BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian, pembahasan landasan teori pada penelitian ini berisi tinjuan sejumlah kajian yang berkaitan dengan 1) Pembelajaran Matematika, 2) Aktivitas Belajar, 3) Hasil Belajar, 4) Model Pembelajaran Kooperatif, 5) Model Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD), dan 6) Rancangan Model Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) dalam PBM Matematika Pembelajaran Matematika Pada sub judul ini akan menguraikan mengenai pengertian pembelajaran matematika, pembelajaran matematika di SD, tujuan pembelajaran Matematika SD, serta Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika. Pengertian pembelajaran Matematika akan memaparkan pengertian pembelajaran Matematika menurut beberapa ahli, selanjutnya pembelajaran matematika di SD membahas mengenai karakteristik pembelajaran Matematika di SD. Tujuan pembelajaran Matematika membahas mengenai tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai selama proses pembelajaran berlangsung, sementara Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika membahas SK dan KD yang akan digunakan peneliti dalam penelitian Pengertian Pembelajaran Matematika Menurut Rusffendi dalam Heruman (2007:1) Matematika adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, keaksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Matematika adalah suatu pelajaran yang tersusun secara beraturan, logis, berjenjang dari yang paling mudah hingga yang paling rumit, sedemikian rupa tersusun sehingga pengertian terdahulu mendasari pengertian berikutnya (Hudojo, 2005). Belajar matematika tidak hanya berhubungan dengan 7

2 8 bilangan-bilangan serta operasi-operasinya, melainkan matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur dan hubungan-hubungan yang diatur menurut urutan yang logis. Menurut Gatot dalam (Kartika, 2012: 26) pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperolah kompetensi tentang bahan matematika yang di pelajari. Pernyataan tersebut sejalan Susanto (2013 :186) yang menyatakan bahwa: Pembelajaran Matematika adalah proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi Matematika. Dari beberapa pernyataan yang di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Matematika adalah proses pemerolehan pengalaman belajar siswa yang memiliki objek abstrak, melalui proses yang sistematis dengan penalaran deduktif, berjenjang dari yang paling mudah hingga yang paling rumit, sehingga keterkaitan antara konsep Matematika bersifat kuat dan jelas. Dalam pembelajaran Matematika tidak hanya keterampilan hafalan namun dibutuhkan cara berpikir kritis untuk suatu pemecahan masalah. Pemecahan masalah ini nantinya akan sangat erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari, sehingga Matematika merupakan mata pelajaran yang penting dibelajarkan sejak usia dini Pembelajaran Matematika di SD Siswa SD berada pada umur yang berkisar antara usia 7 hingga 12 tahun, pada tahp ini siswa masih berpikir pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak dalam fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaifah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret (Heruman, 2007). Siswa SD masih terikat dengan objek yang ditangkap dengan pancaindra, sehingga sangat diharapkan dalam pembelajaran Matematika yang bersifat abstrak, siswa lebih banyak menggunakan media

3 9 sebagai alat bantu, dan penggunaan alat peraga. Ciri-ciri pembelajaran Matematika di SD menurut Van De Walle (2008: 6) yaitu: 1) Pembelajaran Matematika menggunakan metode spiral Pendekatan spiral dalam pembelajaran Matematika merupakan pendekatan dimana pembelajaran konsep atau suatu topik Matematika selalu mengaitkan atau menghubungkan dengan topik sebelumnya. 2) Pembelajaran Matematika bertahap materi Materi pembelajaran Matematika diajarkan secara bertahap yang dimulai dari konsep-konsep yang sederhana, menuju konsep lebih sulit. 3) Pembelajaran Matematika menggunakan metode induktif Sesuai dengan tahap perkembangan mental siswa maka pada pembelajaran Matematika di SD digunakan pendekatan induktif. 4) Pembelajaran Matematika menganut kebenaran konsistensi Kebenaran Matematika merupakan kebenaran yang konsisten artinya tidak ada pertentangan antara kebenaran yang satu dengan yang lainnya. 5) Pembelajaran Matematika hendaknya bermakna Pembelajaran secara bermakna merupakan cara pengajaran materi pembelajaran yang mengutamakan pengertian dari pada hafalan. Selanjutnya Hujono (2005) menyatakan ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengajarkan matematika di tingkat SD yaitu sebagai berikut: 1) Siswa Mengajar matematika untuk sebagian besar kelompok siswa berkemampuan sedang akan berbeda dengan mengajarkan matematika kepada sekelompok kecil siswa cerdas. Sekelompok besar siswa sedang perlu diperkenalkan matematika sebagai suatu aktivitas manusia, dekat dengan penggunaan sehari-hari yang diatur secara kreatif (oleh guru) agar kegiatan dapat disesuaikan dengan topik matematika. Untu siswa yang cerdas, mereka akan mudah mengasimilasi dan mengakomodasi teori matematika dan masalah-masalah yang tertera dalam buku teks. 2) Guru Ada dua orientasi guru dalam mengajar matematika di SD, yaitu (a) keinginan guru mengarah ke kelas sebagai keseluruhan dan sedikit perhatian individu siswa baik reaksinya maupun kepribadian. Biasanya mereka membatasi dirinya ke materi matematika yang distrukturkan ke logika matematika. Mengajar matematika berarti mentranslasikan sedekatdekatnya ke teori matematika yang sama sekali mengabaikan kesulitan yang dihadapi siswa (b) guru tidak terikat ketat dengan pola buku teks dalam mengajar matematika. Kegiatan matematika diatur sedekatdekatnya dengan lingkungan siswa sehingga siswa terbiasa terhadap konsep-konsep matematika. 3) Alat Bantu Mengajar matematika di lingkungan SD, harus didahului dengan bendabenda konkret. Secara bertahap dengan bekerja dan mengobservasi, siswa

4 10 dengan sadar menginterpretasikan pola matematika yang terdapat dalam benda konkret. 4) Proses Belajar Proses belajar yang dapat melibatkan siswa secara aktif sesuai dengan tahap perkembangan mental, agar siswa mempunyai kesempatan maksimum untuk belajar. 5) Matematika yang Disajikan Pembelajaran matematika disajikan dengan bervariasi, dilandsasi altar belakang yang realistik dari siswa. Dengan demikian aktivitas matematika menjadi sesuai dengan lingkungan siswa. 6) Pengorganisasian Kelas Bentuk pengorganisasian yang dimaksud antara lain adalah laboratorium matematika, kelompok siswa yang heterogen kemampuannya, isntruksi langsung, diskusi kelas dan pengajaran individu. Dengan memperhatikan keenam hal di atas, pembelajaran matematika akan berlangsung menyenangkan dan efektif, sehingga siswa tidak hanya mampu menghafal konsep-konsep matematika, tetapi juga harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga pembelajaran matematika di SD mampu mengembangkan kompetensi-kompetensi matematika seperti yang terdapat dalam kurikulum Tujuan Pembelajaran Matematika SD Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006, mata pelajaran Matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berikut: 1) Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi Matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika. 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model Matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5 11 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari Matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran Matematika adalah agar siswa memahami konsep Matematika, menggunakan penalaran, mengkomunikasikan gagasan yang dapat di gunakan dalam pemecahan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran Matematika dapat membuat siswa berpikir logis, kritis dan kreatif serta memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam kehidupan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika Pencapaian tujuan Matematika dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang secara rasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran Matematika telah disusun dalam KTSP sebagai landasan dalam pembelajaran. Adapun Standar Kompetensi untuk mata pelajaran Matematika di SD berdasarkan dokumen pada KTSP mengenai standar kompetensi lulusan dalam Ibrahim dan Suparni (2012:37), yaitu sebagai berikut : 1) Memahami konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung dan sifatsifatnya, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari. 2) Memahami bangun datar dan bangun ruang sederhana, unsur-unsur dan sifat-sifatnya, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari. 3) Memahami konsep ukuran dan pengukuran berat, panjang, luas, volume, sudut, waktu, kecepatan, debit, serta mengaplikasikannya dalam pemecahan kehidupan sehari-hari. 4) Memahami konsep koordinat untuk menentukan letak benda dan menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari.

6 12 5) Memahami konsep pengumpulan data, penyajian data dengan tabel, gambar dan grafik (diagram), mengurutkan data, rentangan data, rerata hitung, modus serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari. 6) Memiliki sikap menghargai Matematika dan kegunaanya dalam kehidupan. 7) Memiliki kemampuan berpikir logis, kritis dan kreatif. Permendiknas nomor 22 tahun 2006 menyebutkan materi mata pelajaran Matematika untuk SD/ MI kelas V semester 2 pada tabel 2.1 sebagai berikut : Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika Kelas 5 SD Semester 2 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Bilangan 5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah. Geometri dan Pengukuran 6. Memahami sifatsifat bangun dan hubungan antar bangun. 5.1 Mengubah pecahan ke bentuk persen dan desimal serta sebaliknya. 5.2 Menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan. 5.3 Mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan. 5.4 Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala. 6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar. 6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang. 6.3 Menentukan jarring-jaring berbagai bangun ruang sederhana. 6.4 Menyelidiki sifat-sifat kesebangunan dan simetri. 6.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruang sederhana. Penelitian ini mengambil Standar Kompetensi 6. Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun. Kompetensi Dasar 6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar dan 6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang Aktivitas Belajar Kegiatan pembelajaran akan berjalan sesuai dengan tujuan kurikulum yang telah ditetapkan apabila dilaksanakan dengan berbagai desain aktivitas belajar yang efektif, menyenangkan, dan melibatkan siswa secara langsung dalam

7 13 pembelajaran. Aktivitas belajar dapat didefinisikan sebagai berbagai aktivitas yang diberikan pada pembelajaran dalam situasi belajar-mengajar (Hamalik, 2011:179). Dalam standar proses pendidikan, pembelajaran didesain untuk membelajarkan siswa, artinya sistem pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dengan kata lain, pembelajaran ditekankan pada aktivitas siswa (Sanjaya, 2008:135). Aktivitas belajar siswa meliputi kegiatan-kegiatan siswa dalam belajar, seperti mendengarkan penjelasan guru, mencatat hal-hal yang dianggap penting, berdiskusi atau kerja kelompok, keberanian untuk bertanya, keberanian mengajukan pendapat, kritik, saran, presentasi, mengerjakan latihan dan kegiatan belajar yang lainnya. Berdasarkan pendapat di atas disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses belajar-mengajar dalam rangka pencapaian tujuan dalam pembelajaran baik kegiatan fisik maupun non-fisik. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Sehingga akan terbentuknya suasana kelas yang kondusif dan menyenangkan, dimana masingmasing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan hasil belajar. Paul D. Dierch dalam Hamalik (2008:90-91) mengelompokkan jenis-jenis aktivitas belajar siswa sebagai berikut : 1. Kegiatan visual: membaca, melihat gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja atau bermain. 2. Kegiatan lisan (oral): mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberikan saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi. 3. Kegiatan mendengarkan seperti: mendengarkan penyajian bahan, percakapan atau diskusi kelompok, siaran radio, maupun mendengarkan suatu permainan instrumen musik. 4. Kegiatan menulis: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat sketsa, atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket. 5. Kegiatan menggambar: menggambar, membuat grafik, diagram, peta, pola.

8 14 6. Kegiatan metrik: melakukan percobaan, memilih alat-alat, malaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan (simulasi). 7. Kegiatan mental: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor, menemukan hubungan, membuat keputusan. 8. Kegiatan emosional: minat, membedakan, berani, tenang, dan sebagainya. Purwanto (2011:107) mengungkapkan dua faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar (proses belajar) siswa, yaitu: 1. Faktor internal, yaitu seluruh aspek yang terdapat dalam diri individu yang belajar, baik aspek fisik maupun psikis. Aspek fisik yaitu sehat tidaknya kondisi tubuh mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Apek psikis meliputi pethatian, pengamatan, tanggapan, fantasi, ingatan, pikiran, bakat, dan motif. 2. Faktor eksternal, terdiri dari lingkungan alam, sosial, guru dan cara mengajar, bahan pelajaran, sarana dan fasilitas. Aktivitas belajar dalam pembelajaran Matematika yang dapat diukur meliputi beberapa aspek, yaitu: kegiatan visual, lisan, mendengarkan, menulis, menggambar, metrik, mental dan emosional (Hamalik 2008:90). Pengukuran pelaksanaan/aktivitas dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan evaluasi beracuan kriteria yaitu menentukan apa yang dianggap prestasi yang baik dan nilai akhir apa yang diharapkan, selain itu dapat dilakukan dengan evaluasi diri siswa, yaitu memberikan laporan, masukan, atau keluhan terhadap proses pembelajaran yang sudah berlangsung (Meier 2002:165). Selain itu skala penilaian lebih tepat digunakan untuk mengukur suatu proses belajar pada siswa (Sudjana, 2012:79). Berdasarkan penjelasan tersebut, maka pengukuran aktivitas belajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan skala penilaian. Dengan menggunakan skala penilaian dapat mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Matematika Hasil Belajar Menurut Wardani, dkk. (2012 :110) Hasil belajar adalah hasil pengukuran penguasaan bidang/ materi dan aspek perilaku baik melalui tes maupun non tes. Pencapaian kompetensi hasil belajar terbagi dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Selanjutnya, Purwanto (2013:46) menyatakan bahwa Hasil belajar

9 15 adalah perubahan perilaku peserta didik akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Lebih lanjut lagi Purwanto menyatakan bahwa macam-macam hasil belajar meliputi pemahaman konsep (aspek kogintif), keterampilan proses (aspek psikomotorik) dan sikap siswa (aspek afektif). a. Pemahaman Konsep (Aspek Kognitif) Pemahaman menurut Bloom (Purwanto, 2013:6) adalah seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap dan memahami pelajaran yang di berikan oleh guru kepada siswa atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan. Sedangkan konsep menurut Dorothy J. Skeel dalam Sumaatmadja (2005: 2-3), konsep merupakan sesuatu yang tergambar dalam pikiran, suatu pemikiran, gagasan atau pengertian. Kesimpulan dari kedua pendapat tersebut bahwa pengertian pemahaman konsep adalah mengerti dan memahami suatu pelajaran yang tergambar dalam pikiran atau gagasan. b. Keterampilan Proses (Aspek Psikomotorik) Menurut Usman dan Setiawati (Purwanto, 2013: 9-10) keterampilan proses merupakan keterampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuan mental, fisik dan sosial yang mendasar sebagi penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa. Keterampilan yang di maksud disini meliputi kemampuan menggunakan nalar dan pikiran termasuk kreativitas. c. Sikap (Aspek Afektif) Sikap tidak hanya mencakup aspek mental semata, melainkan mencakup pula respon aspek fisik, jadi harus ada kekompakan antara mental dan fisik (Purwanto, 2013 :10-11). Sikap tidak hanya dilihat dari perubahan mental saja yang dimunculkan, melainkan juga pada aspek fisik. Dari pengertian hasil belajar di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya melalui interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek

10 16 kogitif berupa pemahaman konsep, aspek afektif di tunjukan dengan perubahan secara mental dan fisik sedangkan aspek psikomotik mencakup keterampilan dalam menggunakan pikiran nalar serta kreativitasnya. Ketercapaian hasil belajar dapat diketahui dengan melakukan pengukuran. Menurut Wardani (2012:47) pengukuran diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa atau benda. Angka dalam pengukuran, dapat ditentukan dengan sebuah alat ukur yang disebut dengan instrumen. Instrument yang sering digunakan seperti tes, lembar observasi, panduan wawancara, skala sikap dan angket. Salah satu instrument yang banyak di gunakan adalah tes. Menurut Wardani (2012:48), Tes adalah instrumen yang digunakan untuk mengetahui kemampuan intelektual seseorang. Hasil belajar dapat ditentukan juga dengan asesmen. Asesmen menurut Wardani (2012: 50) adalah proses pengambilan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Menurut Naniek Sulistya Wardani (2012:56) berdasarkan fungsinya, asesmen pembelajaran dibedakan menjadi 5 jenis, yaitu : a. Asesmen formatif, yakni penilaian yang dilakukan pada setiap akhir pokok bahasan, tujuannya untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap pokok bahasan tertentu. b. Asesmen sumatif, yaitu penilaian yang dilakukan pada khir suatu program tertentu, (catur wulan, semester atau tahun ajaran). Tujuannya dalah untuk melihat prestasi yang dicapai peserta didik selama satu program yang secara lebih khusus hasilnya akan merupakan nilai yang tertulis dalam raport dan penentuan kenaikan kelas. c. Asesmen diagnostik, yaitu penilaian yang dilakukan untuk melihat kelemahan siswa dan faktor-faktor yang diduga menjadi penyebabnya, dilakukan untuk keperluan pemberian bimbingan belajar dan pengajaran remidial, sehingga aspek yang dinilai meliputi kemampuan belajar, aspek-aspek yang melatarbelakangi kesulitan belajar yang dialami anak serta berbagai kondisi khusus siswa.

11 17 d. Asesmen penempatan (placement), yaitu penilaian yang ditujukan untuk menempatkan siswa sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannnya, misalnya dalam pemilihan jurusan, atau menempatkan anak pada kerja kelompok dan pemilihan kegiatan tambahan. Aspek yang dinilai meliputi bakat, minat, kesangguapan, kondisi fisik, kemampuan dasar, keterampilan, dan aspek khusus yang berhubungan dengan proses pembelajaran. e. Asesmen seleksi, yakni penilaian yang ditujukan untuk menyaring atau memilih orang yang paling tepat pada kedudukan atau posisi tertentu. Pelaksanaan asesmen pembelajaran, perlu memperhatikan teknik asesmen pembelajaran. Secara umum teknik asesmen dapat dikelompokkan menjadi dua yakni teknik tes dan nontes. a. Teknik Tes Tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang diangggap benar menurut Suryanto Adi, dkk (Wardani, 2012:70). Berikut ini adalah teknik tes yang dikemukakan oleh Poerwanti (2008:4-9) sebagai berikut: 1. Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan 1) Tes tertulis. Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal soal maupun jawabannya. 2) Tes lisan. Pada tes lisan, baik pertanyaan maupun jawaban (response) semuanya dalam bentuk lisan. Karenanya, tes lisan relatif tidak memiliki rambu-rambu penyelenggaraan tes yang baku, karena itu, hasil dari tes lisan biasanya tidak menjadi informasi pokok tetapi pelengkap dari instrumen asesmen yang lain. 3) Tes unjuk kerja. Pada tes ini peserta didik diminta untuk melakukan sesuatu sebagai indikator pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor.

12 18 2. Jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya 1) Tes esei (essay-type test). Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa mengorganisasikan gagasan-gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakannya dalam bentuk tulisan. 2) Tes jawaban pendek. Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban pendek jika peserta tes diminta menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk esei, tetapi memberikan jawaban-jawaban pendek, dalam bentuk rangkaian kata-kata pendek, kata-kata lepas maupun angkaangka. 3) Tes objektif. Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi diperlukan untuk menjawab tes yang telah tersedia. Oleh karenanya sering pula disebut dengan istilah tes pilihan jawaban (selected response test). b. Non Tes Teknik non tes sangat penting dalam mengakses siswa pada ranah afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada aspek kognitif. Ada beberapa macam teknik non tes. Menurut Poerwanti (2008: ) teknik non tes dibedakan menjadi: 1. Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar peserta didik, maupun observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpa menggunakan instrumen. 2. Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yang diberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau aspek kepribadian peserta didik. 3. Angket merupakan suatu teknik yang dipergunakan untuk memperoleh informasi yang berupa data deskriptif. Teknik ini biasanya berupa angket sikap (attitude questionnaires). 4. Work sample analysis (analisa sampel kerja) digunakan untuk mengkaji respon yang benar dan tidak benar yang dibuat siswa dalam pekerjaannya

13 19 dan hasilnya berupa informasi mengenai kesalahan atau jawaban benar yang sering dibuat siswa berdasarkan jumlah, tipe, pola, dan lain sebagainya. 5. Task analysis (analisis tugas) dipergunakan untuk menentukan komponen utama dari suatu tugas dan menyusun skills dengan urutan yang sesuai dan hasilnya berupa daftar komponen tugas dan daftar skills yang diperlukan. 6. Checklists dan rating scales dilakukan untuk mengumpulkan informasi dalam bentuk semi terstruktur, yang sulit dilakukan dengan teknik lain dan data yang dihasilkan bisa kuantitatif ataupun kualitatif, tergantung format yang dipergunakan. 7. Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam karya tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan belajar dan prestasi siswa. 8. Komposisi dan presentasi, peserta didik menulis dan menyajikan karyanya. 9. Proyek individu dan kelompok, peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta dapat digunakan untuk individu maupun kelompok. Dasar pembuatan alat ukur adalah membuat kisi-kisi. Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) adalah format atau matriks pemetaan soal yang menggambarkan distribusi item untuk berbagai topik berdasarkan kompetensi dasar, indikator dan jenjang kemampuan tertentu. Penyusunan kisi-kisi ini digunakan untuk pedoman menyusun atau menulis soal menjadi perangkat tes. Dari tes menghasilkan skor pengukuran yang dipergunakan sebagai dasar penilaian atau evaluasi. Wardani dkk, (2010:2.8) menjelaskan bahwa evaluasi itu merupakan proses untuk memberi makna atau menetapkan kualitas hasil pengukuran, dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Kriteria sebagai pembanding dari proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat ditentukan sebelum proses pengukuran atau ditetapkan setelah pelaksanaan pengukuran. Kriteria tersebut dapat berupa proses atau kemampuan minimal yang

14 20 dipersyaratkan seperti KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) atau batas keberhasilan, kriteria tersebut juga dapat pula berupa kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok, atau berbagai patokan yang lain. Kriteria yang berupa batas kriteria minimal yang telah ditetapkan sebelum pengukuran dan bersifat mutlak disebut dengan Penilaian Acuan Patokan atau Penilaian Acuan Kriteria (PAP/PAK), sedang kriteria yang ditentukan setelah kegiatan pengukuran dilakukan dan didasarkan pada keadaan kelompok dan bersifat relatif disebut dengan Penilaian Acuan Norma atau Penilaian Acuan Relatif (PAN/PAR). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan menyatakan bahwa KKM adalah Kriteria Ketuntasan Belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan. KKM pada akhir jenjang satuan pendidikan untuk kelompok mata pelajaran selain ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan nilai batas ambang kompetensi. Tujuan utama dari penilaian adalah untuk membantu guru atau pendidik dalam mengambil keputusan dalam memperbaiki pembelajaran (Wardani Naniek Sulistya, dkk., 2012). Penilaian hasil belajar pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi pada diri peserta didik. Pada umumnya hasil belajar akan memberikan pengaruh dalam dua bentuk yaitu peserta didik akan mempunyai perspektif terhadap kekuatan dan kelemahannya atas perilaku yang diinginkan dan perilaku yang diinginkan itu telah meningkat baik setahap atau dua tahap sehingga timbul lagi kesenjangan antara penampilan prilaku yang sekarang dengan yang diinginkan. Penilaian hasil bertujuan untuk mengetahui hasil belajar atau pembentukan kompetensi peserta didik. Standar nasional pendidikan mengungkapkan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk penilaian harian, penilaian tengah semester, penilaian akhir semester, dan penilaian kenaikan kelas. Hasil belajar juga dapat diperoleh ketika tes evaluasi diberikan dan kemudian dapat diketahui dari skor perolehan siswa yang berupa aspek kognitif dengan menggunakan alat penilaian yaitu tes evaluasi dengan hasil yang dinyatakan dalam bentuk skor, aspek afektif yang menunjukkan sikap siswa dalam mengikuti

15 21 pembelajaran berupa tanya jawab, diskusi, presentasi dan aspek psikomotorik yang menunjukkan siswa dalam menyimak kompetensi yang diberikan guru dalam kegiatan pembelajaran berlangsung. Jadi hasil belajar adalah perolehan skor dari pengukuran tes (aspek kognitif) dan non tes (aspek sikap dan aspek ketrampilan) Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin (2010:4) model pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama yang lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Pembelajran dalam kelas kooperatif para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-maisng. Pendapat tersebut sejalan dengan Suprihatiningrum (2013:191) yang menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif atau cooperative learning mengacu pada metode pembelajaran yang mana siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dengan membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen dengan tujuan mereka dapat bekerjasama dalam menyelesaikan suatu permasalahan tertentu dengan mengesampingkan ego masing-masing demi keberhasilan kelompoknya. Selain meningkatkan keterampilan dalam berinteraksi, setiap anggota kelompok juga memiliki tanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya. Setiap strategi pembelajaran mempunyai ciri masing-masing yang membedakan dengan yang lainnya. Proses pembelajaran pada kooperatif lebih menekankan pada kerja sama kelompok, hal ini yang menyebabkan kooperatif berbeda dengan yang lainnya. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Rusman (2012:207) adalah:

16 22 a. Pembelajaran secara tim, pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim harus mampu membuat seluruh anggotanya belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. b. Didasarkan pada manajemen kooperatif, manajemen ini mempunyai tiga fungsi yaitu: sebagai perencanaan, sebagai organisasi, dan sebagai kontrol. c. Kemauan untuk bekerja sama, keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Tanpa kerjasama yang baik antarsiswa dalam satu kelompok, pembelajaran kooperatif tidak dapat berhasil maksimal. d. Keterampilan bekerja sama, kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dalam hal ini siswa didorong untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota satu tim. Sedangkan unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran kooperatif menurut Lungdren (dalam Isjoni 2013: 16) sebagai berikut: a. Siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam atau berenang bersama. b. Siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab, terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi. c. Siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama. d. Siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab diantara anggota kelompok. e. Siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok. f. Siswa berbagai kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar. g. Setiap siswa diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Pembelajaran kooperatif akan berhasil dengan baik dalam proses pembelajaran apabila sesuai dengan langkah-langkah dan dapat terampil dalam menjalankan model pembelajaran ini. Menurut Rusman (2009:211) ada enam tahap pembelajaran kooperatif yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

17 23 Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tahap Tahap-1 Menyampaikan tujuan dan motivasi Tahap-2 Menyajikan informasi Tahap-3 Mengorganisasikan siswa kedalam kelompokkelompok belajar Tahap-4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Tahap-5 Evaluasi Tahap-6 Memberikan penghargaan Tingkah laku guru Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Guru menyampaikan informasi pada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok-kelompok belajar dan membentu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Guru mencari cara menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu maupun kelompok Model pembelajaran kooperatif dibagi menjadi beberapa macam. Menurut Isjoni (2013:73) dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan antara lain: a. STAD (Student Team Achievement Divisions) b. TGT (Teams Games Tournament) c. Jigsaw d. CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) e. TAI (Team Assisted Individualization) f. Group Investigation g. Rotating Trio Exchange h. Group Resume Dalam pembelajaran kooperatif diharapkan siswa bekerja sama satu sama lainnya, berdiskusi dan berdebat, menilai kemampuan pengetahuan dan mengisi kekurangan anggota lainnya. Bila diorganisasikan dengan tepat, siswa dapat bekerja sama dengan yang lainnya untuk memastikan bahwa setiap siswa dalam kelompok tersebut telah menguasai konsep yang telah diajarkan. Hal ini akan

18 24 menumbuhkan realisasi bahwa siswa membutuhkan belajar dan berpikir untuk memecahkan masalah dan mengaplikasikan pengetahuan serta keterampilannya Model Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) Model pembelajaran STAD merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa saling membantu, memotivasi, serta menguasai ketrampilan yang diberikan oleh guru. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari siklus kegiatan pengajaran biasa yaitu 1) Presentasi kelas, 2) Kegiatan kelompok, 3) Tes, 4) Perhitungan nilai perkembangan individu, dan 5) Pemberian penghargaan kelompok (Slavin, 1995:34). STAD merupakan metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Menurut Nurhadi (2004:116), bahwa Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa di dalam kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok atau tim yang masing-masing terdiri atas 4 sampai 5 orang anggota kelompok yangmemiliki latar belakang kelompok yang heterogen, baik jenis kelamin, ras etnik, maupun kemampuan intelektual (tinggi, rendah, dan sedang). Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim. Sedangkan menurut Huda (2013:201) Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu strategi pembelajaran kooperatif yang di dalamnya beberapa kelompok kecil siswa dengan level kemampuan akademik yang berbedabeda saling bekerja sama untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran. Dari beberapa pengertian yang telah disampaikan maka dapat disimpulkan bahwa Student Team Achievement Division (STAD) adalah model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran dalam kelompok heterogen untuk mencapai hasil belajar yang maksimal.

19 Komponen STAD Menurut Slavin (2005:143) STAD terdiri atas lima komponen utama, yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual dan rekognisi (penghargaan) tim. Uraiannya sebagai berikut: a) Presentasi Kelas Presentasi kelas merupakan pengajaran langsung seperti yang sering dilakukan atau diskusi yang dipimpin oleh guru. Perbedaan presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah presentasi tersebut haruslah benar-benar terfokus pada unit STAD. Jadi para siswa harus benar-benar memberi perhatian penuh terhadap presentasi kelas agar mereka dapat mengerjakan kuis-kuis sehingga dari skor kuis akan menentukan skor tim mereka. b) Tim Tim terdiri dari 4-5 siswa yang berbeda dalam tingkat kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras. Fungsi tim yaitu memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar dan mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Tim berkumpul untuk mempelajari lembar kerja siswa, setelah guru menyampaikan materi. Pada tiap pertemuan, guru menekankan anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan setiap tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. c) Kuis Para siswa akan mengerjakan kuis yang dilaksanakan setelah satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktim tim. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya. Setelah siswa mengerjakan kuis, siswa dapat saling bertukar kertas dengan anggota tim lain, ataupun mengumpulkan kuisnya untuk dinilai setelah kelas selesai. Skor kuis dan skor tim dihitung tepat pada waktunya untuk digunakan pada kelas selanjutnya. d) Skor Kemajuan Individual Skor kuis para siswa dibandingkan berdasarkan tingkat kemajuan yang diraih siswa pada hasil yang mereka capai sebelumnya. Para siswa

20 26 mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat di mana skor kuis mereka melampaui skor awal mereka. Berikut penentuan poin skor kemajuan individual dapat dilihat pada tabel 2.3 di bawah ini: Tabel 2.3 Skor Kemajuan Individual Skor Kuis Poin Kemajuan Lebih dari 10 poin di bawah skor awal poin di bawah skor awal 10 Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal) 30 Sumber: Slavin (2005:159) Poin ini kemudian dijumlahkan untuk memperoleh skor tim, dan tim yang berhasil memenuhi kriteria tertentu akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan lainnnya. Untuk menghitung skor tim, guru harus mencatat tiap poin kemajuan semua anggota tim pada lembar rangkuman tim dan membagi jumlah total poin kemajuan seluruh anggota tim dengan jumlah anggota tim yang hadir, jika hasil angka yang diperoleh adalah pecahan maka harus dibulatkan. Beikut tabel skor individu siswa: Tabel 2.4 Lembar Skor Kuis Individu Tanggal: Tanggal: Tanggal: Kuis: Kuis: Kuis: Siswa Skor dasar Skor kuis Poin kemajuan Skor dasar Skor kuis Poin kemajuan Skor dasar Skor kuis Poin kemajuan Sumber: Slavin (2005:162)

21 27 e) Rekognisi (Penghargaan) Tim Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Tiga macam penghargaan yang diberikan. Ketiganya di dasarkan pada rata-rata skor tim, sebagai berikut: Tabel 2.5 Penghitungan Perkembangan Skor Kelompok Kriteria (Rata-rata Tim) Penghargaan 0 N 5-6 N 15 Tim baik (Good Team) 16 N 20 Tim hebat (Great Team) 21 N 30 Tim super (Super Team) Sumber: Rusman (2012:216) Langkah-langkah Model Pembelajaran STAD Suatu model pembelajaran akan berhasil dengan baik apabila dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran tersebut. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Rusman (2012:215) yaitu: a. Penyampaian tujuan dan motivasi Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar. b. Pembagian kelompok Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas. c. Presentasi dari guru Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran, guru memberikan motivasi kepada siswa. Di dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. d. Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim) Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi. e. Kuis (evaluasi) Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. f. Penghargaan prestasi tim

22 28 Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka dengan rentang Untuk kelompok yang memperoleh skor tertinggi akan mendapatkan penghargaan dari guru berupa sertifikat. Sedangkan langkah-langkah pembelajaran STAD menurut Huda (2013:201) terdapat empat tahap, yaitu: Tahap 1: Pengajaran Pada tahap pengajaran, guru menyajikan materi pelajaran, biasanya dengan format ceramah-diskusi. Pada tahap ini siswa seharusnya diajarkan tentang apa yang akan mereka pelajari dan mengapa pelajaran tersebut penting. Tahap 2 : Tim Studi Pada tahap ini, para anggota kelompok bekerja secara kooperatif untuk menyelesaikan lembar kerja dan lembar jawaban yang telah disediakan oleh guru. Tahap 3 : Tes Pada tahap ujian, setiap siswa secara indvisu menyelesaikan kuis. Guru men-score kuis tersebut dan mencatat pemerolehan hasilnya saat itu serta hasil kuis pada pertemuan sebelumnya. Hasil dari tes individu akan diakumulasikan untuk skor tim mereka. Tahap 4 : Rekognisi Setiap tim menerima penghargaan atau reward bergantung pada nilai skor rata-rata tim. Misalnya, tim-tim yang memperoleh poin peningkatan dari 15 hingga 19 akan menerima sertifikat sebagai TIM BAIK, tim yang memperoleh rata-rata poin peningkatan dari akan mendapatkan sertifikat TIM HEBAT, sementara tim yang memperoleh poin akan menerima sertifikat sebagai TIM SUPER. Dari beberapa pendapat di atas, dapat dilihat bahwa pemebelajaran STAD menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam kelompok untuk menguasai materi pelajaran guna mencapai hasil belajar yang maksimal. Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan langkah-langkah pembelajaran STAD sebagai berikut : 1. Penyajian Kelas Penyajian kelas merupakan penyajian materi yang dilakukan guru secara klasikal dengan menggunakan presentasi verbal atau teks. Penyajian difokuskan pada konsep-konsep dari materi yang dibahas. Setelah penyajian materi, siswa bekerja pada kelompok untuk menuntaskan materi pelajaran melalui tutorial, kuis atau diskusi.

23 29 2. Pembentukan kelompok Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa yang ada di dalam kelas, dimana setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa yang dipilih secara heterogen. 3. Kerja Kelompok/Tim Setelah guru menyampaikan materi, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya.tim adalah figur yang paling penting dalam STAD. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar dan mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Yang paling sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan. 4. Presentasi Kelompok Presentasi kelompok dilakukan secara bergantian di depan kelas sehingga terjadi diskusi kelas. Siswa diajarkan untuk berpendapat dan menerima pendapat orang lain. Hasil dari presentasi kelompok siswa dan guru secara bersama-sama menarik kesimpulan tentang materi yang sudah dipelajari. 5. Siswa mengerjakan tes/kuis individual Siswa mengerjakan tes/kuis yang diberikan guru. Dalam mengerjakan, siswa tidak boleh saling membantu. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi saat belajar bersama kelompok. 6. Memberikan penghargaan/reward Penghargaan diberikan kepada kelompok yang berhasil mengumpulkan nilai tertinggi. Nilai tersebut berasal dari jumlah nilai tes individu dalam satu kelompok. Pemberian penghargaan perlu dilakukan untuk memotivasi semangat belajar siswa Kelebihan dan Kelemahan STAD Setiap model pembelajaran tidak ada yang sempurna, karena masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihannya tersendiri. Oleh karena itu peran pendidik penting dalam menyesuaikan model mana yang sesuai untuk di terapkan dalam

24 30 menyampaikan materi tertentu. Menurut Budairi (2012:1) pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki kelebihan, yaitu sebagai berikut: 1. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok, sehingga meningkatkan jiwa sosial masingmasing siswa. 2. Siswa aktif saling membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama. 3. Semua siswa aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok, sehingga setiao siswa mampu mengembangkan pemahaman dan penugasan materi yang bersifat kognitif, psikomotoris, maupun afektif. 4. Interaksi antarsiswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat. Selain kelebihan yang dimiliki model pembelajaran kooperatif tipe STAD juga terdapat kelemahan-kelemahannta. Berikut ini kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Budairi (2012:1), yaitu: 1. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum. 2. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif. 3. Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama. Kekurangan-kekurangan yang ada pada pembelajaran kooperatif masih dapat diatasi atau diminimalkan. Penggunaan waktu yang lebih lama dapat diatasi dengan menyediakan lembar kerja siswa (LKS) sehingga siswa dapat bekerja secara efektif dan efisien. Sedangkan pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas sesuia kelompok yang ada dapat dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian, dalam kegiatan pembelajaran tidak ada waktu yang terbuang untuk pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas. Pembelajaran kooperatif memang membentuk kemampuan khusus guru, namun hal ini dapat diatasi dengan menggunakan latihan terlebih dahulu. Sedangkan kekurangan-kekurangan terakhir dapat diatasi dengan memberikan pengertian kepada siswa bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, siswa merasa perlu untuk berkerja sama dan berlatih bekerja sama dalam pembelajaran kooperatif.

25 Rancangan Model Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) dalam PBM Matematika Pembelajaran matematika tidak hanya penghafalan rumus-rumus atau pengenalan konsep-konsep saja, namun fokus guru adalah melatih cara berpikir dan bernalar siswa, mengembangkan aktivitas kreatif, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, dan mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengemukakan gagasan. Apabila guru menggunakan model pembelajaran konvensional dalam pembelajaran Matematika, siswa hanya mampu menghafal materi-materi yang didapat. Siswa tidak dapat memahami dengan baik dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, dibutuhkan suatu model pembelajaran yang melibatkan secara langsung dalam pembelajaran salah satunya yaitu model pembelajaran STAD. Model pembelajaran STAD merupakan salah satu pembelajaran kooperatif. Model STAD menekankan pada heterogenitas dan kerja sama antarsiswa di dalam kolompok. Siswa dengan aktivitas kerja kelompok kemungkinan lebih besar aktif dibandingkan bekerja sendirian. Berdisikusi, menyampaikan pendapat, serta mengajukan pertanyaan akan membantu membentuk kepercayaan diri siswa, mengembangkan cara berfikir kritis, dan menghasilkan rasa kepemilikan dalam tugasnya. Guru sebagai fasilitator harus mendesain pembelajaran semenarik mungkin dan meningkatkan aktivitas siswa agar tercipta pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna. Guru juga harus menyadari bahwa dalam pembelajaran membutuhkan keterlibatan siswa secara langsung. Dengan aktivitas belajar siswa yang melibatkan siswa dalam pembelajaran secara langsung akan meningkatkan keterampilan sosial siswa dalam mengungkapkan ide atau pendapatkanya.siswa yang mengkonstruk sendiri pengetahuannya akan merasakan arti penting, manfaat, kebermaknaan yang bermakna dalam belajar sehingga hasil belajar akan meningkat. Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD) menurut beberapa ahli, maka langkahlangkah pembelajaran menggunakan model pembelajaran Student Team

26 32 Achievement Division (STAD) pada mata pelajaran Matematika SD kelas 5 semester 2 dengan materi sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang dapat kita ketahui langkah-langkah pembelajaran pada tabel 2.6 sebagai berikut: No Langkah Dalam Model Pembelajaran STAD Tabel 2.6 Langkah-langkah Pembelajaran STAD Langkah Pembelajaran di Kelas 1. Penyajian Kelas - Siswa bersama guru bertanya jawab tentang peristiwa yang berhubungan dengan sifatsifat bangun datar dan bangun ruang. - Melibatkan siswa aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. 2. Pembentukan kelompok - Siswa dibagi menjadi kelompok kecil, setiap kelompok terdiri dari 4-6 orang. - Setiap kelompok difasilitasi lembar kerja kelompok. 3. Kerja Kelompok/Tim - Setiap kelompok berdiskusi tentang tugas yang diberikan sesuai arahan yang diberikan oleh guru. - Selama diskusi berlangsung guru memberikan motivasi, arahan dan bimbingan pada masing-masing kelompok. 4. Presentasi kelas - Perwakilan kelompok maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok, sedangkan kelompok lain memberi tanggapan. - Guru dan siswa bersama-sama membahas hasil pengerjaan kelompok. 5. Siswa mengerjakan tes/kuis individual 6. Memberikan penghargaan/reward - Setelah melakukan pembahasan terhadap hasil dari perwakilan kelompok, guru meminta siswa untuk mengerjakan soal secara individu. - Skor kuis individu akan dibandingkan dengan skor dasar. - Poin skor kemajuan akan digabungkan pada masing-masing kelompok dan akan menghasilkan skor tim. - Guru bersama dengan siswa membahas hasil kerja siswa secara individu maupun kelompok, kemudian menentukan skor akhir setiap tim. - Kelompok yang mendapatkan skor tertinggi akan mendapatkan reward

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5-6) bahwa hasil belajar itu berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemauan, minat, sikap, kemampuan untuk berpikir logis, praktis,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran yang digunakan oleh guru demi tercapainya keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari jenjang SD hingga menengah. IPS mengkaji seperangkat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Makna Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Dalam lampiran Permendiknas No 22 tahun 2006 di kemukakan bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam menyusun sebuah laporan Penelitian Tindakan Kelas, tentunya penulis tidak dapat hanya mengandalkan pengetahuan pribadi yang dimiliki tanpa bantuan sumber-sumber yang relevan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di SD Pengertian matematika menurut Glover (2006) yaitu Matematika merupakan suatu pelajaran mengenai angka-angka, pola-pola, dan bangun.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Banyak pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan, salah satunya pengertian belajar menurut Syah (2007: 92). Belajar adalah tahapan perubahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang II. KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya di lingkungan itu" (Piaget dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang sama juga dikemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam suatu pembelajaran terdapat dua aktivitas inti yaitu belajar dan mengajar. Menurut Hermawan, dkk. (2007: 22), Belajar merupakan proses perubahan perilaku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem

BAB II KAJIAN PUSTAKA. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem belajar kelompok yang di dalamnya siswa di bentuk ke dalam kelompok yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari.matematika sebagai aktivitas manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari pembentukan Negara RI adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tentunya menuntut adanya penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar menurut Anni ( 2004:4 ) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar Hasil belajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Makna Belajar Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang hayat, artinya belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang sangat penting dan sangat berperan dalam perkembangan dunia. Menurut Kurikulum 2004,

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001: II. KAJIAN PUSTAKAN 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan menjadi lebih baik. Pada proses belajar siswa melakukan perubahan ke arah kebaikan berdasarkan segala pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization Abstrak. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli Menurut Djamarah dan Syaiful (1999:22), Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari kelas 1 samapai kelas 6. Adapun ruang lingkup materinya sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari kelas 1 samapai kelas 6. Adapun ruang lingkup materinya sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran Matematika SD Matematika merupakan salah satu matapelajaran wajib di SD yang diberikan dari kelas 1 samapai kelas 6. Adapun ruang lingkup materinya sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Matematika 2.1.1.1 Pembelajaran Matematika di SD BAB II KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu dalam bentuk tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PEMBELAJARAN KOOPERATIF 1 PEMBELAJARAN KOOPERATIF Karakteristik Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar mahasiswa, membentuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran NHT Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika Menurut Dimyati (dalam Heruman 2007:186) Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori, pendapat-pendapat ahli yang mendukung penelitian akan dipaparkan dalam obyek yang sama, dengan pandangan dan pendapat yang berbedabeda. Kajian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang sama juga dikemukakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dari segala sesuatu yang diperkirakan dan dikerjakan. Belajar juga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti akan menunjukkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika tidak hanya mengharuskan siswa sekedar mengerti materi yang dipelajari saat itu, tapi juga belajar dengan pemahaman dan aktif membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu yang universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, dan matematika mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT)

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT) Pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT), pada mulanya dikembangkan oleh David De Vries

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan suatu hal. Sedangkan pembelajaran adalah usaha dari seorang guru

Lebih terperinci

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui II. KAJIAN TEORI 2.1 Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Banyak pendapat yang menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Pengalaman yang dimaksud adalah sepertì dalam teori

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada bagian ini peneliti akan membahas beberapa kajian-kajian teori diantaranya ialah tentang hakikat matematika serta pembelajaran matematika dan tujuan pembelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual, 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual, sosial maupun fisik yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sejak lahir manusia telah memulai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Aunurrahman ( 2012 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran PKn di SD Menurut Geoch dalam Sardiman (2011: 19) menyatakan belajar adalah perubahan performa sebagai hasil latihan. Dapat dimaknai pula bahwa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik. Selain itu juga, model pembelajaran kooperatif efektif untuk mengembangkan keterampilan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Matematika Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah

Lebih terperinci

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah sebuah mata pelajaran di tingkat sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN SISTEM PENCERNAAN MAKANAN KELAS XI IPA MAN SUKOHARJO SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Karena itu, pemerintah selalu berusaha agar mutu pendidikan matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat 6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemahaman Konsep 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Rusman (2011:201) Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori kontruktivisme. Soejadi dalam Teti Sobari,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak didukung dengan aktivitas belajar. Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan

Lebih terperinci

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN:

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA Eka Kurniawati Prodi Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas Bengkulu Email

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika dan Pembelajarannya Para ahli mengemukakan pengertian matematika dengan berbeda-beda. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata Pelajaran Matematika di SD 2.1.1.1 Hakikat Matematika Permendiknas nomor 22 tahun 2006 mengemukakan: Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

Lebih terperinci

Lasyuri, Peningkatan Hasil Belajar...

Lasyuri, Peningkatan Hasil Belajar... PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG CAMPURAN BILANGAN BULAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MEDIA SIKATUBIL PADA PESERTA DIDIK KELAS V SD NEGERI 1 GEMAWANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Pengertian prestasi yang disampaikan oleh para ahli sangatlah bermacammacam dan bervariasi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah menurut Abdullah dalam J. Tombokan Runtukahu (2000: 307).

BAB I PENDAHULUAN. masalah menurut Abdullah dalam J. Tombokan Runtukahu (2000: 307). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan ilmu yang menjadi dasar dari semua ilmu yang dipelajari di sekolah regular. Oleh sebab itu pelajaran ini diajarkan pada jenjang pendidikan dasar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Menurut (Sanjaya, 2009:240-241), pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan system pengelompokan/tim kecil,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar, diantaranya adalah

TINJAUAN PUSTAKA. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar, diantaranya adalah 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Istilah belajar sebenarnya telah lama dan banyak dikenal. Bahkan banyak ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar, diantaranya adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika 21 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika a. Pengertian Matematika Russefendi ET (Suwangsih dan Tiurlina, 2006: 3), menjelaskan bahwa kata matematika berasal dari perkataan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Definisi belajar ada beraneka ragam karena hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD Kegiatan Belajar 3 PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD A. Pengantar Seorang guru SD atau calon guru SD perlu mengetahui beberapa karakteristik pembelajaran matematika di SD. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang tinggi dalam proses belajar, tidak sekedar aktivitas fisik semata. Siswa

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang tinggi dalam proses belajar, tidak sekedar aktivitas fisik semata. Siswa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori Belajar aktif, ditunjukkan dengan adanya keterlibatan intelektual dan emosional yang tinggi dalam proses belajar, tidak sekedar aktivitas fisik semata. Siswa diberi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CRH Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu antara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya (Trianto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk membimbing anak menuju pada pencapaian tujuan ilmu pengetahuan. Proses pendidikan yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dikembangkan oleh Slavin (1995) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Penalaran Matematis Shadiq (Depdiknas, 2009) menyatakan bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan dalam rangka membuat suatu pernyataan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Definisi Mata Pelajaran Matematika Matematika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari konsep-konsep abstrak yang disusun dengan menggunakan simbol dan merupakan

Lebih terperinci

BAB II PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD, PEMAHAMAN KONSEP FISIKA

BAB II PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD, PEMAHAMAN KONSEP FISIKA BAB II PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD, PEMAHAMAN KONSEP FISIKA A. Pembelajaran Kooperatif 1. Model Pembelajaran kooperatif Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis. Pembelajaran ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat membantu pencapaian keberhasialn pembelajaran. Ditegaskan oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1.Hakikat Matematika Menurut Johnson dan Myklebust (Abdurrahman, 2003: 252), matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengapresiasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model Cooperative Learning

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model Cooperative Learning 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Cooperative Learning 2.1.1 Pengertian Model Cooperative Learning Cooperative learning dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan nama pembelajaran kooperatif. Cooperative

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaboratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadipribadi manusia yang berkualitas. Masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Bruner beranggapan bahwa belajar dengan menggunakan metode penemuan (discovery) memberikan hasil yang baik sebab anak dituntut untuk berusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki abad ke 21 persaingan dan tantangan di semua aspek kehidupan semakin besar. Teknologi yang semakin maju dan pasar bebas yang semakin pesat berkembang mendorong

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Kooperatif 1. Teori Belajar Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah yang lebih baik. Menurut Sardiman (1986: 22), secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw 1. Model Pembelajaran Saat proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dari awal hingga akhir di kelasnya, pada dasarnya guru tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode STAD Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan kerjasama.

Lebih terperinci

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam pandangan tradisional selama beberapa dekade dipahami sebagai bentuk pelayanan sosial yang harus diberikan kepada masyarakat. Namun demikian pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rasional yang harus dibina sejak pendidikan dasar. (Hasratuddin, 2010 : 19).

BAB I PENDAHULUAN. rasional yang harus dibina sejak pendidikan dasar. (Hasratuddin, 2010 : 19). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu bantu yang sangat penting dan berguna dalam kehidupan sehari-hari. Matematika merupakan sarana berfikir untuk menumbuhkembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran kooperatif Tipe NHT Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam

Lebih terperinci