BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang tinjauan pustaka dan landasan teori. Sumber tinjauan pustaka dapat berupa jurnal, paten, dan sumber jenis lainnya Kajian Jurnal Jurnal ROTOR, Volume 5 Nomer 2, Juli 2012 Gambar 2.1 Uji struktur material secara statis (A) nilai distribusi tegangan pada benda yang diuji (B) benda uji yang diberi beban (Sumber: Mulyadi, 2012) Dari Gambar 2.1 di atas dapat dilihat distribusi tegangan suatu benda yang diberi beban. Dengan menggunakan analisa kegagalan Von Mises, distribusi tegangan diwakili dengan perubahan warna yang ditampilkan digambar, dimana semakin menuju warna merah tegangan yang diterima oleh benda semakin besar. Dari hasil perhitungan secara komputasi didapatkan tegangan maksimum yang bekerja pada rangka tersebut yaitu yaitu tegangan terbesar ditunjukkan pada warna merah (8,82e+007N/m2 ) sedangkan tegangan minimum yang bekerja yaitu ditunjukkan pada warna biru (1,38e+005 N/m2).

2 Kajian Paten Perancangan ini memerlukan tinjauan pustaka berupa penelitian kasus sejenis yang sudah pernah dibuat/diteliti oleh orang lain. Kasus yang di ambil berdasarkan dari paten yang telah ada, sebagai berikut: Tabel 2.1 Kajian paten 1. Simulated Climbing Wall (Brewer, G. 1992) Keterangan alat: Gambar 2.2 Simulated climbing wall (Sumber: Brewer, 1992) Posisi alat yang sudah miring dengan menggunakan sistim transmisi chain, rangka utama menggunakan besi hollow square, sistim keaman jatuh dari papan panjat hanya menggunakan matras. 2. Climbing Training Apparatus (Thompson, F. J. & Meyers, O. D. 1999) Keterangan alat: Gambar 2.3 Climbing training apparatus (Sumber: Thompson, F. J. & Meyers, O. D. 1999) Papan panjat yang dibuat tidak permanen sehingga papan panjat bisa dirubah menjadi beberapa sudut yang berbeda-beda, rangka utama untuk penahan alatnya menggunakan besi pipa dan ketinggian rangka penahannya hanya sampai setengahnya saja, sistim keamanan jatuh yang mengandalkan matras.

3 7 3. Rock Climbing Apparatus (Wu, F. Y. 2007) Keterangan alat: Gambar 2.4 Rock climbing apparatus (Sumber: Wu, 2007) Posisi alat yang dibuat tegak, rangka penahan bebannya menggunakan besi hollow square yang dimana ketinggian rangka penahannya setengahnya dari papan panjat membuat alat menjadi simple, tetapi sistim keamanan jatuh penggunanya tidak ada. Yang bisa membahayakan cedera kaki maupun tangan bagi pengguna alatnya. 4. Climbing Arrangement with Climbing Surface (Vanamo, K. 2010) Keterangan alat: Gambar 2.5 Climbing Arragement with climbing surface (Sumber: Vanamo, 2010) Model alat dibuat menjadi modern dengan menyatukan alat pengaman jatuh matras dengan papan panjatnya sehingga memudahkan dalam penyimpanan alatnya. Rangka utama atau framenya dibuat seunik mungkin dengan bentuk bengkok tidak lurus. Ukuran matras yang sangat lebar membuat pengguna alat lebih aman ketika jatuh di sudut manapun. 5. Adjustable Rock Climbing Device (Wang et al. 2004)

4 8 Keterangan: Gambar 2.6 Adjustable Rock Climbing Device (Sumber: Wang et al. 2004) Papan panjat bisa dimajukan dan dimundurkan gunanya untuk mendapatkan sudut memanjat yang enak, rangka utamanya menggunakan besi hollow square yang ketinggiannya pun mengikuti papan panjatnya, alat pengaman jatuhnya hanya menggunakan matras yang dimana panjangnya disesuaikan dengan ukuran frame Konsep Tegangan Salah satu masalah utama dalam mekanika bahan adalah menyelidiki tahanan dalam dari suatu benda, yaitu gaya-gaya yang ada di dalam suatu benda yang mengimbangi gaya-gaya luar. Gaya-gaya dalam merupakan vektor dalam dan bertahan dalam kesimbangan terhadap gaya-gaya luar. Dalam mekanika bahan perlu menentukan intensitas dari gaya-gaya ini dalam berbagai potongan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan bahan tersebut. Biasanya intensitas gaya diuraikan menjadi tegak lurus dan sejajar dengan irisan yang dibuat. Penguraian intensitas gaya pada luas kecil yang tak berhingga diperlihatkan dalam gambar dibawah ini. Intensitas gaya yang tegak lurus atau normal terhadap irisan disebut tegangan normal (normal stress) pada sebuah titik. Komponen yang lain dari intensitas gaya yang bekerja sejajar dengan bidang dari luas ementer adalah tegangan geser (shearing stress) (Nugroho, 2012). Gambar 2.7 Metode irisan suatu benda (Sumber: Nugroho, 2012)

5 9 a. Tegangan geser Tegangan geser adalah tegangan yang timbul akibat gaya geser dan gaya puntir atau torsi. Bila gaya aksial atau momen lentur yang bekerja dengan gaya geser atau momen puntir, maka elemen akan mengalami tegangan normal dan geser, hal ini diperlihatkan dalam gambar dibawah ini: Gambar 2.8 Tegangan pada pembebanan elemen (Nugroho, 2012) Keterangan gambar yaitu: Dengan sumbu X1 = x ; X2 = y ; X3 = z maka caucy tegangan tensor σ 11 σ 12 σ 13 σ xx σ xy σ xz σ xx τ xy τ xz σ = [ σ 21 σ 22 σ 23 ] = [ σ yx σ yy σ yz ] = [ τ yx σ yy τ yz ] σ 31 σ 32 σ 33 σ zx σ zy σ zz τ zx τ zy σ zz Dimana: τxy = τyx ; τxz = τzx ; τyz = τzy σx = tegangan normal yang bekerja pada bidang x dan arah sumbu x. σy = tegangan normal yang bekerja pada bidang y dan arah sumbu y. σz = tegangan normal yang bekerja pada bidang z dan arah sumbu z. τxy τxz τyx τyz τzx τzy = tegangan geser yang bekerja pada bidang normal terhadap sumbu x dalam arah sumbu y. = tegangan geser yang bekerja pada bidang normal terhadap sumbu x dalam arah sumbu z. = tegangan geser yang bekerja pada bidang normal terhadap sumbu y dalam arah sumbu x. = tegangan geser yang bekerja pada bidang normal terhadap sumbu y dalam arah sumbu z. = tegangan geser yang bekerja pada bidang normal terhadap sumbu z dalam arah sumbu x. = tegangan geser yang bekerja pada bidang normal terhadap sumbu z dalam arah sumbu y.

6 Teori Kegagalan Statis dan Tegangan Von Mises Kegagalan pada suatu elemen mesin dapat terjadi dalam berbagai wujud seperti misalnya yielding, retak, patah, korosi aus, dan lain-lain. Penyebab kegagalan juga bermacam-macam seperti misalnya salah desain, beban operasional, kesalahan maintenance, cacat material, temperatur, lingkungan, waktu, dan lain-lain. Dalam beberapa kasus kegagalan juga dapat diakibatkan oleh beban mekanis yaitu yang berhubungan dengan jenis tegangan yang terjadi pada komponen mesin. Dengan pengetahuan yang lengkap tentang kegagalan, maka para insinyur dapat mempertimbangkan berbagai aspek penyebab kegagalan dalam perancangan sehingga diharapkan kegagalan tidak akan terjadi selama umur teknisnya. a. Teori energi distorsi (Von Mises-Henky) Teori kegagalan ini diperkenalkan oleh Huber. (1904) dan kemudian disempurnakan melalui kontribusi von Mises dan Henky. Teori ini menyatakan bahwa kegagalan diprediksi terjadi pada keadaan tegangan multiaksial bilamana energi distorsi per unit volume sama atau lebih besar dari energi distorsi per unit volume pada saat terjadinya kegagalan dalam pengujian tegangan unaksial sederhana terhadap spesimen dari material yang sama. Gambar 2.9 menggambarkan sebuah unit kubus yang dikenai tiga tegangan normal σ1, σ2, σ3. Gambar 2.9a menggambarkan elemen dengan tiga tegangan sumbu. Gambar 2.9b menggambarkan komponen tegangan untuk distorsi. Gambar 2.9c menggambarkan komponen tegangan untuk perubahan volume. Rumus energi regangan total yang diberikan adalah: U = 1 σ 2 1ε σ 2 2ε σ 2 3ε 3 (2.1) Gambar 2.9 Tegangan elemen tiga dimensi (Sumber: Bhandari, 1994)

7 11 Dimana ε1, ε2, ε3 adalah regangan yang dirumuskan sebagai berikut: ε 1 = 1 E [σ 1 + v(σ 2 + σ 3 )] ε 2 = 1 E [σ 2 + v(σ 1 + σ 3 )] ε 3 = 1 E [σ 3 + v(σ 1 + σ 2 )] Sehingga rumus untuk energi regangan total menjadi: U = 1 2E [(σ σ σ 3 2 ) 2v(σ 1 σ 2 + σ 2 σ 3 + σ 3 σ 1 )] (2.2) Energi regangan total U, diselesaikan dalam dua komponen Uv dan Ud. Uv untuk adalah perubahan volume tanpa distorsi pada elemen dan Ud untuk distorsi pada elemen tanpa perubahan volume. Tegangan juga diselesaikan dalam dua komponen seperti gambar 2.7 komponen σ1d, σ2d, dan σ3d menyebabkan distorsi pada kubus sementara σv menyebabkan perubahan volume. Oleh karenanya yang dirumuskan sebagai berikut: U = U v + U d (2.3) σ 1 = σ 1d + σ v σ 2 = σ 2d + σ v σ 3 = σ 3d + σ v Tegangan Von Mises menurut Bhandari. (1985) diperoleh menggunakan persamaan yang dirumuskan sebagai berikut: U = U v + U d U v = (1 2v)(σ 1+σ 2 +σ 3 ) 2 6E (2.4) U d = U U v U d = 1 [(σ 2E σ σ 2 3 ) 2V(σ 1 σ 2 + σ 2 σ 3 + σ 3 σ 1 )] (1 2v)(σ 1+σ 2 +σ 3 ) 2 6E U d = (1+v) 6E [(σ 1 σ 2 ) 2 + (σ 2 σ 3 ) 2 + (σ 3 σ 1 ) 2 ] (2.5) Dalam uji tarik sederhana, ketika spesimen mulai luluh, maka besar elemen tegangannya adalah σ1 = σy, σ2 = σ3 = 0, sehingga, U d = ( (1+v) 6E ) σ y 2 (2.6) Dari persamaan (2.5) dan (2.6), kriteria tegangan kegagalan untuk teori energi distorsi (tegangan von mises) dirumuskan sebagai berikut:

8 12 σ y = 1 [(σ 2 1σ 2 ) 2 + (σ 2 σ 3 ) 2 + (σ 3 σ 1 ) 2 ] (2.7) Untuk keadaan tegangan dua dimensi, σ2 = 0 maka, σ y = σ σ 1 σ 3 + σ 3 Pada dasarnya tegangan dapat didefinisikan sebagai besaran gaya yang bekerja pada suatu satuan luas. Secara matematis menurut Shigley dan Mitchell. (1984) definisi tersebut dapat ditulis sebagai: σ = F A (2.8) Tegangan efektif Von Mises (σ') didefinisikan sebagai tegangan tarik unaksial yang dapat menghasilkan energi distorsi yang sama dengan yang dihasilkan oleh kombinasi tegangan yang bekerja. σ = σ σ σ 2 3 σ 1 σ 2 σ 2 σ 3 σ 1 σ 3 (2.9) Atau, σ = (σ x σ y ) 2 + (σ y σ z ) 2 + (σ z σ x ) 2 + 6(τ 2 xy + τ 2 yz + τ 2 zx ) Untuk kasus tegangan dua dimensi, σ2 = 0 maka, σ = σ σ 1 σ 3 + σ 3 (2.10) σ = σ 2 x + σ 2 y σ x σ y + 3τ 2 xy Kegagalan akan terjadi apabila σ x σ y n Untuk geseran murni σ1 = σ3 = τ dan σ2 = 0 σ y = σ 1 2 σ 1 σ 1 + σ 1 2 = 3σ 1 2 = 3τ max 2 (2.11) σ 1 = σ y 3 = 0,577 σ y = τ max (2.12) Dari persamaan diatas didefinisikan kekuatan luluh (yield) terhadap geser dari material ulet adalah fraksi dari kekuatan luluh yang didapat dari uji tarik Skema Finete Element Analysis Secara garis besar kegiatan pada finite element modeling terdiri dari preprocessor, solving dan post- processor.

9 13 Gambar 2.10 FEA (Sumber: Effendi, 2015) Kegiatan pada finite element modeling kegiatan yang dilakukan adalah pembuatan model geometri, meshing, menentukan kondisi batas dan beban, menentukan properti material, dan menentukan tipe analisis.pada tahapan solving dilakukan analisis solusi yang ditampilkan pada tahap post-processor Mesh Finite Element Analysis Jaringan elemen dan nodal yang membagi model menjadi elemen kecil disebut sebagai mesh. Jenis elemen pada mesh diilustrasikan pada. Kerapatan mesh meningkat sebagai elemen lainnya ditempatkan dalam suatu wilayah tertentu. perbaikan mesh adalah ketika mesh dimodifikasi dari satu model analisis ke analisis selanjutnya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Hasil umumnya menjadi lebih baik ketika kerapatan mesh meningkat pada daerah stress gradien yang tinggi atau ketika zona transisi geometris dibuat mesh yang hasul. Umumnya, hasil the FEA konvergen menuju hasil yang lebih tepat apabila mesh terus diperbaiki. Untuk menilai perbaikan, di daerah di mana stress gradien yang tinggi muncul, mesh pada struktur dapat diperbaiki dengan kerapatan mesh yang lebih tinggi di lokasi yang diberbaiki. Jika ada perubahan dalam minimal dalam nilai maksimum tegangan.ini adalah hasil yang wajar ketika setelah mengalami konvergen Konsep Perancangan Pahl dan Beitz Harsokoesoemo. (2004) dalam konsep Pahl dan Beitz mengusulkan cara merancang produk sebagaimana yang dijelaskan dalam bukunya; Engineering Design : A

10 14 Systematic Approach. Cara merancang Pahl dan Beitz tersebut terdiri dari 4 kegiatan atau fase, yang masing-masing terdiri dari beberapa langkah. Ke-empat fase tersebut adalah : - Perancangan dan penjelasan tugas - Perancangan konsep produk - Perancangan bentuk produk - Perancangan detail Sebenarnya langkah-langkah dalam ke-empat fase proses perancangan di atas tidaklah perlu dikelompokkan dalam 4 fase secara kaku, sebab seperti misalnya, pada fase perancangan detail (fase ke-4), maka pada fase sebelumnya (fase ke-3), yaitu fase perancangan produk, elemen produk atau detail sudah diperlukan dan karena itu detail sudah (mulai) dibahas pada fase ke-3 tersebut, dan banyak lain contoh seperti itu. a. Perancangan Proyek dan Penjelasan Tugas Tugas fase ini adalah menyusun spesifikasi teknis produk yang menjadi dasar perancangan produk yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Produk dengan spesifikasi teknis tersebut merupakan olahan hasil survey bagian pemasaran atau atas permintaan segmen masyarakat. Fase pertama tersebut perlu diadakan untuk menjelaskan secara lebih detail sebelum ide produk dikembangkan lebih lanjut. Pada fase ini dikumpulkan semua informasi tentang keinginan pengguna dan persyaratan (requirements) lain yang harus dipenuhi oleh produk dan tentang kendalakendala yang merupakan batas-batas produk. Hasil fase ini adalah spesifikasi teknis produk yang dimuat dalam suatu daftar persyaratan teknis. Fase perencanaan produk tersebut baru dapat memberikan hasil yang baik, jika fase tersebut memperhatikan kondisi pasar, keadaan perusahaan dan ekonomi Negara. b. Perancangan Konsep Produk Berdasarkan spesifikasi teknis produk hasil fase pertama, dicarilah beberapa konsep produk yang dapat memenuhi persyaratan-persyaratan dalam spesifikasi tersebut. Konsep produk tersebut merupakan solusi dari masalah perancangan yang harus dipecahkan. Beberapa alternatif konsep produk dapat ditemukan. Konsep produk

11 15 biasanya berupa gambar skets atau gambar skema yang sederhana, tetapi telah memuat semua elemen dan komponen yang diperlukan. Beberapa alternatif konsep produk kemudian dikembangkan lebih lanjut. Setelah itu dievaluasi. Evaluasi tersebut haruslah dilakukan beberapa kriteria khusus seperti kriteria teknis, kriteria ekonomis dll. Konsep produk yang tidak memenuhi persyaratan-persyaratan dalam spesifikasi teknis produk, tidak diproses lagi dalam fase-fase berikutnya, sedangkan dari beberapa konsep produk yang memenuhi kriteria dapat dipilih solusi yang terbaik. Mungkin saja terjadi ditemukannya beberapa konsep produk terbaik yang semuanya dikembangkan lebih lanjut pada fase-fase berikutnya. Dari diagaram alir cara merancang Pahl dan Beitz dapat dilihat bahwa fase perancangan konsep produk terdiri dari beberapa langkah. c. Fase Perancangan Bentuk Dari diagram alir cara merancang Pahl dan Beitz dapat dilihat bahwa fase perancangan bentuk terdiri dari beberapa langkah, yang jumlahnya lebih banyak dari jumlah langkah-langkah pada fase perancangan konsep produk. Pada fase perancangan bentuk ini, konsep produk diberi bentuk, yaitu elemenelemen konsep produk yang dalam gambar skema atau gambar skets masih berupa garis atau batang saja, kini harus diberi bentuk, sedemikian rupa sehingga komponenkomponen tersebut secara bersama menyusun bentuk produk, yang dalam geraknya tidak saling bertabrakan sehingga produk dapat melakukan fungsinya. Pada fase ini ditentukan material untuk setiap komponen, perhitungan kekuatan dll. Konsep produk yang sudah diberi bentuk digambarkan pada preliminary layout, sehingga dapat diperoleh beberapa preliminary layout jika konsep produk yang dikembangkan terdiri dari beberapa konsep. Preliminary layout masih dikembangkan lagi menjadi layout yang lebih baik lagi dengan meniadakan kekurangan dan kelemahan yang ada dan sebagainya. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap beberapa preliminary layout yang sudah dikembangkan lebih lanjut berdasarkan kriteria teknis, kriteria ekonomis dan lain-lain yang lebih ketat untuk memperoleh layout yang terbaik yang disebut definitive layout.

12 16 Definitive layout telah dicek dari segi kemampuan melakukan fungsi produk, kekuatan, kelayakan finansial dan lain-lain. d. Fase Perancangan detail Pada fase perancangan detail, maka susunan elemen produk, bentuk, dimensi, kehalusan permukaan, material dari setiap elemen produk ditetapkan. Demikian juga kemungkianan cara pembuatan setiap produk sudah dijajagi dan perkiraan biaya sudah dihitung. Hasil akhir fase ini adalah gambar rancangan lengkap dan spesifikasi produk untuk pembuatan dan bill of materials. Ketiga hal tersebut disebut dokumen untuk pembuatan produk. Gambar 2.11 Diagram alir perancangan Pahl dan Beitz (Sumber: perancangan produk, 2004) Konsep Keseimbangan Jika pada suatu benda bekerja hanya satu gaya, maka benda akan dipercepat searah dengan arah gaya yang bekerja. Jika dua buah gaya bekerja pada sebuah benda tanpa

13 17 mengalami percepatan maka dikatakan bahwa gaya berada pada kondisi keseimbangan. (Zainuri, 2008). Sebuah benda tegar dikatakan dalam keseimbangan jika gaya-gaya yang bereaksi pada benda tersebut membentuk sistem gaya yang ekuivalen dengan nol. Sistem tidak mempunyai resultan gaya dan resultan kopel. Ada beberapa syarat yang menjadikan suatu benda tegar dalam kondisi keseimbangan, yakni: Jumlah gaya arah x x = 0 (ΣF x = 0) (2.13) dimana: x = arah gaya x F x = gaya arah x (N) a. Jumlah gaya arah y y = 0 (ΣF y = 0) (2.14) dimana: y = arah gaya y Fy = gaya arah y (N) b. Jumlah momen M M = 0 (ΣM = 0) (2.15) dimana: M = momen (Nm) Faktor Keamanan Agar tercapai suatu desain aman elemen struktural, ditentukan suatu faktor keamanan, yaitu perbandingan tegangan patah (failure stress) terhadap tegangan ijin. Umumnya, di dalam banyak desain seperti baja struktural dan alumunium, tegangan maksimum (yield stress) dianggap sebagai tegangan patah. Meskipun baja atau alumunium belum benar patah (rupture) pada titik ini, deformasi yang cukup signifikan terjadi pada titik ini. F. K = σ y(tegangan luluh material) σ e (tegangan kerja) (2.16) Klasifikasi faktor keamanan berdasarkan bahan (Mott, 2009), bahan ulet:

14 18 1. N = 1,25 hingga 2,0. Perancangan struktur yang menerima bahan beban statis dengan tingkat kepercayaan yang tinggi untuk semua data perancangan. 2. N = 2,0 hingga 2,5. Perancangan elemen-elemen mesin yang menerima pembebanan dinamis dengan tingkat kepercayaan rata-rata untuk semua data perancangan. 3. N = 2,5 hingga 4,0. Perancangan struktur statis atau elemen-elemen mesin yang menerima pembebanan dinamis dengan ketidakpastian mengenai beban, sifat-sifat bahan, analisi tegangan, atau lingkungan. 4. N = 4,0 atau lebih. Perancangan struktur statis atau elemen-elemen mesin yang menerima pembebanan dinamis dengan ketidakpastian mengenai beberapa kombinasi beban, sifat-sifat bahan, analisi tegangan, atau lingkungan. Keinginan untuk memberikan keamanan ekstra komponen yang kritis dapat juga memilih nilai-nilai ini Hubungan Tegangan dan Regangan Dalam sebuah perancangan, yang perlu diperhatikan adalah keadaan material pada saat hasil rancangan dioperasikan. Untuk mengetahuinya maka perlu diketahui karakteristik material yang digunakan dengan cara melakukan uji material seperti uji tarik (Tensil test). Uji tarik adalah suatu test secara terus menerus dengan menambahkan beban pada suatu material yang akan diteliti dan mencatat berapa besar beban dan elongasi yang terjadi pada material sampai material tersebut patah. (Wirjosoedirjo, 1996). (Stolk, J. 1994) definisi tegangan adalah gaya per satuan luar penampang, pembebanan dan tegangan terdiri dari 5 jenis: 1. Pembebanan dan Tegangan Tarik: Gaya bekerja sejajar sumbu/tegak lurus penampang kearah luar (menjauh), yang mengakibatkan batang/elemen konstruksi mengalami perpanjangan. σ t = F n A dimana: σt = Tegangan tarik (N/mm²) Fn = Gaya tarik (N) A = Luas penampang (mm²) (2.17)

15 19 2. Pembebanan dan Tegangan Tekan: Gaya bekerja sejajar sumbu/tegak lurus penampang kearah dalam (menuju), yang mengakibatkan batang/elemen kontruksi mengalami pendekatan. σ d = F n A dimana: σd = Tegangan tekan (N/mm²) Fn = Gaya tarik (N) A = Luas penampang (mm²) (2.18) 3. Pembebanan dan Tegangan Bengkok (Bending): Gaya bekerja dengan jarak tertentu terhadap penampang, yang mengakibatkan momen bengkok batang/elemen kontruksi mengalami bengkokan. σ b = M b W b σ b = M b. Y I x dimana: σb = Tegangan bengkok (N/mm²) Mb = Momen bengkok (Nmm) Wb = Momem tahanan bengkok (mm³) (2.19) Ix = Momen inersia penampang (mm⁴) Y = Jarak elemen terhadap sumbu netral (mm) 4. Pembebanan dan Tegangan Geser: Gaya bekerja sejajar penampang/tegak lurus sumbu yang mengakibatkan batang/elemen konstruksi mengalami geseran. τ g = F g A dimana: τg = Tegangan geser (N/mm²) Fg = Gaya geser (N) A = Luas penampang (mm²) (2.20) 5. Pembebanan dan Tegangan Puntir: Gaya bekerja sejajar penampang dengan radius tertentu terhadap sumbu batang, yang mengakibatkan momen puntir sehingga batang konstruksi mengalami puntiran. τ p = M p W p (2.21)

16 20 dimana: τg = Tegangan puntir (N/mm²) Mp = Momen puntir (Nmm) Wp = Momen tahanan (mm³)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PERENCANAAN DAN PENJELASAN PRODUK Tahap perencanaan dan penjelasan produk merupakan tahapan awal dalam metodologi perancangan. Tahapan perencanaan meliputi penjelasan

Lebih terperinci

PUNTIRAN. A. pengertian

PUNTIRAN. A. pengertian PUNTIRAN A. pengertian Puntiran adalah suatu pembebanan yang penting. Sebagai contoh, kekuatan puntir menjadi permasalahan pada poros-poros, karena elemen deformasi plastik secara teori adalah slip (geseran)

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Dari konsep yang telah dikembangkan, kemudian dilakukan perhitungan pada komponen komponen yang dianggap kritis sebagai berikut: Tiang penahan beban maksimum 100Kg, sambungan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Mesin CNC turning

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Mesin CNC turning 45 BAB II DASAR TEORI 2.1 Mesin CNC Mesin CNC adalah mesin perkakas otomatis yang dapat diprogram secara numerik melalui komputer yang kemudian disimpan pada media penyimpanan. Mesin CNC terdiri dari beberapa

Lebih terperinci

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA Jatmoko Awali, Asroni Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hjar Dewantara No. 116 Kota Metro E-mail : asroni49@yahoo.com

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. seluruh kegiatan yang terdapat dalam proses perancangan. Kegiatankegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. seluruh kegiatan yang terdapat dalam proses perancangan. Kegiatankegiatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Fase Fase Dalam Proses Perancangan Perancangan merupakan rangkaian yang berurutan, karena mencakup seluruh kegiatan yang terdapat dalam proses perancangan. Kegiatankegiatan dalam

Lebih terperinci

ANALISIS SIMULASI ELEMEN HINGGA KEKUATAN CRANE HOOK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS SUMBER TERBUKA

ANALISIS SIMULASI ELEMEN HINGGA KEKUATAN CRANE HOOK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS SUMBER TERBUKA ANALISIS SIMULASI ELEMEN HINGGA KEKUATAN CRANE HOOK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS SUMBER TERBUKA SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik GUNAWAN NIM.

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajaran:

Tujuan Pembelajaran: P.O.R.O.S Tujuan Pembelajaran: 1. Mahasiswa dapat memahami pengertian poros dan fungsinya 2. Mahasiswa dapat memahami macam-macam poros 3. Mahasiswa dapat memahami hal-hal penting dalam merancang poros

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Berikut adalah data data awal dari Upper Hinge Pass yang menjadi dasar dalam

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Berikut adalah data data awal dari Upper Hinge Pass yang menjadi dasar dalam BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Data Data Awal Analisa Tegangan Berikut adalah data data awal dari Upper Hinge Pass yang menjadi dasar dalam analisa tegangan ini, baik perhitungan analisa tegangan

Lebih terperinci

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek DAFTAR NOTASI A g = Luas bruto penampang (mm 2 ) A n = Luas bersih penampang (mm 2 ) A tp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) A l =Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi (mm 2 ) A s = Luas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Perencanaan Interior 2. Perencanaan Gedung 3. Perencanaan Kapal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Perencanaan Interior 2. Perencanaan Gedung 3. Perencanaan Kapal BAB 1 PENDAHULUAN Perencanaan Merencana, berarti merumuskan suatu rancangan dalam memenuhi kebutuhan manusia. Pada mulanya, suatu kebutuhan tertentu mungkin dengan mudah dapat diutarakan secara jelas,

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema Dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin pencacah rumput ini adalah sumber tenaga motor listrik di transmisikan ke poros melalui pulley dan v-belt. Sehingga pisau

Lebih terperinci

Session 1 Konsep Tegangan. Mekanika Teknik III

Session 1 Konsep Tegangan. Mekanika Teknik III Session 1 Konsep Tegangan Mekanika Teknik III Review Statika Struktur didesain untuk menerima beban sebesar 30 kn Struktur tersebut terdiri atas rod dan boom, dihubungkan dengan sendi (tidak ada momen)

Lebih terperinci

Analisis Kekuatan dan Deformasi Piston Mesin Bensin-Bio Etanol dan Gas dengan Injeksi Langsung untuk Kendaraan Nasional dengan Simulasi Numerik

Analisis Kekuatan dan Deformasi Piston Mesin Bensin-Bio Etanol dan Gas dengan Injeksi Langsung untuk Kendaraan Nasional dengan Simulasi Numerik Analisis Kekuatan dan Deformasi Piston Mesin Bensin-Bio Etanol dan Gas dengan Injeksi Langsung untuk Kendaraan Nasional dengan Simulasi Numerik Oleh : Moch. Wahyu Kurniawan 219172 Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya.

BAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya. BAB II TEORI DASAR 2.1 Hydraulic Excavator Secara Umum. 2.1.1 Definisi Hydraulic Excavator. Excavator adalah alat berat yang digunakan untuk operasi loading dan unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya,

Lebih terperinci

BEARING STRESS PADA BASEPLATE DENGAN CARA TEORITIS DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM SIMULASI ANSYS

BEARING STRESS PADA BASEPLATE DENGAN CARA TEORITIS DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM SIMULASI ANSYS BEARING STRESS PADA BASEPLATE DENGAN CARA TEORITIS DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM SIMULASI ANSYS TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas tugas dan melengkapi syarat untuk menempuh Ujian Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Perencanaan Rangka Mesin Peniris Minyak Proses pembuatan mesin peniris minyak dilakukan mulai dari proses perancangan hingga finishing. Mesin peniris minyak dirancang

Lebih terperinci

BAB II DASAR-DASAR DESAIN BETON BERTULANG. Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan

BAB II DASAR-DASAR DESAIN BETON BERTULANG. Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan BAB II DASAR-DASAR DESAIN BETON BERTULANG. Umum Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan membuat suatu campuran yang mempunyai proporsi tertentudari semen, pasir, dan koral

Lebih terperinci

VERIFIKASI PENYEBAB RETAK PADA PEMANCANGAN TIANG PIPA MENGGUNAKAN HYDRAULIC JACK

VERIFIKASI PENYEBAB RETAK PADA PEMANCANGAN TIANG PIPA MENGGUNAKAN HYDRAULIC JACK VERIFIKASI PENYEBAB RETAK PADA PEMANCANGAN TIANG PIPA MENGGUNAKAN HYDRAULIC JACK Edwin Tanjung 1, Hadi Rusjanto 2, Grace Kurniawati 3 1 Alumni Mahaiswa Jurusan Teknik Sipil, Universitas Trisakti, Email:

Lebih terperinci

l l Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial

l l Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial 2.1. Umum Akibat beban luar, struktur akan memberikan respons yang dapat berupa reaksi perletakan tegangan dan regangan maupun terjadinya perubahan bentuk.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Prinsip Statika Keseimbangan (Meriam& Kraige, 1986)

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Prinsip Statika Keseimbangan (Meriam& Kraige, 1986) BAB II DASAR TEORI 2.1 Statika Statika adalah ilmu yang mempelajari tentang statika suatu beban terhadap gaya-gaya dan juga beban yang mungkin ada pada bahan tersebut. Dalam statika keberadaan gaya-gaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Poros Poros merupakan suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat, dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol,

Lebih terperinci

Hukum Hooke. Diktat Kuliah 4 Mekanika Bahan. Ir. Elisabeth Yuniarti, MT

Hukum Hooke. Diktat Kuliah 4 Mekanika Bahan. Ir. Elisabeth Yuniarti, MT Hukum Hooke Diktat Kuliah 4 Mekanika Bahan Ir. lisabeth Yuniarti, MT Hubungan Tegangan dan Regangan (Stress-Strain Relationship) Untuk merancang struktur yang dapat berfungsi dengan baik, maka kita memerlukan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Tipikal struktur mekanika (a) struktur batang (b) struktur bertingkat [2]

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Tipikal struktur mekanika (a) struktur batang (b) struktur bertingkat [2] BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Elemen Hingga Analisa kekuatan sebuah struktur telah menjadi bagian penting dalam alur kerja pengembangan desain dan produk. Pada awalnya analisa kekuatan dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing: 1. Tavio, ST, MS, Ph.D 2. Bambang Piscesa, ST, MT

Dosen Pembimbing: 1. Tavio, ST, MS, Ph.D 2. Bambang Piscesa, ST, MT PENGEMBANGAN PERANGKAT UNAK MENGGUNAKAN METODE EEMEN HINGGA UNTUK PERANCANGAN TORSI DAN GESER TERKOMBINASI PADA BAOK BETON BERTUANG Oleh: DIAR FAJAR GOSANA 317 1 17 Dosen Pembimbing: 1. Tavio, ST, MS,

Lebih terperinci

Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR

Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR Oleh : Nama : SOMAWARDI NIM : 23107012 Kelompok : 13 Tanggal Praktikum : November 2007 Nama Asisten (Nim) : Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut

Lebih terperinci

ANALISA BALOK SILANG DENGAN GRID ELEMEN PADA STRUKTUR JEMBATAN BAJA

ANALISA BALOK SILANG DENGAN GRID ELEMEN PADA STRUKTUR JEMBATAN BAJA ANALISA BALOK SILANG DENGAN GRID ELEMEN PADA STRUKTUR JEMBATAN BAJA Tugas Akhir Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi Syarat untuk menempuh ujian sarjana Teknik Sipil Disusun oleh: SURYADI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Konsep Elemen Hingga BAB II TINJAUAN PUSTAKA Struktur dalam istilah teknik sipil adalah rangkaian elemen-elemen yang sejenis maupun yang tidak sejenis. Elemen adalah susunan materi yang mempunyai

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT UJI KEMAMPUKERASAN JOMINY TEST UNTUK LABORATORIUM TEKNIK MESIN UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI. Taufiqur Rokhman 1)

PERANCANGAN ALAT UJI KEMAMPUKERASAN JOMINY TEST UNTUK LABORATORIUM TEKNIK MESIN UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI. Taufiqur Rokhman 1) PERANCANGAN ALAT UJI KEMAMPUKERASAN JOMINY TEST UNTUK LABORATORIUM TEKNIK MESIN UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI Taufiqur Rokhman 1) 1) Dosen Program Studi Teknik Mesin Universitas Islam 45, Bekasi rokhman_taufiq@yahoo.com

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Diagram Alir Perancangan Mesin Pengupas Kulit Kentang

Gambar 3.1. Diagram Alir Perancangan Mesin Pengupas Kulit Kentang BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Diagram Alir Diagram alir adalah suatu gambaran utama yang dipergunakan untuk dasar dalam bertindak. Seperti halnya pada perancangan ini diperlukan suatu diagram alir yang

Lebih terperinci

BAB I TEGANGAN DAN REGANGAN

BAB I TEGANGAN DAN REGANGAN BAB I TEGANGAN DAN REGANGAN.. Tegangan Mekanika bahan merupakan salah satu ilmu yang mempelajari/membahas tentang tahanan dalam dari sebuah benda, yang berupa gaya-gaya yang ada di dalam suatu benda yang

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin spin coating adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan ke poros hollow melalui pulley dan v-belt untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Audio/Video. Metode Evaluasi dan Penilaian. Web. Soal-Tugas. a. Writing exam skor:0-100 (PAN).

Audio/Video. Metode Evaluasi dan Penilaian. Web. Soal-Tugas. a. Writing exam skor:0-100 (PAN). Media Ajar Pertemuan ke Tujuan Ajar/Keluaran/Indikator Topik (pokok, sub pokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Gambar Audio/Video Soal-Tugas Web Metode Evaluasi dan Penilaian Metode Ajar (STAR)

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka

Lebih terperinci

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran Bab 5 Puntiran 5.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas mengenai kekuatan dan kekakuan batang lurus yang dibebani puntiran (torsi). Puntiran dapat terjadi secara murni atau bersamaan dengan beban aksial,

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan oleh : Nama : Catia Julie Aulia NIM : Kelompok : 7 Anggota (NIM) : 1. Conrad Cleave Bonar (13714008) 2. Catia Julie Aulia

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Dasar Rotating Disk

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Dasar Rotating Disk BAB II DASAR TEORI.1 Konsep Dasar Rotating Disk Rotating disk adalah istilah lain dari piringan bertingkat yang mempunyai kemampuan untuk berputar. Namun dalam aplikasinya, penggunaan elemen ini dapat

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput BAB II DASAR TEORI 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput Mesin ini merupakan mesin serbaguna untuk perajang hijauan, khususnya digunakan untuk merajang rumput pakan ternak. Pencacahan ini dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR A III PERENCANAAN DAN GAMAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Diagram alir adalah suatu gambaran utama yang dipergunakan untuk dasar dalam bertindak. Seperti halnya pada perancangan diperlukan suatu

Lebih terperinci

Mekanika Bahan TEGANGAN DAN REGANGAN

Mekanika Bahan TEGANGAN DAN REGANGAN Mekanika Bahan TEGANGAN DAN REGANGAN Sifat mekanika bahan Hubungan antara respons atau deformasi bahan terhadap beban yang bekerja Berkaitan dengan kekuatan, kekerasan, keuletan dan kekakuan Tegangan Intensitas

Lebih terperinci

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT Pembebanan Batang Secara Aksial Suatu batang dengan luas penampang konstan, dibebani melalui kedua ujungnya dengan sepasang gaya linier i dengan arah saling berlawanan yang berimpit i pada sumbu longitudinal

Lebih terperinci

Resume Mekanika Struktur I

Resume Mekanika Struktur I Resume Mekanika Struktur Disusun Oleh : ANDHKA PRAMAD (NM : 14/369981/SV/07488) Kelas D1 Untuk memenuhi tugas dari Bapak r. Tarmono, MT (NP : 195401041987031001) Universitas Gadjah Mada ogyakarta Daftar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Fungsi upper Hinge Pada Refrigerator Dalam dunia industry manufactur, khususnya industry refrigerator ( lemari pendingin ) terdapat berbagai jenis komponen atau part yang mempumyai

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN

BAB III KONSEP PERANCANGAN BAB III KONSEP PERANCANGAN 3.1 Tahap Pembuatan Tahapan-tahapan dalam pembuatan, yaitu menentukan konsep, perancangan alat, pembuataan sampai pengujian. Diagram alir pembuatan ditunjukan seperti di bawah

Lebih terperinci

TransformasiTegangan Keadaantegangansecaraumum

TransformasiTegangan Keadaantegangansecaraumum TransformasiTegangan Keadaantegangansecaraumum Mekanika Kekuatan Material STTM, 2013 KeadaanTeganganUmum Keadaan tegangan secara umum(3 dimensi) Sebelumnyadianggapteganganarahz (σ x,τ yz danτ xz adalahnol)

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema Dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin pemotong krupuk rambak kulit ini adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan kepulley 2 dan memutar pulley 3 dengan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan konstruksi mesin pengupas serabut kelapa ini terlihat pada Gambar 3.1. Mulai Survei alat yang sudah ada dipasaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI II-1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Skuter Skuter adalah kendaraan roda 2 yang diameter rodanya tidak lebih dari 16 inchi dan memiliki mesin yang berada di bawah jok. Skuter memiliki ciri - ciri rangka sepeda

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Penyaring Pasir 2.2 Prinsip Kerja Sand Filter Rotary Machine

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Penyaring Pasir 2.2 Prinsip Kerja Sand Filter Rotary Machine BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Penyaring Pasir Mesin penyaring pasir merupakan mesin yang berfungsi sebagai pemisah antara material pasir yang halus dan kasar dalam jumlah yang banyak dan

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR: ANALISA STRUKTUR RANGKA SEPEDA FIXIE DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Andra Berlianto ( )

SIDANG TUGAS AKHIR: ANALISA STRUKTUR RANGKA SEPEDA FIXIE DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Andra Berlianto ( ) SIDANG TUGAS AKHIR: ANALISA STRUKTUR RANGKA SEPEDA FIXIE DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Andra Berlianto (2107 100 161) Abstrak Kekuatan rangka merupakan hal utama yang harus diperhatikan dalam

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. bahan pangan yang siap untuk dikonsumsi. Pengupasan memiliki tujuan yang

BAB II DASAR TEORI. bahan pangan yang siap untuk dikonsumsi. Pengupasan memiliki tujuan yang BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Pengupasan Pengupasan merupakan pra-proses dalam pengolahan agar didapatkan bahan pangan yang siap untuk dikonsumsi. Pengupasan memiliki tujuan yang sangat penting,

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. gaya-gaya yang bekerja secara transversal terhadap sumbunya. Apabila

II. KAJIAN PUSTAKA. gaya-gaya yang bekerja secara transversal terhadap sumbunya. Apabila II. KAJIAN PUSTAKA A. Balok dan Gaya Balok (beam) adalah suatu batang struktural yang didesain untuk menahan gaya-gaya yang bekerja secara transversal terhadap sumbunya. Apabila beban yang dialami pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perancangan Mesin Perancangan secara umum dapat didefinisikan sebagai formulasi suatu rencana untuk memenuhi kebutuhan manusia, sehingga secara sederhana perancangan dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI CORE WALL

BAB II LANDASAN TEORI CORE WALL BAB II LANDASAN TEORI CORE WALL.1. Karakterisitik Bentuk dan Letak Core Wall Struktur core wall yang bisa dijumpai dalam aplikasi konstruksi bangunan tinggi dewasa ini ada bermacam-macam. Antara lain adalah

Lebih terperinci

TEGANGAN DAN REGANGAN GESER. Tegangan Normal : Intensitas gaya yang bekerja dalam arah yang tegak lurus permukaan bahan

TEGANGAN DAN REGANGAN GESER. Tegangan Normal : Intensitas gaya yang bekerja dalam arah yang tegak lurus permukaan bahan TEGANGAN DAN REGANGAN GESER Tegangan Normal : Intensitas gaya yang bekerja dalam arah yang tegak lurus permukaan bahan Tegangan geser : Intensitas gaya yang bekerja dalam arah tangensial terhadap permukaan

Lebih terperinci

TEGANGAN MAKSIMUM DUDUKAN STANG SEPEDA: ANALISIS DAN MODIFIKASI PERANCANGAN

TEGANGAN MAKSIMUM DUDUKAN STANG SEPEDA: ANALISIS DAN MODIFIKASI PERANCANGAN TEGANGAN MAKSIMUM DUDUKAN STANG SEPEDA: ANALISIS DAN MODIFIKASI PERANCANGAN Ridwan Saidi 1, Cokorda Prapti Mahandari 2 1 Pusat Studi Otomotif Universitas Gunadarma Jl. Akses UI Cimanggis Depok. 2 Fakultas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kuat Tekan Beton SNI 03-1974-1990 memberikan pengertian kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

Bab II STUDI PUSTAKA

Bab II STUDI PUSTAKA Bab II STUDI PUSTAKA 2.1 Pengertian Sambungan, dan Momen 1. Sambungan adalah lokasi dimana ujung-ujung batang bertemu. Umumnya sambungan dapat menyalurkan ketiga jenis gaya dalam. Beberapa jenis sambungan

Lebih terperinci

30 Rosa, Firlya; Perhitungan Diameter Poros Penunjang Hub Pada Mobil Listrik Tarsius X3 Berdasarkan Analisa Tegangan Geser Dan Faktor Keamanan

30 Rosa, Firlya; Perhitungan Diameter Poros Penunjang Hub Pada Mobil Listrik Tarsius X3 Berdasarkan Analisa Tegangan Geser Dan Faktor Keamanan PERHITUNGAN DIAMETER POROS PENUNJANG HUB PADA MOBIL LISTRIK TARSIUS X3 BERDASARKAN ANALISA TEGANGAN GESER DAN FAKTOR KEAMANAN Firlya Rosa, S.S.T., M.T. Staff Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam SIDANG TUGAS AKHIR TM091476 Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam Oleh: AGENG PREMANA 2108 100 603 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah : BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

DESIGN UNTUK KEKUATAN LELAH

DESIGN UNTUK KEKUATAN LELAH DESIGN UNTUK KEKUATAN LELAH Fatique Testing (Pengujian Lelah) Fatique Testing (Pengujian Lelah) Definisi : Pengujian kelelahan adalah suatu proses pengujian dimana material tersebut menerima pembebanan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal

BAB I PENDAHULUAN. fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Ilmu pengetahuan yang berkembang pesat dan pembangunan sarana prasarana fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal tersebut menjadi mungkin

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DESAIN MEKANIK CRUISE CONTROL

BAB IV ANALISA DESAIN MEKANIK CRUISE CONTROL BAB IV ANALISA DESAIN MEKANIK CRUISE CONTROL Pengukuran Beban Tujuan awal dibuatnya cruise control adalah membuat alat yang dapat menahan gaya yang dihasilkan pegas throttle. Untuk itu perlu diketahui

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kuat Tekan Beton Sifat utama beton adalah memiliki kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kuat tariknya. Kekuatan tekan beton adalah kemampuan beton untuk menerima

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN MEKANIKA BAHAN PADA APLIKASI KOMPONEN BETON BERTULANG

METODE PEMBELAJARAN MEKANIKA BAHAN PADA APLIKASI KOMPONEN BETON BERTULANG METODE EMBELAJARAN MEKANIKA BAHAN ADA ALIKASI KOMONEN BETON BERTULANG Oleh: Antonius rabowo Setiyawan ABSTRAK Ilmu Mekanika Bahan merupakan salah satu cabang dari ilmu Mekanika Rekayasa, yang mempunyai

Lebih terperinci

Pada beberapa alloi/paduan, perambatan retak adalah sepanjang batas butir, patah ini disebut intergranular. (gb. 6b).

Pada beberapa alloi/paduan, perambatan retak adalah sepanjang batas butir, patah ini disebut intergranular. (gb. 6b). Pada beberapa alloi/paduan, perambatan retak adalah sepanjang batas butir, patah ini disebut intergranular. (gb. 6b). PRINSIP MEKANIKA PERPATAHAN Kekuatan rekat bahan getas biasanya sebesar E/10 (e= modulus

Lebih terperinci

Jurnal Teknika Atw 1

Jurnal Teknika Atw 1 PENGARUH BENTUK PENAMPANG BATANG STRUKTUR TERHADAP TEGANGAN DAN DEFLEKSI OLEH BEBAN BENDING Agung Supriyanto, Joko Yunianto P Program Studi Teknik Mesin,Akademi Teknologi Warga Surakarta ABSTRAK Dalam

Lebih terperinci

Semoga Tidak Mengantuk!!!

Semoga Tidak Mengantuk!!! Assalamu alaykum Wr. Wb. Selamat agi...!!! Nama saya: AHMAD TUSI Semoga Tidak Mengantuk!!! I KNOW WHAT YOU RE THINKING, GUYS!!! Who cares?!! Bahan untuk konstruksi bangunan ini kekuatannya berapa ya?!

Lebih terperinci

Diktat-elmes-agustinus purna irawan-tm.ft.untar BAB 2 BEBAN, TEGANGAN DAN FAKTOR KEAMANAN

Diktat-elmes-agustinus purna irawan-tm.ft.untar BAB 2 BEBAN, TEGANGAN DAN FAKTOR KEAMANAN Diktat-elmes-agustinus purna irawan-tm.ft.untar BAB 2 BEBAN, TEGANGAN DAN AKTOR KEAMANAN Beban merupakan muatan yang diterima oleh suatu struktur/konstruksi/komponen yang harus diperhitungkan sedemikian

Lebih terperinci

Henny Uliani NRP : Pembimbing Utama : Daud R. Wiyono, Ir., M.Sc Pembimbing Pendamping : Noek Sulandari, Ir., M.Sc

Henny Uliani NRP : Pembimbing Utama : Daud R. Wiyono, Ir., M.Sc Pembimbing Pendamping : Noek Sulandari, Ir., M.Sc PERENCANAAN SAMBUNGAN KAKU BALOK KOLOM TIPE END PLATE MENURUT TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI 03 1729 2002) MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2002 Henny Uliani NRP : 0021044 Pembimbing

Lebih terperinci

PRINSIP DASAR MEKANIKA STRUKTUR

PRINSIP DASAR MEKANIKA STRUKTUR PRINSIP DASAR MEKANIKA STRUKTUR Oleh : Prof. Ir. Sofia W. Alisjahbana, M.Sc., Ph.D. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TEGANGAN (STRESS) r (1)

PENDAHULUAN TEGANGAN (STRESS) r (1) HND OUT FISIK DSR I/LSTISITS LSTISITS M. Ishaq PNDHULUN Dunia keteknikan khususnya Material ngineering, Studi geofisika, Civil ngineering dll adalah beberapa cabang keilmuan yang amat membutuhkan pemahaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah masing-masing. 1) Kabin operator Truck Crane

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah masing-masing. 1) Kabin operator Truck Crane BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bagian-bagian Utama Pada Truck Crane a) Kabin Operator Seperti yang telah kita ketahui pada crane jenis ini memiliki dua buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah

Lebih terperinci

Macam-macam Tegangan dan Lambangnya

Macam-macam Tegangan dan Lambangnya Macam-macam Tegangan dan ambangnya Tegangan Normal engetahuan dan pengertian tentang bahan dan perilakunya jika mendapat gaya atau beban sangat dibutuhkan di bidang teknik bangunan. Jika suatu batang prismatik,

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin modifikasi camshaft ditunjukkan pada diagram alur pada Gambar 3.1: Mulai Pengamatan dan pengumpulan data Perencanaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Solidwork memiliki aplikasi-aplikasi yang memudahkan pengguna untuk

TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Solidwork memiliki aplikasi-aplikasi yang memudahkan pengguna untuk 2.1 Tinjauan Pustaka BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Solidwork memiliki aplikasi-aplikasi yang memudahkan pengguna untuk merancang sebuah objek 3D. Jika dibandingkan dengan software-software yang

Lebih terperinci

Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka:

Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka: Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka: BAB VIII SAMBUNGAN MOMEN DENGAN PAKU KELING/ BAUT Momen luar M diimbangi oleh

Lebih terperinci

ANALISA KEKUATAN CRANKSHAFT DUA-SILINDER KAPASITAS 650 CC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA KEKUATAN CRANKSHAFT DUA-SILINDER KAPASITAS 650 CC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SIDANG TUGAS AKHIR: ANALISA KEKUATAN CRANKSHAFT DUA-SILINDER KAPASITAS 650 CC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN AMPELAS DAN POLES UNTUK PROSES METALOGRAFI

RANCANG BANGUN MESIN AMPELAS DAN POLES UNTUK PROSES METALOGRAFI RANCANG BANGUN MESIN AMPELAS DAN POLES UNTUK PROSES METALOGRAFI Tri Mulyanto 1), Much. Oktaviandri 1), Rachmat Ricki S. 2), Nurul Akbar 2) 1] Dosen Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN : ANALISIS SIMULASI PENGARUH SUDUT CETAKAN TERHADAP GAYA DAN TEGANGAN PADA PROSES PENARIKAN KAWAT TEMBAGA MENGGUNAKAN PROGRAM ANSYS 8.0 I Komang Astana Widi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

MEiMD. Combined Stresses and Mohr's Circle MOTT

MEiMD. Combined Stresses and Mohr's Circle MOTT MEiMD 4 Combined Stresses and Mohr's Circle MOTT You Are The Designer One of your design problems is to determine the maximum stress that exists in the bent bars to ensure that they are safe. What kinds

Lebih terperinci

PENGANTAR TEKNIK MESIN 4 IWAN PONGO,ST,MT

PENGANTAR TEKNIK MESIN 4 IWAN PONGO,ST,MT PENGANTAR TEKNIK MESIN 4 IWAN PONGO,ST,MT 1 KEKUATAN 2 DAFTAR ISI 1. TEGANGAN IJIN DAN FAKTOR KEMANAN 2. JENIS BEBAN 3. PEMBEBANAN 4. PENGERTIAN KEKUATAN 5. TEGANGAN IJIN PADA BEBAN STATIS 6. HUBUNGAN

Lebih terperinci

ANALISIS UNTUK MENENTUKAN FAKTOR KONSENTRASI TEGANGAN DENGAN EKSPERIMENTAL DAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISIS UNTUK MENENTUKAN FAKTOR KONSENTRASI TEGANGAN DENGAN EKSPERIMENTAL DAN METODE ELEMEN HINGGA No.33 Vol. Thn.XVII April 00 ISSN : 0854-847 ANALISIS UNTUK MENENTUKAN FAKTOR KONSENTRASI TEGANGAN DENGAN EKSPERIMENTAL DAN METODE ELEMEN HINGGA NUSYIRWAN Lab. Konstruksi Mesin Jurusan Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

ANALISADEFLEKSI PLAT STOPPER PADA MESIN UJI TARIK HIDROLIK Budi Hartono. Abstrak

ANALISADEFLEKSI PLAT STOPPER PADA MESIN UJI TARIK HIDROLIK Budi Hartono. Abstrak ANALISADEFLEKSI PLAT STOPPER PADA MESIN UJI TARIK HIDROLIK Budi Hartono Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Ibn Khaldun Bogor Jl.K.H.Sholeh Iskandar Km 2 kd badak kota Bogor 16162 Abstrak

Lebih terperinci

ANALISA POROS ALAT UJI KEAUSAN UNTUK SISTEM KONTAK TWO-DISC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA POROS ALAT UJI KEAUSAN UNTUK SISTEM KONTAK TWO-DISC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA SKRIPSI ANALISA POROS ALAT UJI KEAUSAN UNTUK SISTEM KONTAK TWO-DISC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA ANANG HADI SAPUTRO NIM. 201254007 DOSEN PEMBIMBING Taufiq Hidayat, ST., MT. Qomaruddin, ST.,

Lebih terperinci

ANALISA STRUKTUR PORTAL RUANG TIGA LANTAI DENGAN METODE KEKAKUAN DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM ANSYS HERY SANUKRI MUNTE

ANALISA STRUKTUR PORTAL RUANG TIGA LANTAI DENGAN METODE KEKAKUAN DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM ANSYS HERY SANUKRI MUNTE ANALISA STRUKTUR PORTAL RUANG TIGA LANTAI DENGAN METODE KEKAKUAN DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM ANSYS TUGAS AKHIR HERY SANUKRI MUNTE 06 0404 008 BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

PERENCANAAN ELEMEN MESIN RESUME JURNAL BERKAITAN DENGAN POROS

PERENCANAAN ELEMEN MESIN RESUME JURNAL BERKAITAN DENGAN POROS Judul : PERENCANAAN ELEMEN MESIN RESUME JURNAL BERKAITAN DENGAN POROS ANALISA KEKUATAN PUNTIR DAN KEKUATAN LENTUR PUTAR POROS BAJA ST 60 SEBAGAI APLIKASI PERANCANGAN BAHAN POROS BALING-BALING KAPAL Pengarang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh

METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh III. METODE PENELITIAN Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh rumah tangga yaitu tabung gas 3 kg, dengan data: Tabung 3 kg 1. Temperature -40 sd 60 o C 2. Volume 7.3

Lebih terperinci

ANALISIS CANTILEVER BEAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SOLUSI NUMERIK TUGAS KULIAH

ANALISIS CANTILEVER BEAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SOLUSI NUMERIK TUGAS KULIAH ANALISIS CANTILEVER BEAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SOLUSI NUMERIK TUGAS KULIAH Disusun sebagai salah satu syarat untuk lulus kuliah MS 4011 Metode Elemen Hingga Oleh Wisnu Ikbar Wiranto 13111074 Ridho

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi umum Desain struktur merupakan salah satu bagian dari keseluruhan proses perencanaan bangunan. Proses desain merupakan gabungan antara unsur seni dan sains yang membutuhkan

Lebih terperinci

GAYA GESER, MOMEN LENTUR, DAN TEGANGAN

GAYA GESER, MOMEN LENTUR, DAN TEGANGAN GY GESER, MOMEN LENTUR, DN TEGNGN bstrak: Mekanika bahan merupakan ilmu yang mempelajari aturan fisika tentang perilaku-perilaku suatu bahan apabila dibebani, terutama yang berkaitan dengan masalah gaya-gaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Kayu merupakan suatu bahan mentah yang didapatkan dari pengolahan pohon pohon yang terdapat di hutan. Kayu dapat menjadi bahan utama pembuatan mebel, bahkan dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang digunakan untuk pembuatan mesin pemotong kerupuk rambak kulit adalah sistem transmisi. Berikut ini adalah pengertian-pengertian dari suatu sistem transmisi dan penjelasannya.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. BETON

1. PENDAHULUAN 1.1. BETON 1. PENDAHULUAN Beton dan bahan-bahan vulkanik sebagai pembentuknya, telah digunakan sebagai bahan bangunan sejak zaman dahulu Penggunaan beton bertulangan dengan lebih intensif baru dimulai pada awal abad

Lebih terperinci

SifatPenampangMaterial (Section Properties)

SifatPenampangMaterial (Section Properties) SifatPenampangMaterial (Section Properties) Mekanika Kekuatan Material STTM, 2013 TitikPusatMassa Q x : first moment of area darielemena terhadap sumbu x LuasA darisebuahelemen pada bidang xy Q y : first

Lebih terperinci