BAB I PENDAHULUAN. setiap perusahaan agar dapat going concern demi kelangsungan usaha bisnis yang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu dalam dunia perekonomian di era globalisasi membuat dunia bisnis semakin bersaing. Keadaan tersebut mendorong setiap perusahaan agar dapat going concern demi kelangsungan usaha bisnis yang semakin ketat dalam persaingan. Namun untuk dapat going concern tentunya akan dihadapkan oleh hambatan yang berasal dari faktor eksternal maupun internal dan harus dihadapi oleh perusahaan. Pengendalian intern perusahaan pada dasarnya dirancang agar dapat mengarahkan, mengawasi, dan mengukur sumber daya serta berperan penting dalam pendeteksian dan pencegahan fraud. Terdapat elemen-elemen pengendalian internal menurut Committee of Sponsoring Organization (COSO) yaitu Lingkungan Pengendalian (Control Environment), Penilaian Resiko (Risk Assesment), Aktivitas Pengendalian (Control Procedure), Pemantauan (Monitoring), serta Informasi dan Komunikasi (Information and Communication) (sumber: Pengendalian intern untuk suatu organisasi dapat menjaga kekayaan serta kelancaran, agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti bentuk fraud. Fraud merupakan setiap tindakan ilegal yang bercirikan penipuan, penyembunyian, atau penyalahgunaan kepercayaan. Tindakan tersebut tidak 1

2 2 terbatas pada ancaman atau pelanggaran dalam bentuk kekuatan fisik saja. Kecurangan dapat dilakukan oleh pihak-pihak dan organisasi untuk mendapatkan uang, aset, atau jasa; untuk menghindari pembayaran atau kerugian atas jasa; atau untuk memperoleh keuntungan pribadi atau bisnis (The Institute of Internal Auditors, 2013:40) Kecurangan berakibat serius dan membawa banyak kerugian. Pada tahun 2012, The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) memproyeksikan potensi kerugian yang diakibatkan oleh fraud adalah lebih dari $3,5 triliun, jumlah tersebut setara dengan 5% dari pendapatan tahunan seluruh organisasi di dunia (ACFE, 2012). Fraud tidaklah mudah ditemukan. Fraud biasanya ditemukan karena kebetulan maupun karena suatu usaha ynag disengaja. Dengan demikian manajemen perlu berhati-hati terhadap kemungkinan timbulnya fraud yang mungkin terjadi di perusahaan yang dikelolanya. Pendeteksian fraud secara sistematis ada tidaknya kecurangan yang terjadi terhadap suatu perusahaan, dan melaporkannya kepada manajemen megenai pencegahan fraud yang terjadi serta memberikan saran dan rekomendasi kepada manajemen adalah untuk solusi atas kecurangan masalah yang terjadi. Karena setiap jenis dan bentuk kecurangan akan sangat merugikan pihak organisasi dan menghambat jalannya operasional perusahaan dalam mencapai tujuannya.

3 3 Menemukan fraud pada dasarnya dalam suatu organisasi sangat sulit dideteksi, mengingat tidak semua fraud dapat terungkap secara maksimal dan tersembunyi selama bertahun-tahun. Perusahaan memerlukan pihak-pihak yang dapat mengungkapkan fraud. Fraud harus dapat diungkapkan keberadaannya untuk dapat dilakukan pendekteksian dan pencegahan. Peranan pihak internal sangat berpengaruh terutama karyawan yang kita ketahui rentan melakukan fraud. Tak hanya auditor internal untuk dapat mengawasi perusahaan namun seluruh karyawan pun harus mempunyai kesadaran bahwa mereka dapat mengawasi sesama rekan kerjanya dan dapat melaporkan atas apa yang mereka lihat atau temukan. Keberadaan whistleblower sangat diperlukan oleh suatu organisasi untuk dapat menunjang efektifitas serta efisiensi organisasi (Libramawan, 2014). Menurut Hiro Tugiman (2006:11) tentang tanggung jawab auditor internal: Audit internal berkewajiban untuk menyediakan informasi tentang kelengkapan dan keefektivan sistem pengendalian internal organisasi dan kualitas suatu pelaksanaan tanggung jawab yang ditugaskan. Pendeteksian fraud adalah upaya untuk mendapatkan indikasi awal yang cukup mengenai tindakan fraud, sekaligus mempersempit ruang gerak para pelaku fraud yaitu ketika pelaku menyadari prakteknya telah diketahui, maka sudah terlambat untuk berkelit (Valery G Kumaat, 2011:156). Pendeteksian fraud memerlukan pertimbangan yang melibatkan banyak isyarat (multi-cues judgment) yang secara inhern sulit untuk dilakukan tanpa didukung oleh alat bantu (decision aids), bahkan orang yang pakar sekalipun (Eining et al. 1997). Pendeteksian

4 4 kecurangan dapat dilakukan dengan melahirkan suatu sistem untuk mendukung dalam penemuan fraud. Sistem tersebut memerlukan dorongan agar pihak pelapor dapat terlindungi sehingga setiap organisasi harus mempunyai sistem pelaporan untuk mendapatkan informasi terjadinya fraud kepada pihak yang berwenang. Sistem tersebut dikenal dengan nama Whistleblowing System. Pendeteksian fraud dalam penelitian dan pemeriksaan aktivitas perusahaan secara terus menerus perlu dilakukan, untuk memastikan apakah sistem dan proses serta sumber daya yang tersedia telah memadai. Kegiatan ini disertai dengan pengujian untuk memastikan apakah sistem yang ada telah memadai dan apakah aktivitas perusahaan telah berjalan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan manajemen bahwa laporan yang diterimanya merupakan laporan yang relevan, akurat dan tepat untuk bahan pengambilan keputusan. Menurut Gregorius Rudy Antonio (2014: ), continuous auditing models must be able to perform optimal detection to meet the real-time and efficient criteria. Data detection can be provided by automatic Data Monitoring and Analytical as well as Benford's law, while transaction detection can be performed ACTVE so continuous auditing is to performed. Pendeteksian terhadap kecurangan, tentunya tidak dapat dilepaskan dari pengetahuan tentang hal-hal yang menjadi pemicu terjadinya kecurangan dan siapa atau pihak mana yang kemungkinan dapat melakukan kecurangan. Survey yang dilakukan oleh Institute of Business Ethics (2007) menyimpulkan bahwa satu

5 5 di antara empat karyawan mengetahui kejadian pelanggaran, tetapi lebih dari separuh (52%) dari yang mengetahui terjadinya pelanggaran tersebut tetap diam dan tidak berbuat sesuatu. Penerapan sistem pengendalian intern yang efektif dan pengelolaan risiko perusahaan secara terpadu menjadi sangat penting mengingat jumlah aset negara yang dikelola oleh BUMN sangat signifikan (BPK, 2013). Melalui penerapan Whistleblowing System diharapkan mendapatkan informasi terutama dari karayawan yang masih enggan untuk melaporkan pelanggaran (KNKG, 2008: 70). Pendeteksian kecurangan di PT Pertamina mengalami kesukaran, hal ini dibuktikan dengan sangat banyaknya tindakan kecurangan yang terjadi di PT Pertamina namun hanya ditemukan 44 kasus dari aduan sistem ini, yang meliputi kasus korupsi, suap, conflict of interest, pencurian, kecurangan hingga melanggar aturan perusahaan (Waluyo, 2010). Whistleblowing system dalam prakteknya belum dapat menghapuskan fraud sepenuhnya dengan pendeteksian fraud walaupun telah diterapkan oleh beberapa perusahaan di Indonesia. Hal tersebut di buktikan dengan adanya pengungkapan tindakan pecurian minyak di sejumlah pipa milik PT Pertamina (persero) dan mengalami kerugian mencapai Rp 444 miliar. Tercatat, selama Januari 2012 hingga Maret 2013, produksi minyak yang hilang mencapai 463 ribu barel. Namun hal tersebut hanya sebagian dari tindakan fraud yang terungkap atau terdeteksi, serta masih banyak lagi tindakan fraud di luar sana yang masih tersembunyi atau belum terdeteksi (Sandi, 2013).

6 6 Whistleblower dituntut untuk memberikan kesaksian atau pelaporan yang berdasarkan fakta dan bukan bersumber dari gosip atau isu semata. Selain itu, whistleblower harus diberikan perlindungan agar terhindar dari bentuk intimidasi serta lingkungan yang membuat tidak nyaman. Oleh karenanya diperlukan keberanian yang tinggi dengan motif pengaduan harus didasari itikad baik dan bukan merupakan suatu keluhan pribadi ataupun didasari kehendak buruk/fitnah (Semendawai dkk, 2011:25). Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) menyatakan bahwa, Whistleblowing System terbukti sebagai alat yang ampuh dalam mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud dalam perusahaan. Perusahaan sangat concern terhadap masalah pengendalian dan proses tata kelola (governance process). Kini perusahaan memiliki kesadaran untuk mengimplementasikan Good Corporate Governance (GCG), karena dirasakan implementasi GCG saat ini bukan lagi merupakan suatu kewajiban tetapi suatu kebutuhan dalam menghadapi persaingan global (Fajri: 2014). Implementasi GCG di perusahaan tidak dapat berjalan lancar, apabila internal control system belum terbangun dengan baik, termasuk penerapan Whistleblowing System. Peranan Whistleblowing System sangat signifikan dalam rangka mencegah timbulnya fraud dan pelanggaran lainnya yang sangat merugikan perusahaan (Effendi: 2014). bahwa: Menurut Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, 2014 menyatakan mereka bisa melaporkan jika melihat ada sesuatu yang harus diluruskan. Sistem ini hanya bisa diakses Irjen dan Mensos. Jika kira-kira terdapat kebingungan, maka harus ada perlindungan dari Lembaga Perlindungan Saksi Korban (LPSK). Sedangkan untuk masyarakat umum

7 7 juga dapat melaporkan jika ada hal yang menyimpang ke pengaduan masyarakat lewat Dumas Online. Berdasarkan data Irjen Kemensos selama 2014, terdapat sebanyak 43 laporan dan sekitar 11 diantaranya ditindaklanjuti. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya adalah penelitian oleh Libramawan (2014) yang berjudul Pengaruh Penerapan Whistleblowing System terhadap Pencegahan Kecurangan pada studi kasus yang ditelitinya yaitu PT Coca-Cola Amatil Indonesia SO Bandung. Hasil penelitiannya adalah bahwa penerapan whistleblowing system merupakan salah satu bentuk dari pengendalian internal perusahaan dalam meminimalisir dan menekan risiko yang mungkin terjadi serta memberikan konstribusi pengaruh terhadap pencegahan kecurangan tidak terlalu besar. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan studi mengenai whistleblower dilihat dari segi penerapan sistem whistleblowing dalam mendeteksi fraud. Sistem whistleblowing merupakan bagian dari sistem pengendalian internal (internal control system) dalam upaya pencegahan dan pendeteksian praktik penyimpangan dan kecurangan (fraud) serta dalam rangka memperkokoh implementasi GCG, dan variabel dependen yang digunakan penulis adalah pendeteksian fraud. Sedangkan peneliti sebelumnya menggunakan variabel dependen pencegahan fraud.

8 8 Berdasarkan hal tersebut, maka penulis mengangkat judul penelitian sebagai berikut : PENGARUH PENERAPAN WHISTLEBLOWING SYSTEM TERHADAP PENDETEKSIAN FRAUD ( Studi Survey pada PT Pertamina (persero) Jakarta ) 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan pada latar belakang penelitian yang telah diuraikan terdahulu, maka masalah dalam penelitian ini adalah belum baiknya pendeteksian kecurangan. Berdasarkan hal tersebut maka pertanyaan penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana Penerapan Whistleblowing System di PT Pertamina (persero)? 2. Bagaimana Pendeteksian Fraud di PT Pertamina (persero)? 3. Apakah Penerapan Whistleblowing System berpengaruh terhadap Pendeteksian Fraud? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui penerapan Whistleblowing System di PT Pertamina (persero). 2. Untuk mengetahui bagaimana pendeteksian fraud PT Pertamina (persero). 3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penerapan Whistleblowing System terhadap pendeteksian fraud.

9 9 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain: 1. Bagi penulis Syarat pencapaian dalam menempuh ujian Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi, juga meningkatkan wawasan dan pengetahuan dalam bidang Audit Internal sesuai dengan teori yang diperoleh dalam perkuliahan. Serta melatih berpikir kritis, logis, dan mampu menyerap informasi, khususnya mengenai penerapan whistleblowing system dalam mendeteksi fraud. 2. Bagi perusahaan Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi kontribusi berupa saran dan informasi serta dapat meningkatkan pengendalian intern melalui whistleblowing system dalam mendeteksi kecurangan. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan referensi dan informasi pendukung kepada penelitian selanjunya, khususnya menyangkut penelitian mengenai pengaruh penerapan whistleblowing system dalam mendeteksi fraud.

10 Lokasi dan Waktu Penelitian Penyusunan skripsi ini adalah untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini, penelitian dilakukan di PT Pertamina (persero) Jakarta yang berlokasi di Jl. Kramat Raya 59, Jakarta. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September 2015 sampai dengan November 2015.