- System Tanam Jajar Legowo & S R I - Berbagai Ramuan Pestisida Nabati dan Aplikasinya - Kandungan Pangan Lokal

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "- System Tanam Jajar Legowo & S R I - Berbagai Ramuan Pestisida Nabati dan Aplikasinya - Kandungan Pangan Lokal"

Transkripsi

1 Edisi 43 Tahun IV 2014 MAJALAH DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG MEWUJUDKAN PETANI SEJAHTERA MELALUI PERTANIAN BERKELANJUTAN * Tanaman Sirsak (Annona muricata) : Buah Daun & Bijinya Semua Bermanfaat - System Tanam Jajar Legowo & S R I - Berbagai Ramuan Pestisida Nabati dan Aplikasinya - Kandungan Pangan Lokal

2

3 Kepala Dinas Pertanian KETUA DEWAN REDAKSI : Sekretaris Dinas Pertanian ANGGOTA DEWAN REDAKSI : Widiono, SP, Drs. Miskan, Ir. Didik BP Wahid Rahmawan, SP. Waras Sumakno. SP, Soni. F, SP. Ir. Nusantara Widjajadi, MM. Sucipto, Kusno, SP. Tri Atmijunto, BSc. Imam Junaedi, SP. Dea Mareitha STP. Febriyanti Amd, ARSIP : Erwin Susanto Nuning Istiyowati, S.P Syafril Yudhi P, Cicik Rahmawati, Amd., Fathullah SP,Hendro Subekti, Fenny Yulanda 1 Daftar isi 2 System Tanam Jajar Legowo & Prinsip S R I 3 Pranata Mangsa 4 Cara Menghitung Conversi Pupuk 5 Cara Menghitung Conversi Pupuk 6 Cara Menghitung Conversi Pupuk 7 Berbagai Ramuan Pestisida... 8 Predator/Pemangsa Hama Tikus... 9 Predator/Pemangsa Hama Tikus Musuh Alami Hama Padi 11 Musuh Alami Wereng Batang Coklat 12 Musuh Alami Wereng Batang Coklat 13 Pengendalian Hama Terpadu 14 Pengendalian Hama Terpadu 15 Pengendalian Hama Tikus Pengendalian Hama Tikus Kreasi Resep Olahan Gembili humus edisi 43 Tahun IV

4 Sistem tanam jajar legowo atau sering disebut Si Jarwo merupakan inovasi pola bertanam dengan berselangseling antara dua atau lebih baris tanaman padi dan diselingi satu baris kosong. Legowo diambil dari bahasa jawa yang berasal dari kata lego berarti luas dandowo bermakna memanjang. Inti dari sistem tanam ini adalah memperbanyak tanaman pinggir dengan harapan pertumbuhannya lebih bagus dan hasilnya lebih tinggi. Ini artinya, jika rumpun-rumpun yang ada di pinggir semakin banyak maka hasilnya juga akan lebih banyak.maksud dan tujuan penerapan sistem Jarwo, di antaranya (1) Memanfaatkan radiasimatahari pada tanaman yang terletak di pinggir petakan, sehingga diharapkan seluruh pertanaman memperoleh efek pinggir (border effect ), (2) Memanfaatkan efek turbulensiudara yang bila dikombinasikan dengan sistem pengairan basah-kering berselang maka dapatmengangkat asamasam organik tanah yang berbahaya bagi tanaman dari bagian bawah ke bagian atas (menguap), (3) Meningkatkan kandungan karbon dioksida (Co2) dan hasilfotosintesis tanaman, (4) Memudahkan dalam pemupukan dan pengendalian tikus, dan (5)Meningkatkan populasi tanaman per satuan luas. 02 humus edisi 43 Tahun IV. 2014

5 humus edisi 43 Tahun IV

6 LABORATORIUM TERPADU DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG 2014 CARA MENGHITUNG KONVERSI PUPUK I. PENDAHULUAN Pemberian dosis pupuk secara tepat untuk mencapai efektifitas dan produktifitas serta pendapatan yang maksimal sangat diperlukan dalam kegiatan usahatani. Dosis anjuran (rekomendasi) yang ada kebanyakan berdasarkan kebutuhan unsur hara makro dengan menggunakan jenis pupuk yang banyak beredar di pasaran khususnya pupuk tunggal Urea, ZA, SP dan KCl. 04 humus edisi 43 Tahun IV. 2014

7 Dewasa ini banyak diproduksi pupuk organik dan anorganik khususnya pupuk majemuk, dengan berbagai nama dagang serta jenis dan jumlah kandungan haranya. Keadaan ini sangat menguntungkan petani, karena pupuk yang sering digunakan kadang-kadang tidak ada di pasaran sehingga bisa menggantinya dengan pupuk lain yang tersedia. Dalam pemupukan petani cenderung memilih jenis pupuk yang telah sering digunakan atau yang dikenalnya serta mudah didapat, dengan pertimbangan harga yang terjangkau. Namun dalam penentuan jumlah penggunaan, petani hanya berdasarkan pada keadaan pertumbuhan tanaman dimana bila tampak kurang hijau (subur) akan ditambah lagi, bahkan sering terlalu subur. Agar diperoleh manfaat yang sama sebaiknya dalam penggantian jenis pupuk untuk kegiatan pemupukan, diperlukan perhitungan konversi yang tepat dari jenis pupuk dalam anjuran dengan jenis pupuk yang ada (dipilih). Berpijak dari sini, kita sebagai penyuluh yang juga pembimbing petani harus bisa membantu menghitungnya, karena petani umumnya akan menemui kesulitan. II. CARA MENGHITUNG: Untuk menghitung konversi ini, terlebih dulu kita harus mengetahui: 1. Dosis pupuk yang dianjuran serta macam dan besar kandungan unsur haranya. 2. Macam dan besarnya kandungan unsur hara pupuk yang akan digunakan (pengganti). Contoh Perhitungan : A. PUPUK TUNGGAL Misalkan : 1. Dosis yang dianjurkan 40 Kg pupuk Urea dengan kandungan 45 % N, akan diganti pupuk B dengan kandungan 45 % N juga, maka jumlah kebutuhan pupuk B adalah sama (40 Kg), dengan hitungan. 45% x 40 kg = 40 kg 45% Kesimpulannya : Rumus untuk menghitung kebutuhan pupuk pengganti dari dosis pupuk anjuran adalah : KPA JKPP = x DPA KPP Ket : JKPP = Jumlah Kebutuhan Pupuk Pengganti KPA = Kandungan Pupuk Anjuran KPP = Kandungan Pupuk Pengganti DPA = Dosis Pupuk Anjuran 2. Dosis yang dibutuhkan 60 kg N yang tersedia pupuk Urea (45%), berapa kebutuhan pupuk Urea? Bila menggunakan urea : x 100 kg = 133,3 kg (133 kg) humus edisi 43 Tahun IV

8 B. PUPUK MAJEMUK (NPK) Misalkan dosis yang dianjuran 80 kg Urea (45 % N), 25 kg SP 36 (36 % P O ) dan 10 Kg KCl ( 60 % K O), akan diganti dengan pupuk NPK (27% N - 9% P O - 12% K O), cara menghitungnya adalah sbb : Dihitung dulu kandungan pupuk yang dianjurkan : 80 kg Urea = 36 kg N, 25 kg SP 36 = 9 kg P O dan KCl = 6 kg K O 2 2. Cari kandungan N,P,K yang dianjurkan tersebut bisa dicukupi seluruhnya dengan pupuk NPK dalam dosis terkecil. Dari anjuran tersebut adalah 6 kg K O yang dapat dicukupi dengan 50 kg NPK ( ), 2 yang sekaligus bisa mensuply 13,5 kg N dan 4,5 kg P O. Selanjutnya untuk kekurangan senyawa/unsur 2 5 hara ditambah dari pupuk tunggal. 3. Karena anjuran N nya 36 kg, maka masih kurang 36 kg - 13,5 kg = 22,5 kg atau 50 kg Urea. Selanjutnya karena anjuran P O nya 9 kg maka masih kurang 9 kg 4,5 kg = 4,5 kg atau 12,5 kg SP 36 ( cara 2 5 menghitungnya seperti dalam pupuk tunggal. 4. Jadi anjuran dosis 80 kg, 25 kg SP 36 dan 10 KCl tersebut dapat diganti dengan 50 kg NPK ( ) ditambah 50 kg Urea dan 12,5 kg SP 36. KANDUNGAN UNSUR HARA BERBAGAI JENIS PUPUK YANG BANYAK DI PASARAN Keterangan : *) : Rata-rata hasil analisis pupuk organik produksi kelompoktani yang digunakan dalam program SRI 2013 (kandungan dalam bentuk N. P, K ). 06 humus edisi 43 Tahun IV. 2014

9 1. Ramuan Untuk Mengendalikan hama Wereng Coklat 3. Ramuan untuk mengendalikan hama wereng coklat, penggerek Bahan: daun sirsak 1 genggam; rimpang jeringau 1 genggam; batang, nematoda bawang putih 20 siung; sabun colek 20 gram; air 20 liter. Bahan : biji mimba 50 gram; alkohol 10 cc; air 1 liter. Cara membuat - Daun sirsak, rimpang jeringau, bawang putih Cara membuat - Biji mimba ditumbukhalus dan diaduk dengan 10 ditumbuk halus. Seluruh bahan dicampur dengan sabun colek kemudian direndam dalam 20 liter air selama 2 hari. Keesokan harinya larutan tersebut disaring dengan kain halus. Setiap 1 liter larutan hasil saringan dapat diencerkan dengan liter air. Larutan pestisida inisiap digunakan untuk mengendalikan hama wereng coklat. Aplikasi - Semprotkan cairan ke tanaman yang terserang hama wereng coklat. Hama ini biasanya terdapat di tanaman padi bagian batang bawah. BERBAGAI RAMUAN PESTISIDA NABATI DAN APLIKASINYA 2. Ramuan Untuk Mengendalikan Hama Belalang Dan Ulat Bahan : daun sirsak 50 lembar; daun tembakau 1 genggam; sabun colek 20 gram; air 20 liter. Cara membuat - Daun sirsak dan daun tembakau ditumbuk halus. Seluruh bahan diaduk rata dalam 20 liter air lalu diendapkan semalam. Keesokan harinya larutan disaring. Larutan hasil saringan diencerkan dengan air sebanyak liter. Larutan siap digunakan. Aplikasi - Semprotkan cairan tersebut ke tanaman yang terserang atau langsung pada hama yang terdapat di tanaman. cc alkohol lalu diencerkan dengan 1 liter air. Larutan diendapkan semalam. Keesokan harinya larutan disaring. Apilkasi - Semprotkan cairan tersebut pada tanaman yang terserang hama atau pada hamanya langsung. Hama tidak langsung mati segera setelah disemprot dengan larutan biji mimba, tetapi memerlukan waktu antara 2-3 hari baru mati. 4. Ramuan untuk mengendalikan hama Rodentia (Tikus) Bahan : umbi gadung 1 kg; dedak padi/ jagung 10 kg; tepung ikan 1 ons; kemiri sedikit/secukupnya; air sedikit/secukupnya. Cara membuat - Umbi gadung dikupas, lalu dihaluskan. Semua bahan dicampur, diaduk rata, dan dibuat dalam bentuk pelet kering. Perbandingan antara umbi gadung dan campuran bahan lain adalah 1 :10. Aplikasi - Pelet-pelet dari umbi gadung tersebut ditebarkan di pematang, di sarang/ mulut lubang tikus atau di jalan-jalan yang biasanya dilewati tikus. humus edisi 43 Tahun IV

10 08 humus edisi 43 Tahun IV. 2014

11 Serangga Pemakan Hama (Pemangsa, Parasit, Patogen) 10 humus edisi 43 Tahun IV. 2014

12 WERENG BATANG COKLAT alah satu hama utama tanaman padi adalah Wereng Batang Coklat. Serangannya bisa membuat kegiatan ushatani gagal total alias puso. STerkait serangan hama wereng ada satu faktor sangat penting yang mulai dilupakan para petani dan petugas. Yakni musuh alami wereng batang coklat. Populasi Musuh alami yang masih terjaga akan melindungi tanaman padi dari serangan hama wereng. Berbagai musuh alami tersebut akan memangsa wereng sehingga rantai makanan di sekitar tanaman padi akan berjalan seimbang. Berikut ini beberapa jenis musuh alami yang harus dilindungi. 1. Laba-laba serigala (Pardosa pseudoannulata) Laba-laba ini mempunyai ukuran 5-18 mm dengan ciri-ciri pada bagian punggungnya terdapat 3 buah garis dan pada tubuh bagian 'cephalothorax' depannya terdapat tanda bentuk Y serta disekitar matanya berwarna gelap (hitam). Kebiasaan hidupnya berada di bagian bawah batang atau di atas permukaan air. Kemampuan memangsa predator ini terhadap wereng coklat dapat mencapai ekor imago/hari atau nimfa/hari. Beberapa jenis mangsanya adalah wereng coklat, wereng hijau, wereng punggung putih, hama putih, hama putih palsu dan lalat bibit. 2. Laba-laba bermata jalang (Oxyopes javanus) Laba-Iaba ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: ukuran 7-10 mm, pada tungkai terdapat duriduri yang panjang dengan mata berbentuk segi enam. Rentang hidup 150 hari dengan jumlah telur yang dihasilkan 350/betina.Laba-laba ini merupakan laba-laba aktif yang memburu mangsanya. Jenis mangsanya wereng batang coklat, wereng hijau, wereng punggung putih (8 ekor/hari), wereng zigzag, lalat padi, hama putih dan hama putih palsu. 3. Laba-laba berahang empat (Tetragnatha maxillosa). Ciri-ciri predator tersebut sebagai berikut: panjang tubuh mm, memiliki rahang, tungkaitungkainya panjang dan dalam keadaan diam/beristirahat sering terjulur dalam satu garis. Kebiasaan hidupnya adalah berada pada daun dimana laba-laba tersebut membentuk sarangnya. dimalam hari aktif membuat sarang dan mangsa yang terjerat oleh sarangnya baru ditangkap serta dimakan. Jenis serangga yang dimangsa adalah wereng coklat, wereng hijau, wereng pungguh putih, wereng hijau, wereng punggung putih, wereng zigzag dan lalat padi. 4. Kepik permukaan air (Microvellia douglasi) Kepik ini panjangnya 1,5 mm dengan ciri-ciri pada bagian bahu melebar, warna bahu hitam mengkilat, tungkai-tungkainya terletak pada jarak yang sama disepanjang tubuhnya dan alat mulutnya tipe mengisap. Kepik ini hidupnya bergerombol dipermukaan air dan sangat aktif menyerang hama/serangga yang jatuh dipermukaan air dan tertarik oleh sinar. Jenis mangsa predator ini adalah wereng coklat, wereng hijau, wereng punggung putih, larva penggerek batang padi dan yang baru menetas. humus edisi 43 Tahun IV

13 5. Kepik mirid (Cyrtorhinus lividipennis) Predator tersebut mempunyai ukuran tubuh 2,5-3,25 mm dengan ciri-ciri berwarna hijau terang dan pada bagian kepala dan bahu terdapat warna hitam. Alat mulut predator ini bertipe mengisap. Rentang hidupnya 30 hari dan seekor betina dapat menghasilkan telur 30 butir. Kepik ini berwarna hijau dan biasanya dijumpai pada tempat yang hamanya tinggi. Predator ini aktif memburu mangsa dan gerakannya seperti wereng coklat dan pada malam hari mempunyai silat tertarik terhadap cahaya sinar. Jenis mangsanya wereng coklat, wereng hijau, wereng punggung putih, wereng zig-zag dan lalat padi. 6. Kumbang stacfilinea (Paederus fuscipes) Predator ini mempunyai ukuran 7 mm dengan ciri-ciri sayapnya hanya separuh tubuh, ujung abdomen berwarna biru, tubuh bergaris-garis dan alat mulutnya bertipe mengunyah. Predator ini aktif mencari mangsa pada malam hari dan dapat berenang di air atau pada bagian tanaman. Jenis mangsanya adalah wereng coklat, wereng hijau, hama putih, wereng zig-zag, wereng punggung putih dan larva ulat bulu yang masih muda. 7. Kumbang tanah atau kumbang karabid (Ophionea nigrofasciata) Predator ini aktif mencari mangsa pada siang hari dan dapat berenang. Jenis mangsanya adalah wereng coklat, wereng hijau, hama putih, wereng zig-zag, wereng punggung putih, ulat bulu, ulat jengkal dan penggerek batang padi. Tempat hidupnya di pangkal batang atau di tanah yang tidak berair. Predator ini mempunyai ukuran panjang tubuh 8 mm dengan ciri-ciri tubuh mengkilat, kulit halus, kepala dan perut bagian tengah berwarna hitam kebiru-biruan. Atau mulutnya bertipe mengunyah. Rentang hidupnya 15 hari dan jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor betina adalah 45 butir. 8. Belalang bertanduk panjang (Conocephalous longipennis) Predator ini sangat aktif dipagi hari, merupakan predator telur penggerek batang dan predator wereng coklat, wereng hijau, wereng zig-zag dan wereng punggung putih. Predator ini mempunyai panjang tubuh mm dan mempunyai ciri khas antenanya 2-3 kali panjang tubuhnya dan tubuh berwarna hijau. Tempat hidupnya pada daun atau malai tanaman padi. 9. Capung kecil atau kinjeng dom (Agriocnemis spp.) Kinjeng dom atau sering juga disebut capung kecil biasanya dijumpai di bawah tajuk tanaman dan bila hinggap pada batang tanaman tubuhnya mengarah lurus ke bawah. Capung ini merupakan predator wereng hijau, wereng coklat, wereng punggung putih dan hama putih palsu. Predator ini mempunyai panjang tubuh 30 mm dengan ciri-ciri tubuhnya ramping berwarna merah oranye atau abu-abu kebiru-biruan dan sayapnya mempunyai bentuk jaringan yang rumit. 10. Kumbang Koksinelid (Synharmonia octomaculata) Kumbang ini merupakan predator wereng batang coklat, wereng punggung putih, wereng hijau, wereng zig-zag, aphis, hama putih palsu dan penggerek batang padi. Larva predator ini aktif memangsa secara berkelompok. Predator ini mempunyai ukuran tubuh 6-7 mm. Kumbang dewasa berbentuk bundar memanjang berwarna kuning, tubuh larva beruas-ruas dengan alat mulut mengunyah. Tempat hidupnya pada seluruh bagian tanaman. Menerapkan konsep budidaya organic dengan menggunakan MOL, Bokashi, Pestisida nabati dan mengurangi penggunaan bahan kimia akan membuat populasi berbagai musuh alami terjaga. 12 humus edisi 43 Tahun IV. 2014

14 PENGENDALIAN HAMA TERPADU PHT BERARTI PERPADUAN YANG TERBAIK HTmemadukan berbagai metode pengelolaan tanaman budidaya dalam perpaduan yang Ppaling efektif dalam mencapai stabilitas produksi, dengan kerugian seminimal mungkin bagi manusia dan lingkungan. PHT meliputi 4 (empat) prinsip dasar, yaitu : SASARAN pengelolaan agroekosistem adalah produktivifitas tanaman budidaya. tanaman yang memperoleh cukup pemupukan, pengairan, penyiangan gulma, dan disertai pengelolahan tanah yang baik sebelum masa tanam adalah dasar bagi pencapaian hasil produksi yang tinggi. Masalah lain yang cukup penting adalah pemilihan varietas tahan terhadap penyakit dan hama yang lazim menyerang serta mudah beradaptasi dengan jenis tanah dan iklimlokal daerah tersebut. TANAMAN budidaya yang sehat dan kuat menjadi bagian penting dalam program pengendalian hama. Perlindungan tanaman terhadap penyakit tergantung pada ketahanan varietas terhadap infeksi dan perkembangan penyakit tanaman. Jika infeksi tetap terjadi maka tanaman yang kuat dapat mengatasi kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut. Dalam kasus kerusakan karena serangga, maka tanaman yang sehat dapat mengatasikerusakan daun atau anakan dengan membentuk daun dan anakan baru, atau dengan pertumbuhan yang lebih kokoh dari anakan yang tidak rusak. 2. Melestarikan dan mendayagunakan Fungsi musuh alami KEKUATAN unsur -unsur alami se- benarnya mampu mengendalikan lebih dari 99% hama di kebanyakan lahan agar tetap berada pada jumlah yang tidak merugikan. Tanpa disadari, sebenarnya semua petani bergantung pada kekuatan alami yang sudah tersedia di lahan masing-masing. PHT secara sengaja mendayagunakan dan memperkuat peranan musuh alami yang menjadi jaminan pengendalian ledakan hama. Pada tanaman padi, ini mengakibatkan berkurangnya frekuensi penyemprotan pestisida menjadi kurang dari satu kali semprot per musim tanam. Pengurangan penggunaan pestisida berarti mendatangkan keuntungan ekonomis, kesehatan, dan juga berkurangnya bahaya terhadap kelestarian keseimbangan lingkungan. 3. Pengamatan Lahan secara Mingguan MASALAH hama tidak timbul begitu saja. Masalah ini timbul karena kombinasi faktor- faktor lingkungan yang mendukung per- tumbuhan populasi hama. Kondisi humus edisi 43 Tahun IV

15 lingkungan atau ekosistem sangat penting artinya dalam kaitannya dengan timbulnya masalah hama. Dalam kaitan hal ini. PHT menganjurkan pengamatan lahan secara mingguan oleh petani sendiri untuk mengkaji masalah hama yang mungkin timbul dari keadaan ekosistem lahan yang cenderung berubah dan terus berkembang. 4. Petani sebagai Ahli di lahannya Sendiri PADA DASARNYA tidak ada dua lahan yang benarbenar sama. Setiap lahan memiliki ekosistem dengan ciri khas sendiri. Oleh karena itu petani perlu memiliki keterampilan untuk memantau sendiri lahannya, menganalisis kondisi yang ada, membuat keputusan yang bijaksana, dan mengambil tindakan pengendalian hama yang tepat, praktis dan menguntungkan. PENGENDALIAN hama terpadu mem- bantu petani untuk mempelajari dan mem- praktekan keterampilan teknologi pengen- dalian hama. Hal ini penting dalam mencapai sasaran pengelolaan agroekosistem, yaitu hasil produksi yang tetap stabil. KEUNTUNGAN PENDEKATAN PHT DITINJAU Dari Berbagai aspek Pengendalian Hama Terpadu memiliki keuntungan seperti di bawah ini : Aspek Stabilitas Produksi SWASEMBADA beras telah tercapai dengan usaha nasional jangka panjang, lebih dari satu dekade. Dengan perpaduan yang meliputi azas-azas dasar seperti diuraikan di atas, PHT menawarkan metode pengolahan agroekosistem yang menunjang stabilitas produksi dan swasembada pangan. Dan dalam skala nasional, tercapainya stabilitas produksi pangan berarti juga akan mendukung stabilitas nasional. Aspek Ekonomi SEPERTI dikemukakan di a tas, PHT pada umumnya berarti pengurangan penggunaan pestisida jauh lebih sedikit dari jumlah yang cenderung digunakan oleh petani. Dalam skala nasional, pengurangan ini telah menghemat juta dollar per tahun yang dikeluarkan pemerintah Indonesia untuk mensubsidi penyediaan pestisida. Dari sudut pandang petani, ini berarti mendatangkan keuntungan yang lebih besar, karena dengan biaya masukan yang lebih rendah, hasil yang didapat tetap atau bahkan meningkat. Aspek Kesehatan Pestisida yang digunakan di lahan pertanian seringkali meninggalkan residu di dalam hasil produksi pertanian. Jika hasil produksi tersebut memasuki pasar konsumen, maka residu pestisida akan sampai ke konsumen dan terkumpul sedikit demi sedikit di dalam tubuh yang memakannya. Pada dosis tertentu, penumpukan pestisida di dalam tubuh sangat berbahaya bagi kesehatan, karena pada dasarnya bahan kimia penyusun pestisida adalah racun yang berbahaya bagi manusia. Akibat jangka panjang penumpukan bahan kimia pestisida dalam tubuh manusia dapat menyebabkan kelahiran cacat atau timbulnya kanker. CARA TERBAIK untuk mengurangi bahaya pestisida terhadap kesehatan manusia adalah dengan mengurangi kontak dengan pestisida. Dan itu berarti mengurangi penggunaan pestisida, sesuai anjuran yang tercantum dalam INPRES 3/86. PHT menekankan penggunaan pestisida seminimal mungkin, yaitu jika memang benar- benar diperlukan. PHT berarti mengurangi ancaman pestisida terhadap kesehatan manusia. Aspek Lingkungan Penggunaan pestisida untuk membunuh hama seringkali juga membunuh organisme lain yang bukan sasaran di dalam suatu ekosistem. Jika organisme bukan sasaran yang terbunuh adalah organisme yang menguntungkan bagi pengendalian hama, maka pada suatu saat ledakan hama yang terjadi di waktu mendatang akan jauh lebih hebat. Keadaan ini dapat terjadi karena rusaknya keseimbangan ekosistem yang sudah terbentuk sebelumnya. PENUMPUKKAN pestisida dalam ekosistem menimbulkan pencemaran lingkungan yang tidak dapat dilihat dan dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Tetapi kajian teliti terhadap rantai makanan dan unsur-unsur alam akan menyadarkan kita bahwa, pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh penumpukkan pestisida memiliki akibat sampingan jangka panjang yang membahayakan kelangsungan hidup manusia maupun lingkungan hidup. PHT adalah perwujudan anjuran "pembangunan berwawasan lingkungan hidup yang berkesinambungan" dengan mengandalkan perpaduan teknologi teruji dan ketrampilan serta kemampuan para petani sendiri. 14 humus edisi 43 Tahun IV. 2014

16 Hama Tikus humus edisi 43 Tahun IV

17 PENYEBAB * Tikus dapat berkembang biak cepat. KUNCI SUKSES PENGENDALIAN * Pengendalian pada saat dini, massal dan serentak serta terus menerus PERENCANAAN PENGENDALIAN * Kooedinator perencanaan * Penyimpanan sarana * Tanam seentak pada hambparan yang seluasluasnya. Di daerah tanam serentak Pengendalian tikus secara massal dan serentak dituntaskan pada saat sebelum tanam. Di daerah yang tidak bisa tanam serentak Pengendalian dini, massal dan serentak dengan cara sesuai fase pertumbuhan tanaman. CARA PENGENDALIAN PEMANFAATAN MUSUH ALAMI PENGENDALIAN SEBELUM TANAM 16 humus edisi 43 Tahun IV. 2014

18 Kreasi Resep Olahan Gembili Sekilas Gembili embili (Dioscorea esculenta ) suku gadung-gadungan Gmerupakan tanaman umbiumbian yang sangat mudah di pasar. Penanamannya masih cukup luas di pedesaan. Gembili menghasilkan umbi yang dapat dimakan. Umbi biasanya direbus dan bertekstur kenyal. Umbi gembili serupa dengan umbi gembolo, namun berukuran lebih kecil. Tumbuhan gembili merambat dan rambatannya berputar ke arah kanan (searah jarum jam jika dilihat dari atas). Batangnya agak berduri. Gembili dianggap sebagai tumbuhan berpotensi besar di masa depan. Berbagai penelitian untuk melestarikan keragaman hayati dan pengolahan umbinya (dibuat menjadi etanol atau minuman beralkohol) telah dilakukan. Alasan Memilih Gembili: - Potensi di Kabupaten Jombang sangat banyak - Harga yang sangat terjangkau - Sebagai Pangan Alternatif Di Jombang, tanaman Gembili banyak terdapat di Kecamatan Kabuh, Kecamatan Plandaan, Kecamatan Kudu, Kecamatan Ngusikan, termasuk di Kecamatan Wonosalam tepatnya di Desa humus edisi 43 Tahun IV

19 BAHAN PANGAN LOKAL 1. KETELA POHON 3. GEMBILI Komposisi kandungan per 100 gr ketela pohon: Kalori 146 Kandungan gembili : air 6,44 %, protein 6,11 %, lemak kal, Protein 1,2 gr, Lemak 0,3 gr, Karbohidart 34,7 gr, 0,89 %, Kalsium33 mg, Fosfor40 mg, Zat Besi0,7 mg, Vitamin B karbohidrat 81,4 %. 10,06 mg, Vitamin C30 mg Sentra : Kecamatan Wonosalam Sentra : Kecamatan Bareng, Kecamatan Wonosalam. 4. TALES 2. JLARUT Kandungan tales : air 6,05 %, protein 0,28 %, lemak 1,24 Setiap 100 g tepung jlarut mengandung 23% pati, kalori %, karbohidrat 68,25 %. 355 kkal, protein 0,7 g, lemak 0,2 g, karbohidrat 82,2 g, Sentra : Kecamatan Wonosalam kalsium 8 mg, fosfor 22 mg, besi 1,5 mg, dan vitamin B 0,09 mg. Kandungan karbohidrat dan zat besi tepung 5. UBI JALAR jlarut lebih tinggi, dan kandungan lemaknya lebih rendah Kandungan ubi jalar : air 7,8 %, protein 6,11 %, lemak dibanding tepung terigu dan beras, sedangkan jumlah 0,89 %, kalorinya hampir sama. karbohidrat 81,4 %. Sentra : Kecamatan Kabuh, Kecamatan Mojowarno Sentra : Kecamatan Perak

1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat

1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat 1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat Wereng coklat, (Nilaparvata lugens Stal) ordo Homoptera famili Delphacidae. Tubuh berwarna coklat kekuningan - coklat tua, berbintik coklat gelap pd

Lebih terperinci

Wereng coklat, (Nilaparvata lugens Stal) ordo Homoptera famili Delphacidae. Tubuh berwarna coklat kekuningan - coklat tua, berbintik coklat gelap pd

Wereng coklat, (Nilaparvata lugens Stal) ordo Homoptera famili Delphacidae. Tubuh berwarna coklat kekuningan - coklat tua, berbintik coklat gelap pd Wereng coklat, (Nilaparvata lugens Stal) ordo Homoptera famili Delphacidae. Tubuh berwarna coklat kekuningan - coklat tua, berbintik coklat gelap pd pertemuan sayap depan. Panjang badan serangga jantan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis-Jenis Predator pada Tanaman Padi Hasil pengamatan predator pada semua agroekosistem yang diamati sebagai berikut: 1. Tetragnatha sp. Klas : Arachnida Ordo : Araneae

Lebih terperinci

b) Kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis ) c) Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes)/tomcat d) Kumbang Carabid (Ophionea nigrofasciata)

b) Kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis ) c) Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes)/tomcat d) Kumbang Carabid (Ophionea nigrofasciata) Wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens) merupakan salah satu hama penting pada pertanaman padi karena mampu menimbulkan kerusakan baik secara langsung maupun tidak langsung. WBC memang hama laten yang

Lebih terperinci

Pestisida Nabati dan Aplikasinya. Oleh: YULFINA HAYATI

Pestisida Nabati dan Aplikasinya. Oleh: YULFINA HAYATI Pestisida Nabati dan Aplikasinya Oleh: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Prospek pengembangan pestisida nabati masih sangat menjanjikan, banyak hal yang bisa dihematdengan menggantikan pestisida sintesis dengan

Lebih terperinci

Daun dan Biji Sirsak: Pestisida Alami Untuk Mengendalikan Wereng

Daun dan Biji Sirsak: Pestisida Alami Untuk Mengendalikan Wereng Daun dan Biji Sirsak: Pestisida Alami Untuk Mengendalikan Wereng BOGOR. Serangan hama wereng pada tanaman padi akhir-akhir ini semakin meningkat. Di beberapa wilayah di Jawa seperti Banyumas, Probolinggo

Lebih terperinci

Pembuatan Pestisida Nabati

Pembuatan Pestisida Nabati Pestisida Nabati Pembuatan Pestisida Nabati Pestisida yg bahan dasarnya dari tumbuhan Bukan utk meninggalkan pestisida buatan melainkan sbg alternatif menghindarkan ketergantungan & meminimalisir pestisida

Lebih terperinci

Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara cara sebagai berikut:

Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara cara sebagai berikut: Berikut merupakan beberapa contoh hama. a. Tikus Tikus merupakan hama yang sering kali membuat pusing para petani. Hal ini diesbabkan tikus sulit dikendalikan karena memiliki daya adaptasi, mobilitas,

Lebih terperinci

VI. PEMBUATAN PESTISIDA NABATI. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP

VI. PEMBUATAN PESTISIDA NABATI. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP PEMBUATAN PESTISIDA NABATI VI. PEMBUATAN PESTISIDA NABATI Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP MODUL-06 Department of Dryland Agriculture Management, Kupang State Agriculture Polytechnic

Lebih terperinci

PEMBUATAN PESTISIDA NABATI DAUN PEPAYA UNTUK PENGEDALIAN ULAT DAN SERANGGA PENGHISAP TANAMAN Oleh Robinson Putra, SP

PEMBUATAN PESTISIDA NABATI DAUN PEPAYA UNTUK PENGEDALIAN ULAT DAN SERANGGA PENGHISAP TANAMAN Oleh Robinson Putra, SP PEMBUATAN PESTISIDA NABATI DAUN PEPAYA UNTUK PENGEDALIAN ULAT DAN SERANGGA PENGHISAP TANAMAN Oleh Robinson Putra, SP Pendahuluan Indonesia terkenal kaya akan keanekaragaman hayati, termasuk jenis tumbuhan

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PERTANIAN ORGANIK FEBR JUNI 2013 (Senin 08 10) Tim Mata Kuliah TPO

PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PERTANIAN ORGANIK FEBR JUNI 2013 (Senin 08 10) Tim Mata Kuliah TPO 1 PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PERTANIAN ORGANIK FEBR JUNI 2013 (Senin 08 10) Tim Mata Kuliah TPO Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung 2013 2 A. PEMUPUKAN HAYATI PADA SAYUR KANGKUNG

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN PADI YANG RAMAH LINGKUNGAN

PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN PADI YANG RAMAH LINGKUNGAN PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN PADI YANG RAMAH LINGKUNGAN Dalam pengembangan produksi pangan khususnya padi, petani dihadapkan kepada beberapa kendala baik yang bersifat fisik, sosio-ekonomi maupun kendala

Lebih terperinci

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2)

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2) CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2) Lektor Kepala/Pembina TK.I. Dosen STPP Yogyakarta. I. PENDAHULUAN Penurunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family Oryzoideae dan Genus Oryza. Organ tanaman padi terdiri atas organ vegetatif dan organ generatif.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

1.2 Tujuan Untuk mengetahui etika dalam pengendalian OPT atau hama dan penyakit pada tanaman.

1.2 Tujuan Untuk mengetahui etika dalam pengendalian OPT atau hama dan penyakit pada tanaman. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan hama dan penyakit pada tanaman merupakan salah satu kendala yang cukup rumit dalam pertanian. Keberadaan penyakit dapat menghambat pertumbuhan dan pembentukan

Lebih terperinci

Mengenal Hama Wereng Batang Coklat Nilaparvata lugens Stal. Oleh : Budi Budiman

Mengenal Hama Wereng Batang Coklat Nilaparvata lugens Stal. Oleh : Budi Budiman Mengenal Hama Wereng Batang Coklat Nilaparvata lugens Stal Oleh : Budi Budiman Nak, kemungkinan hasil panen padi kita tahun ini berkurang!, sebagian besar padi di desa kita terserang hama wereng. Itulah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis-Jenis Predator Pada Tanaman Jagung Jenis-jenis predator yang tertangkap pada tanaman jagung dengan sistem pola tanam monokultur dan tumpangsari adalah sama yakni sebagai

Lebih terperinci

PESTISIDA ALAMI MENDUKUNG BUDIDAYA STROBERI ORGANIK

PESTISIDA ALAMI MENDUKUNG BUDIDAYA STROBERI ORGANIK PESTISIDA ALAMI MENDUKUNG BUDIDAYA STROBERI ORGANIK BUBUR CALIFORNIA Sasaran : jamur (fungi), Tungau (Mite) 1 kg bubuk belerang 2 kg batu kapur bangunan aktif (gamping) 250 g detergen (Sabun colek) 10

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kubis merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak dikonsumsi karena berbagai manfaat yang terdapat di dalam kubis. Kubis dikenal sebagai sumber vitamin A, B, dan

Lebih terperinci

Insektisida sintetik dianggap sebagai cara yang paling praktis untuk

Insektisida sintetik dianggap sebagai cara yang paling praktis untuk AgroinovasI FLORA RAWA PENGENDALI HAMA SERANGGA RAMAH LINGKUNGAN Insektisida sintetik dianggap sebagai cara yang paling praktis untuk mengendalikan hama serangga karena hasilnya cepat terlihat dan mudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hama karena mereka menganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat,

BAB I PENDAHULUAN. hama karena mereka menganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tumbuhan mengalami gangguan oleh binatang atau organisme kecil (virus, bakteri, atau jamur). Hewan dapat disebut

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 Februari 2010. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI. Oleh : M Mundir BP3KK Nglegok

MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI. Oleh : M Mundir BP3KK Nglegok MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI Oleh : M Mundir BPKK Nglegok I LATAR BELAKANG Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah semua organisme yang menggangu pertumbuhan tanaman pokok

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Sycanus sp. (Hemiptera: Reduviidae) Telur Kelompok telur berwarna coklat dan biasanya tersusun dalam pola baris miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan produksi padi dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan produksi padi dipengaruhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan tanaman serealia penting dan digunakan sebagai makanan pokok oleh bangsa Indonesia. Itulah sebabnya produksi padi sangat perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu)

1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu) Hama dan penyakit merupakan cekaman biotis yang dapat mengurangi hasil dan bahkan dapat menyebabkan gagal panen. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil panen yang optimum dalam budidaya padi, perlu dilakukan

Lebih terperinci

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH 11:33 PM MASPARY Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur

Lebih terperinci

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) PENDAHULUAN Pengairan berselang atau disebut juga intermitten adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian untuk:

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Tanaman padi saat berumur 1-3 MST diserang oleh hama keong mas (Pomacea caanaliculata). Hama ini menyerang dengan memakan bagian batang dan daun tanaman yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1993). Yang dimaksud dengan hama ialah semua binatang yang mengganggu dan

BAB I PENDAHULUAN. 1993). Yang dimaksud dengan hama ialah semua binatang yang mengganggu dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kerusakan tanaman akibat serangan hama menjadi bagian budidaya pertanian sejak manusia mengusahakan pertanian ribuan tahun yang lalu. Mula-mula manusia membunuh

Lebih terperinci

Cara Penggunaan Pupuk Organik Powder 135 untuk tanaman padi

Cara Penggunaan Pupuk Organik Powder 135 untuk tanaman padi Cara Penggunaan Pupuk Organik Powder 135 untuk tanaman padi 4 tahap penggunaan Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super Tugama) 1. Persiapan Benih 2. Pengolahan tanah atau lahan tanaman 3. Pemupukan 4.

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row PENDAHULUAN Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama tanaman lain

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang Panjang Secara Umum Dilihat dari hubungan kekerabatannya dalam dunia tumbuhan, kacang panjang dapat disusun klasifikasinya mulai dari division, class, ordo, familia, genus

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama dengan tanaman lain (tumpangsari atau

Lebih terperinci

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT Handoko Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Lahan sawah intensif produktif terus mengalami alih fungsi,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah (S. coarctata) Secara umum tampak bahwa perkembangan populasi kepinding tanah terutama nimfa dan imago mengalami peningkatan dengan bertambahnya

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN ( PETLAP ) PEMUPUKAN TEPAT JENIS dan DOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS PADI. Oleh :

PETUNJUK LAPANGAN ( PETLAP ) PEMUPUKAN TEPAT JENIS dan DOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS PADI. Oleh : PETUNJUK LAPANGAN ( PETLAP ) PEMUPUKAN TEPAT JENIS dan DOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS PADI Oleh : BP3K KECAMATAN SELOPURO 2016 I. Latar Belakang PEMUPUKAN TEPAT JENIS dan DOSIS UNTUK MENINGKATKAN

Lebih terperinci

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Pengolahan Tanah Sebagai persiapan, lahan diolah seperti kebiasaan kita dalam mengolah tanah sebelum tanam, dengan urutan sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saninten (Castanopsis argentea Blume A.DC) Sifat Botani Pohon saninten memiliki tinggi hingga 35 40 m, kulit batang pohon berwarna hitam, kasar dan pecah-pecah dengan permukaan

Lebih terperinci

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) JAGUNG Penyusun Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri Design By WAHYUDI H Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan. Tumbuhan yang digunakan meliputi untuk bahan pangan,

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan. Tumbuhan yang digunakan meliputi untuk bahan pangan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan flora dan fauna. Kekayaan sumber daya alam hayati itu baru sebagian yang sudah dimanfaatkan. Tumbuhan yang digunakan meliputi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Padi (HPBP) Hasil penelitian tingkat kerusakan oleh serangan hama penggerek batang pada tanaman padi sawah varietas inpari 13

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum L.) termasuk sayuran unggulan nasional yang dikonsumsi setiap hari oleh masyarakat, namun belum banyak keragaman varietasnya, baik varietas

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 PUPUK ORGANIK POWDER 135 adalah Pupuk untuk segala jenis tanaman yang dibuat dari bahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT PENDAHULUAN Eli Korlina Salah satu masalah dalam usahatani bawang putih adalah gangguan hama dan penyakit. Keberadaan hama dan penyakit dalam usahatani mendorong petani untuk menggu-nakan pestisida pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan menguntungkan untuk diusahakan karena

Lebih terperinci

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA)

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA) Penggunaan pupuk kimia atau bahan kimia pada tanaman, tanpa kita sadari dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti terlihat pada gambar di atas. Oleh karena itu beralihlah ke penggunaan pupuk organik

Lebih terperinci

Novelgro Terra & NPK Organik

Novelgro Terra & NPK Organik Novelgro Terra & NPK Organik Aplikasinya pada HTI Eukaliptus Peningkatan volume akar Mengaktifkan Sistem Enzim Tanaman Meningkatkan daya tahan tanaman terhadap hama dan penyakit, serta stress lingkungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman sawi (Brassica juncea L.) merupakan salah satu jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman sawi (Brassica juncea L.) merupakan salah satu jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sawi (Brassica juncea L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang digemari dan dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat. Untuk konsumsi sehari-hari, sawi biasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. D.I.Yogyakarta tahun mengalami penurunan. Pada tahun 2013

I. PENDAHULUAN. D.I.Yogyakarta tahun mengalami penurunan. Pada tahun 2013 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (D.I.Yogyakarta) masih memiliki areal pertanian yang cukup luas dan merupakan salah satu daerah pemasok beras dan kebutuhan pangan lainnya di

Lebih terperinci

Terbuka lebar peluang ekspor dari budidaya belut

Terbuka lebar peluang ekspor dari budidaya belut Terbuka lebar peluang ekspor dari budidaya belut Karya Ilmiah Di susun oleh : Nama : Didi Sapbandi NIM :10.11.3835 Kelas : S1-TI-2D STMIK AMIKOM YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011 Abstrak Belut merupakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Selatan yang diketahui memiliki jenis tanah Ultisol dan Laboratorium Ilmu Tanah

III. BAHAN DAN METODE. Selatan yang diketahui memiliki jenis tanah Ultisol dan Laboratorium Ilmu Tanah 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur UNSUR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama 1. Penggerek Batang Berkilat Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan (1998) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT NAMA INSTANSI FASILITATOR : MU ADDIN, S.TP : SMK NEGERI 1 SIMPANG PEMATANG : Ir. SETIA PURNOMO, M.P. Perencanaan pemeliharaan merupakan tahapan awal yang sangat

Lebih terperinci

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor II. TINJAUAN PUSTAKA A. TALAS Talas Bogor (Colocasia esculenta (L.) Schott) termasuk famili dari Araceae yang dapat tumbuh di daerah beriklim tropis, subtropis, dan sedang. Beberapa kultivarnya dapat beradaptasi

Lebih terperinci

M.Yazid, Nukmal Hakim, Guntur M.Ali, Yulian Junaidi, Henny Malini Dosen Fakutas Pertanian Universitas Sriwijaya ABSTRAK

M.Yazid, Nukmal Hakim, Guntur M.Ali, Yulian Junaidi, Henny Malini Dosen Fakutas Pertanian Universitas Sriwijaya ABSTRAK PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI PEMBUATAN DAN APLIKASI PESTISIDA NABATI PADA DEMPLOT SAYURAN ORGANIK DI KELURAHAN TALANG KERAMAT KABUPATEN BANYUASIN M.Yazid, Nukmal Hakim, Guntur M.Ali,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah respon petani terhadap kegiatan penyuluhan PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II,

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Ubi Jalar

Teknologi Produksi Ubi Jalar Teknologi Produksi Ubi Jalar Selain mengandung karbohidrat, ubi jalar juga mengandung vitamin A, C dan mineral. Bahkan, ubi jalar yang daging umbinya berwarna oranye atau kuning, mengandung beta karoten

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tikus

TINJAUAN PUSTAKA Tikus 5 TINJAUAN PUSTAKA Tikus Tikus merupakan salah satu satwa liar yang menjadi hama penting bagi kehidupan manusia baik dalam bidang pertanian, perkebunan, maupun permukiman. Lebih dari 150 spesies tikus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial TINJAUAN PUSTAKA Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Pada umumnya usahatani padi masih merupakan tulang punggung perekonomian keluarga tani dan perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang mempunyai peran dan sumbangan besar bagi penduduk dunia. Di Indonesia, tanaman kedelai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Dekomposisi Jerami Padi pada Plot dengan Jarak Pematang 4 meter dan 8 meter Laju dekomposisi jerami padi pada plot dengan jarak pematang 4 m dan 8 m disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan gizi kacang hijau per 100 gr. Tabel 1.2 Perbandingan kandungan protein kacang hijau per 100 gr

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan gizi kacang hijau per 100 gr. Tabel 1.2 Perbandingan kandungan protein kacang hijau per 100 gr BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu jenis tanaman kacang-kacangan yang sangat populer di Indonesia adalah kacang hijau (Vigna radiata.wilczek). Kacang hijau ialah tanaman penting ketiga di

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kabupaten Klaten merupakan salah satu sentra produksi beras di Indonesia. Saat ini, lebih dari 8% hasil produksi pertanian pangan di kabupaten Klaten adalah beras. Budidaya padi dilakukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Rismunandar, 1993). Indonesia memiliki beragam jenis beras dengan warna nya

BAB I PENDAHULUAN. (Rismunandar, 1993). Indonesia memiliki beragam jenis beras dengan warna nya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi atau beras merupakan komoditas strategis dan sumber pangan utama untuk rakyat Indonesia. Pemerintah Indonesia sejak tahun 1960 sampai sekarang selalu berupaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keharusannya memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Berdasarkan Sensus

I. PENDAHULUAN. keharusannya memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Berdasarkan Sensus I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Peranan sektor pertanian tanaman pangan di Indonesia sangat penting karena keharusannya memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Berdasarkan Sensus Penduduk 2010,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat alternatif karena memiliki kandungan karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09 Tanaman tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tanaman ini dapat ditanam secara luas di dataran

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Tanaman Durian

Teknik Budidaya Tanaman Durian Teknik Budidaya Tanaman Durian Pengantar Tanaman durian merupakan tanaman yang buahnya sangat diminatai terutama orang indonesia. Tanaman ini awalnya merupakan tanaman liar yang hidup di Malaysia, Sumatera

Lebih terperinci

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep) HAMA PENGGEREK BATANG PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA Status Penggerek batang padi merupakan salah satu hama utama pada pertanaman padi di Indonesia. Berdasarkan luas serangan pada tahun 2006, hama penggerek

Lebih terperinci

Peta Konsep. Tujuan Pembelajaran. gulma biologi hama predator. 148 IPA SMP/MTs Kelas VIII. Tikus. Hama. Ulat. Kutu loncat. Lalat. Cacing.

Peta Konsep. Tujuan Pembelajaran. gulma biologi hama predator. 148 IPA SMP/MTs Kelas VIII. Tikus. Hama. Ulat. Kutu loncat. Lalat. Cacing. Peta Konsep Hama Tikus Mengidentifikasi hama dan penyakit pada tumbuhan Penyakit Ulat Kutu loncat Lalat Cacing Wereng Burung Virus Bakteri Jamur Pengendalian Hama Gulma Biologis Mekanis Kimia Pola tertentu

Lebih terperinci

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Brontispa sp di laboratorium. Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang membutuhkan. Tujuan Penelitian Untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut: Divisi Sub divisi Kelas Keluarga Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Monotyledonae : Gramineae (Poaceae)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu mengimbangi kebutuhan pangan penduduk yang jumlahnya terus. dapat mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu mengimbangi kebutuhan pangan penduduk yang jumlahnya terus. dapat mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanian Anorganik Dan Organik Padi merupakan salah satu sumber makanan pokok bagi sebagian besar bangsa Indonesia (Idham & Budi, 1994). Menurut Pracaya (2002) upaya untuk mampu

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PETANI KARAKTERISTIK USAHATANI

KARAKTERISTIK PETANI KARAKTERISTIK USAHATANI LAMPIRAN 57 Lampiran 1 Kuesioner pengendalian hama terpadu tanaman padi Lokasi : KARAKTERISTIK PETANI Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Tanggungan keluarga : Pengalaman bertani (tahun) : Pekerjaan sampingan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Di seluruh dunia, produksi kentang sebanding dengan produksi gandum,

PENDAHULUAN. Di seluruh dunia, produksi kentang sebanding dengan produksi gandum, PENDAHULUAN Latar Belakang Di seluruh dunia, produksi kentang sebanding dengan produksi gandum, jagung, dan beras. Di banyak negara, kentang berfungsi sebagai makanan pokok karena gizi yang sangat baik

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna I. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Ulat Api (Setothosea asigna) Hama ulat api (Setothosea asigna) merupakan salah satu hama paling penting di Indonesia yang dapat merusak tanaman kelapa sawit. Spesies

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Agronomis Padi merupakan salah satu varietas tanaman pangan yang dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PERTANIAN ORGANIK FEBR JUNI 2012 (Kamis 10 12) Darwin Pangaribuan PJ Mata Kuliah TPO

PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PERTANIAN ORGANIK FEBR JUNI 2012 (Kamis 10 12) Darwin Pangaribuan PJ Mata Kuliah TPO 1 PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PERTANIAN ORGANIK FEBR JUNI 2012 (Kamis 10 12) Darwin Pangaribuan PJ Mata Kuliah TPO Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung 2012 2 PEMUPUKAN HAYATI

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Bawang Merah Ramah Lingkungan Input Rendah Berbasis Teknologi Mikrobia PGPR

Teknik Budidaya Bawang Merah Ramah Lingkungan Input Rendah Berbasis Teknologi Mikrobia PGPR Teknik Budidaya Bawang Merah Ramah Lingkungan Input Rendah Berbasis Teknologi Mikrobia PGPR LATAR BELAKANG Tanaman Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang banyak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada abad 21 ini masyarakat mulai menyadari adanya bahaya penggunaan bahan kimia sintetis dalam bidang pertanian. Penggunaan bahan kimia sintesis tersebut telah menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan produksi sayuran meningkat setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan produksi sayuran meningkat setiap tahunnya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran adalah produk pertanian yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan memiliki beragam manfaat kesehatan bagi manusia.bagi kebanyakan orang, sayuran memberikan

Lebih terperinci

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN)

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN) AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN) HAMA Hama utama tanaman kedelai adalah: 1. Perusak bibit 2. Perusak daun 3. Perusak polong 4.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia dan dunia. Produksi padi terus dituntut meningkat untuk memenuhi konsumsi masyarakat. Tuntutan

Lebih terperinci