BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Peneliti tidak menemukan hasil penelitian yang sama persis dengan permasalahan yang peneliti teliti, tetapi ada yang dapat dianggap relevan dengan penelitian ini. 1. Penelitian yang berjudul Perbandingan Register Kecantikan pada Majalah Femina dan Tabloid Kecantikan edisi Januari - Februari 2016 dan Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan disusun oleh Lina Nuryanti (2016) mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Persamaan pada penelitian yang berjudul Perbandingan Register Kecantikan pada Majalah Femina dan Tabloid Kecantikan edisi Januari-Februari 2016 dan Implikasi dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan yaitu keduanya merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan meneliti tentang register. Keduanya sama-sama menggunakan metode simak dengan teknik lanjutan yaitu Simak Bebas Libat Cakap (SLBC). Meskipun demikian ada beberapa perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian yang relevan perbedaanya terletak pada dimensi bidang. Jika penelitian yang ditulis oleh Lina Nuryanti membahasa tentang bidang kecantikan, maka penelitian ini menggunakan dimensi bidang lain yaitu tata boga. Selain itu, perbedaan selanjutnya yaitu pada data penelitian. Jika pada penelitian yang ditulis oleh Lina Nuryanti menggunakan data yang bersumber dari Majalah Femina dan Tabloid Kecantikan edisi Januari Februari 2016, maka penelitian yang dilakukan peneliti datanya terdapat pada Tabloid Saji edisi Januari Februari Selain itu fokus permasalahan dalam penelitian tersebut yaitu arti dan makna serta 8

2 9 implikasinya dalam pembelajaran. Namun dalam penelitian ini objek yang peneliti bahas yaitu bentuk, makna, serta implikasinya dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan. Dengan demikian penelitian yang ditulis oleh Lina Nuryanti mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto dapat dikatakan penelitian yang relevan. 2. Penelitian yang berjudul Register Perekonomian pada Rubik Ekonomi Surat Kabar Harian Kompas disusun oleh Wahyu Widiharti (2015) mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta. Persamaan pada penelitian yang berjudul Register Perekonomian pada Rubik Ekonomi Surat Kabar Harian Kompas dengan penelitian peneliti yang berjudul Register Bidang Tata Boga pada Tabloid Saji Edisi Januari Meret 2017 dan Implikasi dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan yaitu keduanya merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan meneliti tentang register. Sedangkan perbedaanya yaitu terletak pada dimensi bidang. Penelitian yang ditulis oleh Wahyu Widiharti merupakan bidang perekonomian, sedangkan penelitian ini menggunakan dimensi bidang tata boga. Perbedaan selanjutnya terletak pada data yang digunakan. Jika dalam skripsi yang ditulis oleh Wahyu Widiharti menggunakan teknik pengumpulan data dari sumber rubik ekonomi yang ada pada surat kabar kompas maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang bersumber dari tabloid Saji yang dilakukan dengan menerapkan teknik baca catat, maka penelitian yang dilakukan peneliti ini menggunakan teknik SLBC. Selain itu, fokus permasalahan pada penelitian yang disusun oleh Wahyu Widiharti yaitu bentuk, makna dan fungsi bahasa. Meskipun sama-sama meneliti bentuk register namun peneliti bermaksud untuk mendeskripsikan register yang ada dibidang tata boga serta

3 10 memberikan implikasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan di kelas X. Dengan demikian, penelitian yang berjudul Register Perekonomian pada Rubik Ekonomi Surat Kabar Harian Kompas disusun oleh Wahyu Widiharti (2015) mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta dapat dikatakan penelitian yang relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan. Tabel 01: Perbandingan Penelitian dengan Penelitian Relevan No Dimensi Register Register Register Kecantikan Perekonomian Tata Boga 1. Bidang Kecantikan Perekonomian Tata Boga 2. Fokus Permasalahan 1. Arti Register 2. Makna Register 3. Implikasi Pembelajaran 1. Bentuk Register 2. Makna Register 3. Fungsi Register 3. Objek Kata Kata, Frasa Kata Penelitian 4. Sumber Data Tertulis Tertulis Tertulis 1. Bentuk Register 2. Makna Register 3. Implikasi Pembelajaran B. Konsep Bahasa 1. Pengertian Bahasa Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri. (Kridalaksana, 2011: 24). Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa symbol bunyi yang oleh alat ucap manusia (Keraf, 2001: 1). Bahasa mempunyai ciri khas spesifik yang tidak dimiliki oleh yang lain, setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya (Chaer, Abdul 2007: 51). Dari pengertian yang dikemukakan oleh beberapa pakar, dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang memiliki kekhasan tersendiri,

4 11 yang dihasilkan dengan alat ucap manusia yang digunakan untuk berinteraksi, baik dengan orang lain maupun dengan diri sendiri. 2. Variasi Bahasa Variasi sebagai langue mempunyai sistem dan subsistem yang dipahami sama oleh penutur bahasa. Penutur berada dalam masyarakat heterogen sehingga wujud bahasa menjadi bervariasi. Variasi merupakan padanan dalam bahasa Perancis Variètè yang berarti ragam atau jenis. Adanya variasi bahasa tidak mutlak disebabkan oleh penutur, tetapi juga faktor interaksi sosial yang dilakukan oleh penutur. Keragaman bahasa akan semakin bertambah apabila bahasa tersebut digunakan oleh penutur yang banyak serta berada dalam wilayah yang luas. Terjadinya variasi bahasa tidak hanya disebabkan oleh para penutur yang tidak homogen, tetapi juga kerena kegiatan interaksi sosial yang dilakukan manusia sangatlah beragam. Keberagaman akan semakin bertambah apabila bahasa tersebut digunakan oleh penutur yang sangat banyak serta dalam wilayah yang sangat luas (Chaer dkk, 2004: 61). Keberagaman bahasa tersebut digunakan manusia sesuai kepentingan, kebutuhan dan bidang yang berbeda-beda. Dengan demikian timbullah variasi bahasa yang disebabkan oleh jumlah penutur bahasa sangat beragam, serta kegiatan penutur yang beragam pula. Akibat dari interaksi semacam itu, bentuk tuturan (kebahasaannya) akan menunjukkan ciri-ciri tertentu (Holmes dalam Sudaryanto: 2014). Ragam bahasa dari segi penggunaan berhubungan dengan situasi penggunaan dan kehidupan yang dilakukan penutur. Misalnya untuk situasi formal digunakan ragam bahasa disebut ragam baku atau ragam standar, untuk situasi yang tidak formal

5 12 digunakan ragam yang tidak baku atau ragam nonstandar. Dari segi sarana yang digunakan dapat dibedakan adanya ragam lisan dan ragam tulisan. Juga ada ragam bahasa telepon, ragam bahasa dalam manggunakan media sosial, dan sebagainya. Untuk keperluan pemakaiannya dapat dibedakan adanya ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa jurnalistik, ragam bahasa militer, dan ragam bahasa hukum (Chaer, 2007: 56). Chaer dan Agustina (2004: 62) membagi variasi bahasa dari berbagai segi yaitu: variasi dari segi penutur, yang terdiri atas idiolek, kronolek, dan sosiolek. Dari segi pemakaian, yang biasanya dibicarkan berdasarkan bidang penggunaan; ragam usaha, ragam santai/kasual. Dari segi sarana yang terdiri atas ragam lisan dan tulisan. a. Variasi dari Segi Penutur Variasi dari segi penutur terdapat empat variasi. Terdapat empat variasi bahasa dari segi penutur, yaitu : 1) Idiolek yakni variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Variasi ini berkenaan dengan warna suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat, dan sebagainya. 2) Dialek yakni variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif berada pada suatu tempat, wilayah, area tertentu, sebagai tempat tinggal penutur sehingga disebut sebagai dialek areal, dialek regional, atau dialek geografi. 3) Kronolek atau dialek temporal, yakni variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu. Perbedaan variasi ini terletak pada leksikon karena dalam bidang ini mudah sekali berubah akibat perubahan sosial budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

6 13 4) Sosiolek atau dialek sosial yakni variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Variasi ini menyangkut semua masalah pribadi para penutur, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi. b. Variasi dari Segi Pemakaian Variasi bahasa yang berkenaan dengan penggunaan, pemakaian, atau fungsinya disebut fungsiolek, ragam, atau register. Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian menyangkut bahasa yang digunakan untuk keperluan atau bidang tertentu. Variasi yang digunakan berdasarkan bidang pemakaiannya misalnya variasi dalam bidang sastra jurnalistik, bidang militer, pertanian, pelayaran, perekonomian perdagangan, pendidikan, dan kegiatan keilmuan. Variasi bahasa dalam bidang pemakaian mempunyai ciri yang membedakan dengan variasi bahasa lainnya, yakni terletak pada kosa kata khusus dan tataran morfologis sintaksis yang tidak digunakan dalam bidang lain. Variasi bahasa berdasarkan fungsi ini lazim disebut register. Register biasanya dikaitkan dengan masalah dialek. Register dan dialek adalah dua variasi bahasa yang berbeda. Halliday dan Hassan (1992: 57) menyebutkan register merupakan ragam bahasa yang didasarkan pada pemakaiannya (pemakaian dari bahasa itu), sedangkan dialek merupakan variasi yang didasarkan pada pemakainya (siapa penuturnya). Register menurut Halliday dan Hassan (1992: 56) adalah bahasa yang digunakan saat ini, tergantung pada apa yang sedang dikerjakan dan sifat kegiatannya. Berbeda halnya dengan register, dialek dipandang sebagai bahasa yang digunakan

7 14 oleh pemakainya, yaitu tergantung pada siapa pemakainya, dari mana pemakainya berasal, baik secara geografis dalam hal regional, atau secara sosial dalam kaitannya dengan dialek sosial. Jadi, intinya register menyatakan hal yang berbeda, sedangkan dialek menyatakan hal yang sama dengan cara berbeda. c. Variasi dari Segi Keformalan Berdasarkan tingkat keformalan, Martin Joss (via Chaer dkk, 2004: 70-72) membagi variasi bahasa atas lima macam gaya, yaitu gaya atau ragam beku(frozen), gaya atau ragam resmi (formal), gaya atau ragam usaha (konsultatif), gaya atau ragam santai (casual), dan gaya atau ragam akrab (intimate). Berikut ini penjelasan masingmasing ragam tersebut : 1) Ragam beku adalah variasi yang paling formal, yang digunakan dalam situasisituasi khidmat, dan uacara resmi; 2) Ragam resmi atau keformalan adalah variasi bahasa yang digunakan dalam bukubuku pelajaran, rapat dinas, surat menyurat. Ragam resmi ini pada dasarnya sama dengan ragam bahasa baku atau standar yang hanya digunakan dalam situasi resmi, dan situasi yang tidak resmi; 3) Ragam usaha adalah ragam yang paling oprasional. Wujud ragam ini berbeda antara ragam bahasa formal, ragam bahasa informal, ragam bahasa santai; 4) Ragam bahasa santai atau ragam bahasa kasual adalah variasai bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi, misalnya pada saat berbincang-bincang dengan keluarga, atau sahabat karib; 5) Ragam akrab atau ragam intim adalah variasi bahasa yang digunakan oleh para penutur yang hubungannya sudah akrab. Ragam ini ditandai dengan penggunaan

8 15 bahasa yang tidak nlengkap, pendek-pendek, dan dengan artikulasi yang seringkali tidak jelas. d. Variasi dari Segi Sarana Variasi dapat pula dilihat dari sagi atau jalur yang digunakan. Dalam hal ini dapat disebut adanya ragam bahasa lisan dan ragam tulis, atau juga ragam dalam berbahasa dengan menggunakan sarana atau alat tertentu misalnya dalam bertelepon mengirim pesan dalam media sosial. 1) Ragam lisan, dalam penyampaian informasinya secara lisan dan dapat dibantu dengan nada suara, gerak-gerik tangan, gelengan kepala, dan sejumlah gejalagajala fisik lainnya; 2) Ragam tulis, dalam bahasa ini bertujuan menaruh perhatian agar kalimat-kalimat yang disusun dapat dipahami oleh pembaca dengan baik. Dari penjelasan di atas peneliti menyimpulkan bahwa variasi bahasa yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variasi bahasa dari segi pemakaian dalam bidang tata boga yang berupa istilah-istilah khusus. Dikatakan demikian karena variasi dari segi pemakaian berkenaan dengan bidang-bidang kegiatan salah satunya yaitu bidang tata boga. C. Konsep Register 1. Pengertian Register Variasi bahasa biasanya dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu geografis yang menimbulkan dialek geografis, faktor sosial yang berhubungan dengan kelas sosial, status dan latar belakang pendidikan. Hal ini kemudian menimbulkan dialek sosial dan register (Sunahrowi, 2007: 6). Menurut Haliday dan Hassan (1992: 58)

9 16 Register merupakan bahasa yang digunakan saat itu misalnya ditentukan oleh apa yang sedang dikerjakan (sifat kegiatan yang menggunakan bahasa). Selain itu, register menurut menurut Wardhaugh (2006: 52) register merupakan pemakaian kosakata khusus yang berkaitan dengan jenis pekerjaan dan kelompok sosial tertentu. Misalnya, pemakaian bahasa oleh bahasa pilot, manajer bank, penjual, penggemar musik jazz, perantara (makelar), dan lain-lain. Sebagai contoh register dalam bidang perdagangan menggunakan kata sayur, beli, satu ikat, masih segar, sepi, penglaris. Seorang penceramah agama seringkali menggunakan kata agama, hidayah, surga, dakwah, aqidah, solat. Seorang politikus menggunakan kata partai, parpol, rakyat, pejabat, pemerintahan. Seorang anggota kepolisian juga menggunakan istilah-istilah khusus misalkan, TKP, kuda besi. Seorang juru masak juga menggunakan istilah-istilah khusus misalnya sangrai, margarin, mayones, dan lain sebagainya. Selain itu menurut Purnanto (dalam Damastuti, 2012: 4) Register merupakan variasi bahasa yang disebabkan oleh adanya sifat-sifat khas keperluan pemakainya. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh kedua pakar, Chaer dan agustina (2004: 69) juga mengemukakan bahwa register berkenaan dengan masalah bahasa itu digunakan untuk kegiatan apa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa register adalah ragam bahasa berdasarkan pemakaian yang berkaitan erat dengan bidang-bidang tertentu, yang biasanya ditandai dengan istilah khusus. 2. Penggolongan Register Register dapat dikategorikan dari sesuatu yang erat dan terbatas sampai sesuatu yang dapat dikatakan bebas dan terbuka. Menurut Halliday register memiliki dua variasi (Halliday dan Hassan, 1992: 53).

10 17 a. Register Selingkung Terbatas Register selingkung terbatas merupakan register yang jumlah maknanya kecil dan terbatas. Register ini merupakan register yang tidak mempunyai tempat untuk individualitas dan kreativitas karena maknanya yang terbatas serta digunakan untuk kalangan tertentu misalnya digunakan oleh orang-orang yang terlibat perang dunia yang mengirimkan pesan dalam jumlah kata yang terbatas sehingga ditransmisikan dengan kode angka, namun dapat juga di temui dalam kehidupan sehari-hari misalkan bahasa penerbangan yang harus dipelajari oleh awak pesawat (Halliday dan Hassan, 1992: 53-54). b. Register Lebih Terbuka Register ini memiliki makna yang lebih terbuka, yakni bahasa yang digunakan dalam dokumen-dokumen kecil seperti tiket, kartu ucapan, resep makanan, petunjuk teknis, dokumen hukum, jual-beli di pasar, serta bahasa komunikasi dokter dengan pasien. Variasi register ini dapat kita jumpai pula pada cara seseorang bercakap-cakap, yaitu bentuk wacana yang digunakan dalam berinteraksi dengan orang lain, yakni register terbuka dalam cerita tidak resmi dan percakapan spontan (Halliday, 1992: 54-55). Dari penjelasan di atas peneliti menyimpulkan bahwa register adalah ragam bahasa berdasarkan pemakaian yang berkaitan dengan bidang-bidang kegiatan yang ditandai dengan istilah-istilah khusus. Register tersebut ditandai dengan adanya istilah-istilah khusus yang bergantung pada bidang tertentu. Misalnya register dibidang perdagangan dijumpai istilah sayur, ikat, bungkus. Register bidang kepolisian dijumpai istilah-istilah khusus seperti TKP, 86, dan kuda besi, dan register

11 18 bidang tata boga dijumpai istilah-istilah khusus seperti spuit, kulit tortila, disangrai, muffin, crumble dan lainnya. 3. Pemanfaatan Register Bidang Tata Boga dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan. Pemanfaatan Register bidang tata boga dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan berkaitan dengan kurikulum. Kurikulum merupakan perencanaan pembelajaran yang menyeluruh yang mencakup kegiatan dan pengalaman yang perlu disediakan dan memberikan kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk belajar. Kurikulum adalah niat dan rencana, prosisi belajar mengajar adalah pelaksanaannya (Sudjana, 2008: 02) Pembelajaran di sekolah berpedoman pada kurikulum yang ditetapkan. Pemanfaatan register bidang tata boga juga sesuai dengan kurikulum yang diterapkan disekolah. Dengan adanya kurikulum maka akan tersedia kesempatan dan kemungkinan terselenggaranya proses belajar mengajar (Hamalik, dalam Bintari: 2014). Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum tingkat satuan pendidikan. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Kurikulum 2013 telah memenuhi dua dimensi kurikulum yaitu rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran (Bintari, Sudiana dan Putrayasa, 2014:5). Terkait dengan penelitian ini yaitu tentang bahan pelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan ajar

12 19 memungkinkan peserta didik dapat mempelajari suatu mata pelajaran secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi yang diharapkan secara utuh dan terpadu. Pembelajaran Bahasa Indonesia tahun pelajaran 2013/2014, khususnya pada jenjang Sekolah Menengah Kejuruan telah menggunakan kurikulum Menurut kurikulum 2013, pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk menerapkan pembelajaran berbasis teks. Pembelajaran berbasis teks adalah pembelajaran yang menjadikan teks sebagai dasar, asas, pangkal, dan tumpuan. Teks adalah ungkapan pikiran manusia yang lengkap yang didalamnya ada situasi dan konteksnya. Teks dibentuk oleh situasi penggunaan bahasa di dalamnya ada register atau ragam bahasa yang melatarbelakangi lahirnya teks tersebut (Sufanti, 2013: 38) Salah satu bentuk satuan pendidikan yaitu SMK. SMK adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai bagian dari Sistem Pendidikan Nasional, SMK merupakan pendidikan lebih mengutamakan pengembangan kemampuan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu, kemampuan beradaptasi di lingkungan kerja, melihat peluang kerja dan mengembangkan diri di kemudian hari. Dengan demikian, SMK berperan dalam menyiapkan peserta didik agar siap bekerja, baik bekerja sama secara mandiri maupun lowongan pekerjaan yang ada (Premono,2010: 51) Pada SMK terdapat berbagai program keahlian, salah satunya yaitu program keahlian tata boga. Dengan mengetahui istilah khusus yang terdapat dalam majalah atau pun media lainnya, dapat mempermudah guru bahasa Indonesia untuk menggunakannya sebagai bahan ajar agar lebih kreatif dan inovatif karena bahan ajar

13 20 tidak semata hanya terpanjang dengan buku saja melainkan bisa menggunakan bahan ajar yang bersumber dari jurnal ilmiah, televisi, maupun tabloid dan majalah. Hal ini sejalan dengan pendapat Setiyani (2010: 118) yang berpendapat bahwa guru perlu menggunakan bahan ajar yang lebih kreatif dan inovatif. Dapat diasumsikan bahwa register tata boga dan teksnya dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran khususnya mata pelajaran Bahasa Indonseia pada program Tata Boga, dengan teks yang sesuai seperti teks eksposisi. D. Bentuk Unsur Kebahasaan Register merupakan pemakaian bahasa pada bidang tertentu yang bersifat khusus. Adapun kekhususan tersebut tampak pada penggunaan istilah. Oleh karena itu, sebelum mengkaji berbagai macam pembentukan register perlu kiranya memaparkan tentang definisi istilah dalam bahasa Indonesia. Istilah menurut Kridalaksana (2011:97) merupakan kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Proses pembentukan istilah tidak lepas dari proses pembentukan morfologis. Morfologi merupakan bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bantuk terhadap golongan dan arti kata (Ramlan,2012: 05). Menurut Ramlan (2012: 28) istilah terdapat bentuk tunggal dan bentuk kompleks. Satuan bentuk tunggal adalah satuan gramatik yang terdiri dari satuan yang tidak lebih kecil lagi, sedangkan bentuk kompleks merupakan satuan gramatikal yang mengalami proses morfologis. Proses morfologis adalah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Proses morfologis tersebut adalah pembubuhan afiks, pengulangan, dan pemajemukan (Ramlan, 2012: 55).

14 21 1. Bentuk Tunggal Ramlan (2012: 28) mendefinisikan bentuk tunggal sebagai satuan gramatik yang tidak terdiri dari satuan yang lebih kecil lagi. Berbeda dengan bentuk kompleks yang merupakan bentuk kata setelah mengalami berbagai macam proses morfologi, baik afiksasi, reduplikasi, pemajemukan, dan sebagainya. Sementara itu, dalam buku Pedoman Umum Pembentukan Istilah (Depdikbud, 2005: 23) bentuk dasar dipilih dari kelas utama, yaitu nomina, verba, adjektiva, dan numeralia. Contoh bentuk tunggal adalah kata sepeda, sapu, dan tulis. Dari ketiga bentuk tunggal di atas dapat dibandingkan dengan kata bersepeda, menyapu, dan menulis yang merupakan bentuk turunan setelah melalui afiksasi. Dengan demikian, jelas bahwa bentuk tunggal berbeda dengan bentuk turunan, baik dilihat dari bentuk, makna, serta kedudukannya dalam kelas kata. Berdasarkan pemaparan dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bantuk tunggal merupakan satuan gramatik yang tidak mengalami proses morfologis atau dapat bardiri sendiri. 2. Bentuk Kompleks Bentuk kompleks merupakan satuan gramatik yang terdiri dari satuan-satuan yang lebih kecil lagi (Ramlan, 2012: 28). Sataun yang lebih kecil lagi merupakan bentuk kata setelah mengalami berbagai macam proses morfologi, baik afiksasi, reduplikasi dan pemajemukan. Menurut Kridalaksana bentuk kompleks disebut dengan bentuk turunan, yang berarti yang berasal daribentuk asal setelah mengalami berbagai proses. Proses yang dimaksud adalah proses morfologis, yaitu proses yang mengubah leksem menjadi kata (Kridalaksana, 2011: 34). Dalam hal ini leksem merupakan input, dan kata merupakan output. Adapun bentuk kompleks yang akan dibahas dalam kajian ini yaitu afiksasi, reduplikasi, dan pemajemukan.

15 22 a. Afiksasi Afiks (Ramlan, 2012: 57) ialah suatu satuan gramatik yang terikat di dalam suatu kata merupakan unsur yang bukan kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru. Afiksasi menurut Ramlan (2012: 56) menyebutkan bahwa afiksasi merupakan proses pembubuhan afiks pada sesuatu satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata. Disisi lain Afiksasi (Kridalaksana, 2007: 28) adalah proses yang mengubah leksem menjadi kata kompleks. Adapun Jenis-jenis afiks oleh Kridalaksana (2007: 28-31) dibagi ke dalam tujuh jenis, yaitu prefiks, infiks, sufiks, simulfiks, konfiks, superfiks, dan kombinasiafiks. Prefiks merupakan afiks yang diletakkan di muka dasar, contoh: me-, di-,ber-, ke-, ter-, pe-, per, dan se. Infiks adalah afiks yang diletakkan di dalam dasar,contoh: -el, -er, -em, dan -in-. Sufiks adalah afiks yang diletakkan di belakang dasar, contoh: -an, -kan, dan i. Simulfiks yaitu afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri segmental yang dileburkan pada dasar, contoh: kopi ngopi, soto nyoto, sate nyate. Konfiks, yaitu afiks yang terdiri dari dua unsur, satu dimuka bentuk dan satu di belakang bentuk dasar; dan berfungsi sebagai satu morfem terbagi, contoh dalam bahasa Indonesia konfiks ke-an, pe-an, per-an, dan ber-an. Superfiks disebut juga afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri suprasegmental atau berhubungan dengan morfem suprasegmental. Afiks ini tidak ada dalam bahasa Indonesia. Contoh dalam bahasa Jawa, kata suwé lama dan suwĭ lama sekali. Kombinasi afiks merupakan kombinasi dari dua afiks atau lebih yang bergabung dengan dasar, contoh dalam bahasa Indonesia kombinasi afiks yang lazim ialah me-kan, me-i, memper-kan, memper-i, ber-kan, ter-kan,per-kan, pe-an, dan se-nya.

16 23 b. Reduplikasi Proses pengulangan atau reduplikasi (Ramlan, 2012: 65) ialah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem, maupun tidak. Adapun hasil dari proses ini disebut dengan kata ulang, sedangkan satuan yang menjadi dasar pembentukan kata ini disebut bentuk dasar. Untuk menentukan bentuk dasar bagi kata ulang, Ramlan (2012: 65-67) menjelaskan ada dua cara, yaitu 1) pengulangan pada umumnya tidak mengubah golongan kata, 2) bentuk dasar selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan. Berdasarkan cara mengulang bentuk dasarnya, pengulangan dapat di golongkan menjadi empat golongan (Ramlan, 1987: 69-75). Pertama, pengulangan seluruhnya, ialah pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks. Misalnya: sepeda-sepeda, buku-buku, sekali-sekali, dan sebagainya. Kedua, pengulangan sebagian, ialah pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Disini bentuk dasar tidak diulang seluruhnya. Hampir semua bentuk pengulangan golongan ini berupa bentuk kompleks, akan tetapi ada yang berbentuk tunggal seperti kata lelaki dari bentuk dasar laki, tetamu dari bentuk dasar tamu, dan sebagainya. Adapun untuk bentuk dasar berupa kompleks seperti kata mengambilambil, meloncat-loncat. Ketiga, pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, yaitu bentuk dasar diulang seluruhnya dan berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, maksudnya pengulangan itu terjadi bersama-sama pula mendukung satu fungsi. Misalnya, pada kata anak menjadi anak-anakan dan pada kata rumah menjadi rumah-rumahan. Keempat, pengulangan dengan perubahan fonem, dalam bahasa Indonesia, kata ulang dengan perubahan fonem ini cukup sedikit. Contoh: Kata bolak-balik kata dasar balik dari /a/ menjadi /o/ dan /i/menjadi /a/. Kata robak-robek kata dasar robek dari /e/ menjadi /a/ dan /e/menjadi /e/.

17 24 c. Pemajemukan Pemajemukan adalah proses penggabungan dua kata atau lebih yang membentuk kata baru dan makna baru. Hasil dari pemajemukan ini disebut dengan kata majemuk. Ramlan (2012: 77) mendefinisikan kata majemuk sebagai kata yang terdiri dari dua kata sebagai unsurnya. Di samping itu, ada juga kata majemuk yang terdiri dari satu kata dan satu pokok kata sebagai unsurnya seperti kata daya tahan dan kamar tunggu, akan tetapi ada pula yang terdiri dari pokok kata semua, misalnya kata lomba lari dan simpan pinjam. Menurut Pedoman Umum Pembentukan Istilah (Depdiknas, 2010: 86) istilah bentuk majemuk atau kompositum merupakan hasil penggabungan dua bentuk atau lebih yang menjadi satuan leksikal baru. Kata majemuk memiliki ciri dalam satuan unsurnya, yakni salah satu atau semua unsurnya berupa pokok kata dan unsurnya tidak dapat dipisahkan atau tidak dapat berubah strukturnya. Misalnya, kata rumah sakit, rumah sakit terdiri dari dua unsur kata, yakni kata rumah dan sakit, kedua unsur kata tersebut tidak dapat dipisahkan atau diubah strukturnya (Ramlan, 2012: 20). E. Makna Cabang ilmu linguistik yang mempelajari tentang makna atau arti dalam bahasa adalah semantik (Chaer, 2013: 2). Dalam analisis semantik, bahasa digunakan sebagai objek penelitian karena bahasa tersebut bersifat unik dan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan budaya masyarakat pemakainya, sehingga bahasa hanya berlaku pada bahasa itu saja (Chaer, 2013: 4). Studi semantik yang menyebutkan satuan bahasa adalah leksem. Leksem merupakan istilah kata yang lazim digunakan dalam studi morfologi, sintaksis dan sebagai satuan gramatikal bebas terkecil. Kumpulan dari leksem suatu bahasa disebut leksikon (Chaer, 2013: 8).

18 25 Menurut de Saussure (via Chaer, 2013: 29) setiap tanda linguistik terdiri dari dua unsur, yaitu 1) signified yakni konsep atau makna dari sesuatu tanda bunyi 2) signifier yakni bunyi yang terbentuk dari fonem bahasa yang bersangkutan. Studi semantik yang menyebutkan satuan bahasa adalah leksem. Makna yang sudah tetap dan pasti merupakan makna istilah. Makna istilah memiliki makna yang tetap dan pasti. Ketetapan dan kepastian makna istilah itu kerena istilah itu hanya digunakan dalam bidang kegiatan atau keilmuan tertentu. Jadi, tanpa konteks kalimatnya makna istilah sudah pasti. Misalkan, kata tahanan masih bersifat umum, namun dalam istilah bidang hukum kata tahanan sudah pasti maknanya sebagai orang yang ditahan sehubungan dengan perkara (Chaer, 2013: 70). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa makna pada suatu bidang tertentu memiliki makna yang tetap dan pasti apabila tergantung pada situasi dan konteks yang menyertai istilah tersebut di dalam suatu lingkungannya. F. Karakteristik Tata Boga Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia (2008: 1636) tata boga adalah teknik meramu, mangolah dan menyediakan serta menghidangkan makanan dan minuman. Menurut Ulfah ( 2013) Tata boga adalah pengetahuan di bidang boga (seni mengolah masakan) yang mencakup ruang lingkup makanan, mulai dari persiapan pengolahan sampai dengan menghidangkan makanan itu sendiri yang bersifat tradisional maupun internasional. Selain itu menurut Setiawan (dalam Ulfah: 2013) tata boga,merupakan kegiatan yang berkaitan dengan cara masak memasak cara penyajiannya, serta pemahaman yang komperhensif mengenai kandungan gizi/nutrisi yang ada pada setiap masakan. Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa tata boga adalah cara masak-memasak dengan mencakup persiapan hingga menghidangkan suatu makanan.

19 26 Sejalan dengan pendapat para ahli diatas, tata boga tidak hanya pengetahuan mengenai cara memasak saja, melainkan pengetahuan dari awal hingga akhir memasak, sehingga tata boga mencakup pengetahuan menganai alat yang digunakan, bahan yang dibutuhkan, cara memasak, hingga mengetahui nama dari masakan maupun makan yang dibuat. Dengan demikian, berdasarkan pemahaman mengenai pengertian tata boga dalam penelitian ini terdapat karakteristik register berdasarkan empat hal yaitu, (1) register berdasarkan alat yang digunakan, (2) register berdasarkan bahan yang dibutuhkan, (3) register berdasarkan cara membuat makana (4) register berdasarkan nama makanan. G. Tabloid Saji Tabloid menurut Depdiknas (2008:1581) adalah surat kabar ukuran kecil (setengah dari ukuran surat kabar biasa) yang banyak memuat berita secara singkat, padat, dan bergambar, mudah dibaca umum; surat kabar sensasi; surat kabar kuning; tulisan dalam bentuk ringkas dan padat (tentang kritik paparan, dan sebagainya). Tabloid juga dapat diartikan sebagai barang cetakan yang bentuknya setengah dari surat kabar harian dan umumnya full color. Tabloid adalah istilah suatu format dari surat kabar, dengan waktu penerbitan non harian, bisa mingguan atau dwimingguan. Tabloid memiliki ukuran, bahan, ketebalan bentuk yang menyerupai surat kabar, hanya saja umumnya disajikan full color. Gaya desain maupun gaya penulisan dari tabloid tidak seformal surat kabar. Sirkulasi tabloid tidak secepat surat kabar yang terbit harian, sehingga berita yang ditampilkan bisa lebih personal dan mendetail dan disajikan dengan gaya jurnalistik yang khas. Saji adalah sebuah tabloid kuliner yang paling lengkap yang menyajikan berita terkini seputar resep-resep makanan dengan olahan bahan olahan makanan yang

20 27 beraneka macam. Tidak hanya itu dalam tabloid Saji menyajikan artikel mengenai peluang usaha di bidang tata boga, modifikasi masakan tradisional maupun internasional, serta tips-tips seputar masakan baik dalam pemilihan dan penggunaan alat yang sesuai, bahan yang dibutuhkan, maupun cara pengolahan makanan yang benar. Tabloid Saji pertama kali terbit pada tahun 2004, diterbitkan oleh PT Gramedia Majalah di Jakarta. Tabloid Saji diterbitkan setiap hari Rabu dan tersebar di berbagai wilayah indonesia, seperti pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT. Jangkauan yang luas membuat tabloid ini lebih mudah dijumpai diberbagai wilayah, termasuk wilayah Purwokerto, Jawa Tengah. H. Topik Pembelajaran di SMK Kelas X yang Dapat Diimplikasikan Kedalam Register Bidang Tata Boga Topik pembelajaran di SMK Kelas X yang dapat diimplikasikan kedalam register bidang tata boga yaitu menggunakan teks eksposisi. Teks eksposisi dalam penelitian ini digunakan sebagai implikasi hasil penelitian dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan khususnya pada program keahlian tata boga di kelas X. Hasil penelitian dapat dijadikan bahan ajar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada saat memproduksi teks eksposisi. 1. Pengertian Teks Eksposisi Hakikat teks eksposisi terletak pada opini dan argumen penulis. Teks eksposisi biasanya memuat isu atau persoalan tentang topik tertentu dan pernyataan yang menujukkan posisi penulis dalam menanggapi isu persoalan tersebut (Yustinah, 2014: 37). Selain itu menurut Kosasih (2014: 25) eksposisi merupakan karangan yang menyampaikan argumentasi dengan tujuan untuk meyakinkan orang lain. Teks eksposisi mengemukakan suatu persoalan tertentu berdasarkan sudut pandang

21 28 penulisnya. Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa teks eksposisi yaitu teks yang memaparkan sejumlah pengetahuan atau informasi dalam menanggapi suatu isu atau permasalahan untuk meyakinkan pembaca mengenai opini yang disampaikan penulis. 2. Struktur Teks Eksposisi Menurut Kosasih (2014: 24) Teks eksposisi dibentuk oleh tiga bagian, yakni sebagai berikut. a. Tesis bagian yang memeperkenalkan persoalan, isu atau pendapat umum yang merangkum keseluruhan isi tulisan. Pendapat tersebut biasanya sudah mejadi kebenaran umum yang tidak terbantahkan lagi. b. Rangkaian argumen, yang berisi sejumlah pendapat dan fakta-fakta yang mendukung tesis. c. Kesimpulan, yang berisi penegasan kembali tesis yang diungkapkan pada bagian awal. Bentuk teks eksposisi meliputi berita, resep, artikel, laporan maupun buku pelajaran. Meksipun tiap bentuk teks eksposisi tesebut memiliki struktur yang berbeda, namun secara umum memiliki kesamaan dalam kata-kata yang digunakan, yaitu menggunkan kata-kata yang lugas. Maksudnya bermakna apa adanya, tidak mengandung kata kias atau penambahan arti dari maksud tertentu. 3. Ciri Kebahasaan Teks Eksposisi Ciri kebahasaan teks eksposisi menurut Kosasih (2014: 25) yaitu, banyak menggunakan pernyataan-pernyataan persuasif, banyak menggunakan pernyataan yang menyatakan fakta untuk mendukung membuktikan kebenaran argumentasi

22 29 penulis/penuturnya, banyak menggunakan konjungsi, selian itu banyak menggunakan istilah, dan menggunakan bahasa baku. Akhir teks berupa penegasan: bagian akhir dari teks eksposisi berupa penguatan kembali atau penegasan terhadap pendapat yang telah ditunjang oleh fakta-fakta. I. Kerangka Berpikir Bahasa Variasi Bahasa Segi Penutur Segi Pemakaian Segi Keformalan Segi Sarana Register Register berdasarkan alat yang digunakan Register berdasarkan bahan yang dibutuhkan Register berdasarkan cara membuat makanan Register berdasarkan nama makanan Bentuk Tabloid Saji Edisi Januari - Februari 2017 Makna Implikasi dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan Kelas X

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa yang digunakan sehari-hari dapat memunculkan adanya variasi bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa yang digunakan sehari-hari dapat memunculkan adanya variasi bahasa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa yang digunakan sehari-hari dapat memunculkan adanya variasi bahasa. Variasi bahasa muncul karena adanya kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Variasi bahasa tersebut dapat dilihat dari berbagai segi. Dari segi penutur, variasi

BAB I PENDAHULUAN. Variasi bahasa tersebut dapat dilihat dari berbagai segi. Dari segi penutur, variasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua bahasa, khusus bahasa Indonesia umumnya memiliki variasi. Variasi bahasa tersebut dapat dilihat dari berbagai segi. Dari segi penutur, variasi bahasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab III pada penelitian ini akan dibahas mengenai metode yang berhubungan dengan penelitian yang meliputi pendekatan dan jenis penelitian, sumber data dan data penelitian, prosedur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia dalam berkomunikasi. Bahasa mempunyai hubungan yang erat dalam komunikasi antar manusia, yakni dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi manusia dalam berinteraksi di lingkungan sekitar. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Hal ini harus benar-benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pengguna bahasa selalu menggunakan bahasa lisan saat

Lebih terperinci

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588). BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi dalam berinteraksi sesama manusia. Dengan bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus sebagai modal dasar pembangunan bangsa. Potensi ini hanya dapat digali dan dikembangkan serta dipupuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepustakaan yang Relevan Kajian tentang morfologi bahasa khususnya bahasa Melayu Tamiang masih sedikit sekali dilakukan oleh para ahli bahasa. Penulis menggunakan beberapa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diberikan akal dan pikiran yang sempurna oleh Tuhan. Dalam berbagai hal manusia mampu melahirkan ide-ide kreatif dengan memanfaatkan akal dan pikiran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nurlaila Djamali (2005) mengkaji tentang Variasi Bahasa Bolaang Mongondow

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nurlaila Djamali (2005) mengkaji tentang Variasi Bahasa Bolaang Mongondow BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Disadari bahwa penelitian ini bukanlah kajian pertama yang mengangkat masalah ini. Telah banyak penelitian yang relevan sebelumnya. Berikut adalah uraian singkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat ini. Kemampuan ini hendaknya dilatih sejak usia dini karena berkomunikasi merupakan cara untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan mediator utama dalam mengekspresikan segala bentuk gagasan, ide, visi, misi, maupun pemikiran seseorang. Bagai sepasang dua mata koin yang selalu beriringan,

Lebih terperinci

PEMAKAIAN PREFIKS DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH ANEKA SKRIPSI

PEMAKAIAN PREFIKS DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH ANEKA SKRIPSI PEMAKAIAN PREFIKS DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH ANEKA SKRIPSI Disusun Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Disusun Oleh LISDA OKTAVIANTINA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek pengajaran yang sangat penting, mengingat bahwa setiap orang menggunakan bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga perkembangan bahasa Indonesia saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Di dalam interaksi tersebut, terjadi adanya proses komunikasi dan penyampaian pesan yang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo dkk., 1985:

Lebih terperinci

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1 ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH Diajukan Oleh: AGUS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengantar Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah menjadi suatu wilayah yang kompleks masyarakatnya. Keadaan ini terjadi karena sekarang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan, manusia dikodratkan sebagai makhluk sosial karena manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya membutuhkan bantuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca

BAB II LANDASAN TEORI. 2. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca dalam Tabloid Mingguan Bintang Nova dan Nyata Edisi September-Oktober 2000,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Penelitian yang berjudul Bentuk Fungsi Makna Afiks men- dalam Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar disusun oleh Rois Sunanto NIM 9811650054 (2001)

Lebih terperinci

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA Wahyu Dwi Putra Krisanjaya Lilianan Muliastuti Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pembentukan

Lebih terperinci

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang struktur kata dan cara pembentukan kata (Harimurti Kridalaksana, 2007:59). Pembentukan kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat komunikasi. Manusia dapat menggunakan media yang lain untuk berkomunikasi. Namun, tampaknya bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam

BAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam berbahasa, kita sebagai pengguna bahasa tidak terlepas dari kajian fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam berbahasa adalah sesuatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu penelitian, maka dibutuhkan sebuah metode penelitian. Metode ini dijadikan pijakan dalam

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah

BAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah BAB1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah suatu bahasa. Sesuai dengan sifat bahasa yang dinamis, ketika pengetahuan pengguna bahasa meningkat,

Lebih terperinci

ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010

ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010 ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia pada dasarnya sangat membutuhkan bahasa dalam bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di lingkungan formal. Bahasa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. system tulisan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 90,

BAB I PENDAHULUAN. system tulisan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 90, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, karena dengan bahasa kita bisa berkomunikasi satu dengan yang lain. Keraf (2001:1) mengatakan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Bahasa merupakan ciri yang paling khas dari manusia

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Bahasa merupakan ciri yang paling khas dari manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu sarana komunikasi sangat penting bagi masyarakat. Bahasa merupakan ciri yang paling khas dari manusia yang mampu membedakan dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia sudah tidak bisa ditahan lagi. Arus komunikasi kian global seiring berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa oleh berbagai media, baik itu media cetak maupun media non-cetak.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa oleh berbagai media, baik itu media cetak maupun media non-cetak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Banyak hal yang dapat dikaji dalam masyarakat, antara lain pemakaian bahasa oleh berbagai media, baik itu media cetak maupun media non-cetak. Media cetak yang banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer, konvensional, dan memiliki makna. Sifat dinamis itu muncul karena manusia sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Judul Skripsi : Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Nama : Eli Rahmat Tahun : 2013 Latar Belakang Menurut Keraf bahasa memiliki empat fungsi, yaitu (1) sebagai alat untuk mengekpresikan diri, (2)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo Kabupaten Banggai Kepulauan Provinsi Sulawesi Tengah belum pernah dilakukan sebelumnya. Oleh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan komunikasi dapat menyampaikan pesan antar umat manusia. Salah satu alat komunikasi adalah

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Afiks dan Afiksasi Ramlan (1983 : 48) menyatakan bahwa afiks ialah suatu satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, digunakan baik sebagai bahasa pengantar sehari-hari ataupun bahasa pengantar di lingkungan formal seperti bahasa pengantar sekolah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai alat interaksi sosial peranan bahasa besar sekali. Hampir tidak ada

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai alat interaksi sosial peranan bahasa besar sekali. Hampir tidak ada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai alat interaksi sosial peranan bahasa besar sekali. Hampir tidak ada kegiatan manusia yang berlangsung tanpa kehadiran bahasa. Bahasa muncul dan diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang mempunyai makna tertentu, rangkaian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang mempunyai makna tertentu, rangkaian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang mempunyai makna tertentu, rangkaian bunyi yang kita kenal sebagai kata, melambangkan suatu konsep. Bahasa juga alat untuk

Lebih terperinci

ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA. Naskah Publikasi Ilmiah

ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA. Naskah Publikasi Ilmiah ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS MAKNA AFIKS PADA TAJUK RENCANA KOMPAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

ANALISIS MAKNA AFIKS PADA TAJUK RENCANA KOMPAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA ANALISIS MAKNA AFIKS PADA TAJUK RENCANA KOMPAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA Fitri Megawati, Tri Mahajani, Sandi Budiana ABSTRAK Fitri Megawati, Analisis Makna Afiks pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses berbahasa adalah hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Dengan berbahasa, seseorang

Lebih terperinci

REGISTER PEREKONOMIAN PADA RUBRIK EKONOMI SURAT KABAR HARIAN KOMPAS

REGISTER PEREKONOMIAN PADA RUBRIK EKONOMI SURAT KABAR HARIAN KOMPAS REGISTER PEREKONOMIAN PADA RUBRIK EKONOMI SURAT KABAR HARIAN KOMPAS SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media cetak tergolong jenis media massa yang paling populer. Yeri & Handayani (2013:79), menyatakan bahwa media cetak merupakan media komunikasi yang bersifat

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGGUNAAN METODE CERAMAH UNTUK PEMBELAJARAN MORFOLOGI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGGUNAAN MORFEM PADA TEKS PIDATO SISWA KELAS VIII A

DESKRIPSI PENGGUNAAN METODE CERAMAH UNTUK PEMBELAJARAN MORFOLOGI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGGUNAAN MORFEM PADA TEKS PIDATO SISWA KELAS VIII A DESKRIPSI PENGGUNAAN METODE CERAMAH UNTUK PEMBELAJARAN MORFOLOGI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGGUNAAN MORFEM PADA TEKS PIDATO SISWA KELAS VIII A MTsN POPONGAN KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE

PEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE PEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE Ni Made Suryaningsih Wiryananda email: nanananda41ymail.com Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Abstracts This study

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai bahasa yang dituturkannya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu kesepakatan itu pun

Lebih terperinci

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA PADA JUDUL BERITA SURAT KABAR HARIAN JAWA POS EDISI OKTOBER 2014

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA PADA JUDUL BERITA SURAT KABAR HARIAN JAWA POS EDISI OKTOBER 2014 ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA PADA JUDUL BERITA SURAT KABAR HARIAN JAWA POS EDISI OKTOBER 2014 ARTIKEL PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasratnya sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan alat berupa bahasa. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. hasratnya sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan alat berupa bahasa. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk individu sekaligus makhluk sosial. Untuk memenuhi hasratnya sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan alat berupa bahasa. Bahasa merupakan alat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak 9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa konsep seperti pemerolehan bahasa, morfologi, afiksasi dan prefiks, penggunaan konsep ini

Lebih terperinci

ABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS

ABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS ABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS Nuraeni, Shinta Yunita Tri. 2017. Abreviasi dalam Menu Makanan dan Minuman di Kota Semarang: Suatu Kajian Morfologis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota suatu

BAB I PENDAHULUAN. lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari komunikasi. Komunikasi merupakan hal yang penting untuk menjalin sebuah kerjasama atau untuk menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nominalisasi sebagai salah satu fenomena kebahasaan, mesti mendapatkan perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai peran yang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BAHASA DALAM TEKS DESKRIPSI KARYA SISWA KELAS VII.6 SMP NEGERI 25 PADANG

PENGGUNAAN BAHASA DALAM TEKS DESKRIPSI KARYA SISWA KELAS VII.6 SMP NEGERI 25 PADANG PENGGUNAAN BAHASA DALAM TEKS DESKRIPSI KARYA SISWA KELAS VII.6 SMP NEGERI 25 PADANG Oleh: Sri Hartuti 1, Harris Effendi Thahar 2, Zulfikarni 3 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat pemakainya dalam berkomunikasi. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan sistem, yaitu seperangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan baik. Sarana itu berupa bahasa. Dengan bahasa. (Keraf, 2004: 19). Bahasa dan penggunaannya mencakup aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan baik. Sarana itu berupa bahasa. Dengan bahasa. (Keraf, 2004: 19). Bahasa dan penggunaannya mencakup aktivitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam kehidupan bermasyarakat manusia membutuhkan alat komunikasi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan berita-berita dan sebagainya (Sugono ed., 2015:872). Beritaberita dalam surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa menjadi bagian penting bagi manusia secara mayoritas dan menjadi milik masyarakat pemakainya. Salah satu aplikasi bahasa sebagai alat komunikasi adalah penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya untuk media cetak, media sosial maupun media yang lainnya. Bahasa kini dirancang semakin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu kegiatan yang rutin dilakukan oleh pihak sekolah untuk menyambut kedatangan siswa baru. Kegiatan ini

Lebih terperinci

sebagai kecenderungan baru dalam telaah bahasa secara alami. Dikatakan demikian karena analisis wacana pada hakikatnya merupakan kajian tentang fungsi

sebagai kecenderungan baru dalam telaah bahasa secara alami. Dikatakan demikian karena analisis wacana pada hakikatnya merupakan kajian tentang fungsi EKUIVALENSI LEKSIKAL DALAM WACANA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI DEE LESTARI: SUATU KAJIAN WACANA Ayu Ashari Abstrak. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui kemunculan ekuivalensi leksikal dalam wacana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahasa Indonesia mulai dari sekolah dasar (SD) sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahasa Indonesia mulai dari sekolah dasar (SD) sampai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedudukan bahasa Indonesia saat ini semakin mantap sebagai wahana komunikasi, baik dalam hubungan sosial maupun dalam hubungan formal. Pemakaian bahasa Indonesia mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan berbahasa meliputi mendengar, berbicara, membaca, menulis. Keempat kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang diterapkan dalam melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk Tuhan yang sempurna. Sebagai makhluk yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan pikiran yang dimiliki,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti morfem, kata, kelompok kata, kalusa, kalimat. Satuan-satuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. seperti morfem, kata, kelompok kata, kalusa, kalimat. Satuan-satuan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi pada dasarnya tidak dapat ditafsirkan secara terpisah, karena dalam bahasa mempunyai satuan-satuan seperti morfem, kata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang ampuh untuk mengadakan hubungan komunikasi dan melakukan kerja sama. Dalam kehidupan masyarakat, bahasa menjadi kebutuhan pokok

Lebih terperinci

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI - 13010113140096 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 1. INTISARI Semiotika merupakan teori tentang sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah sistem, bahasa

Lebih terperinci

Oleh: RIA SUSANTI A

Oleh: RIA SUSANTI A ANALISIS REDUPLIKASI DALAM WACANA BERITA OLAHRAGA PADA HARIAN KOMPAS SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wujudnya berupa aneka simbol, isyarat, kode, dan bunyi (Finoza, 2008:2). Hal

BAB I PENDAHULUAN. yang wujudnya berupa aneka simbol, isyarat, kode, dan bunyi (Finoza, 2008:2). Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia, dapat dikatakan bahwa hampir seluruh

Lebih terperinci

KATA ULANG BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH PAPIRUS EDISI JANUARI 2015

KATA ULANG BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH PAPIRUS EDISI JANUARI 2015 KATA ULANG BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH PAPIRUS EDISI JANUARI 2015 Artikel Publikasi ini diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Oleh:

Lebih terperinci

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL Rahmi Harahap Program Studi S-1 Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Abstract Research on the structural

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keunikan tersendiri antara satu dengan yang lainnya. Keragaman berbagai bahasa

BAB I PENDAHULUAN. keunikan tersendiri antara satu dengan yang lainnya. Keragaman berbagai bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa di dunia tentu saja memiliki persamaan dan perbedaan serta keunikan tersendiri antara satu dengan yang lainnya. Keragaman berbagai bahasa di dunia beserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lisan. Secara tertulis merupakan hubungan tidak langsung, sedangkan secara. sebuah percakapan antar individual atau kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. lisan. Secara tertulis merupakan hubungan tidak langsung, sedangkan secara. sebuah percakapan antar individual atau kelompok. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasai untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat. Ada dua cara untuk dapat melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam mentransformasikan berbagai ide dan gagasan yang ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan atau tulis. Kedua

Lebih terperinci

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK Nama : Wara Rahma Puri NIM : 1402408195 BAB 5 TATARAN LINGUISTIK 5. TATARAN LINGUISTIK (2): MORFOLOGI Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna. 5.1 MORFEM Tata bahasa tradisional tidak

Lebih terperinci

BUKU AJAR. Bahasa Indonesia. Azwardi, S.Pd., M.Hum

BUKU AJAR. Bahasa Indonesia. Azwardi, S.Pd., M.Hum i BUKU AJAR Bahasa Indonesia Azwardi, S.Pd., M.Hum i ii Buku Ajar Morfologi Bahasa Indonesia Penulis: Azwardi ISBN: 978-602-72028-0-1 Editor: Azwardi Layouter Rahmad Nuthihar, S.Pd. Desain Sampul: Decky

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran, hal-hal, atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia pada dasarnya mempunyai dua macam bentuk verba, (i) verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks sintaksis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia diberikan anugerah yang luar biasa oleh Tuhan Yang Maha Esa berupa ilmu tauhid dalam dirinya. Hal ini dapat diurai melalui proses pendalaman dan penjabaran

Lebih terperinci