BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 9 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 AUDIT ELEKTRIKAL Audit atau pemeriksaan menurut sumber Wikipedia dalam arti luas bermakna evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem, proses, atau produk. Audit dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, objektif, dan tidak memihak, yang disebut auditor. Tujuannya adalah untuk melakukan verifikasi bahwa subjek dari audit telah diselesaikan atau berjalan sesuai dengan standar, regulasi, dan praktik yang telah disetujui dan diterima. Audit Elektrikal merupakan audit yang dilaksanakan untuk menilai dan menganalisa kehandalan dan keakuratan peralatan serta kelengkapannya, dan memberi masukan dan gambaran secara singkat mengenai penerapan sistem elektrikal secara efektif dan optimal pada gedung. Dalam melakukan audit, mengacu kepada : 1. Shop drawing & As built drawing elektrikal 2. Spesifikasi teknis 3. Standar Nasional Indonesia (SNI) 4. Peraturan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000). 5. PT. PLN tahun 2002 tentang standar daya PLN 6. Data peralatan 7. Pengalaman praktis operasional Batas Audit Elektrikal : Elektrikal power termasuk back up power supply Proteksi penangkal petir

2 10 Batasan Audit ini tidak mencakup : Pengujian peralatan secara detail, seperti pengujian laboratorium, kualitas air, korosifitas, pengujian pabrik, Tidak melakukan perhitungan ulang terhadap analisis desain instalasi elektrikal. Kesuksesan audit, sangat bergantung pada keakuratan dan ketersediaan dari dokumendokumen yang ada pada bangunan. Produk Layanan Audit Elektrikal, tempat kerja praktik adalah perusahaan jasa konsultan properti memberikan produk layanan, solusi dari temuan permasalahan yang ditemukan, dalam melakukan audit elektrikal pada bangunan adalah, sebagai berikut : 1. Memastikan keakuratan dan perizinan dokumen teknis 2. Memastikan kehandalan, keamanan dan hemat energi 3. Power Quality Analyzer & Infrared Thermography 4. Memberikan rekomendasi perbaikan atas temuan audit Dari point-point tersebut, dapat di berikan penjelasan dibawah ini: Memastikan Keakuratan dan Perizinan Dokumen Teknis Memastikan keakuratan dokumen-dokumen yang ada seperti gambar As-built, manual pengoperasian dan pemeliharaan sistem dan peralatan, serta memastikan perizinan pada peralatan, sesuai dengan peraturan pemerintah Memastikan Kehandalan, Keamanan dan Hemat Energi Memastikan kondisi dari fisik peralatan dan instalasi sistem elektrikal, apakah ada penyebab tidak aman bagi manusia, peralatan, bangunan dan pemborosan energi, seperti item yang diuraikan dibawah ini :

3 11 1. Penyebab tidak aman bagi manusia Peralatan listrik tidak dilengkapi grounding Sambungan kabel terbuka Kabel melintas jalan tanpa proteksi Peralatan rusak namun tetap dipakai Gedung tinggi namun tidak dilengkapi penangkal petir Membiarkan jalur pipa air melintas diarea panel listrik, trafo dan genset 2. Penyebab instalasi terbakar Kabel terlalu kecil dari pada beban terpasang akhirnya panas dan terbakar Proteksi tidak berfungsi ketika terjadi korsleting listrik, kabel bisa terbakar Sambungan kabel tidak sempurna, ketika ada arus, sambungan akan panas dan lama lama bisa terbakar Terminasi kabel panel kendor akan timbul panas dan lama lama panel akan terbakar. Peralatan listrik rusak bisa terjadi korsleting listrik dan terbakar Tegangan dibawah standart dll. 3. Penyebab listrik tidak handal Genset bermasalah dan kapasitas terlalu kecil Sambungan daya PLN terlalu rendah Tegangan listrik tidak normal Sistem grounding tidak baik Penangkal petir tidak baik Sistem proteksi tidak baik Sistem distribusi listrik tidak baik Sistem power plant tidak baik 4. Penyebab pemborosan akibat listrik Power factor dibawah 0,85 akhirnya kena denda biaya kvarh

4 12 Tegangan harmonisa tinggi menyebabkan penambahan beban trafo atau genset dan timbulnya rugi rugi kabel Tegangan listrik rendah maka peralatan listrik akan cepat rusak dan rugi rugi daya semakin besar. Seting temperatur AC terlalu rendah. Sistem operasi peralatan listrik yang kurang baik Power Quality Analyzer & Infrared Thermography Melakukan pemeriksaan peralatan yang tidak dapat dilihat dengan kasat mata, yaitu dengan alat ukur : Power Quality Analyzer dan Infrared Thermography. Yang jarang dimiliki oleh pengelola atau pemilik gedung. Karena menggunakan alat ukur tersebut, harus mempunyai keahlian khusus, sertifikasi dan harganya pun sangat mahal. Berikut pengertian dan fungsi alat ukur tersebut. 5. Power Quality Analyzer Power Quality Analyzer adalah suatu peralatan ukur yang digunakan untuk mengetahui kualitas daya dari tenaga listrik. Alat ini sangat kompleks, karena dapat mengukur tegangan (volt), arus lisrik (ampere), frekuensi (Hz), daya aktif (watt), daya reaktif (var), daya semu (va) dan faktor daya (cos phi). Pada penelitian ini, parameter yang diukur menggunakan peralatan ini adalah besaran listrik dasar, yaitu tegangan, arus dan frekuensi listrik. Gambar 3.1 Power Quality Analyzer, Hioki 3197 (Sumber: Data NAI Indonesia, 2017)

5 13 a. Tegangan listrik Tegangan listrik yang ideal tegangan dalam bentuk gelombang sinus murni tanpa distorsi dengan amplitude yang konstan. Dikarenakan adanya factor gangguan yang terjadi yang tidak bisa dihindari, sehingga nilai tegangan menjadi tidak konstan. Dalam kondisi normal, toleransi tegangan boleh naik atau turun yang diijinkan oleh PLN adala 10% sampai + 5%. Jika dalam kondisi darurat berdasarkan IEEE std Recommended Practice for Ermergency and Standby power system indrustrial and Commercial Applications toleransi tegangan -13 % sampai + 6 % Gangguan-gangguan pada tegangan listrik yang berpengaruh pada kualitas daya listrik adalah : Netral & Grounding Masalah yang timbul pada Netral dan Grounding yang sangat jarang diperhatikan para pengguna, sekitar 50% berasal dari kesalahan di Netral dan Grounding. Salah satu penyebab utama adalah karena masih banyak orang yang belum tahu atau menganggap ringan dan juga masih banyak selisih pendapat antara instalatir dengan teknisi dari peralatan yang dipasang, ditambah lagi banyaknya istilah-istilah yang ada seperti isolated ground, dedicated ground dan lain sebagainya yang diartikan berbeda-beda. Penyebab masalah tersebut dapat diakibatkan oleh sambungan kabel ground atau netral yang tidak sempurna, tidak mengikuti standar-standar pemasangan listrik yang ada, baik karena disengaja maupun tidak dimengerti, atau dapat juga diakibatkan oleh adanya kemungkinan sambungan yang kendur atau lepas, yang ditimbulkan oleh efek perbedaan panas / thermal effect atau timbul karat.

6 14 Akibat yang timbul dari ketidak sempurnaan atau ketidak benaran sistem Netral & Ground, yang pada dasarnya dapat mengancam keselamatan jiwa manusia maupun rusaknya peralatan dapat dijabarkan sebagai berikut: Pemasangan sistem Grounding & Netral yang tidak benar, dapat menyebabkan peralatan listrik yang seharusnya tidak bertegangan menjadi bertegangan jika terjadi arus bocor; Pemasangan sistem Grounding & Netral yang tidak benar, dapat menyebabkan kemungkinan fatal terhadap jiwa manusia apabila terjadi hubung singkat pada salah satu peralatan; dan Pemasangan sistem Grounding & Netral yang tidak benar, dapat menyebabkan masuknya noise / arus balik kedalam sistem yang berakibat rusaknya peralatan, atau dapat berakibat terganggunya aliran data yang dapat menyebabkan error di peralatan elektronik. Fluktuasi tegangan (under over voltage) Gangguan tegangan adalah suatu hal yang lumrah dan tidak dapat dihindari pada suatu sistim kelistrikan. Selama terjadinya gangguan tegangan, maka tegangan listrik bisa jadi lebih kecil atau lebih besar dari tegangan yang seharusnya dan hal ini terjadi dalam jangka waktu yang singkat maupun lama. Pada prosentase yang kecil ( ± 5 % ), gangguan ini masih dapat di tolerir, akan tetapi apabila prosentase sudah melebihi batas toleransi tersebut diatas, maka gangguan ini akan mengakibatkan bertambah besarnya reactive power, masalah isolasi dan stabilitas tegangan. Tegangan dan arus tidak seimbang (unbalance) Tegangan maupun arus tidak seimbang dapat terjadi yang diakibatkan oleh ketidak seimbangan dari sumber listrik ( PLN ), sistim transmisi dan pada

7 15 beban. Selama terjadinya ketidak seimbangan, akan mengakibatkan kwalitas listrik menjadi menurun. Untuk tegangan dapat di definisikan sebagai maksimum deviasi tegangan ratarata 3 phase dibagi dengan tegangan rata-rata 3 phasa dan dinyatakan dalam %, berdasarkan standar IEEE 1159 berkisar % yang di ijinkan. Untuk arus dapat di definisikan sebagai maksimum deviasi arus rata-rata dibagi dengan arus rata-rata dan dinyatakan dalam %, berdasarkan standar NEMA MG.1, 1987 kurang dari 10% yang di ijinkan. Tegangan sag & swell Tegangan sag & swell adalah variasi tegangan berdurasi pendek, dimana masalahnya adalah naik turunnya tegangan yang terjadi hanya dalam beberapa cycle (100 milidetik), akan tetapi tetap dapat menimbulkan masalah yang cukup serius bagi peralatan-peralatan modern. Tegangan turun (voltage sag) terjadi apabila terdapat beban dari peralatan listrik yang cukup besar ketika dinyalakan, akan tetapi dapat juga terjadi apabila ada sambaran petir yang dihubung-singkatkan ke arrester. Tegangan naik (voltage swell) biasanya terjadi apabila ada beban peralatan listrik yang cukup besar ketika dimatikan. b. Frekuensi (Hz) Yaitu jumlah siklus arus bolak balik (alternating current) per detik. Negara Indonesia menggunakan frekuensi listrik standar sebesar 50 Hz. Gangguangangguan yang terjadi pada system ± 0,5 Hz (49,5 50,5 Hz). c. Faktor Daya Faktor daya (cos phi) merupakan perbandingan antara daya nyata (P) dengan daya semu (S), nilainya berkisar 0 hingga 1. Faktor Daya = P / S (3.1) = kw / kva (3.2)

8 16 = V.I Cos ϕ / V.I (3.3) suatu beban dari suatu jaringan. PLN menetapkan factor daya untuk industrial minimum 0.85 agar tidak dibebani biaya tambahan, jika faktor daya lebih kecil daripada 0,85 maka PLN akan mengenakan denda bagi industrial. d. Harmonisa Harmonisa adalah tegangan ataupun arus sinusoida yang mempunyai frekuensi sebesar kelipatan dari frekuensi dasarnya. Frekuensi dasar suatu sistem tenaga listrik adalah 50 Hz, maka harmonisa kedua adalah gelombang dengan frekuensi 100 Hz, harmonisa ketiga 150Hz dan seterusnya. maka harmonisa terjadi akibat dari adanya gelombang frekwensi lain nya yang terjadi / menumpang pada gelombang sinusoidal frekuensi dasarnya atau sinusoida murni sehingga terbentuk gelombang yang terdistrosi. Bentuk gelombang sinusioda murni dengan gelombang harmonisa dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar 3.2 Bentuk gelombang murni dan gelombang terdistrosi harmonisa (sumber Penyebab terjadinya harmonisa mengakibatkan pada jala-jala listrik timbul frekwensi yang berbeda adalah pemakaian beban-beban non linear. Seiring dengan perkembangan teknologi elektronika yang diterapkan dalam peralatan modern yang

9 17 kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, dengan tujuan untuk penghematan pemakaian energi listrik seperti : 1. Transformator 2. Electronic ballast 3. VSD (Variable Speed Drives) 4. LED (Light Emitting Diode) 5. UPS (Uninteruptible Power Supply) Akibat yang ditimbulkan pada peralatan jika terdapat arus atau tegangan harmonisa antara lain: 1. Rusaknya peralatan listrik 2. Terbakarnya kabel / konduktor penghantar 3. Pada transformator daya menurun, bertambahnya losses 4. Pada motor listrik terjadi overheat 5. Pada alat ukur kwh meter elektromekanis terjadi kesalahan pengukuran 6. Kegagalan fungsi relay Akibat gangguan ini cukup serius maka IEEC dalam recommended practice and requirements for Harmonic Control in Electrical Power System Standard No telah menentukan standard yang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 3.1 Standar Harmonisa Tegangan IEEE 519 (Sumber : Carnovale, Daniel, Blooming (2006, p.2) Voltage at PCC Individual Voltage Distortion (%) Total Voltage Distortion THD (%) 69 kv and below 3.0 % 5.0 % 69 kv 161 kv 1.5 % 2.5 % 161 kv 1.0 % 1.5 %

10 18 Tabel 3.2 Standar Harmonisa Arus IEEE 519 (Sumber : Carnovale, Daniel, Blooming (2006, p.2) Harmonic Order Isc/IL <11 11=<h<17 17=<h<23 23=<h<35 35=<h THD < > VTHD adalah jumlah total tegangan yang terdistorsi oleh harmonisa dinyatakan dalam persen. I THD adalah jumlah total arus yang terdistorsi oleh harmonisa dinyatakan dalam persen. Untuk mencari standar VTHD dan I THD yang di ijinkan pada table 3.1 dari suatu sistem trafo, maka perlu mencari arus short circuit Isc dan mengukur arus beban IL. Untuk mencari arus short circuit Isc dengan menggunakan rumus dibawah ini : Isc = Daya trafo (VA) / (Z % x 3 x VLL) (3.4) Dimana : VLL = tegangan antar fasa (volt) Z % = impedansi trafo 6. Infrared Thermography Infrared thermography adalah alat mendeteksi energi inframerah yang dipancarkan dari benda, mengubahnya menjadi suhu yang nampak, dan menampilkan hasilnya

11 19 sebagai gambar inframerah. Secara harfiah, termografi inframerah berarti "di luar merah" (infrared) "gambar suhu" (thermography). Menggunakan camera infra-merah untuk memeriksa kondisi peralatan listrik & mekanik. Dengan memonitor suhu pada saat peralatan mekanik dan elektrik beroperasi, kemudian dibandingkan dengan suhu operasi normalnya, maka akan dapat dianalisa / dideteksi ada tidaknya penyimpangan ( overheating ) yang umumnya merupakan gejala awal suatu kerusakan peralatan. Teknologi inframerah juga sangat bermanfaat sebagai passive fire protection system dalam rangka penyelenggaraan system proteksi terhadap bahaya kebakaran akibat kondisi peralatan listrik yang dapat menimbulkan bahaya kebakaran. Hal yang demikian ini dapat dimengerti karena 85% kebakaran public building yang terjadi disebabkan oleh peralatan listrik yang tidak baik. a. Karakreristik Energi inframerah merupakan bagian Electromagnetic Spectrum dan mempunyai ciri-ciri sama dengan ciri-ciri sinar yang dapat dilihat (visible light) ditunjukan pada gambar 3.4 Spektrum cahaya. Energi inframerah menembus melalui udara dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan sinar, dan energi inframerah tersebut dapat direfleksikan-dibiaskan-diserap-disebarkan. Radiasi inframerah dipancarkan oleh semua benda yang mempunyai temperatur. Inframerah ditimbulkan oleh adanya getaran-getaran dan perputaran atom dan molekul suatu benda. Ini berarti bahwa semua benda menyebarkan atau memancarkan radiasi inframerah, karena semua benda mempunyai temperature. Gambar 3.3 Infrared Wave Spektrum (Sumber : )

12 20 b. Manfaat Teknologi Inframerah Teknologi inframerah digunakan untuk preventive maintenance, predictive maintenance, safety control, testing dan commissioning pada perusahaan public services (PLN, PAM, TELKOM), Oil Company, Power Plant, Factory, Building, dll. Teknologi inframerah dapat menginvestigasi instalasi dan peralatan seperti : Elektrikal (circuit breacker, load breack switch, transformer, ac/dc motor, instalasi LV/MV/HV, kontrol-kontrol elektronik, dll); Mekanikal (pompa-pompa, mesin diesel, mesin bensin, bearing, turbin, kompresor, dll); Process Devices (boiler, furnace, vessel, tank, reactor, reformer, pipe insulation, refractories, dll); Diagnosis Gedung (leak, water proofing, building envelope, studies measure heat loss, detect insulation voids, moisture trapped bellow roof membranes and monitor HVAC sistems efficiency, dll). Teknologi Inframerah dapat secara dini mengetahui kondisi kelainan, kerusakan dan kebocoran yang tidak dapat diraba dan dilihat oleh mata, yang terdapat pada suatu instalasi atau peralatan tanpa harus menghentikan sistem, sehingga tidak menggangu jalannya operasi atau produksi. Kemudian direncanakan segera tindakan perbaikan, terutama pada bagian-bagian yang diketahui bermasalah sebelum masalah atau kerusakan tersebut timbul menjadi lebih besar. c. Aplikasi Teknologi Inframerah Upaya mengatasi bahaya kebakaran Perlu disadari bahwa upaya mengatasi bahaya kebakaran bukan hanya menjadi tanggung jawab dinas pemadam kebakaran, tetapi juga para perencana pembangunan, pengusaha dan pengelola atau pemilik gedung diharapkan perannya dalam penanggulangannya. Pencegahan bahaya kebakaran, bukan hanya diantisipasi dengan cara meneliti peralatan pencegahan kebakaran, melengkapi gedung dengan fasilitas

13 21 pencegahan, tim khusus untuk menanggulangi bahaya kebakaran dan sistem pencegahan kebakaran, tetapi yang sangat menentukan adalah perlu diketahui secara pasti mengenai kondisi dari sarana/jaringan listrik, mesin, dll., yang ada dalam gedung/bangunan/pabrik/pesawat yang dapat menjadi penyebab terjadinya kebakaran. Menciptakan suatu kondisi untuk pencegahan bahaya kebakaran sejak dini sebaiknya dilakukan pemeriksaan terhadap jaringan dan peralatan elektrikal, mekanikal dan proses yang terdapat pada suatu gedung atau bangunan. Penciptaan aspek rasa aman Di atas telah disinggung perlunya diciptakan suatu kondisi rasa aman yang erat kaitannya dengan pertanyaan Apakah gedung ini benar-benar aman terhadap kebakaran?. Jawaban pertanyaan itu erat kaitannya dengan himbauan dan harapan bahwa semua bangunan seharusnya terlindung dari bahaya kebakaran yang harus built in (menyatu) dalam teknologi bangunan itu sendiri, peraturan mengenai gedung, dan standar yang harus dipenuhi oleh gedung itu. Yang dimaksud dengan standar gedung salah satunya adalah kondisi peralatan elektrikal dan mekanikal adalah dengan memanfaatkan teknologi inframerah, sehingga dapat diketahui kondisi peralatan sebenarnya secara tepat akurat dan jelas, bahkan hasil penelitian dengan thermal imaging radiometers di record dengan tujuan preventive maintenance maupun predictive maintenance untuk waktu selanjutnya. Gambar 3.4 Alat Infrared Thermography (Sumber: Data NAI Indonesia, 2017)

14 Memberikan Rekomendasi Perbaikan Atas Temuan Audit Memberikan laporan hasil audit, lengkap dengan skala prioritas dan rekomendasirekomendasi teknis seluruh hasil temuan-temuan audit sistem elektrikal. Keuntungan yang didapat dari hasil audit elektrikal adalah pengelola atau pemilik bangunan dapat mengetahui kondisi sistem elektrikal pada bangunannya dari sisi keindahan, keandalan, kemudahan, kertercapaian, keselamatan, keamanan dan kehematan. Apabila ada temuan, pengelola atau pemilik bangunan dapat melakukan perbaikan atau menyerpurnakan sistem elektrikal pada bangunannya. 3.2 KOMPONEN SISTEM ELEKTRIKAL Sistem elektrikal merupakan suatu rangkaian peralatan penyediaan daya listrik untuk memenuhi kebutuhan daya listrik tegangan rendah. Dalam rangkaian jaringan instalasi listrik yang terpasang di dalam gedung, juga menyangkut pengubahan tegangan menengah PLN (20 kv) menjadi tegangan rendah. Pada gedung ini tegangan listrik didistribusikan dari saluran tegangan menengah melalui trafo menjadi saluran tegangan rendah 3 fase R,S,T, dimana tegangan antar fase 380 Volt, dan 220 Volt pada jalur netral. komponen peralatan yang disediakan meliputi : Sumber Tegangan Listrik PLN dan Generator Sets Sumber daya utama / sumber tegangan listrik dari gedung biasanya menggunakan sumber dari PLN.

15 23 Gambar 3.5 Gardu PLN (Sumber: Data NAI Indonesia, 2017) Disamping PLN, maka gedung juga menyediakan sumber tegangan cadangan (emergency) jika terjadi pemadaman atau PLN mati, yaitu dengan menyediakan Genset (Generator Set). Genset biasanya dioperasikan jika ada gangguan atau pemadaman dari PLN, dan umumnya telah diset sedemikian rupa sehingga ketika PLN mati maka dengan otomatis tegangan disuplay dari genset, yang telah di set secara otomatis, dengan interval waktu hitungan detik. Gambar 3.6 Generator Sets (Sumber: Data NAI Indonesia, 2017) PUTM ( Panel Utama Tegangan Menegah) Panel Utama Tegangan Menengah atau Medium Voltage Distribution Panel atau sering disebut juga panel Cubicle ada yang disediaan oleh PLN, dan biasanya menjadi tanggung jawab PLN, yang disebut dengan cubicle PLN, yang menghubungkan jaringan tegangan menengah PLN dengan cubicle gedung. Panel ini terdiri dari 3 macam, yaitu cubicle incoming, metering dan cubicle outgoing. Panel

16 24 MV yang lainnya biasanya disebut dengan cubicle pelanggan, yang menghubungan dari panel MV (cubicle PLN) dengan Trafo. Gambar 3.7 Panel Utama Tegangan Menengah (Sumber: Data NAI Indonesia, 2017) Transformer Transformer adalah suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga/daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya. Dalam operasi penyaluran tenaga listrik transformator dapat dikatakan sebagai jantung dari transmisi dan distribusi. Dalam kondisi ini suatu transformator diharapkan dapat beroperasi secara maksimal (kalau bisa terus menerus tanpa berhenti). Mengingat kerja keras dari suatu transformator seperti itu maka cara pemeliharaan juga dituntut sebaik mungkin. Oleh karena itu transformator harus dipelihara dengan menggunakan sistem dan peralatan yang baik, benar dan tepat. Untuk itu regu pemeliharaan harus mengetahui bagian- bagian transformator dan bagian-bagian mana yang perlu diawasi melebihi bagian yang lainnya. Transformer dapat dibagi menurut fungsi / pemakaian seperti: Transformer Mesin (Pembangkit ) Transformer Gardu Induk Transformer Distribusi

17 25 Transformer yang digunakan pada bangunan pada tegangan menengah 20kV ke tegangan rendah distribusi 220/380V. Aliran tegangan menengah diubah menjadi tegangan rendah melalui trafo. Gambar 3.8 Transformer Distribusi (Sumber: Data NAI Indonesia, 2017) PUTR (Panel Utama Tengangan Rendah) Panel Utama Tengangan Rendah atau Low Voltage Main Distribution Board (LVMDB) adalah sebagai panel penerima daya/power dari transformer (trafo) dan mendistribusikan power tersebut lebih lanjut ke panel Low Voltage Sub Distribution (LVSDP), Menggunakan Air Circuit Breaker atau moulded case Circuit Breakers. Gambar 3.9 Panel Utama Tegangan Rendah (Sumber: Data NAI Indonesia, 2017)

18 Panel Sub Distribusi Panel Sub Distribusi akan mendistribusikan power tersebut ke peralatan electrical, menggunankan MCCB (Moulded Case Circuit Breaker) dan MCB (Mini Circuit Breaker). Gambar 3.10 Panel Sub Distribusi (Sumber: Data NAI Indonesia, 2017) ACB (Air Circuit Breaker) ACB (Air Circuit Breaker) merupakan jenis circuit breaker dengan sarana pemadam busur apiberupa udara. ACB dapat digunakan pada tegangan rendah dan tegangan menengah. Udarapada tekanan ruang atmosfer digunakan sebagai peredam busur api yang timbul akibat prosesswitching maupun gangguan. Air Circuit Breaker dapat digunakan pada tegangan rendah dan tegangan menengah. Gambar 3.11 ACB (Air Circuit Breaker) (Sumber: ACB Schneider Electric product)

19 MCCB (Moulded Case Circuit Breaker) Merupakan alat pengaman yang dalam proses operasinya mempunyai dua fungsi yaitu sebagai pengaman dan sebagai alat penghubung. Jika dilihat dari segi pengaman, maka MCCB dapat berfungsi sebagai pengaman gangguan arus hubung singkat dan arus beban lebih. Pada jenis tertentu, pengaman ini mempunyai kemampuan pemutusan yang dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan. MCCB ini dipakai hampir sama dgn MCB tetapi dgn batas arus beban yg lebih besar dari 100 Ampere sampai dgn 1600 Ampere. Gambar 3.12 MCCB (Moulded Case Circuit Breaker) (Sumber: MCCB Schneider Electric product) MCB (Miniature Circuit Breaker) Merupakan komponen panel listrik yang berfungsi sebagai switch pembatas arus akibat dari kenaikan daya /tegangan yg melebihi batas dan atau hubung singkat. Komponen panel listrik ini biasanya terbatas pada arus nominal kecil sampai dgn kurang dari 100 Ampere. Bentuknya ada yg satu pole (satu input dan satu output), ada yg dua pole, tiga pole hingga empat pole.

20 28 Gambar 3.13 MCB (Miniature Circuit breaker) (Sumber: MCB Schneider Electric product) ELCB (Earth Leakage Circuit Breaker) ELCB atau istilah lain saklar pengaman arus sisa (SPAS), Merupakan sebuah komponen proteksi instalasi listrik yang bekerja memutus arus listrik saat terdeteksi ada kebocoran arus listrik ke grounding atau tanah, dan yang lebih penting lagi ELCB bisa memustuskan arus listrik ketika terjadi kontak antara listrik dan tubuh manusia yang bersentuhan dengan ground. Gambar 3.14 ELCB (Earth Leakage Circuit Breaker) (Sumber: ELCB Schneider Electric product) Kabel Instalasi Jenis penghantar yang banyak digunakan pada suatu instalasi rumah dan gedung ialah jenis kabel : NYA = Inti Tembaga, Isolasi PVC, Solid ( kabel tunggal ) untuk penerangan dan stop kontak

21 29 NYAF = Inti Tembaga, Isolasi PVC, Serabut ( kabel tunggal ) untuk kontrol NYM = Inti Tembaga, Isolasi PVC, PVC ( Putih ) untuk penerangan dan stop kontak NYY = Inti Tembaga, Isolasi PVC,PVC ( Hitam ) untuk power motor dan panel NYM-HY = Inti Tembaga, Isolasi PVC,PVC, Serabut ( Putih ) untuk kontrol NYY-HY = Inti Tembaga, Isolasi PVC,PVC, Serabut ( Hitam ) untuk kontrol NYFGbY = Inti tembaga, Iolasi PVC, pelindung Zeng, Isolasi PVC untuk kabel bawah tanah N2XSY = Kabel tegangan menenga, untuk kabel TM Instalasi kabel yang terpasang dalam penyambungan, harus mengikuti peraturan berlaku,adalah: Tabel 3.3 Standar Warna Kabel Listrik PUIL 2000 (Sumber: PUIL 2000)

22 Grounding / Pertanahan Grounding / Pentanahan adalah instalasi pembumian terhadap bahan bahan metal yang menggunakan power listrik. Yang berfungsi sebagai pengaman listrik akibat dari kabel -kabel yg terkelupas dan mengenai body part peralatan elektonik atau peralatan listrik yg selanjutnya mengenai orang. Dgn adanya komponen panel listrik ini maka aliran arus listrik yg liar atau yg tak berfungsi akan dibumikan. a. Tujuan pembumian peralatan listrik ini adalah Mencegah terjadinya bahaya tegangan sentuh Mempercepat jatuhnya breaker Mengurangi resiko kerusakan pada peralatan listrik ketika terjadi tegangan surja b. Jenis grounding Grounding Elektrikal ( Tidak boleh lebih dari 2 Ohm ) Grounding Elektronik ( Tidak boleh lebih dari 1 Ohm ) Grounding Penangkal petir ( Tidak boleh lebih dari 2 Ohm ) Grounding Body / struktur baja ( tidak boleh lebih dari 2 Ohm ) Grounding Elektrikal antara lain : 1. Grounding Netral Genset 2. Grounding Netral Trafo 3. Grounding body genset, trafo dan panel listrik Ohm/tahanan sesuai standar grounding menurut PUIL. Tegangan Netral to Grounding idealnya tidak boleh melebihi 1 Volt.

23 31 Gambar 3.15 Grounding / Pertanahan (Sumber: Data NAI Indonesia, 2017) Cara Kerja Sistem Elektrikal Sumber Daya Listrik yang dipergunakan pada gedung, dipasok dari 2 (dua) jenis pembangkitan tenaga listrik yaitu : 1. PT. PLN Persero (Perseroan Terbatas Perusahaan Listrik Negara persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang. 2. Pembangkit listrik sendiri (Generator sets). Untuk pemakaian energi listrik sehari-hari, supply daya listrik diperoleh dari PT. PLN Persero, sedangkan Generator sets berfungsi sebagai pembangkit tenaga listrik cadangan/emergency stand by power, untuk menjaga ketersediaan tenaga listrik secara berkesinambungan apabila listrik dari PT. PLN persero mengalami gangguan pemadaman. Dari pasokan sumber daya listrik PT. PLN persero yang tegangannya 20 kv (dua puluh ribu volt), arus listrik kemudian dialirkan ke Transformer dan setelah tegangan listrik 20. Kv tersebut diturunkan menjadi 380/220 volt pada transformer, maka aliran listrik tersebut dialirkan ke LVMDB (Low Voltage Main Distribution Board), kemudian di alirkan ke panel distribusi pada masing-masing lantai Gedung. Dari Panel distribusi yang berada pada tiap lantai, kemudian aliran listrik disalurkan ke peralatan maupun instalasi yang ada pada setiap lantai tersebut, antara lain seperti: Main Equipment seperti : lampu penerangan, air conditioning, fan, pompa-pompa, Transportasi gedung, dll

24 DASAR TEORI AUDIT ELEKTRIKAL Perhitungan Daya Segitiga daya adalah suatu hubungan antar daya nyata, daya semu dan reaktif, sehingga dapat di gambarkan dalam bentuk segitiga daya sebagai berikut : Gambar 3.16 Segitiga daya (Sumber: Beberapa besaran dalam listrik fase yang perlu diketahui perhitungannya adalah : 1. Daya Nyata (P) 2. Daya Semu (S) 3. Daya Reaktif (Q) 4. Faktor Daya (Cos Ø) Berikut penjelasan singkat dan rumus-rumus daya listrik : 1. Daya Nyata (P) Daya nyata merupakan daya listrik yang digunakan untuk keperluan menggerakkan mesin-mesin listrik atau peralatan lainnya, daya yang benar-benar terpakai oleh konsumen dan terukur pada kwh meter. Rumus menghitung daya nyata dengan tegangan satu fasa : P = VL-N x I x Cos Ø (3.5)

25 33 Rumus menghitung daya nyata dengan tegangan tiga fasa: P3 = 3 x VL-L x I x Cos Ø (3.6) P = 3 x VL-N x I x Cos Ø (3.7) Dimana : P = Daya Nyata ( Watt ) VL-N = Tegangan Fase ( 220 Volt ) VL-L = Tegangan L L ( 380 Volt ) I = Arus listrik ( Ampere ) Cos Ø = Faktor Daya Gambar 3.17 Sistem 3 fasa hubungan bintang dengan tegangan 380/220 Volt (Sumber: Phase1.jpg) 2. Daya Semu (S) Daya semu merupakan daya listrik yang melalui suatu penghantar transmisi atau distribusi. Daya ini merupakan hasil perkalian antara tegangan dan arus yang melalui

26 34 penghantar. Daya yang ditanggung oleh pembangkit listrik yang dipengaruhi oleh pemakaian daya konsumen dan kondisi faktor daya pada jaringan listrik. Rumus menghitung daya semu dengan tegangan satu fasa : S = V x I (3.8) Rumus menghitung daya nyata dengan tegangan tiga fasa: S = 3 x VL-L x I (3.9) S = 3 x VL-N x I (3.10) Dimana : S = Daya Semu ( kva ) VL-N = Tegangan Fase ( 220 Volt ) VL-L = Tegangan L L ( 380 Volt ) I = Arus yang mengalir pada penghatar ( Ampere ) 3. Daya Reaktif (Q) Daya reaktif merupakan selisih antara daya semu yang masuk pada penghantar dengan daya aktif pada penghantar itu sendiri, dimana daya ini terpakai untuk daya mekanik dan panas. Daya reaktif ini adalah hasil kali antara besarnya arus dan tegangan yang dipengaruhi oleh faktor daya.atau daya yang timbul akibat faktor daya rendah atau jelek. Daya reaktif ini merupakan kerugian dan harus di minimalis dengan menggunakan capasitor bank. Rumus menghitung daya reaktif dengan tegangan satu fasa : Q1 = P1 x Tan Ø (3.11)

27 35 Rumus menghitung daya reaktif dengan tegangan tiga fasa : Q3 = P3 x Tan Ø (3.12) Dimana : Q = Daya Reaktif ( kvar ) P = Daya Nyata ( kw) Tan Ø = Tangen sudut fase Untuk perhitungan kapasitor bank bisa menggunakan rumus : Q = P x 0,8 (3.13) 4. Faktor Daya (Cos Ø) Faktor daya atau Cos Ø adalah beda sudut fase tegangan dan arus listrik. Pergeseran sudut fase ini disebabkan karena perubahan beban dan sifat beban itu sendiri. Sifat beban ada yang induktif ( Trafo, Balast, UPS, Drive ) dan capasitif ( Capasitor ) Gambar 3.18 Gelombang tegangan dan arus sinusoidal (Sumber: Faktor daya atau Cos Ø idealnya mendekati 1. PLN membatasi nilai minimum faktor daya adalah 0,85. Jika kurang dari nilai tersebut maka konsumen didenda untuk membayar biaya kvarh atau biaya beban reaktif

28 36 Cara Memperbaiki Faktor Daya Salah satu cara untuk memperbaiki factor daya adalah dengan memasang kompensasi kapasitif menggunakan kapasitor pada jaringan tersebut. Kapasitor adalah komponen listrik yang menghasilkan daya reaktif yang dibutuhkan oleh beban iduktif pada jaringan dimana dia tersambung, sehingga mengurangi daya yang diserap oleh beban induktif dari sumber tegangan pembangkit (PLN). Sudut yang ditimbulkan kapasitor dan beban induktif mempunyai perbedaan 180 atau saling berlawanan sehingga saling meniadakan. Pada segitiga daya seperti ditunjuk gambar 3.16 Apabila kapasitor dipasang maka daya reaktif yang harus disediakan oleh sumber akan berkurang. Karena daya aktif tidak berubah sedangkan daya reaktif berkurang, maka dari sudut pandang sumber, segitiga daya yang baru diperoleh, ditunjukan pada gambar 3.19 gari warna orange. Terlihat bahwa sudut Ø mengecil akibat pemasangan kapasitor tersebut, sehingga factor daya akan naik. Gambar 3.19 Perbaikan faktor daya (Sumber : Untuk menghitung berapa besarnya kapasitor yang diperlukan untuk menaikan factor daya yang dikehendaki dengan rumus : Q = P. Tan Ø dan gambar 3,19 perbaikan faktor daya. Daya reaktif (KVAR) pada PF awal = P(kW).Tan Ø (3.14)

29 37 Daya reaktif (KVAR) pada pf diperbaiki = P (kw). Tan Ø (3.15) Perhitungan Arus listrik Jika yang diketahui adalah daya semu ( satuanya VA ),Rumus Arus Listrik : Menghitung dengan tegangan satu fasa : I = VA Vp (3.16) Menghitung dengan tegangan tiga fasa : I = 3 x VA VL (3.17) Jika yang diketahui adalah daya nyata ( satuanya Watt ),Rumus Arus Listrik : Menghitung dengan tegangan satu fasa atau : I = P Vp x Cos ϴ atau I = P /176 ) (3.18) Menghitung dengan tegangan tiga fasa : I = P 3 x VL x Cos ϴ atau ( I = P / 526 ) (3.19) Dimana : I = Arus yang mengalir pada penghantar ( Ampere ) Vp = Tegangan Fase ( 220 Volt ) VL = Tegangan L L ( 380 Volt ) Asumsi Cos ϴ = 0,8

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Elektrikal Listrik sangat membahayakan dan dapat membuat kebakaran serta membahayakan jiwa orang apabila jaringan listrik tersebut tidak baik. Sekitar 60% kasus kebakaran gedung

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Tahapan Perencanaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik Tahapan dalam perencanaan instalasi sistem tenaga listrik pada sebuah bangunan kantor dibagi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum Gedung Keuangan Negara Yogyakarta merupakan lembaga keuangan dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat serta penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB V PERHTUNGAN DAN ANALSA 4.1 Sistem nstalasi Listrik Sistem instalasi listrik di gedung perkantoran Dinas Teknis Kuningan menggunakan sistem radial. Sumber utama untuk suplai listrik berasal dari PLN.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK

BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK 57 BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK 4.1. Sistem Instalasi Listrik Sistem instalasi listrik di gedung perkantoran Talavera Suite menggunakan sistem radial. Sumber utama untuk suplai

Lebih terperinci

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive)

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive) 15 BAB III CAPACITOR BANK 3.1 Panel Capacitor Bank Dalam sistem listrik arus AC/Arus Bolak Balik ada tiga jenis daya yang dikenal, khususnya untuk beban yang memiliki impedansi (Z), yaitu: Daya Semu (S,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi daya Beban yang mendapat suplai daya dari PLN dengan tegangan 20 kv, 50 Hz yang diturunkan melalui tranformator dengan kapasitas 250 kva, 50 Hz yang didistribusikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB IV HASIL PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB IV HASIL PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 4.1 Hasil 4.1.1 Proses Perancangan Diagram Satu Garis Sistem Distribusi Tenaga Listrik Pada Hotel Bonero Living Quarter Jawa

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT ELEKTRIKAL

BAB IV AUDIT ELEKTRIKAL BAB IV AUDIT ELEKTRIKAL Audit Elektrikal adalah pekerjaan pemeriksaan untuk mengetahui kondisi kelistrikan secara sistim, jaringan dan juga penggunaannya, sehingga didapat pengetahuan mengenai kualitas

Lebih terperinci

BAB IV DESIGN SISTEM PROTEKSI MOTOR CONTROL CENTER (MCC) PADA WATER TREATMENT PLANT (WTP) Sistem Kelistrikan di PT. Krakatau Steel Cilegon

BAB IV DESIGN SISTEM PROTEKSI MOTOR CONTROL CENTER (MCC) PADA WATER TREATMENT PLANT (WTP) Sistem Kelistrikan di PT. Krakatau Steel Cilegon BAB IV DESIGN SISTEM PROTEKSI MOTOR CONTROL CENTER (MCC) PADA WATER TREATMENT PLANT (WTP) 3 4.1 Sistem Kelistrikan di PT. Krakatau Steel Cilegon Untuk menjalankan operasi produksi pada PT. Krakatau Steel

Lebih terperinci

BAB III KEBUTUHAN GENSET

BAB III KEBUTUHAN GENSET BAB III KEBUTUHAN GENSET 3.1 SUMBER DAYA LISTRIK Untuk mensuplai seluruh kebutuhan daya listrik pada bangunan ini maka direncanakan sumber daya listrik dari : A. Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) B.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA POTENSI UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (JAKARTA)

BAB IV ANALISA POTENSI UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (JAKARTA) BAB IV ANALISA POTENSI UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (JAKARTA) 4.1 Pola Penggunaan Energi Daya listrik yang dipasok oleh PT PLN (Persero) ke Gedung AUTO 2000 Cabang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya Pada desain fasilitas penunjang Bandara Internasional Kualanamu adanya tuntutan agar keandalan sistem tinggi, sehingga kecuali

Lebih terperinci

PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR

PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR M. Hariansyah 1, Joni Setiawan 2 1 Dosen Tetap Program Studi Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh. BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Pada dasarnya dalam sistem tenaga listrik, dikenal 3 (tiga) bagian utama seperti pada gambar 2.1 yaitu : a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 3.1 TAHAP PERANCANGAN DISTRIBUSI KELISTRIKAN Tahapan dalam perancangan sistem distribusi kelistrikan di bangunan bertingkat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik adalah kumpulan atau gabungan dari komponenkomponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator, saluran transmisi,

Lebih terperinci

Kajian Tentang Efektivitas Penggunaan Alat Penghemat Listrik

Kajian Tentang Efektivitas Penggunaan Alat Penghemat Listrik Kajian Tentang Efektivitas Penggunaan Alat Penghemat Listrik Rita Prasetyowati Jurusan Pendidikan Fisika-FMIPA UNY ABSTRAK Masyarakat luas mengenal alat penghemat listrik sebagai alat yang dapat menghemat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya

BAB IV ANALISA DATA. Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya BAB IV ANALISA DATA Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya Genset di setiap area pada Project Ciputra World 1 Jakarta, maka dapat digunakan untuk menentukan parameter setting

Lebih terperinci

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat )

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) MENGENAL ALAT UKUR AMPER METER Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) Arus = I satuannya Amper ( A ) Cara menggunakannya yaitu dengan disambung

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERANCANGAN INSTALASI DAN EFEK EKONOMIS YANG DIDAPAT

BAB IV ANALISA PERANCANGAN INSTALASI DAN EFEK EKONOMIS YANG DIDAPAT BAB IV ANALISA PERANCANGAN INSTALASI DAN EFEK EKONOMIS YANG DIDAPAT 4.1. Perancangan Instalasi dan Jenis Koneksi (IEEE std 18-1992 Standard of shunt power capacitors & IEEE 1036-1992 Guide for Application

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. bersumber dari kualitas daya listrik seperti yang tercantum

BAB II DASAR TEORI. bersumber dari kualitas daya listrik seperti yang tercantum 6 BAB II DASAR TEORI 2.1 Audit kualitas Energi listrik 2.1.1.Pengertian Audit yang bersumber dari wikipedia dalam arti luas yang bermakna evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem, proses, atau produksi

Lebih terperinci

Keandalan dan kualitas listrik

Keandalan dan kualitas listrik Keandalan dan kualitas listrik Disadur dari tulisan: Hanif Guntoro dan Parlindungan Doloksaribu Pentingnya Keandalan dan Kualitas Listrik Pemadaman listrik yang terlalu sering dengan waktu padam yang lama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu seperti beban non linier dan beban induktif. Akibat yang ditimbulkan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu seperti beban non linier dan beban induktif. Akibat yang ditimbulkan adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Kualitas daya listrik sangat dipengaruhi oleh penggunaan jenis-jenis beban tertentu seperti beban non linier dan beban induktif. Akibat yang ditimbulkan adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Maksud Penelitian Penelitian yang dimaksud yaitu melakukan pengamatan, observasi dan pengambilan data dilokasi kerja dan melihat kondisi lapangan panel tegangan rendah PT.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA RENCANA SISTEM DISTRIBUSI DAN SISTEM PEMBUMIAN

BAB IV ANALISA RENCANA SISTEM DISTRIBUSI DAN SISTEM PEMBUMIAN BAB IV ANALISA RENCANA SISTEM DISTRIBUSI DAN SISTEM PEMBUMIAN 4.1 ANALISA SISTEM DISTRIBUSI Dalam menghitung arus yang dibutuhkan untuk alat penghubung dan pembagi sumber utama dan sumber tambahan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PENGUMPULAN DATA

BAB III METODOLOGI DAN PENGUMPULAN DATA BAB III METODOLOGI DAN PENGUMPULAN DATA 3.1 Bendungan Gambar 3.1 Ilustrasi PLTMH cinta mekar (sumber,ibeka, 2007) PLTMH Cinta Mekar memanfaatkan aliran air irigasi dari sungai Ciasem yang berhulu di Gunung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Instalasi Listrik Instalasi listrik adalah saluran listrik beserta gawai maupun peralatan yang terpasang baik di dalam maupun diluar bangunan untuk menyalurkan arus

Lebih terperinci

BAB IX. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH, ARUS BOCOR DAN SURJA HUBUNG (TRANSIENT)

BAB IX. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH, ARUS BOCOR DAN SURJA HUBUNG (TRANSIENT) BAB IX. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH, ARUS BOCOR DAN SURJA HUBUNG (TRANSIENT) 9.1. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH/ KURANG 9.1.1 Pendahuluan. Relai tegangan lebih [ Over Voltage Relay ] bekerjanya berdasarkan kenaikan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA dan LANDASAN TEORI. aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat. Penggunaan energi secara boros dan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA dan LANDASAN TEORI. aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat. Penggunaan energi secara boros dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Energi merupakan kebutuhan dasar untuk menggerakkan hampir seluruh aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat. Penggunaan energi secara boros

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB 252 Oleh Vigor Zius Muarayadi (41413110039) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Sistem proteksi jaringan tenaga

Lebih terperinci

BAB IV JATUH TEGANGAN PADA PANEL DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB IV JATUH TEGANGAN PADA PANEL DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB IV JATUH TEGANGAN PADA PANEL DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 4.1. Sistem Distribusi Listrik Dalam sistem distribusi listrik gedung Emporium Pluit Mall bersumber dari PT.PLN (Persero) distribusi DKI Jakarta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA. daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda

BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA. daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda 25 BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA 3.1 Pengertian Faktor Daya Listrik Faktor daya (Cos φ) dapat didefinisikan sebagai rasio perbandingan antara daya aktif (watt) dan daya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga. Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga. Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah 24 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah tangga diantaranya, switch-mode power suplay pada TV,

Lebih terperinci

Tarif dan Koreksi Faktor Daya

Tarif dan Koreksi Faktor Daya Tarif dan Koreksi Faktor Daya Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta HP: 0812 274 5354 giriwiyono @uny.ac.id Tujuan: Mahasiswa dapat: 1.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Sistem distribusi tenaga listrik di gedung Fakultas Teknik UMY masuk pada sistem distribusi tegangan menengah, oleh karenanya sistim distribusinya menggunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Pada dasarnya penggunaan energi listrik di industri dibagi menjadi dua pemakaian yaitu pemakaian langsung untuk proses produksi dan pemakaian untuk penunjang proses produksi.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Perencanaan instalasi listrik membutuhkan analisis yang terus-menerus dan komprehensip untuk menilai keberhasilan sistem dan untuk menentukan kefektifan dalam pengembangan

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1 Umum BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Kehidupan moderen salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya pemakaian energi listrik itu disebabkan karena banyak dan beraneka

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT THERMOGRAPHY PERMATA BANK. Tujuan dengan pendekatan HSE (Health Safety and Environment)

BAB IV AUDIT THERMOGRAPHY PERMATA BANK. Tujuan dengan pendekatan HSE (Health Safety and Environment) BAB IV AUDIT THERMOGRAPHY PERMATA BANK 4. Tujuan Audit Thermography Tujuan dengan pendekatan HSE (Health Safety and Environment) Tujuan dari audit ini adalah mengidentifikasi bahaya kelistrikan yang tidak

Lebih terperinci

² Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri 3 Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri

² Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri 3 Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri 1 Efisiensi Daya Pada Beban Dinamik Dengan Kapasitor Bank Dan Filter Harmonik Bambang Wahyono ¹, Suhariningsih ², Indhana Sudiharto 3 1 Mahasiswa D4 Jurusan Teknik Elektro Industri ² Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilaksanakan di PT Pertamina (Persero) Refinery

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilaksanakan di PT Pertamina (Persero) Refinery BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilaksanakan di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan selama 2 bulan mulai tanggal 1 November 2016 sampai tanggal 30 Desember

Lebih terperinci

Perencanaan Filter Hybrid untuk Mengurangi Dampak Harmonisa pada PT. Semen Indonesia Pabrik Rembang

Perencanaan Filter Hybrid untuk Mengurangi Dampak Harmonisa pada PT. Semen Indonesia Pabrik Rembang Perencanaan Filter Hybrid untuk Mengurangi Dampak Harmonisa pada PT. Semen Indonesia Pabrik Rembang Anissa Eka Marini Pujiantara - 2210100133 Pembimbing 1. Prof. Ir. Ontoseno Penangsang,M.Sc.,Ph.D 2. Dedet

Lebih terperinci

PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN

PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN Distribusi Tenaga Listrik Ahmad Afif Fahmi 2209 100 130 2011 REGULASI TEGANGAN Dalam Penyediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi kala ini. Peralatan-peralatan yang biasa dijalankan secara

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi kala ini. Peralatan-peralatan yang biasa dijalankan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemakaian listrik dari hari ke hari semakin meningkat seiring dengan perkembangan teknologi kala ini. Peralatan-peralatan yang biasa dijalankan secara manual, sekarang

Lebih terperinci

BAB III. PERANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA (COS φ) DAN PERHITUNGAN KOMPENSASI DAYA REAKTIF

BAB III. PERANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA (COS φ) DAN PERHITUNGAN KOMPENSASI DAYA REAKTIF BAB III PERANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA (COS φ) DAN PERHITUNGAN KOMPENSASI DAYA REAKTIF 3.1. Perancangan Perbaikan Faktor Daya ( Power Factor Correction ) Seperti diuraikan pada bab terdahulu, Faktor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Suatu sistem tenaga listrik dikatakan ideal jika bentuk gelombang arus yang dihasilkan dan bentuk gelombang tegangan yang disaluran ke konsumen adalah gelombang sinus murni.

Lebih terperinci

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 39 BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 3.1 Sistem Distribusi Awalnya tenaga listrik dihasilkan di pusat-pusat pembangkit seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP, dan PLTP dan yang lainnya, dengan tegangan yang

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KUALITAS DAYA LISTRIK GEDUNG UNIVERSITAS PGRI SEMARANG

IDENTIFIKASI KUALITAS DAYA LISTRIK GEDUNG UNIVERSITAS PGRI SEMARANG DENTFKAS KUALTAS DAYA LSTRK GEDUNG UNVERSTAS PGR SEMARANG Adhi Kusmantoro 1 Agus Nuwolo Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas PGR Semarang Jl. Sidodadi Timur No.4 Dr.Cipto Semarang 1 Email

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK Oleh: FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oktober 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring jaman

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

Dari Gambar 1 tersebut diperoleh bahwa perbandingan daya aktif (kw) dengan daya nyata (kva) dapat didefinisikan sebagai faktor daya (pf) atau cos r.

Dari Gambar 1 tersebut diperoleh bahwa perbandingan daya aktif (kw) dengan daya nyata (kva) dapat didefinisikan sebagai faktor daya (pf) atau cos r. Kehidupan modern salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya energi atau beban listrik yang dipakai ditentukan oleh reaktansi (R), induktansi (L) dan capasitansi (C). Besarnya

Lebih terperinci

BAB III ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP)

BAB III ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP) BAB III ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP) 3.1 Alat Ukur Listrik Besaran listrik seperti arus, tegangan, daya dan lain sebagainya tidak dapat secara langsung kita tanggapi dengan panca indra kita. Untuk

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN. : SMK Negeri Nusawungu. KELAS / SEMESTER : XI /3 KOMP. KEAHLIAN : Teknik Instalasi Tenaga Listrik : Siswanta, S.

SOAL DAN PEMBAHASAN. : SMK Negeri Nusawungu. KELAS / SEMESTER : XI /3 KOMP. KEAHLIAN : Teknik Instalasi Tenaga Listrik : Siswanta, S. SOAL DAN PEMBAHASAN SEKOLAH : SMK Negeri Nusawungu MAPEL : MIPLBS KELAS / SEMESTER : XI /3 KOMP. KEAHLIAN : Teknik Instalasi Tenaga Listrik Oleh : Siswanta, S.Pd 1. Syarat-syarat instalasi listrik adalah...

Lebih terperinci

Genset Diesel kva. Sub Distribution Panel = Panel utama distribusi listrik suatu zona tertentu, kapasitasdalam ampere.

Genset Diesel kva. Sub Distribution Panel = Panel utama distribusi listrik suatu zona tertentu, kapasitasdalam ampere. LVMDP / PUTR Low Voltage Main Distribution Panel / Panel Utama Tegangan Rendah = Pemutus sirkit utama tegangan rendah, kapasitas dalam ampere. Trafo Transformator step down dari tegangan menengah ke tegangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Gedung Twin Building Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Gedung Twin Building Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Prinsip Kerja Alat Pada penelitian ini pengukuran dilakukan pada sebuah gedung di salah satu kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dimana penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. melakukan kerja atau usaha. Daya memiliki satuan Watt, yang merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. melakukan kerja atau usaha. Daya memiliki satuan Watt, yang merupakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Daya Daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam sistem tenaga listrik, daya merupakan jumlah energi yang digunakan untuk melakukan kerja atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gelombang listrik dari pada peralatan yang dimaksudkan ialah X-Ray (sinar-

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gelombang listrik dari pada peralatan yang dimaksudkan ialah X-Ray (sinar- BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perkembangan teknologi sangat cepat pertumbuhannya dari suatu negara, perkembangan tersebut hampir menyeluruh disegala bidang terutama dibidang kelistrikan. Sejak berkembangnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING 2.1 Jenis Gangguan Hubung Singkat Ada beberapa jenis gangguan hubung singkat dalam sistem tenaga listrik antara lain hubung singkat 3 phasa,

Lebih terperinci

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) DAYA ELEKRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) 1. Daya Sesaat Daya adalah energi persatuan waktu. Jika satuan energi adalah joule dan satuan waktu adalah detik, maka satuan daya adalah joule per detik yang disebut

Lebih terperinci

EVALUASI POWER PLANT UNTUK PEMASTIAN KEHANDALAN SISTEM OPERASIONAL LOKATOR DI KAMAL BANDARA SOEKARNO HATTA TANGERANG

EVALUASI POWER PLANT UNTUK PEMASTIAN KEHANDALAN SISTEM OPERASIONAL LOKATOR DI KAMAL BANDARA SOEKARNO HATTA TANGERANG EVALUASI POWER PLANT UNTUK PEMASTIAN KEHANDALAN SISTEM OPERASIONAL LOKATOR DI KAMAL BANDARA SOEKARNO HATTA TANGERANG Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum BAB II TEORI DASAR 2.1 Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH HARMONISA TERHADAP PANAS PADA BELITAN TRANSFORMATORDISTRIBUSI

ANALISIS PENGARUH HARMONISA TERHADAP PANAS PADA BELITAN TRANSFORMATORDISTRIBUSI SINGUDA ENSIKOM VOL. 6 NO.3 /Maret 24 ANALISIS PENGARUH HARMONISA TERHADAP PANAS PADA BELITAN TRANSFORMATORDISTRIBUSI Hotbe Hasugian, Panusur SML.Tobing Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik

Lebih terperinci

INSTALASI CAHAYA. HASBULLAH, S.Pd. MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI

INSTALASI CAHAYA. HASBULLAH, S.Pd. MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI INSTALASI CAHAYA HASBULLAH, S.Pd. MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI JENIS INSTALASI LISTRIK Menurut Arus listrik yang dialirkan 1. Instalasi Arus Searah (DC) 2. Instalasi Arus Bolak-Balik (AC) Menurut Pemakaian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Dari hasil data yang di peroleh saat melakukan penelitian di dapat seperti pada table berikut ini. Tabel 4.1 Hasil penelitian Tahanan (ohm) Titik A Titik

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENGUKURAN KUALITAS DAYA ENERGI LISTRIK PADA INDUSTRI TEKSTIL

ANALISIS HASIL PENGUKURAN KUALITAS DAYA ENERGI LISTRIK PADA INDUSTRI TEKSTIL ANALISIS HASIL PENGUKURAN KUALITAS DAYA ENERGI LISTRIK PADA INDUSTRI TEKSTIL Achmad Hasan Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi E-mail: hasan_bppt@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI TRANSFORMATOR DAN SWITCH GEAR

BAB III SPESIFIKASI TRANSFORMATOR DAN SWITCH GEAR 38 BAB III SPESIFIKASI TRANSFORMATOR DAN SWITCH GEAR 3.1 Unit Station Transformator (UST) Sistem PLTU memerlukan sejumlah peralatan bantu seperti pompa, fan dan sebagainya untuk dapat membangkitkan tenaga

Lebih terperinci

ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV

ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV Oleh Endi Sopyandi Dasar Teori Dalam penyaluran daya listrik banyak digunakan transformator berkapasitas besar dan juga bertegangantinggi. Dengan transformator tegangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Daya 2.1.1 Pengertian Daya Daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam sistem tenaga listrik, daya merupakan jumlah energi yang digunakan untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL). b. Letak titik sumber (pembangkit) dengan titik beban tidak selalu berdekatan.

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL). b. Letak titik sumber (pembangkit) dengan titik beban tidak selalu berdekatan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar Distribusi Dan Instalasi Secara sederhana Sistem Distribusi Tenaga Listrik dapat diartikan sebagai sistem sarana penyampaian tenaga listrik dari sumber ke pusat

Lebih terperinci

MODUL III PENGUKURAN TAHANAN PENTANAHAN

MODUL III PENGUKURAN TAHANAN PENTANAHAN MODUL III PENGUKURAN TAHANAN PENTANAHAN I. TUJUAN 1. Mengetahui besarnya tahanan pentanahan pada suatu tempat 2. Mengetahui dan memahami fungsi dan kegunaan dari pengukuran tahanan pentanahan dan aplikasinya

Lebih terperinci

UTILITAS BANGUNAN. Tjahyani Busono

UTILITAS BANGUNAN. Tjahyani Busono UTILITAS BANGUNAN Tjahyani Busono UTILITAS BANGUNAN INSTALASI KELISTRIKAN DI BANDUNG TV STASIUN TELEVISI BANDUNG TV JL. SUMATERA NO. 19 BANDUNG SISTEM INSTALASI LISTRIK Sistim kekuatan / daya listrik Sistim

Lebih terperinci

BAB III KRITERIA PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK

BAB III KRITERIA PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK 36 BAB III KRITERIA PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK 3.1.Pendahuluan Sebagai gambaran untuk sistem listrik, proyek ini direncanakan dengan sistem yang mampu mengatasi segala kemungkinan terputusnya

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata kunci : Beban non linier, Harmonisa, THD, filter aktif high-pass.

ABSTRAK Kata kunci : Beban non linier, Harmonisa, THD, filter aktif high-pass. ABSTRAK Hotel The Bene Kuta yang berlokasi di jalan Bene Sari Kuta-Bali, memiliki suplai daya terpasang berkapasitas 630 KVA. Beban non linier yang terdapat pada SDP mengakibatkan adanya distorsi harmonisa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian 3.1.1. Metode Observasi Metode observasi dimasudkan untuk mengadakan pengamatan terhadap subyek yang akan diteliti, yaitu tentang perencanaan sistem

Lebih terperinci

SKRIPSI PERENCANAAN SISTEM INSTALASI TENAGA LISTRIK PADA GEDUNG DINAS TEKNIS - KUNINGAN

SKRIPSI PERENCANAAN SISTEM INSTALASI TENAGA LISTRIK PADA GEDUNG DINAS TEKNIS - KUNINGAN SKRIPSI PERENCANAAN SISTEM INSTALASI TENAGA LISTRIK PADA GEDUNG DINAS TEKNIS - KUNINGAN Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam melengkapi gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Dadi

Lebih terperinci

Kualitas Daya Listrik (Power Quality)

Kualitas Daya Listrik (Power Quality) Kualitas Daya Listrik (Power Quality) Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pend. Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta HP: 0812 2745354 giriwiyono@uny.ac.id Perkembangan Teknologi Karakteristik

Lebih terperinci

GROUNDING SISTEM DALAM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 20 KV

GROUNDING SISTEM DALAM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 20 KV GROUNDING SISTEM DALAM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 20 KV Ahmad Yani Program Studi Sistem Komputer, Universitas Dian Nusantara ahmad.yani@gmail.com ABSTRACT: In paper grounding system at 20 KV electrical

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik sangat di butuhkan pada zaman modern ini, karena saat ini kebutuhan manusia akan teknologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik sangat di butuhkan pada zaman modern ini, karena saat ini kebutuhan manusia akan teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik sangat di butuhkan pada zaman modern ini, karena saat ini kebutuhan manusia akan teknologi semakin meningkat. Oleh karena itu para ilmuan berlomba-lomba

Lebih terperinci

Konservasi Energi Pada Sistem Kelistrikan. Prasetyo Roem Amaris Tendean, 4 Februari 2014

Konservasi Energi Pada Sistem Kelistrikan. Prasetyo Roem Amaris Tendean, 4 Februari 2014 Konservasi Energi Pada Sistem Kelistrikan Prasetyo Roem Amaris Tendean, 4 Februari 2014 Potensi Penghematan Listrik di Gedung komersial Porsi beban % Penghematan % Hasil Total % AC 60 20 12 Pompa 15 10

Lebih terperinci

tuned filter dan filter orde tiga. Kemudian dianalisa kesesuaian antara kedua filter

tuned filter dan filter orde tiga. Kemudian dianalisa kesesuaian antara kedua filter tuned filter dan filter orde tiga. Kemudian dianalisa kesesuaian antara kedua filter tersebut. 1.5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini dapat memberikan konsep mengenai penggunaan single

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGOLAHAN DATA

BAB III METODE PENGOLAHAN DATA BAB III METODE PENGOLAHAN DATA 3.1 Pengumpulan Data Salah satu kegiatan studi kelayakan penggunaan dan penghematan energi listrik yang paling besar dan paling penting adalah pengumpulan data dan data yang

Lebih terperinci

Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta

Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta - Circuit Breaker (CB) 1. MCB (Miniatur Circuit Breaker) 2. MCCB (Mold Case Circuit Breaker) 3. NFB (No Fuse Circuit Breaker) 4. ACB (Air Circuit Breaker) 5. OCB (Oil

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI. Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi dari teknik perancangan yang

BAB IV IMPLEMENTASI. Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi dari teknik perancangan yang BAB IV IMPLEMENTASI Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi dari teknik perancangan yang telah dijabarkan pada bab III yaitu perancangan sistem ATS dan AMF di PT. JEFTA PRAKARSA PRATAMA dengan mengambil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Daya Listrik Peningkatan terhadap kebutuhan dan konsumsi energi listrik yang baik dari segi kualitas dan kuantitas menjadi salah satu alasan mengapa perusahaan utilitas

Lebih terperinci

ANALISIS HARMONISA TEGANGAN DAN ARUS LISTRIK DI GEDUNG DIREKTORAT TIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

ANALISIS HARMONISA TEGANGAN DAN ARUS LISTRIK DI GEDUNG DIREKTORAT TIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA ANALISIS HARMONISA TEGANGAN DAN ARUS LISTRIK DI GEDUNG DIREKTORAT TIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Wasimudin Surya S 1, Dadang Lukman Hakim 1 Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

Voltage sag atau yang sering juga disebut. threshold-nya. Sedangkan berdasarkan IEEE Standard Voltage Sag

Voltage sag atau yang sering juga disebut. threshold-nya. Sedangkan berdasarkan IEEE Standard Voltage Sag 2.3. Voltage Sag 2.3.1. Gambaran Umum Voltage sag atau yang sering juga disebut sebagai voltage dip merupakan suatu fenomena penurunan tegangan rms dari nilai nominalnya yang terjadi dalam waktu yang singkat,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Penyaluran Tenaga Listrik Ke Konsumen Didalam dunia kelistrikan sering timbul persoalan teknis, dimana tenaga listrik dibangkitkan pada tempat-tempat tertentu, sedangkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi Sistem distribusi merupakan keseluruhan komponen dari sistem tenaga listrik yang menghubungkan secara langsung antara sumber daya yang besar (seperti gardu transmisi)

Lebih terperinci

atau pengaman pada pelanggan.

atau pengaman pada pelanggan. 16 b. Jaringan Distribusi Sekunder Jaringan distribusi sekunder terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2.1). Sistem distribusi

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (PT ASTRA INDONESIA)

BAB II DESKRIPSI GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (PT ASTRA INDONESIA) BAB II DESKRIPSI GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (PT ASTRA INDONESIA) 2.1. Gambaran Umum AUTO 2000 adalah jaringan jasa penjualan, perawatan, perbaikan dan penyediaan suku cadang Toyota yang manajemennya

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Alat Penghemat Daya Listrik

Gambar 2.1 Alat Penghemat Daya Listrik 30%. 1 Alat penghemat daya listrik bekerja dengan cara memperbaiki faktor daya Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alat Penghemat Daya Listrik Alat penghemat daya listrik adalah suatu

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Serdang. Dalam memenuhi kebutuhan daya listrik industri tersebut menggunakan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Serdang. Dalam memenuhi kebutuhan daya listrik industri tersebut menggunakan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah studi kasus pada pabrik pengolahan plastik. Penelitian direncanakan selesai dalam waktu 6 bulan dan lokasi penelitian berada

Lebih terperinci

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1. Umum Berdasarkan standard operasi PT. PLN (Persero), setiap pelanggan energi listrik dengan daya kontrak di atas 197 kva dilayani melalui jaringan tegangan menengah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam tugas akhir ini ada beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam tugas akhir ini ada beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Dalam tugas akhir ini ada beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam merancang bangun, yaitu : 3.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam perancangan Variable

Lebih terperinci

Oleh Asep Sodikin 1), Dede Suhendi 2), Evyta Wismiana 3) ABSTRAK

Oleh Asep Sodikin 1), Dede Suhendi 2), Evyta Wismiana 3) ABSTRAK EVALUASI PERENCANAAN KARAKTERISTIK INSTALASI LISTRIK DAN OPTIMALISASI DAYA TERPASANG PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN DAN PARKIR UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Oleh Asep Sodikin 1), Dede Suhendi 2), Evyta Wismiana

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Arus Transien, Ketahanan Transformator, Jenis Beban. ABSTRACT. Keywords : Transient Current, Transformer withstand, load type.

ABSTRAK. Kata kunci : Arus Transien, Ketahanan Transformator, Jenis Beban. ABSTRACT. Keywords : Transient Current, Transformer withstand, load type. Jurnal Reka Elkomika 2337-439X Januari 2013 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Elektro Itenas Vol.1 No.1 Analisis Arus Transien Transformator Setelah Penyambungan Beban Gedung Serbaguna PT

Lebih terperinci

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK Disusun Oleh : Syaifuddin Z SWITCHYARD PERALATAN GARDU INDUK LIGHTNING ARRESTER WAVE TRAP / LINE TRAP CURRENT TRANSFORMER POTENTIAL TRANSFORMER DISCONNECTING SWITCH

Lebih terperinci