BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Konsep Diri Pengertian Konsep Diri Konsep diri merupakan pandangan diri setiap individu tentang dirinya sendiri. Worchel (dalam Syam, 2012) mengatakan bahwa konsep diri merupakan pengetahuan dan keyakinan yang dimiliki individu tentang karakteristik dan ciriciri pribadinya. Dalam kamus psikologi menjelaskan bahwa konsep diri adalah evaluasi dan penilaian diri sendiri oleh individu yang bersangkutan (Chaplin, 2011). Maka konsep diri merupakan pandangan dan penilaian terhadap diri yang berkaitan dengan semua ide, perasaan keyakinan, hubungan interpersonal, dan karakteristik diri sendiri. Menurut Deaux, Dane, dan Wringstman (dalam Sarwono & Meinarno, 2009), konsep diri adalah sekumpulan keyakinan dan perasaan seseorang mengenai diri. Keyakinan seseorang mengenai dirinya bisa berkaitan dengan bakat, minat, kemampuan, penampilan fisik dan sebagainya. Setiap individu memiliki perasaan terhadap keyakinan mengenai dirinya tentang bagaimana ia merasa positif atau negatif, bangga atau tidak bangga, dan senang atau tidak senang dengan diri. James (dalam Hutagalung, 2007) mengatakan bahwa diri (self) adalah segala sesuatu yang dapat dikatakan orang tentang diri sendiri yang bukan hanya 10

2 tentang tubuh dan keadaan fisik sendiri, melainkan juga tentang anak, istri/ suami, rumah, pekerjaan, nenek moyang, teman-teman, kepemilikan, uang dan lain-lain. Konsep diri menurut James lebih mengarah pada penilaian diri dari faktor luar diri yang bukan hanya penilaian terhadap diri saja. Brehn dan Kassin menambahkan bahwa konsep diri merupakan keyakinan yang dimiliki individu tentang atribut (ciri-ciri sifat) yang dimilikinya (Dayakisni & Hudaniah, 2009). Dengan demikian, maka diri (self) memberikan sebuah kerangka berfikir yang menentukan bagaimana kita mengolah informasi tentang diri sendiri. Hal tersebut termasuk motivasi, keadaan emosional, evaluasi diri, kemampuan, dan banyak hal lainnya. Berdasarkan pendapat para ahli yang telah diuraikan di atas maka kesimpulannya, konsep diri merupakan cara pandang individu terhadap keyakinan, pengetahuan tentang diri yang menyangkut aspek psikologi, sosial, fisik, dan bagaimana individu menginginkan diri sendiri sebagai manusia yang diharapkan. Oleh karena itu, konsep diri merupakan gambaran diri dan cara pandang seseorang secara menyeluruh terhadap keberadaan diri sendiri, maupun untuk memahami orang lain. Pada pengertian tentang teori konsep diri peneliti lebih mengacu pada pendapat Menurut Deaux, Dane, dan Wringstman yang menjelaskan bahwa konsep diri adalah sekumpulan keyakinan dan perasaan seseorang mengenai dirinya. Keyakinan seseorang mengenai dirinya bisa berkaitan dengan bakat, minat, kemampuan, penampilan fisik dan sebagainya. Setiap individu memiliki perasaan terhadap keyakinan mengenai dirinya tentang bagaimana ia merasa positif atau negatif, bangga atau tidak bangga, dan senang 11

3 atau tidak senang dengan diri. Sehingga dari pendapat tersebut dapat mendukung dalam penelitian tentang konsep diri pada pensiunan Komponen Konsep Diri Pada dimensi eksternal individu menilai dirinya melalui hubungan dan aktivitas sosial, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal yang di luar dirinya (Fitts dalam Putri, 2011). Dimensi eksternal ini meliputi empat unsur yaitu: 1. Diri fisik (physical self) Diri fisik (physical self) berkaitan dengan keadaan seorang individu secara fisik, kesehatan, penampilan diri dan gerak motoriknya. Diri fisik ini menekankan penilaian seorang individu terhadap penampilan fisik dan bentuk tubuh, seperti cantik, tampan, jelek, tinggi, pendek, menarik, ataupun tidak menarik. 2. Diri pribadi (personal self) Diri pribadi (personal self ) merupakan perasaan dan persepsi individu mengenai keadaan pribadinya. Penilalain pada diri pribadi ini juga dipengaruhi oleh sejauh mana individu dapat mengenal dirinya dan merasa puas terhadap diri pribadinya. 3. Diri keluarga (family self) Diri keluarga (family self ) merupakan pandangan dan penilaian seseorang yang berkaitan dengan kedudukannya sebagai individu dalam anggota keluarga, termasuk hubungan individu dengan orang-orang terdekatnya. Diri keluarga ini menunjukan seberapa jauh seseorang merasa adekuat terhadap dirinya sebagai anggota keluarga mapun terhadap peran dan fungsi sebagai anggota keluarga. 12

4 4. Diri sosial (social self) Diri sosial (social self) merupakan persepsi seseorang mengenai dirinya sebagai anggota dari lingkungan sosial dan bagaimana caranya ia dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian aspek konsep diri pada uraikan di atas yang merupakan dasar pada cara pandang dan penilaian diri individu terhadap dirinya sendiri. Konsep diri seseorang terbentuk karena beberapa aspek yang menyatu sebagai penilaian individual, sehingga berdampak pada apa yang akan dilakukan individu saat ini dan yang akan datang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri Manusia mengenal dirinya secara alami yang didahului oleh pengenalan terhadap orang lain. Secara umum konsep diri dipengaruhi oleh orang lain dan kelompok rujukan, namun tidak semua orang mempunyai pengaruh yang sama. Berdasarkan pedapat para ahli menyebutkan tiga faktor-faktor yang dapat mempengaruhi konsep diri yaitu terdiri dari: a. Orang Lain Sullyvan (dalam Rahmat, 2008) menjelaskan bahwa jika individu diterima orang lain, dihormati dan disenangi karena keberadaannya, maka individu tersebut akan cenderung bersikap menghormati dan menerima dirinya sendiri. Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan, menyalahkan dan menolak individu tersebut, maka ia akan tidak menyenangi dirinya. Namun tidak semua orang berpengaruh terhadap konsep diri, karena biasanya yang paling berpengaruh adalah orang- 13

5 orang terdekat yang mepengaruhi persepsi terhadap dirinya sendiri. Ketika individu tumbuh dewasa, individu tersebut mencoba mengumpulkan penilaian dari semua orang yang pernah berhubungan dengannya. b. Kegagalan Kegagalan yang terus menerus dialami sering kali menimbulkan pertanyaan pada diri sendiri, kemudian berakhir dengan kesimpulan bahwa semua penyebabnya terletak pada kelemahan diri (Syam, 2012). Kegagalan membuat orang merasa dirinya tidak berguna, kemuadian dari kegagalan ini membuat individu memandang dirinya dengan penilaian negatif. c. Kelompok Acuan (Reference Group) Dalam bersosialisasi dengan lingkungan seperti bersosialisasi dengan masyarakat, setiap individu memungkinkan untuk berpartisipasi dalam suatu kelompok. Seperti menjadi anggota kelompok RT, ikatan warga dan lainnya (Rahmat, 2008). Dari norma kelompok cenderung mengikat individu dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri individu, sehingga mengarahkan perilakunya pada menyesuaikan diri dengan ciri-ciri kelompoknya. Terbentuknya konsep diri dipengaruhi oleh orang lain, kegagalan, dan kelompok rujukan. Berdasarkan faktor yang mempengaruhi konsep diri, maka konsep diri pada setiap individu akan terbentuk melalui proses belajar dari awal dilahirkan yang konsep dirinya belum terbentuk, kemudian secara bertahap menjadi terbentuk hingga dewasa. Peran orang terdekat seperti keluarga dan teman dalam satu kelompok ikut terkait dalam pembentukan konsep diri individu. 14

6 Masa lalu yang buruk jika disikapi dengan positif maka akan menghasilkan konsep diri yang berdeda dengan individu yang menyikapi dengan negatif Jenis-Jenis Konsep Diri Cara berfikir seseorang terhadap penilaian dirinya seringkali menjadi faktor yang mempengaruhi konsep diri. Menurut Burns (dalam Hutagalung, 2007) konsep diri terbagi menjadi dua yaitu konsep diri negatif dan konsep diri positif. a. Konsep Diri Negatif Karakteristik mengenai konsep diri negatif secara umum tercermin dari keadaan diri sebagai individu yang sangat peka dan mempunyai kecenderungan sulit menerima kritikan dari orang lain. Individu tersebut jarang merasa puas terhadap dirinnya, takut kehilangan sesuatu, takut tidak diakui, dan iri terhadap kelebihan orang lain (Hutagalung, 2007). Individu yang memiliki konsep diri negatif tidak dapat mengarahkan kasih sayangnya kepada orang lain, hal ini terjadi karena individu terlalu memfokuskan waktunya untuk mencintai diri mereka sendiri. Menurut Brooks dan Emmert (dalam Rahmat, 2008) ada empat tanda individu yang memiliki konsep diri negatif yaitu: 1. Orang yang memiliki konsep diri negatif, mereka peka terhadap kritikan, tidak tahan dengan kritikan yang diterimanya dan mudah marah. Bagi individu dengan konsep diri negatif, koreksi sering kali dipersepsikan sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya, menghindari dialog terbuka, dan mempertahankan pendapatnya dengan berbagai justifikasi atau logika yang keliru. 15

7 2. Orang yang memiliki konsep diri negatif, responsif sekali terhadap pujian, cenderung tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya pada pujian, dan hiperkritis terhadap orang lain. Individu dengan konsep diri negatif kurang pandai terhadap mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain. 3. Orang dengan kosep diri negatif, cenderung merasa tidak disenangi orang lain dan merasa tidak diperhatikan. Sehingga individu tersebut kurang dapat melahirkan keakraban dan persahabatan. Ia tidak mempersalahkan dirinya, tetapi akan menganggap dirinya sebagai korban dari sistem sosial yang tidak beres. 4. Orang dengan konsep diri negatif, bersikap pesimis terhadap kompetensi dan enggan bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Individu tersebut merasa tidak berdaya menghadapi persaingan yang merugikan dirinya. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki konsep diri negatif adalah individu yang peka terhadap kritikan, takut kehilangan sesuatu, takut tidak diakui, psimis, merasa tidak diperhatikan dan merasa tidak disenangi orang lain. Sehingga orangtua yang berkonsep diri negatif, kurang lebih mereka memiliki ciri-ciri tersebut. b. Konsep Diri Positif Konsep diri positif telihat pada orang yang terbuka dan tidak mengalami hambatan untuk berbicara dengan orang lain. Individu yang memiliki konsep diri positif, memiliki rasa aman, percaya diri, dapat menerima dirinya sendiri dan 16

8 memandang dunia ini sebagai suatu tempat yang menyenangkan. Mereka memiliki kemampuan untuk memodifikasi nilai dan prinsip yang sebelumnya dipegang teguh oleh pengalaman yang baru, serta tidak mempunyai kekhawatiran terhadap masa lalu dan masa mendatang (Hutagalung, 2007). Sehingga orang dengan konsep diri positif akan mampu menghargai dirinya dan melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan di masa yang akan datang. Rahmat (2008) menjelaskan tentang orang yang memiliki konsep diri positif di tandai dengan lima hal yaitu: 1. Yakin akan kemampuan mengatasi masalah 2. Merasa setara dengan orang lain 3. Menerima pujian tanpa rasa malu 4. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat 5. Mampu memperbaiki dirinya karena individu tersebut sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Maka individu yang memiliki konsep diri positif adalah individu yang mampu menghargai dirinya, optimis, percaya diri, dan mampu memandang dunia sebagai sebuah tempat yang menyenangkan. Dalam kenyataannya, memang tidak ada orang yang sepenuhnya berkonsep diri negatif atau positif. Dari dua jenis konsep diri tersebut maka dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki konsep diri negatif, individu tersebut kurang mengetahui kekurangan dan kelebihan tentang dirinya, takut kehilangan, takut tidak diakui, 17

9 merasa tidak puas terhadap diri sendiri, dan sensitif terhadap kritikan. Sedangkan individu yang memiliki konsep diri positif, ia memiliki kenyakinan dan percaya diri yang tinggi, terbuka, cenderung cepat tanggap terhadap situasi sekelilingnya, merasa aman, dan tidak mempunyai kekhawatiran terhadap masa lalu atau masa yang akan datang Dewasa Akhir Pengertian Dewasa Akhir Sebelum menjelaskan tentang perkembangan dewasa akhir, terlebih dahulu peneliti menjelaskan pengertian orangtua. Poerdawadarmita (dalam Munir, 2010) mengatakan bahwa pengertian orangtua dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah Orang tua artinya Ayah dan Ibu. Orangtua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang dituakan. Namun umumnya pada masyarakat Indonesia mengartikan orangtua sebagai orang yang telah memiliki anak, orang tua yang terdiri dari Ibu dan Bapak. Orang tua yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah orang tua yang sudah memasuki usia lanjut. Usia lanjut merupakan tahapan perkembangan dewasa akhir akan memasuki masa kematian. Dalam melakukan kegiatan fisik, mereka cenderung merasa cepat lelah, dan waktu reaksi terhadap suatu stimulus tergolong lambat. Terutama bagi mereka yang terbiasa bekerja dengan menggunakan kekuatan intelektual, dapat menyebabkan kegiatan fisiknya cenderung berkurang. Hurlock (dalam Paramitadan, Setiasih, & Setianingrum, 2008) membatasi usia lanjut ke dalam dua bagian, yaitu usia lanjut dini dan usia lanjut dalu. Usia lanjut dini 18

10 berkisar antara 60 tahun hingga 70 tahun. Sedangkan menurut departemen kesehatan Indonesia (dalam Nursasi & Fitriani, 2002) membuat pengelompokkan dewasa akhir menjadi beberapa bagian, yaitu: 1. Kelompok pertengahan umur (45-54 tahun): kelompok usia dalam masa virilitas, yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakan kekuatan fisik dan kematangan jiwa. 2. Kelompok usia lanjut dini (55-64 tahun): kelompok prasenium, yaitu yang telah masuk usia pensiun dan mulai memasuki usia lanjut. 3. Kelompok usia lanjut (65 tahun ke atas): kelompok senium, yaitu kelompok usia lanjut yang dengan resiko tinggi Perkembangan Fisik Umumnya pada perkembangan dewasa akhir mulai mengalami perubahan fisik yang melibatkan menurunnya indera sensori, motorik dan kesehatan. Beberapa perubahan fisik pada dewasa akhir sejumlah perubahan pada fisik semakin terlihat sebagai akibat dari proses penuaan, dan dapat terlihat jelas oleh pengamat biasa. Kulit yang lebih tua cenderung lebih pucat, memiliki bercak, tidak elastis, serta karena lemak dan otot menyusut menyebabkan kulit cenderung keriput. Selain itu penurunan sensori seperti pada indera penciuman menjadi kurang peka terhadap rasa dan bau, juga kepekaan terhadap rasa pahit dan masam bertambah lama dibandingkan terhadap rasa manis dan asin (Santrock, 2002). Namun, pada sebagian para lansia yang sehat, cenderung mengalami sedikit 19

11 penurunan dalam kepekaan terhadap rasa dan bau dibandingkan mereka yang tidak sehat. Pada orangtua usia lanjut dapat memiliki beberapa penyakit atau dalam keadaan sakit yang meningkat (kronis). Penyakit-penyakit kronis dicirikan oleh serangan yang perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang lama. Penyakit kronis jarang muncul pada masa dewasa awal meningkat seiring bertambahnya usia dan menjadi biasa di usia lanjut. Harris (dalam Santrock, 2002) menjelaskan bahwa umumnya kondisi kronis yang membatasi kerja adalah penyakit jantung (52%), diabetes (34%), asma (27%), dan radang sendi (27%). Meskipun orangtua dewasa akhir umumnya mengalami penurunan fisik, banyak dari mereka dapat meneruskan aktivitas sehari-hari dan bekerja Perkembangan Kognitif Pada perkembangan lansia umumnya dapat mengalami penurunan pada beberapa kemampuan seperti ingatan, memori, dan intelegensi mungkin dapat menurun seiring dengan perjalanan waktu. Weschler (dalam Santrock, 2002) menyatakan bahwa usia lanjut dicirikan dengan penurunan intelektual karena adanya proses penuaan yang dialami setiap orang, namun ternyata isu ini lebih kompleks. Beberapa kemampuan seperti kecepatan proses mental dan penalaran abstrak mungkin menurun seiring berjalannya waktu. Meskipun perubahan dalam kemampuan pemprosesan mencerminkan penurunan neurologis, namun masih ada variasi perbedaan antar individu yang menunjukan fungsi bukan sesuatu yang tidak bisa dihindari dan 20

12 dapat dicegah (Papalia, 2009). Pada beberapa penurunan di usia lanjut dapat diminimalisir, misalnya dengan melatih kemampuan kognitif dan aktif dalam aktivitas yang menggunakan kemampuan kognitif. Ketika para lansia memperlihatkan kemunduran memori, kemunduran tersebut cenderung terbatas pada keterbatasan tipe-tipe memori tertentu. Misalnya, kemunduran cenderung terjadi pada keterbatasan memori episodik, memori yang berhubungan dengan pengalaman-pengalaman tertentu di sekitar kehidupan (Desmita, 2005). Kemunduran dalam memori episodik sering menimbulkan perubahan dalam hidup orangtua. Pada seseorang yang memasuki masa pensiun, yang mungkin tidak lagi menghadapi bermacam-macam tantangan penyesuaian intelektual yang berhubungan dengan pekerjaan, mereka kurang termotivasi untuk mengingat berbagai hal sehingga akan mengalami kemunduran dalam memorinya. Sementara memori lainnya menurut Fieldman (dalam Desmita, 2005) menjelaskan bahwa seperti memori sematik (memori yang berhubungan dengan pengetahuan dan fakta-fakta umum) dan memori implisit (memori bawah sadar) yang secara umum tidak mengalami kemunduran karena pengaruh penuaan Perkembangan Psikososial Perubahan fisik masa lansia terkait perubahan pada psikososial akan sangat berpengaruh terhadap peran dan hubungan individu dengan lingkunganya. Dengan seiring bertambahnya dan dengan berbagai keterbatasan yang dimiliki, usia secara perlahan mulai melepaskan diri dari kehidupan sosial. Menurut Erikson pencapaian tertinggi pada masa dewasa adalah adanya rasa integritas diri, 21

13 suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah berhasil menyesuaikan diri dengan berbagai keberhasilan dan kegagalan dalam hidup seseorang (Papalia, 2009). Individu pada masa dewasa akhir perlu mengevaluasi dan menerima kehidupan yang telah dijalani tanpa ada rasa penyesalan besar, berarti menerima tidak sempurnaan yang ada pada diri sendiri, orang tua, anak, juga kehidupannya. Umumnya lansia memiliki teman dekat, dan seperti halnya pada masa dewasa awal dan menengah, dengan lingkaran pertemanan mereka yang aktif akan cenderung lebih sehat dan bahagia. Para lansia yang bisa membagi perasaan, pemikiran, kekhawatiran, dan kesulitan mereka dengan teman cenderung akan menghadapi perubahan dan krisis karena penuaan dengan lebih baik. Mereka menikmati saat menghabiskan waktu dengan teman-teman mereka dibandingkan dengan waktu yang dihabiskan dengan keluarga. Sama seperti halnya masa awal hidup, pertemanan berkisar pada kesenangan, sedangkan hubungan keluarga cenderung berkisar pada tugas dan kebutuhan sehari-hari (Papalia, 2009). Permasalahan dan konflik yang dihadapi pada usia lanjit ini diatasi dengan berbagai macam cara berbeda, yang merefleksikan kebiasaan hidup, nilai dan konsep diri. Orang tua yang luwes dengan kehidupan batin yang baik, biasanya membuat tiga jenis penyesuaian diri yang memuaskan yaitu: 1. Pertama mengadakan reorganisasi, sebagai pengganti kegiatan lama dengan yang baru (seperti menjadi anktif di rumah ibadah atau di masyarakat). 2. Kedua, membuat spesialisasi yang terfokus, dimana mereka hanya memilih satu peran dan memusatkan perhatian pada peran tersebut (seperti 22

14 berperan sebagai suami yang baik, atau berperan sebagai seniman yang baik). 3. Ketiga menarik diri dari keterlibatan sosial yang sebelumnya aktif diikuti, tetapi mereka tetap menaruh minat terhadap dunia dan dirinya sendiri. (Desmita, 2005) Pensiun Pengertian Pensiun Beberapa ahli mencoba mendefinisikan pensiun. Kimel (dalam Sari, 2010) mengatakan bahwa pensiun merupakan suatu isyarat sosial bahwa seseorang telah memasuki usia lanjut yang juga berarti berakhirnya masa kerja seseorang dan mulainya periode waktu luang yang panjang tanpa aktivitas rutin. Pensiun dianggap sebagai masa krisis dan transisi dari bekerja menjadi tidak bekerja. Terkadang pensiun menjadi suatu stressor kehidupan bagi orang yang menjalaninya. Mangkunegara (2011) menjelaskan bahwa pensiun adalah pemberhentian dengan hormat oleh pihak perusahaan terhadap pegawai yang usianya telah lanjut dan dianggap sudah tidak produktif lagi atau setelah usia 56 tahun, kecuali tenaga pengajar dan instruktur dapat pensiun ketika berusia 65 tahun. Atwater (dalam Sari, 2010) mendefinisikan pensiun sebagai suatu proses pengunduran diri individu dari aktivitas atau status pekerjaan rutin. Biasanya hal ini disebabkan oleh perubahan pada usia dan kesehatan. Jadi, pensiun merupakan suatu proses dari aktif bekerja menjadi tidak aktif bekerja. 23

15 Secara keseluruhan dari beberapa penjalasan tentang pensiuan, penulis menyimpulkan bahwa pensiun merupakan masa seseorang berhenti bekerja sesuai dengan usia yang telah ditentukan, dari aktif bekerja menjadi tidak aktif bekerja, dan mulainya waktu luang yang panjang tanpa aktivitas rutin Fase-Fase Pensiun Atchley (dalam Santrock, 2002) menyatakan ada tujuh fase pensiun yang dilalui oleh orang dewasa akhir. Dari tujuh fase itu terbagi menjadi tiga bagian yaitu; (a) fase pra-pensiun yang terdiri dari (fase jauh, dan fase mendekat); (b) fase pensiun terdiri dari (fase bulan madu, fase kekecewaan, dan fase reorientasi); (c) fase pasca masa pensiun terdiri dari (fase stabil dan fase akhir). Dalam fase ini biasanya ditandai dengan penyakit yang mulai menggerogoti seseorang, ketidakmampuan dalam mengurus diri sendiri, dan keuangan yang menurun. Di bawah ini merupakan penjelasan lengkap tentang fase-fase pensiun. 1. Fase jauh (the remote phase): kebanyakan individu sedikit melakukan sesuatu aktivitas untuk mempersiapkan fase pensiun. Seiring dengan bertambahnya usia pada mereka yang memungkinkan pensiun cenderung menyangkal bahwa fase pensiun akan terjadi. 2. Fase mendekat (the near phase): para pekerja mulai berpartisipasi di dalam program pra-pensiun. Program ini biasanya membantu orang-orang dewasa untuk memutuskan kapan dan bagaimana seharusnya pensiun dapat mengakrabkan diri pada keuntungan dari dana pensiun yang diharapkan akan dapat mereka terima. Selain itu, mereka bisa terlibat 24

16 dalam diskusi mengenai isu-isu yang lebih komprehensif, seperti kesehatan fisik dan mental (Santrock, 2002). 3. Fase bulan madu (the honeymoon phase): merupakan fase terawal dari fase pensiun dan banyak individu merasa bahagia pada fase ini. Mereka mungkin dapat melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan sebelumnya, dan mereka menikmati aktivitas dari waktu luang yang lebih. Akan tetapi, orang-orang dewasa yang di-phk atau pensiun dini, mungkin mereka tidak mengalami aspek-aspek positif dari fase bulan madu ini. 4. Fase kecewa (the disenchantment phase): orang-orang dewasa lanjut menyadari bahwa bayangan pra-pensiun mereka tentang fase pensiun ternyata tidak realistik. Setelah fase bulan madu, orang-orang dewasa lanjut seringkali jatuh dalam rutinitas. Jika rutinitas itu menyenangkan, penyesuaian terhadap fase pensiun biasanya sukses. Orang-orang dewasa yang gaya hidupnya tidak sibuk diseputar pekerjaan sebelum pensiun, lebih mungkin menyesuaikan diri dengan pensiun dalam mengembangkan rutinitas yang menyenangkan daripada mereka yang tidak mengembangkan aktivitas-aktivitas di waktu luangnya selama tahun-tahun kerjanya. 5. Fase re-orientasi (reorientation phase): pensiunan mencatat apa yang masih dimiliki, mengumpulkannya, dan mengembangkan alternatifalternatif kehidupan yang lebih realistik. Mereka orangtua dewasa akhir yang menjalani masa pensiun, mengevaluasi jenis-jenis gaya hidup yang memungkinkan mereka untuk menikmati kepuasan hidup. 25

17 6. Fase stabil (the stability phase): Orangtua dewasa akhir dapat memutuskan dengan apa yang telah dibuat berdasarkan kriteria tertentu setelah melalui proses evaluasi pilihan pada fase pensiun dan bagaimana akan menjalani keputusan yang telah dibuat tersebut. Bagi beberapa orang dewasa akhir, fase ini mengikuti fase bulan madu, tetapi bagi beberapa individu lainnya, perubahan pada fase stabil cenderung lambat dan lebih sulit. 7. Fase akhir (the termination phase): Bagi sebagian orang dewasa akhir, peranan fase pensiun digantikan oleh peran sebagai orang tua yang ketergantungan pada orang lain. Waktu luang yang penuh mungkin membosankan bagi mereka, dan mereka mungkin membutuhkan uang untuk menyokong kebutuhan hidup dirinya sendiri. Sehingga, beberapa dari mereka mungkin ada yang bekerja lagi dan seringkali menerima pekerjaan yang secara keseluruhan cenderung tidak berhubungan dengan apa yang telah mereka lakukan sebelum pensiun. Karena usia dan alasan memilih pensiun pada setiap individu berbedabeda, maka tidak ada waktu khusus untuk urutan waktu pada tujuh fase tersebut. Meskipun demikian, ketujuh fase tersebut memberi masukan untuk berfikir menganai cara-cara berbeda yang dapat dialami saat pensiun untuk penyesuain yang terlibat di dalamnya. 26

18 2.4. Penelitian Terdahulu Konsep diri orangtua pensiun dapat ditafsirkan dari beberapa hasil penelitian terdahulu yaitu sebagai berikut: Dalam penelitian Sari (2010) dengan judul Pengaruh Dukungan Sosial Dan Kepribadian Terhadap Penyesuaian Diri Pada Masa Pensiun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial dan kepribadian terhadap penyesuaian diri pada masa pensiun. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling, dengan total responden sebanyak 50 orang di PT. PLN (Persero). Hasil penelitian menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan dukungan sosial dan kepribadian secara bersama-sama terhadap penyesuaian diri pada masa pensiun sebesar 57,3%. Secara parsial, dukungan sosial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penyesuaian diri pada masa pensiun sebesar 48,6% dan kepribadian mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penyesuaian diri pada masa pensiun sebesar 8,7%. Dalam penelitian Putri (2011) dengan judul Hubungan Konsep Diri Dengan Kecemasan Menghadapi Pensiun (Studi Korelasional Terhadap Karyawan PT Badak Ngl, Bontang, Kalimantan Timur). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang negatif signifikan antara konsep diri dengan kecemasan menghadapi pensiun. Subjek penelitian ini adalah karyawan yang akan memasuki masa pensiun pada Agustus 2011-Desember 2012 berjumlah 105 dengan sampel sebanyak 63 orang. Besar reliabilitas pada instrumen konsep diri adalah 0,879 sedangkan pada instrumen kecemasan menghadapi pensiun besar reliabilitasnya adalah 0,852. Hasil penelitian pada 27

19 karyawan PT Badak NGL, Bontang, menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi pensiun (r = -0,601). Artinya semakin tinggi konsep diri,maka semakin rendah kecemasan menghadapi pensiun Kerangka Pemikiran Pada masa usia lanjut terjadi perubahan yang mudah terlihat, seperti perubahan pada fisik, penurunan indra sensoris, dan penurunan pada kekuatan fisik. Umumnya orangtua pada kesehatan fisik merasa bahwa penurunan kekuatan fisik mulai membatasi aktivitas mereka, dan penurunan kesehatan membuat mereka tidak berdaya. Poerdawadarmita (dalam Munir, 2010) mengatakan bahwa pengertian orang tua dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah Orang tua artinya Ayah dan Ibu. Orangtua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang dituakan. Namun umumnya pada masyarakat Indonesia mengartikan orangtua sebagai orang yang telah memiliki anak, orang tua yang terdiri dari Ibu dan Bapak. Orang tua yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah orang tua yang sudah memasuki usia dewasa akhir. Salah satu perubahan dalam siklus kehidupan pekerjaan adalah pensiun. Kimel (dalam Sari, 2010) mengatakan bahwa pensiun merupakan suatu isyarat sosial bahwa seseorang telah memasuki usia lanjut yang juga berarti berakhirnya masa kerja seseorang dan mulainya periode waktu luang yang panjang tanpa aktivitas rutin. Mangkunegara (2011) menjelaskan bahwa pensiun adalah pemberhentian dengan hormat oleh pihak perusahaan terhadap pegawai yang 28

20 usianya telah lanjut dan dianggap sudah tidak produktif lagi atau telah berusia 56 tahun, kecuali tenaga pengajar dan instruktur yang dapat pensiun di usia 65 tahun. Keharusan pensiun memberikan mereka banyak waktu luang dalam beraktivitas. Sehingga dari waktu luang tersebut dapat memberi perubahan pada konsep diri mereka, terutama di dalam masyarakat dimana keberadaan mereka biasanya dinilai dari pengertian ekonomi. Konsep diri merupakan gambaran diri dan cara pandang seseorang secara menyeluruh terhadap keberadaan diri sendiri, maupun untuk memahami orang lain. Konsep diri dapat dipengaruhi oleh perkembangan, orang lain, kegagalan dan kelompok rujukan. Pada faktor yang mempengaruhi konsep diri, maka konsep diri pada setiap individu akan terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan dari awal dilahirkan yang konsep dirinya belum terbentu, secara bertahap menjadi terbentuk hingga dewasa. Masa lalu yang buruk jika dapat disikapi dengan positif maka akan menghasilkan konsep diri yang berdeda dengan individu yang menyikapi dengan negatif. Juga peran orang-orang terdekat seperti keluarga dan teman-teman dalam satu kelompok ikut berperan dalam pembentukan konsep diri individu Menurut Burns (dalam Hutagalung, 2007) konsep diri terbagi menjadi dua yaitu konsep diri negatif dan konsep diri positif. Konsep diri yang baik (positif) adalah gambaran diri dan cara pandang individu yang mampu menghargai dirinya, optimis, percaya diri, dan mampu memandang dunia sebagai sebuah tempat yang menyenangkan. Sedangkan konsep diri negatif merupakan gambaran diri dan cara 29

21 pandang individu yang peka terhadap kritikan, takut kehilangan sesuatu, takut tidak diakui, psimis, tidak diperhatikan, dan merasa tidak disenangi orang lain Skema Pemikiran Dewasa Akhir Kelompok pertengahan umur (45-54 tahun) Kelompok usia lanjut dini (55-64 tahun) Kelompok usia lanjut (65 tahun ke atas) Pensiunan Konsep Diri Faktor-Faktor yang mempengaruhi konsep diri Jenis Konsep Diri Perkembangan Konsep Diri Positif Konsep Diri Negatif Orang Lain Kegagalan Kelompok Rujukan Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran 30

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang ingin lahir dalam keadaan normal, namun pada kenyataannya ada orang yang dilahirkan dengan keadaan cacat. Bagi orang yang lahir dalam keadaan cacat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Natasha Ghaida Husna, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Natasha Ghaida Husna, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia mempunyai berbagai macam kebutuhan. Menurut Maslow (Atkinson, 2000) kebutuhan manusia secara garis besar dapat dibagi menjadi 5 kebutuhan yaitu

Lebih terperinci

Perkembangan Kognitif & Sosioemosi Usia Lanjut. Unita Werdi Rahajeng, M.Psi.

Perkembangan Kognitif & Sosioemosi Usia Lanjut. Unita Werdi Rahajeng, M.Psi. Perkembangan Kognitif & Sosioemosi Usia Lanjut Unita Werdi Rahajeng, M.Psi. www.unita.lecture.ub.ac.id Penurunan Saat Memasuki Usia Lanjut Kecepatan pemrosesan Menyangkut pemahaman. Akumulasi pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di sepanjang kehidupannya sejalan dengan pertambahan usianya. Manusia merupakan individu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. KESIAPAN PENSIUN 1. Pengertian Kesiapan Pensiun Pensiun adalah sebuah konsep sosial yang memiliki beragam pengertian (Newman, 2006). Sebenarnya pensiun sulit untuk didefinisikan

Lebih terperinci

HARGA DIRI PRIA YANG MENGALAMI PENSIUN DINI ABSTRAK

HARGA DIRI PRIA YANG MENGALAMI PENSIUN DINI ABSTRAK HARGA DIRI PRIA YANG MENGALAMI PENSIUN DINI ABSTRAK Penulisan penelitian ini bertujuan untuk mencari jawab atas pertanyaan penelitian apa gambaran harga diri subjek yaitu pria yang mengalami pensiun dini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, seseorang perlu melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, seseorang perlu melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, seseorang perlu melakukan usaha untuk mempertahankan hidup. Usaha untuk mempertahankan hidup untuk semua makhluk hidup dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri. Ia selalu berinteraksi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori

Lebih terperinci

`BAB I PENDAHULUAN. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah topik yang hangat dikalangan

`BAB I PENDAHULUAN. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah topik yang hangat dikalangan `BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan membutuhkan karyawan sebagai tenaga yang menjalankan setiap aktivitas yang ada dalam organisasi perusahaan. Karyawan merupakan aset terpenting

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Akhir dalam Aspek Fisik dan Kognitif Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang dialami Indonesia pada saat ini menyebabkan keterpurukan dunia usaha di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Madya dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Setiap fase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu fakultas unggulan di Universitas

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu fakultas unggulan di Universitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fakultas Psikologi merupakan salah satu fakultas unggulan di Universitas X. Hal ini terlihat dari jumlah pendaftar yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan sepanjang hidup, artinya secara fisik individu akan terus tumbuh namun akan berhenti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan sangat penting maka pemerintah Indonesia memberikan perhatian berupa subsidi dalam bidang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG KONSEP DIRI REMAJA PUTRI YANG MEMILKI IBU TIRI. jangka waktu yang singkat, konsep diri juga bukan merupakan pembawaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG KONSEP DIRI REMAJA PUTRI YANG MEMILKI IBU TIRI. jangka waktu yang singkat, konsep diri juga bukan merupakan pembawaan 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG KONSEP DIRI REMAJA PUTRI YANG MEMILKI IBU TIRI A. Konsep diri 1. Pengertian Konsep Diri Konsep diri bukan merupakan hasil sekali jadi yang terbentuk dalam jangka waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, dimana manusia hidup bersama dengan orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut Walgito (2001)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konsep Diri Istilah konsep diri biasanya mengarah kepada sebuah pembentukan konsep pribadi dari diri seseorang. Secara umum konsep diri adalah pandangan dan sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia dalam kehidupannya bisa menghadapi masalah berupa tantangan, tuntutan dan tekanan dari lingkungan sekitar. Setiap tahap perkembangan dalam rentang kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakberdayaan. Menurut UU No.13 tahun 1998, lansia adalah seseorang yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakberdayaan. Menurut UU No.13 tahun 1998, lansia adalah seseorang yang telah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa lanjut usia (lansia) merupakan tahap terakhir dari tahapan perkembangan manusia. Didalam masyarakat, masa lansia sering diidentikkan dengan masa penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah masa penutup. Masa penutup merupakan masa dimana. penurunan jumlah aktivitas (Hurlock, 1999).

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah masa penutup. Masa penutup merupakan masa dimana. penurunan jumlah aktivitas (Hurlock, 1999). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap individu menjalani periode perkembangan yang sama. Salah satu masa perkembangan yang dijalani adalah masa lansia atau masa tua yang juga dikenal dengan istilah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1980). bukan pula orang dewasa yang telah matang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1980). bukan pula orang dewasa yang telah matang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Pengertian Remaja Remaja berasal dari kata Latin adolensence (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan sosial timbul oleh adanya persepsi bahwa terdapat orang- orang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan sosial timbul oleh adanya persepsi bahwa terdapat orang- orang yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dukungan Sosial 2.1.1 Pengertian Dukungan Sosial Cohen dan Wills (1985) mendefinisikan dukungan sosial sebagai pertolongan dan dukungan yang diperoleh seseorang dari interaksinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa tua merupakan masa paling akhir dari siklus kehidupan manusia, dalam masa ini akan terjadi proses penuaan atau aging yang merupakan suatu proses yang dinamis sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu fase dalam perkembangan individu adalah masa remaja. Remaja yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak ke

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradapatasi dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradapatasi dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Konsep Lansia Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradapatasi dengan stress lingkungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan tubuhnya secara efektif. Lebih lanjut Havighurst menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan tubuhnya secara efektif. Lebih lanjut Havighurst menjelaskan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja sering kali disebut masa transisi atau masa peralihan dari anak-anak sebelum akhirnya masuk ke masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Attachment Attachment atau kelekatan merupakan teori yang diungkapkan pertama kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969. Ketika seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang ditinjau secara

BAB 6 PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang ditinjau secara 58 BAB 6 PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang ditinjau secara teoritis dan ilmiah. 6.1. Konsep Diri Dari hasil penelitian didapatkan mayoritas responden ( 97,06 % ) mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial. membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial. membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi. Untuk berhubungan dengan orang lain dibutuhkan komunikasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai macam perubahan yaitu perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini, tidak semua orang berada pada kondisi fisik yang sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas kehidupan, terutama

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas kehidupan, terutama 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, masyarakat Indonesia menganggap pendidikan menjadi sesuatu yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas kehidupan, terutama dalam hal mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugerah terindah yang diberikan Allah kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga bisa menjadi sebuah impian setiap orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan diri 1. Pengertian Penerimaan Diri Manusia adalah makhluk sosial yang akan selalu berhubungan dengan orang lain sebagai proses sosialisasi dan interaksi sosial dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang dimana masa dalam masa peralihan ini remaja mengalami perubahan secara fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memiliki buah hati tentunya merupakan dambaan bagi setiap orang yang telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah terbesar nan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan orang lain. Stuart dan Sundeen (dalam Keliat,1992).

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan orang lain. Stuart dan Sundeen (dalam Keliat,1992). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian Konsep Diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja (adolescence) sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode penting dalam rentang kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode penting dalam rentang kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode penting dalam rentang kehidupan manusia karena banyak perubahan-perubahan yang dialami di dalam dirinya. Seperti yang diungkapkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu periode perkembangan yang harus dilalui oleh seorang individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja (Yusuf, 2006). Masa remaja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai 1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

Selamat Membaca dan Memahami Materi e-learning Rentang Perkembangan Manusia II

Selamat Membaca dan Memahami Materi e-learning Rentang Perkembangan Manusia II Selamat Membaca dan Memahami Materi e-learning Rentang Perkembangan Manusia II MASA DEWASA PEKERJAAN, KARIR DAN PENSIUN materi kuliah elearning Rentang Perkembangan Manusia II Oleh : Dr Triana Noor Edwina

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG Rheza Yustar Afif Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soeadarto, SH, Kampus Undip Tembalang,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian anak, baik di luar dan di dalam sekolah yang berlangsung seumur hidup. Proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun sebuah hubungan senantiasa menjadi kebutuhan bagi individu untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun terkadang hubungan menjadi semakin kompleks saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan koloni terkecil di dalam masyarakat dan dari keluargalah akan tercipta pribadi-pribadi tertentu yang akan membaur dalam satu masyarakat. Lingkungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. perspektif besar mengenai psychological well being yang diturunkan dari dua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. perspektif besar mengenai psychological well being yang diturunkan dari dua 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Psychological Well Being 1. Konsep Psychological Well Being Konsep psychological well being sendiri mengacu pada pengalaman dan fungsi psikologis yang optimal. Sampai saat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Frekuensi Merokok 1. Definisi frekuensi Frekuensi berasal dari bahasa Inggris frequency berarti kekerapan, keseimbangan, keseringan, atau jarangkerap. Smet (1994) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bekerja merupakan suatu kesempatan dimana seseorang dapat. mengembangkan dirinya, mencapai prestise, memperoleh suatu jabatan yang

BAB I PENDAHULUAN. bekerja merupakan suatu kesempatan dimana seseorang dapat. mengembangkan dirinya, mencapai prestise, memperoleh suatu jabatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Bagi kebanyakan orang yang telah bekerja dalam bidang apapun, bekerja merupakan suatu kesempatan dimana seseorang dapat mengembangkan dirinya, mencapai prestise,

Lebih terperinci

golongan ekonomi menengah. Pendapatan keluarga rata-rata berada pada kisaran lima jutaan rupiah perbulan dengan sebagian besar ayah bekerja sebagai

golongan ekonomi menengah. Pendapatan keluarga rata-rata berada pada kisaran lima jutaan rupiah perbulan dengan sebagian besar ayah bekerja sebagai PEMBAHASAN Penelitian ini didasarkan pada pentingnya bagi remaja mempersiapkan diri untuk memasuki masa dewasa sehingga dapat mengelola tanggung jawab pekerjaan dan mampu mengembangkan potensi diri dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Untuk beberapa orang bekerja itu merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG TUNA DAKSA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG TUNA DAKSA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG TUNA DAKSA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi Diajukan oleh :

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Harga Diri 1. Pengertian Harga Diri Menurut Coopersmith (1967 ; dalam Sert, 2003; dalam Challenger, 2005; dalam Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 RUSTAM ROSIDI F100 040 101 Diajukan oleh: FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama bagi masyarakat kecil yang hidup di perkotaan. Fenomena di atas

BAB I PENDAHULUAN. terutama bagi masyarakat kecil yang hidup di perkotaan. Fenomena di atas BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi saat ini telah banyak menimbulkan permasalahan sosial, terutama bagi masyarakat kecil yang hidup di perkotaan. Fenomena di atas menggejala secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan manusia terbagi menjadi beberapa fase selama rentang kehidupan. Beberapa fase tersebut diantaranya fase bayi, anak-anak, remaja hingga dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GEGAR BUDAYA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA BERSUKU MINANG DI UNIVERSITAS DIPONEGORO

HUBUNGAN ANTARA GEGAR BUDAYA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA BERSUKU MINANG DI UNIVERSITAS DIPONEGORO HUBUNGAN ANTARA GEGAR BUDAYA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA BERSUKU MINANG DI UNIVERSITAS DIPONEGORO Astrid Oktaria Audra Siregar 15010113140084 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penyesuaian Diri Penyesuaian berarti adaptasi yang dapat mempertahankan eksistensinya atau bisa bertahan serta memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Penelitian yang berkaitan dengan masalah penyesuaian diri sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Penelitian yang berkaitan dengan masalah penyesuaian diri sudah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Penelitian yang berkaitan dengan masalah penyesuaian diri sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Diantaranya dilakukan oleh Oki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Perkawinan 1. Pengertian Kualitas Perkawinan Menurut Gullota (Aqmalia, 2009) kepuasan pernikahan merupakan perasaan pasangan terhadap pasangannya mengenai hubungan pernikahannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja berasal dari kata adolescence yang memiliki arti tumbuh untuk mencapai kematangan, baik mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa remaja ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Post power syndrome merupakan bentuk dari reaksi negatif yang muncul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Post power syndrome merupakan bentuk dari reaksi negatif yang muncul 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Post Power Syndrome 2.1.1 Pengertian Post Power Syndrome Post power syndrome merupakan bentuk dari reaksi negatif yang muncul dalam menghadapi masa pensiun seperti merasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses berkelanjutan dalam kehidupan yang ditandai dengan berbagai perubahan ke arah penurunan. Problematika yang harus dihadapi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kepribadian seorang anak merupakan gabungan dari fungsi secara nyata maupun fungsi potensial pola organisme yang ditentukan oleh faktor keturunan dan penguatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbatas pada siswa baru saja. Penyesuaian diri diperlukan remaja dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbatas pada siswa baru saja. Penyesuaian diri diperlukan remaja dalam menjalani BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang dihadapi siswa dalam memasuki lingkungan sekolah yang baru adalah penyesuaian diri, walaupun penyesuaian diri tidak terbatas pada siswa

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal HARGA DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL MENIKAH YANG BERSELINGKUH KARTIKA SARI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran harga diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 KONTEKS MASALAH Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia yang tidak akan pernah terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Kita mengetahui bahwa manusia merupakan makhluk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi nanti (Rini, 2008). Masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi nanti (Rini, 2008). Masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pensiun seringkali dianggap sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan sehingga menjelang masanya tiba sebagian orang sudah merasa cemas karena tidak tahu kehidupan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Berprestasi 2.1.1 Pengertian Motivasi Motivasi (motivation) melibatkan proses yang memberikan energi, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Perkawinan 1. Pengertian Penyesuaian Perkawinan Konsep penyesuaian perkawinan menuntut kesediaan dua individu untuk mengakomodasikan berbagai kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan tahap memasuki masa dewasa dini. Hurlock (2002)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan tahap memasuki masa dewasa dini. Hurlock (2002) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan tahap memasuki masa dewasa dini. Hurlock (2002) mengungkapkan kisaran usia 18-40 tahun, pada usia tersebut mahasiswa telah memiliki tanggung

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. 1 BAB 1 PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. Dimulai dari masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan masa tua. Pada setiap masa pertumbuhan manusia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil Belajar. Seluruh pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan perilaku siswa

TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil Belajar. Seluruh pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan perilaku siswa 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Seluruh pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan perilaku siswa terbentuk dan berkembang seiring dengan proses pembelajaran. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Pada bab ini akan membahas mengenai kesimpulan, diskusi dan saran mengenai penelitian yang merupakan langkah terakhir dari suatu penyusunan dalam penelitian. 5.1. Kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,

Lebih terperinci

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team Anda mungkin memiliki banyak pengalaman bekerja dalam kelompok, seperti halnya tugas kelompok, tim olahraga dan lain sebagainya. Kelompok kerja merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu pada hakikatnya akan terus mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan sepanjang hidup. Individu akan terus mengalami perkembangan sampai akhir hayat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang berlangsung sejak usia 10 atau 11 tahun, atau bahkan lebih awal yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hasil yang dituju. Salah satu cara untuk memenuhi semua itu adalah dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hasil yang dituju. Salah satu cara untuk memenuhi semua itu adalah dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada hakekatnya hidup untuk selalu memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Seperti kebutuhan fisik untuk pemuas rasa lapar, tempat tinggal, ketergantungan pada

Lebih terperinci