BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan atau sebagai gerakan perlawanan untuk melestarikan polapola

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan atau sebagai gerakan perlawanan untuk melestarikan polapola"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gerakan sosial adalah tindakan atau agitasi terencana yang dilakukan sekelompok masyarakat yang disertai program terencana dan ditujukan pada suatu perubahan atau sebagai gerakan perlawanan untuk melestarikan polapola dan lembaga masyarakat yang ada. Dalam sosiologi, gerakan tersebut di atas diklarifikasikan sebagai suatu bentuk perilaku kolektif tertentu yang diberi nama gerakan sosial. Menurut Alan Touraine - sosiolog Prancis, gerakan sosial merupakan perilaku/tindakan kolektif yang terorganisir dari aktor berbasiskan kelas yang berjuang melawan kelas yang menjadi lawan (musuh) dalam untuk mengambil kontrol sosial 1. Mahasiswa mewujudkan suatu gerakan sosial yang berfungsi sebagai kontrol sosial dalam bentuk demonstrasi. Gerakan sosial yang berfungsi sebagai kontrol sosial ini dilakukan secara historis dalam sebuah komunitas yang konkret. Historisitas yang dimaksud Touraine adalah keseluruhan sistem pemaknaan (system of meaning) yang menciptakan aturan-aturan dominan atau kebijakan-kebijakan yang cenderung tidak berpihak pada rakyat dalam sebuah masyarakat yang sudah terbentuk. Touraine berpendapat, yang memegang peranan paling penting dalam perlawanan dan perjuangan kelas ini adalah mahasiswa karena 1 Scott, John Teori Sosial Masalah-masalah Pokok Dalam Sosiologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar (hal 328).

2 mahasiswa-lah yang paling terpapar kekuasaan teknokratis, selama pendidikan mereka dan juga ketika masuk ke pasar kerja. Touraine juga melihat unsur utama dari pergerakan mahasiswa adalah bahwa mahasiswa berbicara berdasarkan pengetahuan untuk melawan aparat yang berusaha untuk menundukkan pengetahuan pada kepentingan mereka sendiri, dan mereka menyekutukan diri terhadap mereka yang dipaksa untuk menyingkir oleh perangkat pusat dan tunduk pada kekuasaannya 2 Hari-hari masayarakat Kota Medan terus diakrabkan dengan aksi demonstrasi mahasiswa terkait dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak pro-rakyat. Namun yang membuat miris adalah, masyarakat sendiri tidak lagi simpati terhadap demonstrasi yang dilakukan mahasiswa. Hal ini dikarenakan aksi demonstrasi mahasiswa yang terlampau sering berujung dengan kekerasan. Sehingga masyarakat menjadi antipati dan waspada ketika demonstrasi berlangsung. Kekerasan yang sering terjadi adalah tindak perusakan fasilitas dan sarana publik seperti perusakan lampu lalu lintas, perubuhan plang-plang iklan, dan kemacetan. Kemacetan, walaupun tidak bisa dikategorikan sebagai tindakan kekerasan, namun merupakan imbas dari demonstrasi yang dilakukan mahasiswa dan ini kerap terjadi ketika mahasiswa melakukan demonstrasi. Hal ini tentu sangat disayangkan, mengingat bahwa mahasiswa yang seharusnya bisa bersikap lebih elegan karena status pendidikannya yang tinggi, justru malah bertindak dengan kekerasan. 2 Ibid

3 Mahasiswa sering dikatakan sebagai insan akademis harus memiliki sense of crisis yaitu peka dan kritis terhadap masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya saat ini. Kepekaan dan kekritisan terhadap suatu masalah akan timbul bila mahasiswa itu mengikuti watak ilmu, yaitu selalu mencari pembenaran-pembenaran ilmiah. Dengan mengikuti watak ilmu tersebut maka mahasiswa diharapkan dapat memahami berbagai masalah yang terjadi dan terlebih lagi menemukan solusi-solusi yang tepat untuk menyelesaikannya 3. Insan akademis memiliki kewajiban harus selalu mengembangkan dirinya sehingga mereka bisa menjadi generasi yang tanggap dan mampu menghadapi tantangan masa depan. Dalam hal insan akademis sebagai orang yang selalu mengikuti watak ilmu, ini juga berhubungan dengan peran mahasiswa sebagai penjaga nilai, dimana mahasiswa harus mencari nilainilai kebenaran itu sendiri, kemudian meneruskannya kepada masyarakat, dan yang terpenting adalah menjaga nilai kebenaran tersebut. Berpulang dari hakikat mahasiswa sebagai insan akademis dan penjaga nilai, dalam sejarah perkembangan negara Indonesia pun, mahasiswa dan para pemuda memegang peranan besar. Pemuda memiliki posisi mitologis sebagai kekuatan yang selalu tampil menyuarakan dan memperjuangkan nilai-nilai kebenaran dan menentang segala bentuk ketidakadilan zamannya. Dalam perjalanan sejarah sejak pembentukan bangsa modern sampai di era reformasi, pemuda (mahasiswa) terbukti selalu memberikan kontribusi 3 Ibid

4 yang sangat besar bagi bangsa dan rakyat Indonesia 4. Masyarakat Indonesia memandang mahasiswa sebagai aktor perubahan dalam perkembangan negara Indonesia. Terdapat beberapa periodesasi gerakan mahasiswa di Indonesia, dimulai dari pra-kemerdekaan sampai pasca-kemerdekaan yang menjadi sorotan 5. Pada masa pra-kemerdekaan, berdirinya organisasi kepemudaan Budi Utomo yang pertama kali dibentuk di Indonesia tahun 1908 sebagai organisasi kepemudaan. Sejak lahirnya Budi Utomo ini, bermunculan organisasi dan perkumpulan pemuda dan pelajar lain yang semakin mendorong pehun 1928 dideklarasikan Sumpah Pemuda yang digagas oleh pemuda-pemuda Indonesia yang berasal dari Jong Java, Jong Soematranen Bond, Jong Bataks Bond, Jong Celebes, Jong Ambon, Jong Islamieten Bond, Pemoeda Indonesia, Pemoeda Kaoem Betawi, dan berbagai organisasi kepemudaan lain. Pergerakan pemuda terus berkembang hingga pada tahun 1945, para pemuda waktu itu antara lain Adam Malik, Chairul Saleh, Sukarni menculik Soekarno-Hatta dan berhasil mendesak mereka untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia tanpa menunda waktu lagi. Keberhasilan dari usaha ini lalu menjadi contoh kongkrit yang positif dari Angkatan 45 sebagai tindakan berani, cepat dan tepat Setelah kemerdekaan, ketika Indonesia masih berumur sekitar 20 tahun, Indonesia digemparkan dengan tindakan komunisme di Indonesia. Pemuda kembali melakukan gerakan untuk melawan tindakan komunisme Prasentyoko, A. Indriyo, Wahyu dkk Gerakan Mahasiswa dan Demokrasi Di Indonesia. 5 Bidang Kebijakan Publik BEM Unair. Gerakan Mahasiswa Dari Masa Ke Masa Surabaya 6 Ridwan Saidi Mahasiswa dan Lingkaran Politik. Jakarta : Lembaga Pers Mahasiswa Mafussy Indonesia (hal 74).

5 Gerakan ini dipelopori oleh para mahasiswa. Gerakan mahasiswa tahun 65 dan 66 berhasil membangun kepercayaan rakyat untuk mendukung mahasiswa menentang komunisme yang ditunggangi PKI. Dengan membentuk suatu Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) yang direstui oleh Menteri PTIP Syarief Thayeb pada tanggal 25 Oktober 1965, yang merupakan wadah yang menampung seluruh mahasiswa dari berbagai latar belakang dan organisasinya untuk berdemonstrasi memerangi komunisme dan berhasil menggulingkan Soekarno dari tahta kepresidenan. KAMI melakukan gerakan demonstrasi yang mengajukan tiga tuntutan kepada pemerintah yang disebut dengan Tritura (Tiga Tuntutan Rakyat), yaitu : 1. Pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya 2. Perombakan kabinet Dwikora 3. Turunkan harga sandang-pangan KAMI muncul karena kebutuhan bersama untuk menghadapi musuh bersama dan mencapai tujuan bersama. KAMI merupakan organisasi darurat karena efektif KAMI hanya berjalan sekitar 4 bulan 7. Kesatuan gerak massa mahasiswa melalui KAMI ini telah menggugah gerakan-gerakan kelompokkelompok lainnya dalam masyarakat, diantaranya kesatuan aksi di kalangan pemuda dan pelajar (KAPPI), pelajar (KAPI), wanita (KAWI), sarjana (KASI), pengusaha nasional (KAPNI), tani (KATI), buruh (KABI) 8. Setelah Orde Lama berhasil dijatuhkan, mahasiswa juga ikut terlibat melakukan demonstrasi dalam aksi protes terhadap pemerintahan Orde Baru 7 (diakses 20 November 2013, WIB). 8 Ibid

6 yang dipimpin Soeharto hingga berujung pada kejatuhannya. Ditandai dengan peristiwa Tragedi Trisakti yang menewaskan empat orang mahasiswa, Soeharto yang telah membuat kemarahan masyarakat berakumulasi selama puluhan tahun dan dipicu oleh krisis finansial Asia yang berimbas juga pada ekonomi Indonesia sehingga melambungkan harga-harga kebutuhan pokok, akhirnya Soeharto mundur pada tanggal 21 Mei Setelah itu masih ada serangkaian demonstrasi yang dilakukan mahasiswa dan masyarakat untuk menolak pemerintahan transisi yang dianggap masih dari antek-antek Soeharto, yang kemudian demonstrasi itu disebut dengan Peristiwa Semanggi I dan II yang menewaskan puluhan orang dan ratusan korban luka-luka. Dan kesemua korban pada saat itu dipastikan cedera akibat senjata militer yang pada saat itu sangat mendominasi, apalagi setelah DPR mendesak pemerintah transisi untuk mengesahkan RUU PKB (Penanggulangan Keadaan Bahaya) yang cenderung akan membebaskan militer untuk meredam demonstrandemonstran yang dianggap sebagai pemberontak terhadap pemerintah. Terlepas apakah kerusuhan pada demonstrasi mahasiswa memang disetting untuk chaos atau tanpa sengaja terprovokasi oleh oknum-oknum tertentu, aksi gerakan yang dilakukan mahasiswa hampir semua berujung pada tindakan kekerasan dan antara mahasiswa, rakyat dan militer yang identik sebagai alat penguasa. Tindakan kekerasan pada saat demonstrasi tak dipungkiri banyak berjatuhan korban, baik itu secara fisik ataupun psikologis, hanya luka bahkan korban tewas. Korban tewas yang paling terekspose sepanjang sejarah demonstrasi mahasiswa adalah Arif Rahman

7 Hakim, mahasiswa UI yang terkena tembakan peluru tajam militer saat demonstrasi Tritura tahun Lalu hal yang sama terjadi pada empat mahasiswa Tri Sakti yang juga tewas terkena senjata militer di tahun 1998 yang dikenal sebagai peristiwa Tragedi Tri Sakti. Demonstran-demonstran yang gugur tersebut berhasil memantik gelora mahasiswa dan amarah rakyat untuk semakin menggencarkan protes terhadap kesewenangan pemerintah 9. Selain itu kerugian-kerugian materi seperti kerusakan sarana dan prasarana juga terjadi pada gerakan mahasiswa. Pada era kepemimpinan SBY aksi demonstrasi mahasiswa kembali muncul ke permukaan. Beberapa demonstrasi mahasiswa terjadi beberapa kali berakhir kepada tindakan anarkistis dan perusakan sejumlah sarana. Di masa pemerintahan SBY ini, isu yang mendorong gerakan mahasiswa kembali bergejolak dan diwarnai kekerasan adalah kenaikan harga BBM. Di Kota Medan, demonstrasi mahasiswa menolak kenaikan harga BBM terjadi pada rentang waktu 2012 s/d Pada 2012 lalu, Aksi demonstrasi menolak kenaikan BBM yang dilakukan di Bandara Polonia Medan pada 26 Maret 2012 boleh jadi dikatakan sebagai salah satu aksi menolak kenaikan harga BBM yang berpengaruh di Indonesia. Aksi demonstrasi yang diikuti oleh ribuan massa aksi itu menyebabkan kelumpuhan lalu lintas jalan raya Kota Medan dan lalu lintas udara. Beberapa penerbangan terpaksa ditunda keberangkatan dan kedatangannya guna mengantisipasi kerusuhan demonstrasi. Bentrok antara aparat dan demonstran pun tak terelakkan. Puluhan aparat dan massa aksi 9

8 mengalami luka-luka akibat bentrok tersebut. Walau demikian, aksi ini merupakan pemantik untuk aksi-aksi di Indonesia. Dikatakan sebagai pemantik, para demonstran kota Medan membuat gebrakan dengan terblokirnya Bandara Internasional Polonia yang merupakan akses masuk wilayah Sumatera Utara sekaligus merupakan pintu gerbang Indonesia regional Sumatera. Strategi aksi ini pun kemudian diikuti oleh beberapa demonstran di beberapa daerah di Indonesia. Demonstran di daerah lain ikut memblokir sejumlah sarana transportasi seperti Stasiun Kereta Purwokerto dan stasiun Gambir di Jakarta, lalu Bandara Ternate, Riau, Yogyakarta, dan beberapa daerah lainnya. Aksi demonstrasi yang dilakukan di berbagai daerah dengan masiv dan intens, boleh dikatakan cukup memepengaruhi kebijakan pemerintah. Terbukti beberapa hari setelah hampir setiap hari terjadi unjuk rasa menolak kenaikan harga BBM, pada tanggal 30 Maret 2012, Rapat Paripurna DPR RI memutuskan untuk menunda kenaikan harga BBM sampai enam bulan ke depan. Lalu di tahun 2013, dengan mencuatnya kembali isu kenaikan harga BBM, demonstrasi pun kembali terjadi. Demonstrasi di Kota Medan yang cukup banyak mengakibatkan korban luka dan kerusakan sarana terjadi di JL. Perintis Kemerdekaan (Simpang Nommensen) dan JL. Jamin Ginting (Simpang USU). Dalam demonstrasi ini restoran cepat saji KFC yang terletak tepat di seberang Kampus Nommensen menjadi sasaran perusakan. Peristiwa ini terkesan salah sasaran karena banyak pihak dari masyarakat yang tidak tau apa-apa dan kebetulan sedang bersantap didalamnya justru menjadi korban dari anarkisnya aksi demonstrasi mahasiswa. Selain itu,

9 lampu-lamu lalu lintas, pot-pot bunga kota juga menjadi sasaran amuk mahasiswa. Masyarakat akhirnya cenderung bersikap tidak simpatik terhadap gerakan mahasiswa dengan memberi label kepada mahasiswa sebagai tukang rusuh. Sementara, isu-isu yang diperjuangkan jelas merupakan kepentingan rakyat. Aksi demonstrasi mahasiswa dianggap hanya sebagai huru-hara belaka. Tindakan kekerasan seolah-olah erat kaitannya dengan demonstrasi mahasiswa. Akibatnya mahasiswa yang seharusnya menjadi penyalur aspirasi rakyat, justru menjadi olok-olokan masyarakat dan kehilangan marwahnya sebagai agent of change. Terlebih demonstrasi atau gerakan mahasiswa yang dilakukan tidak intens dan hanya bersifat momentum sehingga sasaran ataupun targetan tuntutan demonstrasi tidak tercapai. Pertanyaan besar yang muncul bagi kita semua, bagaimana bisa mahasiswa yang dikatakan sebagai kaum intelektual dan terpelajar sanggup melakukan tindakan destruktif dalam berdemonstrasi? Kemana menguapnya etika, rasionalitas dan budi luhur mahasiswa saat menyampaikan aspirasi rakyat? Apakah mutlak ini kesalahan mahasiswa atau ada yang sengaja mendalangi? Lalu bagaimana pula kondisi dan iklim kampus tempat mahasiswa menimba ilmu selama ini? Bicara mahasiswa, tentu bicara kampus. Bisa saja kebijakan kampus yang terlalu otoriter malah membuat mahasiswa terkekang dan mengekspresikan pemikiran-pemikirannya dalam bentuk kekerasan saat berdemonstrasi. Asumsi sebagian masyarakat, kondisi ini tercapai karena sistem demokrasi yang terlalu bebas, sementara di sisi lain sebagai kaum intelektual mahasiswa harusnya mampu

10 mengendalikan emosinya dan tidak terpancing dengan settingan yang sengaja dibentuk oleh oknum lain. Dan seharusnya mahasiswa memiliki strategi jitu dalam berdemonstrasi ketika demokrasi dibatasi (seperti Orde Baru) atau saat cara berekspresi sudah bebas seperti sekarang. Bakunin berpendapat demonstrasi merupakan salah satu bentuk dari tindakan kolektif. Tindakan kolektif yang kreatif menjadi mungkin hanya ketika mereka dibebaskan dari tradisi membangun kemampuan untuk melakukan refleksi kritis 10. Tindakan kolektif yang kreatif inilah yang menjadi faktor kunci dalam perubahan sosial. Georges Sorel menekankan bahwa pergerakan atau demonstrasi sebagai sebuah ciri integral dari tindakan bebas dan melihat tindakan dari gerakan sosial radikal dan partaipartai politik sebagai tindakan yang spontan dan bebas. Strategi revolusioner mereka melibatkan tindakan yang sadar dan disengaja dari keinginan untuk mencapai tujuan-tujuan yang didefenisikan dalam mitos-mitos politik yang mengorganisir permintaan politik mereka 11. Pada dasarnya demonstrasi tidak hanya semata aksi kritik atau tuntutan kepada pemerintah. Namun demonstrasi seyogyanya juga harus bisa diterima masyarakat sehingga masyarakat bisa mendukung aksi demonstrasi tersebut. Maka aksi demonstrasi tidak selalu harus berujung bentrok (dengan aparat, terlepas aparat yang memancing atau bukan) atau anarkis. Ada berbagai macam cara demonstrasi yang bisa dilakukan tanpa menimbulkan aksi anarkis contohnya seperti aksi teatrikal. 10 Scott, John Teori Sosial Masalah-masalah Pokok Dalam Sosiologi. 11 Ibid

11 Boni Hargens, pengamat sosial dari Universitas Indonesia mengatakan bahwa demonstrasi berbeda dengan pawai yang penuh dengan kesopanan dan santun serta rapi. Aksi demo, menurut pakar tersebut, memang dipersiapkan untuk menyuguhkan aksi agar mendapat perhatian dari yang menjadi objek demo 12. Artinya apabila sasaran atau objek demo bereaksi, maka berhasillah demonstrasi tersebut. Kritik yang disampaikan rakyat menunjukkan tingkat kegeraman masyarakat yang sudah memuncak dan berakumulasi 13. Pada saat ini, gerakan mahasiswa berada pada satu titik dimana mengalami hilangnya eksisitensi dimata masyarakat. Pergerakan dengan ekskalasi yang luas pada masa lalu, justru menimbulkan kecenderungan untuk terus menurun. Dilihat dari dampak yang dihasilkan, keberadaan gerakan mahasiswa dapat dikatakan kehilangan eksisitensinya. Hal inilah yang menarik untuk diteliti Rumusan Masalah Berpulang dari kondisi ini, ada beberapa soal yang menjadi perhatian penulis dalam meneliti permasalahan ini, yaitu : 1. Mengapa tindak kekerasan dapat terjadi pada waktu kegiatan demonstrasi yang dilakukan mahasiswa? 2. Bagaimana bentuk tindak kekerasan yang terjadi pada demonstrasi mahasiswa? 3. Faktor apa yang menjadi penyebab tindak kekerasan yang terjadi? Setyaji, Ahmad Mereka Menuduh Saya

12 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab terjadinya tindak kekerasan yang dilakukan mahasiswa setiap demonstrasi. Selain itu diharapkan juga penelitian ini dapat menjawab kebutuhan masyarakat akan demonstrasi yang benar-benar dinantikan oleh mereka Manfaat Penelitian Sebuah pekerjaan yang tak bermanfaat merupakan hal yang mubazir. Maka peneliti memilih Analisis Tindak Kekerasan Pada Perilak Kolektif Dalam Gerakan Sosial Mahasiswa sebagai judul penelitian karena dirasa penelitian ini akan bermanfaat bagi para mahasiswa yang hakikatnya merupakan agent of change untuk menyalurkan aspirasi dan memperjuangkan hak-hak rakyat. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi media antara mahasiswa dan masyarakat agar demonstrasi yang dilakukan mahasiswa sesuai dengan yang diinginkan rakyat dan juga tepat sasaran. Dan sesuai dengan Tri Darma Perguruan Tinggi yang berisi Pendidikan,Penelitian dan Pengabdian. Penelitian ini dapat dianggap sebagai salah satu bentuk pengabdian, Penelitian ini harapannya akan menjadi sumbangan pemikiran peneliti untuk memperkaya khasanah pendidikan Indonesia Defenisi Konsep

13 Demonstrasi merupakan suatu gerakan atau aksi menyuarakan pendapat yang bersifat protes atau kritik terhadap suatu hal atau oknum. Mahasiswa ialah aktor intelektual yang biasa melakukan demonstrasi. Merupakan pemuda dan pemudi yang diharapkan bisa mewakilkan rakyat dalam menyuarakan pendapat. Kekerasan adalah tindakan yang menyebabkan seseorang atau sesuatu hal cedera dan rusak baik itu secara fisik maupun moral, secara materi maupun immateri. Demokrasi, secara ringkas merupakan kesamarataan dalam kebebasan berpendapat dan pengambilan keputusan. Rakyat sejatinya merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara menurut konsep demokrasi. Rakyat memberi mandat kepada calon pemerintah, lantas pemerintah yang dipilih rakyat memfasilitasi segala kebutuhan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara yang menganut paham demokrasi. Sebagaimana dikemukakan Abraham Lincoln bahwa demokrasi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara yang menganut paham demokrasi. Sebagaimana dikemukakan Abraham Lincoln bahwa demokrasi adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara yang menganut paham demokrasi. Sebagaimana dikemukakan Abraham Lincoln bahwa demokrasi adalah pemerintahan yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Hak asasi manusia meliputi: Hak untuk

BAB I PENDAHULUAN. sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Hak asasi manusia meliputi: Hak untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Konsep hak asasi manusia bukanlah hal yang baru terdengar dewasa ini, namun seakan mendapatkan perhatian yang lebih intens ketika Indonesia memasuki era reformasi. Pernyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara demokrasi, dimana kekuasaan atau kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara demokrasi, dimana kekuasaan atau kedaulatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara demokrasi, dimana kekuasaan atau kedaulatan berada ditangan rakyat. Dengan bentuk pemerintahan yang seperti itu, Indonesia menjadi Negara

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. KESIMPULAN Dari hasil pembahasan dan penelitian ini dapat di simpulkan dalam beberapa hal: 1. Di balik kesuksesan pembangunan di depan, Orde Baru menyimpan beberapa kelemahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berposisi di baris depan, sebagai komunitas sosial yang memotori perwujudan

BAB I PENDAHULUAN. berposisi di baris depan, sebagai komunitas sosial yang memotori perwujudan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam konteks transisi politik di Indonesia, gerakan mahasiswa memainkan peranan yang penting sebagai kekuatan yang secara nyata mampu mendobrak rezim otoritarian.

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanpa pretensi untuk mengecilkan peran kelompok lain dari masyarakat yang turut bergerak dalam panggung perubahan sosial, peran mahasiswa merupakan unsur yang seolah

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan pembahasan, dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1. Setting Sosial Tahun 1998, di Indonesia banyak terjadi demonstrasi hingga berujung pada

Lebih terperinci

BAB II PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA YANG DITUANGKAN DALAM UNJUK RASA (DEMONSTRASI) SEBAGAI HAK DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT

BAB II PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA YANG DITUANGKAN DALAM UNJUK RASA (DEMONSTRASI) SEBAGAI HAK DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT 37 BAB II PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA YANG DITUANGKAN DALAM UNJUK RASA (DEMONSTRASI) SEBAGAI HAK DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT A. Sejarah Perkembangan Demokrasi di Indonesia Demokrasi adalah bentuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berada di tangan rakyat. Dalam sistem demokrasi, hak-hak asasi manusia

I. PENDAHULUAN. berada di tangan rakyat. Dalam sistem demokrasi, hak-hak asasi manusia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan sebuah negara yang menganut sistem demokrasi, dimana kedaulatan rakyat diakui, sehingga kekuatan tertinggi berada di tangan rakyat. Dalam

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN Prosperity Outhority faktor sosial ekonomi politik

BAB IV KESIMPULAN Prosperity Outhority faktor sosial ekonomi politik BAB IV KESIMPULAN Setelah melakukan beberapa analisa data melalui pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan penelitian ini kedalam beberapa hal pokok untuk menjawab pertanyaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 bukanlah peristiwa yang terjadi begitu saja. Peristiwa tersebut adalah sebuah akumulasi sebuah perjuangan

Lebih terperinci

dikirim untuk JAWA POS PERILAKU POLITISI BY ACCIDENT. Oleh Dr. Drs. Muhammad Idrus, S.Psi., M.

dikirim untuk JAWA POS PERILAKU POLITISI BY ACCIDENT. Oleh Dr. Drs. Muhammad Idrus, S.Psi., M. -------------------------dikirim untuk JAWA POS ---------------------------- PERILAKU POLITISI BY ACCIDENT Oleh Dr. Drs. Muhammad Idrus, S.Psi., M.Pd ISTILAH reformasi merupakan kata wajib bagi seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. selalu menjadi kebutuhan dasar bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. selalu menjadi kebutuhan dasar bagi setiap manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan damai dalam bermasyarakat sangat dibutuhkan bagi tiap-tiap anggotanya. Tanpa kedamaian, seseorang akan menjadi lebih sulit untuk menjalankan kehidupannya

Lebih terperinci

PENDIDIKAN POLITIK BAGI PEMILIH PEMULA. Oleh RANGGA Kamis, 19 Juni :56

PENDIDIKAN POLITIK BAGI PEMILIH PEMULA. Oleh RANGGA Kamis, 19 Juni :56 Generasi muda merupakan asset terpenting bagi masa depan suatu bangsa. Disadari atau tidak bahwa peran pemuda sangat berpengaruh dalamp roses pembangunan bangsa serta proses kehidupan berbangsa dan bernegara.

Lebih terperinci

Gerakan 30 September Hal tersebut disebabkan para kader-kader Gerwani tidak merasa melakukan penyiksaan ataupun pembunuhan terhadap para

Gerakan 30 September Hal tersebut disebabkan para kader-kader Gerwani tidak merasa melakukan penyiksaan ataupun pembunuhan terhadap para BAB 5 KESIMPULAN Gerwani adalah organisasi perempuan yang disegani pada masa tahun 1950- an. Gerwani bergerak di berbagai bidang. Yang menjadi fokus adalah membantu perempuan-perempuan terutama yang tinggal

Lebih terperinci

Dokumentasi Peristiwa Reformasi 1998

Dokumentasi Peristiwa Reformasi 1998 AJI INDONESIA Foto: DR/Rully Kesuma Dokumentasi Peristiwa Reformasi 1998 Dokumentasi Peristiwa Reformasi 1998 Dokumentasi Peristiwa Reformasi 1998 Foto jurnalistik karya Rully Kesuma saat bekerja untuk

Lebih terperinci

Partai PDIP dan Pembasmian PKI Melalui Supersemar.

Partai PDIP dan Pembasmian PKI Melalui Supersemar. Partai PDIP dan Pembasmian PKI Melalui Supersemar. BY HANDOKO WIZAYA ON OCTOBER 4, 2017POLITIK https://seword.com/politik/partai-pdip-dan-pembasmian-pki-melalui-supersemar/ Menurut Sekretaris Jenderal

Lebih terperinci

2015 PERISTIWA MANGKOK MERAH (KONFLIK DAYAK DENGAN ETNIS TIONGHOA DI KALIMANTAN BARAT PADA TAHUN

2015 PERISTIWA MANGKOK MERAH (KONFLIK DAYAK DENGAN ETNIS TIONGHOA DI KALIMANTAN BARAT PADA TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) tanggal 1 Juni 1945, Soekarno tampil dihadapan peserta sidang dengan pidato

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemuda sebagai generasi penerus sebuah bangsa, kader Selakigus aset. pengawasan pelaksanaan kenegaraan hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Pemuda sebagai generasi penerus sebuah bangsa, kader Selakigus aset. pengawasan pelaksanaan kenegaraan hingga saat ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemuda sebagai generasi penerus sebuah bangsa, kader Selakigus aset masyarakat. Seseorang atau komunitas manusia muda yang biasa di identikan dengan ke dinamisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang dipelopori oleh Wahidin

BAB I PENDAHULUAN. Budi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang dipelopori oleh Wahidin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan di Indonesia, peran pemuda tidak dapat diabaikan begitu saja. Hal ini dapat kita ketahui dari sejak masa lahirnya Budi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kerusuhan di berbagai tempat di Indonesia hendaknya kita cermati sebagai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kerusuhan di berbagai tempat di Indonesia hendaknya kita cermati sebagai BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kerusuhan di berbagai tempat di Indonesia hendaknya kita cermati sebagai suatu dinamika sosial, politik, dan ekonomi. Kita tidak selalu harus menginterpretasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbicara dalam konteks pendidikan formal. Mahasiswa dalam peraturan

BAB I PENDAHULUAN. berbicara dalam konteks pendidikan formal. Mahasiswa dalam peraturan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan sebuah status yang disandang seseorang ketika ia menjalani pendidikan formal pada sebuah perguruan tinggi. Seseorang dapat dikatakan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negarawan merupakan karakter yang sangat penting bagi kepemimpinan nasional Indonesia. Kepemimpinan negarawan diharapkan dapat dikembangkan pada pemimpin pemuda Indonesia

Lebih terperinci

A. Pengertian Orde Lama

A. Pengertian Orde Lama A. Pengertian Orde Lama Orde lama adalah sebuah sebutan yang ditujukan bagi Indonesia di bawah kepemimpinan presiden Soekarno. Soekarno memerintah Indonesia dimulai sejak tahun 1945-1968. Pada periode

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari pembahasan skripsi yang berjudul Gejolak Politik di Akhir Kekuasaan Presiden: Kasus Presiden Soeharto (1965-1967) dan Soeharto

Lebih terperinci

Syafrizal Helmi Staff Ahli Rektor USU bidang Kemahasiswaan

Syafrizal Helmi Staff Ahli Rektor USU bidang Kemahasiswaan Syafrizal Helmi Staff Ahli Rektor USU bidang Kemahasiswaan Dalam sejarah perjuangan bangsa, kepeloporan pemuda selalu tampil sebagai kekuatan penentu. Mereka adalah kelompok intelektual yang karena usia

Lebih terperinci

Reformasi adalah suatu perubahan menuju kearah yang lebih baik. Menjelang reformasi

Reformasi adalah suatu perubahan menuju kearah yang lebih baik. Menjelang reformasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Reformasi adalah suatu perubahan menuju kearah yang lebih baik. Menjelang reformasi di Indonesia banyak sekali aksi dan gerakan yang dilakukan oleh sejumlah organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang dimulai sejak era sebelum dan selama penjajahan, kemudian dilanjutkan dengan era perebutan dan mempertahankan

Lebih terperinci

PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA

PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA Materi Kuliah Sistem Politik Indonesia [Sri Budi Eko Wardani] Alasan Intervensi Militer dalam Politik FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL 1. Nilai dan orientasi perwira

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Mangkok Merah (Konflik Dayak Dengan Etnis Tionghoa Di Kalimantan Barat Pada Tahun 1967), berisi mengenai simpulan

Lebih terperinci

PERJUANGAN ANGKATAN 66 DALAM TUNTUTAN TRITURA DI KOTA JAMBI

PERJUANGAN ANGKATAN 66 DALAM TUNTUTAN TRITURA DI KOTA JAMBI PERJUANGAN ANGKATAN 66 DALAM TUNTUTAN TRITURA DI KOTA JAMBI SKRIPSI Oleh: SANGRA PRAKARSA I1A113032 PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS JAMBI 2017 ABSTRAK Prakarsa, Sangra. 2017.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bernegara. Hal ini terjadi karena mahasiswa adalah orang-orang yang

BAB I PENDAHULUAN. dan bernegara. Hal ini terjadi karena mahasiswa adalah orang-orang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa adalah kelompok sosial masyarakat yang mempunyai kapasitas intelektual untuk memahami kondisi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini berada dalam genggaman anak bangsa Indonesia sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. ini berada dalam genggaman anak bangsa Indonesia sendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa depan bangsa Indonesia ditentukan oleh para generasi muda bangsa ini. Karena generasi muda Indonesia merupakan faktor penting yang sangat diandalkan oleh Bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) BAB I PENDAHULUAN The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istilah unjuk rasa dan demonstrasi mahasiswa (Matulessy, 2005). Mahasiswa telah

BAB I PENDAHULUAN. istilah unjuk rasa dan demonstrasi mahasiswa (Matulessy, 2005). Mahasiswa telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejumlah perubahan di Indonesia, tercatat peran signifikan gerakan mahasiswa di dalamnya. Gerakan mahasiswa (student movement) merupakan salah satu bentuk dari

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari skripsi dengan judul GEJOLAK PATANI DALAM PEMERINTAHAN THAILAND (Kajian Historis Proses Integrasi Rakyat Patani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkuasa selama 32 tahun penuh dengan kejayaan pembangunan kemudian jatuh

BAB I PENDAHULUAN. berkuasa selama 32 tahun penuh dengan kejayaan pembangunan kemudian jatuh BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Masalah Sejarah akan selalu jadi kenangan bagi hidup manusia. Sejarah tidak selalu datang dengan penuh keramahan, tetapi juga datang dengan cara tidak terduga, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disingkat UUD 1945 1 telah mengalami perubahan sebanyak empat kali, yakni Perubahan Pertama pada tahun 1999, Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia di jajah oleh bangsa Eropa kurang lebih 350 tahun atau 3.5 abad, hal ini di hitung dari awal masuk sampai berakhir kekuasaannya pada tahun 1942. Negara eropa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 4. 1. KESIMPULAN 1. Peristiwa Malari merupakan sebuah gerakan yang dilakukan sebagai aksi mahasiswa untuk menolak akan kebijakan Soeharto terhadap pertumbuhan ekonomi yang mendominasi

Lebih terperinci

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA Pada bab ini penulis akan bercerita tentang bagaimana sejarah konflik antara Palestina dan Israel dan dampak yang terjadi pada warga Palestina akibat dari

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN KOMUNITAS PUNK DI SALATIGA DENGAN LATAR BELAKANG SEJARAH

BAB VI HUBUNGAN KOMUNITAS PUNK DI SALATIGA DENGAN LATAR BELAKANG SEJARAH BAB VI HUBUNGAN KOMUNITAS PUNK DI SALATIGA DENGAN LATAR BELAKANG SEJARAH Gambaran tentang keberadaan komunitas punk di Salatiga pada bab v telah sedikit memberikan gambaran tentang hubungan komunitas punk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aplikasinya secara umum mengalami pertumbuhan yang sangat luar biasa. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aplikasinya secara umum mengalami pertumbuhan yang sangat luar biasa. Bahkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak reformasi bergulir perkembangan demokrasi dalam praktek aplikasinya secara umum mengalami pertumbuhan yang sangat luar biasa. Bahkan negara-negara lainpun melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran, baik itu watak, kepercayaan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh : NITALIA CIPUK SULISTIARI F 100 040

Lebih terperinci

Peran Mahasiswa Dalam Pembangunan

Peran Mahasiswa Dalam Pembangunan Peran Mahasiswa Dalam Pembangunan Mahasiswa dapat dikatakan sebuah komunitas unik yang berada di masyarakat, dengan kesempatan dan kelebihan yang dimilikinya, mahasiswa mampu berada sedikit di atas masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah pelajar yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi negeri

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah pelajar yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah pelajar yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi negeri yang memiliki pemikiran ilmiah (rasional), yang mana atas dasar itu pulalah mahasiswa

Lebih terperinci

PKN 1 RANGKUMAN SEJARAH SUMPAH PEMUDA, MAKNA DAN ARTI PENTING SUMPAH PEMUDA

PKN 1 RANGKUMAN SEJARAH SUMPAH PEMUDA, MAKNA DAN ARTI PENTING SUMPAH PEMUDA PKN 1 RANGKUMAN SEJARAH SUMPAH PEMUDA, MAKNA DAN ARTI PENTING SUMPAH PEMUDA NOVI TRISNA ANGGRAYNI NIM 14144600199 PGSD A5-14 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA 2014 A. Istilah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Terdapat beberapa hal yang penulis simpulkan berdasarkan permasalahan yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Terdapat beberapa hal yang penulis simpulkan berdasarkan permasalahan yang 168 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dipaparkan dalam bab ini merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis di dalam bab sebelumnya. Terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa upah yang layak diberikan kepada mereka. Selain itu bagi buruh

BAB I PENDAHULUAN. berupa upah yang layak diberikan kepada mereka. Selain itu bagi buruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya kaum buruh 1 selalu menuntut hak hak normatifnya berupa upah yang layak diberikan kepada mereka. Selain itu bagi buruh perempuan, hak untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 121 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bab terakhir ini, peneliti akan memaparkan mengenai kesimpulan dan rekomendasi dari penulisan skripsi yang berjudul " Refungsionalisasi Tentara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto dalam

Lebih terperinci

Perjuangan Front dan Perjuangan Demokratisasi Kampus

Perjuangan Front dan Perjuangan Demokratisasi Kampus Perjuangan Front dan Perjuangan Demokratisasi Kampus Ditulis oleh Toni Triyanto Dalam setiap fase pergolakan politik di tanah air ini sebenarnya tidak lepas dari peran kaum pemuda dan Mahasiswa, sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat biasa adalah mahkluk yang lemah, harus di lindungi laki-laki,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat biasa adalah mahkluk yang lemah, harus di lindungi laki-laki, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perempuan adalah mahkluk ciptaan Tuhan yang sederajat dengan laki-laki hanya saja terdapat perbedaan fisik dan kodrat. Sebagai sesama manusia, laki laki dan perempuan

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi politik di Pakistan tak pernah jauh dari pemberitaan media internasional, kekacauan politik seolah menjadi citra buruk di mata internasional. Kekacauan

Lebih terperinci

PANDANGAN POLITIK TAN MALAKA TENTANG KONSEP NEGARA REPUBLIK

PANDANGAN POLITIK TAN MALAKA TENTANG KONSEP NEGARA REPUBLIK PANDANGAN POLITIK TAN MALAKA TENTANG KONSEP NEGARA REPUBLIK ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Program Studi Pendidikan Sejarah Pada

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V, penulis memaparkan kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian secara keseluruhan yang dilakukan dengan cara studi literatur yang data-datanya diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut di antaranya dikemukakan oleh Raillon (1989: ) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. tersebut di antaranya dikemukakan oleh Raillon (1989: ) bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mahasiswa dikenal eksistensinya sebagai intelektual muda yang merupakan lapisan elite ditengah masyarakat dengan berbagai predikat. Predikat tersebut di antaranya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi masyarakat modern. Modernisasi memberikan banyak konsekuensi

I. PENDAHULUAN. menjadi masyarakat modern. Modernisasi memberikan banyak konsekuensi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Modernisasi adalah upaya kolektif mengubah masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern. Modernisasi memberikan banyak konsekuensi positif bagi kehidupan. Kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan terlupakan oleh masyarakat kota Madiun, terutama bagi umat Islam di Madiun. Pada bulan September tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya ketidakadilan dan sikap sewenang-wenang terhadap rakyat. Dengan kata lain, gerakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMUDA DAN SOSIALISASI

BAB IV PEMUDA DAN SOSIALISASI BAB IV PEMUDA DAN SOSIALISASI A. MASALAH-MASALAH KEPEMUDAAN Masalah pemuda merupakan masalah yang selalu dialami oleh setiap generasi dalam hubungannya dengan generasi yang lebih tua. Masalah yang dialami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjuangan bangsa Indonesia untuk menciptakan keadilan bagi masyarakatnya sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun 1950-1959 di Indonesia berlaku

Lebih terperinci

Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua

Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua Oleh Dr. Muridan S. Widjojo (Koordinator Tim Kajian Papua LIPI) Ballroom B Hotel Aryaduta Jakarta, Senin,13 Desember 2010 Refleksi: 1. catatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Medan, sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara takkan terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Kota Medan, sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara takkan terlepas dari BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kota Medan, sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara takkan terlepas dari kualifikasi unsur-unsur pembentukan suatu wilayah, adanya rakyat, pemimpin yang berdaulat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan organisasi politik yang dapat berperan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan organisasi politik yang dapat berperan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan organisasi politik yang dapat berperan sebagai penyalur aspirasi masyarakat, dimana partai politik menjadi penghubung antara penguasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sejarah mencatat perjuangan menuju kemerdekaan Republik Indonesia merupakan perjuangan yang berat dan tidak dapat ternegasikan oleh peran golongan pemuda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 mengakui bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyengsarakan dan menghancurkan suatu negara. Dampak korupsi bagi negara-negara dengan kasus korupsi berbeda-beda bentuk,

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyengsarakan dan menghancurkan suatu negara. Dampak korupsi bagi negara-negara dengan kasus korupsi berbeda-beda bentuk, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Korupsi dewasa ini sudah semakin berkembang baik dilihat dari jenis, pelaku maupun dari modus operandinya. Masalah korupsi bukan hanya menjadi masalah nasional

Lebih terperinci

Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Ketiga dapat dikatakan benar. Afrika Utara dan Timur Tengah mengalami proses demokrasi

Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Ketiga dapat dikatakan benar. Afrika Utara dan Timur Tengah mengalami proses demokrasi Rani Apriliani Aditya 6211111049 Hubungan Internasional 2011 Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Apa yang diprediksikan oleh Huntington dalam bukunya Gelombang Demokrasi Ketiga dapat dikatakan benar.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Fakta sejarah telah mencatat bahwa peran mahasiswa sebagai agent of change

I. PENDAHULUAN. Fakta sejarah telah mencatat bahwa peran mahasiswa sebagai agent of change 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fakta sejarah telah mencatat bahwa peran mahasiswa sebagai agent of change telah terbukti sebagai salah satu pelopor perubahan penting dalam tatanan masyarakat, bangsa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. melestarikan pola-pola dan lembaga masyarakat yang ada. Dalam

BAB II LANDASAN TEORI. melestarikan pola-pola dan lembaga masyarakat yang ada. Dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Gerakan Sosial sebagai Aksi Kolektif Gerakan sosial adalah tindakan atau agitasi terencana yang dilakukan sekelompok masyarakat yang disertai program terencana dan ditujukan

Lebih terperinci

Habibi Serahkan Dokumen Tragedi 98

Habibi Serahkan Dokumen Tragedi 98 Habibi Serahkan Dokumen Tragedi 98 Bakal Ada yang Kejang2 Jelang Pilpres 2019 Friday, May 12, 2017 https://www.detikmetro.com/2017/05/habibi-serahkan-dokumen-tragedi-98.html DETIK METRO - Presiden ke-3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Sunatra dalam Pendidikan Politik Kewarganegaraan (2016), suatu bangsa akan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Sunatra dalam Pendidikan Politik Kewarganegaraan (2016), suatu bangsa akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, pemuda senantiasa selalu menempati peran yang strategis dalam setiap peristiwa penting yang terjadi dan dapat dikatakan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. telah disaksikan tata pola penguasa negara. Jika dilihat kembali awal berdirinya Orde

I.PENDAHULUAN. telah disaksikan tata pola penguasa negara. Jika dilihat kembali awal berdirinya Orde I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kurang lebih 32 tahun Orde Baru berdiri, dan selama pemerintahan itu berlangsung telah disaksikan tata pola penguasa negara. Jika dilihat kembali awal berdirinya

Lebih terperinci

PENGAMALAN SILA PERSATUAN INDONESIA NEGARA PERSATUAN TANPA PERSATUAN

PENGAMALAN SILA PERSATUAN INDONESIA NEGARA PERSATUAN TANPA PERSATUAN PENGAMALAN SILA PERSATUAN INDONESIA NEGARA PERSATUAN TANPA PERSATUAN DI SUSUN OLEH : NAMA : DEVIN AGASI ADAR NIM : 11.11.4792 KELOMPOK : C PROGRAM STUDI & JURUSAN : S1-TEKNIK INFORMATIKA NAMA DOSEN : TAHAJUDIN

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial BAB V Kesimpulan Berdasarkan tulisan diatas, dapat diambil argumen bahwa Media memiliki peranan yang sangat penting dalam isu politik dan hubungan internasional. Di kawasan Mesir dan Suriah bisa dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York,

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terorisme di dunia bukanlah merupakan hal baru, namun menjadi aktual terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York, Amerika Serikat

Lebih terperinci

Jl. Lembang Terusan No. D57, Menteng Jakarta Pusat, 10310, Indonesia Telp. (021) , Fax (021) Website:

Jl. Lembang Terusan No. D57, Menteng Jakarta Pusat, 10310, Indonesia Telp. (021) , Fax (021) Website: WARISAN POLITIK SOEHARTO Jl. Lembang Terusan No. D57, Menteng Jakarta Pusat, 10310, Indonesia Telp. (021) 391-9582, Fax (021) 391-9528 Website: www.lsi.or.id, Email: info@lsi.or.id Latar belakang Cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sugeng Teza Bastaman, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sugeng Teza Bastaman, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah kelompok sosial masyarakat yang mempunyai kapasitas intelektual untuk memahami kondisi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar

BAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar BAB V Penutup A. Kesimpulan Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar Kompas dan Republika dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pertama, produksi wacana mengenai PKI dalam berita

Lebih terperinci

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) 66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan

Lebih terperinci

PERILAKU KOPING ANGGOTA SAMAPTA POLRI KETIKA MENGHADAPI KERUSUHAN MASSA

PERILAKU KOPING ANGGOTA SAMAPTA POLRI KETIKA MENGHADAPI KERUSUHAN MASSA PERILAKU KOPING ANGGOTA SAMAPTA POLRI KETIKA MENGHADAPI KERUSUHAN MASSA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Psikologi Disusun Oleh : CAHYA NINDHAYATI

Lebih terperinci

Ini Pantauan CIA Saat Kejadian G30S/PKI

Ini Pantauan CIA Saat Kejadian G30S/PKI Selasa 26 September 2017, 15:58 WIB CIA Pantau PKI Momen Krusial! Ini Pantauan CIA Saat Kejadian G30S/PKI Fitraya Ramadhanny detiknews https://news.detik.com/berita/d-3658975/momen-krusial-ini-pantauan-cia-saat-kejadian-g30spki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Palang Merah Indonesia (PMI) merupakan organisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Palang Merah Indonesia (PMI) merupakan organisasi yang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Organisasi Palang Merah Indonesia (PMI) merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang jasa sosial kemanusiaan, membantu korban bencana alam serta pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah Barat di Nusantara. Perjuangan itu berawal sejak kedatangan bangsa Portugis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi. Hal ini dipertegas oleh Pasal 1 ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi

I. PENDAHULUAN. demokrasi. Hal ini dipertegas oleh Pasal 1 ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan, bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara yang berkedaulatan rakyat atau negara demokrasi. Hal ini dipertegas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kita hidup ditengah derasnya perkembangan sistem komunikasi. Media massa adalah media atau sarana penyebaran informasi secara massa dan dapat diakses oleh masyarakat

Lebih terperinci

Sosialisme Indonesia

Sosialisme Indonesia Sosialisme Indonesia http://sinarharapan.co/news/read/140819049/sosialisme-indonesia 19 Agustus 2014 12:50 Ivan Hadar* OPINI Sosialisme-kerakyatan bisa diterapkan di Indonesia. Terpilihnya Jokowi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. oleh masyarakat menunjukkan bahwa Indonesia sudah menjadi negara yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. oleh masyarakat menunjukkan bahwa Indonesia sudah menjadi negara yang telah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia telah menjadi negara demokrasi yang semakin berkembang. Berawal dari PEMILU pertama pada tahun 1955 untuk memilih pemimpin negara, sampai pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembelajar dan terdidik di Indonesia. Berasal dari kata Maha yang berarti tertinggi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembelajar dan terdidik di Indonesia. Berasal dari kata Maha yang berarti tertinggi dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa memiliki kedudukan yang khusus sebagai bagian dari masyarakat pembelajar dan terdidik di Indonesia. Berasal dari kata Maha yang berarti tertinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan orang yang melaksanakan hak-haknya, misalnya hak untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan orang yang melaksanakan hak-haknya, misalnya hak untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Polisi adalah aparat penegak hukum yang memiliki tugas dalam menjaga ketertiban masyarakat dan berperan sebagai penjaga keseimbangan antara kepentingan orang

Lebih terperinci

Ebook dan Support CPNS Ebook dan Support CPNS. Keuntungan Bagi Member cpnsonline.com:

Ebook dan Support CPNS   Ebook dan Support CPNS. Keuntungan Bagi Member cpnsonline.com: SEJARAH NASIONAL INDONESIA 1. Tanam paksa yang diterapkan pemerintah colonial Belanda pada abad ke-19 di Indonesia merupakan perwujudan dari A. Dehumanisasi masyarakat Jawa B. Bekerjasama dengan Belanda

Lebih terperinci

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik.

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. RESUME Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. Salah satu kasus yang mengemuka adalah tergulingnya presiden Honduras, Manuel Zelaya pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. Adapun proses kreatif itu berasal dari pengalaman pengarang sebagai manusia yang hidup di

Lebih terperinci

Kutipan Wawancara dengan Wartawan Waspada yang Meliput Demo Mahasiswa terkait Kenaikan Harga BBM

Kutipan Wawancara dengan Wartawan Waspada yang Meliput Demo Mahasiswa terkait Kenaikan Harga BBM Kutipan Wawancara dengan Wartawan Waspada yang Meliput Demo Mahasiswa terkait Kenaikan Harga BBM Nama Wartawan : Surya Hari/ Tanggal : Rabu/ 26 Nopember 2008 Waktu Wawancara : 10.00-10.30 WIB Keterangan

Lebih terperinci

PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI KORUPSI DENGAN TATANAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI KORUPSI DENGAN TATANAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI Contoh Artikel Konseptual PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI KORUPSI DENGAN TATANAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI oleh Kholis Rahmat Riyadi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang ABSTRAK Korupsi adalah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Sejak awal integrasi ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tahun 1976, Timor Timur selalu berhadapan dengan konflik, baik vertikal maupun

Lebih terperinci

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO Membangun kembali fundamental ekonomi yang sehat dan mantap demi meningkatkan pertumbuhan, memperluas pemerataan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.

Lebih terperinci