleh A. Thabrani R. (1989: 13) menyatakan bahwa : Belajar dalam arti yang luas adalah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) penguasaan adalah proses, cara, perbuatan menguasai atau menguasakan, pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan pengetahuan, kepandaian. Kata penguasaan juga dapat diartikan kemampuan seseorang dalam sesuatu hal. (Nurgiyantoro, 2001 dalam Chairunita, 2012) menyatakan bahwa penguasaan merupakan kemampuan seseorang yang dapat diwujudkan baik dari teori maupun praktik. Seseorang dapat dikatakan menguasai sesuatu apabila orang tersebut mengerti dan memahami materi atau konsep tersebut sehingga dapat menerapkannya pada situasi atau konsep baru.

18 27 Gaya belajar merupakan gaya belajar yang dimiliki oleh setiap individu merupakan cara termudah dalam menyerap, mengatur dan mengolah infromasi (DePotter dan Hernachi, 2003, dalam Nurhidayah, 2011). Ada tiga jenis manusia dalam hal penyerapan informasi yaitu: 1. Manusia visual adalah dimana seseorang akan secara optimal menyerap infromasi melalui hal yang dibaca atau dilihat 2. Manusia auditori adalah dimana seseorang akan secara optimal menyerap infromasi melalui hal yang didengar. 3. Manusia kinestetik adalah dimana seseorang akan secara optimal meyerap informasi melalui hal yang dicontohkan atau dibayangkan orang lain melakukan hal yang akan dipelajari. Pembelajaran terbagi atas tiga ranah atau domain yaitu kognitif (pemahaman), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan motorik). Tujuan pembelajaran akan mempengaruhi materi, metode, media dan evaluasi yang akan diberikan. Pemahaman tentang setiap domain penting bagi dosen selaku pendidik maupun mahasiswa selaku peserta didiknya. Agar mampu menentukan cara terbaik dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dari ketiga ranah tersebut ranah kognitiflah yang sering dan paling banyak dinilai oleh para guru atau dosen karena erat kaitannya dengan kemampuan para mahasiswa dalam menguasai isi bahan pelajaran. Domain kognitif berorientasi kepada kemampuan berpikir, mencakup kemampuan intelektual yang paling sederhana, yaitu mengingat sampai dengan kemampuan untuk memecahkan suatu masalah yang menuntut mahasiswa untuk

19 28 menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang sebelumnya dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Taksonomi menurut Bloom ada memiliki 6 tahapan yaitu : 1. Pengetahuan, kemampuan peserta didik untuk menghafal, mengingat, mendefinisi, mengenali atau mengindentifikasi informasi tertentu, pengetahuan merupakan tingkatan kognitif yang paling rendah. 2. Pemahaman, kemampuan peserta didik untuk memperlihatkan suatu pemahaman atau pengertian terhadap apa yang disampaikan dengan cara menafsirkannya ke bentuk lain atau mengenalinya dalam bentuk yang sudah diubah misalnya menyimpulkan dengan kata-kata sendiri, membuat ringkasan, dan meramgkum. 3. Penerapan, kemampuan peserta didik untuk menggunakan gagasan, prinsip, atau teori di dalam situasi khusus atau konkret seperti menghitung, menulis, membaca atau menggunkan peralatan. 4. Analisa, kemampuan peserta didik untuk mengenali dan menyusun informasi dengan cara menguraikannya menjadi bagian-bagian konstituennya dan menentukan hubungan antara satu bagian dengan bagian lainnya seperti membuat diagram/skema atau menjabarkan dalam bagian-bagian yang kecil. 5. Sintesa, kemampuan peserta didik untuk menggabungkan atau mengkombinasikan bagian-bagian atau unsur-unsur menjadi satu kesatuan yang lebih besar dengan cara membentuk satu produk unik yang ditulis, diucapkan, digambar dan sebagainya.

20 29 6. Evaluasi, kemampuan peserta didik untuk menentukan nilai sesuatu seperti esai, desain atau tindakan dengan cara menerapkan standar atau kriteria, membuat keputusan tentang nilai, gagasan, dan metode yang tepat. Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian tersebut didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Contoh objektif perilaku dalam domain kognitif tingkat pemahaman seperti mahasiswa sudah dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran secara berurutan setelah mengikuti perkuliahan, tingkat analisa seperti mahasiswa sudah dapat mengklasifikasikan faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dengan baik setelah mengikuti perkuliahan (Nurhidayah, 2011). Penguasaan konsep yang telah dipelajari mahasiswa dapat diukur dari hasil tes yang akan dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai tertentu yang dilakukan oleh dosen. Berdasarkan hasil tes penguasaan konsep, kita dapat mengkategorikan taraf penguasaan konsep mahasiswa.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Metode Demonstrasi 2.1.1 Pengertian Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan format belajar mengajar yang secara sengaja mempertunjukkan atau memperagakan tindakan, proses

Lebih terperinci

C. Macam-Macam Metode Pembelajaran

C. Macam-Macam Metode Pembelajaran A. Pengertian Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keberhasilan Keberhasilan adalah hasil serangkaian keputusan kecil yang memuncak dalam sebuah tujuan besar dalam sebuah tujuan besar atau pencapaian. keberhasilan adalah lebih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau yang umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar (2011: 46) PTK adalah suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu (knowing) ataupun menghafal (memorizing) tetapi dituntut untuk memahami konsep biologi. Untuk kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid

TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar (Learning Styles) Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja

III. METODE PENELITIAN. adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 63 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif artinya metode yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Demonstrasi 2.1.1.1 Hakekat Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban

Lebih terperinci

1. NAMA GURU/ CALON GURU :

1. NAMA GURU/ CALON GURU : INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA GURU (IPKG) I Perencanaan Pembelajaran. NAMA GURU/ CALON GURU :. NO PESERTA :. SEKOLAH TEMPAT UJIAN :. KELAS : 5. MATA PELAJARAN : 6. WAKTU : 7. TANGGAL : PETUNJUK Baca dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT 8 BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT A. Metode Kerja Kelompok Salah satu upaya yang ditempuh guru untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang kondusif

Lebih terperinci

Kinerja Guru Bahasa Indonesia di SMK Negeri 2 Painan

Kinerja Guru Bahasa Indonesia di SMK Negeri 2 Painan Kinerja Guru Bahasa Indonesia di SMK Negeri 2 Painan Afnita Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan kinerja guru bahasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. PTK merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang

BAB III METODE PENELITIAN. PTK merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian Pada penelitian ini, rancangan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Saryono, (dalam Yanti dan Munaris, 0:) PTK merupakan

Lebih terperinci

KELAS MICRO TEACHING

KELAS MICRO TEACHING KELAS MICRO TEACHING I. PENGERTIAN Pembelajaran Micro Teaching diartikan sebagai suatu proses pembelajaran yang didesain dalam ukuran mikro/kecil yang memuat seluruh aspek dalam pembelajan, kecuali aspeknya

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية)

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) SKS : 2 SKS Dosen : Rovi in, M.Ag Semester : Ganjil Prodi : PBA 1 Guru profesional memiliki empat kompetensi, yaitu: pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan

BAB II LANDASAN TEORI. Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan BAB II LANDASAN TEORI A. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan diterapkan seiring dengan pemanfaatan media dan sumber belajar (Prawiradilaga, 2008). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang diperlukan oleh semua orang. Dapat dikatakan bahwa pendidikan dialami oleh semua manusia dari semua golongan. Berdasarkan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. A. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian

BAB III. METODE PENELITIAN. A. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian 1 BAB III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian 1. Setting Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Sebelum penelitian dilakukan, dalam kegiatan pembelajaran IPS di Kelas 4 guru masih menggunakan metode pembelajaran tradisional.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Seting dan Karakteristik Subjek Penelitian Untuk mengetahui waktu dan tempat diadakannya penelitian, serta subjek dan karakteristik dari subjek penelitian, berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia diera global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan hasil belajar ditunjukkan dalam bentuk berubah pengetahuannya,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada strategi pembelajaran yang digunakan sehingga siswa dituntut bekerjasama dalam kelompok-kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif artinya metode yang dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif artinya metode yang dilakukan 66 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif artinya metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research,

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research, 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research, yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur Penilaian konvensional

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur Penilaian konvensional 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Penilaian Konvensional Penilaian konvensional adalah sistem penilaian yang biasa digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Video Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat (mempunyai daya penglihatan), dapat melihat (Prent dkk., Kamus Latin Indonesia, 1969:926).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Leaflet Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Model Inkuiri Inkuiri merupakan model pembelajaran yang membimbing siswa untuk memperoleh dan mendapatkan informasi serta mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap

Lebih terperinci

Prinsip dalam Pembelajaran

Prinsip dalam Pembelajaran Prinsip dalam Pembelajaran Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu membedakan prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran Indikator: Mahasiswa mampu memahami prinsip kesiapan dalam pembelajaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Gaya Belajar adalah cara atau pendekatan yang berbeda yang dilakukan oleh seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia pendidikan, istilah gaya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanyaan Siswa Banyak kegiatan atau aktivitas yang dilakukan siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering dilakukan di

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN KEAKTIFAN BERDISKUSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS VII SMP NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008/2009

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi. 1 BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan segala usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana dan bertujuan mengubah tingkah laku manusia kearah yang lebih baik dan sesuai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 1.1 Kajian Teoritik 2.1.1 Hasil Belajar Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kata media pengajaran digantikan oleh istilah seperti alat pandang-dengar, bahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kata media pengajaran digantikan oleh istilah seperti alat pandang-dengar, bahan BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini dibahas : (a) media pendidikan, dan (b) minat belajar. Adapun penjelasannya sebagai berikut : A. Media Pendidikan Menurut Arsyad (2003), dalam kegiatan belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (PTK). Penelitian Tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom

BAB III METODE PENELITIAN. (PTK). Penelitian Tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menuntut kajian dan tindakan secara reflektif, kolaboratif, dan partisipasif

METODE PENELITIAN. menuntut kajian dan tindakan secara reflektif, kolaboratif, dan partisipasif III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (classroom action research) model Kemmis dan McTaggart, karena model ini mudah dipahami dan sesuai

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING Jaka Nugraha & Choirul Nikmah Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya jaka.unesa@gmail.com

Lebih terperinci

1. Instumen Penilaian Peer Teaching dan Micro Teaching 2. Instrumen Penilaian Kemampuan Mengemas Pembelajaran yang Mendidik: Instrumen Penilaian

1. Instumen Penilaian Peer Teaching dan Micro Teaching 2. Instrumen Penilaian Kemampuan Mengemas Pembelajaran yang Mendidik: Instrumen Penilaian 1. Instumen Penilaian Peer Teaching dan Micro Teaching 2. Instrumen Penilaian Kemampuan Mengemas Pembelajaran yang Mendidik: Instrumen Penilaian Kinerja Guru 1 3. Instrumen Penilaian Praktek Mengajar:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan merupakan masalah serius di negara-negara berkembang terutama di Indonesia. Menurut Sanjaya (2010), salah satu masalah yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, proses, dan produk. Sains (fisika) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar (Learning Styles) Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) dan faktor lingkungan. Jadi ada hal-hal tertentu yang tidak dapat diubah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.. Jenis, Lokasi, Waktu, dan Subyek Penelitian 3... Jenis Penelitian Jenis penelitian yang peneliti gunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. keadaan, kondisi, atau hal lain-lain yang telah disebutkan, yang hasilnya

BAB III METODE PENELITIAN. keadaan, kondisi, atau hal lain-lain yang telah disebutkan, yang hasilnya 86 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Prosedur Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Mulyono (2001: 26) aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan. Jadi, segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Inkuiri Terbimbing Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering digunakan oleh para guru. Khususnya pembelajaran biologi, ini disebabkan karena kesesuaian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. siswa secara fisik dan emosional dimana siswa diberi tugas untuk kemudian

I. PENDAHULUAN. siswa secara fisik dan emosional dimana siswa diberi tugas untuk kemudian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan, pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri (Hamalik, 2001:82).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Muhammad Gilang Ramadhan,2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Muhammad Gilang Ramadhan,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sebagaimana yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menyebutkan bahwa fungsi dan tujuan mata pelajaran fisika di tingkat SMA/MA adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian, setting penelitian dan subjek penelitian, sasaran penelitian, data dan cara pengambilannya,

Lebih terperinci

BAB III Metode Penelitian

BAB III Metode Penelitian BAB III Metode Penelitian 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Setting dan karakteristik subjek penelitian mengenai tempat penelitian dan waktu penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam membangun bangsa dan negara. Dengan demikian dalam program pembangunan masalah pendidikan mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 42 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode penelitian kualitatif deskriptif adalah suatu metode yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak dan baru kemudian individu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak dan baru kemudian individu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Persepsi Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses pengindraan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian individu

Lebih terperinci

VIII. RUBRIK PENILAIAN KINERJA GURU

VIII. RUBRIK PENILAIAN KINERJA GURU VIII. RUBRIK PENILAIAN KINERJA GURU PETUNJUK 1. Kumpulkan dokumen perangkat dari guru sebelum pengamatan, cacatan hasil pengamatan selama dan sesudah, serta cacatan kemajuan dan hasil belajar peserta didik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang wajib dipelajari siswa sekolah dasar. IPA berguna untuk memberikan pengetahuan kepada siswa mengenai fenomena-fenomena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action research.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Ruang lingkup penelitian ini adalah pembelajaran yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan 1 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga menuntut orang-orang di dalamnya untuk bekerja sama dan secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Exclusive Penerapan model pembelajaran dapat memudahkan guru dalam merancang pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah

Lebih terperinci

STANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

STANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN STANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN A. Rasional Standar proses proses pembelajaran merupakan acuan penyelenggaraan serta bentuk akuntabilitas perguruan tinggi

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian terpenting dari kehidupan suatu bangsa karena merupakan salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa

Lebih terperinci

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan melibatkan aktivitas fisik dan mental siswa. Keterlibatan

Lebih terperinci

2/22/2012 METODE PEMBELAJARAN

2/22/2012 METODE PEMBELAJARAN METODE PEMBELAJARAN Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi yang sudah direncanakan. Jenis metode pembelajaran : Ceramah : penyajian melalui penuturan secara lisan/penjelasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia 1. Pengertian Keterampilan Menulis. Menulis adalah salah satu standar kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Orientasi dan Identifikasi Masalah Penelitian yang dilakukan penulis meliputi tiga kegiatan, yaitu : 1) kegiatan orientasi dan identifikasi masalah, 2) tindakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Freudenhal (dalam Zulkardi, 2001:3) menekankan bahwa. dalam matematika. Aktivitas matematika ini dikenal juga sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Freudenhal (dalam Zulkardi, 2001:3) menekankan bahwa. dalam matematika. Aktivitas matematika ini dikenal juga sebagai 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Realistik Menurut Freudenhal (dalam Zulkardi, 2001:3) menekankan bahwa matematika sebagai aktivitas manusia, sehingga siswa harus diberi kesempatan untuk belajar melakukan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan (action research) yang

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan (action research) yang 27 BAB III PROSEDUR PENELITIAN.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan (action research) yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran membaca teks berita siswa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Pendekatan Discovery Learning Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat membantu siswa memahami konsep yang sulit dengan memberikan pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU R.I. No. 20 Tahun 2003,

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU R.I. No. 20 Tahun 2003, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suatu rumusan nasional tentang istilah Pendidikan adalah sebagai berikut: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkna suasana belajar dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik.

BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik. BAB II KAJIAN TEORI A. Partisipasi dan Prestasi Belajar Matematika 1. Partisipasi Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI : 2007) partisipasi adalah turut berperan serta dalam suatu kegiatan (keikutsertaan/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rischa Novitasari, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rischa Novitasari, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Teknik mikroprosesor merupakan salah satu mata pelajaran kompetensi kejuruan. Mata pelajaran kejuruan bertujuan untuk menunjang pembentukan kompetensi kejuruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat diperlukan bagi kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat diperlukan bagi kelangsungan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia. Melalui pendidikan, manusia dapat belajar untuk mengembangkan dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengesampingkan proses belajar. Pendidikan tidak semata-mata berusaha

BAB I PENDAHULUAN. mengesampingkan proses belajar. Pendidikan tidak semata-mata berusaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar yang memiliki tujuan untuk mengembangkan kualitas manusia sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan. Aktivitas dalam mendidik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai bagian dari kurikulum di sekolah, memegang peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas lulusan yang mampu bertindak atas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kedalaman data yang dapat diperoleh (Maryati dan Suryawati, 2007:105).

BAB III METODE PENELITIAN. kedalaman data yang dapat diperoleh (Maryati dan Suryawati, 2007:105). BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada kualitas data

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan II. KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan ada efeknya, akibatnya, pengaruhnya, kesannya, atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. A. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah

BAB II KAJIAN TEORITIS. A. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah BAB II KAJIAN TEORITIS A. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata pelajaran matematika adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diharapkan dapat membekali seseorang dengan pengetahuan yang memungkinkan baginya untuk mengatasi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Namun dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu dalam bentuk tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting bagi kelangsungan kehidupan bangsa. Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kualitas pendidikan yang ada pada bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu ekonomi merupakan ilmu yang mempelajari daya upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan. (Nuraiani, 2013:4). Dalam usaha

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi Putu Ayu Puspayanti, Lilies, Bustamin Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR JENIS KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR: Ketrampilan membuka dan menutup pelajaran Ketrampilan menjelaskan Kertampilan memberikan variasi Ketrampilan bertanya Ketrampilan mengaktifkan

Lebih terperinci

Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi

Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 1 No.1 ISSN 2354-614X Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas

Lebih terperinci