PREDIKSI PENGGANTIAN MINYAK PELUMAS MOTOR DIESEL GENERATOR SET

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PREDIKSI PENGGANTIAN MINYAK PELUMAS MOTOR DIESEL GENERATOR SET"

Transkripsi

1 PREDIKSI PENGGANTIAN MINYAK PELUMAS MOTOR DIESEL GENERATOR SET BERDASARKAN LAJU PERUBAHAN VISKOSITAS DAN TOTAL BASE NUMBER DENGAN PENDEKATAN LINIERITAS Mohammad Galbi 1) dan Ishak A 2) Program Studi Teknik Mesin, UPN Veteran Jakarta galbi_m@yahoo.com 1) Abstract Diesel engine as the prime mover or as an auxiliary motor is still very dominant use on the ship. Diesel engines can operate with the same four-stroke cycle gasoline engine with: intake, compression, combustion and exhaust. One advantage of the diesel engine is the fuel consumption is better than gasoline engines due to lower pumping loss and high compression ratio. Conversely, there are drawbacks, such as vibration and noise during operation and large this state will increase along with the deterioration of the quality of lubricants. To detect the condition of lubricants can be done by measuring the viscosity and total base number (TBN).. Nevertheless, every machine has different characteristics from each other, so as to know the condition of engine lubricant is casuistry anyway. In this case, replacement of engine lubricant boat with linearity approach is on a machine that has a high reliability aimed at determining the condition of engine lubricant according to the hours of operation. Keywords :Diesel engines, lubricants, viscosity, TBN. PENDAHULUAN Mesin diesel merupakan mesin penggerak yang cukup banyak digunakan disamping mesin bensin walaupun getarannya lebih besar tetapi oleh karena rasio kompresi yang tinggi membuat mesin diesel lebih efisien dari mesin bensin. Dalam hal ini kondisi komponen-komponen yang ada di ruang bakar seperti piston dan cylinder liner harus terlumasi dengan baik. Mesin diesel disebut juga sebagai mesin pemicu kompresi dimana, bahan bakar dinyalakan oleh suhu tinggi gas yang dikompresi maka keausan komponen-komponen di ruang bakar akan dapat menurunkan kinerjanya. Dalam hal ini peranan pelumas sangat menentukan. Faktor eksternal juga dapat mempengaruhi, seperti adanya partikel asing yang masuk ke dalam ruang bakar, seperti debu. Untuk itu kondisi komponen-komponen tersebut perlu dipelihara dengan metode perawatan yang tepat, sehingga kinerjanya tetap optimal. Salah satu konsep pemeliharaan pada mesin diesel yang cukup efektif adalah pemeliharaan prediktif (predictive maintenance) melalui pemantauan kondisi pelumasnya. Kondisis pelumas dapat menjadi indicator untuk menganalisis kondisi mesin saat itu, sehingga dapat membantu mendapatkan akar permasalahan penyebab kerusakan. Kondisi pelumas pada mesin penggerak utama kapal sangat berpengaruh terhadap unjuk kerjanya. Seiring dengan waktu pengoperasiannya lama kelamaan kondisi minyak pelumas semakin memburuk sementara penggantian minyak pelumas yang didasarkan pada acuan berkala akan menimbulkan persoalan tersendiri karena beban mesin sangatlah variatif, dimana untuk beban yang rata-rata rendah akan menyebabkan penggantian terlalu awal sedangkan bila beban mesin diatas rata-rata menyebabkan penggantian pelumas sudah terlambat yang akan berimplikasi pada system secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh tingkat getaran juga akan semakin tinggi, hal ini disebabkan karena beberapa hal yang diantaranya yaitu kelelahan bahan, keausan, dan deformasi, sehingga kejadian-kejadian tersebut dapat menaikkan besar celah antara bagianbagian yang rapat dan keretakan material. Dua permukaan benda yang bergerak secara relatif berhubungan erat dengan friction, lubrication, dan wear. Dengan demikian perlu adanya metode perawatan yang benar dan pengaturan kerja suatu mesin atau sistem. Pada dasamya ada tiga metode yang dilakukan untuk melakukan perawatan, yaitu predictive 111 BINA TEKNIKA, Volume 12 Nomor 1, Edisi Januari 2016,

2 maintenance, preventive maintenance, dan proactive maintenance. Apabila ketiga metode perawatan tersebut dilakukan secara benar maka kerusakan yang terjadi pada suatu system dapat diminimalisasi. Tetapi, hasil yang dicapai pada metode perawatan ini tidak dapat dirasakan dalam waktu singkat melainkan dapat dirasakan pada jangka waktu yang panjang, karena metode ini dilakukan secara berkala. Ada dua hal yang menyebabkan suatu peralatan menjadi rusak. Kerusakan peralatan tersebut bisa disebabkan karena kesalahan perawatan dan karena adanya faktor Iuar. Kerusakan karena kesalahan perawatan dapat dibagi menjadi beberapa hal yaitu, karena buruknya pelumasan, kesalahan pada saat servis atau perbaikan, adanya waktu untuk merespon segala kerusakan yang lambat, tidak efektinya perawatan preventif termasuk penggantian pelumas pada periode yang tidak tepat, dan karena tidak rutinnya perawatan yang dilakukan. Sedangkan untuk kerusakan yang disebabkan karena faktor luar bisa terjadi akibat adanya kesalahan operator, tidak sempumanya set-up pada suatu mesin, adanya lingkungan yang buruk, pemilihan material yang tidak baik,. karena adanya sabotase, kesalahan pada desain mesin, lingkungan yang buruk, pe1atihan yang kurang berhasil, dan buruknya pemeliharaan mesin. Pada dasamya pelaksanaan metode perawatan semuanya tergantung pada pertimbangan banyaknya biaya yang dikeluarkan. Oleh sebab itu untuk mencapai kesempumaan tidak akan sedikit biaya yang dike1uarkan. Metode pengujian yang dilakukan adalah metode SOS (Scheduled Oil Sampling) dimana pengujian ini dilakukan dengan melalui beberapa tahap. Penggunaan metode S.O.S ini dimaksudkan untuk membantu sebagai manajemen perawatan alat untuk mesin generator set pada kapal dalam memprediksi penggantian oli sekaligus sebagai alat deteksi adanya kerusakan secara dini, menghindari perbaikan yang tidak periu, mencegah kerusakan kecil menjadi besar, dan bisa dilakukan untuk mengetahui kemampuan pelumas. Untuk itu perlu menentukan kondisi minyak pelumas mesin hubungannya dengan peningkatan viskositas dan penurunan TBN, yaitu menentukan menentukan korelasi antara jam operasi dengan kenaikan viskositas dan penurunan TBN pelumas sehingga penggantiannya benar-benar sesuai dengan kondisi yang sebenarnya agar kinerja motor bantu tetap terjaga dan sekaligus sebagai alat control terhadap kondisi mesin. SISTEM PELUMASAN Sistem pelumasan merupakan salah satu sistem utama pada mesin, yaitu suatu rangkaian alat-alat mulai dari tempat penyimpanan minyak pelumas, pompa oli (oil pump), pipa-pipa saluran minyak, dan pengaturan tekanan minyak pelumas agar sampai kepada bagian-bagian yang memerlukan pelumasan. Sistem pelumasan ini memiliki beberapa fungsi dan tujuan, antara lain: Mengurangi gesekan serta mencegah keausan dan panas, dengan cara yaitu oli membentuk suatu lapisan tipis (oil film) untuk mencegah kontak langsung permukaan logam dengan logam, ebagai media pendingin, yaitu menyerap panas dari bagianbagian yang mendapat pelumasan dan kemudian membawa serta memindahkannya pada sistem pendingin, ebagai bahan pembersih, yaitu mengeluarkan kotoran pada bagian-bagian mesin, Mencegah karat pada bagian-bagian mesin, Mencegah terjadinya kebocoran gas hasil pembakaran, Sebagai perantara oksidasi (Schulz, Erich, 2009) KARAKTERISTIK MINYAK PELUMAS Viscositas atau kekentalan suatu minyak pelumas adalah pengukuran dari mengalirnya bahan cair dari minyak pelumas, dihitung dalam ukuran standard. Makin besar perlawanannya untuk mengalir, berarti makin tinggi viscositynya, begitu juga sebaliknya. Viscosity Index: Tinggi rendahnya indeks ini menunjukkan ketahanan kekentalan minyak pelumas terhadap perubahan suhu. Makin tinggi angka indeks minyak pelumas, makin kecil perubahan viscosity-nya pada penurunan atau kenaikan suhu. Nilai viscosity index ini dibagi dalam 3 golongan, yaitu: HVI (High Viscosity Index) bernilai diatas 80, MVI (Medium Viscosity Index) berninali 40 sampai dengan 80 dan LVI (Low Viscosity Index) dibawah 40. Total Base Number (TBN): Menunjukkan tinggi rendahnya ketahanan minyak pelumas terhadap pengaruh pengasaman, biasanya pada Prediksi Penggantian Minyak Pelumas.. (Mohammad Galbi dan Ishak A) 112

3 minyak pelumas baru (fresh oil). Setelah minyak pelumas tersebut dipakai dalam jangka waktu tertentu, maka nilai TBN ini akan menurun. Untuk mesin bensin atau diesel, penurunan TBN ini tidak boleh sedemikian rupa hingga kurang dari 1, lebih baik diganti dengan minyak pelumas baru, karena ketahanan dari minyak pelumas tersebut sudah tidak ada. Flash Point: Flash point (titik nyala) merupakan suhu terendah pada waktu minyak pelumas menyala seketika. Pengukuran titik nyala ini menggunakan alat-alat yang standard, tetapi metodenya berlainan tergantung dari produk yang diukur titik nyalanya. Pour Point: Merupakan suhu terendah dimana suatu cairan mulai tidak bisa mengalir dan kemudian menjadi beku. Pour point perlu diketahui untuk minyak pelumas yang dalam pemakaiannya mencapai suhu yang dingin atau bekerja pada lingkungan udara yang dingin. Carbon Residue: Merupakan jenis persentasi karbon yang mengendap apabila oli diuapkan pada suatu tes khusus. Density: Menyatakan berat jenis oli pelumas pada kondisi dan temperatur tertentu. Emulsification dan Demulsibility: Sifat pemisahan oli dengan air. Sifat ini perlu diperhatikan terhadap oli yang kemungkinan bersentuhan dengan air. Selain ciri-ciri fisik yang penting seperti telah dijelaskan sebelumnya, minyak pelumas juga memiliki sifat-sifat penting, yaitu: Sifat kebasaan (alkalinity): Untuk menetralisir asam-asam yang terbentuk karena pengaruh dari luar (gas buang) dan asam-asam yang terbentuk karena terjadinya oksidasi. Sifat detergency dan dispersancy: Sifat detergency, untuk membersihkan saluransaluran maupun bagian-bagian dari mesin yang dilalui minyak pelumas, sehingga tidak terjadi penyumbatan. Sifat dispersancy: untuk menjadikan kotoran-kotoran yang dibawa oleh minyak pelumas tidak menjadi mengendap, yang lamakelamaan dapat menjadi semacam lumpur (sludge). Dengan sifat dispersancy ini, kotorankotoran tadi dipecah menjadi partikel-partikel yang cukup halus serta diikat sedemikian rupa sehingga partikel-partikel tadi tetap mengembang di dalam minyak pelumas dan dapat dibawa di dalam peredarannya melalui sistem penyaringan. Partikel yang bisa tersaring oleh filter, akan tertahan dan dapat dibuang sewaktu diadakan pembersihan atau penggantian filter elemennya. Sifat tahan terhadap oksidasi: Untuk mencegah minyak pelumas cepat beroksidasi dengan uap air yang pasti ada di dalam karter, yang pada waktu suhu mesin menjadi dingin akan berubah menjadi embun dan bercampur dengan minyak pelumas. Oksidasi ini akan mengakibatkan minyak pelumas menjadi lebih kental dari yang diharapkan, serta dengan adanya air dan belerang sisa pembakaran maka akan bereaksi menjadi H 2 SO 4 yang sifatnya sangat korosif. Additive: Kualitas pelumas yang baik tidak hanya didapatkan dengan cara proses pengolahan maupun pemurnian (purifikasi), tetapi perlu ditambahkan bahan-bahan kimia tertentu yang lebih dikenal dengan aditif. Aditif yang ditambahkan ke dalam minyak pelumas bertujuan untuk memperbaiki kualitas minyak pelumas. Penambahan aditif dalam minyak pelumas ini berbeda-beda, disesuaikan dengan kondisi, temperatur, dan kerja dari mesin itu sendiri. Oleh karena itu jenis-jenis minyak pelumas berbeda-beda dapat kita temukan di pasaran. Penambahan aditif ke dalam minyak pelumas bukan perkara mudah karena minyak pelumas akan bereaksi dengan aditif tersebut, dan juga aditif tersebut akan mempengaruhi aditif lainnya. Oleh karena itu, formulasi penambahan aditif terus dilakukan untuk mendapatkan minyak pelumas kualitas tinggi. Berikut ini adalah jenis-jenis aditif yang biasa digunakan: Deterjen: Merupakan aditif dalam bentuk ikatan kimia yang memberikan kemampuan mengurangi timbulnya deposit dari ruang bakar maupun dari bagian mesin lainnya. Minyak pelumas yang diberi aditif ini bekerja untuk mesin yang beroperasi pada temperatur tinggi. Jenis deterjen yang digunakan adalah sulfonat, fosfonat, dan fenat. Dispersan: Aditif yang bekerja pada temperatur rendah yang berfungsi untuk menghalangi terbentuknya lumpur atau deposit di dalam ruang mesin. Aditif ini cocok digunakan pada mesin-mesin mobil kendaraan pribadi yang sering berhenti dan berjalan. Antioksidan: Karena lingkungan kerja, minyak pelumas sering berhubungan (kontak) dengan udara luar pada temperatur dan kondisi kerja tinggi. Minyak pelumas juga kontak dengan logam atau bahan kimia yang bersifat 113 BINA TEKNIKA, Volume 12 Nomor 1, Edisi Januari 2016,

4 sebagai katalisator oksidasi. Karena hal di atas, minyak pelumas akan mengalami sederetan reaksi oksidasi yang dapat menurunkan viskositas minyak pelumas. Untuk itu, antioksidan diberikan untuk mengurangi peroksida. Bahan-bahan kimia yang digunakan adalah sulfida, fosfit, disulfida, selenida dan zink ditiofosfat. Pelindung Korosi: Berfungsi untuk melindungi bahan-bahan non logam yang mudah terkena korosi dalam mesin, terutama bantalan yang perlu tahan terhadap kontaminasi asam dari minyak pelumas. Kontaminasi ini terjadi sebagai hasil oksidasi minyak pelumas dan hasil pembakaran bahan bakar yang merembes melalui cincin piston Spesifikasi Oli: Semakin banyaknya pilihan oli saat ini, tidak semestinya membuat bingung. Ada beberapa hal yang mungkin bisa dijadikan Acuan; antara lain, kenali karakter kendaraan anda (spesifikasi mesin serta lingkungan dimana mayoritas anda berkendara (suhu, kelembaban udara, debu, dsbnya.). Tingkat kekentalan oli yang juga disebut VISKOSITY-GRADE adalah ukuran kekentalan dan kemampuan pelumas untuk mengalir pada temperatur tertentu menjadi prioritas terpenting dalam memilih Oli. Kode pengenal Oli adalah berupa huruf SAE yang merupakan singkatan dari Society of Automotive Engineers. Selanjutnya angka yang mengikuti dibelakangnya, menunjukkan tingkat kekentalan oli tersebut. SAE 40 atau SAE 15W- 50, semakin besar angka yang mengikuti Kode oli menandakan semakin kentalnya oli tersebut. Sedangkan huruf W yang terdapat dibelakang angka awal, merupakan singkatan dari Winter. SAE 15W-50, berarti oli tersebut memiliki tingkat kekentalan SAE 10 untuk kondisi suhu dingin dan SAE 50 pada kondisi suhu panas. Dengan kondisi seperti ini, oli akan memberikan perlindungan optimal saat mesin start pada kondisi ekstrim sekalipun. Sementara itu dalam kondisi panas normal, idealnya oli akan bekerja pada kisaran angka kekentalan menurut standar SAE. Mutu dari oli sendiri ditunjukkan oleh kode API (American Petroleum Institute) dengan diikuti oleh tingkatan huruf dibelakangnya. API: SL, kode S (Spark) menandakan pelumas mesin untuk bensin. Kode huruf kedua mununjukkan nilai mutu oli, semakin mendekati huruf Z mutu oli semakin baik dalam melapisi komponen dengan lapisan film dan semakin sesuai dengan kebutuhan mesin modern (Booser, E. Richard, Ph.D,2008) PERAN PELUMAS Pergerakan antara dua permukaan lebih licin (slippery) karena kehadiran pelumas diantaranya. Intensitas gesekan antar dua permukaan sebagai fungsi dari koefisien gesek. Dimana koefisien gesek dapat dibuat seminimal mungkin. Kinerja dari pelumas ditentukan oleh kondisi lapisan pelumasan Hydrodynamic & Hydrostatic. Gambar 1. Dua permukaan logam saling kontak dibatasi oleh pelumas Pemisahan permukaan terjadi sepenuhnya Elastohydrodynamic (EHD) Film tipis terjadi karena beban yang tinggi Boundary Layer Film tipis kritis, mendekati batas kerusakan. Untuk itu, maka peran pelumas adalah: Mengurangi Gaya Gesek (Friction). Memisahkan dua permukaan yang saling kontak, membentuk viscous shear plane, Mengurangi Keausan (Wear), Mencegah puncak-puncak permukaan saling bergesekan. Akibatnya keusan material dapat dikurangi, dan umur komponen dapat lebih panjang. Sebagai Shock Absorber. Mengurangi bunyi dan getaran, selain gerakan lebih licin, Mengurangi dan Menyerap Panas (mengurangi suhu kerja mesin: Menyerap dan melepas efek panas ke resrvoir/lingkungan, Mengurangi Korosi Lapisan pelumas dapat mencegah masuknya uap air, sehingga oksidasi permukaan material, dgn demikian korosi dapat dapat dihambat, Mencegah Kontak Permukaan dari Kotoran, Additive terkandung dalam pelumas dapat mengikat kotoran (partikel logam dan silikon) untuk tetap dalam media pelumas, sehingga menghindari kontak dengan permukaan material, Mencegah masuknya partikel dari luar masuk/pasir dan menempel ke permukaan. (Majumdar, S.R., 2001) Prediksi Penggantian Minyak Pelumas.. (Mohammad Galbi dan Ishak A) 114

5 SIFAT KIMIA/FISIKA VISKOSITAS VISKOSITAS INDEKS Tabel. 1. Perubahan sifat kimia/fisika pada pelumas. PERAN/KONDISI Kekentalan, paling penting untuk menentukan unjuk kerja mesin Mempertahankan perubahan viskositas terhadap temperature PERUBAHAN (TIDAK DIINGINKAN) MENINGKAT MENURUN TBN/TAN Kandungan basa/asam, kondisi additive MENURUN FTIR Kondisi pelumas dasar & additive, kontaminasi MENINGKAT KANDUNGAN AIR Pembakaran, kontaminasi MENINGKAT PARTIKEL Pembakaran, pelumas & additive: oksidasi, kontaminasi dan wear MENINGKAT FLASHPOINT Pembakaran, kontaminasi, degradasi MENURUN TITIK TUANG (POUR POINT) FTIR Temperatur terendah dimana suatu fluida mulai mengalir, jika fluida tersebut didinginkan pada kondisi tertentu. oksidasi, degradasi aditif, kontaminasi, nitration, sulphatation MENINGKAT/MENURUN MENINGKAT CONTAMINANT Si, Sodium, B dan lain lain MENINGKAT ADDITIVE METAL Ca, Ba, Zn, P MENURUN SPECIVIC GRAVITY Perbandingan berat sebuah volume dari pelumas terhadap berat air dengan volume yang sama. MENINGKAT Tabel 2. Limits Untuk Diesel Engine Oil PARAMETER VISCOSITY 100 o C TBN Fuel Dilution 3% FTIR: Glycol Oxidation Soot CRITICAL Perubahan 25% 50 % of original value Positif +25% Abs/cm > 3,0% Kandungan Air >0,25% Contaminant Levels: Silicon Sodium Boron >20 ppm >30 ppm >20 ppm (Mobley, R. Keith, 2011) KEAUSAN Besi (Iron, Fe) Krom (Chromium, Cr) Tembaga Cu) Tabel 3. Keausan Komponen (Copper, Timbal (Lead, Pb) Almunium (Aluminium, Al) Perak (Silver, Ag) Silikon (Silicon, Si) odium (Na) KOMPONEN MESIN Piston, silinder, crank, camshft, valve, rocker, ring, bearing, gear, shaft dll Dinding silinder, ring piston, cooling system Crankshaft, bearing, bushing, camshaft bearing, gear support, oil cooler Bearing, fuel additive Piston, bearing, crankcase & gear housing Bearing Kotoran Kebocoran coolant (Oil Analyzers Inc., Oil Analysis Services, Winter St., 2001) 115 BINA TEKNIKA, Volume 12 Nomor 1, Edisi Januari 2016,

6 KORELASI JAM OPERASI DENGAN KENAIKAN VISKOSITAS DAN PENURUNAN TBN Korelasi antara dua variable diekspresikan oleh koefisien korelasi yang ditentukan berdasarkan pada deviasi koordinat dua variable dari nilai mean masing-masing variabelnya, yaitu: Dan akar kuadratnya adalah ( ) Dimana : = Deviasi koordinat dari nilai meannya (, = Deviasi koordinat dari nilai meannya (, Nilai korelasi r adalah berada diantara +1 dan -1, dimana +1 menunjukkan korelasi berbanding lurus sempurna dan -1 berbanding terbalik sempurna sementara 0 menunjukkan tidak ada hubungan korelasi. Harga r yang mendekati harga 0 menunjukkan lemahnya korelasi antar dua variable dan secara umum harga yang dapat diterima adalah antara 0.7 sampai dengan +1 atau -0.7 sampai dengan -1. Atau harga Regresi linier. Terdapat dua cara perolehan nilai percobaan yang berhungan dengan jam operasi dan kenaikan viskositas atau penurunan TBN yaitu viskositas sebagai variable bebas dan jam operasi sebagai variable tak bebas atau sebaliknya dan demikian pula untuk TBN. Teknik yang digunakan adalah persamaan garis lurus y=mx+c dimana untuk nilai jumlah deviasi koordinat yang berharga kecil akan menghasilkan garis lurus yang mendekati. Sehingga,..(3) Dimana: b= Titik potong pada ordinat (intersept) m= Kemiringan (slope) maka, ( JOHN BIRD, 2003) METODE PENELITIAN Pengumpulan Data, pada tahapan ini akan dilakukan penentuan kapal sekaligus mencatat data yang dibutuhkan. Data yang dipakai yaitu data pengukuran getaran pada kapal tug boat.: Sampel oli yang diambil kemudian diuji yang meliputi pengujian viskositas (kekentalan), TBN (total base number) dan alat-alat yang digunakan dalam pengukuran oli adalah: Shaver (pengaduk), ADD (Auto Digital Diluter), alat yang mencampur oli dengan pelarut. Pelarut yang digunakan adalah cyclen dengan perbandingan 1 cc oli dan 4 cc pelarut, ICP (inductively Couple Plasma) tipe 5300 dengan standar ASTM D Alat ini digunakan untuk mengetahui keausan logam, Auto titrimeter. Alat ini untuk mengetahui kondisi ke basaan oli (TBN) sesuai standar ASTM D , Viscometer automated AV1. Alat ini untuk menguji viskositas oli sesuai dengan standar D Analisis yang dilakukan yaitu dengan membuat tabel data hasil pengukuran dari kedua data viskositas dan TBN sesuai dengan kualitas pelumas yang diwakilinya sehingga dapat ditentukan hubungan keduanya dengan jam operasi. Mesin diesel 6 CXAL- TNX 125 Ps 1500 RPM Analisa Data Hasil dan rekomendasi Gambar 2. Data sampel oli berdasarkan jam operasi: - Oli baru - Jam operasi 172 jam Data pengukuran oli meliputi: - Viskositas - TBN Prediksi Penggantian Minyak Pelumas.. (Mohammad Galbi dan Ishak A) 116

7 Kenaikan Voskositas. cst HASIL DAN PEMBAHASAN Data Hasil Pengujian yang dilakukan oleh ABK Kapal pada Motor bantu 6 CXAL-TNX 125 Ps periode operasi Januari 2013 seperti pada tabel 4. Tabel 4. Pemeriksaan periodik Kenaikan Viskositas dan penurunan TBN per Desember PERHITUNGAN KORELASI. Korelasi jam operasi dengan kenaikan viskositas: Mean Koordinat, x=( )/5=92 Mean Koordinat, y=( )/5=15 Deviasi koordinat, Deviasi koordinat dari nilai meannya (, Tabel 6. Perhitungan parameter jam operasi dan kenaikan viskositas N x 2 y 2 Xy Tabel E Dari rumus (1), (2), (3) dan (4), diperoleh = x 92)= Jadi hubungan linieritas antara waktu operasi dan kenaikan viskositas adalah y= x Viskositas kinematik, 100 o C Waktu operasi, jam y = x R² = Viskositas kinematic, 100oC Linear (Viskositas kinematic, 100oC) Gambar BINA TEKNIKA, Volume 12 Nomor 1, Edisi Januari 2016,

8 Axis Title Dari persamaan diatas maka prediksi kenaikan viskositas hingga mencapai ambang batas 25% dapat dijabarkan pada tabel 7. Tabel 7. Prediksi kenaikan Viskositas hingga batas ambang X y % Korelasi jam operasi dengan penurunan TBN: Mean Koordinat, x=( )/5=92 Mean Koordinat, y=( )/5=8.12 Deviasi koordinat, Deviasi koordinat dari nilai meannya (, Tabel 8. Perhitungan parameter jam operasi dan penurunan TBN N x 2 y 2 Xy E Dari rumus (1), (2), (3) dan (4), diperoleh = x 92]= Jadi hubungan linieritas antara waktu operasi dan penurunan TBN adalah y= x Axis Title TBN, mg-koh/g y = x R² = TBN, mg-koh/g Linear (TBN, mg- KOH/g) Dari persamaan diatas maka prediksi penurunan TBN hingga mencapai ambang batas 50 % dijabarkan pada tabel 9. Tabel 9. Prediksi kenaikan Viskositas hingga batas ambang x y % Angka 50% ditentukan berdasarkan interpolasi berikut ini: X= dan y=4.85 ANALISIS KORELASI. Dari hasil perhitungan diatas dimana korelasi antara jam operasi dengan perubahan viskositas dan TBN menunjukkan hubungan yang sangat signifikan sebagaimana ditunjukan oleh nilai SQR (Significant Square relation, R 2 ). Berdasarkan tabel 2, dimana ambang batas perubahan viskositas sebesar 25% dan TBN 50% yang lebih dahulu dicapai oleh Prediksi Penggantian Minyak Pelumas.. (Mohammad Galbi dan Ishak A) 118

9 perubahan TBN, maka penggantian oli harus dilakukan paling lambat pada jam operasi selama jam. Efek dari tingginya viskositas dapat menciptakan kenaikan rugi daya dan menghassillkan lebih banyak gesekan yang pada gilirannya temperatur mesin ikut meningkat yang mempercepat proses oksidasi. Namun demikian hal ini belum begitu berpengaruh seiring dengan penggantian pelumas yang dilakukan berdasarkan pada batas ambang TBN kecuali peningkatan ugi daya. Walaupun demikian hal ini sangatlah bersifat kasusitas karena pada kasus yang lain dapat saja viskositas mencapai ambang batas lebih awal daripada TBN sehingga pengukuran keduanya, baik viskositas maupun TBN haruslah dilakukan secara bersamaan. Efek penurunan TBN ini menyebabkan pelumas terus terkea senyawa asam yang telah berakibat pada pelumas berubah semakin asam. Hal ini terutama sudah terjadi pada crankcase. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pelumas yang bersifat alkalin yang dapat mengurangi keasaman yang terjadi pada pelumas saat digunakan. Ini menunjukkan bahwa TBN sudah tidak efektif melakukan perlawanan terhadap setiap assam yang terbentuk selama proses pembakaran. TBN lebih tinggi berarti pelumas masih memiliki cadangan alkalinitas lebih memadai dalam hal untuk mengurangi efek korosif dari asam. Disamping itu TBN rendah juga telah mengurangi detergensi dari pelumas dan karena itu tekag menyebabkan kotoran dalam bak mesin. Sebagai aturan umum (tabel 2), jika TBN diukur pada 2.0 mg KOH g-1 atau kurang, atau jika 50% dari TBN awal, pelumas dianggap tidak layak untuk perlindungan mesin dan ada risiko bahwa korosi dapat terjadi. Salah satu pemicu laju perubahan TBN adalah penggunaan bahan bakar berkadar sulfur tinggi menurunkan TBN pada tingkat yang lebih cepat karena meningkatnya pembentukan asam sulfat. SIMPULAN Dari analisa hasil perhitungan yang dilakukan, semua data yang dihasilkan dari data pengukuran tersebut masih dalam batasan yang dijinkan atau masih dalam keadaan nornal dan tidak muncul data tren yang melebihi dari batasan yang yang diijinkan sebagaimana tertera pada tabel 3. Dengan angka ambang viskositas baru akan dicapai pada jam operasi jam. Untuk menghindari keausan pada sejumlah komponen sebagaimana ditunjukan oleh tabel 4, maka penggantian pelumas sesuai dengan hasil perhitungan harus didasarkan pada TBN. Guna menjamin kelancaran operasi kapal, maka pengukuran kualitas oli mesin juga harus dilakukan secara periodik. DAFTAR PUSTAKA Bannister, Kenneth E., Lubrication For Industry, 200 Madison Avenue, New York, 1995 Mobley, R. Keith, An Introduction To Predictive Maintenance, 2011 Schulz, Erich J., Diesel Equipment I, 2009 Majumdar, S.R., Oil Hydraulic Principles and Maintenance, Mc Graw Hill, Singapore, 2001 Preventive Maintenance Product, Preventive Maintenance Product And Services, Caterpillar S.O.S, Fluid Analysis Laboratory Guide, Caterpillar, 2012 Oil Analyzers Inc., Oil Analysis Services, Winter St., 2001 CRC Press LCC, "Tribologi Data Hand Book", 2004 Higgins, Lindley R, Maintenance Engineering Handbook, 2007 Mobley, R Keith, Fluid Power Dynamics, Butterworth-Heinemann, 2007 Parker Hannifin Corporation, Fluid Analysis Par-Test, Hydraulic Filter Division, BINA TEKNIKA, Volume 12 Nomor 1, Edisi Januari 2016,

10 Minyak Pelumas dan Pengaruhnya Terhadap Mesin Anda, Trakindo, 2012 Booser, E. Richard, Ph.D, CRC Handbook of Lubrication (Theory and Practice of Tribology), Volume I Application and Maintenance, CRC Press. Inc., Florida, 2008 Kowa, Procedure Manual Edition 5, Komatsu, Japan, 2011 Scheduled Oil Diesel Sampling, Fliuds Analysis Technology Laboratorium, Cilandak-Jakarta Selatan, 2010 Engineering Mathematics, Fourth Edition JOHN BIRD, BSc(Hons) CMath, FIMA, CEng, MIEE, FCollP, FIIE, 2003 Prediksi Penggantian Minyak Pelumas.. (Mohammad Galbi dan Ishak A) 120

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA PENGUJIAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA PENGUJIAN BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA PENGUJIAN 4.1 Data Hasil Pengujian Data hasil pengujian pelumas bekas yang telah dilakukan di laboratorium PT. CORELAB INDONESIA Cilandak Jakarta dengan menggunakan mesin

Lebih terperinci

Pemeriksaan & Penggantian Oli Mesin

Pemeriksaan & Penggantian Oli Mesin Pemeriksaan & Penggantian Oli Mesin A. Fungsi dan Unjuk Kerja Oli Mesin Oli mesin mempunyai fungsi sebagai berikut: 1. Pelumasan: mengurangi gesekan mesin 2. Perapatan: memastikan bahwa ruang pembakaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA PENGUJIAN. INDONESIA Cilandak - Jakarta dengan menggunakan mesin Viscosity Kinematic Bath,

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA PENGUJIAN. INDONESIA Cilandak - Jakarta dengan menggunakan mesin Viscosity Kinematic Bath, BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA PENGUJIAN 4.1 Data Hasil Pengujian Data hasil pengujian yang telah dilakukan di laboratorium PT. CORELAB INDONESIA Cilandak - Jakarta dengan menggunakan mesin Viscosity Kinematic

Lebih terperinci

LUBRICATING SYSTEM. Fungsi Pelumas Pada Engine: 1. Sebagai Pelumas ( Lubricant )

LUBRICATING SYSTEM. Fungsi Pelumas Pada Engine: 1. Sebagai Pelumas ( Lubricant ) LUBRICATING SYSTEM Adalah sistim pada engine diesel yang dapat merawat kerja diesel engine agar dapat berumur panjang, dengan memberikan pelumasan pada bagian-bagian engine yang saling bergerak/mengalami

Lebih terperinci

ADE PUTRI AULIA WIJHARNASIR

ADE PUTRI AULIA WIJHARNASIR KELOMPOK 6: 1. YUNO PRIANDOKO 4210100060 2. ADE PUTRI AULIA WIJHARNASIR 4211100018 3. AYUDHIA PANGESTU GUSTI 4211100089 4. RAHMAD BAYU OKTAVIAN 4211100068 1 TEORI, FUNGSI, KARAKTERISTIK, TIPE, DAN KOMPONEN

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PELUMASAN SILINDER UNTUK MENGETAHUI OSF (OIL STRESS FACTOR) PADA MOTOR DIESEL 2-STROKE

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PELUMASAN SILINDER UNTUK MENGETAHUI OSF (OIL STRESS FACTOR) PADA MOTOR DIESEL 2-STROKE STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PELUMASAN SILINDER UNTUK MENGETAHUI OSF (OIL STRESS FACTOR) PADA MOTOR DIESEL 2-STROKE JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH

Lebih terperinci

Created by Training Department Edition : April 2007

Created by Training Department Edition : April 2007 M-STEP I Created by Training Department Edition : April 2007 Copy right PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors - Jakarta. 1 M-STEP I 2 5-1 Fungsi Oil dan Grease Fungsi oli dan grease yang dipakai pada automobile

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA PENGUJIAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA PENGUJIAN 46 BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA PENGUJIAN 4.1 Data Hasil Pengujian Sampel pelumas mesin Hino model RK8JSKA-MHJ milik PT Primajasa Perdana Raya Utama di uji di Laboratorium milik PT Corelab Indonesia.

Lebih terperinci

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Pertemuan ke Capaian Pembelajaran Topik (pokok, subpokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Media Ajar Gambar Audio/Video Soal-tugas Web Metode Evaluasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA KAJI BANDING DATA PENGUJIAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA KAJI BANDING DATA PENGUJIAN 58 BAB IV HASIL DAN ANALISA KAJI BANDING DATA PENGUJIAN 4.1 Data Hasil Pengujian Sample pelumas Nissan Forklift engine QD32 milik PT. Kianis Pratama di uji di Laboratorium milik PT. Petrolab Indonesia.

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP VISKOSITAS MINYAK PELUMAS. Daniel Parenden Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Musamus

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP VISKOSITAS MINYAK PELUMAS. Daniel Parenden Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Musamus PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP VISKOSITAS MINYAK PELUMAS Daniel Parenden dparenden@yahoo.com Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Musamus ABSTRAK Pelumas merupakan sarana pokok dari mesin untuk

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PROSEDUR PENGUJIAN Pengambilan sampel pelumas yang sudah terpakai secara periodik akan menghasilkan laporan tentang pola kecepatan keausan dan pola kecepatan terjadinya kontaminasi. Jadi sangat

Lebih terperinci

Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan (RKPM)

Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan (RKPM) Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan (RKPM) Pertemuan ke Tujuan Ajar/ Keluaran / Indikator Topik (pokok, subpokok bahasan, alokasi waktu) Teks Media Ajar 1 Presentasi Gambar Audio/Video Soal-tugas Web

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 MOTOR DIESEL Motor diesel adalah motor pembakaran dalam (internal combustion engine) yang beroperasi dengan menggunakan minyak gas atau minyak berat sebagai bahan bakar dengan

Lebih terperinci

BAB VIII PELUMAS. Pelumas adalah suatu zat (media) yang berfungsi untuk melumasi bagian bagian yang bergerak.

BAB VIII PELUMAS. Pelumas adalah suatu zat (media) yang berfungsi untuk melumasi bagian bagian yang bergerak. BAB VIII PELUMAS Pelumas adalah suatu zat (media) yang berfungsi untuk melumasi bagian bagian yang bergerak. Efek pelumas tercapai baik bila terdapat oil filus (filus minyak) diantara mutal mutal yang

Lebih terperinci

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N.

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N. MAKALAH SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N. Kelas : XI. OTOMOTIF Tahun Ajaran : 2013/2014 SMK Negeri 5 Balikpapan Pendahuluan Kerja

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Aditif Proses Daur Ulang Minyak Pelumas Bekas terhadap Sifat-sifat Fisis

Pengaruh Penambahan Aditif Proses Daur Ulang Minyak Pelumas Bekas terhadap Sifat-sifat Fisis Pengaruh Penambahan Aditif Proses Daur Ulang Minyak Pelumas Bekas terhadap Sifat-sifat Fisis Siswanti Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses

BAB II DASAR TEORI. Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses BAB II DASAR TEORI 2.1. Definisi Motor Bakar Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses pembakaran. Ditinjau dari cara memperoleh energi termal ini mesin kalor dibagi menjadi 2

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Motor Bakar Dalam mesin terdapat siklus pembakaran yang disebut dengan istilah motor bakar. Motor bakar sendiri mempunyai arti yaitu salah satu jenis kalor dalam kinerjanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan otomatis. Maka dari itu minyak pelumas yang di gunakan pun berbeda.

BAB I PENDAHULUAN. dan otomatis. Maka dari itu minyak pelumas yang di gunakan pun berbeda. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem transmisi pada kendaraan di bedakan dalam transmisi manual dan otomatis. Maka dari itu minyak pelumas yang di gunakan pun berbeda. Oli untuk motor matic dikenal

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KONTAMINASI DAN DEGRADASI MINYAK PELUMAS PADA MESIN ABSTRAK

PENANGGULANGAN KONTAMINASI DAN DEGRADASI MINYAK PELUMAS PADA MESIN ABSTRAK PENANGGULANGAN KONTAMINASI DAN DEGRADASI MINYAK PELUMAS PADA MESIN Sailon Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya Jl.Srijaya Negara Bukit Besar Palembang 30139 Telp: 0711-353414, Fax: 0711-453211

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA PELUMAS MOTOR SKUTIK MINERAL DAN SINTETIK PADA UJI JALAN SAMPAI 6000 KM

PERBANDINGAN KINERJA PELUMAS MOTOR SKUTIK MINERAL DAN SINTETIK PADA UJI JALAN SAMPAI 6000 KM PERBANDINGAN KINERJA PELUMAS MOTOR SKUTIK MINERAL DAN SINTETIK PADA UJI JALAN SAMPAI 6000 KM Rini Siskayanti Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadyah Jakarta Jl. Cempaka Putih Tengah

Lebih terperinci

ANALISIS TERJADINYA HIGH OIL CONSUMPTION PADA LUBRICATION SYSTEM PESAWAT BOEING PK-GGF

ANALISIS TERJADINYA HIGH OIL CONSUMPTION PADA LUBRICATION SYSTEM PESAWAT BOEING PK-GGF ANALISIS TERJADINYA HIGH OIL CONSUMPTION PADA LUBRICATION SYSTEM PESAWAT BOEING 737-500 PK-GGF Eko Yuli Widianto 1, Herry Hartopo 2 Program Studi Motor Pesawat Fakultas Teknik Universitas Nurtanio Bandung

Lebih terperinci

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak Tutup kepala silinder (cylinder head cup) kepala silinder (cylinder

Lebih terperinci

PEMILIHAN MINYAK PELUMAS/OLI KENDARAAN BERMOTOR RINGKASAN

PEMILIHAN MINYAK PELUMAS/OLI KENDARAAN BERMOTOR RINGKASAN PEMILIHAN MINYAK PELUMAS/OLI KENDARAAN BERMOTOR Dwi Arnoldi Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya Jl. Srijaya Negara Bukit Besar Palembang 30139 Telp: 0711-353414, Fax: 0711-453211 RINGKASAN

Lebih terperinci

Pemakaian Pelumas. Rekomendasi penggunaan pelumas hingga kilometer. Peningkatan rekomendasi pemakaian pelumas hingga

Pemakaian Pelumas. Rekomendasi penggunaan pelumas hingga kilometer. Peningkatan rekomendasi pemakaian pelumas hingga Pemakaian Pelumas Rekomendasi penggunaan pelumas hingga 2.500 kilometer. Peningkatan rekomendasi pemakaian pelumas hingga 15 ribu kilometer. Pelumas : campuran base oil (bahan dasar pelumas) p ( p ) dan

Lebih terperinci

Predictive Maintenance

Predictive Maintenance Predictive Maintenance Metode Perawatan Mesin Breakdown Maintenance Preventive Maintenance Proactive Maintenance Predictive Maintenance Predictive Maintenance Predictive maintenance, disebut juga dengan

Lebih terperinci

MENGENAL PELUMAS PADA MESIN

MENGENAL PELUMAS PADA MESIN Mengenal Pelumas Pada Mesin (Darmanto) MENGENAL PELUMAS PADA MESIN Darmanto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Wahid Hasyim Semarang Jl. Menoreh Tengah X/22 Semarang E-mail : darmanto_uwh@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II TINJAUAN LITERATUR BAB II TINJAUAN LITERATUR Motor bakar merupakan motor penggerak yang banyak digunakan untuk menggerakan kendaraan-kendaraan bermotor di jalan raya. Motor bakar adalah suatu mesin yang mengubah energi panas

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Akurasi Pengujian Oli Metode Cepat Dengan Laboratorium Oli. Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat

TUGAS AKHIR. Akurasi Pengujian Oli Metode Cepat Dengan Laboratorium Oli. Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat TUGAS AKHIR Akurasi Pengujian Oli Metode Cepat Dengan Laboratorium Oli Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Abdurrazaq Noufal Medina

Lebih terperinci

PERTAMINA ATF MINYAK TRANSMISI OTOMATIS

PERTAMINA ATF MINYAK TRANSMISI OTOMATIS PERTAMINA ATF MINYAK TRANSMISI OTOMATIS PERTAMINA ATF is a high quality transmission fluid for automatic transmission. PERTAMINA ATF has very high viscosity index which is made from oil base with high

Lebih terperinci

Dua orang berkebangsaan Jerman mempatenkan engine pembakaran dalam pertama di tahun 1875.

Dua orang berkebangsaan Jerman mempatenkan engine pembakaran dalam pertama di tahun 1875. ABSIC ENGINE Dua orang berkebangsaan Jerman mempatenkan engine pembakaran dalam pertama di tahun 1875. Pada pertengahan era 30-an, Volvo menggunakan engine yang serupa dengan engine Diesel. Yaitu engine

Lebih terperinci

PENAMBAHAN LATEKS KARET ALAM KOPOLIMER RADIASI DAN PENINGKATAN INDEKS VISKOSITAS MINYAK PELUMAS SINTETIS OLAHAN

PENAMBAHAN LATEKS KARET ALAM KOPOLIMER RADIASI DAN PENINGKATAN INDEKS VISKOSITAS MINYAK PELUMAS SINTETIS OLAHAN Akreditasi LIPI Nomor : 536/D/2007 Tanggal 26 Juni 2007 PENAMBAHAN LATEKS KARET ALAM KOPOLIMER RADIASI DAN PENINGKATAN INDEKS VISKOSITAS MINYAK PELUMAS SINTETIS OLAHAN ABSTRAK Meri Suhartini dan Rahmawati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin cepat mendorong manusia untuk selalu mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi (Daryanto, 1999 : 1). Sepeda motor, seperti juga

Lebih terperinci

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L 100 546 CC 3.1. Pengertian Bagian utama pada sebuah mesin yang sangat berpengaruh dalam jalannya mesin yang didalamnya terdapat suatu

Lebih terperinci

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS ANDITYA YUDISTIRA 2107100124 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H D Sungkono K, M.Eng.Sc Kemajuan

Lebih terperinci

KEGIATAN BELAJAR 1 PENGENALAN SISTEM HIDROLIK

KEGIATAN BELAJAR 1 PENGENALAN SISTEM HIDROLIK KEGIATAN BELAJAR 1 PENGENALAN SISTEM HIDROLIK A. Tujuan Kegiatan Pemelajaran Setelah mepelajari kegiatan belajar, diharapkan anda dapat : Siswa dapat menyebutkan pengertian sistem hidrolik dan macam-macamnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berikut dibawah ini adalah diagram alir metodologi penetilian :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berikut dibawah ini adalah diagram alir metodologi penetilian : 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Berikut dibawah ini adalah diagram alir metodologi penetilian : 35 36 37 3.2 Standar Pengujian Pengujian pelumas dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelumas Pelumas adalah minyak lumas dan gemuk lumas yang berasal dari minyak bumi, bahan sintetik, pelumas bekas dan bahan lainnya yang tujuan utamanya untuk pelumasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sepeda motor merupakan alat transportasi roda dua yang efisien, efektif dan ekonomis serta terjangkau oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Saat ini sepeda motor

Lebih terperinci

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA TURBOCHARGER URAIAN Dalam merancang suatu mesin, harus diperhatikan keseimbangan antara besarnya tenaga dengan ukuran berat mesin, salah satu caranya adalah melengkapi mesin dengan turbocharger yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Gesekan

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Gesekan 5 BAB II DASAR TEORI 2.1 Gesekan Ketika dua benda saling bersinggungan satu dengan yang lainnya, apabila diamati pergerakannya seperti dilawan oleh suatu gaya. Fenomena ini adalah gesekan (friction); sedangkan

Lebih terperinci

KERJA PEAKTEK BAB III MANAJEMEN PEMELIHARAN SISTEM KERJA POMPA OLI PADA PESAWAT PISTON ENGINE TIPE TOBAGO TB-10

KERJA PEAKTEK BAB III MANAJEMEN PEMELIHARAN SISTEM KERJA POMPA OLI PADA PESAWAT PISTON ENGINE TIPE TOBAGO TB-10 BAB III MANAJEMEN PEMELIHARAN SISTEM KERJA POMPA OLI PADA PESAWAT PISTON ENGINE TIPE TOBAGO TB-10 3.1 Dasar Pompa oli Pompa adalah suatu mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan dari satu tempat ke

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF NABATI SOLAR TERHADAP UNJUK KERJA DAN KETAHANAN MESIN DIESEL GENERATOR SET TF55R

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF NABATI SOLAR TERHADAP UNJUK KERJA DAN KETAHANAN MESIN DIESEL GENERATOR SET TF55R PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF NABATI SOLAR TERHADAP UNJUK KERJA DAN KETAHANAN MESIN DIESEL GENERATOR SET TF55R Wilviari Vekky V.R dan Bambang Sudarmanta Lab. TPBB Jurusan Teknik Mesin FTI - ITS Jl. Arief

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. luar yang memungkinkan kendaraan dapat bergerak serta dapat mengatasi

BAB II KAJIAN TEORI. luar yang memungkinkan kendaraan dapat bergerak serta dapat mengatasi BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Motor Bakar Seperti kita ketahui roda-roda suatu kendaraan memerlukan adanya tenaga luar yang memungkinkan kendaraan dapat bergerak serta dapat mengatasi keadaan, jalan, udara,

Lebih terperinci

SESSION 12 POWER PLANT OPERATION

SESSION 12 POWER PLANT OPERATION SESSION 12 POWER PLANT OPERATION OUTLINE 1. Perencanaan Operasi Pembangkit 2. Manajemen Operasi Pembangkit 3. Tanggung Jawab Operator 4. Proses Operasi Pembangkit 1. PERENCANAAN OPERASI PEMBANGKIT Perkiraan

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM PELUMASAN MESIN SUZUKI SATRIA F 150 cc 4 VALVE PADA DINDING SILINDER

ANALISA SISTEM PELUMASAN MESIN SUZUKI SATRIA F 150 cc 4 VALVE PADA DINDING SILINDER ANALISA SISTEM PELUMASAN MESIN SUZUKI SATRIA F 15 cc 4 VALVE PADA DINDING SILINDER 1 Muhammad Ansori Rusti, 2 IR. H. A. Halim Nasution, M.Sc. Jurusan Teknik Mesin, Sekolah Tinggi Teknik Harapan 217 Jalan

Lebih terperinci

Sistem Hidrolik. Trainer Agri Group Tier-2

Sistem Hidrolik. Trainer Agri Group Tier-2 Sistem Hidrolik No HP : 082183802878 Tujuan Training Peserta dapat : Mengerti komponen utama dari sistem hidrolik Menguji system hidrolik Melakukan perawatan pada sistem hidrolik Hidrolik hydro = air &

Lebih terperinci

BAB IV KOROSIFITAS PADA ENGINE AKIBAT PROSES PEMBAKARAN TERHADAP MINYAK PELUMAS

BAB IV KOROSIFITAS PADA ENGINE AKIBAT PROSES PEMBAKARAN TERHADAP MINYAK PELUMAS BAB IV KOROSIFITAS PADA ENGINE AKIBAT PROSES PEMBAKARAN TERHADAP MINYAK PELUMAS Pada bab ini penulis akan membahas mengenai kekorosifan pada minyak pelumas yang diakibatkan oleh peristiwa pembakaran. Kekorosifan

Lebih terperinci

Spark Ignition Engine

Spark Ignition Engine Spark Ignition Engine Fiqi Adhyaksa 0400020245 Gatot E. Pramono 0400020261 Gerry Ardian 040002027X Handoko Arimurti 0400020288 S. Ghani R. 0400020539 Transformasi Energi Pembakaran Siklus Termodinamik

Lebih terperinci

BAB VII PENDINGINAN MOTOR

BAB VII PENDINGINAN MOTOR BAB VII PENDINGINAN MOTOR Pendinginan adalah suatu media (zat) yang berfungsi untuk menurunkan panas. Panas tersebut didapat dari hasil pembakaran bahan bakar didalam silinder. Sebagaimana diketahui bahwa

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERBEDAAN JENIS MINYAK LUMAS DASAR (BASE OIL) TERHADAP MUTU PELUMAS MESIN

ANALISIS PENGARUH PERBEDAAN JENIS MINYAK LUMAS DASAR (BASE OIL) TERHADAP MUTU PELUMAS MESIN ANALISIS PENGARUH PERBEDAAN JENIS MINYAK LUMAS DASAR (BASE OIL) TERHADAP MUTU PELUMAS MESIN Rini Siskayanti 1* dan Muhammad Engkos Kosim 2 1,2 Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Muhammadyah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menurut sistem penyalaannya motor bakar terdiri dari dua jenis yaitu spark

I. PENDAHULUAN. Menurut sistem penyalaannya motor bakar terdiri dari dua jenis yaitu spark 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kendaraan bermotor menggunakan motor bakar sebagai mesin penggeraknya. Motor bakar merupakan salah satu jenis pengerak yang mengunakan hasil ledakan dari pembakaran di

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PEMANTAUAN KONDISI MESIN DIESEL HINO R235 RK8JSKA-MHJ MELALUI ANALISA PELUMAS. Diajukan guna melengkapi sebagian syarat

TUGAS AKHIR PEMANTAUAN KONDISI MESIN DIESEL HINO R235 RK8JSKA-MHJ MELALUI ANALISA PELUMAS. Diajukan guna melengkapi sebagian syarat TUGAS AKHIR PEMANTAUAN KONDISI MESIN DIESEL HINO R235 RK8JSKA-MHJ MELALUI ANALISA PELUMAS Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Muhamad

Lebih terperinci

Gerak translasi ini diteruskan ke batang penghubung ( connectiing road) dengan proses engkol ( crank shaft ) sehingga menghasilkan gerak berputar

Gerak translasi ini diteruskan ke batang penghubung ( connectiing road) dengan proses engkol ( crank shaft ) sehingga menghasilkan gerak berputar Mesin Diesel 1. Prinsip-prinsip Diesel Salah satu pengegrak mula pada generator set adala mesin diesel, ini dipergunakan untuk menggerakkan rotor generator sehingga pada out put statornya menghasilkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR BAGAN DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR BAGAN DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR BAGAN... vii DAFTAR NOTASI... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN... 1

Lebih terperinci

NG LUBE LONG LIFE MINYAK LUMAS MESIN BERBAHAN BAKAR GAS KUALITAS PREMIUM

NG LUBE LONG LIFE MINYAK LUMAS MESIN BERBAHAN BAKAR GAS KUALITAS PREMIUM NG LUBE LONG LIFE MINYAK LUMAS MESIN BERBAHAN BAKAR GAS KUALITAS PREMIUM PRODUCT DESCRIPTION NG LUBE Long Life is an high quality gas engine oil, which is suitable for engines of compression ignition and

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN WATER COOLANT TERHADAP PERFORMANCE MESIN DIESEL. Gatot Soebiyakto 1)

PENGARUH PENGGUNAAN WATER COOLANT TERHADAP PERFORMANCE MESIN DIESEL. Gatot Soebiyakto 1) Widya Teknika Vol.20 No.1; Maret 2012 ISSN 1411 0660 : 44-48 PENGARUH PENGGUNAAN WATER COOLANT TERHADAP PERFORMANCE MESIN DIESEL Gatot Soebiyakto 1) ABSTRAK Mesin konversi energi ini dikenal dengan motor

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. SEJARAH MOTOR DIESEL Pada tahun 1893 Dr. Rudolf Diesel memulai karier mengadakan eksperimen sebuah motor percobaan. Setelah banyak mengalami kegagalan dan kesukaran, mak akhirnya

Lebih terperinci

2.3.1.PERBAIKAN BAGIAN ATAS MESIN. (TOP OVERHAUL)

2.3.1.PERBAIKAN BAGIAN ATAS MESIN. (TOP OVERHAUL) BAB VII 2.3.1.PERBAIKAN BAGIAN ATAS MESIN. (TOP OVERHAUL) Perbaikan bagian atas adalah yang meliputi bagian. atas dari motor Diesel, yaitu seluruh bagian pada kepala silinder (Cylinder head) atau seluruh

Lebih terperinci

KINERJA MESIN BENSIN BERDASARKAN PERBANDINGAN PELUMAS MENERAL DAN SINTETIS

KINERJA MESIN BENSIN BERDASARKAN PERBANDINGAN PELUMAS MENERAL DAN SINTETIS Kinerja Mesin Bensin Berdasarkan Perbandingan Pelumas Mineral dan Sintetis, Mawardi Silaban KINERJA MESIN BENSIN BERDASARKAN PERBANDINGAN PELUMAS MENERAL DAN SINTETIS Mawardi Silaban Balai Besar Teknologi

Lebih terperinci

Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller

Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 1, No. 1, April 1999 : 8-13 Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM)

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM) Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM) Pertemuan ke Capaian Pembelajaran Topik (pokok, subpokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Media Ajar Gambar Audio/Video Soal-tugas Web Metode Evaluasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian penelitian terdahulu berhubungan dengan pelumas M. Syafwansyah Effendi dan Rabiatul Adawiyah (2014).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian penelitian terdahulu berhubungan dengan pelumas M. Syafwansyah Effendi dan Rabiatul Adawiyah (2014). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian penelitian terdahulu berhubungan dengan pelumas M. Syafwansyah Effendi dan Rabiatul Adawiyah (2014). Penelitiannya bertujuan mengetahui sama atau tidaknya rata-rata

Lebih terperinci

CYBER-TECHN. VOL 11 NO 02 (2017) ISSN PERAWATAN DAN PERBAIKAN SISTEM PENDINGIN MESIN RUSTON TIPE 16 RKC DI PUSAT LISTRIK SUKAHARJA KETAPANG

CYBER-TECHN. VOL 11 NO 02 (2017) ISSN PERAWATAN DAN PERBAIKAN SISTEM PENDINGIN MESIN RUSTON TIPE 16 RKC DI PUSAT LISTRIK SUKAHARJA KETAPANG PERAWATAN DAN PERBAIKAN SISTEM PENDINGIN MESIN RUSTON TIPE 16 RKC DI PUSAT LISTRIK SUKAHARJA KETAPANG Ismael Marjuki Program Studi Perawatan dan Perbaikan Mesin, Politeknik Negeri Ketapang email : marjuki_ismael@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol

Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol Standar Nasional Indonesia SNI 7729:2011 Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol ICS 93.080.20; 19.060 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Torak Salah satu jenis penggerak mula yang banyak dipakai adalah mesin kalor, yaitu mesin yang menggunakan energi termal untuk melakukan kerja mekanik atau mengubah

Lebih terperinci

ANALISIS KEAUSAN PADA DINDING SILINDER MESIN DIESEL

ANALISIS KEAUSAN PADA DINDING SILINDER MESIN DIESEL ANALISIS KEAUSAN PADA DINDING SILINDER MESIN DIESEL Tri Tjahjono Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A Yani Pabelan Tromol Pos Kartasura Surakarta 57102 Email : ttjahjono@yahoo.com

Lebih terperinci

Fungsi katup Katup masuk Katup buang

Fungsi katup Katup masuk Katup buang MEKANISME KATUP FUNGSI KATUP Fungsi katup Secara umum fungsi katup pada motor otto 4 langkah adalah untuk mengatur masuknya campuran bahan bakar dan udara dan mengatur keluarnya gas sisa pembakaran. Pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini dikembangkan sensor infra red untuk mendeteksi sisa umur pelumas. Beberapa sumber sinar sensor yang digunakan adalah lampu LED near infra red komersial,

Lebih terperinci

Session 4. Diesel Power Plant. 1. Siklus Otto dan Diesel 2. Prinsip PLTD 3. Proses PLTD 4. Komponen PLTD 5. Kelebihan dan Kekurangan PLTD

Session 4. Diesel Power Plant. 1. Siklus Otto dan Diesel 2. Prinsip PLTD 3. Proses PLTD 4. Komponen PLTD 5. Kelebihan dan Kekurangan PLTD Session 4 Diesel Power Plant 1. Siklus Otto dan Diesel 2. Prinsip PLTD 3. Proses PLTD 4. Komponen PLTD 5. Kelebihan dan Kekurangan PLTD Siklus Otto Four-stroke Spark Ignition Engine. Siklus Otto 4 langkah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Bakar Bahan bakar yang dipergunakan motor bakar dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok yakni : berwujud gas, cair dan padat (Surbhakty 1978 : 33) Bahan bakar (fuel)

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGIKAT PARTIKEL - PARTIKEL LOGAM YANG TERKANDUNG DALAM PELUMAS AKIBAT GESEKAN PADA MESIN

PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGIKAT PARTIKEL - PARTIKEL LOGAM YANG TERKANDUNG DALAM PELUMAS AKIBAT GESEKAN PADA MESIN 1 PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGIKAT PARTIKEL - PARTIKEL LOGAM YANG TERKANDUNG DALAM PELUMAS AKIBAT GESEKAN PADA MESIN Dani Nurdarojat (2010013005) Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERBANDINGAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR BIO SOLAR DAN SOLAR DEX TERHADAP PELUMAS MESIN PADA MESIN DIESEL ISUZU PANTHER 2300 CC TIPE C-223

TUGAS AKHIR PERBANDINGAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR BIO SOLAR DAN SOLAR DEX TERHADAP PELUMAS MESIN PADA MESIN DIESEL ISUZU PANTHER 2300 CC TIPE C-223 PERBANDINGAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR BIO SOLAR DAN SOLAR DEX TERHADAP PELUMAS MESIN PADA MESIN DIESEL ISUZU PANTHER 2300 CC TIPE C-223 Diajukan Untuk Mencapai Gelar Strata Satu (S1) Program Studi Teknik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masih awam akan mesin sepeda motor, sehingga apabila mengalami masalah atau

I. PENDAHULUAN. masih awam akan mesin sepeda motor, sehingga apabila mengalami masalah atau 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepeda motor merupakan produk dari teknologi otomotif yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Akan tetapi sebagian besar penggunanya masih awam akan mesin

Lebih terperinci

TANKI PADA MOTOR DIESEL OLEH : 1. GILANG YUDA PERDANA 2. ARIF RACHMAN SAPUTRA 3. TRI NAHLIAS DARUSSALAM

TANKI PADA MOTOR DIESEL OLEH : 1. GILANG YUDA PERDANA 2. ARIF RACHMAN SAPUTRA 3. TRI NAHLIAS DARUSSALAM TANKI PADA MOTOR DIESEL OLEH : 1. GILANG YUDA PERDANA 2. ARIF RACHMAN SAPUTRA 3. TRI NAHLIAS DARUSSALAM PENEMPATAN TANKI PADA KENDARAAN BAGIAN-BAGIAN TANKI DAN NAMA KOMPONEN ALUR LAJU BAHAN BAKAR MOTOR

Lebih terperinci

EVALUASI HASIL ROAD TEST 40 ribu Km KENDARAAN BERBAHAN BAKAR B0 & B20. Jakarta, 17 Februari 2015 Oleh: Rizqon Fajar

EVALUASI HASIL ROAD TEST 40 ribu Km KENDARAAN BERBAHAN BAKAR B0 & B20. Jakarta, 17 Februari 2015 Oleh: Rizqon Fajar EVALUASI HASIL ROAD TEST 40 ribu Km KENDARAAN BERBAHAN BAKAR B0 & B20 Jakarta, 17 Februari 2015 Oleh: Rizqon Fajar 1 OUTLINES UJI POWER UJI EMISI UJI KONSUMSI BAHAN BAKAR UJI PELUMAS RATING KOMPONEN Spesifikasi

Lebih terperinci

Makalah PENGGERAK MULA Oleh :Derry Esaputra Junaedi FAKULTAS TEKNIK UNNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Makalah PENGGERAK MULA Oleh :Derry Esaputra Junaedi FAKULTAS TEKNIK UNNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA Makalah PENGGERAK MULA Oleh :Derry Esaputra Junaedi 2008.43.0022 FAKULTAS TEKNIK UNNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA Pengertian Mesin Mesin adalah alat mekanik atau elektrik yang mengirim atau mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kompresor adalah alat pemampat atau pengkompresi udara, dengan kata lain

BAB I PENDAHULUAN. Kompresor adalah alat pemampat atau pengkompresi udara, dengan kata lain 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kompresor adalah alat pemampat atau pengkompresi udara, dengan kata lain kompresor adalah penghasil udara bertekanan. Karena udara dimampatkan maka mempunyai tekanan

Lebih terperinci

Bab 4 Data dan Analisis Hasil Pengujian

Bab 4 Data dan Analisis Hasil Pengujian Bab 4 Data dan Analisis Hasil Pengujian Pembahasan terhadap data hasil pengujian didasarkan pada hasil pengujian sifat bahan bakar yang dalam pelaksanaannya dilakukan di PetroLab Service, Rawamangun, oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Motor Diesel adalah motor pembakaran dalam yang beroperasi dengan menggunakan minyak gas atau minyak berat, sebagai bahan bakar, dengan suatu prinsip bahan bakar tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat langkah kompresi dan pembakaran akan dihasilkan tekanan dan temperatur

BAB I PENDAHULUAN. saat langkah kompresi dan pembakaran akan dihasilkan tekanan dan temperatur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cylinder liner adalah komponen mesin yang dipasang pada blok silinder yang berfungsi sebagai tempat piston dan ruang bakar pada mesin otomotif. Pada saat langkah kompresi

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES PRODUKSI Perawatan Berkala 40 Jam Pembersihan Conveyor Belt pengecekan ketajaman pisau. Mesin Tidak Rusak 8 Jam PengecekanTombo l-tombol Emergency Mesin

Lebih terperinci

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL FLYWHEEL: JURNAL TEKNIK MESIN UNTIRTA Homepage jurnal: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jwl ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL Sadar Wahjudi 1

Lebih terperinci

Materi. Motor Bakar Turbin Uap Turbin Gas Generator Uap/Gas Siklus Termodinamika

Materi. Motor Bakar Turbin Uap Turbin Gas Generator Uap/Gas Siklus Termodinamika Penggerak Mula Materi Motor Bakar Turbin Uap Turbin Gas Generator Uap/Gas Siklus Termodinamika Motor Bakar (Combustion Engine) Alat yang mengubah energi kimia yang ada pada bahan bakar menjadi energi mekanis

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH VISKOSITAS LUBRICANT PADA BEARING TERHADAP JUMLAH PUTARAN DAN DAYA YANG DITRANSMISIKAN

ANALISA PENGARUH VISKOSITAS LUBRICANT PADA BEARING TERHADAP JUMLAH PUTARAN DAN DAYA YANG DITRANSMISIKAN ANALISA PENGARUH VISKOSITAS LUBRICANT PADA BEARING TERHADAP JUMLAH PUTARAN DAN DAYA YANG DITRANSMISIKAN Jhonni Rahman, Afri Antona Department of Mechanical Engineering, Faculty of Engineering, Universitas

Lebih terperinci

FINONDANG JANUARIZKA L SIKLUS OTTO

FINONDANG JANUARIZKA L SIKLUS OTTO FINONDANG JANUARIZKA L 125060700111051 SIKLUS OTTO Siklus Otto adalah siklus thermodinamika yang paling banyak digunakan dalam kehidupan manusia. Mobil dan sepeda motor berbahan bakar bensin (Petrol Fuel)

Lebih terperinci

BAB II. LANDASAN TEORI

BAB II. LANDASAN TEORI BAB II. LANDASAN TEORI 2.1. Mengenal Motor Diesel Motor diesel merupakan salah satu tipe dari motor bakar, sedangkan tipe yang lainnya adalah motor bensin. Secara sederhana prinsip pembakaran pada motor

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing: Ir. Arino Anzip, MEng.Sc

Dosen Pembimbing: Ir. Arino Anzip, MEng.Sc Dosen Pembimbing: Ir. Arino Anzip, MEng.Sc WIWIED ROSADHI 2107 030 087 Analisa pelumas bekas adalah salah satu metode dari program perawatan prediktif yang dilakukan untuk mengetahui kondisi pelumas meliputi

Lebih terperinci

MODUL IV B PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL

MODUL IV B PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL MODUL IV B PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL DEFINISI PLTD Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) ialah pembangkit listrik yang menggunakan mesin diesel sebagai penggerak mula (prime mover), yang berfungsi

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI PENYETELAN CELAH KATUP MASUK TERHADAP EFISIENSI VOLUMETRIK RATA - RATA PADA MOTOR DIESEL ISUZU PANTHER C 223 T

PENGARUH VARIASI PENYETELAN CELAH KATUP MASUK TERHADAP EFISIENSI VOLUMETRIK RATA - RATA PADA MOTOR DIESEL ISUZU PANTHER C 223 T PENGARUH VARIASI PENYETELAN CELAH KATUP MASUK TERHADAP EFISIENSI VOLUMETRIK RATA - RATA PADA MOTOR DIESEL ISUZU PANTHER C 223 T Sarif Sampurno Alumni Jurusan Teknik Mesin, FT, Universitas Negeri Semarang

Lebih terperinci

BAB 9 MENGIDENTIFIKASI MESIN PENGGERAK UTAMA

BAB 9 MENGIDENTIFIKASI MESIN PENGGERAK UTAMA BAB 9 MENGIDENTIFIKASI MESIN PENGGERAK UTAMA 9.1. MESIN PENGGERAK UTAMA KAPAL PERIKANAN Mesin penggerak utama harus dalam kondisi yang prima apabila kapal perikanan akan memulai perjalanannya. Konstruksi

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi) Proses Pembuatan Biodiesel (Proses TransEsterifikasi) Biodiesel dapat digunakan untuk bahan bakar mesin diesel, yang biasanya menggunakan minyak solar. seperti untuk pembangkit listrik, mesinmesin pabrik

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA. Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Strata Satu (S-1) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

TUGAS SARJANA. Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Strata Satu (S-1) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Diponegoro TUGAS SARJANA Pengujian Alat Penghemat Bahan Bakar Pada Mesin Diesel Dengan Bahan Bakar Campuran Solar dan Minyak Jarak Ditinjau dari Aspek Metal Content dan Viskositas Minyak Pelumas Diajukan Sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS VARIASI TEKANAN PADA INJEKTOR TERHADAP PERFORMANCE (TORSI DAN DAYA ) PADA MOTOR DIESEL

ANALISIS VARIASI TEKANAN PADA INJEKTOR TERHADAP PERFORMANCE (TORSI DAN DAYA ) PADA MOTOR DIESEL ANALISIS VARIASI TEKANAN PADA INJEKTOR TERHADAP PERFORMANCE (TORSI DAN DAYA ) PADA MOTOR DIESEL Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Janabadra Yogyakarta e-mail : ismanto_ujb@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 31 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES PELAKSANAAN Mulai perawatan Pemeriksaan dan penyetelan pada mesin oil sealed rotary vacuum pump model P450 Membongkar dan memperbaiki komponen tersebut

Lebih terperinci

GANDAR 800 PELUMAS ASPOT GERBONG KERETA API

GANDAR 800 PELUMAS ASPOT GERBONG KERETA API GANDAR 800 PELUMAS ASPOT GERBONG KERETA API GANDAR is primarily designed for the lubrication of railway coach / lorry axles which are not requiring high performance lubricating oil. GANDAR 800 is also

Lebih terperinci

Fungsi katup Katup masuk Katup buang

Fungsi katup Katup masuk Katup buang MEKANISME KATUP FUNGSI KATUP Fungsi katup Secara umum fungsi katup pada motor otto 4 langkah adalah untuk mengatur masuknya campuran bahan bakar dan udara dan mengatur keluarnya gas sisa pembakaran. Pada

Lebih terperinci

Efisiensi Suhu Kerja Mesin Antara Pemakaian Water Pump Dan Tanpa Water Pump Pada Mesin Diesel Satu Silinder Merk Dong Feng S195

Efisiensi Suhu Kerja Mesin Antara Pemakaian Water Pump Dan Tanpa Water Pump Pada Mesin Diesel Satu Silinder Merk Dong Feng S195 Efisiensi Suhu Kerja Mesin Antara Pemakaian Water Pump Dan Tanpa Water Pump Pada Mesin Diesel Satu Silinder Merk Dong Feng S95 Atmaja Kurniadi (083004) Mahasiswa PTM Otomotif IKIP Veteran Semarang Abstrak

Lebih terperinci

Analisis Kegagalan isolasi Minyak Trafo jenis energol baru dan lama dengan minyak pelumas

Analisis Kegagalan isolasi Minyak Trafo jenis energol baru dan lama dengan minyak pelumas SEMINAR NASIONAL ELECTRICAL, INFORMATICS, AND IT S EDUCATIONS 29 Analisis Kegagalan isolasi Minyak Trafo jenis energol baru dan lama dengan minyak pelumas Syafriyudin, ST,MT Jurusan teknik Elektro Institut

Lebih terperinci