BAB V KONSEP PERANCANGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V KONSEP PERANCANGAN"

Transkripsi

1 BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Makro Konsep aksesibilitas Lingkar wisata Gunungkidul merupakan tempat-tempat wisata yang sedang ramai dikunjungi. Tempat-tempat ini menyajikan berbagai macam wisata alam yang menarik dan menantang. Karena keadaan inilah, pencapaian ke tempat-tempat wisata ini seringkali susah dan membingungkan. Tak jarang pula terdapat joki antar yang memaksa untuk mengantar ketempat tujuan karena membingungkannya akses ke tempat wisata tersebut. Meskipun Museum Kayu Wanagama terbantu dari akses pencapaian yang mudah karena berada dalam lintasan utama dalam lingkar wisata Gunungkidul, namun letaknya yang agak menjorok kedalam menyebabkan lokasinya tetap sulit diketahui. Gambar 5. 1 Ilustrasi konsep signage sumber: dokumentasi penulis 88

2 Gagasannya adalah untuk mempromosikan museum Kayu Wanagama dengan pemberian konsep pencapaian yang mudah. Secara makro, konsep pencapaian dilakukan dengan pemberian signage dititik-titik krusial seperti persimpangan dan tempat-tempat yang mudah dilihat. Entrance juga dibuat mencolok dan terkesan terbuka agar memberi suasana yang welcome dan mudah dicari Konsep Messo Konsep tata ruang " Indoor dan Outdoor Gallery" Hubungan ruang luar dan ruang dalam digambarkan dengan pembentukan indoor dan outdoor gallery. Integrasinya menyesuaikan kebutuhan fungsi ruang utama sebagai ruang edukasi maupun wisata. Materi display utama tentunya yang berkaitan dengan kayu, entah berupa pajangan koleksi, pajangan kesenian, maupun pajangan hidup "live performance". Gambar 5. 2 Ilustrasi hubungan ruang dalam dan ruang luar sumber: dokumentasi penulis 89

3 Gambar 5. 3 Ilustrasi hubungan ruang dalam dan ruang luar sumber: dokumentasi penulis Ruang indoor memfasilitasi sebagian besar kebutuhan edukasi. Namun bentuk edukasi ini juga terbentuk bersama dengan suasana wisata misalnya dengan menawarkan hiburan dan praktik edukasi kesenian dan pengolahan kayu. Ruang outdoor juga meskipun memfasilitasi sebagian besar fungsi wisata namun dikemas lagi dalam wadah berwisata sambil belajar. Disini sistem pembelajaran langsung berinteraksi dengan alam sekitar Konsep linkage wisata hutan Wanagama Linkage ini merupakan bagian dari lintasan simpul yang akan menyatukan sekaligus mengenalkan bagian-bagian dari hutan Wanagama, termasuk fasilitas yang memang sudah tersedia sebelumnya. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, museum sebagai entrance atau gerbang awal kemungkinan lintasan yang akan dilalui pengunjung. Dalam artian, bahwa lintasan yang didesain nanti akan dibedakan sesuai kegiatan atau aktivitas yang ingin dilakukan oleh masing-masing pengunjung, namun museum merupakan poin entry utama dimana pengunjung pasti akan melewatinya. Jika digambarkan, konsep ini akan membentuk ring sesuai kebutuhan lintasan. 90

4 Gambar 5. 5 Ilustrasi pembagian ring dalam konsep linkage Gambar 5. 4 Ilustrasi pembagian ring dalam konsep linkage 91

5 Ring dibagi menjadi 3 area. Ring 1 sebagai entry utama dan menginterpretasikan ruang, sirkulasi, dan aktivitas di dalam museum kayu Wanagama ( bangunan ). Perjalanan lintasan berawal dari sini sebagai area edukasi awal mengenai semua hal yang akan didisplay dalam. Ring ini juga termasuk dari bagian tata ruang indoor gallery. Lintasan dalam ring ini merupakan lintasan paling pendek dari keseluruhan lintasan yang ditawarkan. Gambar 5. 6 Diagram pengembangan zona dalam ring 2 Ring 2 merupakan area lanjutan setelah pengunjung menikmati museum. Area dalam ring 2 sudah termasuk dalam area ruang outdoor gallery, yang mana kegiatan utamanya yaitu ziarah/ susur hutan dan outdoor class. Selama perjalanan, perasaan yang ingin ditujukan pada pengunjung adalah perasaan bersenang-senang namun juga merenung dan belajar. Dalam keadaan ini, pengunjung berziarah dalam hutan sambil diberikan pengetahuan tambahan berupa outdoor class. Lintasan akan dibagi oleh beberapa spot. Spot ini mewakili kebutuhan ruang penting yang disuguhkan untuk outdoor class. Spot yang akan ditawarkan misalnya spot air, spot pengenalan pohon tertentu, spot penangkaran burung, spot menara pandang, dll. Dalam jarak tertentu, spot ini juga dapat digunakan sebagai titik-titik istirahat sekaligus titik keamanan selama perjalanan. 92

6 Konfigurasi sirkulasi ini didasarkan pada kebutuhan dan fleksibilitas Gambar 5. 7 Ilustrasi sirkulasi linkage hutan Wanagama ruang hutan yang ada tanpa mengganggu atau memutilasi pohon eksisting. Jalur pengunjung lebih organik agar suasana susur hutan lebih terasa asli mengikuti keacakan jarak dan sebaran pohon. Jalur maintenance akan lebih linier untuk mempersingkat waktu perjalanan maintenance. Ring 2 ini merupakan ring dengan lintasan yang medium, dengan jarak pengawasan yang masih terjangkau. Gambar 5. 8 Diagram pengembangan zona dalam ring 2 Setelah ring 2, kegiatan susur hutan dapat dilanjutkan di ring 3. Terdapat cabang lintasan yang memungkinkan pengujung untuk meneruskan perjalan 93

7 ataupun kembali ka area dalam ring 1 untuk keluar.lintasan selanjutnya dalam ring 3 yaitu lintasan dengan jarak paling jauh. Lintasan ini menghubungkan fasilitas-fasilitas yang telah ada di daerah hutan Wanagama seperti Tahura, penangkaran rusa, dan rest area Bunder. Selain itu, terdapat lahan kritis yang dapat digunakan untuk kegiatan bersama seperti penanaman bibit pohon. Kemungkinan kegiatan tambahan yang akan mengisi path adalah kegiatan seperti outbond, camping ground, dll. Karena lingkup ring 3 yang agak luas, lintasan yang ada dimungkinkan menjadi bicycle track dimana orang dapat menyewa sepeda untuk meneruskan perjalanan sesuai rute Konsep Mikro Programatis ruang Kegiatan yang berlangsung dalam ruang museum terbagi menjadi tiga fungsi kegiatan utama dan 3 fungsi kegiatan penunjang museum. Kegiatan utama terdiri dari fungsi pameran ( exhibition ), education, dan collect & conservation. Fungsi penunjang berupa public service, service & maintenance, dan parking. Keenam program tadi dijalankan oleh pengguna museum yang dibagi menjadi 4 yaitu pengunjung public, pelajar ( student ), pakar dan peneliti, serta pengelola. Dalam pengelompokannya, pengguna public dan student dapat memasuki area/ ruang yang bersifat publik seperti area exhibition, dan beberapa area education, pakar peneliti dapat memasuki area public, education dan beberapa ruang yang lebih privat dengan fungsi collecting& conservating.pengelola tentunya sebagai pengguna paling bebas dan dapat memasuki semua area yang ada dalam museum dan meyesuaikan kebutuhan pekerjaan mereka. Fungsi exhibisi mewadahi kegiatan dengan keperluan ruang paling luas dengan analisis sebesar lebih dari 80% total ruang yang akan didesain dalam re-desain museum kayu Wanagama. 94

8 Jika dirangkum dalam diagram, bentuk programatis ruang yang tersusun sesuai kegiatan dan pelaku kegiatan dalam museum dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 5. 9 Diagram analisis programatis ruang Sumber: analisis penulis Jalur dengan anak panah menunjukkan alur-alur ruang manasajakah yang dapat dilewati oleh pelaku kegiatan dalam museum Konsep Morfologi a. Lansekap Lansekap merupakan salah satu pembentuk desain utama selain bangunan. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, konsep pembentukan lansekap mengarah pada elemen-elemen yang ada dalam ekosistem hutan, yang sekaligus merupakan materi museum. Elemen tersebut berupa air, keanekaragaman hayati, dan hutan itu sendiri. 95

9 Sifat elemen ekosistem tersebut yang kemudian memberikan pembentukan lansekap dengan ruang gerak yang dinamis, fluid, dan organik. Kemungkinan pemberian ruang yang selaras dengan hutan dengan pola linear, bercabang, maupun berpori. Pembentukan lansekap selain mengikuti sifat-sifat elemen, juga diikuti dengan pengolahan secara fisik elemen tersebut. Jadi litterally memberikan air, memberikan kebun flora dan fauna, mengolah hutan dalam elemen lansekap sehingga keberadaan ekosistem hutan semakin terasa sekaligus sebagai upaya pelestarian lingkungan. Dalam desain lansekap, kontur dipertahankann sesuai kontur asli. Gambar Diagram elemen pembentuk lansekap Sumber: analisis penulis b. Bangunan Bangunan nantinya merepresentasikan jati diri museum kayu secara maksimal. Konsep yang diambil meliputi transormasi tata massa, metode re-desain dan tata ekspos kayu. Dalam gambar dijelaskan seperti berikut: Gambar Ilustrasi konsep morfologi bangunan 96

10 Gambar Ilustrasi konsep morfologi bangunan Massa menggunakan geometri dasar yang dinamis sehingga akan lebih fleksibel untuk selera pengunjung.. Meskipun dengan geometri dasar, pengembangan massa diterapkan menggunakan tektonika arsitektur yang menerapkan prinsip ekspos struktur kayu. Disini ekspos struktur kayu juga sebagai bagian dari estetika bangunan dan edukasi pengolahan kayu dalam segi struktur. Selain itu, ekspos kayu juga diterapkan dalam fasad bangunan. Penggunaan ramp pada massa bangunan juga diperhitungkan sebagai bagian tata olah massa untuk menikmati site di sekitar. Bagian ramp menjadi path susur bangunan membentuk double layer dimana dibagian paling atas digunakan sebagai menara pandang dengan jarak pandang lebih dari Prinsip double layer sebagai efisiensi lahan sekaligus efisiensi bangunan. Gambar Ilustrasi penerapan double layer Sumber: referensi pra ta dengan judul sepeda center oleh Ginanjar Bagus P 97

11 Sistem infill design mempengaruhi pola massa menjadi mengelilingi bangunan lama, sifat massa pada bagian entrance lebih terbuka sehingga lebih welcome pada pengunjung yang datang. c. Ruang Pembentukan ruang pada bangunan didasarkan pada filosofi kehidupan kayu dimana dimulai dari akar, batang, dahan, dan daun. Gambar Ilustrasi konsep filosofi kayu Gambar Ilustrasi pembentukan ruang dan sekuen ruang museum Akar melambangkan ruang yang berada dalam tanah, solid, gelap, dengan semburat cahaya dari celah-celah, ruang tersusun dari cabangcabang akar yang menjalar, membentuk suatu pengalaman ruang baru 98

12 yang dapat dikembangkan sebagai area hiburan dalam bangunan. Air sebagai salah satu makanan bagi pohon dimungkinkan masuk ke dalam elemen desain ruang ini. Filosofi akar diinterpretasikan sebagai zona awal sebelum dan saat memasuki museum ( entrance ) Batang melambangkan ruang dengan susunan yang linear, vertikal, berada dalam lingkup ruang tertutup namun dengan semburat cahaya yang jatuh dari sela dedaunan. Ruang ini disusun dengan ruang yang luas, tinggi, dan dengan susunan kolom vertikal yang melambangkan batang. Filosofi batang sebagai pertumbuhan pohon diinterpretasikan sebagai ilmu yang terus tumbuh dari fungsi pembelajaran. Jenis ruang yang ditawarkan yaitu seperti hall dan indoor gallery. Bagian dahan sebagai salah satu bagian batang diinterpretasikan sebagai cabang-cabang ilmu yang dapat dipelajari dan dikelompokkan menjadi ruang-ruang, seperti bengkel pengolahan kayu, kelas terbuka, dan juga ruang workshop kesenian kayu. Daun sendiri melambangkan bagian yang paling bebas, paling terbuka, tinggi, dan terkena cahaya langsung. Meskipun outdoor, area ruang yang diinterpretasikan dalam daun yaitu tetap dalam area bangunan. Ruang ditempatkan tinggi dan terbuka untuk menikmati panorama sekitar site. Selanjutnya adalah bagian paling bebas, yaitu bagian susur hutan dimana area desain sudah memasuki area lansekap dan benar-benar berada diluar bangunan Penataan ruang display Gambar Diagram tata ruang display 99

13 Darah pameran terbagi menjadi dua yaitu pameran indoor dan outdoor. Pada ruang luar display utama berupa display ekosistem di dalam hutan. Pada ruang dalam bangunan, display berupa segala koleksi dan pajangan tentang kayu. a. Indoor gallery Pada bagian ini pameran menunjukkan segala koleksi tentang perkayuan. Museum sebagai galeri seni ekspos kayu Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, bahwa bangunan akan menampakkan elemen struktur dan fasad dengan ekspos material kayu. Struktur bangunan menampakkan arsitektur tektonika dan berkaitan dengan segala estetika tentang material kayu lewat struktur. Hall Gambar Bangunan sebagai galeri museum Sumber: -for-tree-of-knowledge-bym3architecture/ Hall terdapat pada area dekat entrance dan merupakan area paling awal dalam galeri. Secara teknis ruangan hall juga tesusun atas bentuk arsitektur vertikal dengan pengembangan struktur tektonika yang akan memberikan nuansa dan menunjukkan suasana di tengah pohon dalam hutan. Disini hall juga sebagai area yang merangkum segala isi materi museum dengan pajangan beberapa info terkait materi museum. 100

14 Gambar Ilustrasi galeri dalam Hall Galeri pengenalan kayu Pada bagian ini, pengunjung akan ditawarkan dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan kayu secara umum. Mulai dari pengenalan macam-macam kayu, sifat umum dan khusus dari kayu, umur kayu dan informasi umum lainnya. Disini pengunjung dapat melihat deskripsi pengenalan, peta, foto, video, audio dan beberapa diorama mini. Galeri kesenian kayu Disini pameran memamerkan koleksi kesenian yang berbahan dasar kayu. Galeri kontemporer ini akan diisi oleh seniman-seniman lokal dan dibagi lagi berdasarkan sifat pameran apakah temporer maupun permanen. Galeri edukasi kayu Disini pameran tidak hanya dinikmati dengan mengamati dan melihat koleksi, namun juga praktik langsung tentang segala edukasi kayu. Yang ditawarkan berupa bengkel pengolahan dan workshop kesenian kayu. Selain itu terdapat kelas terbuka yang dapat diikuti oleh publik. b. Outdoor Gallery Disini pameran terletak pada ruang luar bangunan dan menunjukkan materi-materi display dalam ekosistem hutan. 101

15 Galeri air Air merupakan elemen penting pembentuk hutan. Dalam site, air merupakan salah satu potensi besar yang dapat dimanfaatkan karena berada sangat dekat dengan lokasi museum. Karena itu elemen air akan diperkuat baik dengan cara desain buatan maupun alami. Cara yang bisa dilakukan yaitu menempatkan area perjalan/ path susur hutan melewati sungai ataupun memanfaatkan potensi sungai sebagai view. Galeri ekosistem air juga bisa digunakan dengan membuat desain kolam buatan dalam spot-spot yang akan dibutuhkan untuk galeri. Galeri hutan Hutan Wanagama mengandung beragam jenis florayang dapat ditampilkan untuk galeri. Spot-spot tertentu dapat dikembangkan menjadi area display jenis-jenis flora tersebut. Misalnya spot A untuk pepohonan berkayu keras seperti jati, akasia, mahoni, spot B untuk pohon buah, spot C untuk display semak semak, dll. Gambar Ilustrasi galeri dalam susur hutan Galeri Keanekaragaman Hayati Selain memiliki berbagai macam flora, hutan Wanagama juga memiliki beragam jenis fauna. Paling banyak didominasi burung. Penangkaran eksitu maupun insitu dapat diterapkan dalam outdoor gallery ini sekaligus sebagai upaya penyelamatan lingkungan Storyline Storyline berdasarkan cerita perkayuan yang ingin ditunjukkan dalam museum dimana alur ini berjalan melalui tahap ruang indoor dan outdoor 102

16 gallery dalam keseluruhan cerita perkayuan di Indonesia dan terutama di wilayah Yogyakarta, Wanagama. Timeline dibentuk dengan pola yang umum-spesifik-khusus. Umum menggambarkan perkayuan secara umum, spesifik menggambarkan perkayuan dengan perkembangan seni, teknologi dan edukasi, khusus menggambarkan perkayuan di wilayah kehutanan Wanagama dan akan sebagian besar ditampilkan dalam galeri hidup melalui outdoor gallery Konsep Sirkulasi Sirkulasi yang digunakan adalah sirkulasi pencapaian, sirkulasi dalam ruang dan sirkulasi susur hutan. Gambar Ilustrasi sirkulasi dalam bangunan museum Sirkulasi pencapaian yang digunakan langsung untuk memudahkan akses. Pencapaian langsung ini sekaligus upaya agar fungsi entrance yang welcome dapat tersampaikan dengan baik. Sementara itu, sirkulasi dalam ruang spiral agar sekuen ruang yang diinginkan juga tercapai sesuai alur. Sirkulasi susur hutan menggunakan sirkulasi organik agar lebih fleksibel dalam menempatkan path pada sela sela pepohonan. 103

17 Konsep Sistem Bangunan a. Material Pada museum kayu Wanagama ini, tentunya kayu merupakan material paling dominan yang akan ditampakkan dalam bangunan. Warna dan teksturnya secara alami memberikan tone ruangan yang selaras dikombinasikan dengan material apa saja. Meskipun begitu, bukan berarti bahwa penggunaan material lain tidak memungkinkan. Penggunaan material yang dapat memberikan tekstur dan warna yang netral seperti beton juga mempengaruhi aktivitas pameran menjadi lebih nyaman. Penggunaan material kaca juga sangat memungkinkan pada spot tertentu untuk memberikan efek semu dalam pembatas ruang. b. Utilitas Sumber air bersih selain dari PDAM juga didapatkan dari pengolahan air bersih dari sungai Oya yang kemudian ditampung dalam bak penampungan yang terletak paling tinggi. Sistem pengaliran menggunakan downfeed system yang kemudian didistribusikan ke ruangan berkebutuhan. Air kotor diolah kembali dengan hasil olahan yang didistribusikan untuk keperluan flush dan sprinkle. c. Pencahayaan Dalam ruangan yang besar seperti hall utama atau lobby sistem void atau skylight digunakan untuk memasukkan cahaya alami dan ventilasi alami sekaligus. Gambar Konsep material 104

18 Gambar Konsep pencahayaan alami Sumber: -gun-forest-4816/ Penerapan pencahayaan buatan pada dasarnya dibagi 3 jenis, Artwork Lighting, Task Lighting dan General Lighting. Untuk pencahayaan museum sendiri, artwork lighting menjadi yang paling penting untuk menonjolkan materi display. Prioritas yang kedua adalah task lighting yang berfungsi untuk menerangi kegiatan-kegiatan tertentu yang terjadi di ruangan tersebut. Misalnya penerangan pada keterangan materi pameran, kantor dan laboratorium. Prioritas yang terakhir adalah general lighting yang merupakan penerangan umum yang diperlukan di keseluruhan museum. Penerangan ini biasanya terletak di area sirkulasi yang belum terselesaikan pencahayaannya dengan artwork atau task lighting. General lighting dapat berupa downlight yang berjumlah banyak d. Pengamanan Kebakaran Pengamanan kebakaran merupakan salah satu sistem bangunan yang penting dalam museum kayu. Pengamanan meliputi pencegahan dan pemadaman api. Sistem yang menangani pencegahan berupa fire detector, smoke detector, heat detector, dan alarm. Bentuk pemadaman kebakaran berupa sprinkler, fire extinguisher maupun hydrant. air dari sprinkler dan hydrant berasal dari penampungan air yang memang disedikana untuk pengamanan kebakaran. 105

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Utama 4.1.1. Museum Alam Gunung Sewu sebagai Pusat Wisata Edukasi Geopark dengan Pendekatan Tektonika Arsitektur Diagram 4.1 Sustainability Museum Gunung Sewu Konsep

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan Konsep dari akuarium terumbu karang ini didasari dari karakteristik laut. Dalam perancangan akuarium terumbu karang ini diharapkan mampu menyampaikan kekayaan

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN BAB V. KONSEP PERANCANGAN A. KONSEP MAKRO 1. Youth Community Center as a Place for Socialization and Self-Improvement Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota pendidikan tentunya tercermin dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar 5.1.1 Konsep Site Plan Dalam standarnya, area parkir pengunjung harus berada di bagian depan site agar terlihat langsung dari jalan. Untuk itu, area parkir diletakkan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP DASAR Konsep dasar dalam perancangan hotel ini adalah menghadirkan suasana alam ke dalam bangunan sehingga tercipta suasana alami dan nyaman, selain itu juga menciptakan

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERANCANGAN 6.1 Konsep Utama Perancanaan Youth Center Kota Yogyakarta ini ditujukan untuk merancang sebuah fasilitas pendidikan non formal untuk menghasilkan konsep tata ruang dalam dan luar

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan Pusat Studi dan Budidaya Tanaman Hidroponik ini adalah Arsitektur Ekologis. Adapun beberapa nilai-nilai Arsitektur Ekologis

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Letak Geografis Site Site yang akan dibangun berlokasi di sebelah timur Jalan Taman Siswa dengan koordinat 07 o 48 41.8 LS 110 o 22 36.8 LB. Bentuk site adalah persegi panjang

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Museum Anak-Anak di Kota Malang ini merupakan suatu wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, serta film untuk anak-anak. Selain sebagai

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 konsep Dasar 5.1.1 Tata Letak Bangunan Gate entrance menuju Fasilitas Wisata Agro terletak di jalan akses masuk wisata Kawah Putih, dengan pertimbangan aksesibilitas jalan

Lebih terperinci

TEMA DAN KONSEP. PUSAT MODE DAN DESAIN Tema : Dinamis KONSEP RUANG KONSEP TAPAK LOKASI OBJEK RANCANG

TEMA DAN KONSEP. PUSAT MODE DAN DESAIN Tema : Dinamis KONSEP RUANG KONSEP TAPAK LOKASI OBJEK RANCANG TEMA DAN KONSEP T E M A Trend dalam berpakaian dari tahun ke tahun akan TEMA terus berputar, dan akan berkembang lagi seiring berjalannya waktu eksplorasi tentang suatu pergerakan progressive yang selalu

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN BAB 4 KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Makro Perancangan pasar tradisional bantul menerapkan pendekatan analogi shopping mall. Yang dimaksud dengan pendekatan analogi shopping mall disini adalah dengan mengambil

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

dan perancangan Pasar Seni di Muntilan adalah bagaimana wujud rancangan sebagai tempat pemasaran dan wisata berdasarkan kontinuitas antar ruang

dan perancangan Pasar Seni di Muntilan adalah bagaimana wujud rancangan sebagai tempat pemasaran dan wisata berdasarkan kontinuitas antar ruang BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar Perancangan Berdasarkan tinjauan dan proses analisis, permasalahan dalam perencanaan dan perancangan Pasar Seni di Muntilan adalah bagaimana wujud

Lebih terperinci

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Fungsi Dalam merancang sebuah bangunan, hal yang utama yang harus diketahui adalah fungsi bangunan yang akan dirancang, sehingga terciptalah bangunan dengan desain

Lebih terperinci

PASAR MODERN DI BEKASI TA-115

PASAR MODERN DI BEKASI TA-115 LAPORAN PERANCANGAN PASAR MODERN DI BEKASI DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR MODERN Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperolah Gelar Sarjana Teknik DISUSUN OLEH : ANNELINE PUSPASARI

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERANCANGAN 6.1. Konsep Multifungsionalitas Arsitektur Kesadaran bahwa perancangan youth center ini mempunyai fungsi yang lebih luas daripada sekedar wadah aktivitas pemuda, maka dipilihlah

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Seni Tradisi Sunda di Ciamis Jawa Barat menggunakan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Seni Tradisi Sunda di Ciamis Jawa Barat menggunakan BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Rancangan Perancangan Pusat Seni Tradisi Sunda di Ciamis Jawa Barat menggunakan tema reinterpreting yaitu menginterpretasikan ulang terhadap nilai-nilai yang terdapat dalam

Lebih terperinci

Bab V Konsep Perancangan

Bab V Konsep Perancangan Bab V Konsep Perancangan A. Konsep Makro Konsep makro adalah konsep dasar perancangan kawasan secara makro yang di tujukan untuk mendefinisikan wujud sebuah Rest Area, Plasa, dan Halte yang akan dirancang.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN UMUM

BAB V KONSEP PERANCANGAN UMUM BAB V KONSEP PERANCANGAN UMUM 5.1. Konsep Perancangan Umum Yogyakarta merupakan sebuah kota dengan beragam budaya dan seni. Dari Yogyakarta lahir para seniman-seniman dan arsitek-arsitek handal yang menjadi

Lebih terperinci

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep perancangan mengacu pada karakteristik arsitektur organik, yaitu 1. Bukan meniru bentuk dari alam tapi mengembangkan prinsip yang ada di alam Mengembangkan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil perancangan merupakan aplikasi dari konsep ekowisata pada pengembangan kawasan agrowisata sondokoro yang meliputi bebera aspek, diantaranya: 6.1. Dasar Pengembangan Dasar

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Umum Perancangan Gambar 4. 1 Diagram Ilustrasi Konsep Umum Perancangan Berawal dari komunitas bernama generasi 90-an, muncul sebuah buku ilustrasi populer yang menjadi

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Lebih terperinci

Fasilitas Wisata Edukasi Anjing Kintamani di Kintamani, Bali

Fasilitas Wisata Edukasi Anjing Kintamani di Kintamani, Bali Fasilitas Wisata Edukasi Anjing Kintamani di Kintamani, Bali Penulis : Mellisa Feliciana Darmadji dan Luciana Kristanto 1 Program Studi Arsitektur, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya

Lebih terperinci

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115 BAB I PENDAHULUAN Laporan perancangan ini sebagai tindak lanjut dari Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur dan menjadi satu rangkaian dengan perancangan fisik Rumah sakit Islam Madinah

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. KONSEP MAKRO Secara makro, konsep perencanaan dan perancangan Museum Tekstil Indonesia ini merupakan sebuah alat untuk mendekatkan masyarakat Indonesia agar

Lebih terperinci

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 1.1.1.1 Narasi dan Ilustrasi Skematik Hasil Rancangan Hasil yang akan dicapai dalam perancangan affordable housing dan pertanian aeroponik ini adalah memecahkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Gambar 5.1 : Sumber :

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Gambar 5.1 : Sumber : BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Konsep makro merupakan konsep perancangan sebuah tapak secara luas, hal ini ditujukan untuk mendefinisikan wujud Padepokan Pencak Silat yang akan dibangun. Konsep makro yang

Lebih terperinci

BAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

BAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM BAB 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN Pada bab kali ini akan membahas penyelesaian persoalan perancangan dari hasil kajian yang dipaparkan pada bab sebelumnya. Kajian yang telah dielaborasikan menjadi

Lebih terperinci

sesuatu yang bergerak atau berkembang kreatif menemukan bentuk visualisasinya dan memiliki ekspresi -ekspresi bebas ekspresif.

sesuatu yang bergerak atau berkembang kreatif menemukan bentuk visualisasinya dan memiliki ekspresi -ekspresi bebas ekspresif. Institut Disain Yogyakarata bab V 73 BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INSTITUT DISAIN YOGYAKARTA 5. Konsep Bangunan Institut Disain 5.1. Konsep Filosofi Bangunan Konsep filosofi dari bangunan Institut

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK. Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK. Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 4.1. Konsep Perencanaan 4.1.1. Konsep Zoning Tapak AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis Kawasan Sekolah Seni Rupa untuk

Lebih terperinci

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. Konsep perencanaan 6.1.1. Pelaku dan kategori kebutuhan ruang, dan Besaran Ruang. 6.1.1.1. Pelaku Dan Kategori Kebutuhan Ruang Dari analisis yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Pusat Pengembangan Seni Karawitan ini merupakan sebuah sarana edukasi yang mewadahi fungsi utama pengembangan berupa pendidikan dan pelatihan seni karawitan

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perancangan Batu convention and exhibition center merupakan salah satu

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perancangan Batu convention and exhibition center merupakan salah satu BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.. Penerapan Konsep Pada Rancangan 6... Konsep Rancangan Perancangan Batu convention and exhibition center merupakan salah satu penyedia fasilitas yang mampu menampung kegiatan MICE

Lebih terperinci

Penjelasan Skema : Konsep Citra yang diangkat merupakan representasi dari filosofi kehidupan suku Asmat yang berpusat pada 3 hal yaitu : Asmat sebagai

Penjelasan Skema : Konsep Citra yang diangkat merupakan representasi dari filosofi kehidupan suku Asmat yang berpusat pada 3 hal yaitu : Asmat sebagai BAB V KONSEP DESAIN 5.1 Konsep Citra Konsep merupakan solusi dari permasalahan desain yang ada. Oleh karena itu, dalam pembuatan konsep harus mempertimbangkan mengenai simbolisasi, kebutuhan pengguna,

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Tujuan Perencanaan dan Perancangan Perencanaan dan perancangan Penataan PKL Sebagai Pasar Loak di Sempadan Sungai Kali Gelis Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DESAIN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT PENGOMPOSAN SAMPAH

BAB V KONSEP DESAIN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT PENGOMPOSAN SAMPAH BAB V KONSEP DESAIN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT PENGOMPOSAN SAMPAH 5.1. Konsep Umum Konsep desain perencanaan dan perancangan Pusat Pengomposan Sampah (PPS) Kota Yogyakarta ini menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PENDEKATAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PENDEKATAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PENDEKATAN DAN PERANCANGAN 4.1 KONSEP PENDEKATAN 4.1.1 Konsep Makro 4.1.1.1 Cultural Center Sebagai Pelestari Budaya Dayak Budaya Dayak yang semakin hari semakin memudar. Globalisasi menciptakan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Program Perencanaan Didasari oleh beberapa permasalahan yang ada pada KOTA Kudus kususnya dibidang olahraga dan kebudayaan sekarang ini, maka dibutuhkan

Lebih terperinci

TAMAN REKREASI AIR DI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

TAMAN REKREASI AIR DI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN VI. 1. Konsep Peruangan VI. 1. 1. Kebutuhan dan Besaran Ruang Berdasarkan analisis pelaku dan kegiatan didapatkan tabel kebutuhan ruang seperti dibawah ini: Zona

Lebih terperinci

MUSEUM SENI RUPA DI YOGYAKARTA

MUSEUM SENI RUPA DI YOGYAKARTA LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN MUSEUM SENI RUPA DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA 1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI DERAJAT SARJANA TEKNIK (S-1) PADA

Lebih terperinci

Gambar 6.1 Konsep Hasil Perumusan Pendekatan Konsep Sumber : Analisa Penulis

Gambar 6.1 Konsep Hasil Perumusan Pendekatan Konsep Sumber : Analisa Penulis BAB VI KONSEP PERANCANGAN 6.1 Pengertian Umum Konsep Perancangan Gambar 6.1 Konsep Hasil Perumusan Pendekatan Konsep Konsep perancangan terminal penumpang kapal laut (TPKL) ini merupakan sebuah konsep

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Tata Lansekap Pada lansekap Kompleks Olahraga Satria Purwokerto ini, elemen utama yang ditonjolkan adalah area komersial dan elemen vegetasi. Pembagian zonasi pada

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Perencanaan dan perancangan Museum Batik Yogyakarta bertujuan untuk mewujudkan suatu rancangan museum sebagai fasilitas untuk memamerkan dan mengedukasi

Lebih terperinci

BAB 6. Figure 6. 1 Denah Opened-Gallery. sumber: Analisis Penulis, 2016 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

BAB 6. Figure 6. 1 Denah Opened-Gallery. sumber: Analisis Penulis, 2016 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM BAB 6 EVALUASI RANCANGAN Berdasarkan evaluasi akhir terdapat beberapa hal yang perlu ditambahkan untuk meningkatkan kualitas pada rancangan Sriwijaya Archaeology Museum. Selain itu penambahan pada desain

Lebih terperinci

BAB 5 Konsep Perancangan

BAB 5 Konsep Perancangan BAB 5 Konsep Perancangan 5.1 Konsep Perancangan Pusat Pengolahan Salak Pondoh Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Sosial-Ekonomi Petani Salak Sleman merupakan salah satu kabupaten yang berada di Daerah

Lebih terperinci

BAB VI PENERAPAN KONSEP PADA RANCANGAN. memproduksi, memamerkan dan mengadakan kegiatan atau pelayanan yang

BAB VI PENERAPAN KONSEP PADA RANCANGAN. memproduksi, memamerkan dan mengadakan kegiatan atau pelayanan yang BAB VI PENERAPAN KONSEP PADA RANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Kabupaten Pamekasan paling berpotensi untuk membangun sentra batik di Madura. Sentra batik di pamekasan ini merupakan kawasan yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan 6.1.1 Bentuk Tata Massa Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo pada uraian bab sebelumnya didasarkan pada sebuah

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan BAB VI HASIL RANCANGAN Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan perancangan. Batasan-batasan perancangan tersebut seperti: sirkulasi kedaraan dan manusia, Ruang Terbuka Hijau (RTH),

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik BAB V KONSEP V. 1. Konsep Dasar Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik tolak pada konsep perancangan yang berkaitan dengan tujuan dan fungsi proyek, persyaratan bangunan dan ruang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Gedung pusat kebugaran ini direncanakan untuk menjadi suatu sarana yang mewadahi kegiatan olahraga, kebugaran, dan relaksasi. Dimana kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN MUSEUM BANK INDONESIA BANDUNG

BAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN MUSEUM BANK INDONESIA BANDUNG BAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN MUSEUM BANK INDONESIA BANDUNG 3.1 Tema Dan Gaya a. Tema Tema yang akan diterapkan pada Museum Bank Indonesia ini adalah Menemani Perjalanan Panjang Bank Indonesia.

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Filosofi Dalam dunia fotografi terdapat sebuah konsep pemotretan mengenai kekontinuitasan foto. Yaitu merupakan rangkaian foto yang membentuk sebuah alur cerita, dimana

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1. Konsep Makro Yogyakarta dikenal sebagai daerah budayanya yang kental akan budaya tradisionalnya, salah satu budayanya adalah sebuah permainan tradisional yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Parfum atau wewangian merupakan aroma yang akrab dalam kehidupan kita sehari-hari. Aplikasinya pun beragam, mulai dari kosmetik, aromatherapy, obat, hingga

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek wisma atlet ini menggunakan pendekatan behavior/perilaku sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. dengan ruang-ruang produksi kerajinan rakyat khas Malang yang fungsi

BAB VI HASIL RANCANGAN. dengan ruang-ruang produksi kerajinan rakyat khas Malang yang fungsi BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Rancangan Sentral wisata kerajinan rakyat merupakan rancangan objek arsitektur dengan ruang-ruang produksi kerajinan rakyat khas Malang yang fungsi utamanya menyediakan

Lebih terperinci

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya.

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya. 6.1 KONSEP ZONASI 5.1.1 Zonasi Bangunan zona. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Zonasi pada bangunan mengikuti prinsip sanga mandala dan dibagi menjadi 9 Gambar 5. 2 Pembagian 9 Zona Sanga Mandala

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN MUSEUM ETNOBOTANI INDONESIA

BAB IV PERANCANGAN MUSEUM ETNOBOTANI INDONESIA BAB IV PERANCANGAN MUSEUM ETNOBOTANI INDONESIA DI BANDUNG 3.1. Konsep Perancangan Museum Etnobotani Indonesia merupakan tempat untuk memamerkan benda koleksi berupa hasil pemanfaatan tumbuhan yang ada

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep perencanaan dan perancangan BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 4.1 Konsep Dasar Perencanaan Dalam konsep perencanaan ini akan mengulas lebih lanjut dari pendekatan konsep perencanaan pada

Lebih terperinci

4. BAB 4 PROGRAM ARSITEKTUR

4. BAB 4 PROGRAM ARSITEKTUR 4. BAB 4 PROGRAM ARSITEKTUR 4.1. Konsep Program 4.1.1. Aspek Citra Aspek citra merupakan citra arsitektural yang akan menggambarkan dan di tampilkan oleh museum, aspek citra terdiri dari : a) Bangunan

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Sumber : KAK Sayembara Arsitektur Museum Batik Indonesia Gambar 40 Lokasi Museum Batik Indonesia 1. Data Tapak - Lokasi : Kawasan Taman Mini Indonesia

Lebih terperinci

GEDUNG PAMERAN SENI RUPA

GEDUNG PAMERAN SENI RUPA LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GEDUNG PAMERAN SENI RUPA DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA 1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI DERAJAT SARJANA TEKNIK (S-1)

Lebih terperinci

BAB V PENDEKATAN & KONSEP. Pendekatan konsep didasarkan kepada karakteristik baik gua maupun kondisi lingkungan kawasan karst.

BAB V PENDEKATAN & KONSEP. Pendekatan konsep didasarkan kepada karakteristik baik gua maupun kondisi lingkungan kawasan karst. BAB V PENDEKATAN & KONSEP 5.1 Pendekatan Konsep Pendekatan konsep didasarkan kepada karakteristik baik gua maupun kondisi lingkungan kawasan karst. 5.1.1 Pendekatan Karakteristik Tapak Karakteristik kawasan

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa BAB 6 HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Perancangan Hasil perancangan Pusat Seni dan Kerajinan Arek di Kota Batu adalah penerapan konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Hasil perancangan Sekolah Dasar Islam Khusus Anak Cacat Fisik di Malang memiliki dasar konsep dari beberapa penggambaran atau abstraksi yang terdapat pada

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pusat es krim merupakan fasilitas yang dirancang untuk penikmat es krim. Pusat es krim menyediakan berbagai jenis es krim dan kebutuhan mengenai es krim bagi masyarakat terutama

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 Organisasi Ruang a. organisasi ruang

BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 Organisasi Ruang a. organisasi ruang BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 Organisasi Ruang a. organisasi ruang MAIN ENTRANCE INFORMASI HALL / LOBBY FREE FUNCTION ROOM COFEE SHOP PERPUSTAKAAN TOILET PAMERAN AMPLETHEATRE PENERIMAAN ENTRANCE PENYIMPANAN

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan 116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN COVER HALAMAN PENGESAHAN...

DAFTAR ISI HALAMAN COVER HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN COVER HALAMAN PENGESAHAN... ii CATATAN DOSEN PEMBIMBING... iii PERNYATAAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR TABEL... xviii ABSTRAK... xix BAB

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning Handrail diperlukan di kedua sisi tangga dan harus ditancapkan kuat ke dinding dengan ketinggian 84.64 cm. 6. Pintu Ruangan Pintu ruang harus menggunakan panel kaca yang tingginya disesuaikan dengan siswa,

Lebih terperinci

TAMAN HERBAL SEBAGAI WAHANA PENDIDIKAN DAN REKREASI EKOLOGI DI KARANGANYAR JAWA TENGAH

TAMAN HERBAL SEBAGAI WAHANA PENDIDIKAN DAN REKREASI EKOLOGI DI KARANGANYAR JAWA TENGAH KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN HERBAL SEBAGAI WAHANA PENDIDIKAN DAN REKREASI EKOLOGI DI KARANGANYAR JAWA TENGAH TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan wisata budaya dan karapan sapi Madura di sini mengintegrasikan antara tema regionalisme, karakter umum orang Madura (jujur, terbuka dan tegas) dan wawasan keislaman sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space) dengan unsur vegetasi yang dominan. Perancangan ruang hijau kota harus memperhatikan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi.

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi. BAB V KONSEP V.1. KONSEP DASAR PERENCANAAN Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan pada awalnya, maka konsep dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. membuat suatu bangunan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN Konsep dasar ini tidak digunakan untuk masing-masing ruang, tetapi hanya pada ruang-ruang tertentu. 1. Memperkenalkan identitas suatu tempat Karena

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Konsep Perencanaan BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1.1 Konsep Perencanaan Tapak Perencanaan tapak didasarkan pada tanggapan tapak terhadap lingkungan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Gumul Techno Park di Kediri ini menggunakan konsep

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Gumul Techno Park di Kediri ini menggunakan konsep BAB VI HASIL PERANCANGAN Perancangan Gumul Techno Park di Kediri ini menggunakan konsep Representasi Citra High Tech Architecture yang berkaitan erat dengan aspek teknologi kekinian atau modernisasi. konsep

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Konsep Makro Konsep makro merupakan konsep dasar perancangan bangunan secara makro yang bertujuan untuk menentukan garis besar hotel bandara yang akan dirancang. Konsep makro

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB VI DESAIN PERANCANGAN

BAB VI DESAIN PERANCANGAN BAB VI DESAIN PERANCANGAN 6.1 Identitas Proyek Desain perancangan Redesain Saung Angklung Udjo merupakan aset bagi wilayah kota Bandung pada umumnya dan khususnya bagi pemilik Objek wisata Saung Angklung

Lebih terperinci

Galeri Fotografi Pelukis Cahaya yang Berlanggam Modern Kontemporer dengan Sentuhan Budaya Lombok. Ni Made Dristianti Megarini

Galeri Fotografi Pelukis Cahaya yang Berlanggam Modern Kontemporer dengan Sentuhan Budaya Lombok. Ni Made Dristianti Megarini Galeri Fotografi Pelukis Cahaya yang Berlanggam Modern Kontemporer dengan Sentuhan Budaya Lombok Ni Made Dristianti Megarini 3407100128 Potensi perkembangan kreatifitas dan seni Lombok sangat pesat dan

Lebih terperinci

BABV ADAPTIVE RE-USE. Upaya yang akan dilakukan untuk perencanaan perubahan fungsi bangunan Omah Dhuwur Gallery adalah sebagai berikut:

BABV ADAPTIVE RE-USE. Upaya yang akan dilakukan untuk perencanaan perubahan fungsi bangunan Omah Dhuwur Gallery adalah sebagai berikut: BABV ADAPTIVE RE-USE Dengan melihat kondisi eksisting Omah Dhuwur Gallery pada Bab III dan analisa program pada Bab IV, maka pembahasan-pembahasan tersebut di atas digunakan sebagai dasar pertimbangan

Lebih terperinci

Transformasi pada objek

Transformasi pada objek PROFIL UKURAN LAHAN KEBUTUHAN RUANG KONSEP PELETAKAN MASSA wadah kegiatan komersil dan kegiatan wisata edukasi untuk meningkatkan apresiasi konsumen terhadap hasil karya produsen. Pemilik : Swasta - APTA

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Pendekatan Aspek Kinerja Sistem Pencahayaan Sistem Penghawaan Sistem Jaringan Air Bersih

BAB IV: KONSEP Pendekatan Aspek Kinerja Sistem Pencahayaan Sistem Penghawaan Sistem Jaringan Air Bersih BAB IV: KONSEP 4.1. Pendekatan Aspek Kinerja 4.1.1. Sistem Pencahayaan System pencahayaan yang digunakan yaitu system pencahayaan alami dan buatan dengan presentase penggunaan sebagai berikut : a. Pencahayaan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. RESPON KONTEKS DAN KONSEP UMUM Konsep umum dari bangunan terdiri dari beberapa teori yang mencakup Building Shape, Building Context, dan Building Function. Dalam fungsinya

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan merupakan proses pengambilan keputusan dalam melakukan desain pengembangan kawasan Agrowisata berdasarkan analisis perancangan. Konsep perancangan tersebut di

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCAAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCAAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCAAAN DAN PERANCANGAN 4.1 Konsep Makro Konsep makro perancangan gedung konser/concert Hall Institut Wesley Jakarta ini merupakan sebuah solusi pemecahan masalah yang merupakan sebuah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DESAIN. dikawasan pusat keramaian dengan lokasi yang strategis.

BAB IV ANALISA DESAIN. dikawasan pusat keramaian dengan lokasi yang strategis. BAB IV ANALISA DESAIN A. ANALISA EKSISTING 1. Asumsi Lokasi Dasar pertimbangan penentuan siteplan Museum Film Horor mengambil lokasi di daerah Jakarta Pusat lebih tepatnya di JL. Cikini Raya (kawasan TIM).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Galeri merupakan sebuah bangunan yang memiliki fungsi mirip dengan museum dan memiliki kegiatan utama yang sama yaitu kegiatan pameran. Galeri memiliki fungsi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Makro Youth Business Park sebagai Pusat bisnis Industri Kreatif di Yogyakarta Youth Business Park sebagai alternatif tipologi area komersil yang baru, dimana

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perancangan Pasar Astana Anyar ini merupakan konsep yang menjadi acuan dalam mengembangkan konsep-konsep pada setiap elemen perancangan arsitektur

Lebih terperinci

BAB IV Konsep Perancangan Museum Mobil Klasik. ini adalah Vintage Industrial. Tema ini terdiri dari kata Vintage dan

BAB IV Konsep Perancangan Museum Mobil Klasik. ini adalah Vintage Industrial. Tema ini terdiri dari kata Vintage dan BAB IV Konsep Perancangan Museum Mobil Klasik 4.1 Tema Tema yang diambil dalam perancangan Museum Mobil Klasik ini adalah Vintage Industrial. Tema ini terdiri dari kata Vintage dan Industrial. Vintage

Lebih terperinci

dengan view sungai Serayu sebagai daya tariknya. Resort yang menjadi sarana akomodasi wisata arung jeram memiliki fasilitas penunjang lainnya, yaitu

dengan view sungai Serayu sebagai daya tariknya. Resort yang menjadi sarana akomodasi wisata arung jeram memiliki fasilitas penunjang lainnya, yaitu DESAIN PREMIS Resort arung jeram di wisata arung jeram sungai Serayu Banjarnegara dirancang sebagai sarana akomodasi di kawasan tersebut. Potensi alam yang ada berupa sungai Serayu yang memiliki jeram

Lebih terperinci