KEBIASAAN SARAPAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWASD
|
|
- Verawati Salim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KEBIASAAN SARAPAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWASD Oleh Arintia Adhe Lutfiani dan Ratna Supradewi Fakultas Keperawatan dan Fakultas Psikologi UNISSULA Semarang Abstract Primary school age children require enough energy to carry out their activities, especially activities to leam to understand the subject matter during the school day. Nutrients are needed by the body to perform various activities. Breakfast is one important way to get adequate nutrition for the children before leaming activities at school. According to some research, a good breakfast habits positively correlated with leaming achievement of children. This is because with a good breakfast habit pattems, the child would be adequate nutrition and nutritional needs that will have an impact of the concentration and good leaming during the school day. Children who have breakfast habits will be easier to understand the lessons and gained good achievement at school. The purpose of this study was to determine the relationship of breakfast habits and academic achievement in elementary school children Tlogosari Kulon 06 Semarang. This research is quantitative with the number of respondents totaled 120 children. Hypothesis test results obtained with the Spearman correlation p value = 0, 000 (p <0.05) and Spearman rank correlation coefficient of This means there is a significant positive relationship between breakfast habits and learning achievement in students in elementary school T/ogosari Kulon 06 Semarang. Keywords: PENDAHULUAN Gizi merupakan faktor utama penentu kualitas sumber daya manusia (SOM). Upaya peningkatan SOM yang berkualitas dimulai dengan cara penanganan pertumbuhan anak dengan pemberian asupan gizi dan perawatan kesehatan yang baik ( Proverawati, 2010). Menurut Sediaoetama (2006), anak sekolah merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap ketidakcukupan gizi, sehingga anak sekolah harus dipantau kebutuhan nutrisinya untuk menghindari ketidakcukupan gizi. Lebih lanjut Judarwanto (2010) pemberian gizi secara kualitas dan kuantitas yang baik dan benar sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah.
2 27 Kebiasaan makan anak dapat mempengaruhi preferensi dan konsumsi pangan mas a mendatang. Anak usia sekolah merupakan kelompok sasaran gizi yang paling penting. Hal ini dikarenakan : 1) periode anak usia sekolah sedang dalam tahap tumbuh kembang, sehingga membutuhkan pengetahuan dan asupan gizi yang cukup, 2) jumlah siswa anak usia sekolah dasar yang cukup tinggi,yaitu 15% dari total populasi, 3) anak usia sekolah dasar dapat dijadikan sasaran perubahan bagi pembentuk perilaku gizi maupun kesehatan bagi diri sendiri dan keluarga ( Sulistyoningsih, 2011). Makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Makan pagi bagi orang dewasa dapat mempertahankan daya tahan saat bekerja, memelihara ketahanan fisik dan meningkatkan produktivitas kerja. Makan pagi bagi anak sekolah dapat meningkatkan prestasi belajar menjadi baik. Seseorang yang tidak makan pagi memiliki risiko menderita gangguan kesehatan yaitu menurunnya kadar gula dengan tanda-tanda antara lain: lemah, keluar keringat dingin, kesadaran menurun, pingsan. Bagi anak sekolah, kondisi ini menyebabkan menurunnya konsentrasi belajar yang mengakibatkan menurunnya prestasi belajar (Oepkes,2013). Sitorus (2009) mengemukakan, sarapan pagi sebelum berangkat sekolah sangat penting karena berperan dalam menentukan kualitas prestasi anak di sekolah. Oi sisi lain, akibat waktu yang terbatas membuat orang tua tidak sempat menyiapkan sarapan pagi untuk anaknya. Oi Indonesia dampak pada kebiasaan sarapan pagi sebelum berangkat sekolah sangat besar. Rata-rata anak yang sarapan pagi memperoleh prestasi belajar yang lebih tinggi daripada anak yang tidak sarapan pagi. Menurut Sukmaniah ( 2008), banyak yang tidak menyadari manfaat sarapan dan menganggap sarapan pagi tidak penting. Banyak orang mengira dengan makan siang dan makan malam sudah cukup. Padahal dengan tidak sarapan pagi akan membuat lapar di siang hari sehingga cenderung makan berlebihan. Sri (2008) menambahkan apabila perut
3 28 kosong dan tiba-tiba mendapat asupan makanan yang banyak, maka akan mengakibatkan mual, sakit perut, dan keluhan lainnya. Wiyono (2008) berpendapat, sarapan dapat bermanfaat terhadap fungsi kognitif, daya ingat, nilai akademik, tingkat kehadiran di sekolah, fungsi psikososial dan kondisi perasaan. Oalam hal ini, maka sarapan sangat bermanfaat untuk dilakukan karena tubuh anak memerlukan sumber energi terutama untuk melakukan aktifitas. Kebiasaan sarapan pagi terbukti mampu membuat anak lebih berkonsentrasi saat belajar di sekolah. Sarapan yang berkualitas sebagai pasokan utama untuk memicu konsentrasi otak anak saat menerima pelajaran. Anak yang memulai aktifitas sehari-hari dengan sarapan terbukti lebih sehat karena pasokan nutrisi yang mengandung protein, vitamin, mineral lebih banyak dari sekedar mengandung karbohidrat dan lemak. Konsentrasi terhadap pelajaran atau pekerjaan lebih baik dibandingkan anak yang tidak sarapan atau yang sarapan namun tidak cukup berkualitas ( Martianto, 2006). TINJAUAN PUSTAKA Kebiasaan Sarapan A. Perilaku Kebiasaan Sarapan Anak SO Masalah makan yang sering ditemui pada anak SO adalah sulit makan dan tidak nafsu makan. Bila hal tersebut tidak segera diatasi maka dapat menyebabkan anak mengalami kurang gizi sehingga dapat menganggu pertumbuhan dan perkembangannya. Selain itu, anak sekolah pada umumnya sering tidak mau makan pagi (sarapan) karena berbagai alasan, misalnya tidak terbiasa sarapan, malas makan, takut terlambat masuk sekolah sehingga tergesa-gesa berangkat sekolah atau kesibukan orang tua yang tidak menyiapkan sarapan. Kebiasaan tidak sarapan pada anak sekolah akan menyebabkan perut kosong dan penurunan kadar gula darah ( keadaan hipoglikemi ) sehingga badan
4 29 menjadi lemas, mengantuk, sulit menerima pelajaran, serta menurunnya semangat belajar di sekolah dan kemampuan untuk menerima pelajaran ( Irianto, 2006). Membiasakan anak untuk sarapan sebelum berangkat ke sekolah tidak mudah. Sarapan perlu menjadi kebiasaan dan suatu kebiasaan yang disukai anak (Nuria, 2006). 8. Pembentukan kebiasaan sarapan. 8eberapa hal yang dapat dilakukan untuk membentuk kebiasaan sarapan, adalah sebagai berikut : 1) Anak perlu dibiasakan untuk bangun pagi, agar tersedia waktu yang cukup untuk sarapan. 2) Para orangtua hendaknya memberikan contoh yang baik, yaitu dengan membiasakan sarapan. 3) Menu yang diberikan saat sarapan hendaknya disesuaikan dengan kesukaan anak dan memenuhi standart gizi seimbang. 4) Pada saat sarapan hendaknya anak ditemani oleh salah satu anggota keluarga supaya merasa lebih diperhatikan. 5) Orang tua dan guru hendaknya tidak bosan untuk mengingatkan anak agar selalu sarapan sebelum berangkat ke sekolah, dan memberikan penjelasan tentang manfaat sarapan. 6) 8agi anak yang tidak sempat untuk sarapan, sebaiknya dibawakan bekal untuk dimakan di sekolah. 7) Guna membiasakan anak yang tidak terbiasa sarapan, bisa sarapan dengan porsi yang sedikit. Kemudian secara bertahap, porsi makan ditambah sesuai dengan anjuran (Dinkes, 2014). Prestasi 8 elajar A. Pengertian Prestasi 8elajar
5 30 Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai individu ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu yang diberikan guru kepada siswa dalam jangka waktu tertentu yang diberikan guru kepada siswa dalam jangka waktu tertentu sebagai hasil perbuatan belajar serta penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran dan ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan guru (Hakim, 2005). Melalui pendidikan individu diharapkan mampu membangun sikap dan tingkah laku serta pengetahuan dan ketrampilan yang perlu dan berguna bagi kelangsungan dan kemajuan diri masyarakat, bangsa dan negara. Tercapainya tujuan pendidikan nasional dapat dilihat dari prestasi belajar yang diperoleh oleh peserta didik. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar (Suryabrata, 2011). Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi, dinyatakan dalam bentuk nilai. Prestasi belajar siswa meliputi prestasi kognitif ( kemampuan berpikir dan analitis), prestasi afektif (sikap) dan prestasi psikomotor (tingkah laku). Namun dari tiga aspek tersebut aspek kognitif menjadi tujuan utama dalam suatu sistem pendidikan tanpa mengesampingkan aspek lain (Syah, 2003). Secara umum, prestasi belajar diartikan sebagai hasil kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar berupa perubahan tingkah laku, ketrampilan dan pengetahuan, kemudian diukur dan dinilai yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk angka maupun pernyataan (Haris, 2010). Pengukuran prestasi belajar anak di sekolah dapat dilakukan terhadap pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan siswa, dan merupakan proses kuantifikasi yang hasilnya berupa angka-angka (Rosyada, 2004). Kebiasaan Sarapan dan Prestasi 8elajar Prestasi belajar siswa SO dapat diartikan sebagai hasil belajar yang diperoleh setelah belajar siswa SO dapat diartikan sebagai hasil belajar
6 31 yang diperoleh setelah mengikuti program belajar di sekolah, dalam semua mata pelajaran yang telah diajarkan. Prestasi belajar diperoleh setelah terjadi interaksi belajar mengajar (Barlow, 2007). Selanjutnya Syah (2003), mengemukakan prestasi belajar dapat dikelompokkan ke dalam tiga aspek, yaitu : kognitif, afektif dan psikomotor. Umumnya pengukuran prestasi belajar untuk siswa berbentuk kuantitatif atau angka (nilai). Menurut Moehji (2008), manusia membutuhkan sarapan, karena dengan sara pan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan energi yang diperlukan untuk jam pertama dalam melakukan aktifitas. Bila tidak sarapan, maka tubuh akan tidak mempunyai energi yang cukup terutama pada proses belajar mengajar. Kebutuhan sarapan memang tidak perlu selengkap dan sebanyak porsi makan siang. Artinya sarapan tidak hanya mengeyangkan, tetapi juga bergizi lengkap dan seimbang. Menu sarapan sebaiknya mengandung zat tenaga, protein atau zat pembangun, vitamin dan mineral, misalnya sayur-sayuran dan buah-buahan. Karbohidrat juga sangat penting, karena kandungannya akan merangsang glukosa dan mikro nutrient dalam otak. Nutrient berfungsi untuk menghasilkan energi dan memacu otak. Dari dua jenis karbohidrat, simpleks dan kompleks, karbohidrat kompleks yang lebih bermanfaat bagi kecerdasan otak karena mengandung serat dan vitamin yang bisa dicerna dan diserap secara perlahan-iahan, sehingga kadar gula dalam tubuh akan naik secara perlahan-iahan. Karbohidrat kompleks banyak dijumpai pada nasi, roti, gandum, jagung, bubur, kentang dan mie ( Khomsan, 2003). Menurut para ilmuwan, sarapan merupakan makanan khusus untuk otak. Sarapan pagi berhubungan erat dengan kecerdasan mental, sehingga memberikan nilai positif terhadap aktifitas otak, menjadi lebih cerdas, peka dan mudah berkonsentrasi (Nuria, 2004). Dari hasil survey, anak-anak dan remaja yang mempunyai kebiasaan sarapan mampu mencurahkan perhatian pada pelajaran, ceria, kooperatif dan mudah
7 32 berteman ( Soekirman, 2000). Oalam hal ini maka dapat diasumsikan, sarapan yang rutin bagi anak sekolah akan memaksimalkan kemampuan di sekolah, meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan untuk menyerap pelajaran, sehingga prestasi belajar menjadi lebih baik. METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas II, I", dan IV SO Negeri Tlogosari Kulon 06 Kecamatan Pedurungan Kelurahan Tlogosari Kulon Semarang yang berjumlah 120 siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling, yaitu pengambilan sampel secara keseluruhan siswa kelas II, "I, dan IV SO Negeri Tlogosari Kulon 06. Pengumpulan data dilakukan dengan metode kuesioner, untuk mengetahui kebiasaan sarapan dengan jawaban "Ya" dan "Tidak". Prestasi belajar diukur dengan menggunakan rerata nilai ulangan yang telah dilakukan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik korelasi Spearman. HASIL PENELITIAN Tabel. 1 Oistribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin SO Negeri Tlogosari Kulon 06 Tahun 2015 Jenis Kelamin Laki-Iaki Perempuan Total Frekuensi % 43,33 % 56,67% 100 % Berdasarkan tabel 1 di atas, dapat diketahui banyaknya responden yang berjenis kelamin laki-iaki sebanyak 52 anak, sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 68 anak. Jumlah total 120 anak yang menjadi responden.
8 33 T abel. 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Kebiasaan Sarapan di SD Negeri Tlogosari Kulon 06 Tahun 2015 Kebiasaan Sarapan Ya Tidak Total Frekuensi % 38.30% 61.70% 100% Berdasarkan tabel 2 di atas, diketahui 46 anak tidak terbiasa sarapan dan 74 anak terbiasa sarapan pagi sebelum berangkat sekolah. Tabel. 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Prestasi Belajar di SD Negeri Tlogosari Kulon 06 Semarang Tahun Interval Lebih dari Kurang dari 50 Jumlah Kriteria Baik Cukup Kurang Gagal Frekuensi % 42 35% % % 0 0% % Nilai Maksimum = 85.0 Nilai Minimum = 51.0 Rata-rata = 68.2 Berdasarkan tabel di atas diketahui 42 anak memiliki prestasi belajar dengan kategori baik, 62 anak memiliki prestasi belajar dengan kategori cukup, 16 anak memperoleh prestasi belajar dengan kategori kurang.
9 34 Tabel. 4 Uji Korelasi Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi Oengan Prestasi Belajar Anak di SO Negeri Tlogosari Kulon 06. Kebiasaan Sarapan r p N Prestasi Belajar Anak 0, 383 0, Tabel. 4 menunjukkan hash analisa hubungan kebiasaan sarapan dengan prestasi belajar anak di SO Negeri Tlogosari Kulon 06 Semarang diperoleh p value sebesar 0,000 ( p value < 0,05 ) yang menunjukkan bahwa ada korelasi signifikan antara kebiasaan sarapan pagi dengan prestastasi belajar anak. Oalam hal ini, nilai correlation coefficient rank Spearman sebesar 0,383. PEMBAHASAN Oari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hash bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara kebiasaan sarapan dan prestasi belajar anak di SO Negeri Tlogosari Kulon 06 Semarang. Sarapan adalah bentuk dari kegiatan makan yang dilakukan di rumah pad a pagi hari sebelum berangkat sekolah. Seseorang membutuhkan sarapan sebagai bentuk sumber energi dalam melakukan aktifitas. Bagi anak sarapan merupakan hal penting terutama untuk melakukan aktifitas belajar. Riyadi (2010) mengemukakan bahwa dengan sarapan anak akan memhiki cukup tenaga untuk melakukan aktifitas belajar dan bermain. Anak yang tidak pernah sarapan akan mengalami gangguan kekurangan energi untuk beraktifitas. Oampak lain juga akan dirasakan selama proses belajar, di mana anak kurang berkonsentrasi, mudah lelah, mudah mengantuk, dan gangguan fisik lainnya. Hal ini akan menghambat proses belajar anak selama di sekolah. Oari 120 siswa, terdapat 74 siswa (61, 7%) yang memiliki kebiasaan sarapan, ini artinya masih banyak siswa yang tidak sarapan pagi sebelum ke sekolah. Banyak faktor yang menjadi alasan siswa untuk
10 3S tidak melakukan sarapan. Hal tersebut bisa disebabkan kepedulian orang tua pad a anak tentang pola hidup sehat terutama kebiasaan sarapan yang masih kurang, siswa kerap kali bang un kesiangan, atau siswa memang tidak berselera untuk melakukan kebiasaan sara pan sebelum berangkat ke sekolah. Berdasarkan data dari Oinas Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2013), menyatakan bahwa sara pan sangat baik untuk menjaga metabolisme tubuh. Oengan sarapan maka tubuh secara alami akan melakukan pembakaran, dengan pembakaran nutrisi, vitamin dan zat-zat lain yang diperlukan oleh tubuh akan didistribusikan oleh darah ke seluruh anggota tubuh, dengan demikian kinerja otak akan optimal. Saat kinerja otak telah optimal maka siswa lebih mudah menangkap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru, maka prestasi belajar siswa yang memiliki kebiasaan sarapan akan memiliki kecenderungan lebih baik dibandingkan dengan prestasi belajar siswa yang tidak memiliki kebiasaan sarapan. KESIMPULAN Ada hubungan positif dan signifikan antara kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar anak di SO Negeri Tlogosar Kulon 06 Semarang, dengan p value = 0,000 ( p value < 0,05), dan correlation coefficient rank Spearman sebesar 0,383. SARAN Orang tua hendaknya memperhatikan kebiasaan sarapan anaknya dan memberikan sarapan dengan menu yang mengandung nutrisi yang cukup yang dibutuhkan untuk aktifitas anak selama di sekolah. Bila anak kurang berselera sarapan, perlu dibuatkan menu makanan yang disukai anak dan disajikan secara menarik sehingga dapat menimbulkan selera makan bagi anak. Bagi sekolah, hendaknya para guru rajin mengingatkan murid untuk sarapan dan memberikan pengetahuan mengenai pentingnya sarapan di
11 36 beberapa mata pelajaran yang relevan, misalnya i1mu pengetahuan alam, olahraga dan kesehatan.
12 37 DAFTAR PUSTAKA Barlow, H.D. & Durand, MV Psikologi abnormal. Jakarta: Pustaka Pelajar. Depkes RI Laporan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas Indonesia tahun 2013). Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Dinkes Profil kesehatan kota Semarang. Semarang. Hakim, T Belajar secara etektif. Jakarta: Puspa warna. Haris, AL Faktor eksternal yang mempengaruhi psikologi be/ajar: psik%gi pendidikan. com. Diakses 18 Februari Irianto Panduan gizi lengkap keluarga. Yogyakarta : Andi Offset. Judarwanto Jangan biarkan anak suka JaJan Diakses 28 Desember Khomsan, A Pangan dan gizi untuk kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Martianto, D Ka/au mau sehat, jangan tinggalkan kebiasaan sarapan. Diakses 5 November Moehji, S IImu gizi II. Penanggulangan gizi buruk. Jakarta : PT. Bhatara Niaga Medika. Nuria, A Berbagai faktor yang berhubungan dengan kebiasaan siswa sekolah dasar muhammadiyah 9 Surabaya. Skripsi ( tidak diterbitkan). Universitas Air/angga. Proverawati, A IImu gizi untuk keperawatan dan gizi kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika. Riyadi Penilaian keadaan gizi masyarakat. Bogor : IPB. Soediaoetama IImu gizi untuk mahasiswa dan protesi jilid II. Jakarta : Dian Rakyat. Sitorus, R Makanan sehat dan bergizi. Bandung : Yrama Widya.
13 38 Soekirman IImu gizi dan ap/ikasinya. Jakarta: Oepdiknas. Sulistyoningsih, H Gizi untuk kesehatan ibu dan anak. Yogyakarta : Graha ilmu. Suryabrata, S. Psik%gi pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Syah, M Psikologi be/ajar. Jakarta : Logos Wacana IImu. ************
BAB I PENDAHULUAN. Gizi berasal dari bahasa Arab "ghidzdzi" dan sekarang telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi berasal dari bahasa Arab "ghidzdzi" dan sekarang telah diadaptasi menjadi bahasa Indonesia. Gizi artinya sesuatu yang berhubungan dengan makanan. Dalam pengertian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang maupun gizi lebih pada dasarnya disebabkan oleh pola makan yang tidak seimbang. Sementara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan keterbukaan untuk mendapatkan pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. zat-zat gizi. Oleh karena itu, manusia dalam kesehariannya tidak terlepas dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang diperlukan oleh tubuh dalam kehidupan sehari-hari dalam jumlah yang cukup sebagai sumber energi dan zat-zat gizi. Oleh karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa anak-anak terutama usia sekolah merupakan tahapan yang penting bagi kehidupan seseorang. Pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan fisik, kognitif dan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN KEBIASAAN JAJAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI SDN BANYUANYAR III SURAKARTA
HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN KEBIASAAN JAJAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI SDN BANYUANYAR III SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Diajukan Oleh: SITI NOOR FAIZAH J 3100800021
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak sekolah merupakan aset negara yang sangat penting sebagai sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia
Lebih terperinciHUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012
HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan
Lebih terperinciPENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo )
54 PENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo ) Sri Sayekti* Wahyu Yugo Utomo** STIKES Insan Cendekia Medika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi pembangunan di masa datang. Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 (Hardinsyah, 2012). Menurut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab dan pada usia ini sudah termasuk remaja. Keadaan kesehatan gizi anak sekolah tergantung
Lebih terperinciHUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP NILAI UJIAN NASIONAL SISWA SDN MARGOMULYO III BOJONEGORO
HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP NILAI UJIAN NASIONAL SISWA SDN MARGOMULYO III BOJONEGORO Retno Dewi Noviyanti, S.Gz,. M.Si Dosen S1 Ilmu Gizi Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK Status gizi adalah
Lebih terperinciPOLA KONSUMSI SARAPAN PAGI MURID SEKOLAH DASAR DI SDN KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 ABSTRACT
1 POLA KONSUMSI SARAPAN PAGI MURID SEKOLAH DASAR DI SDN 060921 KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 Ratna Juwita Sari 1, Zulhaida Lubis 2, Jumirah 2 1 Mahasiswa Fakultas Kesehatan Gizi Masyarakat 2 Dosen
Lebih terperinciTINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI TAMAN KANAK KANAK DENPASAR SELATAN
JURNAL KESEHATAN TERPADU () : 25-29 ISSN : 2549-8479 TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI TAMAN KANAK KANAK DENPASAR SELATAN *Ni Putu Eny Sulistyadewi (), dan Dylla Hanggaeni
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu sumber mineral mikro yang berperan sangat penting dalam proses metabolisme tubuh (Indira, 2015). Mineral mikro sendiri merupakan mineral
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi
1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pertumbuhan anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang benar. Dalam masa pertumbuhan tersebut pemberian nutrisi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi
Kecukupan Tingkat Kecukupan Asupan Kebiasaan Protein Pengetahuan Pendidikan energi Perilaku Energi Energi makan BAB dan ibu di dan protein Gizi sekolah pagi II Pengetahuan gizi Ibu Protein ibu Sarapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia sekolah merupakan masa pertumbuhan bagi anak sehingga memerlukan gizi yang cukup dan seimbang. Defisiensi gizi pada usia sekolah dapat menyebabkan anak menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekolah 6-12 tahun. Anak sekolah mempunyai karakter mudah terpengaruh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Indonesia Sehat 2015 bertujuan untuk mensejahterakan rakyat dalam peningkatan kesehatan termasuk gizi. Salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan yaitu dengan
Lebih terperinciHubungan Antara Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Prestasi Belajar Siswa Sdn Sawahan I/340 Surabaya
Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Prestasi Belajar Siswa Sdn Sawahan I/340 Surabaya Fahrul Rahma fahrulrahma_fr@yahoo.co.id Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekat Pembangunan Kesehatan adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akhirnya diserap oleh sel dan dioksidasi untuk menghasilkan energi. Bahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia membutuhkan bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh supaya memudahkan dalam beraktivitas. Menurut Dawn (2000: 2), manusia memperoleh bahan bakar terutama
Lebih terperinciFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG. Identitas Responden
LAMPIRAN Lampiran 1. Kuisioner FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG No. Responden: Nama Jenis Kelamin Usia Kelas Tanggal: Identitas Responden
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Titik berat tujuan pembangunan Bangsa Indonesia dalam pembangunan jangka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Titik berat tujuan pembangunan Bangsa Indonesia dalam pembangunan jangka panjang tahap ke dua ( PJP II) adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia ke arah peningkatan
Lebih terperinciMelewatkan sarapan dapat menyebabkan defisit zat gizi dan tidak dapat mengganti asupan zat gizi melalui waktu makan yang lain (Ruxton & Kirk, 1997;
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah adalah generasi penerus bagi pembangunan di masa depan dan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, sistematis dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan dalam tiga dekade ini telah cukup berhasil meningkatkan derajat kesehatan. Namun demikian derajat kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah terutama bagi remaja putri usia sekolah. Hal ini dilakukan karena pada remaja putri usia sekolah
Lebih terperinciProsiding Pendidikan Dokter ISSN: X
Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Kebiasaan Sarapan dengan Prestasi Belajar pada Siswa Kelas 4 dan 5 SD Pertiwi Kota Bandung Tahun 2016 Relation Of Breakfast Habits with Learning Achievement
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH PERILAKU SARAPAN PAGI PADA ANAK SEKOLAH DI SD MUHAMMADIYAH PONOROGO. Oleh: ALUN ALIKA NIM
KARYA TULIS ILMIAH PERILAKU SARAPAN PAGI PADA ANAK SEKOLAH DI SD MUHAMMADIYAH PONOROGO Oleh: ALUN ALIKA NIM 13612261 PRODI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO 2015
Lebih terperinciMOTIVASI IBU MEMBERIKAN MAKAN PAGI DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK USIA SEKOLAH DI SDN SAMBIROTO 01 TEMBALANG SEMARANG
MOTIVASI IBU MEMBERIKAN MAKAN PAGI DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK USIA SEKOLAH DI SDN SAMBIROTO 01 TEMBALANG SEMARANG Manuscript Oleh : Khusna Farida G2A212064 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan suatu bangsa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat. Peningkatan kemajuan dan kesejahteraan bangsa sangat tergantung pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konsentrasi belajar merupakan proses pemusatan perhatian dan. untuk memilih dan fokus pada suatu objek yang dipandang penting dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsentrasi belajar merupakan proses pemusatan perhatian dan pengodean pembelajaran sederhana yaitu melakukan suatu usaha eksplorasi dan pemindahan pengetahuan yang
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH
HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH Maria Novianti Nino a, Yohanes Dion S.Kep.,Ns.,M.Kes b, dan Maryati
Lebih terperinciPENGARUH PENYULUHAN GIZI DENGAN PERUBAHAN PERILAKU SARAPAN PAGI SISWA SEKOLAH DASAR
Jurnal Endurance 2(3) October 2017 (239-244) PENGARUH PENYULUHAN GIZI DENGAN PERUBAHAN PERILAKU SARAPAN PAGI SISWA SEKOLAH DASAR Ricvan Dana Nindrea Program Pascasarjana S2 Kesehatan Masyarakat Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sarapan didefinisikan mengkonsumsi makanan atau minuman yang menghasilkan energi dan zat gizi lain pada pagi hari, yang dilakukan dirumah sebelum berangkat melakukan
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords: learning achievement, routine breakfast, school aged children
1 RUTINITAS SARAPAN PAGI MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ANAK USIA SEKOLAH Sandri 1 ), Erlisa Candrawati 2 ), Ragil Catur A W 3 ) 1, 2, 3) Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Negara Indonesia. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat
Lebih terperinciHUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN JAJAN DENGAN STATUS GIZI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD NEGERI KLEDOKAN DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA
1 HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN JAJAN DENGAN STATUS GIZI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD NEGERI KLEDOKAN DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA Sumiarsih Ahmad 1, Waluyo 2, Farissa Fatimah 3 INTISARI Latar Belakang :
Lebih terperinciJURNAL MEYKE R. DOMILI NIM :
HUBUNGAN SARAPAN DENGAN KONSENTRASI BELAJAR SISWA DI SD NEGERI 76 KOTA TENGAH KOTA GORONTALO JURNAL Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mengikuti ujian Sarjana Keperawatan Oleh MEYKE R.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 yang perlu diukur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat indeks kesegaran jasmani merupakan salah satu indikator pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 yang perlu diukur secara berkala. Manusia yang sehat
Lebih terperinciDepartemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan 2013
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN SARAPAN PAGI PADA ANAK DI SD ST.THOMAS 1 MEDAN TAHUN 2013 Rindika Christiani Siregar 1, Eddy Syahrial 2, Alam Bakti Keloko 2 1 Mahasiswa Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan makan dan zat gizi yang digunakan oleh tubuh. Ketidakseimbangan asupan makan tersebut meliputi kelebihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang gemuk. Kekurangan dan kelebihan gizi sama-sama berdampak negatif.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mengalami dua masalah gizi yang besar. Selain masih kekurangan gizi, kita juga mulai kelebihan gizi. Anak balia, anak usia sekolah, remaja dan orang dewasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat
20 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola menu empat sehat lima sempurna adalah pola menu seimbang yang bila disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Pola menu ini diperkenalkan
Lebih terperinciHUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN GIZI ANAK DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA TODDLER ABSTRAK
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN GIZI ANAK DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA TODDLER Maria Helena 1), Joko Wiyono 2), Novita Dewi 3) 1) Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Lebih terperinciHUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK
HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK Lexy Oktora Wilda STIKes Satria Bhakti Nganjuk lexyow@gmail.com ABSTRAK Background. Prevalensi
Lebih terperinciHubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru
Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Correlation Of Energy Consumption Level, Protein and Food Consumerism With Nutritional Status
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa kanak-kanak khususnya antara 6-12 tahun atau sering disebut juga sebagai usia sekolah. Pada masa perkembangan ini anak mulaidiarahkan menjauh dari kelompok
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi baru pembangunan kesehatan direfleksikan dalam bentuk motto yang berbunyi Indonesia Sehat 2010. Tahun 2010 dipilih dengan pertimbangan bahwa satu dasawarsa merupakan
Lebih terperinci2016 GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH (3-6 TAHUN) DI PAUD WILAYAH SUKAJADI KOTA BANDUNG.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi demi memelihara kesehatan tubuh (Tsu, 2012). Kebutuhan akan nutrisi dan cairan sangat penting dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertambahan jumlah lansia di beberapa negara, salah satunya Indonesia, telah mengubah profil kependudukan baik nasional maupun dunia. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, Energi dibutuhkan oleh setiap orang untuk mempertahankan hidup,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap orang memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, bergerak dan memelihara kesehatan. Kebutuhan zat gizi tidak sama bagi semua orang, tetapi tergantung
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN KEBIASAAN MAKAN PAGI DENGAN STATUS GIZI ANAK DI SDN BANYUANYAR III KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN KEBIASAAN MAKAN PAGI DENGAN STATUS GIZI ANAK DI SDN BANYUANYAR III KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada masa remaja mengalami banyak perubahandiantaranya perubahan fisik, menyangkut pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM berkualitas faktor gizi memegang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan arah pembangunan nasional. Salah satunya adalah meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana pembangunan kesehatan mengarah pada pembangunan kesehatan sesuai dengan arah pembangunan nasional. Salah satunya adalah meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat penting, karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat penting, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Titik berat dari pembangunan Bangsa Indonesia adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja. Salah satu
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA
BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1. Pengumpulan Data Data dan informasi yang mendukung proyek Tugas Akhir ini didapat dari beberapa sumber, antara lain : 2.1.1 Narasumber Beberapa pihak terkait dan narasumber
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Salah satu cara orang untuk bertahan hidup adalah dengan makan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu cara orang untuk bertahan hidup adalah makan. Makanan sangat penting sebagai penghasil energi, untuk digunakan dalam beraktifitas. Biasanya orang
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan. Ruang/tempat Makan yang menyatakan bahwa :
BAB V PEMBAHASAN A. Sistem Penyelenggaraan Makan Siang Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan yang mempekerjakan 22.563 orang telah menyediakan kantin untuk tenaga kerja, hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 tahun, sarapan berfungsi sumber energi dan zat gizi agar dapat berpikir, belajar dan melakukan aktivitas
Lebih terperinciISSN Vol 2, Oktober 2012
ISSN 2 57 Vol 2, Oktober 22 HUBUNGAN STATUS GIZI DAN JENIS SARAPAN PAGI SERTA TINGKAT PENDAPATAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV DAN V SDN PULAU LAWAS KECAMATAN BANGKINANG SEBERANG SYAFRIANI Dosen
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG
HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG Correlation Of Satisfaction Level Of Food Quality With Energy And Macronutrient
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang yang mual setelah sarapan pagi karena tidak terbiasa. Alasan tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sarapan pagi adalah waktu makan yang sering diabaikan. Banyak orang yang mual setelah sarapan pagi karena tidak terbiasa. Alasan tidak sempat menyiapkan sarapan, terburu-buru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa dewasa. Transisi yang dialami remaja ini merupakan sumber resiko bagi kesejahteraan fisik dan
Lebih terperinciHUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN TINGKAT KONSENTRASI BELAJAR PADA ANAK
HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN TINGKAT KONSENTRASI BELAJAR PADA ANAK Anas Tamsuri*, Galih Ajeng WW** *) Dosen Akper Pamenang Pare **) Perawat Puskesmas Kasembon Concentration means the condition
Lebih terperinciSTATUS GIZI REMAJA, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS OLAH RAGA DI SLTP 2 MAJAULENG KABUPATEN WAJO
STATUS GIZI REMAJA, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS OLAH RAGA DI SLTP 2 MAJAULENG KABUPATEN WAJO Agustian Ipa 1 1 Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan, Makassar ABSTRACT Background : Physical growth and maturation
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. menjadi salah satu penyebab sindrom dispepsia (Anggita, 2012).
BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden (51 orang) adalah perempuan. Perempuan lebih mudah merasakan adanya serangan
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR
ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR Gizi memegang peranan penting dalam menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Perbaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gaya hidup kota yang serba praktis memungkinkan masyarakat modern sulit untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi buruk, gizi kurang, dan gizi lebih.
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah pangan. Dalam proses pemenuhan kebutuhan pangan, salah satu aktivitas yang bersifat individual adalah konsumsi pangan. Bagi individu,
Lebih terperinci142 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 07 No. 02 Juli 2016
142 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 07 No. 02 Juli 2016 ANALISIS PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI ASUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA PUTRI Analysis Of Reproductive Health Knowledge Of Exposure
Lebih terperinciHubungan Pengetahuan Gizi Dan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta
Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta Nanik Kristianti, Dwi Sarbini dan Mutalazimah Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan. Gizi menjadi penting bagi anak sekolah karena selain dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa dan modal pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Manusia memerlukan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik merupakan gerakan yang dilakukan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia yang sehat setiap harinya memerlukan makanan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga memiliki kesanggupan yang maksimal dalam menjalankan kehidupannya.
Lebih terperinciHUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI MALALAYANG KECAMATAN MALALAYANG. Nonce Nova Legi
321 GIZIDO Volume 4 No. 1 Mei 2012 Hubungan Status Gizi Dengan Prestasi Nonce N. Legi HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI MALALAYANG KECAMATAN MALALAYANG Nonce Nova
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PRESTASI BELAJAR MURID SD NEGERI DI KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PRESTASI BELAJAR MURID SD NEGERI DI KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran Diajukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN DARI SARAPAN PAGI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SD NEGERI SUMBER III SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN DARI SARAPAN PAGI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SD NEGERI SUMBER III SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : MERLYANA PUSTIKA J 310 100 020 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI
HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERAN IBU DALAM PEMENUHAN GIZI ANAK DENGAN STATUS GIZI ANAK PRASEKOLAH DI TK DHARMA WANITA PERSATUAN 2 TLOGOMAS MALANG ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU DALAM PEMENUHAN GIZI ANAK DENGAN STATUS GIZI ANAK PRASEKOLAH DI TK DHARMA WANITA PERSATUAN 2 TLOGOMAS MALANG Yoseph Denianus Nong Yendi 1), Ni Luh Putu Eka 2), Neni Maemunah 3)
Lebih terperinciHUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII SMP II KARANGMOJO GUNUNGKIDUL
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII SMP II KARANGMOJO GUNUNGKIDUL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Rismintarti Sulastinah 1610104193 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK DIPLOMA IV
Lebih terperinciPENERAPAN HASIL BELAJAR NUTRISI PADA PERILAKU GIZI SISWA SMK SANDHY PUTRA BANDUNG
12 PENERAPAN HASIL BELAJAR NUTRISI PADA PERILAKU GIZI SISWA SMK SANDHY PUTRA BANDUNG Ai Martin Sopiah¹ ), Ai Nurhayati² ), Rita Patriasih² ) Abstrak: Siswa SMK berada dalam usia remaja pada masa ini rentan
Lebih terperinciPENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE VISUAL AIDS TERHADAP SIKAP TENTANG JAJANAN SEHAT PADA SISWA KELAS V DI SDN NOGOTIRTO SLEMAN YOGYAKARTA
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE VISUAL AIDS TERHADAP SIKAP TENTANG JAJANAN SEHAT PADA SISWA KELAS V DI SDN NOGOTIRTO SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: TITIN TRY WULANDARI 201210201071
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang di nyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kembangnya dapat berlangsung secara optimal. Generasi penerus yang sehat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak Indonesia merupakan generasi penerus untuk melanjutkan kegiatan pembangunan bangsa. Sudah seharusnya generasi penerus bangsa mendapatkan pembinaan dan peningkatan
Lebih terperinciKEBIASAAN JAJAN ANAK SEKOLAH DASAR DAN HUBUNGANNYA TERHADAP STATUS GIZI DI SEKOLAH DASAR SUNGAI RAMBUTAN KABUPATEN OGAN ILIR
JURNAL Jurnal ILMU Ilmu KESEHATAN Kesehatan Masyarakat MASYARAKAT VOLUME 2 Nomor 03 November 20 Artikel Penelitian KEBIASAAN JAJAN ANAK SEKOLAH DASAR DAN HUBUNGANNYA TERHADAP STATUS GIZI DI SEKOLAH DASAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Pembangunan kesehatan merupakan
Lebih terperinci